Anda di halaman 1dari 68

KIMIA MINERAL

Ilmu Kimia Mineral dimulai pada permulaan abad ke-


19, didasari Hukum Komposisi Tetap Proust (1799,
The Law of Constant Composition), Teori Atom
Dalton (1805), dan kemajuan-kemajuan dalam
metode analisis kimia kuantitatif.
Analisis kimia kuantitatif bertujuan mengidentifikasi unsur-
unsur yang ada dalam suatu mineral dan mendeterminasi
jumlah relatifnya. Ketelitian suatu analisis bergantung pada
jenis metode yang dipakai, dan kecakapan/keahlian
penganalisis.

Hasil analisis, jumlahnya dinyatakan dalam persentase berat.


Jadi, dalam analisis suatu mineral, jumlah persentase harus
100. Tetapi, dalam prak-teknya, jumlah 100 hanya kebetulan
saja. Umumnya jumlah antara 99,5 100,5 dianggap sudah
cukup baik.
Namun demikian, jumlah yang terletak di antara
kedua angka di atas belum tentu menjamin ketelitian
suatu analisis, karena jumlah tsb mungkin dihasilkan
oleh :

1. Perimbangan antara kesalahan yang positif dan

yang negatif, atau

2. Kesalahan penganalisis yang tidak melihat atau

tidak dapat mengidentifikasi satu unsur atau lebih.


Contoh :

Tahun 1901 mineral bavenit ditemukan, dan digam-


barkan sebagai hidrat kalsium aluminium silikat.
Pemeriksaan 30 th kemudian mendapatkan bahwa
bavenit ternyata mengandung berilium (Be).

Pada analisis terdahulu Be tidak terlihat karena ter-


endapkan dan ditimbang bersama-sama Al. Dengan
demikian, rumus kimia bavenit sesungguhnya adalah
: Ca4BeAl2Si9O25(OH)2.
Interpretasi Analisis

Rumus kimia mineral memperlihatkan unsur-unsur


yang ada dalam mineral itu dan dalam proporsi
berapa unsur-unsur itu berkombinasi.

Misalnya : mineral halit yang rumus kimianya NaCl ;


rumus itu menyatakan bahwa dalam halit berkom-
binasi ion Na dan ion Cl dalam jumlah yang sama.
Rumus kimia mineral dapat sederhana, atau
kompleks, bergantung pada jumlah unsur-unsur yang
ada dan cara kombinasinya. Rumus yang teliti di-
mungkinkan oleh analisis kimia yang teliti pula.

