Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS)


Daerah Aliran Sungai atau sering disingkat dengan DAS adalah suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit – bukit atau gunung, maupun batas batuan,
seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan turun di wilayah tersebut memberi kontribusi
aliran ke titik kontrol (Suripin, 2002).

DAS atau Daerah aliran sungai adalah daerah daratan yang menerima dan menampung air
hujan kemudian dialirkan dari anak sungai menuju sungai utama dan menuju laut yang
wilayahnya dibatasi oleh gunung, jalan bukit tanggul maupn batuan (Arini, Prasetyo, &
Omorusdiana, 2007).

Wilayah daratan yang dibatasi tersebut dinamakan daerah tangkapan air yang unsur
utamanya terdiri dari air, vegetasi, dan sumber daya manusia dimana daerah tangkapan air
memiliki banyak manfaat yaitu mempertahankan kelestarian sumber daya air di suatu
wilayah itu. Menurut (Efendi, Sunoko, & Sulistya, 2012)

Suatu daerah aliran sungai adalah daerah penangkapan penampung, dan penyimpanan air,
daerah resapan air kemudian dialirkan ke semua wilayah itu untuk membentuk sebuah sungai
di suatu wilayah. Menurut (Supangat, 2012) beberapa karakteristik yang dimiliki Daerah
Aliran Sungai (DAS) yaitu kondisi spesifik daerah aliran sungai satu dengan yang lain
berbeda yang dicirikan oleh beberapa parameter yaitu lebar dari suatu DAS, relief dan bentuk
dari DAS kemudian ada hidrologi daerah aliran sungai, mencakup curah hujan, debit dan
sedimen, parameter yang lain yaitu tanah. Ekosistem dari daerah aliran sungai dibagi atas 3
daerah yaitu daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi
karena memiliki kerapatan tinggi dan lerengnya miring dan bukan daerah rawan banjir karena
tempatnya berada diatas dan vegetasinya merupakan tegakan pembentuk hutan. Daerah hilir
dicirikan dengan menjadi tempat genangan sehingga menjadi daerah banjir dan vegetasi
didaerah hilir didominasi tanaman pertanian. Pada daerah tengah merupakan gabungan dari
daerah hilir dan daerah tengah. Berdasarkan uraian diatas maka suatu daerah aliran sungai
memiliki banyak sumber daya alam yang terdiri dari tanah dan batuan penyusunnya, udara,
atmosfer dan sumber daya manusia yang saling berinteraksi (Sudaryono, 2002).
2.2 KONSERVASI LAHAN
Konservasi lahan menjadi salah satu bagian penting dari budi daya pertanian.
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah
yang rusak karena erosi Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi
dan memperbaiki tanah yang rusak karena erosi.
Mengutip buku Konservasi Tanah dan Air yang ditulis oleh Ni Gusti Ketut Roni, konservasi
lahan dalam arti luas ialah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan dan
perawatan sesuai kebutuhan tanah.
Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang
sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan
memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan
air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran
agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musimkemarau.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap
perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu
dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air
merupakan dua hal yang berhuibungan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah adalah
juga tindakan konservasi air (Arsyad, 2006). Menurut Arsyad(1983), usaha-usaha
pengawetan (konservasi) tanah ditujukan untuk:
(1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi
(2) memperbaiki tanah yang rusak
(3) dan menetapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan-tindakan atau perlakuan agar tanah
tersebut dapat dipergunakan untuk waktu yang tidak terbatas (berkelanjutan). Selanjutnya
dikemukakan bahwa pengawetan air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke
tanah seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang
merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
2.3 METODE PENANGANAN LAHAN
Menurut Arsyad (2010), konservasi tanah merupakan upaya untuk mencegah
kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Metode konservasi
tanah dan air dapat dikelompokkan menjadi:
(a) metode vegetatif
Teknik konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan tanaman/vegetasi
maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi, penghambat laju
aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta perbaikan sifat-sifat
tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Tanaman ataupun sisa-sisa tanaman
berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap daya pukulan butir air hujan maupun
terhadap daya angkut air aliran permukaan (runoff), serta meningkatkan peresapan air
ke dalam tanah.
(b) metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya.
Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta
menampung dan mengalirkan aliran air permukaan ,Termasuk dalam metode mekanik
untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah
adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan
keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah
adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik,
membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma .
(c) metode kimia.
Teknik konservasi tanah secara kimiawi adalah setiap penggunaan bahan bahan kimia
baik organik maupun anorganik, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah dan
menekan laju erosi. Teknik ini jarang digunakan petani terutama karena keterbatasan
modal, sulit pengadaannya serta hasilnya tidak jauh beda dengan penggunaan bahan-
bahan alami. Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
Berdasarkan UU konservasi tanah dan air nomor 37 tahun 2014, konservasi tanah
dilaksanakan dengan metode:
1. Metode vegetatif adalah metode konservasi tanah dan air berupa penanaman pohon atau
kayu-kayuan, perdu, rumput-rumputan secara permanen, dan atau tanaman penutup tanah
lainnya.
2. Metode agronomi mencakup kegiatan bercocok tanam dan pemeliharaan tanaman agar
tanaman tumbuh dengan subur dan berproduksi tinggi. Metode ini dapat berupa: pemberian
mulsa, pengaturan pola tanam, pemberian ameliorant, pengayaan tanaman, pengolahan tanah
konservasi, penanaman mengikuti kontur, pemupukan, pemanenan, dan atau kegiatan lain
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Metode sipil teknis pembuatan bangunan konservasi tanah dan air dapat berupa:
sengketan, teras guludan, teras bangku, pengendalian jurang, sumur resapan, kolam retensi,
dam pengendalian, dam penahan, saluran buntu atau rorak, saluran pembuangan air, terjunan
air, dan atau beronjong.
4. Manajemen, dan atau metode lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Daftar Pustaka
Arsyad. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Arsyad, Sitanala. 1983. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
UU konservasi tanah dan air nomor 37 tahun 2014
Arsyad, S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-llmu Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi. Arini, D. I. D.,
Prasetyo, L. B., & Omorusdiana. (2007). Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Dan Penginderaan
Jauh Untuk Model Hidrologi Answers Dalam Memperdeksi Erosi Dan Sedimentasi
Efendi, M., Sunoko, H. R., & Sulistya, W. (2012). Perubahan Iklim Berbais Das (Studi Kasus Sub DAS
Garang).
Supangat, A. B. (2012). Karakteristik hidrologi berdasarkan parameter morfometri DAS di kawasan
Taman Nasional Meru Betiri. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam
Sudaryono. 2002. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) terpadu, konsep pembangunan
berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan
ÉÑóíÉñáê Bogor

NGK Roni Buku Ajar Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bali

Anda mungkin juga menyukai