Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

ANALISA PEMBAHASAN

4.1. Umum
Dalam proyek pembangunan Bendungan Gongseng, Kabupaten Bojonegoro meliputi
pekerjaan maindam, cofferdam hulu dan hilir, spillway, menara intake, PLTMH, dan
bangunan fasilitas. Proyek Pembangunan Bendungan Gongseng ini telah mencapai tahap
lanjutan, dimana sebelumnya telah mencapai 76,92% (kontrak tahap I Desember 2013 sd
Desember 2019). Pada tahap lanjutan ini yang dimulai pertengahan bulan Desember 2019
ditargetkan selesai pada akhir tahun 2020 meliputi pekerjaan maindam lanjutan, instrumen
bendungan, hydromechanical, dan bangunan fasilitas. Pelaksana konstruksi Proyek
Pembangunan Bendungan Gongseng yaitu PT. Hutama Karya (Persero) sebagai kontrakor
utama (main contractor).
Pekerjaan timbunan maindam pada proyek pembangunan Bendungan Gongseng
lanjutan yaitu dimulai pada elevasi +86.00 sampai +98.00. Pada pekerjaan timbunan ini
meliputi zona 1 (inti kedap air), zona 2 (zona filter halus), zona 3 (zona transisi), zona 4
(zona batu bolder) dan zona 5 (zona riprap). Proyek Bendungan Gongseng ini direncanakan
akan selesai di akhir tahun 2020 dengan ketinggian 34 m pada elevasi crest +98.00.
Dalam tinjauan pelaksanaan timbunan maindam ini akan dibahas mengenai area
pekerjaan timbunan, peralatan, material, alur pengerjaan, serta standar keselamatan dan
kesehatan kerja yang diterapkan pada pekerjaan ini.

4.2. Area Pekerjaan Timbunan


Area dari pekerjaan timbunan ini berada pada maindam Gongseng yang terdiri dari
timbunan inti kedap air (zona 1), timbunan filter halus (zona 2), timbunan transisi atau
filter kasar (zona 3), timbunan batu bolder (zona 4), dan timbunan riprap (zona 5).
Maindam Gongseng terletak di potongan sungai Kali Pacal pada proyek pembangunan
Bendungan Gongseng tersebut.

47
48

Gambar 4. 1Lokasi Pelaksanaan Proyek Timbunan Maindam


Sumber: Dokumentasi Proyek Pembangunan Waduk Gongseng, 2020.
Untuk pembangunan ini, perolehan material inti saja yang melalui proses tambang di
sekitar proyek berupa tanah yang cocok dengan perencanaan, sedangkan untuk material
zona 2 sampai 5 dilakukan pembelian di kota tetangga, seperti Blitar, Nganjuk, dan Kediri
yang diangkut menggunakan dump truck.

4.3. Material
Pada proses pekerjaan penimbunan maindam dibagi menjadi 5 pekerjaan zona, zona 1
berupa tanah clay yang dipadatkan, zona 2 berupa pasir halus, zona 3 berupa batu grossok,
zona 4 berupa batu bolder, dan zona 5 berupa batuan besar (riprap). Dimana tentunya
memiliki spesfikasi tertentu di tiap – tiap zona dan disajikan sebagai berikut:
4.3.1. Zona 1 Inti Kedap Air
Zona inti kedap air untuk maindam menggunakan material inti kedap air harus didapat
dari tempat pengambilan tanah (Borrow Area) yang jaraknya ±300 m dari area timbunan.
Gambar 4. 2 Lokasi Borrow Area Bendungan Gongseng
Sumber: Dokumentasi Proyek Pembangunan Waduk Gongseng, 2020.
Kandungan lembab (moisture content) material Zona 1 sebelum dan selama pemadatan
harus dijaga di setiap lapis material. Kisaran yang diijinkan kandungan lembab untuk
material yang akan dihampar adalah berdasarkan pertimbangan desain. Untuk keperluan
pekerjaan proyek ini, kandungan lembab yang tertinggi biasanya didefinisikan sebagai
“kandungan lembab yang akan menghasilkan kepadatan kering maksimum material yang
didapat dari Borrow Area atau daerah lain yang mungkin ditunjukkan oleh Direksi.
Kandungan lembab material Zona 1 harus, selama dan sesudah pemadatan, berada dalam
kisaran tambah 3% sampai kurang 1% dari kandungan lembab tertinggi berdasarkan Upaya
Pemadatan Pengawasan Standar (Standard Proctor Compaction Effort), Kepadatan kering
(dry density) timbunan harus tidak boleh lebih kecil dari 95% dari kepadatan kering
maksimum berdasarkan Upaya Pemadatan Pengawasan Standar, dan rata-rata kepadatan
kering timbunan harus lebih besar 98%. Selanjutnya kepadatan kering timbunan yang lebih
kecil 96% dari kepadatan kering maksimum tidak boleh lebih dari 20% dari total kepadatan
biasa.
Sepanjang dapat dilakukan, material Zona 1 harus berada dalam kandungan lembab
yang layak sebelum dibawa ke tempat timbunan. Apabila disetujui oleh Direksi, tambahan
air tidak lebih dari 3% dari berat material, dapat ditambahkan dengan penyiraman atau cara
lain untuk menjamin kandungan lembab yang seragam. Di sisi lain, apabila permukaan
material Zona 1 terlalu basah untuk pemadatan yang layak, maka harus dikeringkan atau
dikerjakan dengan digaru atau dengan peralatan lain yang layak untuk mengurangi
kandungan lembab sampai ke jumlah nilai yang diperlukan dan kemudian di padatkan
kembali. Apabila material Zona 1 tidak dapat mencapai ke angka kandungan lembab yang
ditentukan, maka harus dibuang dan diganti dengan material yang memadai.
4.3.2. Zona 2 Timbunan Filter Halus dan Zona 3 Timbunan Transisi
Material yang berasal dari endapan alluvial sungai yang didapat dari borrow area atau
dari galian pondasi bendungan, material batuan atau batuan lapuk yang berasal dari galian
bangunan pelimpah atau struktur lainnya di lokasi pekerjaan tidak bisa dipergunakan
sebagai material filter dan material transisi. Maka harus mendatangkan material dari luar
yang memenuhi spesifikasi teknis.

