Kekhasan yang terdapat pada penggalan cerpen yang menunjukkan bahwa cerpen tersebut
merupakan cerpen pada masa Jepang adalah ....
2. (1)Airmata malah deras meleleh di pipi Myrna. (2)Aku bukan batu karang yang teguh, Mak.
Aku akan mengecewakan Emak, Abah, terutama Kang Win. (3)Ibunya memeluk Myrna.
Jangan mengaku apa yang tidak patut kamu katakan. Kira-kira Emak mulai memahami.
(4)Aku cuma berani bilang: aku batu karang yang rapuh. (5)Gelombang pasang dengan
gampang menerpa dan menyapu aku ke tepian. (6)Boleh jadi sebentar lagi aku malah akan
tertepikan dan lenyap dalam sejarahku. (7)Tidak Myrna, kata ibunya dengan lembut.Kalau
gambaran yang kamu sebutkan itu memang betul, mungkin saja Emak kecewa. (8)Tapi Emak
tahu, kamu memang bukan batu karang. (9)Kenapa harus menyamakan diri dengan batu karang?
(10)Batu karang tidak bernyawa, tidak berjiwa, tidak ber-roh.(11) Kamu manusia dengan tubuh,
roh, dan jiwa. (12)Kalau tubuhnya bersalah, jangan kamu tambah dengan merusak jjiwamu.
(13)Berdiri menyongsong masa depan. Masalahmu yang sebenarnya bukan kemarin.
(14)Maksudku, bagaimana caranya aku mengatakan kepada Kang Win? Aku tidak mau kalau
sampai dia mengatakan aku menipunya. (Kerudung Merah Kirmizi, Remy Sylado)
3. (1)Airmata malah deras meleleh di pipi Myrna. (2)Aku bukan batu karang yang teguh, Mak.
Aku akan mengecewakan Emak, Abah, terutama Kang Win. (3)Ibunya memeluk Myrna.
Jangan mengaku apa yang tidak patut kamu katakan. Kira-kira Emak mulai memahami.
(4)Aku cuma berani bilang: aku batu karang yang rapuh. (5)Gelombang pasang dengan
gampang menerpa dan menyapu aku ke tepian. (6)Boleh jadi sebentar lagi aku malah akan
tertepikan dan lenyap dalam sejarahku. (7)Tidak Myrna, kata ibunya dengan lembut.Kalau
gambaran yang kamu sebutkan itu memang betul, mungkin saja Emak kecewa. (8)Tapi Emak
tahu, kamu memang bukan batu karang. (9)Kenapa harus menyamakan diri dengan batu karang?
(10)Batu karang tidak bernyawa, tidak berjiwa, tidak ber-roh.(11) Kamu manusia dengan tubuh,
roh, dan jiwa. (12)Kalau tubuhnya bersalah, jangan kamu tambah dengan merusak jjiwamu.
(13)Berdiri menyongsong masa depan. Masalahmu yang sebenarnya bukan kemarin.
(14)Maksudku, bagaimana caranya aku mengatakan kepada Kang Win? Aku tidak mau kalau
sampai dia mengatakan aku menipunya. (Kerudung Merah Kirmizi, Remy Sylado)
A. (1)
B. (2)
C. (5)
D. (10)
E. (12)
Dengan suaminya yang ramah, hampir setiap sore, ada saja yang kami percakapkan.
Banyak hal yang tampaknya ingin ia ketahui tentang saya. Tapi saya lebih suka, entah
kenapa, menanyakan banyak hal tentang Mak Suma. Jadi ia hidup sendiri. Telah
berapa lama? Sejak suaminya meninggal, Guru. Delapan tahun yang lalu. Tidak
adakah seseorang di desa ini yang cukup dekat dengannya? Semua orang ingin dekat.
Ia saja yang rupanya mau jauh. Mau jauh? Kembali saya ingat soal itu : daya tolak.
Bibirnya yang melengkung. Alisnya yang terangkat tapi dahinya tidak berlipat. Matanya.
Matanya. Ada apakah dengan matanya? Kenapa saya tak suka. Sungguh tolol.
Perempuan itu telah menyita perhatian saya, padahal saya tak menginginkannya.
Demikian menyitanya sampai-sampai terbawa dalam surat saya ke Mira, pacar saya.
Tulis saya pada salah satu alinea : Namanya Mak Suma, Mira. Saya tak suka ia tapi
pikiran saya selalu tertuju kepadanya. Ia punya daya tolah tapi tidakkah itu pula daya
tariknya? Cara pengarang menggambarkan watak Mak Suma adalah ....
