LEMBAR SOAL
KAMIS PAGI
Tukang Sapu
Di hujan itu
Kau membayangkan matahari
Tergelincir ke tanah seperti kenangan
Seperti langkah patah-patah
(Dina Oktaviani)
Makna kias “matahari” dalam puisi tersebut adalah ....
A. harapan
B. pencerahan
C. semangat
D. keberanian
E. penerangan
Rindu
Sepi
Menggigit
Larik-larik puisi yang sesuai dengan kata-kata kunci tersebut adalah ....
A. Rima merindukan kakeknya
Rima tidak menyukai suasana sepi
Kucing rima suka sekali menggigit potongan gabus
B. Rindu merayap lambat di ulu hati
Sepi mencengkeram terasa mati
Dan waktu yang kosong makin menggigitku tanpa henti
C. Aku merindukan ayahku yang telah meninggalkanku
Lebaran tahun ini terasa sepi
Rinduku pada ayah begitu menggigit hatiku
D. Rindu dan sepi hal yang tak kusukai
Perasaan itu menyiksa
Membuat aku tak nyaman
E. Sepi sekali di sekitarku
Pegunungan yang menghijau
Membuat rinduku menyesakkan dada
4. Cermati kutipan puisi berikut ini!
DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku menyebut nana Mu
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Chairil Anwar
Nasir : “Sudah sering dikasi tahu masih bandel juga. Memangnya kalian mau jadi
jagoan, ya?”
Iwo : “Ampun, Pak. Kami sungguh tidak mengerti.”
Abdul : “Kalian dilarang nagmen di sekitar tempat ini, tahu!”
Kemal : “Maaf, Pak. Kami tidak tahu, Pak.”
Nasir : “Dasar anak brekele, kamu!”
Atet : “Betul, Pak. Kami benar-benar tidak tahu. Baru pertama kali ini kami
bertiga ngamen di sini.”
Tak ada yang tahu persis, kapan dan bagaimana pohon itu tumbuh. Sewaktu
nenek kecil, pohon itu sudah menjulang meneduhi alun-alun kota, serupa payung
raksasa. Menilik kokohnya tampaknya akarnya telah menancap jauh ke kedalaman
bumi. Batangnya pun seperti lengan lelaki yang kuat dan penuh urat. Dahan dan ranting
berjabr serupa jari jemari yang lentik. Dedaunannya lebar serupa wajah-wajah yang
tengah tersenyum dalam kebadian. Kata nenek kehidupan setiap penduduk di kota ini
tersemat di setiap daun yang bertengger di cabang ranting, dan tangkai pohon itu.
Setiapkali ada satu daun yang gugur, artinya seseorang di kota ini telah lepas dari
kehidupannya. Satu daun artinya satu kehidupan. Begitu kisah nenek.
Berdasarkan kutipan novel di atas karakteristik yang tergambar dalam kutipan sesuai periode
kesastraan adalah…
A. Kawin paksa
B. Protes sosial
C. Emansipasi wanita
D. Semangat perjuangan
E. Revolusi sosial
(1)Rasanya berat untuk berpikir bahwa orang seperti dia bisa melakukan tindakan tak terpuji.
2) Tapi, apa boleh buat, ada dugaan kuat bahwa paling tidak ia telah berbuat salah yang
membuatnya begitu resah. 3) Dan inilah peristiwa yang mengawali dugaan itu, seperti
berulang kali di ceritakan ibu. 4) “Waktu itu kelihatan sekelebat orang keluar”. 5) “Waktu
mau balik, tiba-tiba perasaanku tidak enak,” 6) “Lalu saya ke tempat menyimpan kendaraan
ayah.” 7) “Ternyata bukan Darmin “
Bukti latar tempat dalam kutipan cerpen tersebut terdapat pada kalimat ...
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6
E. 7
11. Cermatilah penggalan novel berikut untuk menjawab soal nomor…
(1) “Pacar saya ogah diajak menikah cepat-cepat, Mama. Dia perempuan modern,
tangkisnya santai”
(2) “Ah ! Tinggalkan saja kalau begitu ! Banyak senorita cantik di sini!” dumel Chaska
sambil menyalakan mesin mobil.
(3) Roknya yang bertumpuk membuat ukuran badannya seakan dua kali lebih besar
semakin merepotkannya untuk masuk ke belakang kemudi.
(4) “Kamu terlalu banyak melamun di pinggir sungai, Chawpi Tuta,”lanjutnya. “kamu
jadi terlalu romantis, gampang dibohongi perempuan.”
(5) Dalam volume rendah yang diperuntukan bagi telinganya sendiri. Gio terkekeh.
Berdasarkan kutipan drama di atas, standar budaya yang dianut masyarakat periode itu adalah....
A. Kebiasaan menerima tamu dengan baik.
B. Kebiasaan menjamu tamu dengan mewah.
C. Kebiasaan menemani tamu hingga pulang.
D. Kesediaan bercakap-cakap dengan tamu.
E. Kebiasaan mengunjungi teman lama.
14. Bacalah dua penggalan berikut ini dengan saksama!
Teks 1
Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
....................
