Anda di halaman 1dari 40

EVALUASI HYDRAULIC FRACTURING UNTUK MENINGKATKAN

LAJU PRODUKSI PADA SUMUR X LAPANGAN Y

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh
PAULUS RAMA BIMANTORO
12010394

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2016

EVALUASI HYDRAULIC FRACTURING UNTUK MENINGKATKAN


LAJU PRODUKSI PADA SUMUR X LAPANGAN Y

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh
PAULUS RAMA BIMANTORO
12010394

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2016

ii

ABSTRAK

Untuk meningkatkan nilai produksi pada suatu sumur minyak dan gas
khususnya pada sumur yang memiliki nilai permeabilitas rendah dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan laju alir hydrocarbons dari drainage area menuju ke
wellbore. Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan laju alir
hydrocarbons dinamakan dengan teknik hydraulic fracturing. Hydraulic
Fracturing dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk membuat
rekah atau sistem rekah pada porositas batuan formasi dengan cara menginjeksikan
fluida bertekanan melalui lubang sumur (G. C Howard and C. R. Fast 1967). Untuk
melakukan rekah pada formasi aktual, energi yang diberikan melalui wellhead dari
pumping equipment harus dapat ditrasmisikan sampai ke subsurface. Pada proses
transmisi energy dapat terjadi kehilangan energi yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu frictional pressure drop pada string injeksi, viscous pressure drop yang
dipengaruhi oleh laju alir fluida injeksi sampai ke daerah rekah, dan pressure drop
karena leakoff dari daerah rekah menuju formasi reservoir. Dalam industri
perminyakan teknik hydraulic fracturing pada well stimulation telah digunakan
untuk

menyelesaikan

empat masalah

dasar.

Pertama,

dilakukan

untuk

menyelesaikan masalah kerusakan lubang sumur yang terjadi karena fluida


pemboran. Kedua, dilakukan untuk membuat penetrasi rekah reservoir yang lebih
dalam. Ketiga, dilakukan untuk membantu operasi secondary recovery dalam hal
ini berperan untuk meningkatkan kapasitas dari sumur injeksi air dalam menerima
fluida pada bertekanan dan memproduksi kapasitas saluran laju alir yang tinggi
menuju sumur produksi, dimana dapat meningkatkan efisiensi pada proyek gas atau
waterflooding. Keempat, untuk membuang oilfield brines yang ikut terproduksi
kembali ke formasi. Dengan dilakukannya teknik hydraulic fracturing secara
optimal dapat memberikan efek peningkatan produktivitas sumur sehingga dapat
meningkatkan nilai ekonomis dari suatu sumur.

iii

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama

: Paulus Rama Bimantoro

Tempat/Tanggal Lahir

: Jakarta, 02 September 1995

Jenis Kelamin

: Laki - Laki

Agama

: Katolik

Golongan Darah

:O

Kewarganegaraan

: Indonesia

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Jl. Jendral Sudirman No.229 RT.03 RW.VI


Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Indramayu
Indramayu, 45213

Telepon/HP

: 085717432134

Email

: ramapaul@live.com

IPK

: 3,30 (Semester V)

Pendidikan Formal
1. Akademi Minyak dan Gas Balongan Program Studi Teknik Perminyakan
(Tahun 2013 Sekarang)

Jenjang D3,
2. SMA Negeri 31 Jakarta

(Tahun 2010 2013)

3. SMP Negeri 7 Jakarta

(Tahun 2007 2010)

4. SD. ST. Antonius

(Tahun 2002 2007)

Pendidikan Non Formal


1. Bimbingan bahasa inggris LIA

(Tahun 2007 - 2010)

Kegiatan Dan Praktek Lapangan


1. Kunjungan Museum Geologi
2. Kunjungan Pengantar Teknik Perminyakan (Museum Listrik, Museum
Geologi, Museum IPTEK Taman Mini Indonesia Indah)
3. Pelatihan Dasar Pengenalan Peralatan Operasi Pengeboran di Pertamina
Drilling Service Indonesia Area Jawa
4. Kunjungan Refinery Unit PUSDIKLAT Migas Cepu
5. Kunjungan Lapangan Sumur Produksi PT. Pertamina Cepu
6. Kunjungan Lapangan Sumur Pemboran PT. Pertamina Cepu

Pengalaman Organisasi dan Sertifikat


1. Anggota Ekstrakulikuler Basket SMP Negeri 7 Jakarta
2. Pengurus Rohani Katolik SMA Negeri 31 Jakarta
3. Anggota Palang Merah Indonesia
4. Pengurus Komunitas Independen Penjelajah Buana (KOINJAWA)

vi

5. Sertifikat Character and Personality Building


6. Sertifikat Partisipasi Seminar Nasional Offshore Technology
7. Sertifikat Partisipasi Seminar Technology IATMI SM Trisakti Optimize
Drilling And Production Process With Safe Technology And Effective Method
8. Sertifikat Asisten Laboratorium Fisika Dasar I dan Fisika Dasar II Akademi
Minyak dan Gas Balongan.

