Anda di halaman 1dari 3

Analisis Unsur Intrinsik dan Kaidah Kebahasaan

Novel “Mimpi Mimpi Lintang Maryamah Karpov”

A. Unsur Intrinsik

1. Tema

Tema yang diambil dalam novel tersebut adalah tentang pengorbanan


cinta seseorang kepada orang-orang yang ia sayangi, termasuk sang
dambaan hati. Secara umum novel Maryamah Karpov ini menceritakan
tentang kehidupan sosial masyarakat Belitong.

2. Plot/Alur

Dalam novel Maryamah Karpov, macam alur atau plot yang dipakai adalah
regresif atau sorot balik. Alur yang dipakai penulis dalam novel tersebut
terdapat cerita mundur atau kilah balik ke masa lampau untuk menceritakan
suatu permasalahan dan kadang untuk memperjelas sesuatu. Sehingga alur
yang disebut alur campuran. Bukti pada teks :

“sungguh menyedihkan keadaan sekolah kami sekarang. Dulu ia


dikucilkan zaman, sekarang ia masih senyam sendirian. Kami tertegun
bergandengan tangan. Tak seorang pun bicara karena kami terlena
mendengar suara Bu Muslimah dari dalam kelas itu, gelak tawa, sedan tangis,
bait-bait puisi, dan dialog sandiwara kami dulu. Lalu mengalun suara kecil
Lintang menyanyikan lagu Padamu Negeri, hanya untuk menyanyikan satu
lagu itu saja ia dengan gagah berani mengayuh sepeda empat puluh
kilometer. Dari rumahnya di pinggir laut: Di kelas itu, meski suaranya
sumbang, ia bersenandung sepenuh jiwa.”

3. Tokoh / penokohan

• Ikal : selalu ingin tahu (bukti: …aku penasaran ingin tahu, … {halaman 151}),
rambut ikal (bukti: aku di panggil si Ikal, lantaran rambutku ikal {halaman
178} )
• Ayah : berbesar hati (bukti : namun tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Sejurus
kemudian ia berjalan menuju kawan-kawannya. Ayah menyalami mereka
satu per satuuntuk mengucapkan selamat {halaman 11} )
• Ibu : sabar (bukti : menunduk, tekun, tak banyak cincong. {halaman 14})
• Arai : penakut ( bukti: rasanya ingin aku terkencing-kencing. Aku dan Arai tak
berani mendekat. {halaman 159} ), kurus (bukti: …, pria kurus tinggi nan
penyakitan… {halaman 169}
• Lintang : pintar (bukti: aku merinding mendengarnya. Betapa spektakuler ide
ini…. {halaman 330}
• A Ling : cantik ( namun, jika cantik-A Ling contonya-tatapannya mampu
mencairkan tembaga {halaman 131} )
• Mahar: tidak putus asa (bukti: akhirnya, Mahar tanpa putus asa hanya
tinggal satu harapan lagi yaitu bungkusan yang selalu dibawanya kemana-
mana… {halaman 407} )
• Kalimut : muka nampak tua ( bukti: ia seusia denganku tapi wajahnya
tampak lebih tua {halaman 363} ), gigih (bukti: …sekecil itu ia telah mencari
nafkah. {halaman 364} )
• Chung Fa : periang (bukti: Chung Fa sangat periang… {halaman 364} )
• Ketua Karmun : tak putus asa (bukti: dan, bukan Ketua Karmun namanya jika
menyerah begitu saja… {halaman 438} )
• Tuk Bayan Tula : sombong (bukti: Tuk memalingkan wajah… {halaman 406})

4. Latar
a) Waktu
Pada novel Maryamah Karpov, penulis menceritakan semua kejadian yang
dialami penulis ketika berumur 24 tahun. Dimana ketika penulis sudah selesai
menempuh mata kuliahnya di salah satu Unversitas bagus di Paris. Di dalam
cerita di ceritakan kemudian hari-harinya dijalani penulis di tanah Indonesia
yakni di Belitong hingga berumur 25 tahun.

b) Tempat
Pada novel Maryamah Karpov penulis banyak melakukan setting tempat di
Belitong. Setting tempat yang biasa terpakai adalah rumah penulis, rumah
Zakiah, Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi, Sungai Linggang, dermaga,
Pulau Batuan, Pasar Ikan, Sekolah Dasar Laskar Pelangi, Toko Harapan
Bangsa, rumah Puniai, dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian banyak di alami
di Belitong karena Belitong merupakan tempat tinggal penulis. Sehingga
segala gerak-gerik penulis akan terawasi oleh Belitong. Waktu terjadinya
cerita tersebut kira-kira saat penulis berumur 24 tahun.
c) Sosial
Kehidupan masyarakat yang ada pada kehidupan penulis yaitu kebiasaan
atau adat istiadat dari warga Belitong tersebut yang merupakan tanah
kelahirannya. Kehidupan sosial masyarakat sana cenderung obsesif. Seperti
yang dilakukan penulis dalam cerita.

5. Amanat
Kita sepatutnya memperjuangkan cinta demi kebahagiaan hidup ini,
walaupun cara untuk memperjuangkan cinta itu penuh dengan pengorbanan
• Dalam sebuah cerita disana digambarkan agar tidak berpoligami karena
sudah ada bukti nyata akibat poligami.
• Sebaiknya masyarakat Indonesia harus mulai bisa menumpas ketelatan
dalam segala bidang, karena jika tidak maka bisa saja merugikan diri sendiri.
Walaupun kita tahu umunya masyarakat Indonesia bertabiat menyerahkan
sesuatu sesuai deadline atau bahkan beberapa detik sebelum penentuan jam
terakhir.
• Sebaiknya pemerintah tidak sibuk dengan kebahagiaannya sendiri, sehingga
nantinya masyarakat kecil bisa sedikit tak terabaikan.
• Kegagalan adalah sukses yang tertunda,sehingga dengan seni dapat
memberi ilmu untuk menyiasati hidup.
• Siapa yang menabur senyum , dialah yang akan menuai cinta.
• Seseorang yang menjadi sumber kekuatan terbesar adalah pula sumber
kelemahan terbesar.
• Menurut ketentuan agama, tak boleh mendiamkan orang tua bertanya lebih
dari tiga kali.

6. Sudut Pandang
Penulis menulis novel Maryamah Karpov ini dengan gaya pengarang
sebagai pelaku utama, sehingga dalam cerita tertera kata “aku” dan penulis
juga sering mengungkapkan apa yang dirasa maupun dipikirnya dalam
untaian kata yang indah.

7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa metafora memiliki pengertian membandingkan sesuatu hal
dengan hal yang lain tanpa mempergunakan kata-kata penghubung sebagai
pembanding. Tetralogi adalah gabungan empat karya sastra yang berbeda.
Tetralogi novel karya Andrea Hirata banyak menggunakan gaya bahasa salah
satunya adalah gaya bahasa metafora. Tetralogi novel karya Andrea Hirata
terdiri dari; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk, tipe, dan makna gaya
bahasa metafora yang terdapat dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata.
Untuk mengetahui bentuk, tipe, dan makna gaya bahasa metafora yang
terdapat dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata digunakan metode simak
dan metode catat dengan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
pengamatan dan mencatat. Adapun metode analisisnya menggunakan
metode agih dan padan dengan teknik lanjutan teknik ganti, teknik padan
referensial, dan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL).
Penggunaan bentuk gaya bahasa metafora pada tetralogi novel karya
Andrea Hirata berjumlah 206 data. Tipe gaya bahasa yang digunakan dalam
tetralogi novel karya Andrea Hirata berjumlah 9 yaitu; Being, Cosmos, Energi,
Substansi, Terestrial, Object, Living, Animate, dan Human. Makna yang
terdapat dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata adalah sumber ilmu
pengetahuan, berusaha dengan sungguh-sungguh, selalu terdengar di dalam
hati, dan lain-lain.

NAMA : RENDRA ADJI NOERDIYANTO


KELAS / ABSEN : XII MIPA 2 / 27

Anda mungkin juga menyukai