Anda di halaman 1dari 18

NOVEL

PADA SEBUAH
KAPAL
KARYA NH DINI
Nama kelompok:
1.Bunga Annisa
2. M. Revansyah
3. Nolis Galih Kurnia
4. Raka Azriel Akbar Basir
5. Yolanda Theresia
Unsur ekstrinsik
Latar Alur cerita dan konflik

Tema
Tokoh dan penokohan

Amanat
a. Sri (aku): pemalu (waktu kecil), rendah hati, suka menolong, mudah percaya, pekerja keras, pengkhianat, keras kepala
Aku amat pemalu. Aku berbicara hanya untuk menjawab pertanyaan yang patut dijawab (Pada Sebuah Kapal, 2003:14)
Aku tidak secerdas kakak-kakakku (Pada Sebuah Kapal, 2003:19)
Keesokan petangnya aku menolong guruku membetulkan sikap tari murid-murid baru (Pada Sebuah Kapal, 2003: 71)
...bahwa aku mempercayai Charles (Pada Sebuah Kapal, 2003: 147)
Kemudian aku kembali ke kabin untuk mengerjakan cucian atau menggosok pakaian di ruang seterikaan yang ada di belakang kapal
(Pada Sebuah Kapal, 2003: 156)
Aku telah mengkhianati suamiku (Pada Sebuah Kapal, 2003:174)
... bantahku dengan keras kepala (Pada Sebuah Kapal, 2003: 203)
b. Sutopo: bij berperharian serta memberiku kebebasan,tidak mudah menyerah, perhatian
Berhasil atau gagalnya seseorang tergantung kepada kekuatan masing-masing (Pada Sebuah Kapal, 2003: 35)
Kita tidak boleh hanya mengenal pelosok kota kita... Di sana tersedia kesempatan buat orang yang suka bekerja (Pada Sebuah Kapal,
2003: 19)
Kau harus ingat kesehatanmu. Kalau kau belum mengenal pekerjaan itu lebih baik kau tolak (Pada Sebuah Kapal, 2003: 39)
c. Michel: penyayang, memiliki hawa nafsu tinggi
Aku menyayangi keduanya (Pada Sebuah Kapal, 2003: 235)
Kadang-kadang mataku tidak bisa kutahan melayang ke dadanya yang penuh. ...aku bisa memandangi pinggulnya yang bulat penuh...
(Pada Sebuah Kapal, 2003: 239)
d. Narti: teguh pendirian, baik, setia kawan
Narti yang kukenal tidaklah pernah akan membiarkan pendapatnya ditentang orang dengan begitu saja (Pada Sebuah Kapal, 2003: 24)
Mereka amat baik kepadaku (Pada Sebuah Kapal, 2003: 24)
Kau tak ingat kepadaku, Cik? (Pada Sebuah Kapal, 2003: 21)
e. Charles: tegas, egois, sombong, masa bodoh, kasar, suka ikut campur
Tidak katanya dengan tegas (Pada Sebuah Kapal, 2003: 147)
Aku juga tidak akan mau bersusah payah karena langkahku terhambat oleh seorang anak kecil yang lahir dari kau (Pada Sebuah Kapal,
2003: 148)
Dia mengatakan ini kepada siapa saja dengan suaranya yang tinggi, seperti lagak orang-orang yang banyak uang yang mempunyai
kemampuan mengelilingi setengah dunia (Pada Sebuah Kapal, 2003: 140)
Seperti biasa Charles membiarkanku pergi dengan Daniel (Pada Sebuah Kapal, 2003: 139)
Mengapa kini dia menjadi seorang laki-laki yang paling kasar yang pernah kulihat selama hidupku?
Dia mencampuri semua urusan yang sebenarnya urusanku (Pada Sebuah Kapal, 2003: 119)
f. Nicole: penipu, konsumtif, cantik, 5 tahun lebih tua dari Michel, tidak memiliki sifat keibuan
Nicole berpura-pura lembut. Nicole berpura-pura berperharian serta memberiku kebebasan. (Pada Sebuah Kapal, 2003: 248)
Nicole berpura-pura lembut. Nicole berpura-pura berperharian serta memberiku kebebasan. (Pada Sebuah Kapal, 2003: 248)
Istriku tidak pernah lupa memberiku sebuah daftar panjang berisi jumlah barang yang harus kubeli untuknya serta kawan atau keluarganya.
Ada Sebuah Kapal, 2003: 235)
Wajahnya tidak jelek, malahan bisa dikatakan cantik dengan bentuk mulut yang tipis menarik. (Pada Sebuah Kapal, 2003: 237)
Nicole seumur dengan kakakku yang ketiga, yang berarti lima tahun lebih tua dari padaku. (Pada Sebuah Kapal, 2003: 237)
Tapi dia tidak mempunyai sifat keibuan sedikitpun. (Pada Sebuah Kapal, 2003: 249
g . Saputro: lembut, sopan, tenang, tidak canggung dalam pergaulan