Gambar 4. 3 Peletakan Material Zona 2 Menggunakan Dump Truck


Sumber: Dokumentasi Proyek Pembangunan Waduk Gongseng,
2020.
Material Zona 2 harus bersih, material tidak berkohesi terutama terdiri dari pasir
dan kerikil dengan ukuran butir maksimum 50 mm dan harus mengandung lebih kecil dari
fraksi ayakan No. 200 dalam jumlah kurang dari 5% dan lebih besar dari fraksi ayakan
No.4 (4.76 mm) dalam jumlah kurang dari 35%.
Gambar 4. 4 Peletakan Material Zona 3 Menggunakan Dump Truck
Sumber: Dokumentasi Proyek Pembangunan Waduk Gongseng,
2020.
Material Zona 3 harus bersih, material tidak berkohesi terdiri dari andesit dengan ukuran
butiran maksimum 20 cm dan harus mengandung lebih kecil dari fraksi ayakan No.200
dalam jumlah kurang dari 2% dan lebih kecil dari fraksi ayakan No.4 (4.76 mm) dalam
jumlah kurang dari 30%.
Berikut merupakan tabel gradasi untuk timbunan zona 2 (Filter Halus) dan zona 3
(Transisi), sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Gradasi Ukuran Butiran yang Direncanakan pada Timbunan Zona 2

Ukuran Ayakan
0.074 0.7 4.75 19.1 50.8
(mm)
5 15 60 100 Maksimum
Persentase Lolos 100
(%) 0 5 15 60 Minimum
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4. 2 Gradasi Ukuran Butiran yang Direncanakan pada Timbunan Zona 3

Ukuran Ayakan
0.074 0.7 4.75 19.1 50.8
(mm)
5 15 60 100 Maksimum
Persentase Lolos 100
(%) 0 0 15 50 Minimum
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.

4.3.3. Zona 4 Timbunan Batu Bolder


Material untuk zona isian batu pada timbunan bendungan harus disetujui oleh
Direksi dan harus berupa campuran batu yang cukup keras, awet, batu bergradasi baik,
bongkahan dan kerikil dengan ukuran partikel maksimum lebih kecil dari 100 cm. Material
zona 4 harus berupa campuran pilihan yang Spesifikasi Teknik Pembangunan Bendungan
Gongseng di Kabupaten Bojonegoro Lanjutan (MYC) III - 25 mempunyai ukuran partikel
maksimum 100 cm, lebih besar fraksi ayakan No.4 (4,76 mm) diatas 80% dan lebih kecil
fraksi ayakan No.200 (0,074 mm) lebih kecil dari 1%.

Gambar 4. 5 Peletakan Material Zona 4 Menggunakan Dump Truck


Sumber: Dokumentasi Proyek Pembangunan Waduk Gongseng,
2020.
Berikut merupakan tabel gradasi untuk timbunan zona 4 (Batu Bolder), sebagai berikut:
Tabel 4. 3Gradasi Ukuran Butiran yang Direncanakan pada Timbunan Zona 3

Ukuran Ayakan
0.074 0.7 4.75 19.1 50.8
(mm)
5 15 30 100 Maksimum
Persentase Lolos 100
(%) 0 0 0 15 Minimum
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
4.3.4. Zona 5 Timbunan Riprap
Material yang digunakan untuk zona 5 adalah batuan besar dimana sebagai penahan
kemiringan bendungan agar meminimalisir terjadinya longsoran timbunan serta sebagai
dinding terluar yang bersentuhan langsung dengan air, maupun udara.

Gambar 4. 6 Penataan Material Zona 5 Menggunakan Backhoe


Excavator Sumber: Dokumentasi Proyek Pembangunan Waduk
Gongseng, 2020.
Berikut merupakan tabel gradasi untuk timbunan zona 5 (Riprap), sebagai berikut:
Tabel 4. 4Gradasi Ukuran Butiran yang Direncanakan pada Timbunan Zona 3

Sumber: Laporan Akhir Sertifikasi Desain Bendungan Gongseng Kabupaten


Bojonegoro, 2013.

4.4. Alat
Dalam pengerjaan timbunan maindam digunakan beberapa alat berat untuk
memudahkan pelaksanaaan pekerjaan
4.4.1. Alat untuk Pengerjaan Zona 1 Inti Kedap Air
Tabel 4. 5 Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 1
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
1 Excavator Berfungsi sebagai
pengeruk dan pengangkut
tanah dengan mudah.
Tanah akan mudah
dikeruk dan dipindahkan
dengan mudah jika
menggunakan alat ini.

2 Dump Truck Berfungsi sebagai tempat


tampungan dan
memindahkan material
dari satu tempat ke tempat
yang lain dengan
kapasitas yang besar dan
lebih mudah serta efisiensi
waktu.

3 Bulldozer D6 Berfungsi sebagai alat


untuk meratakan material
seperti tanah, pasir,
maupun batuan kecil
karena memiliki
kemampuan atau daya
dorong yang tinggi.

4 Sheepfoo Merupakan alat berat


t roller yang berfungsi
memadatkan dengan
bentuk roda depan berkaki
sehingga
memberikan bekas rongga
– rongga yang kaitannya
dengan memperkuat antar
layer timbunan inti.
Lanjutan Tabel 4.5. Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 1
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
5 Vibrator Berfungsi sebagai alat
y Roller berat yang digunakan
untuk memadatkan hasil
timbunan sehingga tanah
timbunan padat sempurna
sesuai dengan
perencanaan.

5 Water Berfungsi untuk


Tank Truck menampung air dan
digunakan untuk
penyiraman air terkait
pemadatan tanah
timbunan serta
penyiraman tanah akses
jalan untuk meminimalisir
debu jalanan
6 Total Station Merupakan teodolit
terintergasi dengan
electronic distance meter
yang berfungsi untuk
mengukur jarak serta
kemiringan dari instrumen
ke titik tertentu.

Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan


Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4. 6 Daftar Alat yang Digunakan dalam Pekerjaan Timbunan Zona 1
No Jenis Alat Unit
1 Excavator PC 200 2
2 Dump Truck 15 Ton 3
3 Bulldozer D6 1
4 Vibratory Roller 1
5 Vibratory Sheep Foot Roller 1
6 Water Tank 2
7 Total Station 1
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4. 7 Daftar Personil dan Tenaga Kerja dalam Pekerjaan Timbunan Zona 1
No Tenaga Kerja Unit
1 Pelaksana 2
2 Surveyor 7
3 Drafter 1
4 Operator 1
5 Pekerja 2
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
4.4.2. Alat untuk Pengerjaan Zona 2 Timbunan Filter Halus
Tabel 4. 8 Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 2
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
1 Excavator Berfungsi sebagai
pengeruk dan pengangkut
tanah dengan mudah.
Tanah akan mudah
dikeruk dan dipindahkan
dengan mudah jika
menggunakan alat ini.
2 Dump Truck Berfungsi sebagai tempat
tampungan dan
memindahkan material
dari satu tempat ke tempat
yang lain dengan
kapasitas yang besar dan
lebih mudah serta
efisiensi
waktu.
3 Bulldozer D6 Berfungsi sebagai alat
untuk meratakan material
seperti tanah, pasir,
maupun batuan kecil
karena memiliki
kemampuan atau daya
dorong yang tinggi.
Lanjutan Tabel 4.8. Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 2
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
4 Vibrator Berfungsi sebagai alat
y Roller berat yang digunakan
untuk memadatkan hasil
timbunan sehingga tanah
timbunan padat sempurna
sesuai dengan
perencanaan.
5 Water Berfungsi untuk
Tank Truck menampung air dan
digunakan untuk
penyiraman air terkait
pemadatan tanah
timbunan serta
penyiraman tanah akses
jalan untuk meminimalisir
debu jalanan
6 Total Station Merupakan teodolit
terintergasi dengan
electronic distance meter
yang berfungsi untuk
mengukur jarak serta
kemiringan dari instrumen
ke titik tertentu.

Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan


Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.

Tabel 4. 9 Daftar Alat yang Digunakan dalam Pekerjaan Timbunan Zona 2


No Jenis Alat Unit
1 Excavator PC 200 1
2 Dump Truck 15 Ton 17
3 Bulldozer D6 1
4 Vibratory Roller 1
5 Water Tank 1
6 Total Station 1
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4. 10 Daftar Personil dan Tenaga Kerja dalam Pekerjaan Timbunan Zona 2
No Tenaga Kerja Unit
1 Pelaksana 1
2 Surveyor 2
3 Drafter 1
4 Operator 53
5 Pekerja 10
6 Safety Officer 1
7 QA / QC 3
8 Flagman 3
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.

4.4.3. Alat untuk Pengerjaan Zona 3 Timbunan Transisi


Tabel 4. 11 Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 3
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
1 Excavator Berfungsi sebagai
pengeruk dan pengangkut
tanah dengan mudah.
Tanah akan mudah
dikeruk dan dipindahkan
dengan mudah jika
menggunakan alat ini.
2 Dump Truck Berfungsi sebagai tempat
tampungan dan
memindahkan material
dari satu tempat ke tempat
yang lain dengan
kapasitas yang besar dan
lebih mudah serta
efisiensi
waktu.
3 Bulldozer D6 Berfungsi sebagai alat
untuk meratakan material
seperti tanah, pasir,
maupun batuan kecil
karena memiliki
kemampuan atau daya
dorong yang tinggi.
Lanjutan Tabel 4.11 Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 3
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
4 Vibrator Berfungsi sebagai alat
y Roller berat yang digunakan
untuk memadatkan hasil
timbunan sehingga tanah
timbunan padat sempurna
sesuai dengan
perencanaan.

5 Water Berfungsi untuk


Tank Truck menampung air dan
digunakan untuk
penyiraman air terkait
pemadatan tanah
timbunan serta
penyiraman tanah akses
jalan untuk meminimalisir
debu jalanan
6 Total Station Merupakan teodolit
terintergasi dengan
electronic distance meter
yang berfungsi untuk
mengukur jarak serta
kemiringan dari instrumen
ke titik tertentu.

Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan


Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.

Tabel 4. 12 Daftar Alat yang Digunakan dalam Pekerjaan Timbunan Zona 3


No Jenis Alat Unit
1 Excavator PC 200 1
2 Dump Truck 15 Ton 17
3 Bulldozer D6 1
4 Vibratory Roller 1
5 Water Tank 1
6 Total Station 1
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4. 13 Daftar Personil dan Tenaga Kerja dalam Pekerjaan Timbunan Zona 3
No Tenaga Kerja Unit
1 Pelaksana 1
2 Surveyor 2
3 Drafter 2
4 Operator 5
5 Pekerja 10
6 Safety Officer 1
7 QA / QC 3
8 Flagman 3
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
4.4.4. Alat untuk Pengerjaan Zona 4 Timbunan Batu Bolder
Tabel 4. 14 Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 4
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
1 Excavator Pada pekerjaan timbunan
batu alat Excavator
dipakai untuk membantu
fungsi Alat Buldozer
setelah material batu di
dumping dari DT.
2 Dump Truck Berfungsi sebagai tempat
tampungan dan
memindahkan material
dari satu tempat ke tempat
yang lain dengan
kapasitas yang besar dan
lebih mudah serta
efisiensi
waktu.
3 Bulldozer D6 Berfungsi sebagai alat
untuk meratakan material
seperti tanah, pasir,
maupun batuan kecil
karena memiliki
kemampuan atau daya
dorong yang tinggi.
Lnnjutan Tabel 4.14 Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 4
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
4 Vibrator Berfungsi sebagai alat
y Roller berat yang digunakan
untuk memadatkan hasil
timbunan sehingga tanah
timbunan padat sempurna
sesuai dengan
perencanaan.