5. Marno, tengadahkan kedua tanganmu agar air yang aku guyurkan tertampung di kedua
tanganmu, kemudian usapkan di perut istrimu. Perintah dukun bayi sebelum mengguyurkan air
di atas kepala suamiku sebagai guyuran terakhir. Sambil mengusapkan air di perutku, aku
melihat mulutnya melafalkan doa dengan lirih, sangat lirih, hingga aku yang duduk rapat
dengannya tidak mendengar apa yang diucapkannya. Bersamaan dengan berakhirnya usapan di
perutku, aku melihat air mata hampir menitik jatuh di mata suamiku. Sebentuk haruan dan
kebahagiaan yang dirasakannya tergambar jelas di sudut matanya yang basah. Sekarang
belahlah kelapa gading di depanmu, Marno. Belum selesai dukun bayi mengucapkan
perintahnya, suamiku sudah mengayunkan parang yang diambil di sisi kelapa. Braak. kelapa
itu terbelah tepat di tengah, suamiku tersenyum, dari mulutnya keluar kata, Laki-laki. Kembali
aku melihat binar bahagia terpancar dari air mata yang mengambang hampir jatuh. (Jodoh, Dian
Aksanti) Mitos yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah ....
A. Buah kelapa merupakan simbol kehamilan seorang ibu
B. Air yang diguyurkan oleh dukun bayi harus diusapkan di perut wanita hamil
C. Jika kelapa terbelah tepat di tengah, bayi yang akan lahir adalah bayi laki-laki
D. Jika sang suami berhasil menampung air di kedua tangannya, bayi yang lahir adalah
perempuan
6. Setahun setelah perkawinannya dengan Suparli, Sripah melahirkan Supeno, bocah laki-laki
dengan muka bulat dan rambut ikal seperti bapaknya. Dua tahun kemudian disusul oleh Sinik.
Keluarga ini memang masih sama-sama berusia muda. Suryanto, anak ketiga lahir setelah anak
kedua berusia dua tahun tujuh bulan. Delapan tahun dengan tiga orang anak : lelaki-perempuan-
lelaki. Sripah dan Suparli juga berpikir, anak perempuannya diapit oleh sua laki-laki. Itu
namanya sendang kapit pancuran. Dalam kepercayaan Jawa, dia harus diruwat atau diupacarai
dengan ditanggapkan wayang kulit. Kalau tidak, berarti Sripah harus melahirkan anak lagi.
Hidup tentua akan bertambah berat. Kalimat yang mendukung adanya nilai mitos terdapat pada
...
A. Setahun setelah perkawinannya dengan Suparli, Sripah melahirkan Supeno, bocah laki-laki
dengan muka bulat dan rambut ikal seperti bapaknya.
B. Keluarga ini memang masih sama-sama berusia muda. Suryanto, anak ketiga lahir setelah
anak kedua berusia dua tahun tujuh bulan.
D. Sripah dan Suparli juga berpikir, anak perempuannya diapit oleh dua laki-laki, itu namanya
sendang kapit pancuran.
E. Dalam kepercayaan Jawa, dia harus diruwat atau diupacarai dengan ditanggapkan wayang
kulit.
7. (1)Tapi Kijang kita kan ada di garasi dia, kenapa tidak pakai mobil kita saja? (2) Itu
Kijang tua, Mas. Kalau dilihat dengan kacamata prestise, tentu saja Kijang tua kalah kelas dari
Avansa yang berusia muda. Itu katamu sebelum kita memutuskan memakai mobil Kristina,
kan? (3) Tapi waktu itu ... (4) Kali ini Widhi tak bisa menyembunyikan kekalutannya. (5)
Butiran keringat dingin memenuhi dahinya. (6) Memang, sudah dua kali mudik lebaran Kristina
mengizinkan kami meminjam Avanzanya. Sungguh tak disangka kali ini dia memintanya
kembali sebelum batas waktu yang disepakati. (7) Baiklah, kita pulang besok pagi, Widhi
bangkit.Suruh anak-anak berkemas, Lis. (8) Tapi besok masih lebaran, Mas. Apa nanti kata
orang tuamu? (9) Aku akan cari alasan yang tepat. Berilah pengertian pada Ares dan Iva. Aku
yakin mereka anak-anak yang baik, yang selalu siap memahami kondisi orang tuanya. (10)
Mudah-mudahan begitu, batinku tak yakin. (11) Secawan kebahagiaan yang tengah direguk
dengan nikmat oleh anak-anakku, akan kurebut dengan paksa dan mendadak. (12) Benarkah
mereka siap memahaminya, ikhlas melepasnya? Amanat dalam kutipan tersebut adalah ....