Saputo memandangiku dengan lembut, kemudian berkata:... (Pada Sebuah Kapal, 2003: 68)
... dia ingin mempunyai anak seperti Saputro, sopan, tenang, dan
Alur yang digunakan dalam novel Pada Sebuah Kapal adalah alur campuran, karena tokoh
aku (Sri) menceritakan kisah yang sudah lewat dan menceritakan kisah yang terjadi pada saat
itu terjadi.
Perkenalan: Sri adalah seorang wanita yang ingin punya banyak pengalaman.
a banyak pengalaman. Ia jenuh dengan kegiatan dan pekerjaannya di Semarang. Oleh karena
itu dia memutuskan untuk pergi dari Semarang dan mencari pengalaman baru.
...aku mulai merasakan kebosanan, yang tidak terasa telah membikinku semakin hari semakin
murung dan sedih (Pada Sebuah Kapal, 2003: 19)
Pada suatu hari kulihat pengumuman dibukanya kesempatan bagi wanita-wanita muda yang
ingin menceburkan diri ke pendidikan pramugari udara... aku mengirimkan pendaftaranku
(Pada Sebuah Kapal, 2003: 20)
Konflik: Tunangannya yang sangat dicintainya meninggal dalam kecelakaan pesawat.
Begini, Jeng Sri... Saudara Saputro gugur (Pada Sebuah Kapal, 2003: 101)
Komplikasi: Menikah dengan laki-laki kasar yang tidak dicintainya sama sekali dan dia
selalu diperlakukan layaknya seorang pembantu.
Mengapa kini dia menjadi seorang laki-laki yang paling kasar yang pernah kulihat selama
hidupku?
Klimaks: Selingkuh dengan komandan kapal pada saat perjalanan liburannya.
Aku telah mengkhianati suamiku (Pada Sebuah Kapal, 2003:174)
Resolusi: Sri meminta cerai kepada suaminya karena tidak tahan dengan pertengkaran-
pertengkaran yang ada di rumah tangganya. Namun suaminya menolak dengan alasan anak.
Aku ingin bercerai karena aku ingin bersendiri... Kau tidak memikirkan anak kita?... tinggallah
bersama kami, Sri. Aku tidak bisa berubah. Tetapi aku akan berusaha untuk tidak menyakitimu
lagi (Pada Sebuah Kapal, 2003: 192)
Kukira lebih baik kita memikirkan perceraian... Kau tidak bersungguh-sungguh, sahutnya (Pada
Sebuah Kapal, 2003: 190)
Penyelesaian: Mereka sama-sama menyadari bahwa mereka memiliki pasangan masing-
masing namun Sri tetap mencintai Michel walaupun Michel jarang berada di darat.
Aku telah menemukannya dan aku akan tetap mencintainya (Pada Sebuah Kapal, 2003: 220)
Tempat:
- Salatiga: Waktuku di Salatiga cepat berlalu (Pada Sebuah Kapal, 2003: 31)
- Semarang: Maaf, Anda dari mana?... Dari Semarang, jawabku tanpa berpikir.
(Pada Sebuah Kapal 2003: 21)
- Jakarta: Bulan berikutnya aku ke Jakarta (Pada Sebuah Kapal, 2003: 37)
- Bandung: Ini adalah yang kedua kalinya aku ke Bandung (Pada Sebuah Kapal,
2003: 23)
- Kobe: pertengahan musim gugur kami kembali ke Kobe. Rumah kecil yang kami
tinggalkan selama liburan ... (Pada Sebuah Kapal, 2003: 187)
- Koyasan: Aku berangkat ke Koyasan seorang diri (Pada Sebuah Kapal, 2003: 193)
Waktu: latar waktu di dalam novel ini tidak disebutkan secara gamblang, karena
tidak disebutkan tahun berapa dan peristiwa apa yang menandainya.
Suasana:
- Sedih: ...membikinku semakin hari semakin murung dan sedih (Pada Sebuah
Kapal, 2003: 19)
- Hening: Ketika aku melihat kota Saigon yang hening... (Pada Sebuah Kapal, 2003:
149)
- Tragis: Ketika Saputro meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat.
Begini, Jeng Sri... Saudara Saputro gugur (Pada Sebuah Kapal, 2003: 101)
- Senang/bahagia: ketika Sri akan menikah dengan Saputro, kekasih yang sangat
dicintainya.
Aku mulai mempersiapkan perkawinanku. Bahan-bahn kebaya mulai kupilih dan kuatur
warna pemakaiannya dengan kain-kain yang serasi.: (Pada Sebuah Kapal, 2003: 98)
- Haru: Aku sangat terharu oleh perlakuannya terhadapku (Pada Sebuah Kapal,
2003: 179)
Pesan moral yang saya terima dari membaca buku ini adalah:

Manusia harus selalu sabar dalam menghadapi permasalahan dan juga harus
menerima pendapat dari orang-orang yang dapat dipercayai. Kita juga harus
bertanggung jawab atas langkah-langkah yang telah diambil.

Saya mendapatkan pesan moral pada bagian saat Sri sudah menikahi Charles.
Walaupun Sutopo telah memberi nasehat kepada Sri untuk tidak menikahi
Charles yang belum gitu dikenal dan dicintai Sri, Sri tetap membantah dan
akhirnya mengkawininya. Setelah kawin untuk beberapa bulan, Sri pun menyesal
karena rasa cintanya pun tidak berkembang, dan sebagai gantinya, dia tambah
muak terhadap prilaku Charles.
Novel karangan NH Dini yang berjudul Pada Sebuah Kapal ini bertema
percintaan. Pada awalnya, tema dari novel ini mengarah kepada kehidupan
tokoh utama, yaitu Sri, tetapi setelah Sri menghadapi beberapa konflik,
tema dari novel ini menjadi percintaan, atau lebih tepatnya perselingkuhan
yang terjadi dalam rumah tangga yang kurang harmonis. Hal ini terjadi
lantaran Sri yang sudah menikah dengan Charles berselingkuh dengan
Michel pada saat Sri naik kapal dari Saigon ke Marsaille, Perancis dan salah
satu penyebabnya adalah perilaku Charles terhadap Sri yang kasar dan
seenaknya saja. Perubahan tema ini saat Sri mulai mempunyai hubungan
dengan Saputro.
Sarana cerita

Judul Sudut Pandang

Gaya Bahasa
Judul novel ini adalah Pada Sebuah Kapal. Pengarang memilih judul
tersebut karena memang inti dari cerita novel itu adalah berlatarkan
pada sebuah kapal. Salah satu peristiwanya yaitu ketika Sri melakukan
hubungan terlarang dengan seorang komandan kapal yang bernama
Michel. Nah, dari situlah konflik yang terjadi dalam keluarga Sri
menjadi semakin rumit.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Pada Sebuah Kapal adalah
sudut pandang orang pertama pelaku utama. Narator dalam novel ini adalah
tokoh utamanya sendiri, yaitu Sri. Menurut saya, tujuan pengarang
menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama adalah agar
pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti apa
yang dialami dan dirasakan oleh tokoh Sri. Cirinya adalah pengarang selalu
menggunakan kata aku untuk menceritakan peristiwa yang dialami.
Keluar dari sekolah menengah atas aku bekerja sebagai penyiar radio di
kotaku (Pada Sebuah Kapal, 2003: 19)
lebih mengarah seperti kata-kata dan dialog sehari-hari.
uku ini yang hampir kita tidak pernah pakai, atau adanya kata-kata baru
yang menggantinya, seperti tipon dan air buah. Gaya bahasa pengarang
bisa dibilang tidak begitu
Unsur Ekstrinsik

