Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FRANSISKUS ALDERINO ANGGA NUGRAHA

NIM : 231224002

Mata Kuliah : Kritik Sastra B

Kritik Analisis Cerpen

Karya sastra memiliki unsur pembangun contohnya sebuah prosa, dimana di dalam
isinya sangatlah kompleks. Unsur pembangun dalam prosa terdiri dari unsur tema, tokoh dan
penokohan, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa serta amanat. Sementara itu, unsur
ekstrinsik dalam prosa terdiri dari latar belakang kehidupan pengarang, kondisi sosial, dan
aspek budaya masyarakat. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menganalisis atau
mengkritisi sebuah cerpen yang berjudul “ Gerobak “ karya Sena Gumira Adjiedarma terkait
dengan unsur pembangun prosa dalam kritik non-ilmiah.

Pertama, saya akan membahas serta menganalisis cerpen ini dari segi unsur intrinsik
terlebih dahulu. Tema yang diangkat dalam cerpen “ Gerobak “ bagaimana kondisi
kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat. Hal ini sangat terlihat dari dalam isi cerita
dimana menceritakan seorang anak kecil yang setiap harinya melihat manusia gerobak
memenuhi kota. Tokoh aku melihat manusia gerobak selalu bermunculan ketika mendekati
puasa dan menghilang pada saat hari lebaran. Namun setelah hari raya lebaran manusia
gerobak ini justru bertambah semakin banyak dan menduduki kota. Cerpen ini
mengemukakan sebuah kenyataan atau realitas bahwa kesenjangan sosial benar-benar ada
dan setiap harinya kita dapat melihat di sektar kita. Cerpen ini juga memperlihatkan betapa
kejamnya dan kerasnya kehidupan di kota bagi seseorang yang memiliki kondisi ekonomi
menengah ke bawah serta menyinggung bagaimana peran pemerintah dalam
menyejahterakan semua rakyatnya.

Cerpen ini memiliki alur cerita maju sebab diawali dengan menceritakan awal mula
gerobak putih sebelum lebaran datang hingga gerobak-gerobak tersebut tiba-tiba menghilang
setelah lebaran. Namun mereka masih berada di kota setelah lebaran karena tidak dapat
kembali lagi ke asalnya. Tahap perkenalan dalam isi cerita dimulai ketika gerobak putih ini
tiba-tiba muncul sebelum lebaran setiap tahunya. Hal ini ditunjukkan atau dibuktikan pada
awal cerita.
Kutipan : “ Kira-kira sepuluh hari sebelum Lebaran tiba, gerobak-gerobakberwarna
putih itu akan muncul di berbagai sudut kota kami, seperti selalu terjadi dalam bulan puasa
tahun-tahun belakangan ini.”

Pengenalan masalah diceritakan ketika gerobak putih berhenti di depan rumah


gedung kakek. Tokoh aku melihat salah satu gerobak berhenti di depan rumah kakek.

Ketegangan konflik atau masalah terjadi ketika gerobak-gerobak semakin banyak


setiap hari dan menguasai daerah tempat tinggal dan tetangga tokoh aku. Gerobak putih itu
dianggap mengganggu dan meresahkan lingkungan di sekitar tempat tokoh aku tinggal
bersama kakeknya. Rasa keingintahuan tokoh aku kepada orang yang berkumpul dengan
gerobaknya. Tokoh aku mulai bertanya kepada kakek mengenai kenapa orang-orang itu
berkumpul dan tokoh aku ingin membaur dengan orang gerobak yang ada di depan
rumahnya. Kakeknya memberi tahu kepada tokoh aku untuk tidak membaur dengan orang-
orang gerobak itu sebab menurutnya perbedaan kelas antara keluarga tokoh aku dengan orang
yang disebut miskin. Hal ini membuat sedikit perdebatan dengan kakek mengapa tokoh aku
tidak boleh berbaur dengan orang-orang gerobak itu dalam tanyanya.

Kutipan : ” Demikianlah gerobak-gerobak itu dari hari ke hari makin banyak saja
tampaknya “.

“ Manusia-manusia gerobak ini seperti bersikap dunia adalah milikmereka


sendiri. ...Tetangga-tetangga juga sudah mulai jengkel “.