Analisis kimia hanya memperlihatkan unsur-unsur


apa yang ada dan berapa banyaknya, tidak
menunjukkan bagaimana unsur-unsur itu
berkombinasi di dalam struktur mineral.
Hasil analisis kimia mineral dinyatakan dalam persen-
tase berat, dan untuk menentukan rumus kimianya,
persentase berat harus dijadikan Proporsi Atom (PA),
yaitu dengan membagi persentase berat tiap unsur
dengan BA-nya.
Contoh :
Analisis sampel markasit dari Jasper County, Missouri, mem-
perlihatkan hasil sbb :
----------------------------------------------------------------------------
Unsur % berat Berat Atom (BA) Proporsi Atom (PA)
----------------------------------------------------------------------------
Fe 46,55 55,85 0,834 = 1
S 53,05 32,07 1,654 = 1,982
----------------------------------------------------------------------------
Jumlah : 99,60
Penjelasan : Proporsi Atom (PA) = % berat/BA.
0,834/0,834 = 1.
1,654/0,834 = 1,982 2.
Rumus markasit : FeS2 .
Dengan membalik prosedur di atas, dapat dihitung per-
sentase komposisi rumus tsb, yaitu :
Fe = 46,54% dan S = 53,46%.
Caranya :
Rumus kimia markasit : FeS2.
BA Fe = 55,85 ; BA S = 32,07.
BM FeS2 = 55,85 + (2 x 32,07) = 119,99. Maka :
Fe = (BA Fe/BM FeS2) x 100%
= (55,85/119,99) x 100% = 46,54% ;
Fe = 46,54%.
S = [(2 x BA S)/BM FeS2] x 100%
= [(s x 32,07)/119,99] x 100% = 53,46% ;
S = 53,46%.
Perhatikan Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Hasil analisis sampel markasit dari berbagai daerah
----------------------------------------------------------------------------
Unsur 1 2 3 4 5
----------------------------------------------------------------------------
Fe 46,54 46,55 46,53 47,22 46,56
S 53,46 53,05 53,30 52,61 53,40
----------------------------------------------------------------------------
Jumlah : 100,00 99,60 99,83 99,83 99,96
Keterangan :
1. Dihitung dari FeS2.
2. Sampel dari Jasper County.
3. Sampel dari Joplin, Missouri.
4. Sampel dari Osnabruck.
5. Sampel dari Loughborough Township, Ontario.
Dari tabel tsb dapat diketahui bahwa semua hasil
analisisnya baik, karena terletak di antara 99,5 100,5 ;
namun hasil analisis 2, 3, 4, dan 5, berbeda dengan 1.
Perbedaan ini karena kesalahan analisis, bukan oleh
deviasi markasit dari rumus FeS2.
Selain itu, ternyata markasit mempunyai komposisi yang
tetap. Dalam hal ini, markasit agak berbeda dengan
mineral-mineral lain, karena mineral-mineral lain itu
banyak yang tidak berkomposisi tetap, tetapi
berkomposisi yang karakteristik.
Perhatikan contoh berikut ini, yaitu hasil analisis sfalerit.
Tabel 2.2 Hasil analisis sfalerit dari berbagai daerah
----------------------------------------------------------------------------
Unsur 1 2 3 4
----------------------------------------------------------------------------
Fe 0,15 7,99 11,05 18,25
Mn -- -- -- 2,66
Cd -- 1,23 0,30 0,28
Zn 66,98 57,38 55,89 44,67
S 32,78 32,99 32,63 33,57
----------------------------------------------------------------------------
Jumlah : 99,91 99,59 99,87 99,43
Keterangan : 1. Sampel dari Sonora Meksiko.
2. Sampel dari Gadoni, Sardinia.
3. Sampel dari Bodenmais, Jerman.
4. Sampel dari Isere, Perancis.
Analisis sfalerit itu menunjukkan bahwa rumus-nya
mungkin mendekati seng sulfida murni (ZnS), atau
mengandung agak banyak Fe, dengan sedikit sekali
Mn dan Cd. Hal ini akan tampak jelas bila analisis tsb
dihitung dalam Proporsi Atom (PA) (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Hasil analisis pada Tabel 2.2 dinyatakan dalam PA
----------------------------------------------------------------------------
Unsur 1 2 3 4
----------------------------------------------------------------------------
Fe 0,003 0,143 0,198 0,327
Mn -- -- -- 0,048
Cd -- 0,011 0,003 0,003
Zn 1,026 0,879 0,856 0,684
----------------------------------------------------------------------------
Jumlah : 1,029 1,033 1,057 1,062
S 1,024 1,032 1,020 1,049
----------------------------------------------------------------------------