Deru Campur Debu : Chairil Anwar
Teks 2
Sejauh sudah operasi mata kiri berjalan peluh mewah menyimbah di dahi pembedah tangan
Gloria ikut menggetarkan ketegangan muka ahli bius tegang menyuram.Perawat siap
melaksanakan pertolongan darurat jantung enggan berdenyut. Semua menanti, menanti .....
Teks 1
Sabda raja pula, “aku ingin tahu dimana letak pertengahan dunia ini? Jawablah lekas!”
Sembah abunawas pula, “ baiklah, Tuanku Syah Alam.” Maka diambilnya sebatang tombak
dari tangan pengawal, lalu dicocokkannya dihadapan raja, seraya sembahnya, “Inilah Tuanku,
pertengahan dunia itu, tiada salah barang sedikitpun. Jikalau Syah Alam tiada percaya, boleh
tuanku suruh rakyat mengukur panjangnya ke barat dank e timur.”
Sabda Sultan Harun Nur Rasyid. “siapa pula yang bisa menghukumnya?”
Teks 2
Ini betul-betul tidak masuk akal. Seumur hidup baru pertama dia mengalami ini sumurnya
kering dan bukan saat kemarau. Sumur peninggalan kakek. Sumur keramat, kata kakek. Sumur
yang tidak akan pernah berhenti memberi air bagi keluarganya. Dia percaya itu. Sudah sering
dia melihat buktinya. Bukan sekali dua sumurnya menjadi satu-satunya sumur masih berair di
kampung dan tetap berair meski seluruh keluarga di kampung memakainyanya. Tapi sekarang,
tak ada air setetes pun di sumurnya.
Persamaan karakteristik sastra Melayu Klasik yang dominan pada kedua kutipan tersebut adalah …
A. Istana sentries
B. Kesaktian
C. Kemustahilan
D. Dewa-dewa
E. Tokohnya binatang
Karawang Bekasi
Dalam harap yang menyekap. Aku pergi dan mencari dia di seluruh
sudut ruangan
Tak kutemukan dia disana
Rumahku kecil dan apa yang pernah pergi tidak akan kembali
Tetapi istana-Mu tanpa batas, tuhan dan ketiika mencari dia
Aku telah sampai di pintumu
…..
(Karya Rabindranath Tagore)
Meskipun berstatus anak tunggal Anita tidak pernah manja, dia selalu bangun pagi,
membantu ibu membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan. Bila ayah dan ibunya
menyuruh melakukan sesuatu, Anita pun tak pernah membantah. Di Sekolahpun prestasinya
luar biasa. Dia adalah anak kebanggaan orang tuanya.
Kalimat resensi yang menyatakan keunggulan sesuai teks tersebut adalah ...
A. Cerita yang disampaikan begitu santai dengan bahasa yang lugas dan sederhana sehingga
seakan mengajak pembaca turut serta dalam perjalanan spiritual yang dilakukan.
B. Cerita perjalanan penulis dikemas dengan bahasa yang lugas namun kisahnya sulit dimengerti.
Pembaca memerlukan waktu lama untuk memahaminya.
C. Perjalanan penulis keliling Eropa memberikan wawasan baru bagi pembaca tentang Eropa dan
tempat – tempat wisata di sana.
D. Sebagai pembaca kita seolah olah diajak mengelilingi Eropa dengan berbagai model
pendeskripsian dari penulis yang menghadirkan gambaran Eropa ke dalam imajinasi kita.
E. Penulis mengajak pembaca menjelajahi perjalanan sejarah di Eropa dengan pendeskripsian
beberapa tempat terpopuler.
Suhita : (berusaha menguasai perasaannya) Baiklah, Bu. Aku harus pergi. Kawan-
kawanku di markas tentu sudah menunggu lagi pula surat ibu harus segera
kusampaikanbukan?
Mardilah : (…) Engkau anakku, Suhita …
Suhita : Ya, Bu.
Mardila : Kau tidak boleh marah pada Ibu, ya, Nak!
Suhita : Tidak Bu!
Mardilah : (melepaskan pelukannya, seperti malu kepada dirinya sendiri) Baiklah! Sampaikan
(1). Percakapan dalam drama didominasi bahasa gaul sehari – hari (2)
Penggunaan bahasa ini dibuktikan dengan pemakaian istilah “ Lo – Gue “ (3).
Selain itu salah satu bagian dari drama ini menunjukan suasana tidak
romantis, hal yang menyebabkan anak muda tidak tertarik (4). Tokoh utama
Rama dan Nadia sangat menghayati perannya sehingga tidak bisa
mengekspresikannya dengan baik. (5). Meskipun diakhiri dengan tidak
bersatunya Rama dan Nadia karena perbedaan keyakinan hal itu tidak
mempengaruhi antusiasme penonton. Justru penonton menikmati dan
berkesan dengan tokoh Rama dan Nadia
Kalimat yang menunjukan kelemahan dalam kutipan resensi tersebut adalah nomor... .