8. (1)Tapi Kijang kita kan ada di garasi dia, kenapa tidak pakai mobil kita saja? (2) Itu
Kijang tua, Mas. Kalau dilihat dengan kacamata prestise, tentu saja Kijang tua kalah kelas dari
Avansa yang berusia muda. Itu katamu sebelum kita memutuskan memakai mobil Kristina,
kan? (3) Tapi waktu itu ... (4) Kali ini Widhi tak bisa menyembunyikan kekalutannya. (5)
Butiran keringat dingin memenuhi dahinya. (6) Memang, sudah dua kali mudik lebaran Kristina
mengizinkan kami meminjam Avanzanya. Sungguh tak disangka kali ini dia memintanya
kembali sebelum batas waktu yang disepakati. (7) Baiklah, kita pulang besok pagi, Widhi
bangkit.Suruh anak-anak berkemas, Lis. (8) Tapi besok masih lebaran, Mas. Apa nanti kata
orang tuamu? (9) Aku akan cari alasan yang tepat. Berilah pengertian pada Ares dan Iva. Aku
yakin mereka anak-anak yang baik, yang selalu siap memahami kondisi orang tuanya. (10)
Mudah-mudahan begitu, batinku tak yakin. (11) Secawan kebahagiaan yang tengah direguk
dengan nikmat oleh anak-anakku, akan kurebut dengan paksa dan mendadak. (12) Benarkah
mereka siap memahaminya, ikhlas melepasnya? Kalimat bermajas metonimia terdapat pada
kalimat nomor ....
o A.
(1), (6)
o B.
(3), (5)
o C.
(2), (4)
o D.
(10), (11)
o E.
(11), (12)
9.
Raden, ampunilah junjungan kami supaya dapat pulih kembali seperti sedia kala. Okh
Raden, hanya padukalah satu-satunya harapan dan junjungan kami, Raden! Tetap
molek dan indah sekali, gumam Raden Bandungbandawasa setelah memandangi arca
Rara Jonggrang. Lebih molek dan jelita jika hidup kembali, Raden. Oleh karena itu
ampunilah dia, bujuk emban tua. Barangkali kalian dapat menghidupkan kembali
dengan membakar jerami kering dan menabuh lesung semalam suntuk, jawab Raden
Bandungbandawasa seraya melangkah pergi, pulang ke Pengging dengan hati yang riang
dan ringan karena kesadaran bahwa kecantikan yang berlumur pengkhianatan tak perlu
didambakan. Pernyataan yang bernada menyindir perilaku curang dalam cerita
tersebut adalah ...
o A.
o B.
Pulang ke Pengging dengan hati yang riang dan ringan karena kesadaran bahwa
kecantikan yang berlumur pengkhianatan tak perlu didambakan..
o C.
Raden, ampunilah junjungan kami supaya dapat pulih kembali seperti sedia
kala. Okh Raden, hanya padukalah satu-satunya harapan dan junjungan kami,
Raden!
o D.
Lebih molek dan jelita jika hidup kembali, Raden. Oleh karena itu ampunilah
dia, bujuk emban tua.
o E.
10.
Raden, ampunilah junjungan kami supaya dapat pulih kembali seperti sedia kala. Okh
Raden, hanya padukalah satu-satunya harapan dan junjungan kami, Raden! Tetap
molek dan indah sekali, gumam Raden Bandungbandawasa setelah memandangi arca
Rara Jonggrang. Lebih molek dan jelita jika hidup kembali, Raden. Oleh karena itu
ampunilah dia, bujuk emban tua. Barangkali kalian dapat menghidupkan kembali
dengan membakar jerami kering dan menabuh lesung semalam suntuk, jawab Raden
Bandungbandawasa seraya melangkah pergi, pulang ke Pengging dengan hati yang riang
dan ringan karena kesadaran bahwa kecantikan yang berlumur pengkhianatan tak perlu
didambakan. Pesan moral yang dapat dipetik dari penggalan cerita di atas adalah ....
o A.
o B.
o C.
o D.
o E.
