Anda di halaman 1dari 80

SIFAT FISIK MINERAL

Sifat fisik suatu mineral erat hubungannya dengan


struktur kristal dan komposisi kimianya, sehingga
dengan mempelajari sifat fisiknya, dapat dibuat
beberapa deduksi tentang struktur kristal dan
komposisi kimianya.

Sifat fisik suatu mineral berguna dalam segi


keteknikan. Misalnya : intan dipakai sebagai
pengasah karena kekerasannya yang luar biasa, dll.
Sifat fisik suatu mineral meliputi 8 aspek, yaitu :
1. Sifat optik (optical properties),
2. Kekerasan (hardness),
3. Belahan dan pecahan (cleavage and fracture),
4. Berat Jenis (BJ ; density),
5. Sifat magnet (magnetic properties),
6. Sifat listrik (electrical properties),
7. Sifat permukaan (surface properties), dan
8. Radioaktivitas (radioactivity).
Sifat Optik

Mineral mempunyai 4 macam sifat optik, yaitu :

Pemantulan dan pembiasan (reflection and


refraction),

Kilap (luster),

Warna dan goresan (color and streak), dan

Luminesensi (luminescence).
Pemantulan dan Pembiasan
Jika seberkas sinar diarahkan miring ke atas
permukaan sebuah benda padat non-opak, maka se-
bagian sinar akan dipantulkan kembali ke udara, dan
sebagian lagi dibiaskan sebagai sinar bias.

Arah sinar pantul mengikuti Hukum Pemantulan,


yang menyatakan sudut pantul r sama dengan sudut
datang i, serta sinar pantul dan sinar datang terletak
pada satu bidang.
Gambar 3.1 Pemantulan
dan pembiasan Untuk sinar bias,
maka hubungan antara
sinar datang i dan sinar
bias r, berlaku Hukum
Snellius. Hukum ini
menyatakan :

sin i/sin r = n ;

konstanta n disebut in-


deks bias.
Untuk meneliti mineral yang tembus cahaya,
digunakan sinar bias. Misalnya untuk mempelajari
Mineral Optik, atau Petrografi. Mikroskop yang
dipakai adalah Mikroskop Polarisasi.

Jika yang diteliti mineral opak (tidak tembus cahaya),


maka sinar yang digunakan adalah sinar pantul. Cara
ini dipakai dalam meneliti mineral-mineral bijih.
Sifat optik berhubungan erat dengan struktur kristal
mineral. Pada mineral-mineral isometrik dan non-
kristal, kecepatan sinar pada semua arah akan sama,
dengan demikian indeks bias pada semua arah tsb,
akan sama pula. Mineral yang seperti ini disebut
mineral isotrop. Jika sebaliknya, maka disebut
mineral anisotrop (lihat Gambar 3.2 dan 3.3).
Gambar 3.2
Gambaran sifat optik isotrop
pada kristal isometrik dan
anisotropik pada kristal orto-
rombik

Sifat optik anisotrop pada


kristal ortorombik
Gambar 3.3
Bidang (001) yang iso-
trop dan (010) yang an-
isotrop pada kristal
tetragonal
Hubungan antara indeks bias dan kristalografi, dapat
digambarkan melalui sumbu-sumbu kristal dengan
perbandingan panjang sumbu adalah indeks biasnya.
Gambaran yang dihasilkan disebut indikatriks, yaitu
gambaran 3 dimensi yang dipakai untuk menjelaskan
arah getaran sinar yang berbeda dalam suatu
mineral.
Indikatriks mineral-mineral non-
kristal dan iso-metrik, berbentuk
sebuah bola karena indeks bias ke
semua arah sama (Gambar 3.4 a).

Untuk mineral-mineral yang


berkristal tetragonal dan
heksagonal, indikatriksnya
berbentuk elipsoida putar, dengan
setiap sayatan yang tegak lurus
sumbu c akan berbentuk lingkaran.
Sumbu putar berimpit dengan
sumbu c kristalografi (Gambar 3.4
b).
Bentuk ini adalah hasil perambatan cahaya pada
arah tegak lurus sumbu c yang mempunyai
kecepatan yang sama, dengan getarannya terletak
pada bidang sumbu horisontal.