Rumus ZnS adalah suatu penyederhanaan untuk me-nyatakan


komposisi sfalerit.
Dari semua analisis pada Tabel 2.3 terlihat bahwa per-
bandingan antara Proporsi Atom metal (Fe, Mn, Cd, dan
Zn) dan sulfur adalah : 1 : 1 ; sesuai dengan rumus ZnS ;
tetapi pada beberapa sfalerit, sebagian unsur Zn diganti
oleh Fe, Mn, dan/atau Cd.
Secara praktis mungkin rumus sfalerit adalah ZnS (analisis
1) ; namun jika 1/3 Zn atau lebih telah diganti oleh Fe,
maka rumus sfalerit ditulis : (Zn,Fe)S. Rumus ini
menunjukkan jumlah total Zn + Fe adalah 1 dibandingkan
terhadap S yang juga sama dengan 1 ; tetapi kadar Zn dan
Fe sesungguhnya dapat bervariasi.
Cara lain untuk menyatakan komposisi suatu mineral
yang bervariasi komposisinya, ialah dengan
menyatakan harga persentase tiap komponennya.
Misalnya : untuk olivin yang terdiri atas komponen
Mg2SiO4 atau forsterit (Fo) dan komponen Fe2SiO4
atau fayalit (Fa), dapat dinyatakan sebagai olivin
(Fo15).
Karena jumlah persentase selamanya 100%, maka olivin
(Fo15) menyatakan mineral olivin yang tersusun oleh
Mg2SiO4 15% (forsterit) dan Fe2SiO4 85% (fayalit).
Persentase itu adalah persentase mo-lekul, sedangkan
komposisi berat (% berat) MgO = 6,23% ; FeO =
62,86% ; dan SiO2 = 30,91% (cara menghitung % berat
lihat h. 10).
Lebih lanjut diketahui adanya hubungan antara BJ dan
komposisi olivin, yaitu BJ olivin akan bertambah besar
dengan bertambahnya kadar Fe dalam olivin. Perhatikan
Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5 Berat Jenis olivin pada berbagai komposisinya
----------------------------------------------------------------------------
Komposisi olivin Berat Jenis
----------------------------------------------------------------------------
Fo91Fa9 3,35
Fo63Fa37 3,69
Fo40Fa60 3,88
Fo21Fa79 4,16
----------------------------------------------------------------------------
Jika hubungan tsb digambarkan dalam grafik, akan terlihat
hubungan seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Hubungan antara Berat Jenis dan komposisi
mineral pada seri olivin
Ikatan Atom

Terdapat 4 macam ikatan atom pada mineral-


mineral, yaitu :

1. Ikatan metal atau logam,

2. Ikatan kovalen atau homopolar,

3. Ikatan ion atau polar, dan

4. Ikatan van der Waals.


Ikatan Metal atau Logam

Ikatan metal bertanggung jawab atas sifat kohesi


pada suatu metal atau logam.

Ikatan ini menyebabkan metal atau logam menjadi


penghantar listrik dan panas yang baik.

Terdapat pada mineral logam nativ dan pada


beberapa sulfida dan arsenida.
Gambar 2.2.
Ikatan Kovalen atau Homopolar
Ikatan ini paling stabil bila kulit elektron terluar dari suatu
atom, terisi penuh oleh 8 elektron. Keadaan seperti ini
merupakan struktur atom gas mulia.
Dijumpai pada senyawa-senyawa organik, sangat jarang
pada mineral.
Contoh yang baik pada mineral adalah intan. Pada mineral
ini tiap atom karbon dikelilingi 4 atom karbon lainnya,
masing-masing saling membagi satu elektron dengan atom
pusat. Pola ini terulang di seluruh struktur, sehingga
keseluruhan kristal merupakan satu molekul raksasa
(Gambar 2.2).
Gambar 2.3. Pola atom intan, dengan (111) adalah bidang ho-
risontal. Lingkaran-lingkaran kecil menunjukkan
letak pusat atom karbon
Ikatan Ion atau Polar

Ikatan ini sangat umum pada senyawa-senyawa


anorganik, oleh karena itu sangat penting dalam
struktur mineral.