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
Satu jam berlalu, kami terdiam dan terhanyut dalam angan masing-masing. Persoalan yang kami
hadapi saat ini benar-benar di luar batas kemampuan. Tapi aku yakin bahwa Tuhan tidak akan
memberi cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya, namun Ranti Istriku tetap ngotot dan terus
menerus mendesakku. Kami sangat tetap terdiam aku berdiri dan berjalan kesana kemari.
“jangan hanya mondar-mandir Mas, cepat cari jalan keluar, kepalaku rasanya mau copot, lagi
pola persoalan ini tidak bisa menunggu, harus segera mencari pinjaman karena kalau hujan turun
dengan lebat takutnya rumah ini akan rubuh.”
Ubahan cerita tersebut menjadi teks drama adalah....
A. Istri : “Cepat Mas, jangan melamun” (berjalan menuju ke suami)
Suami : “Mau kemana lagi harus dicari”
Istri : “Nanti turun hujan”
B. Istri : (setelah terhanyut dengan angan-angan) “Mas cepat cari pinjaman”
Suami : “Untuk apalagi”
Istri : “Ya untuk sehari-hari”
C. Istri : (Melihat suami mondar-mandir) “Jangan mondar-mandir saja, Mas!?”
Suami : “Aku sedang berfikir
Guruku
Ilmu yang engkau berikan
Laksana pelita yang tak pernah padam
Menerangi jalan gulita
Agar kaki tak salah melangkah
Kedua lelaki itu kira-kira sama besar, tapi yang satu jauh lebih tua dari yang lain. Rambutnya
pangkas pendek, mereka pakaian biru, yang tua pakai pea-jacket sedang yang muda turtle-
neck sweater biru.Ketika mereka melenggang ke jalan gelap itu, tapak kaki mereka dengan
lantang bergema dari rumah-rumah kayu di situ. Yang muda mulai bersiul :”Come to Me My
Melancholy Baby”. Lantas dia terdiam saja.“Kepinginnya lagu sial bisa hilang dari
otakku.Sudah seharian begini, lagu ini”.
(Kena Gempur, John Steinback)
Kalimat kritik yang sesuai dengan isi penggalan cerpen tersebut adalah ....
A. Mengungkapkan masalah kegelisahan salah satu tokoh yang mencoba membunuh rasa
takutnya dengan menyanyikan lagu kesayangannya.
B. Lemahnya pengarang merinci keadaan dan pelukisan tokoh pun tidak terlihat tidak tajam,
tidak menantang, tetapi datar saja, sehingga cerita tidak menarik.
C. Cerita yang disajikan pengarang dapat dijadikan pelajaran berharga bagaimana cara orang
membunuh rasa takutnya dengan menyanyikan lagu yang disukai.
D. Pelukisan keadaan dan perwatakan tokoh berjalan dengan sedehana dan natural, tidak
membohongi pembaca dengan pelukisan tokoh yang muluk-muluk.
E. Kesepian yang begitu mendalam yang mendera kedua tokoh mampu diberi lukisan pendukung
seperti : tempat yang sunyi, gelap, dan rumah kayu.
Kalimat bermajas yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang dalam puisi tersebut adalah ....
A. Gerimis pun mulai reda lagi
B. Udara dingin sekali saat ini
C. Tanpa lentera akan gelap sekali
D. Angin dan embun pagi berhenti menyapa
E. Suasana menjadi gelap gulita
W.S. Rendra
Adinda : Kau sudah puas dengan apa yang kau lakukan padaku?
Gantri : Belum! Tindakanmu belum sebanding dengan sikapmu yang licik. Setiap aku
memperoleh sesuatu, engkau menyambarnya dan juga menjelekanku. Aku tak
pernah terima ini. Aku sudah cukup menghadapimu dan berperang melawanmu.
Adinda : (tertawa sinis) Buktikanlah kalau kau mampu. Engkau tetap menjadi orang
bodoh.
Gantri : (menatap tajam) Kalau boleh mengejekku, tetapi lihat ini (memperlihatkan
selembar kertas) Ini surat pemecatan dari direktur.
Adinda :Akankah engkau memecatku?
Gantri : Engkau yang memecat dirimu sendiri.
Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Taufik Ismail
Begitulah maka aku pun pernah menjadi buah harap mereka. Buah cakap yang manis
didengar dari gadis dan ibu-ibu di kampung. Tiap kali kalau kebetulan aku lewat di muka
rumah mereka, dari celah-celah kerai menjeling beberapa mata jelita. Dan tak jarang aku
dapat gangguan ibu-ibu yang suka menyindir. Tapi, aku yang masih terlalu muda, tak
mungkin sanggup memikirkan hal-hal yang sulit itu. Lagi pula ayahku (pentolan Serikat
Islamnya Tjokroaminoto yang tergolong progresif) tak suka pada fill macam itu.