Anda di halaman 1dari 28

Pay attention: Not this

kind of cementing!

Penyemenan

❑Intro: Cementing unit


❑Fungsi semen
❑Klasifikasi semen
❑Sifat fisik semen
❑Perhitungan pada penyemenan
❑Latihan soal
1
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Intro: Cementing unit
▪ Cementing unit parts:
▪ Pumping truck
▪ Cementing skid

Cement hopper

Pumping Truck

Cementing Skid Unit

2
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Intro: Cementing unit
• Cement slurry circulation:

Mixing system

3
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Fungsi semen
Fungsi semen tergantung dari jenis penyemenannya:
1. Primary cementing
2. Secondary cementing
a) Re-cementing
b) Squeeze cementing
c) Plug-back cementing

4
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Fungsi semen
1. Primary cementing
Umum:
Melekatkan casing pada dinding lubang sumur.
Conductor casing, surface casing:
Mencegah kontaminasi air tanah oleh lumpur
pemboran.
Intermediate casing:
Menutup zona abnormal, menutup zona lost
circulation.
Production casing:
Isolasi zona produktif.

5
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Fungsi semen
2. Secondary cementing
Umum:
memperbaiki primary cementing.
a) Re-cementing
memperluas perlindungan casing di atas top
cement.
b) Squeeze cementing
memperbaiki kebocoran di casing, menutup zona
lost circulation.
c) Plug-back cementing
meninggalkan sumur.

6
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Fungsi semen

Melekatkan casing dengan dinding lubang Melekatkan liner dengan dinding lubang
sumur sumur

Cement plug untuk well abandonment


Menambal kebocoran di casing

7
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Klasifikasi semen
▪ Kelas-kelas semen & spesifikasinya (API standard):
Kelas semen Range kedalaman Keterangan
A 0 – 6000 ft Ordinary type only
B 0 – 6000 ft Sulphate resistant
C 0 – 6000 ft Early strength

D 6000 – 12000 ft HPHT


E 6000 – 14000 ft HPHT
F 10000 – 16000 ft Very HPHT
G 0 – 8000 ft Standard cement
H 0 – 8000 ft Standard cement

8
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Sifat fisik semen
1. Densitas
2. Thickening time
3. Filtration loss
4. Water cement ratio (WCR)
5. Waiting on cement (WOC)
6. Permeabilitas
7. Compressive strength & shear strength
8. Free water & particle setting
9. Sulphate resistant

9
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Sifat fisik semen
1. Densitas
▪ Massa total semen (bubuk semen+air+aditif) dibagi dengan
volume total semen (bubuk semen+air+aditif) .

▪ Densitas semen tidak boleh melebihi tekanan rekah formasi


(menghindari lost circulation).
▪ Untuk menurunkan densitas semen dapat digunakan
extender (contoh: clay (bentonite)).
▪ Densitas semen yang besar digunakan untuk melawan
tekanan formasi yang besar.
▪ Untuk meningkatkan densitas semen dapat digunakan
barite.

10
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Sifat fisik semen
2. Thickening time
▪ Thickening time: waktu yang diperlukan oleh suspensi
semen untuk mengeras hingga mencapai tingkat kekerasan
sebesar 100 UC (Unit of Consistency).
▪ Thickening time yang pendek digunakan untuk
penyemenan sumur dangkal.
▪ Untuk mempersingkat thickening time dapat digunakan
accelerator.
▪ Thickening time yang panjang digunakan untuk
penyemenan sumur dalam.
▪ Untuk memperpanjang thickening time dapat digunakan
retarder.

11
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Sifat fisik semen
3. Filtration loss
▪ Hilangnya air dari suspensi semen (masuk ke dalam
formasi yang permeabel).
▪ Air yang hilang dari suspensi semen tidak boleh terlalu
banyak.
▪ Jika suspensi semen kekurangan air (flash set), akan
mengakibatkan friksi berlebih pada saat pemompaan
semen.

4. Water cement ratio (WCR)


▪ Perbandingan antara massa air terhadap massa bubuk
semen di dalam suspensi semen (cement slurry).
▪ Kadar air minimum : 30 UC (minimizing fricition).
▪ Kadar air maksimum : maximum free water = 3.5 mL (untuk
250 mL suspensi semen yang didiamkan selama 2 jam).

12
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Sifat fisik semen
5. Waiting on cement (WOC)
▪ Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu sampai semen
yang telah dipompakan mengering.
▪ WOC dipengaruhi oleh tekanan-temperatur lubang sumur,
additive yang ditambahkan ke dalam suspensi semen
(accelerator, retarder).
▪ Field practice: WOC = 24 jam.

6. Permeabilitas
▪ Kemampuan semen (yang telah mengeras) untuk
melalukan/melewatkan fluida.
▪ Permeabilitas semen adalah parameter yang tidak
diinginkan (sebaiknya ksemen = 0), karena sifat permeabilitas
semen yang tinggi akan menurunkan cement strength.