vii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyusun proposal tugas akhir dengan judul Evaluasi Hydraulic Fracturing untuk
Meningkatkan Laju Produksi pada Sumur X Lapangan Y.
Pada kesempatan kali ini perkenankan penulis untuk mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, M.T selaku Ketua Yayasan Bina Islamy.
2. Bapak Drs. H. Nahdudin Islamy, M.Si selaku Direktur Akademi Minyak dan
Gas Balongan.
3. Bapak Dwi Arifiyanto, S.T selaku Ketua Prodi Teknik Perminyakan Akamigas
Balongan
4. Bapak Winarto, S.T selaku Dosen Pembimbing I dalam Pelaksanaan Tugas
Akhir.
5. Bapak Muhamad Imron Zamzani, S.T selaku Dosen Pembimbing II dalam
Pelaksanaan Tugas Akhir.
6. Orang Tua dan Saudara yang telah memberikan doa, semangat dan nasihat.
7. Teman-teman terdekat dan teman-teman angkatan 12 Akamigas Balongan yang
selalu memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dilihat dari segi menyajikan data maupun penulisannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penulisan
selanjutnya yang lebih baik.

Indramayu,

Juni 2016

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL .................................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1

Latar Belakang..................................................................................1

1.2

Tema Tugas Akhir ............................................................................2

1.3

Tujuan ...............................................................................................2

1.4

1.3.1

Tujuan Umum ......................................................................2

1.3.2

Tujuan Khusus .....................................................................2

Manfaat ............................................................................................ 3
1.4.1

Manfaat Bagi Perusahaan .....................................................3

1.4.2

Manfaat Bagi Akamigas Balongan ......................................3

1.4.3

Manfaat Mahasiswa .............................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................5


2.1

Pengertian Perakahan Hidrolik (Hydraulic Fracturing) ..................5

2.2

Mekanika Batuan ..............................................................................5

2.3

Mekanika Fluida ...............................................................................6

ix

2.4

2.5

2.3.1

Rheology ...............................................................................7

2.3.2

Leak-Off Fluid (Kebocoran Fluida .......................................7

2.3.3

Fluida Perekah dan Additive.................................................9

Material Pengganjal (Proppant) .....................................................10


2.4.1

Jenis Proppant ....................................................................11

2.4.2

Konduktivitas Rekahan ......................................................13

Model Geometri Rekahan...............................................................13


2.5.1

PAN American Model ........................................................14

2.5.2

PKN dan KGD ...................................................................15

2.6

Peralatan Perekahan Hidrolik .........................................................16

2.7

Perencanaan Perekahan Hidrolik ....................................................17

2.8

Operasi Perekahan Hidrolik ...........................................................17

2.9

Evaluasi Hasil Perekahan Hidrolik .................................................18


2.9.1

Hasil Keberhasilan Perekahan Hidrolik berdasarkan


Productivity Index secara Teoritis ......................................19

2.9.2

Hasil Keberhasilan Perekahan Hidrolik berdasarkan


Productivity Index secara Operasional ...............................23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................24


3.1

Observasi Lapangan ......................................................................24

3.2

Studi Literatur .................................................................................24

3.3

Pengambilan Data ...........................................................................24

BAB IV RENCANA KEGIATAN .....................................................................26


4.1

Tempat dan Waktu Pelaksanaan .....................................................26

BAB V PENUTUP .............................................................................................27


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Untuk meningkatkan nilai produksi pada suatu sumur minyak dan gas
khususnya pada sumur yang memiliki nilai permeabilitas rendah dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan laju alir hydrocarbons dari drainage area
menuju ke wellbore. Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan laju alir hydrocarbons dinamakan dengan teknik hydraulic
fracturing.
Hydraulic Fracturing dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
dilakukan untuk membuat rekah atau sistem rekah pada porositas batuan
formasi dengan cara menginjeksikan fluida bertekanan melalui lubang sumur
(G. C Howard and C. R. Fast 1967). Untuk melakukan rekah pada formasi
aktual, energi yang diberikan melalui wellhead dari pumping equipment harus
dapat ditrasmisikan sampai ke subsurface. Pada proses transmisi energy dapat
terjadi kehilangan energi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu frictional
pressure drop pada string injeksi, viscous pressure drop yang dipengaruhi oleh
laju alir fluida injeksi sampai ke daerah rekah, dan pressure drop karena leakoff
dari daerah rekah menuju formasi reservoir.
Dalam industri perminyakan teknik hydraulic fracturing pada well
stimulation telah digunakan untuk menyelesaikan empat masalah dasar.
Pertama, dilakukan untuk menyelesaikan masalah kerusakan lubang sumur
yang terjadi karena fluida pemboran. Kedua, dilakukan untuk membuat
penetrasi rekah reservoir yang lebih dalam. Ketiga, dilakukan untuk membantu
operasi secondary recovery dalam hal ini berperan untuk meningkatkan
kapasitas dari sumur injeksi air dalam menerima fluida pada bertekanan dan
memproduksi kapasitas saluran laju alir yang tinggi menuju sumur produksi,
dimana dapat meningkatkan efisiensi pada proyek gas atau waterflooding.
Keempat, untuk membuang oilfield brines yang ikut terproduksi kembali ke
formasi. Dengan dilakukannya teknik hydraulic fracturing secara optimal

dapat memberikan efek peningkatan produktivitas sumur sehingga dapat


meningkatkan nilai ekonomis dari suatu sumur.
Maksud dan tujuan penulis dari studi hydraulic fracturing ini adalah
untuk melakukan Evaluasi Hydraulic Fracturing untuk Meningkatkan Laju
Produksi pada Sumur X Lapangan Y dalam mencapai target peningkatan
produktivitas sumur, melakukan analisa terhadap perubahan nilai indeks
produktivitas setelah dilakukan hydraulic fracturing, mempelajari faktor-faktor
yang

dapat

mempengaruhi

keberhasilan

hydraulic

fracturing,

serta

mengevaluasi perkembangan sumur yang telah dilakukan optimasi hydraulic


fracturing. Penulis berharap hasil optimasi pengembangan sumur ini dapat
dijadikan sebagai bahan studi baik bagi penulis maupun mahasiswa mahasiswi
Akamigas Balongan serta masyarakat pada umumnya.