Karena mempunyai satu sumbu optik yang sejajar


dengan sumbu c kristalografi, maka mineral-
mineral yang bersistem kristal tetragonal dan
heksagonal disebut uniaksial.
Bagi mineral-mineral yang
bersistem kristal ortorombik,
monoklin, dan triklin, indikatriksnya
mempunyai simetri yang rendah,
sesuai dengan simetri
kristalografinya yang memang
rendah. Indikatriksnya berbentuk
elipsoida triaksial, dengan 2 sumbu
optik (Gambar 3.4 c). Karenanya,
mineral-mineral yang bersistem
kristal ortorombik, monoklin, dan
triklin disebut mineral bersifat optik
biaksial.
Gambar 3.4 Indikatriks optik untuk mineral (a) isotropik, (b)
uniaksial, (c) biaksial. Pada (a) indikatriks
berbentuk bola, yang radiusnya sebanding
dengan n, yaitu indeks bias mineral. Untuk (b)
indikatriksnya berbentuk elipsoida putar, yang
sayatan equato-rialnya berbentuk lingkaran
dengan radius sebanding terhadap , salah
satu indeks bias utama ; dan sumbu vertikal
yang sebanding dengan , indeks bias lainnya ;
dapat > atau < . Pada (c) indikatriksnya
berbentuk elipsoida triaksial, dengan indeks
bias terkecil pada sumbu , indeks bias
menengah pada sumbu dan indeks bias ter-
besar pada sumbu . (d) adalah penampang
elipsoida pada bidang ; AA dan BB adalah
sumbu optik yang tegak lurus pada 2 penam-
pang lingkaran yang berjari-jari .
Kilap
Kilap adalah sifat optik yang erat hubungannya dengan
pemantulan dan pembiasan. Dikenal 2 kelas kilap utama,
yaitu :

1. Kilap metal atau logam, dan

2. Kilap non-metal atau non-logam.

Batas yang nyata antara kedua kelas kilap, sukar untuk


ditentukan ; dan mineral-mineral yang kilapnya terletak di
antara kedua kelas kilap itu dikatagorikan berkilap sub-
metal.
Kilap Metal/logam

Terdapat pada mineral opak, atau hampir opak.

Biasanya agak gelap, atau hampir gelap.

Indeks biasnya 3.

Terdapat pada kebanyakan mineral-mineral logam


nativ dan sulfida.
Pyrite (FeS) Chalcopyrite (CuFeS) and Galena (PbS)

Gold
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream
Kilap Sub-metal/sub-logam
Terdapat pada mineral yang semi opak sampai opak.
Indeks bias berkisar antara 2,6 3.
Contoh : kuprit (n = 2,85) ; sinabar (n = 2,91) ; hematit (n =
3,0).

Cinnabar
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Cinnabar_on_Dolomite.jpg

Hematite Cuprite
http://www.irocks.com/render.html?species=Hematite&page=25 http://www.crystalsrocksandgems.com/Healing_Crystals/Cuprite.html
Kilap Non-metal/non-logam
Dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

1. Kilap kaca (vitreous)

Kilap gelas, yang karakteristik pada mineral


berindeks bias di antara 1,3 1,9.

Terdapat pada hampir semua mineral silikat,


sebagian besar oxysalt (karbonat, fosfat, sulfat, dll),
halida, oksida dan hidroksida elemen-elemen
ringan, seperti Al dan Mg.
Aragonite Barite
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Quartz

Calcite
2. Kilap adamantin
Kilap yang sangat terang, khas pada intan.
Ada pada mineral yang berindeks bias terletak diantara 1,9
2,6, seperti pada zirkon (n = 1,92 1,96) ; kasiterit (n = 1,99
2,09) ; belerang (n = 2,4).
Bila berkombinasi dengan kuning, atau coklat,
terbentuklah kilap damar atau resin.

Zirkon
http://www.smartminerals.com/norvegia/Norway_Mineralogicaltrip.htm

Diamond
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream
3. Kilap lemak (greasy), lilin (waxy), sutera (silky), dan
mutiara (pearly) adalah variasi lain dari kilap non-
metal, yang semuanya disebabkan oleh karakter
permukaan pantul.