Berterus terang dan berkata jujur akan lebih baik dibandingkan penipuan
11.
o A.
o B.
o C.
o D.
o E.
12.
o A.
o B.
o C.
o D.
o E.
13.
(1) Pujo : Ling, Apakah kita jadi bertemu Pak Lurah? (2) Maling :
Untuk apa? Dia pasti sudah bertemu Kolonel Jono. (3) Pujo : Maksudmu? Pak
Lurah mau menjadikan kita tumbal! (4) Maling : Begitulah. Bukankah dia maju
mencalonkan diri sebagai anggota DPRD! (5) Suminten : Maksudnya apa, Kang! (6)
Pujo : Jadi kesepakatan yang kita buat di hutan itu bohong belaka! (7)
Suminten : Kesepakatan? Kesepakatan apa? (8) Maling : Tentang kawan-
kawan kita yang dituduh mencuri kayu hutan! Kalimat dialog yang berisi informasi latar
adalah ....
o A.
(1)
o B.
(4)
o C.
(6)
o D.
(7)
o E.
(8)
14.
(1) Pujo : Ling, Apakah kita jadi bertemu Pak Lurah? (2) Maling :
Untuk apa? Dia pasti sudah bertemu Kolonel Jono. (3) Pujo : Maksudmu? Pak
Lurah mau menjadikan kita tumbal! (4) Maling : Begitulah. Bukankah dia maju
mencalonkan diri sebagai anggota DPRD! (5) Suminten : Maksudnya apa, Kang! (6)
Pujo : Jadi kesepakatan yang kita buat di hutan itu bohong belaka! (7)
Suminten : Kesepakatan? Kesepakatan apa? (8) Maling : Tentang kawan-
kawan kita yang dituduh mencuri kayu hutan! Pokok persoalan yang dibicarakan oleh
tokoh-tokoh dalam penggalan cerita di atas adalah ....
o A.
o B.
o C.
o D.
o E.
Kolonel Jono mengirim Pak Lurah sebagai mata-mata kepolisian
15.
Pulang ke mana Mas? Saya antarkan. Tiba-tiba suara itu terdengar sangat dekat di
telingaku sewaktu aku melangkah di halaman stasiun. Aku pura-pura tak peduli.
Pulang ke mana sih? suara tukang becak itu berlanjut. Pasti ditujukan padaku. Terasa
tangannya menggamit tasku. Dekat kok, jawabnya sekenanya. Ya, mari saya
antarkan. Aku menoleh padanya. Sialan, ... dan akhirnya berhasil memaksaku naik
becaknya. Yang pertama, setelah tiba di rumah dia meminta tambahan ongkos meskipun
yang kuberikan sudah lebih dari cukup. (Sekali-sekali Mas, katanya). Yang terakhir
waktu aku sedang menawar becak lain dia sengaja, dengan tubuh kerempengnya,
menyorongkan becaknya. Kesudahannya dia minta tambahan ongkos dengan gaya
merengek. Klausa yang sesuai untuk mengisi bagian rumpang penggalan cerpen di atas
adalah ....
o A.
Orang inilah yang beberapa waktu lalu meminta tambahan ongkos becaknya
o B.
o C.
o D.
Dengan cara bicaranya bagaimana mungkin aku berani menolak tawaran itu
o E.
16.
(1) Telepon berdering dari ruang tamu. (2) Segera Renata berlari kecil dari kamar
tidurnya. (3) Tanpa sengaja ia menyenggol vas bunga di samping telepon, jatuh
berkeping-keping. (4) Renata tidak jadi mengangkat gagang telepon. Renata :
Halo,...selamat siang! ((5)sedikit menarik kabel telepon, jongkok sambil memunguti
kepingan vas bunga) Penelepon : Selamat siang. Ini benar rumah keluarga Sudibyo?
Renata : Iya, benar. Maaf, Anda siapa? ((6)sambil berjalan menuju dapur, mengambil
sapu) Penelepon : Mm....kami dari pihak rumah sakit! Renata : Rumah sakit?
Penelepon : .... Renata : Kecelakaan? Siapa namanya, Pak? Penelepon : Saudara
Angga! Renata : (sambil berteriak-teriak) Bapak...Ibu...Mas Angga kecelakaan!
Penelepon : Mohon Anda segera ke rumah sakit! Renata : Oh. Iya. Saya segera ke
sana. Terima kasih. ((7) meletakkan gagang telepon dengan sedikit lemas) Dialog yang
sesuai untuk melengkapi bagian rumpang dari penggalan drama di atas adalah ....
o A.
o B.