Terdapat pada hampir semua mineral, kecuali


pada beberapa elemen nativ dan sulfida.
Gambar 2.4.
Ikatan van der Waals
Khusus terdapat pada kristal-kristal gas mulia.
Gaya tarik-menarik antara atom-atomnya sangat lemah.
Contoh : grafit (C), yang atom-atom karbon-nya berhubungan
secara kovalen dalam lembaran-lembaran, dan lembaran-
lembaran saling berhu-bungan melalui ikatan van der Waals.
Ikatan yang terakhir ini sangat lemah dan mudah terganggu.
Oleh karena itu, grafit cepat menjadi lunak dan cepat pula
membelah sejajar dengan lembaran-lembaran atom
karbonnya. Gambar 2.5 memperlihatkan sistem ikatan atom
mineral grafit.
Gambar 2.5. Pola ikatan atom mineral grafit, dengan (0001)
adalah bidang horisontal. Garis putus-putus me-
nunjukkan ikatan van der Waals, dan lingkaran-
lingkaran kecil adalah letak pusat atom karbon
Dalam suatu senyawa, dapat terdiri lebih dari satu
jenis ikatan. Misalnya molekul sulfur, 8 atomnya
terikat secara kovalen yang berbentuk cincin, hasil-
nya ialah molekul S8 , selanjutnya molekul-molekul
itu terikat bersama-sama dalam kristal oleh ikatan
van der Waals.
Struktur senyawa yang berikatan ion dapat digolong-kan
menjadi 2 jenis, yaitu : isodesmik dan anisodes-mik.

Pada senyawa isodesmik, ikatannya kurang lebih sama kuat.


Yang termasuk golongan ini adalah mineral golongan oksida,
hidroksida, dan halida sederhana.

Bagi senyawa anisodesmik, terdapat perbedaan dalam daya


ikat. Hal ini disebabkan adanya kelompok atom yang berlainan
di dalam struktur. Kelompok atom ini adalah anion-anion
oxyacid, seperti CO3-2, SO4-2 dan PO4-3, yaitu pada mineral
golongan karbonat, sulfat, dan fosfat.
Ukuran Ion

Di alam terdapat kurang lebih 2.000 jenis mineral, dan 90%


berstruktur ion. Dengan demikian, kebanyakan strukturnya
ditentukan oleh jumlah dan ukuran ion-ion yang menyertai
komposisinya.

Ion-ion dapat dianggap kira-kira berbentuk bola yang beradius


tertentu, sesuai dengan karakteristik unsur-unsur dan muatan
ionnya. Pada Gambar 2.6 dapat dilihat ukuran beberapa ion yang
umum terdapat dalam mineral (h. 20).

Karena radius ion bergantung pada struktur atom, maka radius ion
akan berhubungan dengan kedudukan unsur dalam Sistem Periodik
(Tabel 2.8, h. 21). Bagaimana hubungan itu, lihat penjelasannya
pada h. 19 20.
Struktur mineral yang berikatan ion, dikontrol oleh
keseimbangan geometrik dan keseimbangan listrik.
Keseimbangan geometrik berarti ukuran relatif ion-
ion dan cara pakingnya harus menyebabkan ion-ion
dalam keadaan terikat erat di dalam struktur ; dan
keseimbangan listrik berarti bahwa jumlah muatan
ion positif dan negatif harus seimbang.
Dalam struktur ion, setiap kation dikelilingi se-jumlah
anion, yang jumlahnya bergantung pada ukuran
relatif kation dan anion tersebut.

Ukuran relatif adalah perbandingan antara ra-dius


kation dan radius anion, dan dinyatakan sebagai rasio
radius (radius ratio).

Ukuran relatif = (Rkation)/(Ranion).

