Anda di halaman 1dari 47

BAB III KIMIA MINERAL

Ilmu Kimia Mineral dimulai pada permulaan abad ke19, didasari Hukum Komposisi Tetap Proust (1799, The Law of Constant Composition), Teori Atom Dalton (1805), dan kemajuan-kemajuan dalam metode analisis kimia kuantitatif. Analisis kimia kuantitatif bertujuan mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam suatu mineral dan mendeterminasi jumlah relatifnya. Ketelitian suatu analisis bergantung pada jenis metode yang dipakai, dan kecakapan/keahlian penganalisis.

Hasil analisis, jumlahnya dinyatakan dalam persentase berat. Jadi, dalam analisis suatu mineral, jumlah persentase harus 100. Tetapi, dalam prakteknya, jumlah 100 hanya kebetulan saja. Umumnya jumlah antara 99,5 100,5 dianggap sudah cukup baik.
Namun demikian, jumlah yang terletak di antara kedua angka di atas belum tentu menjamin ketelitian suatu analisis, karena jumlah tsb mungkin dihasilkan oleh : 1. Perimbangan antara kesalahan yang positif dan yang negatif, atau 2. Kesalahan penganalisis yang tidak melihat atau tidak dapat mengidentifikasi satu unsur atau lebih.

Contoh : Tahun 1901 mineral bavenit ditemukan, dan digambarkan sebagai hidrat kalsium aluminium silikat. Pemeriksaan 30 th kemudian mendapatkan bahwa bavenit ternyata mengandung berilium (Be).

Pada analisis terdahulu Be tidak terlihat karena terendapkan dan ditimbang bersama-sama Al. Dengan demikian, rumus kimia bavenit sesungguhnya adalah : Ca4BeAl2Si9O25(OH)2.
3.1 Interpretasi Analisis Rumus kimia mineral memperlihatkan unsur-unsur yang ada dalam mineral itu dan dalam proporsi berapa unsurunsur itu berkombinasi.

Misalnya mineral halit yang rumus kimianya NaCl ; rumus itu menyatakan bahwa dalam halit berkombinasi ion Na dan ion Cl dalam jumlah yang sama.

Rumus kimia mineral dapat sederhana, atau kompleks, bergantung pada jumlah unsur-unsur yang ada dan cara kombinasinya. Rumus yang teliti dimungkinkan oleh analisis kimia yang teliti pula.
Analisis kimia hanya memperlihatkan unsur-unsur apa yang ada dan berapa banyaknya, tidak menunjukkan bagaimana unsur-unsur itu berkombinasi di dalam struktur mineral. Hasil analisis kimia mineral dinyatakan dalam persentase berat, dan untuk menentukan rumus kimianya, persentase berat harus dijadikan proporsi atom, yaitu dengan membagi persentase berat tiap unsur dengan BA-nya.

Contoh : Analisis sampel markasit dari Jasper County, Missouri, memperlihatkan hasil sbb : ----------------------------------------------------------------------------------Unsur % berat Berat Atom (BA) Proporsi Atom (PA) ----------------------------------------------------------------------------------Fe 46,55 55,85 0,834 = 1 S 53,05 32,07 1,654 = 1,982 ----------------------------------------------------------------------------------Jumlah : 99,60 Penjelasan : Proporsi Atom (PA) = % berat/BA. 0,834/0,834 = 1. 1,654/0,834 = 1,982 2. Rumus markasit : FeS2 .

Dengan membalik prosedur di atas, dapat dihitung persentase komposisi rumus tsb, yaitu : Fe = 46,54% dan S = 53,46%. Caranya : Rumus kimia markasit : FeS2. BA Fe = 55,85 ; BA S = 32,07. BM FeS2 = 55,85 + (2 x 32,07) = 119,99. Maka : Fe = (BA Fe/BM FeS2) x 100% = (55,85/119,99) x 100% = 46,54% ; Fe = 46,54%. S = [(2 x BA S)/BM FeS2] x 100% = [(s x 32,07)/119,99] x 100% = 53,46% ; S = 53,46%.