Di samping warna dan sifat tembus cahaya, kilap


mineral kadang-kadang mempunyai nilai ekonomi,
seperti yang diperlihatkan oleh batupermata.
Gemologi adalah ilmu yang khusus mempelajari
batupermata.
Kilap dan indeks bias sangat menentukan apakah
batupermata berkilau atau tidak. Makin tinggi indeks
bias, makin berkilau dan indah batupermata itu.
Misalnya ametis atau kecubung kasian, meskipun
bersifat transparan dan berwarna baik, ternyata ma-
sih kurang berkilau daripada intan, atau zirkon. Hal
ini disebabkan kuarsa mempunyai indeks bias <<
daripada indeks bias intan, atau zirkon.
Warna dan Goresan

Warna yang tampak pada mineral dihasilkan akibat


terserapnya beberapa jenis panjang gelombang dari
gelombang cahaya putih.

Mineral yang berwarna gelap ialah mineral yang


secara merata dapat menyerap seluruh panjang
gelombang pembentuk cahaya putih.
Warna mineral bergantung pada :

1. Komposisi kimia. Contoh : warna biru dan hijau


pada mineral tembaga sekunder (mineral azurit
dan malakhit).

Azurite (green) & Malachite (blue)


https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream
2. Struktur kristal dan ikatan atom. Contoh :
polimorf dari karbon, yaitu intan (isometrik ; C),
tidak berwarna dan transparan ; sedangkan grafit
(heksagonal ; C) berwarna hitam dan opak.

http://nextbigfuture.com/2012/06/theoretical-m-carbon-
matched-to.html
3. Pengotoran pada mineral.
Contoh : kalsedon yang berwarna.

http://www.bernardine.com/gemstones/chalcedony.htm
Berdasarkan warna, mineral-mineral dapat dibagi
menjadi 2 golongan :
1. Mineral-mineral idiokhromatik :
Mineral yang memperlihatkan warna yang tetap
dan karakteristik.
2. Mineral-mineral alokhromatik :

Mineral yang memperlihatkan warna yang dapat


berubah-ubah.
Warna mineral yang berhubungan langsung dengan
komposisi, dikarakteristik oleh unsur-unsur Ti, V, Cr,
Mn, Fe, Ni, Co, dan Cu.

Ion-ion atau kelompok ion yang dapat menimbulkan


warna khas pada mineral disebut khromofor.

Contoh : ion-ion Cu2 yang terhidrasi, adalah khromofor


dalam mineral tembaga sekunder yang berwarna hijau
(malakhit) dan biru (azurit) ; ion-ion Cr3 adalah
khromofor dalam garnet hijau uvarovit, muskovit hijau,
dan zamrud.
Banyak mineral-mineral tak-berwarna memper-
lihatkan warna yang kuat karena adanya pengotoran,
baik oleh ion-ion asing, atau butiran mineral halus.
Contoh : warna pada ametis atau kecubung kasian,
dan kuarsa ros, disebabkan oleh sedikit Ti, atau Mn ;
warna merah pada feldspar karena adanya hematit
yang sangat halus di dalamnya.
Amethyst

All Images from


https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Rose Quartz
Ada juga warna mineral yang bersifat pseudo-
khromatik, yaitu warna yang bukan warna sebenar-
nya (warna palsu). Warna yang timbul karena efek
fisik saja. Contoh : warna cemerlang pada opal, ter-
nyata dihasilkan oleh pemantulan dan pembiasan
cahaya dari lapisan-lapisan yang terdapat di dalam
mineral, yang indeks biasnya berbeda. Selain itu
dapat juga karena pemantulan dari inklusi halus
suatu mineral lain (biasanya ilmenit).
Opal

Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream
Efek fisik lain adalah berubahnya permukaan mineral karena
oksidasi. Semula permukaannya halus, kemudian berubah
menjadi kasar. Contoh : bornit (Cu5FeS4) yang baru dipecahkan
akan berwarna bronz atau perunggu, tetapi kemudian berubah
menjadi violet-ungu karena oksidasi.

Bornite
http://www.sandiespsychicstones.com/store_stonespage04.html
Goresan (streak) adalah warna yang muncul pada saat mineral
berupa bubuk halus. Warna ini diperoleh jika mineral
digoreskan pada suatu keping gores porselin (streak plate)
berwarna putih yang permukaannya kasar.