Ya, rumah sakit bagian kecelakaan!
o C.
o D.
o E.
17.
(1) Telepon berdering dari ruang tamu. (2) Segera Renata berlari kecil dari kamar
tidurnya. (3) Tanpa sengaja ia menyenggol vas bunga di samping telepon, jatuh
berkeping-keping. (4) Renata tidak jadi mengangkat gagang telepon. Renata :
Halo,...selamat siang! ((5)sedikit menarik kabel telepon, jongkok sambil memunguti
kepingan vas bunga) Penelepon : Selamat siang. Ini benar rumah keluarga Sudibyo?
Renata : Iya, benar. Maaf, Anda siapa? ((6)sambil berjalan menuju dapur, mengambil
sapu) Penelepon : Mm....kami dari pihak rumah sakit! Renata : Rumah sakit?
Penelepon : .... Renata : Kecelakaan? Siapa namanya, Pak? Penelepon : Saudara
Angga! Renata : (sambil berteriak-teriak) Bapak...Ibu...Mas Angga kecelakaan!
Penelepon : Mohon Anda segera ke rumah sakit! Renata : Oh. Iya. Saya segera ke
sana. Terima kasih. ((7) meletakkan gagang telepon dengan sedikit lemas) Deskripsi
akting yang tidak logis dalam penggalan naskah drama di atas adalah nomor ....
o A.
(1), (3)
o B.
(5), (6)
o C.
(4), (7)
o D.
(4), (6)
o E.
(6), (7)
18.
Ibu begitu was-was saat aku bilang bahwa aku diterima kerja pada sebuah proyek di
hutan Kalimantan. Berkali-kali Ibu bertanya apa aku yakin akan berangkat ke sana.
Padahal aku tahu sebetulnya Ibu ingin bilang : jangan berangkat ke sana Angga. Karena
walaupun saat itu aku masih kecil, tapi aku cukup mampu berpikir saat hari Ayah
dikubur orang-orang berbisik-bisik akan kematian Ayah yang aneh .... Mereka menyebut
perempuan itu sebagai peri hutan. Ada kemungkinan Ayah telah menjalin sebuah
hubungan dengan salah satu peri hutan tersebut. Kupikir, karena selentingan inilah yang
membuat Ibu jauh lebih menderita; perselingkuhan. Bukan kematian. Kalimat yang
sesuai untuk melengkapi bagian rumpang dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....
o A.
o B.
Bahwa kematian seperti itu adalah hasil teluh perempuan pedalaman hutan
Kalimantan yang kehilangan cintanya
o C.
Kematian Ayah merupakan bukti persaingan yang tidak sehat dalam dunia kerja
di Kalimantan.
o D.
o E.
19.
Punden di desa kami dijadikan sentral kegiatan ritual para orang tua. Di tempat itu para
orangtua kami mempertemukan dua mempelai pengantin, setelah diarak keliling desa. Di
situ pengantin laki-laki dan perempuan saling melempar sirih, setelah dukun rias
membakar kemenyan, sebagai cara minta restu pada Dayang penunggu desa. Di punden
itu juga para orangtua kami mengadakan kenduri, mendatangkan tayuban setiap sedekah
bumi setahun sekali. Unsur budaya yang sampai sekarang masih ditemukan dalam
acara perkawinan adalah ...
o A.
o B.
o C.
o D.
o E.
o A.
o B.
o C.
o D.
o E.
21.
Ayu : Mas Andre, maafkan aku. Aku telah mengkhianati cinta kita. Aku harus
berbesar hati demi membayar utang keluargaku. Andre : Jadi kamu mau kawin sama
bapakku demi membayar hutang? Ayu : Tolonglah Mas, izinkan aku berbakti sama
keluargaku. Aku rela kok Mas! Andre : Aku mengerti kesulitanmu, tapi kenapa cinta
kita tidak pernah bersatu. Juragan : Ayu...ayo keluar tamu sudah menunggu...Kamu
juga Ndre jangan lama-lama sama ibumu... Ayu : Ya sebentar..... (mereka berdua
keluar dari kamar) Juragan : Para hadirin semua, (diam beberapa saat, menatap
Ayu dan Andre sebentar) pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin
mengumumkan pernikahan Ayu dengan anak saya Andre. Pernyataan berikut yang
sesuai dengan isi penggalan naskah drama di atas adalah ....
o A.
o B.