Klimaks atau puncak masalah dalam isi cerita terdapat pada saat tokoh aku
mengetahui bahwa gerobak-gerobak itu ternyata masih ada dan memberi tahu kepada kakek
yang berpikir kalau orang gerobak-gerobak putih itu memang tidak akan pulang dan menetap
di sekitar lingkungan rumahnya.

Anti klimaks dalam cerpen ini terjadi ketika akhirnya tokoh kakek mengetahui bahwa
orang-orang gerobak putih tersebut tidak memiliki tempat tinggal sehingga membuat mereka
tidak dapat kembali ke asalnya selamanya. Cerpen ini juga memiliki koflik eksternal di dalam
isi cerita yang ditandai dengan adanya kontak sosial atau proses sosialisasi antara tokoh aku
dan orang gerobak putih.

Kuitpan : “ Bukankah mereka bisa pulang kembali ke N egeri Kemiskinan?’ ‘ Ya,


tetapi Negeri Kemiskinan sudah terendam lumpur sekarang, dantidak ada kepastian
kapanbanjir lumpur itu akan selesai “.
Cerita di dalam cerpen ini dapat berjalan dengan rinci serta banyak terjadi dinamika
antar tokoh. Cerpen ini diperankan oleh tokoh Aku, Kakek, Nenek, dan Manusia Gerobak.
Setiap tokoh memiliki watak atau sifat yang berbeda. Tokoh aku di dalam cerita berwatak
protagonis sekaligus tokoh utama dalam cerita. Tokoh Aku diceritakan sebagai cucu dari
kakek, memiliki watak atau sifat ingin tahu akan sesuatu hal. Hal ini dibuktikan ketia ia terus
bertanya kepada kakek mengenai manusia gerobak yang selalu dilihat di kota. Tokoh aku
juga memiliki watak penasaran dan polos. Hal ini terlihat ketika ia bertanya kenapa harus
takut dan waspada kepada manusia gerobak serta mencoba berbaur dengan manusia gerobak
di depan rumahnya.

Kutipan : “ Dari mana danmau ke mana? Aku tidak pernahberada di bataskota dan
melihat gerobak-gerobakitu masuk kota. Mereka sepertitiba-tiba saja sudah berada didalam
kota,kadang terlihatberhenti diberbagai tanahlapang....”

Tokoh kakek di dalam cerita berwatak antagonis sekaligus sebgai tokoh pendukung di
dalam cerita. Tokoh kakek di dalam cerita memiliki sifat pekerja keras dan tegas. Kakek ini
memiliki perusahaan yang banyak dan menduduki jabatan tertinggi. Kakek ini selalu
mengerjakan pekerjaanya sendiri walaupun berat sekalipun. Kakek merupakan sosok yang
sibuk akan pekerjaan. Namun, kakek ini memiliki sifat pongah atau menghina orang lain.
Arogan disini lebih kepada merendahkan derajat orang lain. Hal ini dibuktikan ketika
bertanya tentang cucunya jika harus berbagi tempat tinggal maupun bermain dengan manusia
gerobak yang disebutnya sebagai kere unyik.

Kutipan : “ Di samping menjadi pejabat tinggi, perusahaannya pun banyak sekali,


dan Kakek tidak pernah membagi pekerjaannya yang berat itu dengan orang lain “.

“Jangan sekali-kali mendekati kere-kere itu, kata Kakek, kita tidak pernah tahu apa
yang mereka pikirkan tentang kita.”

Adapun tokoh nenek yang diceritakan sebagai seorang yang memiliki watak suka
memberi atau bersedekah kepada orang lain. Nenek menjadi tokoh pendukung di dalam
cerita. Hal ini terlihat melalui tindakan nenek yang selalu mengirimkan makanan yang
berlimpah-limpah kepada gerobak yang menggelar tenda di depan rumah. Sikap nenek
tersebut merupakan gambaran nyata dari orang kaya yang seakanmemiliki kewajiban atas
orang miskin di negeri ini. Melalui dialognya Ia menggerutu pada keadaan yang menimpanya
itu, namun Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Kutipan :” Nenek misalnya selalu mengirimkan makanan yang berlimpah-limpah
kepada gerobak yang menggelar tenda di depan rumah “.

Tokoh manusia gerobak digambarkan sebagai manusia yang miskin, penampilan


mereka dekil dan kotor.

