Anda di halaman 1dari 2

NILAM BINTI MALIN

Oleh : Ade Suci Ramadhani S.Fil

Dikampung yang telah sekian lama tidak dihuni kaum lelaki melainkan hanya wanita
saja, Nilam bersama kedua anak buahnya datang berkunjung mengendarai kapal gadang
membawa buah tangan dari kota yang ditinggalinya.

Nilam, dialah anak si malin yang telah merapat disebuah negeri. Negeri yang tak dia
kenal sama sekali ,tak ada satupun yang dia tau, kecuali sebuah patung batu ditepi pantai itu.

“ Orang kampung.. orang kampung..sini woi..ada kapal gadang..” teriak seorang wanita di
tepi pantai itu.

“ Apa benar ini tanah yang kita cari? ”


“ Kalau tidak salah benar cik, menurut kabar benar cik ”.

“ He.. sudah lama tak ada kapal gadang yang merapat kemari, sudah tak ada yang diangkut
dari kampung ini ,termasuk para lelaki. Setiap kapal yang datang ,selalu membawa mereka
pergi ,dan meninggalkan janji – janji .Sekarang.. kau datang dengan beragam keelokan.kapal
gadang, pakaian yang mewah, dan barang bawaan kekampung kami .Sudah beberapa bulan
kampung kami tidak ada angkutan, sekarang apa yang mau kau ambil dikampung kami ini?”.
Jelas salah seorang wanita separuh baya yang sedang bergosip bersama teman – temannya .

Wanita - wanita itu meminta agar kedua anak buahnya tinggal ditanah itu...
“ Sudah 3 bulan tidak ada lelaki satupun untuk menafkahi keluarganya, sudah jelas
penjelasan bahwa tidak ada apa – apa yang kami punya yang akan kau bawa,”

“ Aku punya banyak lelaki, jika kau mau kutinggalkan dia satu.” Tawar nilam
“ Iya ya ya ” jawab seorang gadis dengan semangat.

“ Maafkan dia nak, maafkan segala ucapan – ucapan kami yang berlebihan itu.Kau tentu
belum tau benar , apa yang terjadi .Namun kau bisa percaya ,apa yang dia katakan tadi,adalah
salah satu dari banyak kecemasan yang datang menghampiri kami..”
“ Iya – iya maafkan kami ,kami punya kecemasan yang sangat berlebihan, setiap kapal yang
datang kemari mengangkut dan membawa pergi laki – laki ,termasuk suamiku.Tak lama dia
berangkat dengan kapal gadang, tak kembali sampai sekarang. Pergi pulang nak, dikampung
ini seorang lelaki tidak datang berpindah pergi sekalian kebanyak kota untuk bekerja. Sejak
lahir seorang anak lelaki sudah direncanakan untuk mencari segala yang dibutuhkan,ha gini
misalnya ,mereka untuk ibunya sebagai seorang anak , untuk istrinya sebagai suaminya,
untuk kemanakannya sebagai mamang ,namun tak ada tempat untuk diri mereka sendiri
dikampung ini, dan tak ada hak bagi mereka untuk mengnikmati hasilnya sendiri. Itulah
sebabnya mereka memilih pergi dari kampung ini.” Jelas bu
“ Nah nah dulu pernah ada terjadi , seorang anak lelaki pulang ke kampung ini ,setelah sekian
lama tiada kabar .Tetapi dia pulang tidak membawa apa – apa ,hanya baju yang melekat
dibadan, bahkan keadaannya lebih buruk dibandinngkan dia sebelum pergi.he mandenya
merasa malu karena itu,
“ Mande? Siapa mande?” tanya nilam
“ Mande, ibunya malin.”
“ Mengapa ibunya malin? Tanya nilam kembali dengan mimik wajah yang menggambarkan
kecemasan.
“ Bagi kami ,dia lebih memilih seperti kambing dikampungnya sendiri,asalkan menjadi
budak dikampung orang. Bagi kami kalau seorang lelaki ,tidak bisa memberi apa – apa untuk
kemajuan kampungnya, dia sepantasnya meninggalkan kampung ini dan dia akan pergi ke
tanah rantau,hahaha.Dan akan memberikan penghasilannya itu untuk kampung
kami .hahahaha.

Nilam pun mengkerahkan kedua anak buah yng dibawanya untuk mengeluarkan
barang bawaan dari negri nya dan memberikan kepada mereka, sebagai tanda pertukaran,
nilam bisa mengunjungi kampung itu untuk mencari ayahnya dan warga mendapatkan
balasan ,barang bawaan yang dibawa nilam sari kota.

Pada saat berjalan – jalan di sekitar pantai, nilam melihat sebuah batu yang berbentuk
seperti layaknya manusia yang sedang bersujud. Dia langsung mendeskripsikan bahwa itu
adalah ayahnya.

“ Ayah!” Teriak nilam

Tentu saja warga yang sedang membongkar barang pemberian nilam ,menyaksikan
itu, terbelalak kedua matanya melihat sikap nilam yang seperti itu.
Warga baru mengetahui ,bahwa nilam adalah anak dari si malin.Suatu malam, malin
pulang kekampung itu kembali, dengan mengenakan baju yang kusam compang – camping
tak beraturan, dengan tangan kosong, bahkan keadaannyai lebih parah dari sebelumnya.
Ibunya sudah melarangnya untuk pergi merantau ,tetapi karna kondisi kampung yang
mewajibkan lelaki untuk membiayai ,dan keadaan kehidupan mereka yang cukup minim.
Namun ,selama ia merantau ,dia tidak pernah memberi kabar.Ibunya hanya
mendapatkan sekadar kabar – kabar burung ,bahwasanya dia sudah menjadi orang kaya raya,
dam menikahi seorang putri raja yang cantik jelita , mengetahi tetapi ibunya sama sekali tidak
mengetahui bahwa malin sudah dikaruniai seorang putri.
Ternyata tak seperti yang diharapkan sang ibu, malin pulang membawa tumpahan
kesedihan dan kepedian. Tentu saja sang ibu merasa sangat kecewa,bertahun – tahun
menyimpan sebuah harapan yang sangat besar,berharap anaknya akan pulang dengan beribu
kebahagiaan,namun kenyataan berbeda.Karna rasa kecewa yang sangat menggunung ,mande
sang ibu ,tanpa sadar mengutuk malin si anak durhaka.

Hingga akhirnya nilam ,yang konon putri dari malin dan tuan putri yang cantik jelita
itu, menemukan batu ayahnya yang berada di pinggir pantai .

“ Kapal gadang woiii... ada kapal gadang ...”

.................

Anda mungkin juga menyukai