1.2 Tema Tugas Akhir


Tema yang diambil dalam tugas akhir ini adalah Evaluasi Hydraulic
Fracturing untuk Meningkatkan Laju Produksi pada Sumur X
Lapangan Y.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Tugas Akhir.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah
dengan mengaplikasikannya di lapangan.
3. Mengetahui informasi mengenai gambaran pelaksanaan pekerjaan
diperusahaan maupun institusi tempat tugas akhir berlangsung.
4. Meningkatkan kualitas dan keahlian mahasiswa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pemilihan sumur yang dapat diaplikasikan hydraulic
fracturing.
2. Mengetahui manfaat dari hydraulic fracturing.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan hydraulic


fracturing.
4. Mengetahui mekanika hydraulic fracturing.
5. Mengetahui peralatan mekanik hydraulic fracturing.
6. Mengetahui pengaruh dari hydraulic fracturing pada sumur X
lapangan Y secara optimal.
7. Melakukan Evaluasi hydraulic fracturing untuk meningkatkan laju
produksi pada sumur x lapangan y.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Perusahaan
1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa yang Tugas Akhir
dalam membantu menyelesaikan tugas-tugas untuk kebutuhan di unitunit kerja yang relevan.
2. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi
yang ada pada perusahaan tersebut.
3. Perusahan ikut serta dalam pengamalan UUD 1945 Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara perusahaan tempat tugas akhir dengan mahasiswa teknik
perminyakan AKAMIGAS BALONGAN.
1.4.2 Manfaat Bagi Akamigas Balongan
1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat tugas
akhir.
2. Sebagai sarana untuk kerjasama dengan perusahaan.
3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan
tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan tugas akhir.

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa


1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi di lingkungan kerja.
2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan
dalam praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya.
3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan
tempat mahasiswa tugas akhir.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Perekahan Hidraulik (Hydraulic Fracturing)


Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) ialah usaha membuat rekahan
untuk jalan mengalirnya fluida reservoir ke lubang sumur dengan cara
menginjeksikan fluida perekah pada tekanan diatas tekanan rekah formasi.
Setelah formasi mengalami perekahan fluida terus diinjeksikan untuk
memperlebar rekahan yang terjadi. Untuk menjaga agar rekahan tidak menutup
kembali, maka rekahan yang terjadi diganjal dengan pengganjal berupa pasir
(proppant). Proppant yang digunakan harus mampu mengalirkan fluida dan
dapat menahan agar rekahan tidak menutup kembali, oleh karena itu proppant
tersebut harus memiliki permeabilitas yang besar dan kekuatan yang cukup baik
agar tidak mudah hancur terkena tekanan dan temperatur yang tinggi.
Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) dilakukan pada sumur-sumur
yang mengalami penurunan laju produksi sehingga produktifitas sumur
berkurang. Hal ini disebabkan antara lain formasi batuan yang cukup ketat
(consolidated), dimana fluida reservoir sulit untuk mengalir, sehingga perlu
dilakukan stimulasi perekahan hidolik (hydraulic fracturing).
2.2 Mekanika Batuan
Untuk dapat merekahkan batuan reservoir, maka pada batuan tersebut
harus diberikan tekanan sampai melebihi tekanan dari gaya-gaya yang
mempertahankan keutuhan batuan tersebut. Sehingga jika tensile stress
terlewati, maka batuan akan merekah pada bidang yang tegak lurus terhadap
stress utama terkecil. Dengan kata lain, jika arah stress utama terkecil
horisontal, maka rekahan yang terjadi adalah vertikal. Sebaliknya jika stress
utama terkecil vertikal, maka rekahan yang terjadi adalah horisontal.
Batuan dalam bumi akan mengalami tegangan-tegangan yang
diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja atau dikenakan kepadanya.

Sifat batuan yang cukup penting adalah hubungan kerapuhan relatif


batuan terhadap tegangan (tension). Dalam kenyataannya, kuat tekan
(compressive strength) batuan dapat menjadi dua kali lipat dari kuat tarik
(tensile strength) batuan tersebut. Sifat batuan seperti ini akan sangat berguna
untuk pelaksanaan perekahan hidrolik (hydraulic fracturing). Pada dasarnya
perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) meliputi kekuatan penghancuran
dinding lubang bor yakni kemampuan menghancurkan dinding batuan
reservoir. Dalam mekanika batuan, suatu batuan dapat diasumsikan sebagai
suatu material yang bersifat elastis, seragam (homogen), dan isotropis. Gayagaya yang bekerja, antara lain:
- In-situ Stress : gaya per unit area

F
lim
........(5-1)
A 0 A
- Overburden Stress : gaya akibat beban formasi diatasnya
H

ov g (z) dz ...........(5-2)
0

Dimana rata-rata gradient (g) berkisar 0,95 1,1 psi/ft, densitas formasi ()
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa densitas batuan berkisar antara
125 - 200 lb/ft3.