5 Water Berfungsi untuk


Tank Truck menampung air dan
digunakan untuk
penyiraman air terkait
pemadatan tanah
timbunan serta
penyiraman tanah akses
jalan untuk meminimalisir
debu jalanan
6 Total Station Merupakan teodolit
terintergasi dengan
electronic distance meter
yang berfungsi untuk
mengukur jarak serta
kemiringan dari instrumen
ke titik tertentu.

Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan


Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4.15 Daftar Alat yang Digunakan dalam Pekerjaan Timbunan Zona 4
No Jenis Alat Unit
1 Excavator PC 200 4
2 Dump Truck 25 Ton 114
3 Bulldozer D6 1
4 Vibratory Roller 10 Ton 1
5 Water Tank 1
6 Total Station 2
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4.16 Daftar Personil dan Tenaga Kerja dalam Pekerjaan Timbunan Zona 4
No Tenaga Kerja Unit
1 Pelaksana 1
2 Surveyor 2
3 Drafter 2
4 Operator 5
5 Pekerja 5
6 Flagman 3
7 Safety Officer 1
8 QA / QC 3
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.

4.4.5. Alat untuk Pengerjaan Zona 5 Timbunan Riprap


Tabel 4. 15 Alat Berat pada Pekerjaan Timbunan Zona 5
No Nama Fungsi Gambar
Peralatan
1 Excavator Pengangkut batu agar
mudah ditata pada
posisinya dengan
kemiringan yg ditentukan.

2 Dump Truck Berfungsi sebagai tempat


tampungan dan
memindahkan material
dari satu tempat ke tempat
yang lain dengan
kapasitas yang besar dan
lebih mudah serta efisiensi
waktu.

3 Total Station Merupakan teodolit


terintergasi dengan
electronic distance meter
yang berfungsi untuk
mengukur jarak serta
kemiringan dari instrumen
ke titik tertentu.

Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan


Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.
Tabel 4. 16 Daftar Alat yang Digunakan dalam Pekerjaan Timbunan Zona 5
No Jenis Alat Unit
1 Excavator Beaker 2
2 Excavator PC 200 3
3 Dump Truck 25 Ton 34
4 Total Station 1
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.

Tabel 4. 17 Daftar Personil dan Tenaga Kerja dalam Pekerjaan Timbunan Zona 5
No Tenaga Kerja Unit
1 Pelaksana 1
2 Surveyor 2
3 Drafter 2
4 Operator 7
5 Pekerja 3
6 Safety Officer 3
Sumber: Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) Paket Pekerjaan
Konstruksi Bendungan Gongseng Lanjutan di Kabupaten Bojonegoro, 2020.

4.5. Metode Pelaksanaan Timbunan


4.5.1. Metode Pelaksanaan Timbunan Zona 1 Inti Kedap Air
Pelaksanaan timbunan inti/impervious core selama tujuh bulan dengan sudah
diperhitungkan saat cuaca hujan, dimana pekerjaan timbunan idle. Volume timbunan
diperkirakan 25.000 m3 .
4.5.1.1.Persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan memastikan kualitas layer sebelum penimbunan
sudah sesuai dengan spesifikasi teknis. Setelah layer sebelumnya sudah memenuhi
spesifikasi dilanjutkan dengan marking area yang akan dilakukan timbunan.
4.5.1.2.Mobilisasi material dari Borrow Area
Material timbunan impervious core (Zona 1) merupakan highly weathered material
dan diperoleh dari borrow area, yang terletak di daerah hulu. Kemudian pengambilan
menggunakan front shovel kemudian diangkut menggunakan dump truck menuju tempat
timbunan zona inti kedap air.
4.5.1.3.Penghamparan dan Pemadatan Biasa
Distribusi dan gradasi material yang dihampar harus sedemikian hingga lapisan
tersebut bebas dari lensa-lensa, kantong-kantong, atau lapisan-lapisan material lain yang
mempunyai perbedaan besar dalam susunan atau gradasi atau kelembaban material
disekitarnya. Kombinasi operasi penggalian dan penghamparan harus sedemikian hingga
material tersebut bila dipadatkan akan menghasilkan kestabilan dan derajat pemadatan
yang paling baik.
Material Zona 1 harus dihampar menggunakan Bulldozer 21 ton secara
berkesinambungan, tebal lapisan mendatar tidak lebih dari 30 cm sebelum dipadatkan.
Timbunan material secara berurutan harus dipadatkan dengan Sheepfoot roller 10 ton
dengan Tractor 21 ton sedemikian sehingga menghasilkan distribusi material yang paling
baik. Suatu batuan yang mempunyai ukuran lebih dari 10 cm tidak boleh diikut sertakan
sebagai material timbunan. Batuan yang lebih besar dari 10 cm yang ditemukan dalam
material timbunan harus dibuang sebelum material timbunan tersebut dipadatkan. Kantong-
kantong kerikil atau batuan yang ditemukan di sekitar struktur beton, pada batas masing-
masing zona timbunan, di sandaran-sandaran, atau di tempat lain, harus dibuang untuk
mencegah terjadinya kemungkinan bocoran (piping) di sepanjang permukaan yang
bersinggungan (contact surface). Kemiringan yang cukup untuk drainasi harus disediakan
sebelum atau selama hujan pada tempat yang sedang dilakukan penimbunan.
4.5.1.4. Pemadatan Khusus
Material ini harus dipilih dari material yang lebih plastis dan lebih halus di Borrow
Area untuk di hampar dan dipadatkan secara khusus dengan tebal 30 cm di atas semua
permukaan pondasi bendungan utama (termasuk di kedua sandarannya) dan disekitar
struktur beton dan pelimpah. Material ini harus dihampar kurang lebih berupa lapisan
mendatar dengan tebal tidak lebih dari 10 cm setelah dipadatkan. Lapisan material ini harus
mempunyai kadar lembab sampai lebih 2% dari kandungan lembab tertinggi dan lebih
basah dari material Zona 1 biasa yang sudah ditentukan kadar lembabnya yang digunakan
untuk timbunan bendungan utama. Material Zona 1 khusus ini harus dipadatkan dengan
alat pemadat mekanis yang dioperasikan dengan tangan, atau dengan cara lain yang
disetujui sehingga mempunyai lekatan yang kuat pada semua permukaan pondasi yang
tidak beraturan dan juga harus dipadatkan sempurna pada struktur beton. Kepadatan kering
timbunan (fill dry density) untuk pemadatan khusus tidak boleh lebih kecil 95% dari
kepadatan kering maksimum (maximum dry density) dan nilai rata-rata nya tidak boleh
lebih kecil dari 98%. Apabila material ini ditempatkan pada permukaan pondasi yang
miring maka harus dibuat miring sejauh paling sedikit 2 m dari pondasi dengan kemiringan
1 tegak sampai 6 mendatar atau lebih terjal untuk mendapatkan pemadatan yang efektif di
permukaan pondasi yang miring tersebut. Apabila, pondasi yang tidak beraturan terlampau
kecil, sehingga penggunaan alat pemadatan mekanis yang dioperasikan dengan tangan
tidak dapat dilaksanakan, maka material ini harus dipadatkan secara khusus menggunakan
peralatan ringan, seperti air tamper, rammer, dan vibrating roller.
4.5.1.5. Uji Kepadatan (Density) dan Permeabilitas (Permeability) di Lapangan
Melakukan density and permeability test adalah hal yang wajib untuk mengecek
apakah sesuai dengan permintaan konsultan atau standar dari proyek tersebut. Pada proyek
pembangunan Bendungan Gonseng memiliki standar dry density yaitu sebesar 1.320 gr/cc
dan standar permeability yaitu 10-5 sampai dengan 10-6 (jenis tanah lanau padat, lanau
lempung, dan lanau tidak murni). Jika dirasa sudah memenuhi standar yang ditentukan,
maka dilanjutkan untuk melakukan penimbunan lapisan berikutnya. Jika tidak, dilakukan
penambahan lintasan timbunan.
4.5.1.6. Tahapan Pekerjaan (Flowchart) Timbunan Zona 1 Inti Kedap Air