Perhatikan Tabel 3.1 berikut ini : Tabel 3.1 Hasil analisis sampel markasit dari berbagai daerah ----------------------------------------------------------------------------------Unsur 1 2 3 4 5 ----------------------------------------------------------------------------------Fe 46,54 46,55 46,53 47,22 46,56 S 53,46 53,05 53,30 52,61 53,40 ----------------------------------------------------------------------------------Jumlah : 100,00 99,60 99,83 99,83 99,96 Keterangan : 1. Dihitung dari FeS2. 2. Sampel dari Jasper County. 3. Sampel dari Joplin, Missouri. 4. Sampel dari Osnabruck. 5. Sampel dari Loughborough Township, Ontario.

Dari tabel tsb dapat diketahui bahwa semua hasil analisisnya baik, karena terletak di antara 99,5 100,5 ; namun hasil analisis 2, 3, 4, dan 5, berbeda dengan 1. Perbedaan ini karena kesalahan analisis, bukan oleh deviasi markasit dari rumus FeS2.
Selain itu, ternyata markasit mempunyai komposisi yang tetap. Dalam hal ini, markasit agak berbeda dengan mineral-mineral lain, karena mineral-mineral lain itu banyak yang tidak berkomposisi tetap, tetapi berkomposisi yang karakteristik. Perhatikan contoh berikut ini, yaitu hasil analisis sfalerit.

Tabel 3.2 Hasil analisis sfalerit dari berbagai daerah ----------------------------------------------------------------------------------Unsur 1 2 3 4 ----------------------------------------------------------------------------------Fe 0,15 7,99 11,05 18,25 Mn ---2,66 Cd -1,23 0,30 0,28 Zn 66,98 57,38 55,89 44,67 S 32,78 32,99 32,63 33,57 ----------------------------------------------------------------------------------Jumlah : 99,91 99,59 99,87 99,43 Keterangan : 1. Sampel dari Sonora Meksiko. 2. Sampel dari Gadoni, Sardinia. 3. Sampel dari Bodenmais, Jerman. 4. Sampel dari Isere, Perancis.

Analisis sfalerit itu menunjukkan bahwa rumusnya mungkin mendekati seng sulfida murni (ZnS), atau mengandung agak banyak Fe, dengan sedikit sekali Mn dan Cd. Hal ini akan tampak jelas bila analisis tsb dihitung dalam Proporsi Atom (PA) (Tabel 3.3).
Dari semua analisis pada Tabel 3.3 terlihat bahwa perbandingan antara Proporsi Atom metal (Fe, Mn, Cd, dan Zn) dan sulfur adalah : 1 : 1 ; sesuai dengan rumus ZnS ; tetapi pada beberapa sfalerit, sebagian unsur Zn diganti oleh Fe, Mn, dan/atau Cd.

Tabel 3.3 Hasil analisis pada Tabel 3.2 dinyatakan dalam PA ----------------------------------------------------------------------------------Unsur 1 2 3 4 ----------------------------------------------------------------------------------Fe 0,003 0,143 0,198 0,327 Mn ---0,048 Cd -0,011 0,003 0,003 Zn 1,026 0,879 0,856 0,684 ----------------------------------------------------------------------------------Jumlah : 1,029 1,033 1,057 1,062 S 1,024 1,032 1,020 1,049 ----------------------------------------------------------------------------------Rumus ZnS adalah suatu penyederhanaan untuk menyatakan komposisi sfalerit.

Secara praktis mungkin rumus sfalerit adalah ZnS (analisis 1) ; namun jika 1/3 Zn atau lebih telah diganti oleh Fe, maka rumus sfalerit ditulis : (Zn,Fe)S. Rumus ini menunjukkan jumlah total Zn + Fe adalah 1 dibandingkan terhadap S yang juga sama dengan 1 ; tetapi kadar Zn dan Fe sesungguhnya dapat bervariasi.
Cara lain untuk menyatakan komposisi suatu mineral yang bervariasi komposisinya, ialah dengan menyatakan harga persentase tiap komponennya. Misalnya untuk olivin yang terdiri atas komponen Mg2SiO4 atau forsterit (Fo) dan komponen Fe2SiO4 atau fayalit (Fa), dapat dinyatakan sebagai olivin (Fo15).