(rasio radius)
Jumlah anion yang dapat mengelilingi suatu kation
disebut Bilangan Koordinasi. Jika anion-anion
diasumsikan berbentuk bola dengan radius yang
tetap, maka susunan stabil kation-kation dan anion-
anion yang mempunyai perbandingan radius tertentu,
dapat ditentukan dari sifat-sifat geometri murni,
seperti pada Tabel 2.9 (h. 23) berikut ini :
Tabel 2.9 Hubungan antara rasio radius dan bilangan koordi-
nasi untuk ion-ion yang dianggap seperti bola
----------------------------------------------------------------------------
Rasio Kedudukan anion-anion Bilangan
Radius di sekeliling kation Koordinasi kation
----------------------------------------------------------------------------
0,15 0,22 Di titik sudut segi tiga 3
sama sisi
0,22 0,41 Di titik sudut tetrahehedron 4
0,41 0,73 Di titik sudut oktahedron 6
0,73 1 Di titik sudut kubus 8
1 Di titik tengah rusuk-rusuk 12
kubus
----------------------------------------------------------------------------
Gambar 2.6 Hubungan antara rasio radius, Bilangan Koordinasi, dan su-
sunan anion di sekeliling suatu pusat kation. (a) rasio radius
0,15 0,22 ; Bilangan Koordinasi 3. (b) rasio radius 0,22 0,41
; Bilangan Koordinasi 4. (c) rasio radius 0,41 0,73 ; Bilangan
Koordinasi 6. (d) rasio radius 0,73 1,00 ; Bilangan Koordinasi
8. (e) rasio radius 1,00 ; Bilangan Koordinasi 12
Anion yang paling umum adalah oksigen.
Umumnya kation hanya terdapat pada satu bilangan
koordinasi tertentu saja, tetapi ada pula yang mempunyai 2
bilangan koordinasi. Contohnya Al yang rasio radiusnya
terletak di antara 2 bilangan koordinasi, yaitu 4 dan 6. Dengan
demikian Al mem-punyai 2 bilangan koordinasi, yaitu 4 dan 6.
Dalam hal di atas, maka bilangan koordinasi ber-gantung pada
temperatur dan tekanan ketika kris-talisasi terjadi. Pada T
tinggi dan P rendah diperoleh bilangan koordinasi rendah ;
sedangkan jika T rendah dan P tinggi akan diperoleh bilangan
koordinasi tinggi.
Isomorfisme

Iso berarti sama, dan morf berarti bentuk ; jadi


isomorfisme berarti bentuk yang sama.

Zat-zat yang rumusnya analog, dengan ukuran relatif


anion dan kation serupa, sering mempunyai struktur
kristal yang berhubungan erat. Zat-zat seperti ini
disebut isomorf dan gejalanya dinamakan
isomorfisme.
Gejala ini sebagai akibat dari struktur dalam yang
serupa, sehingga zat-zat semacam ini meng-kristal
dengan bentuk luar yang serupa, dan memper-
lihatkan belahan yang sama pula.

Pengamatan dengan sinar x memperlihatkan bahwa


bentuk kristal yang sama itu merupakan re-fleksi dari
struktur dalam yang serupa. Oleh karena itu, istilah
isomorf disebut juga isostruktur (isostruc-tural),
atau isotipik (isotypic).
Beberapa kelompok mineral yang memperlihat-kan
gejala isomorfisme antara lain kelompok spinel,
garnet, dan kelompok amfibol. Gejala ini tak lain di-
sebabkan ukuran relatif anion dan kation yang sama
dan cenderung untuk mengkristal dalam tipe struktur
yang sama. Contoh gejala isomorfisme yang baik
diperlihatkan oleh beberapa mineral karbonat berikut
ini (Tabel 2.10).
Tabel 2.10. Isomorfisme di antara karbonat-karbonat logam
bervalensi dua
----------------------------------------------------------------------------
Kelompok aragonit (ortorombik)

(110) ^ (110) Radius Kation (AO )
BaCO3 (witerit) 62O 38 1,34

PbCO3 (serusit) 63O 16 1,20

SrCO3 (strontianit) 62O 30 1,12

CaCO3 (aragonit) 63O 48 0,99


----------------------------------------------------------------------------
Jadi faktor yang penting dalam isomorfisme adalah
kesamaan dalam ukuran ion-ion yang ber-sangkutan
daripada kemiripan sifat-sifat kimianya.

