Anda di halaman 1dari 7

HIJRAH IS JIHAD

Derap waktu, selalu menemani menjadi saksi drama hidupku. Hujan, pelangi serta
petir mengiringi perjalanan hijrah ini. Aku tidak menuduh Allah tidak adil, jelas dia sang
Maha segalanya. Ah namun setan yang masih saja menempel pada diriku ini yang selalu saja
mencari sela untuk berprasangka yang tidak – tidak.

Aku termasuk anak yang terlahir dari latar belakang keluarga org tua yang berbeda,
ayah seorang mu’alaf dari agama Nasrani, dan umi beragama Islam. ayah memutuskan untuk
beralih aqidah, hidup kami selalu digeluti banyak cobaan yang tidak tanggung – tanggung.
Ayah menjadi mu’alaf sejak mengikrarkan janji suci untuk menikahi umi, dengan latar
belakang agama yang berbeda dan keluarganya yang masih Nasrani sudah pastilah banyak
ketidak cocokan antar mereka, ayah juga dijauhi oleh keluarganya bahkan dibenci. Tetapi
lambat laun Allah membantu meringankan masalahnya, keluarganya sudah bisa saling
menghargai dan juga sebagian saudara kandungnya menjadi mu’alaf seperti ayah walaupun
juga masih ada yang tidak menyukainya.

Sedangkan umi, sudah pasti dari keluarga yang menganut aqidah Islam. Umi adalah
ibu terhebat, beliau mampu membuat ayah yakin dan percaya bahwa agama yang paling
sebenar – benarnya adalah agama islam, ayah masuk islam bukan hanya karna ingin
memenuhi keinginannya untuk menikahi umi tetapi juga karna ada panggilan dalam hati ayah
untuk menganut agama Islam.

Walaupun saat ini keluarga ayah sudah kelihatan menghargai, tetap saja masih saja
sering ada ketidak enakan hati. Aku juga sebagai anak sulung dari keluarga berperan penting
dalam hal – hal yang menyangkut ayah dan umi.

Dulu, aku lebih sering dekat dengan keluarga ayah, wajar saja kepribadianku sama
sekali tidak mencerminkan sebagai muslimah seutuhnya, karna ilmu yang juga kurang ayah
dan umi masih terlalu awam untuk mendidik anaknya, terlebih lagi keluarga umi tidak ada
satupun yang tinggal di medan dan sekitarnya. Karna umi sebenarnya berasal dari Malaysia,
keberadaannya di indonesia karna memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri untuk
mengikuti ayah. Sebab itulah aku juga jarang untuk berkomunikasi serta untuk hanya sekadar
sharing menanyakan hal – hal yang menyangkut agama umi yaitu agama islam.
Aku dan keluargaku sangat awam untuk persoalan agama, umi yang jauh dari malaysia dan
sudah memeluk agama islam sejak lahirpun kurang membekali untuk memanduku dekat
kepadaNya.

Namun Allah masih sayang kepadaku dan keluargaku, sekolah yang sebagai media
penambang ilmu bagiku tidak hanya untuk memperoleh ilmu buku saja tetapi juga menambah
wawasan untuk kehidupan nyata. Yang sangat berperan mempengaruhi perubahan dalam
hidupku adalah sahabat dan teman, walaupun guru dikatakan lebih banyak menyimpan ilmu
dan wawasan, tapi tetap saja tidak seasyik mereka.

Berteman atau bersahabat adalah jalan penting yang bisa mempengaruhi keadaan
seseorang. Jika benar persahabatannya maka akan banyak ilmu, hikmah, dan manfaat yang
bisa kita petik, namun jika salah cara dari bertemannya maka percikan kesalahan itu juga
akan menimpanya.

Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan karena
pengaruh teman yang salah. Tapi, tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak
kebaikan disebabkan bergaul dengan teman – teman yang shaleh. Seperti dalam sebuah
hadits, Rasulullah saw mengibaratkan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi, “ Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun
tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi
(percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau
asapnya yang tidak sedap ”. ( HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628 )

Hadits ini mengandung makna bahwa paling tidak ada dua kemungkinan jika
bersahabat dengan teman yang baik atau minimal kita mendapati kebaikan teman kita dan itu
nyata, aku juga mengalaminya juga mendapatkan dari teman – teman serta sahabat disekolah,
mereka membuka pintu jembatan untukku menuju kejalanNya.
Tett..tett.. ( bel Berbunyi )
“ eh tris, gimana ? kamu sudah siap kalau harus hijrah memakai pakaian muslimah yg
sepantasnya? ”
“ Hm, ntar aja lah kalau sudah nikah ”.
“ Loh kenapa gitu ? kan itu wajib hukumnya bagi umat islam yang cewe ”
“ Giniya, kalau sekarang ini kitakan masih sekolah juga. Trus kitakan masih muda, ntar apa
kata orang: kaya ibu – ibu pakai jilbab menjulur kebawah gitu, ihh enggak lah belum siap aku
imanku belum bener ”
“ Iya juga ya tris nanti apa kata orang – orang, yaudalah mending kita nunggu ada yang lamar
trus nikah barudeh pakai syari ”
“ Hahaha cakep ”

Beberapa tahun berlalu ...


Sudah selesai manjalani masa – masa pahit manisnya ujian sekolah menjelang wisuda.
Setelah menerima ijazah akupun mulai diterpa dilema untuk menentukan pilihan antara
kuliah atau bekerja.

Setelah beberapa minggu dilewati akhirnya aku ditawarkan untuk bekerja di salah
satu perusahaan yang sudah tak asing ditelinga, akupun langsung memutuskan untuk bekerja
terlebih dahulu, diterima untuk bekerja sebagai penyaji makanan (waiters) dan alhamdulillah
waiters wanitanya boleh mengenakan jilbab, tapi menurutku sama saja seperti tidak memakai
jilbab karna masih memperlihatkan bagian dada sedangkan itukan juga aurat . Namun aku
masih menggelutinya, walaupun sebenarnya dalam hati kecil sangat risih dan tidak enak hati
mengenakan pakaian seperti itu.

Berbagai nasihat diutarakan dari mulut sahabat – sahabatku, tak lupa juga support
( dukungan ) yang membuat sendi – sendi ku bergerak untuk melangkah ke depan.

“ Tris, minggu ada acara nggak ? aku mau ngajak kamu datang ke acara wisudaannya
kakakku ”.
“ Hmm, minggu ya ? nggak ada tuh kayaknya, yauda inyaallah aku usahain dateng ya din ”
“ Oke, ntar kabarin aja ya biar kita pigi bareng ”.
“ Sipp ”.
Tidak pantas rasanya jika aku menolak undangan dari Dinda, terlebih lagi aku dan
keluarganya sudah sangat dekat. Wajar saja aku dan Dinda sudah bersahabat sejak smp,
selain di sekolah, jarak rumah Dinda dan aku cukup dekat. Jadi tidak perlu ada alasan untuk
tidak menemaninya pada acara wisuda kakaknya nanti.

Dinda juga salah satu sahabat yang selalu mendukungku dan mengajakku untuk hijrah
ke tahap yang lebih sempurna, walaupun juga sering berdebat karna selisih paham, tapi
itulah yang membuat manis persahabatan kami.

Pada saat acara wisuda tiba, aku datang dengan memakai baju batik kemeja warna
merah muda berpadu celana jeans warna hitam dan jilbab berwarna hitam juga yang masih
berukuran umum dipakai orang – orang, tepatnya jilbab segi empat yang juga sedang tren di
kalangan anak remaja. Di sana selain bertemu dengan keluarga Dinda aku juga bertemu
dengan banyak kerabat Dinda dan kakaknya. Salah satunya Fadhil, ya dia yang tidak
kusangka diam – diam ternyata memperhatikanku.

Berawal dari acara wisuda saat itu, Fadhil mulai menghantui fikiranku. Rasa
penasarannya kepadaku terpecah pada saat dia berani memulai untuk mengajakku mengobrol
di salah satu akun media sosialku, via Dm ( Instagram ) dia menanyakan kabar dan juga
meminta id Line ku.

Sejak itu aku dan Fadhil sering mengobrol dan lebih akrab dari sebelumnya, dia tak
hanya mengalihkan fikiranku dia juga membuatku jatuh hati, selain bertukar profil
kepribadian, kami juga sering sharing membicarakan soal agama.

Salah satu alasanku menaruh hati padanya, dia sangat mendukungku untuk hijrah
menata keimanan lebih sempurna. Pada saat itu, aku merasa ada perubahan yang drastis
dalam diriku. Keluar rumah yang biasanya jarang memakai jilbab, kini aku sudah mulai
nyaman mengenakan jilbabnya, ini juga tak lain hidayah dari Allah swt, Dia
mempertemukanku dengan orang – orang pilihanNya.

Tak terasa sebulan sudah aku bekerja sebagai waiters di perusahaan yang juga sudah
ku sebut, Dinda sekarang telah di terima bekerja sebagai guru di salah satu sekolah yang
berdekatan dengan rumah kami. Fadhil juga resmi menjadi designer grafic dijakarta setelah
wisuda.
Aku pun memutuskan untuk berhenti bekerja, karna sejak itu tekadku sudah matang
untuk hijrah, dan memilih mulai memakai hijab syar’i dan niqab ( cadar ), ini juga karna
dukungan dari sahabatku Insani, beliau memberiku dukungan sepenuhnya, niqab pertamaku
juga diberikan cuma – cuma. Alhamdulillah Fadhil juga sangat mendukung sekali, hanya saja
orang tuaku yang masih awam ilmu agama, tidak menerima jika aku memakai niqab. Berkali
– kali sudah kujelaskan kepada mereka, namun tetap saja mereka tidak pernah menyetujinya,
keluarga ku tidak ada yang setuju aku mengenakan pakaian sunnah yang di anjurkan
rasulullah saw itu.

Sejak berhenti bekerja aku lebih fokus untuk pertandingan bela diri ( silat ), sejak
kecil aku juga suka belajar bela diri, hanya saja karna waktu kesempatan belakangan ini yang
membuatku tidak sempat untuk berlatih.

Saat berada dirumah, aku belum berani untuk memakai niqab karna sangat ditentang
oleh kedua orang tua serta keluarga. Namun aku tetap bertekad, karna Allah tidak akan
memberikan cobaan kepada hambanya jika hambanya tidak mampu. Pada saat di luar rumah
barulah aku berani mengenakan nya. Itupun tak terhindar dari omongan orang – orang yang
sinis memandang ku, tapi biarlah hitung – hitung berjihad. Allah bersama orang yang sabar.

Hubunganku dengan Fadhil juga sudah perlahan renggang, bukan karna ada masalah,
tetapi memang sudah saling memahami untuk mejaga jarak. Yang dulunya sering
berkomunikasi setiap saat setiap waktu, sekarang mengobrol jika hanya karna ada hal – hal
penting, dia juga ingin menjalin hubungan yang lebih serius kepadaku setelah mendapatkan
pekerjaan yang layak dan juga setelah di ridhai Allah swt. Tapi dia juga tidak mengikatku
untuk menunggunya, dia juga ikhlas jika ada ikhwan yang aqidahnya bagus terlebih dahulu
mengkhitbahku.

*SELESAI*
MOTIVASI
 Ikhlaskanlah, segala sesuatu yang telah kamu kerjakan. Jika terdapat
kesalahan di dalamnya, perbaiki dengan lapang dada dan minta ampun kepada yang
maha kuasa Allah swt, jangan mengungkit dan menyesali, karna itu hanya membuat
hatimu tidak tenang dan merasa sedih.

 Percayalah, setiap usaha yang kamu lakukan tidak akan sia – sia. Ambil
hikmahnya, buang sedihnya, pelajari kegagalannya.

 Jodoh itu kamu yang berusaha mencari, Allah yang meridhai. Tidak ada
salahnya jika kamu berharap yang sempurna terhadap jodohmu, TAPI sempurnakanlah
dirimu terlebih dahulu.
BIODATA

Nama : Ade Suci Ramadhani


Akun : * Fb. Ade Suci Ramadhani
*Ig. @adee5059
Email : adesuci22@gmail.com
Alamat: Kota medan, Medan petisah, Sei putih barat. Ayahanda ( Jl. Tinta No. 67 g )
No. Hp: 081248849228 / 085297975258

Anda mungkin juga menyukai