Gambar 4. 7 Flowchart Timbunan Zona 1 Inti Kedap Air


Sumber: Method Statement Timbunan Inti, 2019.
4.5.2. Metode Pelaksanaan Timbunan Zona 2 Filter Halus dan Zona 3 Transisi
Pelaksanaan timbunan filter halus dan kasar direncanakan bersama dengan
kemajuan pekerjaan timbunan inti. Volume timbunan filter diperkirakan 15.000 m3 dan
material transisi 13.000 m3. Material timbunan filter diperoleh dari dasar sungai. Pekerjaan
timbunan filter dilaksanakan selama tujuh bulan.
4.5.2.1. Persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan memastikan kualitas layer sebelum
penimbunan sudah sesuai dengan spesifikasi teknis. Setelah layer sebelumnya sudah
memenuhi spesifikasi dilanjutkan dengan marking area yang akan dilakukan timbunan.
4.5.2.2. Mobilisasi material dari Quarry
Material filter halus dan transisi didapatkan dari material batu dari quarry yang
sama. Kemudian pengambilan menggunakan front shovel kemudian diangkut
menggunakan dump truck menuju tempat timbunan zona filter halus dan zona transisi.
4.5.2.3. Penghamparan
Apabila terdapat fragmen batuan pada material yang dihampar lebih besar dari
ukuran yang ditentukan, maka harus dibuang sebelum material tesebut dipadatkan, kecuali
apabila diperintah oleh Direksi, dimana fragment batuan yang harus dibuang itu memenuhi
syarat untuk zona batuan, maka dapat ditempatkan pada zona batuan (Zona 4 dan Zona 5).
Material Zona 2 dan Zona 3 harus dihampar dan dipadatkan sampai ketebalan lebih dari 30
cm terlebih dahulu sebelum penghamparan material Zona 1 khusus di semua permukaan
pondasi. Kantong-kantong batuan dan sekelompok batuan yang akan mengganggu
pemadatan material dengan sempurna tidak boleh ada. Material untuk Zona 2 dan Zona 3
harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa lapisan mendatar untuk
mencegah terjadinya pemisahan butiran (segregation) atau terjadinya formasi rongga.
Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 40 cm sebelum dipadatkan. Apabila permukaan yang
dihampar terkontaminasi oleh material timbunan yang lain, maka permukaan yang
dihampar harus dibersihkan dari material yang menyebabkan kontaminasi sebelum lapis
yang berikutnya dihampar. Timbunan material secara berurutan harus dilakukan
sedemikian sehingga menghasilkan distribusi material yang paling baik.
4.5.2.4. Pemadatan
Pelaksanaan timbunan filter halus dan kasar direncanakan bersama dengan
kemajuan pekerjaan timbunan inti. Volume timbunan filter diperkirakan 15.000 m3 . dan
material transisi 13.000 m3. Material timbunan filter diperoleh dari dasar sungai. Pekerjaan
timbunan filter dilaksanakan selama tujuh bulan. Galian material di sungai dilakukan
dengan Bulldozer dengan ripper 21 ton, diangkat dengan Tractor Shovel 1,2 m3 ke Dump
Truck 15 ton dan
diangkut ke lokasi timbunan. Di lokasi , material disebar dengan Bulldozer 21 ton dan
dipadatkan dengan Vibrating Roller 10 ton per lapisan dengan tebal setelah dipadatkan
0,40 m.
Pemadatan tiap lapis material untuk Zona 2 dan Zona 3 harus dipadatkan sampai
kepadatan relatif (relative density) paling sedikit 70% dan rata-rata 80% dengan
menggunakan alat pemadat getar (vibratory roller) dengan berat lebih dari 110 kN, hampir
sama dengan 11 ton metric pada satuan gravitasi. Hal ini akan dapat dilakukan dengan
lintasan roller kurang lebih 4 kali lintasan pada setiap jalur (sama dengan lebar sampai
panjang dari drum roller) lapisan hingga seluruh lapisan zona-zona selesai dipadatkan
sampai mencapai kepadatan yang diperlukan, asalkan lintasan roda roller pada sebelum dan
sesudahnya mempunyai pangkuan lebih dari 30 cm, dan bila dipadatkan kepadatannya
pada dasarnya harus seragam di setiap lapisan.
Apabila, pada pemadatan lapisan Zona 2 dan Zona 3, pada bagian permukaan
lapisan terdapat material yang dapat menghalangi jalannya air keluar melalui zona,
dan/atau dapat mencegah lekatan yang baik dengan material yang selanjutnya, maka
Penyedia jasa harus membuang material yang dapat menghalangi jalannya air keluar
tersebut ketika dipadatkan dan/atau digaru atau kalau tidak dipersiapkan permukaan lapisan
sedemikian sehingga diperoleh lekatan yang baik diantara lapisan tersebut.
4.5.2.5. Uji Kepadatan (Density) dan Permeabilitas (Permeability) di Lapangan
Melakukan density and permeability test adalah hal yang wajib untuk mengecek
apakah sesuai dengan permintaan konsultan atau standar dari proyek tersebut. Jika dirasa
sudah memenuhi standar yang ditentukan, maka dilanjutkan untuk melakukan penimbunan
lapisan berikutnya. Jika tidak, dilakukan penambahan lintasan timbunan.
4.5.2.6 Tahapan Pekerjaan (Flowchart) Timbunan Zona 2 Inti Filter Halus dan Zona
3 Transisi