Substitusi Atom dan Larutan Padat

Kebanyakan mineral mempunyai komposisi yang


bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena adanya substitusi
satu unsur oleh unsur yang lain. Gejala ini merupakan hal
yang umum, bukan suatu kekecua-lian.
Pada awalnya, gejala ini digambarkan dalam istilah
konsep larutan padat atau kristal campuran, yang
berarti adanya molekul-molekul dari dua zat atau
lebih dalam satu kristal tunggal yang homogen.
Contohnya olivin yang umumnya digambarkan seba-
gai suatu larutan padat Mg2SiO4 (Fo) dan Fe2SIO4
(Fa). Penelitian struktur kristal dengan sinar x mene-
mukan bahwa interpretasi tentang fenomena di atas
harus diperbaiki, karena kenyataannya tidaklah demi-
kian.
Dalam suatu struktur keionan, setiap ion di dalam
struktur dapat diganti oleh ion lain yang beradius
sama, tanpa menyebabkan gangguan struktur yang
serius. Kejadian ini dapat dibayangkan jika tukang
batu mengganti batubata merah penyusun suatu
dinding dengan batubata kuning yang berukuran
sama dengan batubata merah.
Karena mineral mengkristal dari larutan yang
mengandung bermacam-macam ion, maka selain ion-ion
yang dibutuhkannya, kerapkali beberapa ion asing ikut
masuk ke dalam strukturnya. Oleh karena itulah sering
dijumpai suatu ion asing di dalam suatu mineral, yang
sesungguhnya tidak dibutuhkan oleh mineral tsb.

Suatu larutan kristal padat (atau kristal cam-puran) dapat


didefinisikan secara sederhana sebagai suatu zat padat
kristal yang homogen dengan kom-posisi yang bervariasi.
Pada substitusi atom, yang menjadi faktor pen-ting ialah
ukuran atom atau ion (radius ion), sedang-kan muatan
atau valensi atom/ion yang mengganti tidak perlu sama
dengan atom/ion yang diganti, na-mun netralisasi listrik
dalam struktur atom/ion tsb harus tetap dipertahankan.

Misalnya dalam deret albit (NaAlSi3O8) anortit


(CaAl2Si2O8), Ca2 mengganti Na1, dan netralisasi listrik
dipertahankan oleh substitusi atom yang menyertai-nya,
yaitu Al3 untuk Si4. Substitusi kopel/berpa-sangan seperti
ini sering terjadi pada mineral-mineral silikat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa substitusi atom
tidak akan berlangsung atau sedikit kemung-
kinannya bila perbedaan muatan lebih besar dari 1,
walaupun ukuran atomnya mendekati kesamaan.
Misalnya : Zr4 tidak mungkin mengganti Mn2, atau Y3
tidak dapat mengganti Na1.

Kelangsungan substitusi atom ditentukan oleh


struktur dasarnya, dekatnya harga radius ion, dan
temperatur pembentukan zat.
Beberapa mineral memang struktur dasarnya berbakat
mudah disubstitusi, misalnya spinel (MgAl2O4) dan apatit
[Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)] ; sedang-kan yang lainnya sukar,
seperti kuarsa (SiO2). Hal ini disebabkan kurangnya ion-
ion asing yang ukuran dan muatannya cocok.

Ukuran ion adalah hal yang sangat fundamental dalam


substitusi atom/ion, karena atom/ion yang mengganti
harus dapat mengisi kedudukan kisi atom/ ion yang
digantinya, tanpa menyebabkan distorsi struktur yang
besar.
Untuk temperatur, maka makin tinggi tempe-ratur,
makin besar pula toleransi substitusinya. Sifat ini
penting dalam memperkirakan temperatur pemben-
tukan mineral. Misalnya sfalerit, ternyata jumlah besi
yang dikandungnya merupakan fungsi temperatur
(Gambar 2.6). Sfalerit adalah suatu mineral bijih yang
umum.
Gambar 2.7. Grafik yang memperlihatkan hubungan antara na-
iknya penggantian Zn oleh Fe dalam sfalerit, se-
jalan dengan kenaikan temperatur
Larutan Padat Celah dan Larutan Padat Cacat
(Interstitial and Defect Solid Solution)
Larutan Padat Celah (Interstitial Solid
Solution)

Dalam larutan padat celah, atom atau ion-ion asing


tidak mengganti atom atau ion-ion di dalam
struktur, tetapi mengisi celah-celah kisi. Tipe ini sa-
ngat umum dalam metal-metal yang mengambil
atom/ion H, C, B, dan N, yang semuanya
berukuran kecil.
Contoh : kristobalit dan tridimit, yaitu suatu bentuk
SiO2 temperatur tinggi, sering dijumpai mengandung
Na dan Al. Dalam hal ini, Al3 mengganti Si4, dan Na1
menempati struktur kristobalit dan tridimit yang ter-
buka lebar. Na1 diperlukan agar kenetralan listrik te-
tap dipertahankan.
Larutan Padat Cacat (Defect Solid Solu
tion)
Larutan padat cacat disebut juga cacat kisi (defect
lattices) ; dalam hal ini beberapa atom hilang,
sehingga kisi-kisi menjadi kosong, yang kemudian
diisi oleh atom/ion asing.
Contoh yang baik ialah pada pirotit (pyrrhotite, Fe1-
xS), yang dari analisisnya selalu memperlihatkan
kandungan S yang berlebih jika dibandingkan
dengan S yang dihitung dari rumus FeS.
Kelebihan atom S bukan disebabkan oleh pe-
nambahan, tetapi karena berkurangnya atom Fe.
Pengurangan ini terjadi tanpa menyebabkan gang-
guan pada kisi. Hal ini tampak pada hubungan antara
Berat Jenis pirotit dan persentase atom S (Gambar
2.8).
Gambar 2.8 Hubungan antara Berat Jenis dan kandungan sulfur
dalam pirotit (pyrrhotite)
Pada grafik terlihat hubungan sbb. (Gambar 2.8) :
Semakin kecil BJ pirotit, semakin besar jumlah atom S. BJ
pirotit yang semakin kecil berarti semakin sedikit jumlah atom
Fe.
Polimorfisme

Suatu unsur, atau senyawa yang dapat muncul


lebih dari satu susunan atom atau bentuk kristal, di-
sebut polimorf (poli berarti banyak ; morf berarti
bentuk ; jadi polimorf berarti berbentuk banyak).
Dalam hal ini, untuk setiap zat yang sama, mem-
punyai sifat fisik dan susunan atom, atau bentuk
kristal yang berbeda.
Dengan demikian, polimorf adalah gejala yang
diperlihatkan oleh suatu mineral yang berkomposisi
sama, tetapi muncul dalam bentuk kristal yang ber-
beda, atau lebih dari satu macam sistem kristal.

Polimorf yang berbeda dari zat yang sama, ter-


bentuk karena kondisi tekanan, temperatur, dan ling-
kungan kimiawi yang berbeda. Dengan demikian, ke-
hadiran satu polimorf dalam suatu batuan, sering da-
pat memberikan keterangan tentang kondisi pemben-
tukan batuan itu.
Ada 2 tipe polimorfisme, yaitu :

Yang bolak-balik pada suatu T & P tertentu. Tipe ini


disebut enantiotropi. Contohnya ialah hubungan
antara kuarsa dan tridimit.

kuarsa tridimit, pada 867o C, 1 atm

Perubahan searah, disebut juga monotropi. Contohnya


hubungan antara markasit dan pirit. Dalam hal ini
markasit dapat berubah menjadi pirit, tetapi sebaliknya
tidak.

markasit --- pirit, tetapi pirit ---/ markasit


Pada polimorf monotropi, satu bentuk selalu ti-dak
stabil, sedang bentuk lainnya stabil. Bentuk yang
tidak stabil cenderung untuk berubah menjadi bentuk
stabil ; tetapi tidak sebaliknya. Dalam hubungan
markasit pirit di atas, markasit berbentuk tak-stabil,
sedangkan pirit bentuk yang stabil.
Pseudomorfisme

Suatu mineral dapat diganti oleh mineral lain tanpa


merubah bentuk luar atau kristal asal. Pergan-tian
seperti ini disebut pseudomorf dan fenomenanya
dinamakan pseudomorfisme.