Biografi Pengarang Psikologi Pengarang

Masyarakat PENDEKATAN
1. Biografi Pengarang
NH. Dini lahir pada 29 Februari 1936 di Semarang. Lahir dari pasangan
suami istri Saljowidjoyo dan Kusaminah. Beliau adalah anak bungsu
dari lima bersaudara. Konon ia Masih berdarah Bugis, sehingga jika
keras kepalanya muncul, ibunya sering berucap Nah, darah Bugisnya
muncul. NH. Dini mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Beliau
mengaku bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibunya adalah
pembatik. Dini ditinggal wafat ayahnya ketika masih duduk di bangku
SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan yang tetap.
Setelah tamat SMA, beliau menyelenggarakan sandiwara radio Kuncup
Seri di radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. Meliau juga bekerja di
Garuda Indonesia Airways (GIA) pada tahun 1956. Setelah menikah
dengan Yves Coffin seorang Konsul Prancis, berturut-turut beliau
tinggal di Jepang, Perancis, Amerika Serikat dan kemudian sejak tahun
1980 beliau menetap di Jakarta dan Semarang.
2. Psikologi Pengarang
Seperti yang sudah tertera pada biografi pengarang, dijelaskan bahwa NH.
Dini mengaku bahwa tulisan merupakan pelampiasan hati atau bisa
dikatakan dengan ekspresi jiwa. Jadi dapat kita ketahui bahwa novel ini
sangat berhubungan erat dengan perjalanan hidup NH. Dini. Lagipula kita
tahu bahwa peristiwa yang dialami oleh tokoh Sri tidak jauh berbeda dengan
kisah hidup yang dialami oleh NH. Dini. Oleh karena itu tidak heran jika
dalam novel ini banyak menceritakan kehidupan yang ada di luar negeri
yang tentunya sangat berbeda dengan kehidupan kita. Akan tetapi NH. Dini
mampu menggambarkan keindahan seting yang ada disana dengan begitu
detail. Seperti misalnya ketika menceritakan Sri dan Michel ketika berada di
kapal. Michel memperlihatkan kepada Sri alat-alat apa saja yang berada
disana. Seperti radar, radio darurat yang berhubungan dengan ruang mesin
yang tentu saja masih asing didengar orang awam.
3. Masyarakat
Unsur Sosial: Pada awal cerita, Sri menceriakan tentang masa
kecilnya, yang berlanjut dengan ceritanya menikah, kemudian kehidupan
rumah tangganya dengan Charles yang tidak harmonis. Sutopo menentang
keras pernikahan Sri dan Charles. Sutopo mengatakan bahwa dengan
kewarganegaraan Sri yaitu Indonesia, Ia tidak patut untuk menikah dengan
seorang yang berkewarganegaraan asing.
Nilai Agama: Perbedaan agama antara Sri dengan Michel Dubanton
dijelaskan dalam novel ini, bahwa Sri beragama Islam dan Michel Dubanton
menganut agama Nasrani. Bukti bahwa Michel menganut agama Nasrani
adalah ketika ia ingin cerai dengan Nicole, tetapi ia masih bingung karena
gereja tidak menghendaki adanya perceraian.
Gereja tidak membenarkan adanya perceraian (Pada Sebuah Kapal, 2003:
249)
Nilai Budaya: Budaya yang ada di Indonesia menganggap tabu bila
ada seseorang yang melakukan perselingkuhan, namun NH Dini tetap
mengangkat cerita tersebut dalam sebuah novel. Memang dalam karya
sastra tidak mengenal hal tabu. Justru itu dianggap sebagai suatu
keindahan.
Nilai Sejarah: Dalam novel ini disebutkan bahwa Sri pergi ke gedung-
gedung tua yang terdapat di Perancis.
PENDEKATAN
Pendekatan yang digunakan dalam novel ini adalah pendekatan emotif dan
sosiopsikologis. Pendekatan emotif mencoba mengajak pembaca untuk
menemukan unsur-unsur keindahan atau nilai estetis dalam karya sastra
dengan melibatkan emosi atau perasaan pembaca secara langsung. Selain
berhubungan dengan masalah keindahan juga berhubungan dengan
masalah gaya bahasa seperti metafora, simile, maupun penataan setting
sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang menarik. Dalam menikmati
sebuah keindahan pasti juga berhubungan dengan penyampaian cerita,
peristiwa, maupun gagasan tertentu sehingga mampu memberikan suatu
hiburan bagi pembaca.
Di dalam novel Pada Sebuah Kapal pengarang menceritakan tokoh utama
(Sri) dengan menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Hal ini dimaksudkan agar si pembaca dapat merasakan apa yang dialami
Sri secara langsung. Pengarang ingin melibatkan perasaan pembaca untuk
memperoleh keindahan atau nilai estetis dari novel tersebut. Memang disini
pengarang banyak menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh
yang dapat melibatkan emosi pembaca. Seperti misalnya ketika Sri harus
kehilangan kekasihnya (Saputro) yang sangat dicintainya karena
kecelakaan pesawat. Padahal mereka saling mencintai dan sebentar lagi
akan menikah. Dari contoh tersebut tentunya kita sebagai pembaca juga
dapat merasakan betapa hancurnya hati Sri ketika itu. Tidak hanya itu,
dalam novel ini juga terdapat bahasa yang indah yaitu ketika menceritakan
hubungan suami istri yang dilakukan oleh Sri dengan seorang komandan
kapal yang bernama Michel.

Anda mungkin juga menyukai