2.3 Mekanika Fluida


Fluida perekah digunakan agar rekahan yang terjadi cukup besar
sehingga proppant dapat masuk ke dalam tanpa mengalami mampat (bridging)
atau pengendapan (settling). Untuk itu, fluida perekah harus berviskositas besar
dan kehilangan fluida juga harus diperkecil, dengan jalan menambahkan
polimer, yang akan membentuk sifat wall building.

2.3.1 Rheology
Pengetahuan tentang rheology fluida perekah diperlukan untuk
mendapatkan harga viskositas yang cukup berdasarkan besarnya harga
shear rate dan shear stress nya. Di dalam rheology, dikenal tiga jenis
fluida perekah, yaitu newtontan, bingham plastik dan power law.
Untuk fluida Newtonian berlaku hubungan berikut :
= (du/dy) = ...........(5-3)
Sedangkan untuk fluida Bingham Plastic berlaku :
= + y ...............(5-4)
Dan untuk fluida Power Law berlaku hubungan :
= K n ...(5-5)
dimana:
= shear stress
= shear rate
= viskositas (air = 1), cp
y = yield point (fluida Newtonian = 1)
K = consistency index, lbf-secn /ft2
n = power law index
2.3.2 Leak-off Fluid (kebocoran fluida)
Kehilangan fluida (leak-off) adalah terjadinya aliran fluida
perekah masuk ke dalam formasi. Hal ini disebabkan karena tingginya
tekanan fluida yang dipompakan ke formasi, sehingga menyebabkan
volume rekahan yang terjadi berkurang serta proppant akan mengalami
pemampatan dan mengendap. Leak-off merupakan faktor penting dalam
penentuan geometri rekahan.
Cooper et al. mendiskripsikan harga koefisien leak-off total (Ctot)
yang terdiri dari tiga mekanisme yang terpisah sebagai berikut :

1. Viscosity controlled (Ct), adalah suatu kehilangan fluida yang


dipengaruhi oleh viskositas. Penentuan besarnya harga Ct (ft/menit1/2)
didapat dengan persamaan :

Ct = 0.0469

k P
1

............(5-6)

dimana:
k

= permeabilitas relatif formasi terhadap material yang


leak off, md

= porositas batuan, fraksi

1 = viskositas filtrat fluida perekah kondisi formasi, cp


P = beda tekanan antara fluida didepan dinding dengan
tekanan di pori-pori batuan, psia
2. Compressibility controlled (CH), adalah suatu kehilangan fluida yang
dipengaruhi oleh kompresibilitas. Penentuan besarnya harga CH
(ft/menit1/2) dapat dilakukan dengan persamaan :
k Ct

CH = 0.0374 P

..........(5-7)

dimana:
Ct = kompresibilitas total formasi, psi-1

= viskositas fluida formasi yang bisa bergerak pada


kondisi reservoir, cp

3. Wall building mechanism (CHt), yang terbentuk dari residu polimer di


dinding formasi yang menghalangi aliran ke formasi. Hal ini penting
untuk membatasi fluida yang hilang ke formasi. Harga CHt dihitung
berdasarkan percobaan di laboratorium, dimana harga CHt merupakan
kemiringan pada daerah linier.
Dari ketiga mekanisme diatas, maka besarnya koefisien leak-off total
adalah sebagai berikut :
Ctot =

C t C Ht C Ht

2 C t C H C Ht
2

C t 4C H C t C Ht
2

1/2

,..........(5-8)

2.3.3 Fluida Perekah dan Additive


Fluida yang dipakai dalam operasi perekahan hidrolik dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu :
1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air).
2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak).
3. Emulsion base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar asam).
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah
adalah:
1. Stabil.
2. Tidak menyebabkan kerusakan formasi.
3. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah.
4. Mampu membawa bahan pengganjal kedalam rekahan yang dibuat.
Pada operasi perekahan hidrolik proses pemompaannya adalah
sebagai berikut:
a. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant,
biasanya minyak, air, dan atau foam dengan gel berkadar rendah atau
friction reducer agent, fluid loss additive dan surfactant atau KCl
untuk mencegah damage, dan ini dipompakan didepan untuk
membantu memulai membuat rekahan.
b. Pad, yaitu fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar
lubang dapat dimasuki slurry dengan proppant.
c. Slurry dengan proppant, yaitu proppant dicampur dengan fluida
kental,

proppant

ditambahkan

sedikit

demi

sedikit

selama

pemompaan, dan penambahan proppant ini dilakukan sampai harga


tertentu pada alirannya (tergantung pada karakteristik formasi, sistem
fluida, dan gelling agent).
d. Flushing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai dekat dengan
perforasi, viskositasnya tidak terlalu tinggi dengan friksi yang rendah.
Dalam operasi perekahan hidrolik suatu fluida perekah harus
menghasilkan friction yang kecil tetapi mempunyai viskositas yang tinggi

