Anda di halaman 1dari 5

Cermati kutipan novel berikut!

Kamu harus menuruti etika keluarga. Jangan jatuh cinta pada sepupumu, Warno. Banyak wanita
lain yang jatuh cinta kepadamu. Anak pak RT itu, berkali-kali menanyakan nasibmu.

1. Nilai yang terkandung dalam penggalan novel di atas adalah ...


a. Adat
b. Sosial
c. Ekonomi
d. Pendidikan
e. Nasionalisme

Bacalah kutipan novel berikut!


Orang tuanya bekerja sebagai nelayan miskin yang tidak hanya memiliki perahu. Mereka juga
memiliki keluarga yang banyak yakni 14 kepala. Dari kejeniusannya Lintang sangat menyukai
matematika. Tapi, cita-citanya menjadi seorang ahli matematika harus terpangkas karena
tuntutan untuk membantu orangtua menafkahi keluarga. Terlebih saat ayahnya meninggal ia
harus bekerja keras untuk mencari nafkah padakeluarganya.
(Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi)

2. Berdasarkan kutipan novel di atas, nilai kehidupan apakah yang hendak disampaikan oleh
penulis..
a. Nilai moral
b. Nilai sosial
c. Nilai religius
d. Nilai patriotik
e. Nilai pendidikan

Bacalah kutipan teks novel berikut!


Aku dan Rangga iseng-iseng mengambil antrean di antara para turis Asia Timur yang sangat
percaya dengan mitos semacam itu. Turis-turis itu begitu antusias untuk menyentuh dan berfoto
di atas point zero hingga platnya luntur menjadi putih mengkilap. Aku mendengar nama oran
lain, berharap bisa kembali lagi ke Paris bersama keluarga, kekasih, atau teman dekat mereka.
(99 Cahaya di Langit Eropa: Hanum Salsabeila Rais dan Rangga Almahendra)

3. Nilai yang terdapat dalam penggalan novel tersebut adalah nilai..


a. Agama
b. Sosial
c. Budaya
d. Pendidikan
e. Ekonom

Bacalah kutipan novel berikut!

(1) Teman-teman Fajar bersorak gembira. (2) Daffa terkulai lemas karena layang-layangnya
putus. (3) Senja pun tiba. (4) Ketika terdengar suara adzan, anak-anak mulai membubarkan diri
untuk pergi ke masjid. (5) Berita kemenangan Fajar atas Daffa semakin menambah keyakinan
anak-anak desa itu bahwa layang-layang milik Fajar memang sakti. (6) Fajar menjadi semakin
tinggi hati.

4. Bukti nilai agama terdapat pada kalimat bertanda nomor ....


a. (1)
b. (3)
c. (4)
d. (6)
e. (5)
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!

(1) Layang-layang Adi tiba-tiba menukik dari atas menyambar layang-layang Badu. (2)
Akibatnya, ada bagian kertas layang-layang Badu yang robek. (3) Dan... ketika diadu kembali,
layangan Badu pun putus. (4) Badu memandang layang-layangnya seolah-olah tidak percaya. (5)
Perasaan sedih dan malu menjadi satu. (6) Akhirnya Badu mengakui kekalahannya.

5. Bukti nilai moral terdapat pada kalimat bernomor ...


a. (3)
b. (4)
c. (5)
d. (6)
e. (1)
Perkataan itu terdengar oleh sekalian isi kantor. Semua pesuruh berdiri dari bangku
kedudukannya, memandang Kosim tenang-tenang. Warna muka orang muda itu merah padam,
matanya bersinar-sinar. Bukan main marahnya karena ia dihinakan. Ia pun berkata dengan
gagap, “Saya bu…bukan bujang, juragan.”
“Aku kepalamu, tuanmu, tahu? Kepadaku engkau minta izin jika hendak ke mana-mana dari
kantor ini.”
“Keras kepala, bin… engkau! Ini manteri kabupaten, Manteri Surya, mengerti? Awas…”
Kosim gemetar, kedua bibirnya bertaut dan matanya terbelalak berapi-api. Ia melangkah menuju
meja manteri dan membulatkan tinjunya.
Seketika itu juga tangannya dipegang oleh Suminta cepat-cepat lalu ia ditariknya keluar.
“Sudah Juragan Kosim,” katanya perlahan-lahan. Pergilah, ah…mana gelas itu Juragan Manteri?
Saya cuci, saya beli kopi sekali?”
Surya terdiam diri, dagunya gemelutuk karena berang. Sejurus antaranya ia pun memegang pena
seakan-akan hendak bekerja. Akan tetapi, tak dapat, hatinya masih berang.

6. Nilai tradisi dalam kutipan novel tersebut adalah…


a. Siapapun harus meminta izin bila meninggalkan ruang kerja.
b. Seorang anak buah tidak harus hormat dan patuh kepada atasan.
c. Seorang atasan harus berani dan sering menegur bawahannya.
d. Menentang perintah atasan apabila tidak berkenan di hati.
e. Semua benar
Bacalah dengan saksama!
Di Kantor Pos
Oleh: Muhammad Ali
“Tadi agaknya telah terjadi suatu kekeliruan ketika Nona membayarkan uang pos wesel kepada
saya, sebab ….”
“Mana bisa keliru?” si pegawai menyela dengan cepat.
“Seharusnya saya terima tiga ratus rupiah, bukan? Kalau tak salah, sekian itulah angka yang
tertulis dalam pos wesel saya.”
“Coba saya liat dulu, Saya masih ingat nomor pos wesel Saudara.” Si pegawai lalu memeriksa
salah satu lajur dalam daftar yang terkembang di hadapannya, kemudian katanya,”Nah ini, wesel
nomor satu empat tujuh dengan tanda C. Jumlah uang:tiga ratus rupiah. Apa yang keliru?
Bukankah tadi Saudara terima dari saya tiga ratus rupiah?”
“Tidak,”jawab laki-laki itu.” Nona tadi memberikan kepada saya bukan tiga lembar kertas
ratusan, tapi empat lembar. Jadi, empat ratus rupiah yang saya terima tadi.”
“Oh,, kalau begitu saya keliru. Benar-benar keliru,” kata si pegawai akhirnya dengan kemalu-
maluan.”Maklum banyak kerja. Lagi pula lembaran-lembaran uang itu masih baru hingga mudah
saja terlengket karenanya. Jadi, Saudara mau kembalikan uang yang seratus rupiah kepada saya,
sekarang?”
“Betul, Saya akan mengembalikannya kepada Nyonya ….”
“Nona!” sela si pegawai cepat.

7. Nilai Moral yang terdapat pada kutipan novel tersebut adalah …


a. Lebih baik mengaku salah daripada berbohong.
b. Kita harus bersikap jujur.
c. Berhati-hatilah dalam bertindak.
d. Kekeliruan merupakan hal yang wajar.
e. Kekeliruan merupakan hal yang tidak wajar
Astaga, siapa orang-orang ini? Tampang mereka seperti orang-orang kriminal. Namun, hak
mereka sama dengan semua penumpang yang masuk taksiku. Aku tak perlu tahu urusan mereka.
Barangkali juga tidak berhak tahu. Meskipun banyak juga yang aku tahu sebagai sopir taksi.

8. Nilai moral yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah . . . .


a. Kehati-hatian seseorang terhadap keadaan sekelilingnya.
b. Ketakutan yang timbul akibat pengalaman masa lalu.
c. Jangan berprasangka buruk hanya karena melihat penampilannya.
d. Ketidakpercayaan terhadap orang-orang di sekitarnya.
Bacalah dengan seksama
Perkataan itu terdengar oleh sekalian isi kantor. Semua pesuruh berdiri dari bangku
kedudukannya, memandang Kosim tenang-tenang. Warna muka orang muda itumerah padam,
matanya bersinar-sinar. Bukan main marahnya karena ia dihinakan. Ia pun berkata dengan
gagap, “Saya bu…bukan bujang, juragan.”
“Aku kepalamu, tuanmu, tahu? Kepadaku engkau minta izin jika hendak ke mana-mana dari
kantor ini.” “Keras kepala, bin… engkau! Ini manteri kabupaten, Manteri Surya, mengerti?
Awas…”
Kosim gemetar, kedua bibirnya bertaut dan matanya terbelalak berapi-api. Ia melangkah menuju
meja manteri dan membulatkan tinjunya.
Seketika itu juga tangannya dipegang oleh Suminta cepat-cepat lalu ia ditariknya keluar.
“Sudah Juragan Kosim,” katanya perlahan-lahan. Pergilah, ah…mana gelas itu Juragan Manteri?
Saya cuci, saya beli kopi sekali?”
Surya terdiam diri, dagunya gemelutuk karena berang. Sejurus antaranya ia pun memegang pena
seakan-akan hendak bekerja. Akan tetapi, tak dapat, hatinya masih berang.

9. Nilai tradisi dalam kutipan novel di atas adalah…


a. Siapapun harus meminta izin bila meninggalkan ruang kerja.
b. Seorang anak buah tidak harus hormat dan patuh kepada atasan.
c. Seorang atasan harus berani dan sering menegur bawahannya.
d. Menentang perintah atasan apabila tidak berkenan di hati.
Bacalah kutipan novel berikut ini
“Apapun yang kamu katakan terhadapku, kutak peduli. Walau kaucaci maki, kaukutuki, aku
terima. Tapi, untuk membirakan Math dan Arcy hidup sebagai suami istri, padahal Tuhan
melarangnya ,o…o…o… itu telah melanggar prinsip hidup setiap orang yang percaya pada- Nya.
Kau memang telah berbuat sesuatu yang benar sebagai ibu yang mau memelihara kebahagiaan
anaknya. Tapi, ada lagi kebenaran yang lebih mutlak yang tak bisa ditawar – tawar lagi, yakni
kebenaran yang dikatakan’ Tuhan dalam kitan-Nya. Prinsip hidup segala manusialahh
menjunjung kebenaran Tuhan
10. Nilai religius yang terdapat dalam kutipan novel tersebut…
a. Tuhan melarang perkawinan beda agama
b. Keikhlasan seorang ibu dalam membahagiakan anaknya
c. Melanggar prinsip agama mendatangkan kesengsaraan
d. Segala keputusan hendaknya selalu dikembalikan pada ajaran agama
e. Kesabaran seorang ayah dalam menghadapi perilaku anaknya

Anda mungkin juga menyukai