Karena jumlah persentase selamanya 100%, maka olivin (Fo15) menyatakan mineral olivin yang tersusun oleh Mg2SiO4 15 % dan Fe2SiO4 85%. Persentase itu adalah persentase molekul, sedangkan komposisi berat (% berat) MgO = 6,23% ; FeO = 62,86% ; dan SiO2 = 30,91% (cara menghitung % berat lihat h. 35).
Lebih lanjut diketahui adanya hubungan antara BJ dan komposisi olivin, yaitu BJ olivin akan bertambah besar dengan bertambahnya kadar Fe dalam olivin. Perhatikan Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5 Berat Jenis olivin pada berbagai komposisinya ----------------------------------------------------------------------------------Komposisi olivin Berat Jenis ----------------------------------------------------------------------------------Fo91Fa9 3,35 Fo63Fa37 3,69 Fo40Fa60 3,88 Fo21Fa79 4,16 ----------------------------------------------------------------------------------Jika hubungan tsb digambarkan dalam grafik, akan terlihat hubungan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Hubungan antara Berat Jenis dan komposisi mineral pada seri olivin 3.2 Komposisi Kimia dan Kandungan Sel Unit Silakan dipelajari sendiri.

3.3 Ikatan Atom Terdapat 4 macam ikatan atom pada mineral-mineral, yaitu : 1. Ikatan metal atau logam, 2. Ikatan kovalen atau homopolar, 3. Ikatan ion atau polar, dan 4. Ikatan van der Waals.
3.3.1 Ikatan Metal atau Logam * Ikatan metal bertanggung jawab atas sifat kohesi pada suatu metal atau logam. * Terdapat pada mineral logam nativ dan pada beberapa sulfida dan arsenida.

3.3.2 Ikatan Kovalen atau Homopolar * Ikatan ini paling stabil bila kulit elektron terluar dari suatu atom, terisi penuh oleh 8 elektron. Keadaan seperti ini merupakan struktur atom gas mulia. * Dijumpai pada senyawa-senyawa organik, sangat jarang pada mineral. * Contoh yang baik pada mineral adalah intan. Pada mineral ini tiap atom karbon dikelilingi 4 atom karbon lainnya, masing-masing saling membagi satu elektron dengan atom pusat. Pola ini terulang di seluruh struktur, sehingga keseluruhan kristal merupakan satu molekul raksasa (Gambar 3.2).

3.3.3 Ikatan Ion atau Polar * Ikatan ini sangat umum pada senyawa-senyawa anorganik, oleh karena itu sangat penting dalam struktur mineral. * Terdapat pada hampir semua mineral, kecuali pada beberapa elemen nativ dan sulfida.
3.3.4 Ikatan van der Waals * Khusus terdapat pada kristal-kristal gas mulia.

Dalam suatu senyawa, dapat terdiri lebih dari satu jenis ikatan. Misalnya molekul sulfur, 8 atomnya terikat secara kovalen yang berbentuk cincin, hasilnya ialah molekul S8 , selanjutnya molekul-molekul itu terikat bersama-sama dalam kristal oleh ikatan van der Waals.
Contoh lain ialah grafit (C), yang atom-atom karbonnya berhubungan secara kovalen dalam lembaran-lembaran, dan lembaran-lembaran saling berhubungan melalui ikatan van der Waals. Ikatan yang terakhir ini sangat lemah dan mudah terganggu. Oleh karena itu, grafit cepat menjadi lunak dan cepat pula membelah sejajar dengan lembaran-lembaran atom karbonnya. Gambar 3.3 memperlihatkan sistem ikatan atom mineral grafit.

Struktur senyawa yang berikatan ion dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : isodesmik dan anisodesmik.
Pada senyawa isodesmik, ikatannya kurang lebih sama kuat. Yang termasuk golongan ini adalah mineral golongan oksida, hidroksida, dan halida sederhana.

Bagi senyawa anisodesmik, terdapat perbedaan dalam daya ikat. Hal ini disebabkan adanya kelompok atom yang berlainan di dalam struktur. Kelompok atom ini adalah anionanion oxyacid, seperti CO3-2, SO4-2 dan PO4-3, yaitu pada mineral golongan karbonat, sulfat dan fosfat.

3.4 Ukuran Ion Di alam terdapat kurang lebih 2.000 jenis mineral, dan 90% berstruktur ion. Dengan demikian, kebanyakan strukturnya ditentukan oleh jumlah dan ukuran ion-ion yang menyertai komposisinya.
Ion-ion dapat dianggap kira-kira berbentuk bola yang beradius tertentu, sesuai dengan karakteristik unsur-unsur dan muatan ionnya. Pada Gambar 3.4 dapat dilihat ukuran beberapa ion yang umum terdapat dalam mineral (h. 45).

Karena radius ion bergantung pada struktur atom, maka radius ion akan berhubungan dengan kedudukan unsur dalam Sistem Periodik (Tabel 3.8, h. 48). Bagaimana hubungan itu, lihat penjelasannya pada h. 44 45.

Struktur mineral yang berikatan ion, dikontrol oleh keseimbangan geometrik dan keseimbangan listrik. Keseimbangan geometrik berarti ukuran relatif ion-ion dan cara pakingnya harus menyebabkan ion-ion dalam keadaan terikat erat di dalam struktur ; dan keseimbangan listrik berarti bahwa jumlah muatan ion positif dan negatif harus seimbang.
Dalam struktur ion, setiap kation dikelilingi sejumlah anion, yang jumlahnya bergantung pada ukuran relatif kation dan anion tersebut. Ukuran relatif adalah perbandingan antara radius kation dan radius anion, dan dinyatakan sebagai rasio radius (radius ratio). Ukuran relatif = (Rkation)/(Ranion). (rasio radius)

Jumlah anion yang dapat mengelilingi suatu kation disebut Bilangan Koordinasi.
Jika anion-anion diasumsikan berbentuk bola dengan radius yang tetap, maka susunan stabil kation-kation dan anion-anion yang mempunyai perbandingan radius tertentu, dapat ditentukan dari sifat-sifat geometri murni, seperti pada Tabel 3.9 (h. 48) berikut ini :

Tabel 3.9 Hubungan antara rasio radius dan bilangan koordinasi untuk ion-ion yang dianggap seperti bola ----------------------------------------------------------------------------------Rasio Kedudukan anion-anion Bilangan Radius di sekeliling kation Koordinasi kation ----------------------------------------------------------------------------------0,15 0,22 Di titik sudut segi tiga 3 sama sisi 0,22 0,41 Di titik sudut tetrahehedron 4 0,41 0,73 Di titik sudut oktahedron 6 0,73 1 Di titik sudut kubus 8 1 Di titik tengah rusuk-rusuk 12 kubus ----------------------------------------------------------------------------------

Pada Gambar 3.5 berikut ini adalah ilustrasi dari tipe-tipe Bilangan Koordinasi.

Anion yang paling umum adalah oksigen.


Umumnya kation hanya terdapat pada satu bilangan koordinasi tertentu saja, tetapi ada pula yang mempunyai 2 bilangan koordinasi. Contohnya Al yang rasio radiusnya terletak di antara 2 bilangan koordinasi, yaitu 4 dan 6. Dengan demikian Al mempunyai 2 bilangan koordinasi, yaitu 4 dan 6. Dalam hal di atas, maka bilangan koordinasi bergantung pada temperatur dan tekanan ketika kristalisasi terjadi. Pada T tinggi dan P rendah diperoleh bilangan koordinasi rendah ; sedangkan jika T rendah dan P tinggi akan diperoleh bilangan koordinasi tinggi.

3.5 Isomorfisme Iso berarti sama, dan morf berarti bentuk ; jadi isomorfisme berarti bentuk yang sama. Zar-zat yang rumusnya analog, dengan ukuran relatif anion dan kation serupa, sering mempunyai struktur kristal yang berhubungan erat. Zat-zat seperti ini disebut isomorf dan gejalanya dinamakan isomorfisme. Gejala ini sebagai akibat dari struktur dalam yang serupa, sehingga zat-zat semacam ini mengkristal dengan bentuk luar yang serupa, dan memperlihatkan belahan yang sama pula. Pengamatan dengan sinar x memperlihatkan bahwa bentuk kristal yang sama itu merupakan refleksi dari struktur dalam yang serupa. Oleh karena itu, istilah isomorf disebut juga isostruktur (isostructural), atau isotipik (isotypic).

Beberapa kelompok mineral yang memperlihatkan gejala isomorfisme antara lain kelompok spinel, garnet, dan kelompok amfibol. Gejala ini tak lain disebabkan ukuran relatif anion dan kation yang sama dan cenderung untuk mengkristal dalam tipe struktur yang sama. Contoh gejala isomorfisme yang baik diperlihatkan oleh beberapa mineral karbonat berikut ini (Tabel 3.10).
Tabel 3.10. Isomorfisme di antara karbonat-karbonat logam bervalensi dua ---------------------------------------------------------------------------------------------------Kelompok aragonit (ortorombik) (110) ^ (110) Radius Kation (AO ) BaCO3 (witerit) 62O 38 1,34 PbCO3 (serusit) 63O 16 1,20 SrCO3 (strontianit) 62O 30 1,12 CaCO3 (aragonit) 63O 48 0,99 ----------------------------------------------------------------------------------------------------

Jadi faktor yang penting dalam isomorfisme adalah kesamaan dalam ukuran ion-ion yang bersangkutan daripada kemiripan sifat-sifat kimianya. 3.6 Substitusi Atom dan Larutan Padat Kebanyakan mineral mempunyai komposisi yang bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena adanya substitusi satu unsur oleh unsur yang lain. Gejala ini merupakan hal yang umum, bukan suatu kekecualian. Pada awalnya, gejala ini digambarkan dalam istilah konsep larutan padat atau kristal campuran, yang berarti adanya molekul-molekul dari dua zat atau lebih dalam satu kristal tunggal yang homogen. Contohnya olivin yang umumnya digambarkan sebagai suatu larutan padat Mg2SiO4 (Fo) dan Fe2SIO4 (Fa).

Penelitian struktur kristal dengan sinar x menemukan bahwa interpretasi tentang fenomena di atas harus diperbaiki, karena kenyataannya tidaklah demikian. Dalam suatu struktur keionan, setiap ion di dalam struktur dapat diganti oleh ion lain yang beradius sama, tanpa menyebabkan gangguan struktur yang serius. Kejadian ini dapat dibayangkan jika tukang batu mengganti batubata merah penyusun suatu dinding dengan batubata kuning yang berukuran sama dengan batubata merah. Karena mineral mengkristal dari larutan yang mengandung bermacam-macam ion, maka selain ion-ion yang dibutuhkannya, kerapkali beberapa ion asing ikut masuk ke dalam strukturnya. Oleh karena itulah sering dijumpai suatu ion asing di dalam suatu mineral, yang sesungguhnya tidak dibutuhkan oleh mineral tsb.

Suatu larutan kristal padat (atau kristal campuran) dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu zat padat kristal yang homogen dengan komposisi yang bervariasi. Pada substitusi atom, yang menjadi faktor penting ialah ukuran atom atau ion (radius ion), sedangkan muatan atau valensi atom/ion yang mengganti tidak perlu sama dengan atom/ion yang diganti, namun netralisasi listrik dalam struktur atom/ion tsb harus tetap dipertahankan. Misalnya dalam deret albit (NaAlSi3O8) anortit (CaAl2Si2O8), Ca2 mengganti Na1, dan netralisasi listrik dipertahankan oleh substitusi atom yang menyertainya, yaitu Al3 untuk Si4. Substitusi kopel/berpasangan seperti ini sering terjadi pada mineral-mineral silikat.

Secara umum dapat dikatakan bahwa substitusi atom tidak akan berlangsung atau sedikit kemungkinannya bila perbedaan muatan lebih besar dari 1, walaupun ukuran atomnya mendekati kesamaan. Misalnya : Zr4 tidak mungkin mengganti Mn2, atau Y3 tidak dapat mengganti Na1.
Kelangsungan substitusi atom ditentukan oleh struktur dasarnya, dekatnya harga radius ion, dan temperatur pembentukan zat. Beberapa mineral memang struktur dasarnya berbakat mudah disubstitusi, misalnya spinel (MgAl2O4) dan apatit [Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)] ; sedangkan yang lainnya sukar, seperti kuarsa (SiO2). Hal ini disebabkan kurangnya ion-ion asing yang ukuran dan muatannya cocok.

Ukuran ion adalah hal yang sangat fundamental dalam substitusi atom/ion, karena atom/ion yang mengganti harus dapat mengisi kedudukan kisi atom/ion yang digantinya, tanpa menyebabkan distorsi struktur yang besar.
Untuk temperatur, maka makin tinggi temperatur, makin besar pula toleransi substitusinya. Sifat ini penting dalam memperkirakan temperatur pembentukan mineral. Misalnya sfalerit, ternyata jumlah besi yang dikandungnya merupakan fungsi temperatur (Gambar 3.6). Sfalerit adalah suatu mineral bijih yang umum. 3.7 Larutan Padat Celah dan Larutan Padat Cacat (Interstitial and Defect Solid Solution)

3.7.1 Larutan Padat Celah (Interstitial Solid Solution) Dalam larutan padat celah, atom atau ion-ion asing tidak mengganti atom atau ion-ion di dalam struktur, tetapi mengisi celah-celah kisi. Tipe ini sangat umum dalam metalmetal yang mengambil atom/ion H, C, B, dan N, yang semuanya berukuran kecil. Contoh : kristobalit dan tridimit, yaitu suatu bentuk SiO2 temperatur tinggi, sering dijumpai mengandung Na dan Al. Dalam hal ini, Al3 mengganti Si4, dan Na1 menempati struktur kristobalit dan tridimit yang terbuka lebar. Na1 diperlukan agar kenetralan listrik tetap dipertahankan.
3.7.2 Larutan Padat Cacat (Defect Solid Solution) Larutan padat cacat disebut juga cacat kisi (defect lattices) ; dalam hal ini beberapa atom hilang, sehingga kisikisi menjadi kosong, yang kemudian diisi oleh atom/ion asing.

Contoh yang baik ialah pada pirotit (pyrrhotite, Fe1-xS), yang dari analisisnya selalu memperlihatkan kandungan S yang berlebih jika dibandingkan dengan S yang dihitung dari rumus FeS.
Kelebihan atom S bukan disebabkan oleh penambahan, tetapi karena berkurangnya atom Fe. Pengurangan ini terjadi tanpa menyebabkan gangguan pada kisi. Hal ini tampak pada hubungan antara Berat Jenis pirotit dan persentase atom S (Gambar 3.7).

Pada grafik terlihat hubungan sbb : Semakin kecil BJ pirotit, semakin besar jumlah atom S. BJ pirotit yang semakin kecil berarti semakin sedikit jumlah atom Fe.

3.8 Polimorfisme Suatu unsur, atau senyawa yang dapat muncul lebih dari satu susunan atom atau bentuk kristal, disebut polimorf (poli berarti banyak ; morf berarti bentuk ; jadi polimorf berarti berbentuk banyak). Dalam hal ini, untuk setiap zat yang sama, mempunyai sifat fisik dan susunan atom, atau bentuk kristal yang berbeda. Dengan demikian, polimorf adalah gejala yang diperlihatkan oleh suatu mineral yang berkomposisi sama, tetapi muncul dalam bentuk kristal yang berbeda, atau lebih dari satu macam sistem kristal. Polimorf yang berbeda dari zat yang sama terbentuk karena kondisi tekanan, temperatur, dan lingkungan kimiawi yang berbeda. Dengan demikian, kehadiran satu polimorf dalam suatu batuan, sering dapat memberikan keterangan tentang kondisi pembentukan batuan itu.

Ada 2 tipe polimorfisme, yaitu : 1. Yang bolak-balik pada suatu T & P tertentu. Tipe ini disebut enantiotropi. Contohnya ialah hubungan antara kuarsa dan tridimit. kuarsa tridimit, pada 867o C, 1 atm 2. Perubahan searah, disebut juga monotropi. Contohnya hubungan antara markasit dan pirit. Dalam hal ini markasit dapat berubah menjadi pirit, tetapi sebaliknya tidak. markasit --- pirit, tetapi pirit ---/ markasit Pada polimorf monotropi, satu bentuk selalu tidak stabil, sedang bentuk lainnya stabil. Bentuk yang tidak stabil cenderung untuk berubah menjadi bentuk stabil ; tetapi tidak sebaliknya. Dalam hubungan markasit pirit di atas, markasit berbentuk tak-stabil, sedangkan pirit bentuk yang stabil.

3.9 Pseudomorfisme Suatu mineral dapat diganti oleh mineral lain tanpa merubah bentuk luar atau kristal asal. Pergantian seperti ini disebut pseudomorf dan fenomenanya dinamakan pseudomorfisme.
Ada 2 tipe pseudomorf, yaitu : 1. Pergantian tanpa terjadinya perubahan zat. Tipe ini dikenal sebagai paramorfisme. Contohnya : kalsit paramorf setelah aragonit. 2. Pergantian yang disertai dengan penambahan beberapa elemen dan hilangnya/terlepasnya elemen-elemen lain. Tipe ini ditandai oleh terbentuknya mineral baru dari mineral asli melalui perubahan kimia seperti :

a. Kehilangan zat, contoh : Cu2O (kuprit) Cu (tembaga). b. Penambahan zat, contoh : CaSO4 (anhidrit) CaSO4.2H2O (gipsum). c. Pergantian sebagian, contoh : FeS2 (pirit) HFeO2 (gutit/limonit). d. Pergantian total, contoh : CaF2 (fluorit) SiO2 (kuarsa).
Dengan terbentuknya suatu pseudomorf, menunjukkan bahwa mineral asli tidak dapat bertahan lama pada kondisi fisik dan kimia yang mulai berubah, sehingga berganti menjadi mineral lain yang lebih stabil pada kondisi yang baru.

Oleh karena itu, studi ttg pseudomorf pada suatu batuan, dapat melengkapi kajian sejarah geologi batuan tsb. Dengan diketahuinya daerah stabilitas mineral asli dan pseudomorfnya, maka dapat diperkirakan T & P pada saat perubahan berlangsung.
3.10 Mineral-mineral Non-kristal Dalam definisi dinyatakan bahwa mineral adalah benda padat kristal. Namun demikian, ternyata di alam banyak terdapat zat-zat padat yang tidak kristal, tetapi dianggap mineral. Ada 2 tipe mineral-mineral non-kristal, yaitu : 1. Mineral-mineral metamik, dan 2. Mineral-mineral amorf.

3.10.1 Mineral-mineral Metamik * Dianggap sebagai pseudomorf non-kristal dari material kristal yang asli. * Bersifat optik isotropik dan tidak membiaskan sinar x, sehingga menunjukkan kondisi amorf. * Tidak memperlihatkan belahan, tampak seperti kaca dengan pecahan yang konkoidal. * Bersifat radioaktif karena mengandung U dan/atau Th. * Berasal dari mineral-mineral yang semula berbentuk kristal, tetapi kemudian hancur struktur kristalnya karena dibombardemen oleh partikel-partikel alfa yang dipancarkan dari disintegrasi mineral-mineral radioaktif.

* Umumnya berupa senyawa asam lemah atau basa lemah, seperti zirkon, ZrSiO4 (zirkon yang telah terubah menjadi metamik disebut juga malakon), dan torit, ThSiO4.
3.10.2 Mineral-mineral Amorf * Termasuk gelas-gelas dan gel-gel. * Gelas-gelas terbentuk bila cairan silikat panas mendingin dengan cepat. * Gel terbentuk bila larutan koloid memadat. * Mineral yang umum adalah opal ; terbentuk dari konsolidasi larutan koloid silika. Opal adalah silika hidrat yang kandungan airnya bervariasi. Rumusnya : SiO2.nH2O. * Zat-zat alam lain yang berbentuk larutan koloid adalah :

# Silikat aluminium hidrat (mineral-mineral lempung), # besi hidrat, # mangan hidrat, dan # oksida aluminium hidrat. * Mineral-mineral yang memadat sebagai gel, sering dikenal dari permukaannya yang botrioidal, dan struktur dalam yang menyerat/fibrus, dengan serat-serat yang tegak lurus permukaan. Contoh : psilomelan [(Ba,H2O)2Mn5O10] dan gutit/limonit (HFeO2).

Anda mungkin juga menyukai