untuk dapat menahan proppant, dan dapat diturunkan kembali setelah


operasi dengan mudah. Dalam hal ini additive atau zat tambahan
diperlukan untuk mengkondisikan fluida perekah sesuai dengan
kebutuhan. Adapun additive yang perlu ditambahkan dalam fluida dasar
adalah sebagai berikut:
1. Thickener, berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental
fluida dasar.
2. Crosslinker, diperlukan untuk meningkatkan viskositas dengan jalan
mengikat satu molekul atau lebih sehingga proppant yang dibawa
tidak mengalami settling (pengendapan) serta memperkecil leak-off
fluida ke formasi.
3. Buffer, berupa additive pengontrol pH.
4. Bactericides/biocides, additive anti bakteri untuk mengatasi bakteri
penyerang polimer merusak ikatan polimer dan mengurangi
viskositasnya. Bactericides tidak dipergunakan apabila fluida
dasarnya minyak.
5. Gelling agent, (pencampur gel) additive untuk menghindari
mengumpulnya Sgel.
6. Fluid Loss additive, additive untuk memperkecil fluid loss.
7. Breakers, untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer
(viskositasnya kecil) setelah penempatan proppant agar produksi
aliran minyak kembali mudah dilakukan.
2.4 Material Pengganjal (Proppant)
Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang
terbentuk tidak menutup kembali akibat clossure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir
yang bersangkutan.

10

2.4.1 Jenis Proppant


Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini
adalah pasir alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan
proppant keramik (Ceramic Proppant).
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke
dalam kondisi baik sekali, baik, dan dibawah standar. Golongan yang
paling baik menurut standart API adalah premium sands yang berasal
dari Illinois, Minnesota, dan Wisconsin. Biasanya disebut Northern
Sand, White Sand, Ottawa Sand, atau jenis lainnya misalnya
Jordan Sand. Golongan yang baik berasal dari Hickory Sandstone
di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap dari pada
pasir Ottawa. Umumnya disebut Brown Sand, Braddy Sand, atau
Hickory Sand. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu kelebihan
pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang lebih
murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata
(tidak tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh
merata di setiap bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancur karena
tidak mampu menahan beban yang diterimanya, maka butiran yang
hancur tersebut akan tetap melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida
karena adanya lapisan resin. Hal ini tentu saja merupakan kondisi yang
diharapkan, dimana migrasi pecahan butiran (fine migration)
penyebab penyumbatan pori batuan bias tereliminasi. Proppant ini
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

11

a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara
pembakaran alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan
kestabilam efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini
dinjeksikan dibagian belakang (membuntuti slurry proppant) untuk
mencegah proppant mengalir balik ke sumur (proppant flow back).
Setelah membeku, proppant ini akan membentuk massa yang
terkonsolidasi dengan daya tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan
sebagai berikut:
a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)
Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7),
memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure
pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.
b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered
Bauxite, memiliki specific gravity 3,65. Karena harganya yang
mahal maka proppant ini hanya digunakan untuk mengatasi
tekanan yang benar-benar tinggi. Proppant jenis ini mampu
menahan tekanan sebesar 12000 psi, biasa digunakan untuk
temperature tinggi dan sumur yang sour (mengandung H2S).
c. Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan
butiran keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih
baik. Khusus untuk resin coated proppant, variasi yang
dimunculkan semakin banyak. Resin Coated Ceramic memiliki
ketahanan terhadap clossure pressure sebesar 15000 psi dan
temperature hingga 450 oF.

12

2.4.2 Konduktivitas Rekahan


Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas
rekahan antara lain :
1. Kekuatan proppant.
2. Ukuran proppant.
3. Kualitas proppant.
4. Bentuk butiran proppant.
5. Konsentrasi (densitas proppant).
2.5 Model Geometri Rekahan
Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi enersi. Secara umum
model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2-D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D).
2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)
Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D.
3. Model 3 dimensi (3-D)
4. Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
a. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh
Carter
b. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
c. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model) lalu diperbaharui oleh
Geertsma dan de Klerk (Shell).

13

Model Hydraulic Fracturing Pseudo-3D dan Fully 3D


Pada gambar 5.1 menunjukan perbedaan antara model pseudo-3D atau model
2D dengan model fully 3D, dimana model fully 3D menunjukan model
hydraulic fracturing yang lebih realistis dibandingkan dengan model pseudo3D dan 2D.
2.5.1 PAN American Model
Howard dan Fast memperkenalkan metode ini yang kemudian
dipecahkan secara matematis oleh Carter. Untuk menurunkan
persamaannya maka dibuat beberapa asumsi :
a. Rekahannya tetap lebarnya.
b. Aliran ke rekahan linier dan arahnya tegak lurus pada muka rekahan.
c. Kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari
panjang waktu pada mana titik permukaan tsb mulai mendapat aliran.
d. Fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol
pada waktu pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut.
e. Tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di
formasi, dan dianggap konstan.
Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk
luas bidang rekah satu sayap :

14

A(t)

q i W 2
e
4C 2

t 4C t

1
W W
....... (5-9)

atau

A(t)

qi W
4C 2

x2
e

1
.....(5-10)