Andre tidak setuju dengan keputusan Ayu yang bersedia menikah dengan
bapaknya.
o C.
o E.
22.
Tiba-tiba aku melihat Bapak berlinangan air mata. Aku kaget luar biasa. Tapi, ia tidak
berkata sepatah kata pun. Ia tidak menatapku, tapi aku merasakan hatinya sedang
menatapku tajam. Aku meraih tangan Ibu, menciumnya dan sungkem pada ibuku.
Mohon doanya ya, Bu. Ibu terisak. Aku juga melakukannya pada Bapak. Kali ini aku
yang terisak. Karena ketika memeluknya, aku merasakan tubuh Bapak yang sudah mulai
tua dan ringkih. Bapak kurus sekali, lebih kurus dari yang aku kira. Bahunya keras, ia
seperti tak pernah mengistirahatkan bahunya untuk menyandang beban hidupnya yang
berat. Bapak pasti juga punya impian seperti aku. Amanat yang tersirat dalam
penggalan novel tersebut adalah ....
o A.
o B.
o C.
o D.
o E.
23.
Ketika berpikir tentang Keluarga kami yang berbahagia Sandra hanya mendapatkan
gambaran sebuah rumah yang berantakan.Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang
kosong berserakan di meja, lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir
berceceran di atas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Unsur intrinsik yang
paling dominan dalam penggalan cerpen di atas adalah
o A.
Penokohan
o B.
Alur
o C.
Latar
o D.
Sudut pandang
o E.
Tema
24.
o A.
(1), (3)
o B.
(1), (4)
o C.
(5), (6)
o D.
(2), (3)
o E.
(3), (4)
25.
Di tengah alunan orkes Madun yang terpancar dari radio, kami memulai percakapan
penting itu. Kami tahu saatnya telah tiba. Kami tidak bisa berbohong lagi, kalau tidak
mau gila. Sudah terlalu lama kejadiannya kami biarkan berlangsung. Menggila dan
memperbudak kami. Dengan kata-kata yang sederhana semuanya harus diselesaikan.
Sudah kaupikirkan bahwa perkawinan ini berarti perubahan, perubahan pada diri kita?
tanyanya padaku. Aku mengerti dan aku sudah siap. Seandainya kelak ada yang
engkau sesalkan, apa yang akan kau lakukan? Aku tak akan menyesal, sayang.
Walaupun yang kau lepaskan ini bernama kebebasan, kemerdekaan yang dipuja oleh
para seniman, kaum cendikiawan, kaum muda dan Sudut pandang yang digunakan
dalam kutipan novel tersebut adalah sudut pandang .
o A.
o C.
o D.
o E.
Maka kata Bayan, Sekali peristiwa adalah seorang raja di Benua Tabaristan namanya.
Maka raja itu senantiasa ia berjamu segala hulubalangnya. Maka ada seorang hulu balang datang
dengan anak istrinya daripada sebuah negeri kepada raja itu. Maka titah raja Tabaristan, Dari
manaengkau datang dan siapa namamu dan apa kehendakmu datang kepada aku ini?Maka sembah Taifah,
Yang diperhamba ini datang dari negeri Irak dan nama hamba Taifah. Bahwa adapun hamba datang ini
minta diperhamba di bawah duli syah alam. Adapun yangdiperhamba ini beberapa sudah
membuat khidmat kepada raja di Benua Irak, tiada juga kelihatankepadanya. Setelah yang
diperhamba mendengar duli syah alam sangat mengasihani segalahulubalang, itulah sebabnya
hendak perhambakan diri ke bawah duli syah alam.Sebermula, akan adat Raja Tabaristan itu,
tiga hari sekali ia berjamu segala hulubalangnyamakan minum bersuka-sukaan. Maka pada suatu
ketika, Raja Tabaristan berjamu segalahulubalangnya tatkala itu Taifah pun ada hadir
menghadap. Setelah beberapa cawan seseorang minum itu, maka Taifah pun bercakaplah, katanya, Hai
Raja yang maha mulia lagi besar! Tiada siapa yang terlebih kasih akan duli syah alam, lebih daripada
patik dan tiada siapa yang akan melawan seteru syah alam, melainkan yang diperhamba yang
melawan dia. Dan lagi berbagai-bagai pulacakapnya di hadapan raja Tabaristan itu. Maka raja
pun murkalah akan Taifah itu, tiadalah bergunalagi kepadanya.
Dipetik dari Hikayat Bayan Budiman