Gambar 4. 8 Flowchart Timbunan Zona 2 Inti Filter Halus dan Zona 3 Transisi
Sumber: Method Statement Timbunan Filter Halus dan Transisi, 2019.
4.5.3. Metode Pelaksanaan Timbunan Zona 4 Batu Bolder
4.5.3.1. Persiapan
Volume timbunan batu bolder diperkirakan 47,896,125 m 3. Pekerjaan persiapan
dilakukan dengan memastikan kualitas layer sebelum penimbunan sudah sesuai dengan
spesifikasi teknis. Setelah layer sebelumnya sudah memenuhi spesifikasi dilanjutkan
dengan marking area yang akan dilakukan timbunan.
4.5.3.2. Mobilisasi material dari Quarry
Material batu bolder didapatkan dari material batu dari quarry yang sama.
Kemudian pengambilan menggunakan front shovel kemudian diangkut menggunakan
dump truck menuju tempat timbunan zona batu bolder.
4.5.3.3. Penghamparan
Material timbunan random ini diambil dari material galian terseleksi dari spillway
dan pengelak. Semua pekerjaan timbunan di dilakukan dengan Bulldozer 21 ton, dan
material galian yang telah diproses diangkat dengan Tractor Shovel 1,2 m3 dimasukkan ke
Dump Truck 15 ton untuk dibawa ke lokasi timbunan bendungan utama. Material disebar
dengan Bulldozer 21 ton dan dipadatkan dengan Vibrating Roller 10 ton dengan Tractor 21
ton, ketebalan per lapisan padat 0,40 m. Pekerjaan timbunan batu dan random dilaksanakan
selama delapan belas bulan.
Material untuk zona 4 harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa
lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran (segregation), kantong-
kantong batuan atau terjadinya formasi rongga. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 100
cm untuk batu berukuran maksimum 50 cm dan 150 cm untuk batu berukuran maksimum
100 cm sebelum dipadatkan. Timbunan material secara berurutan harus dilakukan
sedemikian sehingga menghasilkan distribusi material yang paling baik.
4.5.3.4. Pemadatan
Dilakukan pemadatan menggunakan vibro roller digetarkan dengan lintasan
sebanyak 4 kali, setelah dilakukan pemadatan dilakukan test sand cone untuk density test
yang sudah distandarkan yaitu lebih rendah dari timbunan inti, sekitar 75 % nya karena jika
terlalu padat tidak sesuai dengan tujuan zona 4 yaitu bersifat lolos air sehingga diharapkan
air yang menyerap dalam tubuh bendungan akan mencari jalan keluar dari zona 2 sampai 4
ini.
4.5.3.5. Uji Kepadatan (Density)
Melakukan density (sand cone) adalah hal yang wajib untuk mengecek apakah
sesuai dengan permintaan konsultan atau standar dari proyek tersebut. Jika dirasa sudah
memenuhi standar yang ditentukan, maka dilanjutkan untuk melakukan penimbunan
lapisan berikutnya. Jika tidak, dilakukan penambahan lintasan timbunan.
4.5.3.6. 4Tahapan Pekerjaan (Flowchart) Timbunan Zona 4 Batu Bolder

Gambar 4. 9 Flowchart Timbunan Zona 4 Batu Bolder


Sumber: Method Statement Timbunan Batu Bolder, 2019.
4.5.4. Metode Pelaksanaan Timbunan Zona 5 Riprap
4.5.4.1. Persiapan
Volume timbunan batu bolder diperkirakan 15,433,76 m3. Pekerjaan persiapan
dilakukan dengan memastikan kualitas layer sebelum penimbunan sudah sesuai dengan
spesifikasi teknis. Setelah layer sebelumnya sudah memenuhi spesifikasi dilanjutkan
dengan marking area yang akan dilakukan timbunan.
4.5.4.2. Mobilisasi material dari Quarry
Material batu bolder didapatkan dari material batu dari quarry yang sama.
Kemudian pengambilan menggunakan front shovel kemudian diangkut menggunakan
dump truck menuju tempat timbunan zona riprap.
4.5.4.3. Pemasangan
Rip-rap direncanakan untuk melindungi kemiringan timbunan di hulu dan hilir.
Volume material timbunan riprap diperkirakan sekitar 45,010 m3 . Material rip-rap diambil
dari quarry diangkut dengan menggunakan Tractor Shovel 1,2 m3 dan Dump Truck 15 ton.
Pada bagian dasar ditimbun dengan Backhoe 0,8 m3 . Semua rongga-rongga antara batuan
riprap besar diisi dengan batu kecil atau fragmen batuan. Penyelesaian pekerjaan rip-rap
dipermukaan dengan tangan untuk mendapatkan kemiringan dan ketebalan yang
direncanakan.
Operasi penyedia jasa dalam pengangkutan, pemasangan dan penyelesaian
permukaan kemiringan harus sedemikian sehingga menghasilkan fragmen batu besar
menyebar rata dengan ukuran maksimum membesar ke arah luar kemiringan dan fragmen
batu yang lebih kecil akan mengisi tempat-tempat di antara fragmen batu yang lebih besar
agar menghasilkan ikatan saling mengunci yang baik serta menghasilkan permukaan yang
cukup kasar. Adanya kelompok partikel-partikel yang lebih kecil dan adanya rongga -
rongga yang besar tidak diijinkan. Material untuk Zona riprap harus dihampar secara terus
menerus, kurang lebih berupa lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan
butiran (segregation), dan formasi rongga besar yang membahayakan. Tebal pasangan
riprap adalah 150 cm.
4.5.4.4 Tahapan Pekerjaan (Flowchart) Timbunan Zona 5 Riprap

Gambar 4. 10 Flowchart Timbunan Zona 5 Riprap


Sumber: Method Statement Riprap, 2019.

4.6. Pengujian Material Timbunan


Pengujian material timbunan di laboratorium dengan perlengkapannya yang
disediakan oleh penyedia jasa, dan menyediakan pelatihan (training) bagi staff Direksi, dan
harus membantu Direksi untuk malakukan semua pengujian yang diperlukan untuk
menjamin
material timbunan memenuhi semua persyaratan dalam spesifikasi ini. Pengujian-pengujian
ini termasuk 3 kepadatan lapangan (field density) dan pengujian kepadatan cepat (rapid
density test) untuk setiap 1.500 m3 material Zona 1 yang terhampar ditimbunan, dan harus
termasuk 3 pengujian kepadatan lapangan dan pengujian kepadatan laboratorium
(laboratory density test) untuk setiap 1.000 m3 material Zona 2 dan Zona 3. Juga pengujian
tersebut termasuk 1 pengujian ukuran butiran (grain size test) untuk setiap 500 m3 material
Zona 2 dan Zona 3. Pengujian-pengujian lain untuk Zona 1 yang mungkin diperlukan oleh
Direksi juga harus dibuat. Pengujian-pengujian untuk zona lain akan dilakukan jika
dipandang perlu oleh Direksi.
Kecuali apabila disebutkan dalam ayat ini, pengujian lapangan dan laboratorium material
timbunan harus berdasarkan pada metoda pengujian yang ada dan secara praktis
direkomendasikan oleh “American Society for Testing and Materials (ASTM)”, Japanese
Industrial Standards (JIS)”, atau standar-standar yang disetujui lainnya, dengan memakai
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
 Contoh-contoh tanah Zona 1 harus disiapkan berdasarkan ASTM Designation D2217,
Procedure B, kecuali apabila pengurangan kandungan lembab contoh tanah tidak
melebihi pada temperatur 50ºC.
 Kepadatan kering maksimum dan kandungan lembab maksimum material Zona 1
harus ditentukan berdasarkan kepada ASTM D698 atau JIS A-1210, dimana
ditetapkan:
a. Material pengujian segar yang disiapkan untuk tiap contoh tanah harus dipadatkan.
Penggunaan ulang material yang sudah dipadatkan tidak diijinkan.
b. Contoh tanah untuk bahan pengujian yang dipadatkan lebih kering dari kandungan
lembab timbunan, dapat dikeringkan sendiri-sendiri sampai kandungan lembab
pengujian yang diinginkan, untuk setiap bahan pengujian.
 Gradasi contoh material Zona 1 harus ditentukan berdasarkan kepada ASTM D422
atau JIS 1204, kecuali apabila dalam pembuyaran atau pengadukan contoh tanah tidak
menggunakan alat pengaduk mekanis. Contoh tanah harus diaduk dengan
menggunakan cawan pengaduk pancaran udara (airjet) dengan prinsip yang serupa
seperti ditunjukkan di ASTM D422.
 Untuk Zona 1, sebagaimana pengawasan penghamparan rutin, kepadatan lapangan
harus diukur di tempat timbunan sesuai dengan ASTM D 1556 dan keseimbangan
kandungan air di lapangan dan kandungan air maksimum, dan rasio kepadatan kering
lapangan dan kepadatan kering maksimum ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip
yang
tercantum dalam “ASTM Special Technical Publication 479, 5th Edition”, dalam
“Suggested Method of Test for Rapid Compaction Control” oleh J.W.Hilf. Ringkasan
prosedur pengujian berdasarkan prinsip-prinsip ini akan disediakan oleh Direksi.
Apabila Spesifikasi Teknik Pembangunan Bendungan Gongseng di Kabupaten
Bojonegoro Lanjutan (MYC) III - 31 menggunakan prosedur ini, campuran mekanis
material pengujian tidak boleh digunakan, dan semua pengoperasian selama persiapan,
campuran dan pemadatan material pengujian harus dilakukan pada keadaan udara
lembab.
 Untuk zona yang lain, kepadatan lapangan akan diukur dengan metoda seperti
ditetapkan oleh Direksi, dan maksimum dan minimum kepadatan kering ditentukan
berdasarkan pada Bagian B dari “Designation E-12 (Relative Density Cohesionless
Soils)” dari “U.S. Bureau of Reclamation’s Earth Manual, Second Edition (Revised in
1974)”, atau metoda yang setara.

4.7. Standar QHSE (Quality, Health, Safety, and Environment)


4.7.1. Standar Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sistem Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan alat bantu yang dapat
digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan yang ada dan berlaku yang
berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Sistem Mutu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai
sehingga kesesuaian terhadapnya menjadi objektif. Sistem Mutu Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada PT. Hutama Karya (PERSERO) menggunakan beberapa standar dan
peraturan yang diterapkan antara lain:
a. ISO 14001:2018
Merupakan standar internasional yang menetapkan persyaratan sistem manajemen
lingkungan untuk memungkinkan organisasi mengembangkan dan menerapkan kebijakan
dan tujuan yang memperhitungkan persyaratan peraturan perundangundangan dan
ketentuan lain yang diikuti organisasi dan informasi mengenai aspek lingkungan Standar
ini berlaku untuk organisasi apapun yang bermaksud untuk:
 Menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen
lingkungan;
 Memastikan kesesuaian organisasi dengan kebijakan lingkungannya;
 Menunjukkan kesesuaian dengan standar melalui:
1. Melakukan penetapan sendiri dan swa-deklarasi; atau
2. Memperoleh konfirmasi kesesuaian dari pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap organisasi tersebut, seperti pelanggan; atau
3. Memperoleh konfirmasi terhadap swa-deklarasi dari pihak eksternal; atau
4. Memperoleh sertifikasi/registrasi untuk sistem manajemen lingkungannya dari
organisasi lain
b. ISO 9001:2018
Merupakan standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk sistem
manajemen kualitas. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi
untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk
menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk yang dapat menjamin kepuasan
pelanggan. Standar ini berlaku untuk organisasi apapun yang bermaksud untuk:
 Menunjukan kesesuaian produk dengan persyaratan pelanggan dan peraturan relevan
 Mencapai kepuasan pelanggan secara efektif, dengan perbaikan berkesinambungan

c. ISO 45001:2015
ISO 45001 adalah Standar Internasional yang menentukan persyaratan untuk sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (OH&S), dengan panduan penggunaannya,
untuk memungkinkan sebuah organisasi memperbaiki kinerja K3 secara proaktif dalam
mencegah Kecelakaan Kerja dan dampak buruk bagi kesehatan. Manfaat Penerapan ISO
45001 antara lain:
 Mengembangkan dan menerapkan Sistem Manajemen untuk mengurangi atau
meminimalisir kecelakaan kerja atau sakit akibat kerja
 Membangun proses sistematis terkait dengan K3 yang mempertimbangkan
“konteksnya” dan yang memperhitungkan risiko dan peluangnya, dan persyaratan
hukum dan lainnya
 Menentukan bahaya dan risiko yang terkait dengan aktivitasnya dan berusaha untuk
menghilangkannya , atau melakukan kontrol untuk meminimalkan dampak potensial
resiko dan bahayanya.
 Menetapkan pengendalian operasional untuk mengelola risiko K3 dan persyaratan
hukum dan lainnya
 Meningkatkan kesadaran akan risiko K3
4.7.2. Bentuk Penerapan Sistem Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan mutu keselamatan dan
kesehatan kerja, dilakukan peninjauan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan proyek Bendungan Gongseng di Kabupaten
Bojonegoro ini pihak perusahaan melaksanakan beberapa kegiatan untuk peninjauan
terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi antara lain:
 Pembentukan Struktur Organisasi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Ligkungan
(K3L) Manajemen pusat membentuk struktur organisasi keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan (K3L) pada proyek Bendungan Gongseng berupa Ahli QHSE atau
Ahli Quality, Health, Safety, and Environment yang memegang seluruh tanggung
jawab mengenai mutu keselamatan dan kesehatan kerja.
 Pemberian pelatihan alat pemadam kebakaran pada karyawan maupun security proyek
pembangunan Bendungan Gongseng
 Pemeriksaan suhu setiap pagi untuk memastikan kesehatan karyawan maupun pekerja
serta mengantisipasi karyawan atau pekerja yang mengidap virus corona.
 Pemberian wastafel serta sabun cair untuk tempat cuci tangan sebagai bentuk
pencegahan penyebaran virus corona.
 Menerapkan protokol kesehatan terkait pencegahan penyebaran virus corona, seperti:
1. Mewajibkan untuk memakai masker pada seluruh karyawan maupun pekerja
2. Meniadakan lembur dalam pengerjaan konstruksi
3. Menerapkan jaga jarak minimal 1 meter
4. Dan protokol – protokol kesehatan covid-19 pada umumnya

Gambar 4. 11 Pelaksanaan Tool Box Meeting (TBM)


Sumber: Dokumentasi Proyek Pembangunan Waduk Gongseng, 2020.
4.7.3. Contoh Ancaman dan Antisipasi dalam Penerapan Sistem Mutu Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
a. Contoh ancaman kecelakaan kerja,antara lain:
 Jatuh atau Terpeleset
 Tertabrak dump truck
 Terkena longsoran material
 Terkena swing excavator
 Anggota badan tergores besi, kayu, batu, dan lainnya
b. Contoh antisipasi terhadap ancaman tersebut,antara lain:
 Penggunaan alat pelindung diri (APD) lengkap, seperti : helm, rompi, sepatu, serta
masker
 Pemasangan safety line untuk menandai area batas kerja. Safety Line disini berupa
tali plastik berwarna kuning hitam
 Papan rambu lengkap berisi tentang himbauan keselamatan kerja, perlengkapan
APD, serta informasi mengenai jalur agar kecelakaan dapat dihindari
 Memperhatikan jalur longsoran galian (batu dan tanah)
4.7.4. Contoh Ancaman dan Antisipasi dalam Kerusakan pada Aspek Lingkungan
a. Contoh ancaman kerusakan lingkungan,antara lain:
 Polusi udara
 Polusi suara akibat kegiatan alat – alat berat
 Bahan bakar tumpah atau berceceran
b. Contoh antisipasi terhadap kerusakan lingkungan,antara lain:
 Operator alat – alat berat dan pekerja lapangan diharapkan menggunakan earplug dan
masker
 Menyirami jalan akses konstruksi agar debu tidak terbang sehingga polusi udara dapat
diminimalisir
 Penyediaan lahan untuk membangun tanggul dan memberikan absorber pada tangki
solar
Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai