Anda di halaman 1dari 3

 

A.Sinopsis
Salah satu cerpen Kompas tahun 2005-2006 yang berjudul
“Gerobak” karya
Seno Gumira Ajidarma ini bermula dari keheranan tokoh
“aku” yang keheranan karena melihat banyak gerobak berisikan manusia (di
dalam cerpen disebutkan dengan sebuah keluarga kecil) pada masa bulan  puasa
hingga menjelang masa lebaran. Tokoh
“Aku” yang dalam cerpen ini disebutkan dengan sudut  pandang anak kecil
yang lugu dan penuh rasa ingin tahu, tertegun ketika Sang Kakek menyebutkan
bahwa gerobak itu data
ng dari “Negeri
Kemiskinan”. Tokoh “aku” mengamati perkembangan gerobak-gerobak
tersebut yang pada akhirnya memenuhi kotanya. Disebutkan bahwa gerobak itu
akan menghilang setelah masa lebaran karena mereka kembali ke negeri asalnya
setelah selesai menuai sedekah dari orang-orang kota, namun terjadi
kejanggalan. Pada masa setelah lebaran, gerobak-gerobak itu bertambah
banyak dan memenuhi kota. Malah mereka menduduki rumah-rumah orang
kota. Cerita berakhir ketika mereka dikisahkan tidak bisa pulang ke Negeri
Kemiskinan karena negeri mereka telah terendam lumpur.

B.Unsur Intrinsik
1.Tema
Kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat
2.Plot
Cerita Gerobak memiliki plot lurus (progresif) yang ditandai dengan
kedatangan gerobak-gerobak putih sebelum lebaran, sampai gerobak-gerobak
tersebut tidak kunjung kembali-kembali juga pada saat lebaran tiba. Selain itu
ada pula plot tunggal yang menjelaskan bahwa tokoh Aku adalah sebagai tokoh
protagonis
yang ada pada karya sastra “Gerobak”
 
 a.Perkenalan:Kedatangan gerobak-gerobak putih ke kota
(“Kira-kira sepuluh hari sebelum Lebaran tiba, gerobak-gerobak berwarna putih
itu akan muncul di berbagai sudut kota kami, seperti  selalu terjadi dalam bulan
puasa tahun-tahun belakangan ini.”)  

b.Pengenalan masalah: Gerobak putih itu berhenti di depan rumah gedung


kakek tokoh Aku.
(“Salah satu dari gerobak itu berhenti pula di depan rumah gedung kakekku.”)

 c.Peningkatan ketegangan masalah: Gerobak-gerobak putih itu semakin


semakin bertambah setiap harinya dan orang-orang gerobak putih itu semakin
menguasai tempat-tempat di daerah Aku tinggal sehingga banyak meresahkan
tetangga Aku.
(“Demikianlah gerobak-gerobak itu dari hari ke hari makin banyak saja
tampaknya.”)
 (“Manusia-manusia gerobak ini seperti bersikap dunia adalah milik mereka
sendiri. ...Tetangga-tetangga juga sudah mulai jengkel.”)
 
d.Klimaks: Mengetahui bahwa orang-orang gerobak tidak akan pulang
(“’Mereka masih di sini Kek, pada
hal hari Lebaran sudah berlalu,’ 
 kataku kepada Kakek.
 Lagi-lagi Kakek menghela napas.
" Mereka memang tidak bisa pulang ke mana-mana lagi sekarang .’”)

e.Anti klimaks: Mengetahui bahwa orang-orang gerobak putih itu tidak


memiliki tempat untuk kembali lagi.
(“Bukankah mereka bisa pulang kembali ke N 
egeri Kemiskinan?’ 
 Ya, tetapi Negeri Kemiskinan sudah terendam lumpur sekarang, dan tidak ada
kepastian kapan
banjir lumpur itu akan selesai.’”)
(“Aku tidak terlalu paham bagaimana lumpur bisa merendam Negeri
Kemiskinan. Apakah maksudnya lumpur kemiskinan? Aku hanya tahu,  setelah
hari Lebaran berlalu, gerobak-gerobak putih sama sekali tidak  pernah
berkurang. ...Barangkali saja untuk selama-lamanya.”)

 Cerita ini juga memiliki konflik eksternal yang ditandai dengan kontak sosial
antar aku dan orang-orang gerobak.
 
3. Penokohan Nama Tokoh Perwatakan Tokoh Pembuktian Watak
Aku Ingin tahu, penasaran, polos

 
“Dari mana dan
mau ke mana?  Aku tidak pernah berada di batas kota dan melihat  gerobak-
gerobak itu masuk kota.  Mereka seperti tiba-tiba saja  sudah berada di dalam
kota, kadang terlihat berhenti di berbagai tanah lapang....

 

 
 Apa maksud  Kakek? Apakah mereka akan menculik aku?  Ataukah
setidaknya mereka akan melompat masuk jendela dan merampas

Anda mungkin juga menyukai