13
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Sifat fisik semen
7. Compressive strength & shear strength
▪ Compressive strength: kekuatan semen untuk menahan
tekanan dari arah horizontal (tekanan formasi & tekanan
dari dalam casing).
▪ Shear strength: kekuatan semen untuk menahan tekanan
dari arah vertikal (berat casing).

Alat penguji compressive strength &


shear bond strength semen

14
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Sifat fisik semen
8. Free water & particle setting
▪ Pengendapan partikel (dalam suspensi semen) & adanya air
bebas menyebabkan permeabilitas semen bertambah besar,
selanjutnya melemahkan strength cement.

9. Sulphate resistant
▪ Sodium sulfat (Na2SO4) yang terkandung di dalam brine
dapat bereaksi dengan semen & melemahkan strength
cement.

15
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Perhitungan pada penyemenan
▪ Desain penyemenan meliputi:
1. Perhitungan volume tubular sumur (drill pipe & annulus).
2. Penentuan geometri sumur & seksi semen (lead, tail) di
dalam sumur.
3. Perhitungan massa atau volume komponen yang diperlukan
(air, semen, additive).
4. Penentuan densitas & yield slurry.
5. Perhitungan pumping time.
6. Perhitungan ECD (Equivalent Circulating Density).

▪ Evaluasi penyemenan meliputi:


1. Evaluasi hasil CBL (Cement Bond Logging)
2. Perhitungan cement Bonding Index.

16
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Desain penyemenan

17
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Desain penyemenan
▪Sketsa geometri sumur:
▪ Perhitungkan 2 seksi casing
terakhir saja
▪ I: kolom lumpur baru
▪ II: shoe joint
▪ III: shoe joint - TD (OH)
▪ IV: TD - top of tail (csg - OH)
▪ V: Top of tail - csg (csg - csg)
▪ VI: Csg - top of lead (csg - csg)
▪ VII: Spacer (csg - csg)
▪ VIII: Lumpur lama (csg - csg)

18
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Desain penyemenan
▪ Hitung volume tiap section:
▪ Section di dalam casing:
▪ Section yang berhadapan dengan OH:
✓ Seksi III:
✓ Seksi IV & seterusnya (yang masih berhadapan dengan OH):

▪ Section yang berhadapan dengan casing:

▪ Excess volume: ekstra volume semen yang ditambahkan sebagai


kompensasi semen yang hilang karena masuk ke lapisan permeabel
(biasanya diambil 25%).

khusus untuk
spacer, volumenya
sudah diketahui,

19
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Desain penyemenan
▪ Hitung volume lead, tail, dan total semen yang dibutuhkan:

▪ Yield cement: volume semen aktual yang terjadi di lubangnsumur untuk setiap 1
sack semen.
20
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Desain penyemenan
▪ Hitung jumlah stroke pompa yang dibutuhkan:
▪ Yaitu jumlah total stroke yang dikerjakan pompa selama proses
penyemenan berlangsung (volume mud+spacer+semen).

21
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Desain penyemenan
▪ Hitung ECD tertinggi:
▪ ECD (Equivalent Circulating Density): densitas slurry yang dipompakan
selama proses penyemenan berlangsung.

▪ dimana tekanan total (P) adalah P hidrostatik annulus + P annulus (friksi)


▪ P dihitung di annulus karena pemompaan dilakukan dari bagian dalam
casing ke arah annulus, sehingga yang menjadi beban pompa adalah
ketinggian kolom vertikal di annulus.

22
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Desain penyemenan
▪ Hitung tekanan maksimum yang terjadi di pompa:
▪ Yang sifatnya membantu:
▪ Tekanan hidrostatik di dalam casing
▪ Yang sifatnya merugikan:
▪ Tekanan hidrostatik di annulus
▪ Friksi di annulus
▪ Friksi di casing
P hyd=0.052 x ppg x depth

▪ Jadi, P max pompa:

23
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Evaluasi penyemenan

24
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Evaluasi penyemenan
▪ Hitung ID casing:
▪ Yaitu:

25
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Evaluasi penyemenan
▪ Tentukan CBL cut-off dengan menggunakan chart:
▪ CBL (Cement Bond Log)
➢ Hasil logging yang dilakukan untuk melihat kuat/tidaknya ikatan antara semen
dengan casing & dinding sumur (cement bond).
➢ Prinsip pengukurannya adalah dengan mengukur konduktivitas semen.
➢ Semen dengan konduktivitas tinggi menandakan bondingnya buruk.

High CBL = poor


bonding
WHY?

➢ Semen dengan bonding buruk akan memiliki pori-pori di dalamnya,


dimana pori-pori tersebut akan terisi oleh brine (air formasi) yang
memiliki daya hantar listrik tinggi (highly conductive).

▪ Cut-off CBL
➢ Nilai CBL minimum yang ditentukan agar semen memenuhi batasan minimal
compressive strength yang telah ditentukan.

26
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Latihan soal: Evaluasi penyemenan

• Hasil evaluasi:

27
Slide : Allen H Lukmana, M.T.
Tugas soal: Desain penyemenan

600

2150

6800

28
Slide : Allen H Lukmana, M.T.

Anda mungkin juga menyukai