Warna hanya diperoleh jika kekerasan mineral lebih rendah


daripada kekerasan keping gores.

Goresan mineral-mineral transparan dan translusen,


berwarna putih ; goresan mineral-mineral yang berkilap non-
metal dan berwarna gelap, pada umumnya lebih terang
daripada warnanya ; dan goresan mineral-mineral yang
berkilap metal, sering lebih gelap daripada warna mineralnya.
Luminesensi
Luminesensi ialah gejala emisi cahaya yang dihasilkan oleh
semua proses, kecuali pemijaran. Peristiwa ini umumnya
karena penyinaran, biasanya oleh sinar ultraviolet.

Sifat luminesensi berguna dalam prospeksi mineral dan


mineral dressing, yaitu untuk mengenal mineral bijih
berharga yang bersifat fluoresensi, seperti wilemit (Zn2SiO4),
skhelit (CaWO4), dan beberapa mineral uranium.
Luminensi terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Fluoresensi
2. Fosforensi
Fluoresensi adalah emisi cahaya pada saat yang bersamaan dengan
penyinaran oleh cahaya. Gejala ini diperlihatkan oleh fluorit (CaF2).
All Images of Fluorit from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Fluorit (CaF2).

http://en.wikipedia.org/wiki/Fluoresce http://en.wikipedia.org/wiki/Fluoresce
nce nce
http://www.webexhibits.org/causesofcolor/11AB.html http://en.wikipedia.org/wiki/Fluoresce
nce

http://hsgautama.blogspot.com/2012/11/jual-pita-safety-scotlite-per-meter.html

Private Collection Image, Thx to Halley Rionanda, Antam Pongkor


Fosforesensi ialah emisi cahaya yang kontinyu (terus-menerus), walaupun
penyinaran telah dihentikan. Diperlihatkan oleh unsur P.

http://2500.th.all.biz/tr/monasit-g10657#!prettyPhoto/0/
http://skywalker.cochise.edu/wellerr/mineral/turquoise/turquoiseL.htm

Monasit (Ca, La, Y, Ambligonit (Li, Na)Al(PO4)(F, OH) Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O


Th)PO4

https://gemology.knoji.com/autunite-a-
naturally-occurring-fluorescent-and-
radioactive-mineral-phosphate/ http://www.mindat.org/g/103
http://en.wikipedia.org/wiki/Apatite

Autunit Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O Apatit Ca5(PO4)3(F, Cl, Torbernit Cu(UO2)2(PO4)2.8-12H2O


OH)
Fosforesensi

All images & watches are private collection


Sifat luminesensi dipakai pula dalam teknik
penerangan moderen, yaitu dengan memakai se-
nyawa anorganik yang bersifat fluoresensi, seperti
CaWO4, CaCO3, dan ZnSiO4.

Luminesensi yang disebabkan peremukan,


penggoresan/pencakaran, atau penggosokan disebut
triboluminesensi. Gejala ini diperlihatkan oleh
beberapa varitas sfalerit [(Zn,Fe)S], fluorit dan
lepidolit [KLi2Al(Si4O10)(OH)2].
Kekerasan (hardness)
Kekerasan mineral adalah daya tahannya terhadap
goresan.

Untuk menentukan kekerasan digunakan skala


kekerasan relatif yang dibuat oleh Mohs pada tahun
1822. Skala ini kemudian dikenal sebagai Skala Mohs
(Tabel 3.1).

Kekerasan mineral dapat diukur dengan alat-alat


sederhana, seperti : kuku (H = 2,5), pisau lipat (H = 5,5),
kaca jendela (H = 5,0 5,5), dan jarum baja (H = 6,5).
Tabel 3.1 Skala Mohs

