BAB I PENDAHULUAN
Provinsi Lampung memiliki 13 Kabupaten dan dua kota. Kota Bandar Lampung menjadi Ibukota provinsi
dan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik (Rusmasari & Pratiwi, 2022), pendidikan, kebudayaan dan
kegiatan perekonomian. Perkembangan Kota Bandar Lampung didukung oleh aksesibilitas yang tinggi, Kota
Bandar Lampung dapat dicapai melalui transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Transportasi
dari dan ke Kota Bandar lampung melalui jalur air dapat melalui Pelabuhan Bakauheni Kabupaten Lampung
Selatan dan Pelabuhan Panjang serta transportasi udara melalui Bandara Radin Intan II yang terletak di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang berjarak lebih kurang 18 Km dari Kota Bandar Lampung
(Anonim, Perkim.id (Perumahan & Kawasan Permukiman), 2020).
Kota Bandar lampung memiliki jumlah penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada
tahun 2021 jumlah penduduk Kota Bandar Lampung 1.184.949 jiwa lebih tinggi dibandingkan tahun 2020
dengan jumlah penduduk 1.166.066 jiwa (Rusmasari & Pratiwi, 2022). Menurut Nirwana Puspita pertumbuhan
jumlah penduduk berdampak pada perkembangan dan pergerakan perjalanan (Puspasari, 2016). Transportasi
merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas masyarakat. Ofyar Z. Tamin (1997) menyatakan
infrastruktur memiliki dua peran sebagai alat bantu dalam mengarahkan pembangunan di perkotaan dan sebagai
sarana mobilisasi orang dan atau barang yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat. Chairan Supplay Chain
Indonesia (SCI) Setijadi (2019) menyatakan bahwa industri transportasi di Indonesia khususnya alat transportasi
darat mengalami peningkatan dikarenakan permintaan dan mobilisasi masyarakat yang tinggi.
2
Kenaikan volume arus lalu lintas akibat peningkatan mobilisasi masyarakat banyak terjadi di wilayah-
wilayah yang berbatasan dengan kabupaten atau kecamata lain. Kecamatan Tanjung bintang memiliki andil
dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan. Tanjung Bintang
merupakan kecamatan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal dimana meliputi pusat kegiatan industri,
pusat perdagangan dan jasa, koleksi pertanian dan perkebunan (Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan
Nomor 15 Tahun 2012). Terdapat 283 industri mikro dan kecil di Kecamatan Tanjung Bintang yang didominasi
oleh industri barang dari kayu dan gerabah (BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2021). Salah satu ruas jalan yang
menjadi penghubung utama antara Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan adalah Ruas Jalan Ir
Sutami yang berada di Kecamatan Tanjung Bintang.
Jalan Ir Sutami adalah ruas jalan Provinsi jalur Lintas Timur Pulau Sumatera bagi kendaraan pengangkut
barang yang akan melakukan pengiriman barang untuk ekspor melalui Pelabuhan Panjang atau mengirim bahan
baku maupun bahan produksi untuk luar daerah Lampung. Jalan Ir Sutami memiliki fungsi yang penting dalam
pergerakan ekonomi, akan tetapi kondisi ruas jalan cukup sempit dengan kemiringan jalan 40° sampai 65°
mengakibatkan sering terjadi kemacetan lalu lintas pada ruas ini. Kendaraan yang melewati Ruas Jalan Ir Sutami
bervariasi hingga kendaraan dengan muatan lebih dari 2 Ton (Bina Marga DPUPR Kota Bandar Lampung,
2022). Dengan kondisi seperti ini maka diperlukan penambahan kapasitas jalan agar tidak terjadi penumpukan
volume lalu lintas dengan melaksanakan pelebaran jalan.
Pelaksanaan pelebaran Jalan Ir Sutami melalui beberapa tahapan. Survei rekayasa diterapkan dalam
rencana konstruksi untuk pembangunan yang berhubungan dengan galian dan timbunan seperti pembangunan
jalan raya. Pengukuran yang dilakukan dalan survei rekayasa berupa pengukuran poligon, pengukuran beda
tinggi, pengukuran profil memanjang dan melintang. Perhitungan galian dan timbunan menggunakan data luas
dan volume hasil pengukuran. Cakupan pekerjaan galian (cut) yaitu penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan, sementara cakupan pekerjaan timbunan (fill) adalah pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir (Firmansyah, Yuwono, & Bidisusanto, 2022).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis
Pengukuran Topografi untuk Menghitung Cut and Fill pada Perencanaan Pelebaran Jalan Km 10+500
sampai Km 10+700 (Studi Kasus: Jalan Ir Sutami, Tanjung Bintang, Lampung Selatan). Pada penelitian ini
perhitungan volume dihitung menggunakan metode potongan rata-rata Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan dalam acuan perencanaan pelaksanaan pelebaran jalan Jalan Ir. Sutami, Tanjung Bintang, Lampung
Selatan.
Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi sebagai berikut :
1. Berapakah jumlah luas lahan yang harus diganti rugi untuk pelebaran jalan Ir Sutami Tanjung Bintang,
Lampung Selatan.
2. Bagaimana situasi Jalan Ir Sutami, Tanjung Bintang, Lampung Selatan.
3. Bagaimana hasil perhitungan volume cut and fill pada perencanaan pelebaran Jalan Ir Sutami, Tanjung
Bintang, Lampung Selatan.
1. Alat pengukuran yang digunakan adalah Total Station tipe TOPCON ES 105
dilengkapi tripod dan prisma.
2. Pengolahan data dari pengukuran kontur menggunakan aplikasi AutoCAD
Land Desktop.
4
3. Pengolahan data topografi dan perhitungan volume galian dan timbunan (cut
and fill) dihitung dengan metode potongan melintang rata-rata.
Dalam menentukan volume galian dan timbunan satuan yang biasa digunakan adalah Feet kubik (ft³), yard
kubik (yd³) dan meter kubik (m³ ) dipakai dalam hitungan pengukuran volume tanah, walaupun yard kubik
adalah satuan yang paling umum dalam pekerjaan tanah 1yd³ = 27 ft³, 1 m³ = 35,315 ft³. Namum biasanya di
Indonesia digunakan meter kubik (m³) sebagai satuan dalam menentukan jumlah volume (Iskandar, 2008).
Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk
menerapkan dengan sebenar-benarnya sebuah satuan terhadap material yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan
pengukuran tak langsung. Untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan
dengan volume yang direncanakan.
Adapun metode perhitungan yang dapat digunakan sebagai berikut:
1. Metode Garis Kontur
2. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki
ketinggian yang sama, sehingga bidang yang oleh sebuah garis kontur
adalah merupakan bidang datar. Luas penampang ditentukan dengan
luasan yang dibatasi oleh suatu garis kontur, sedangkan beda tinggi arau
jarak antar penampang ditentukan oleh interval garis kontur, yaitu beda
tinggi antara dua kontur yang berurutan.
6
3. Penentuan volume dengan menggunakan garis kontur dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus end areas untuk setiap dua buah tampang
yang berurutan. Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas
daerah yang terdapat di dalam batas kontur, kemudian mempergunakan
prosedur-prosedur yang umum dikenal. Prosedur perhitungan volume
dilakukan dengan metode garis kontur:
4.
5. 𝐴1 +𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5
𝑣=ℎ 6. 𝑛 7. ………………………………………………(2.1)
7
8.
9.
10. Keterangan:
11. A1, A2, A3, A4, A5 : Luas tampang
12. h : Interval kontur/beda tinggi antar kontur
13. n : Jumlah luasan
14.
15.