Ada 2 tipe pseudomorf, yaitu :

Pergantian tanpa terjadinya perubahan zat. Tipe ini


dikenal sebagai paramorfisme. Contohnya : kalsit
paramorf setelah aragonit.
Pergantian yang disertai dengan penambahan
beberapa elemen dan hilangnya/terlepasnya
elemen- elemen lain. Tipe ini ditandai oleh
terbentuknya mineral baru dari mineral asli melalui
perubahan kimia seperti :

a. Kehilangan zat, contoh :

Cu2O (kuprit) Cu (tembaga).

b. Penambahan zat, contoh :

CaSO4 (anhidrit) CaSO4.2H2O (gipsum).


c. Pergantian sebagian, contoh :

FeS2 (pirit) HFeO2 (gutit/limonit).

d. Pergantian total, contoh :


CaF2 (fluorit) SiO2 (kuarsa).

Dengan terbentuknya suatu pseudomorf, me-


nunjukkan bahwa mineral asli tidak dapat bertahan
lama pada kondisi fisik dan kimia yang mulai ber-
ubah, sehingga berganti menjadi mineral lain yang
lebih stabil pada kondisi yang baru.
Oleh karena itu, studi tentang pseudomorf pada
suatu batuan, dapat melengkapi kajian sejarah
geologi batuan tsb. Dengan diketahuinya daerah
stabilitas mineral asli dan pseudomorfnya, maka da-
pat diperkirakan T & P pada saat perubahan ber-
langsung.
Mineral-mineral Non-kristal

Dalam definisi dinyatakan bahwa mineral adalah


benda padat kristal. Namun demikian, ternyata di
alam banyak terdapat zat-zat padat yang tidak kristal,
tetapi dianggap mineral.

Ada 2 tipe mineral-mineral non-kristal, yaitu :

Mineral-mineral metamik, dan

Mineral-mineral amorf.
Mineral-mineral Metamik

Dianggap sebagai pseudomorf non-kristal dari ma-


terial kristal yang asli.

Bersifat optik isotropik dan tidak membiaskan sinar


x, sehingga menunjukkan kondisi amorf.

Tidak memperlihatkan belahan, tampak seperti


kaca dengan pecahan yang konkoidal.

Bersifat radioaktif karena mengandung U dan/atau


Th.
Berasal dari mineral-mineral yang semula berbentuk
kristal, tetapi kemudian hancur struktur kristalnya
karena dibombardemen oleh partikel-partikel alfa
yang dipancarkan dari disintegrasi mineral-mineral
radioaktif.

Umumnya berupa senyawa asam lemah, atau basa


lemah, seperti zirkon, ZrSiO4 (zirkon yang telah
terubah menjadi metamik disebut juga malakon),
dan torit, ThSiO4.
Mineral-mineral Amorf

Termasuk gelas-gelas dan gel-gel.

Gelas-gelas terbentuk bila cairan silikat panas


dingin dengan cepat.

Gel terbentuk bila larutan koloid memadat.

Mineral yang umum adalah opal ; terbentuk dari


konsolidasi larutan koloid silika. Opal adalah silika
hidrat yang kandungan airnya bervariasi.
Rumusnya : SiO2.nH2O.
Zat-zat alam lain yang berbentuk larutan koloid adalah :

Silikat aluminium hidrat (mineral-mineral lempung),


besi hidrat,

mangan hidrat, dan

oksida aluminium hidrat.

Mineral-mineral yang memadat sebagai gel, sering


dikenal dari permukaannya yang botrioidal, dan struktur
dalam yang menyerat/fibrus, dengan serat-serat yang
tegak lurus permukaan. Contoh : psilomelan
[(Ba,H2O)2Mn5O10] dan gutit/limonit (HFeO2).

Anda mungkin juga menyukai