Skala Kekerasan (H) Mineral


1 Talk
2 Gipsum
3 Kalsit
4 Fluorit
5 Apatit
6 Ortoklas
7 Kuarsa
8 Topas
9 Korundum
10 Intan
Jika ditinjau hubungannya dengan struktur kristal,
maka kekerasan adalah daya tahan struktur kristal
terhadap deformasi mekanik. Hubungan tsb
dinyatakan sbb, yaitu kekerasan akan bertambah
besar bila :
1. Atom-atom atau ion-ion semakin kecil.
2. Valensi atau muatan makin besar, dan
3. Densitas paking (packing density) makin besar.
Contoh hubungan ini dapat dilihat dalam diktat
pada h. 17.
Belahan dan pecahan (cleavage and fracture)
Jika mineral ditekan melampaui daya elastik dan
plastiknya, maka mineral akan pecah. Bila bidang
pecahnya teratur dan sejajar dengan bidang kristal-
nya, maka mineral dikatakan mempunyai belahan
(cleavage). Tetapi jika bidang pecahnya tak-teratur,
maka mineral disebut mempunyai pecahan
(fracture).
Sifat belahan dinyatakan dalam istilah : sempurna
(perfect), baik (good), jelas (distinct), dan tidak-jelas
(indistinct).
Belahan sempurna jika bidang belahnya licin berkilau.
Mineral yang berbelahan baik, dapat terbelah dengan
mudah melalui bidang belahnya dan juga memotong
bidang belahnya.

Mineral dikatakan berbidang belah jelas, jika pecah pada


sepanjang bidang belah, tetapi dapat pula dengan mudah
pecah pada arah-arah yang lain.
Mineral disebut berbelahan tidak-jelas, karena
mempunyai kemungkinan yang sama untuk pecah dan
membelah, sehingga sukar membedakan antara bidang
pecah dan bidang belah.
Berat Jenis (density)
Berat jenis (BJ atau G) atau densitas (density) mineral
terutama ditentukan oleh struktur kristal dan
komposisi kimianya. Berat Jenis (G) dapat berubah
jika T dan P berubah, karena kedua faktor itu
menye-babkan mineral memuai, atau mengerut.
Oleh karena itu, mineral yang berkomposisi kimia
dan struktur kristal tertentu, akan mempunyai G
yang tetap pada suatu T dan P yang tertentu pula.
Mineral yang komposisi kimianya sama tetapi berbeda
struktur kristalnya, mempunyai G yang berbeda. Contoh : G
kristobalit (SiO2 ; isometrik) = 2,32, sedangkan tridimit (SiO2 ;
heksagonal) = 2,26.
G dapat pula berbeda pada mineral yang komposisinya
bervariasi, walaupun struktur kristalnya sama. Contoh : G
olivin [(Mg,Fe)2SiO4, ortorombik] berkisar antara 3,22 (untuk
Mg2SiO4) 4,41 (untuk Fe2SiO4). Hal ini disebabkan adanya
penggantian atom-atom Mg yang ringan oleh atom-atom Fe
yang lebih berat.
Contoh lain diperlihatkan oleh sekelompok mineral isomorf,
seperti pada kelompok aragonit.
Penentuan BJ Mineral
BJ mineral dapat ditentukan melalui 4 cara, yaitu :
1. Dengan sinar x.
2. Berdasarkan Prinsip Archimedes, rumus yang digunakan adalah :
G = W1.L/(W1 W2)
dengan

W1 = berat fragmen di udara,

W2 = berat fragmen dalam cairan,

L = BJ cairan (biasanya air),

G = BJ fragmen.

Agar penentuan BJ langsung dan cepat, digunakan alat Timbangan BJ


Kraus-Jolly (Gambar 3.5), atau Timbangan BJ Berman (Gambar 3.6) pada
diktat h. 55 dan h. 56.
3. Dengan Piknometer. Rumus :
G = L.(W2 W1)/[(W4 W1) (W3 W2)],
dengan :
G = BJ fragmen (benda padat),
L = BJ cairan yang dipakai,
W1 = Berat Piknometer kosong,
W2 = Berat Piknometer berisi fragmen,
W3 = Berat Piknometer berisi cairan dan fragmen,
W4 = Berat Piknometer berisi cairan.
4. Dengan menggunakan cairan berat atau disebut juga Metode
Suspensi. Dalam metode ini, cairan berat yang biasa dipakai
adalah :

a. Bromoform, CHBr3 ; G = 2,9.

b. Asetilen tetrabromida (tetrabrometan), C2H2Br4 ; G = 2,96.

c. Metilen iodida, CH2I2 ; G = 3,3.

d. Larutan Klerici, yaitu suatu larutan yang terdiri dari larutan


pekat talous malonat dan talous format dalam jumlah yang
sama ; G = 4,2.