2x

dimana:

x 2C .t w
A(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
q

= laju injeksi, cuft/menit

W = lebar rekahan, ft
t

= waktu injeksi, menit

= total leak off coeffisient, ft/menit1/2

2.5.2 PKN dan KGD


PKN adalah model pertama dari 2D yang banyak dipakai dalam
analisa setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang (atau
dalam) rekahan jauh lebih besar dari tinggi rekahan (xfhf). Apabila
sebaliknya, dimana tinggi rekahan jauh lebih besar dari kedalamannya
(xfhf) maka metode KGD-lah yang harus dipilih. Sebenarnya ada
bentuk lain yang disebut radial atau berbentuk mata uang logam(penny
shape) kalau xf = hf, tetapi jarang dipakai. Dalam Persamaan harga E
sering diganti dengan G, yaitu Modulus Shear Elastis (G)yang
hubungannya dengan Modulus Young (E), adalah :

E
21 v ....................................................................(5-11)

15

Tabel. 5.1
Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,
Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan
Dianggap Laju Injeksi Konstan
Model
L(t)

(0,t) - H

W(0,t)

Geometri

Model PKN

Model KGD

Gq 3
o

C1
(1 v)h f 4

1/ 5

t4/5

1/ 4

G qo3 2 / 3
C4
t
3
(1 v)h f

(1 v) q 2
o
C2

Gh

(1 v) q 3
o
C5

Gh f 3

1/ 5

4/5

C 3 Gq o 3 L

H f (1 v) 3

1/ 4

1/ 3

C4
2H f

1/ 4

Gq h 3
o 3f 2
(1 v) L

1/ 4

2.6 Peralatan Perekahan Hidrolik


Pada pekerjaan Perekahan Hidrolik (Hydraulic Fracturing), peralatanperalatan yang digunakan antara lain:
1. Tempat Penampungan Fluida (Fluid Storage)
Untuk menampung fluida dasar.
2. Peralatan Penampung Material Pengganjal (Proppant Storage)
Untuk menampung proppant.
3. Peralatan Pencampur (Blender)
Peralatan pencampur dipakai untuk menyampur fluida dasar, proppant, dan
berbagai additivenya.
4. Peralatan Pompa Bertekanan Tinggi (Frac Pump)
Pompa bertekanan tinggi yang digunakan saat merekahkan formasi.
5. Peralatan Pengontrol Utama (Treatment Monitoring)

16

Pengontrol ini berupa indikator-indikator pressure, densitas fluida,


kecepatan alir fluida dan peralatan kontrol lainnya.
6. Peralatan Pipa-Pipa di Permukaan dan Manifold
Peralatan pendukung dan pemecah aliran fluida.
2.7 Perencanaan Perekahan Hidrolik
Perencanaan perekahan (datafrac) dilakukan untuk memperoleh
parameter-parameter perekahan setempat secara tepat. Data yang diukur antara
lain tekanan menutup rekahan (clossure pressure), pengukuran leak-off dan
efisiensi fluida. Prosedur pada data frac ini meliputi antara lain : formation
breakdown, data perekahan yang pernah dilakukan pada formasi tersebut, step
rate test (test laju bertingkat), shut-in decline test (test penutupan), back flow
test (test aliran balik), minifrac (rekahan mini), leak-off test (test kebocoran
fluida).
2.8 Operasi Perekahan Hidrolik
Dalam operasi perekahan hidrolik (Hydraulic Fracturing), analisis
tekanan perekahan yang dihasilkan dari pump schedule memegang peranan
amat penting. Analisis tekanan lebih mudah di interpretasikan bila alirannya
konstan, tanpa ada pengembangan rekahan yang dipercepat, formasi homogen,
tanpa ada proppant bridging, atau ada rekahan alamiahnya, terbukanya
perforasi yang tadinya yang tadinya ada sebagian yang menutup atau
bercabangnya rekahan dan seterusnya.
Tekanan akan bertambah sejalan dengan injeksi dan dilanjutkan dengan
penghentian pemompaan (ISIP = Insstantenous Shut In Pressure) dimana
dimulai fase penurunan sampai rekahan mulai menutup bersamaan dengan fluid
loss sampai rekahan sudah tertutup. Pada fase ini fluid loss masih berlanjut
dengan pola yang berbeda sejalan dengan penurunan laju fluid loss dan menuju
ke tekanan reservoirnya. Baik kenaikan tekanan pada waktu injeksi maupun
grafik penurunan selama penutupan rekahan dan penurunan tekanan akan dapat
dianalisa secara kuantitatif maupun kualitatif. Kenaikan tekanan sesaat pada
waktu rekahan mulai pecah tidak terlihat karena waktunya sangat sigkat. Harga

17

clossure pressure adalah sedikit dibawah titik defleksi (fracture close on


proppant) karena proppant masih mengalami pemampatan sampai berhenti
dan harga ini sedikit lebih besar dari tekanan tersebut.
Tekanan perekahan seringkali merupakan satu-satunya data yang dapat
diperoleh secara langsung pada saat treatment di lapangan. Suatu grafik plot
log-log dari tekanan dasar sumur versus waktu (Nolte and Smith) dapat
digunakan sebagai model untuk membuat interpretasi dari tekanan perekahan
ini. Harga stress horisontal maksimum (in-situ stress) dapat diperoleh dari
analisa penurunan tekanan yang dilakukan pada saat pemompaan dihentikan,
yaitu setelah serangkaian test injeksi selesai dilakukan. Rekahan akan tetap
membuka jika tekanan yang diberikan lebih besar dari harga closure pressure

Skema Hydraulic Fracturing pada Reservoir Low Permeability


2.9 Evaluasi Hasil Perekahan Hidrolik
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan perekahan
hidrolik berhasil atau tidak. Secara umum ukuran keberhasilan suatu proyek
stimulasi

adalah

berhubungan

dengan

indeks

produktivitas

sumur.

Keberhasilan suatu perekahan hidrolik dapat dilakukan dengan melakukan


evaluasi kenaikan, yaitu secara teoritis maupun secara operasional.

18

2.9.1 Evaluasi Keberhasilan Perekahan Hidrolik berdasarkan Productivity


Index secara Teoritis
Perekahan Hidrolik bisa dikatakan berhasil bila terdapat
kenaikan productivity index yang cukup berarti. Biasanya

dengan

membandingkan antara harga productivity index open hole dengan


productivity index setelah rekahan. Untuk menganalisa suatu perekahan
hidrolik dapat dipergunakan beberapa metode. Metode yang umum
digunakan adalah Prats, Tinsley et al, dan McGuire & Sikora un tuk
sumur pada steady state dan pseudo steady state. Menurut Gilbert,
productivity index suatu sumur minyak dapat dituliskan sebagai berikut :

PI J

q
Ps Pwf

........................................................................(5-12)

atau,

PI J

0.007082.k .h
r
o .Bo ln e
rw ..............................................................(5-13)

dimana:
PI = J = Productivity Index, stb/day/psi
q

= laju produksi, bbl/day

Ps

= tekanan statik formasi, psia

Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia


k

= permeabilitas efektif, md

= ketebalan formasi produktif, ft

o = viskositas minyak, c
Bo = faktor volume formasi minyak, stb/bbl
re

= jari-jari pengurasan, ft

rw

= jari-jari sumur, ft

19

Metode yang akan dibahas disini ada dua, yaitu Metode Prats dan
Metode McGuire-Sikora.
1. Metode Prats
Anggapan dalam persamaan Prats adalah steady state,
didaerah silinder, inkompressible, konduktivitas rekahan tak terhingga
dan tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi. Prats menunjukkan
bahwa bila radius lubang sumur kecil dan kapasitas rekahan besar
maka radius sumur efektif bisa dianggap dari total panjang rekahan.
Persamaan Prats adalah sebagai berikut :

r
ln e
qf
rw

qo

r
ln e
1r
v
4

......................................................................(5-14)

dimana:
qf

= production rate setelah rekahan, bbl/day

qo

= production rate open hole, bbl/day

re

= jari-jari pengurasan, ft

rw

= jari-jari sumur, ft

rv

= vertical fracture penetration, ft


Prats menganalogikan perekahan dengan penambahan harga

radius sumur. Aliran fluida dari formasi ke area perekahan, dianggap


seperti aliran radial dari formasi ke lubang sumur, tanpa perekahan
dengan radius efektif sumur sebagai fungsi dari konduktifitas rekahan
tanpa dimensi. Persamaannya adalah
C FD

Kf W
K Lf

..............................................................................(5-15)

20

dimana :
CFD = Dimensionless Fracture Conductivity
Kf

= Permeabilitas rekahan, md

= Permeabilitas formasi, md

= Tebal rekahan, inchi

Lf

= Setengah panjang rekahan, ft


Asumsi-asumsi yang digunakan dalam persamaan Prats

adalah:
Fluida incompressible dan steady state
Konduktifitas rekahan tidak terbatas
Tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
Kelemahan metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap
ideal.
2. Metode McGuire-Sikora
McGuire dan Sikora mempelajari tentang efek rekahan
vertikal pada produktifitas pada reservoir dengan tenaga pendorong
solution gas. Asumsi yang digunakan adalah:
Aliran adalah pseudo steady state.
Laju aliran konstan tanpa ada aliran dari luar batas re.
Fluida incompressible.
Daerah pengurasan berbentuk segiempat sama sisi.
Lebar rekahan sama dengan lebar formasi.
Prosedur metode ini dengan menggunakan grafik McGuire
dan Sikora, yaitu :
1) Menghitung perbandingan panjang rekahan (xf) dengan jari-jari
pengurasan sumur (re).
2) Menghitung harga konduktifitas relatif (absis pada grafik McGuire
dan Sikora).

12.w.k f
k

40
A ..........................................................................(5-16)

21

3) Dari perpotongan kurva xf/re pada grafik McGuire dan Sikora,


maka akan didapatkan harga pada sumbu y.
4) Menghitung rasio PI sesudah rekahan dengan PI sebelum rekahan
(open hole).

Jf
7.13

Jo

r
ln 0.472. e
rw

.............................................................(5-17)
dimana :
Jf = Productivity Index setelah rekahan, bbl/day/psi
Jo = Productivity Index open hole, bbl/day/psi
Metode McGuire dan Sikora ini adalah yang paling banyak
digunakan saat ini. Dari grafik McGuire dan Sikora kita bisa mengambil
beberapa kesimpulan:
1) Pada

permeabilitas

yang

rendah

(dengan

perekahan

yang

konduktifitasnya tinggi), maka hasil kenaikkan produktifitas akan


makin besar terutama karena panjang rekahan dan bukan dari
konduktifitas relatif rekahan.
2) Untuk suatu panjang rekahan Lf akan ada konduktifitas rekahan
optimal.

Menaikkan

konduktifitas

rekahan

tidak

akan

menguntungkan. Misalnya untuk harga Lf / Lc = 0,5 kenaikkan


selanjutnya tak ada artinya untuk harga konduktifitas relatif diatas 105.
3) Maksimum kenaikan perbandingan produktifitas indeks teoritis untuk
sumur yang tidak rusak adalah 13,6.

22

Grafik MC Guire-Sikora
2.9.2 Evaluasi

Keberhasilan

Perekahan

Hidrolik

berdasarkan

Productivity Index secara Operasional


Evaluasi
productivity

keberhasilan

index

secara

perekahan
operasional,

hidrolik

berdasarkan

maksudnya

adalah

membandingkan harga productivity index sebelum rekahan dengan harga


productivity index setelah rekahan sesuai dengan data-data aktual di
lapangan (operasional). Data operasional tersebut meliputi data sumur,
data reservoir, dan data test produksi.

23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pelaksanaan Tugas Akhir, diharapkan agar mahasiswa/i mampu melakukan


studi kasus dengan mengangkat suatu kasus yang dijumpai di tempat pelaksanaan
Tugas Akhir untuk melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses untuk dikaji
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Untuk mendukung pelaksanaan Tugas
Akhir, maka penulis menggunakan beberapa metode penelitian, antara lain:

3.1 Observasi Lapangan


Melakukan kegiatan optimasi pengembangan sumur X lapanan Y
menggunakan skenario hydraulic fracturing dengan meninjau secara cermat
baik ditinjau segi teori, perhitungan survey pengembangan sumur, segi
mekanik dan gaya-gaya atau gangguan yang dialami oleh stimulasi sumur
dengan skenario hydraulic fracturing.

3.2 Studi Literatur


Merupakan data yang diperoleh dari buku buku atau hand book
sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan
topik yang di tulis.

3.3 Pengambilan Data


Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku atau hand book sebagai
bahan utama atau juga bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang
berkaitan dengan tema yang diambil. Sekaligus menambah wawasan serta
pengetahuan bagi mahasiwa dengan mengumpulkan data-data berupa teori
yang sesuai dengan tema yang diambil dalam tugas akhir ini. Referensi yang
diambil, baik bersumber dari perusahaan, media elektronik, konsultasi dengan
dosen pembimbing akademik dan dosen lapangan serta referensi yang berasal
dari perpustakaan di kampus.

24

FLOWCHART
Langkah langkah kegiatan penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir
dapat diilustrasikan dalam flowchart sebagai berikut:

START

STUDI LITERATUR

PENGAMBILAN DATA PERUSAHAAN

DATA PRIMER

DATA SEKUNDER

EVALUASI DATA

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

25

DATA AKTUAL

BAB IV
RENCANA KEGIATAN

4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tugas Akhir ini akan dilaksanakan di PT CONOCOPHILLIPS
INDONESIA INC. LTD Selama 8 (delapan) minggu. Setelah disesuaikan
dengan jadwal akademik. Waktu yang diajukan untuk pelaksanaan tugas akhir
dimulai dari tanggal 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Agustus 2016, untuk waktu
yang lebih spesifik dapat disesuaikan dengan yang ada di perusahaan ataupun
laboratorium tempat penulis melakukan Tugas Akhir. Secara terstruktur,
kegiatan tugas akhir dapat dilihat pada table berikut:
Tabel II
Rencana Kegiatan Tugas Akhir
WAKTU (BULAN)
KEGIATAN
1

Mei

Juni

Juli

Agustus

Judul
Proposal
Pengajuan proposal ke
perusahaan
Pengambilan data
lapangan
Analisa data
Evaluasi data
Penyusunan draft
laporan
Pembuatan slide
presentasi
Presentasi dan
penyerahan laporan

26

BAB V
PENUTUP

Demikianlah proposal usulan kegiatan tugas akhir yang direncanakan akan


dilakukan di PT CONOCOPHILLIPS INDONESIA INC. LTD. Saya berharap
kegiatan ini mendapat sambutan yang baik dari pihak perusahaan. Melihat
keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka saya sangat mengharapkan
bantuan dan dukungan dari pihak perusahaan demi melancarkan tugas akhir ini.
Bantuan yang sangat saya harapkan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah :
1. Adanya bimbingan selama tugas akhir.
2. Kemudahan dalam mengadakan penelitian atau mengambil data-data yang
diperlukan.
Terimakasih atas perhatian dan bantuan dari PT CONOCOPHILLIPS INDONESIA
INC. LTD.

Indramayu,

Juni 2016

Penyusun,

Paulus Rama Bimantoro

27

DAFTAR PUSTAKA

Economides, Michael J., Kenneth G. Nolte. 2000. Reservoir Stimulation 3rd


Edition. England: John Wiley & Sons
Ltd
Howard, G.C., C.R. Fast. 1967. Hydraulic Fracturing. Oklahoma: Tulsa

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai