Anda di halaman 1dari 4

7.5.3.

Grafik Percobaan
Bentonite vs KTK
25

20
KTK, (Meg/100gr)

15
Boyolali
Pacitan
10 Semarang
R/Unigel

0
0 2 4 6 8 10 12
Bentonite, gr

Grafik 7.1
Bentonite vs KTK
7.6. PEMBAHASAN
Praktikum Analisa Lumpur Pemboran acara ketiga berjudul Pengukuran
Harga MBT (Methylene Blue Test). Percobaan ini bertujuan untuk menentukan
kemampuan clay dalam mengikat kation dari suatu larutan dan menentukan harga
harga KTK (Kapasitas Tukar Kation) atau CEC (Cation Exchange Capacity)
suatu sampel bentonite. Alat-alat dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam
percobaan ini adalah timbangan, gelas ukur 50 cc, gelas Erlenmeyer 250 cc,
magnet batang, hot plate, multi magnetisir, pipet, buret titrasi, kertas saring,
stopwatch, bentonite, aquades, H2SO4, dan methylene blue. Prinsip kerja pada
percobaan ini adalah titrasi.
Percobaan ini diawali dengan mengambil 2 ml sampel lumpur dan dicampur
dengan 10 ml aquades. Selanjutnya mengaduk campuran tersebut sampai
tercampur dengan baik sambil menetesinya dengan 10 tetes H2SO4 5 N. Tujuan
dilakukannya pengadukan adalah agar campuran dan anion- anion dari campuran
tersebut tercampur secara merata. Kemudian memanaskannya pada hot plate
sampai 10 menit, hal ini dilakukan agar zat aditif yang ada dalam lumpur tidak
mendehidrasi air dan dititrasi dengan MBT setiap 3 ml. setelah 3 ml mengujinya
dengan meneteskan campuran tersebut ke atas kertas saring sampai muncul
gradasi warna. Jika telah terbentuk gradasi warna maka harga MBT yang
digunakan sudah cukup.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh plug C yaitu
menggunakan bentonite Boyolali diperoleh jumlah Methylene blue yang
digunakan untuk titrasi sebesar 12 ml mengapa kita melakukan titrasi sampai 12
ml MBT karena pembacaan pada filter paper belum menunjukkan adanya
degradasi warna pada filter paper akibat dari tidak dilakukannya pengadukkan
menggunakan multi magnetiser sehingga diperlukan banyak larutan MBT untuk
mentitrasi lumpur dan dari perhitungan didapat harga Bentonite Equivalent
sebesar 30 ppb dan harga CEC sebesar 11,70 meq/100 gram. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pada bentonite Boyolali terdapat mineral clay.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini yaitu, karena lumpur yang digunakan
berbahan dasar clay (bentonite termasuk jenis clay) maka harus diperhitungkan
kestabilannya saat terhidrasi oleh air, sehingga dengan pengukuran CEC ini kita
dapat menentukan jenis bahan dasar yang tepat untuk membuat lumpur yang baik.
CEC yang berharga besar dari bentonite pada lumpur kita adalah harga yang baik
karena clay (bentonite) makin baik bereaksi dengan air. Sedangkan jika CEC
berharga kecil maka bentonite akan sulit bereaksi dengan air. Namun untuk
lapisan formasi yang ditembus, kita menghindari clay dengan harga CEC yang
tinggi karena dapat menyebabkan swelling pada lapisan clay itu karena clay
bereaksi dengan air.
7.7. KESIMPULAN
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh plug C terhadap
pengukuran MBT, diperoleh data kuantitatif sebagai berikut.
a. BE = 30 ppb
b. CEC = 11,70 meq/100 gram
2. Pada bentonite Boyolali terdapat mineral clay.
3. Semakin kecil kapasitas tukar kation bentonite, maka semakin baik pula
kemampuan bentonite untuk bereaksi dengan air sehingga bentonite
kurang baik sebagai dasar lumpur. Sebaliknya semakin besar kapasitas
tukar kation bentonite maka akan semakin baik menjadi bahan dasar
lumpur.
4. Pada lapisan clay di formasi sangat dihindari adanya kapasitas tukar
kation yang besar pada clay tersebut karena dapat terjadi swelling clay.
5. Aplikasi lapangan dari percobaan ini yaitu untuk mengatur kestabilan
clay yang terkandung pada lumpur pemboran.

Anda mungkin juga menyukai