Untuk mengencerkan larutan organik tsb digunakan aseton,


sedangkan untuk larutan Klerici dipakai air.
Pemisahan Mineral Berdasarkan Perbedaan BJ

Pemakaian lain dari cairan berat adalah pemi-sahan


individu atau kelompok mineral dari suatu
campuran mineral. Hal ini penting dalam petrologi
batuan sedimen, karena mineral-mineral yang BJ-
nya >> daripada BJ kuarsa, feldspar, kalsit, dan
dolomit, dapat memberikan keterangan tentang
sumber dan lingkungan pengendapan suatu batuan
sedimen.
Pemisahan mineral berdasarkan perbedaan BJ
dipakai juga dalam ore dressing, yaitu untuk
menyiapkan konsentrat mineral berharga.

Bila dalam suatu sampel terdapat campuran 2


macam mineral dengan BJ yang telah diketahui,
maka komposisi mineral yang terdapat di dalamnya
dapat dihitung.
Misalnya :

Dari suatu vein diambil sampel yang terdiri atas x% berat kuarsa (G = 2,65)
dan (100 x)% berat pirit (G = 5,01) ; BJ sampel = 3,8. Persentase kuarsa dan
pirit dapat dihitung sbb :

M (% berat) G V
Pirit 100 x 5,01 (100 x)/5,01
Kuarsa x 2,65 x/2,65

Sampel vein 100 3,8 100/3,8

(100 x)/5,01 + (x/2,65) = 100/3,8 ; x=


35,8%
Dengan diketahuinya komposisi kedua mineral, maka
komposisi kimia campuran dapat dihitung. Pirit (FeS2)
mengandung Fe = 46,6% ; dan S = 53,4% ; dengan
demikian komposisi campuran di atas adalah :
SiO2 = 35,8% ; Fe = 30,0% ; dan S = 34,4%.
Sifat Magnet (magnetic properties)
Hanya beberapa mineral yang bersifat feromag-
netik, yaitu mineral-mineral yang dapat ditarik oleh
magnet sederhana. Seperti : magnetit (Fe3O4) ; pirotit
(pyrrhotite, Fe1-nS) ; dan suatu polimorf Fe2O3, yaitu
magemit (maghemite).

Magnetit dan magemit dapat juga bersifat magnet


alam, yang dikenal dengan sebutan lodesrone.
Berdasarkan sifat magnetnya, maka mineral-mineral
dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Diamagnetit, yaitu mineral-mineral yang ditolak
magnet.
2. Paramagnetit, yaitu mineral-mineral yang dapat ditarik
oleh suatu magnet.
Mineral yang mengandung besi akan bersifat pa-
ramagnetit, tetapi ada juga mineral yang tidak
mengandung besi bersifat paramagnetit, yaitu beril (beryl,
Be3Al2Si6O18).
Sifat magnet pada mineral dapat digunakan da-lam
pemisahan mineral, yaitu memisahkan suatu
konsentrasi murni dari campuran mineral-mineral
la-innya. Alat yang digunakan ialah elektromagnet
yang menghasilkan medan magnet berintensitas
tinggi. Selain itu, sifat ini dipakai juga dalam eks-
plorasi geofisika, yaitu dengan menggunakan mag-
netometer.
Portable Magnetometer
Sifat Listrik (electrical properties)
Berdasarkan sifat listrik, mineral-mineral dapat
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Mineral-mineral konduktor, dan
2. Mineral-mineral non-konduktor.

Mineral-mineral konduktor adalah mineral yang


berikatan logam, terdiri dari mineral-mineral nativ
dan beberapa sulfida.
Pada beberapa mineral non-konduktor, sifat lis-
triknya dapat dibangkitkan dengan jalan mengubah
temperatur, dan mineral yang seperti ini disebut
mineral piroelektrik (pyroelectric). Contoh mineral
piroelektrik adalah turmalin [tourmaline,
Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4], atau dengan
mengubah tekanan, dan mineral yang bersifat seperti
ini disebut mineral piezoelektrik (piezoelectric).
Con-toh mineral piezoelektrik adalah kuarsa (SiO2).
Kuarsa bersifat piezoelektrik. Jika kuarsa diberi tekanan, maka kuarsa
akan mengasilkan arus listrik. Hal sebaliknya juga berlaku pada kuarsa,
jika kuarsa dialiri oleh arus listrik maka kuarsa akan bergetar dengan
frekuensi tepat 1 detik.

The quartz oscillator


Sifat Permukaan (surface properties)
Sifat permukaan mineral yang penting dalam keteknikan
ialah wetabilitas (wettability), yaitu sifat kebasahan relatif
permukaan suatu mineral terhadap air.
Berdasarkan sifat di atas, mineral-mineral da-pat
dikelompokkan menjadi :
1. Mineral-mineral liofil (lyophile), yaitu mineral-mineral
yang mudah dibasahi air.
2. Mineral-mineral liofob (lyophobe), yaitu mineral-mineral
yang sukar dibasahi air.
Pada umumnya mineral berikatan ion bersifat liofil,
sedangkan yang berikatan metal, atau kovalen ber-sifat
liofob.
Sifat permukaan di atas dipakai dalam teknik
pemisahan mineral bijih, yang dikenal sebagai teknik
flotasi (flotation). Teknik ini digunakan untuk memi-
sahkan mineral-mineral sulfida dari mineral-mineral
geng (gangue), seperti kuarsa, kalsit, dll. Dalam hal ini,
mineral sulfida umumnya bersifat liofob, sedangkan
mineral geng bersifat liofil.
Radioakitivitas (radioactivity)
Radioaktivitas mineral berhubungan dengan adanya
unsur uranium (U) dan torium (Th, thorium) dalam
mineral tsb. Unsur lain yang dapat mem-perlihatkan
radioaktivitas suatu mineral adalah kalium (K) dan
rubidium (Rb), namun sangat lemah, sehingga harus
diukur dengan alat yang peka.
Atom uranium dan torium pada mineral akan terurai
(disintegrasi) secara spontan dengan kece-patan
yang tetap, tanpa dipengaruhi temperatur, tekanan,
atau sifat persenyawaan atom-atom itu. Pada saat
disintegrasi, disertai oleh 3 tipe radiasi, yaitu :
1. Radiasi alfa,
2. Radiasi beta, dan
3. Radiasi sinar gamma.
Radioaktivitas dapat diketahui dari hasil radiasinya
terhadap film fotografi, dengan alat Geiger Counter,
atau Scin-tillometer.
Hasil akhir disintegrasi uranium dan torium adalah
timah hitam (timbal, Pb). Persamaan reaksi-nya :
U238 Pb206 + 8He4
U235 Pb207 + 7He4
Th232 Pb208 + 6He4
Beberapa mineral radioaktif :

Autunit, Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O,

Monasit, (Ce,La,Y,Th)PO4 ,

Torit, ThSiO4 , dan

Uraninit, UO2.

https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream
Giant selenite crystals in Mexico Giant Quartz
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream
Giant Pyrite
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Giant Amethyst 3,30m 3tons


http://artigasminerals.en.ec21.com/Giant_Amethyst_3_30m_3tons
--109989_120993.html
Pyritized Ammonite
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Gastropoda shell
Formed by mineral replacement
Ammonite shell
Formed by mineral replacement

https://www.facebook.com/AmazingGeologist/photos_stream

Gorgeous pink prismatic


terminated crystals of Calcite
Tourmaline (Var:
Rubellite)

https://www.facebook.com/AmazingGeologist/photos_stream

Rhombohedral Rhodochrosite on Pyrite


Hematite (var: Iron Rose)

https://www.facebook.com/AmazingGeologist/photos_stream

Coquimbite crystal / Riotinto mine, Spain


Plain Old Gold Chalcopyrite - Sweetwater Mine, Missouri

https://www.facebook.com/AmazingGeologist/photos_stream
A Rare and Very Valuable Pink
Diamond has been found in
Australia

https://www.facebook.com/AmazingGeologist/photos_stream

Fluorapatite & Hayne


Cuprosklodowskite

https://www.facebook.com/AmazingGeologist/photos_stream

Azurite, Malachite w/ Hematite, Quartz

Anda mungkin juga menyukai