Cerita ini dikisahkan dengan berlatar tempat di kota tepatnya sebuah rumah gedung
dimana orang gerobak bermunculan di sudut kota. Rumah gedung ini dikisahkan sebagai
tempat tinggal tokoh aku, kakek, dan juga nenek. Jendela loteng menjadi saksi bisu bagaiman
tokoh aku melihat orang gerobak putih berada di lingkungan rumahnya. Pengaturan waktu
hari adalah pengaturan waktu suatu peristiwa yang terjadi pada suatu bagian hari, baik pagi,
siang, siang, atau malam hari. Tanda bahwa waktu merupakan bagian dari hari dalam cerpen
ini adalah penggunaan frasa sepanjang hari. Penanda waktu ini menggambarkan momen atau
peristiwa yang terjadi maksimal dalam satu hari. Peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Waktu kejadian peristiwa dimana orang gerobak ada di kota sebelum menjelang hari
puasa hingga pada saat hari lebaran sampai juga setelah hari raya lebaran. Cerita ini
menggambarkan ketika masyarakat menjalankan bulan puasa hingga hari raya lebaran
bersamaan dengan bencana Lumpur Lapindo yang menjadi bencana nasional pada tahun
2006 silam. Suasana yang terbangun di dalam cerita ini lebih menawarkan situasi
menyedihkan dimana tokoh aku terutama melihat dengan mata kepala sendiri kalau orang-
orang gerobak itu ternyata hidup dalam penderitaan yang dialami setiap hari di kota.

Sudut pandang yang terlihat di dalam cerita lebih menunjukkan sudut pandang orang
pertama serba tahu. Cerita ini banyak menyebutkan peristiwa yang dialami tokoh aku. Tokoh
aku disini sebagai tokoh utama atau pelaku utama yang mengetahui segala peristiwa di
sekitar. Gaya Aku megisahkan kondii dan sikap dari tokoh aku terhadap orang gerobak putih
itu. Gaya bahasa dalam cerpen ini lebih menekankan pada pemilihan kata dengan
menggunakan bahasa konotatif misalnya dalam cerita disebutkan “ Negeri Kemiskinan “.
Pemilihan kata ini ditujukan bagi kaum masyarakat yang tidak mampu berada di lingkungan
dengan kesenjangan sosial di dalam masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa masih
terdapat kesenjangan sosial antar kalangan masyarakat yang terjadi di kota. Pesan moral atau
amanat disampaikan oleh penulis melalui cerpen ini bahwa kita harus selalu bersyukur atas
apa yang sudah diberikan oleh Tuhan dalam keadaan apapun. Kita juga diingatkan untuk
saling menumbuhkan sikap kepedulian terhadap orang lain dengan menyalurkan bantuan
melului sedekah.

Kedua, saya akan membahas mengenai unsur pembangun cerpen ini dari unsur
ekstrinsik. Unsur ekstrinsik dalam prosa terdiri dari latar belakang kehidupan pengarang,
kondisi sosial, dan aspek budaya masyarakat. Latar belakang pengarang menulis cerpen ini
berangkat dari sekat sosial antara masyarakat Kaya kota besar yang diwakilkan melalui toko
“ Aku. Kakek, Nenek “ yang memiliki kehidupan sejahtera dengan masyarakat Marjinal
seperti manusia gerobak. Penulis menggambarkan bagaimana pengemis memanfaat
peruntungan di bulan Ramadhan untuk dapat meninta-minta orang agar mendapatkan belas
kasihan. Hal menarik dari cerpen ini ialah kesejangan sosial menjadi topik yang diangkat oleh
penulis antara masyarakat kaya dan miskin. Orang miskin dijauhi oleh orang yang memiliki
taraf hidup yang tinggi karena dapat melakukan kejahatan lebih tinggi. Cerpen ini juga
mengaitkan peristiwa bencana Lumpur Lapindo tahun 2006 dengan Negeri Kemiskinan untuk
menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi masyarakat saat itu.

Lampiran

Judul Cerpen : Gerobak.

Pengarang / Penulis : Sena Gumira Adjiedarma.

Tanggal dan Tempat :Pondok Aren, Minggu, 7 Oktober 2006 pukul 23.30 WIB.

Sumber : https://cerpenkompas.wordpress.com/2006/10/15/gerobak/#more-65

Anda mungkin juga menyukai