Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENURUNAN MUKA TANAH (LAND SUBSIDENCE) DENGAN

MENGGUNAKAN GNSS DI KOTA BANDARLAMPUNG TAHUN 2018-2019

( Proposal Penelitian )

Oleh

Rifqi Setyobudi
1515013017

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bandar Lampung merupakan kota dengan pertumbuhan pesat, sebagai Kota Serambi

Sumatera, kota besar pertama yang dilalui Jalan Lintas Sumatera yang

menyambungkan P. Jawa dengan P. Sumatera. Jumlah penduduk Kota Bandar

Lampung tahun 2010 mencapai 757.000 jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

Bandar mencapai 1,61% sejak 2000-2010 dan melonjak menjadi 2,04% pada tahun

2010-2015 (BPS Prov. Lampung, 2015). Penggunaan lahan didominasi pemukiman,

disusul perkebunan dan ladang. Dalam dekade 1999-2010 jumlah industri meningkat

93,02% dan pemukiman 44%, dimana keduanya merupakan hasil konversi lahan

kosong, rawa dan hutan (Utoyo, 2012).

Bandarlampung adalah salah satu kota yang berkembang baik dari sisi kepadatan

penduduk maupun perkembangan pembangunan infrastuktur. Tak dapat dipungkiri

bahwasannya perkembangan kota akan berdampak pada perubahan kondisi fisik kota.

Semakin besar suatu kota maka semakin kompleks permasalahan yang ditimbulkan

dan dihadapinya. Salah satunya adalah permasalahan penurunan muka tanah (land

subsidence). Yaitu peristiwa termampatnya suatu lapisan tanah dan penurunan muka

tanah relatif terhadap beberapa titik acuan yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Land subsidence atau disebut juga penurunan permukaan tanah pada dasarnya
merupakan perubahan (deformasi) permukaan tanah secara vertikal ke bawah dari

suatu bidang referensi tinggi (Handoko dkk., 2011)

Penurunan muka tanah ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga tekanan air tanah untuk menopang

tanah diatasnya berkurang, bukaan bawah tanah akibat aktivitas tambang, aktivitas

tektonik, konsolidasi tanah serta beban berat diatas tanah yang berlebihan

(overburden).

Seiring bertumbuhnya perkembangan infrastruktur tanah di Kota Bandarlampung,

tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat menjadi

pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti

tanggul. Penambahan bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan

di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan adanya

deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori,

dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah yang bersangkutan.

Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan permukaan

tanah Penurunan muka tanah menyebabkan daerah genangan yang dapat

menyebabkan banjir dan kerusakan infrastruktur yang tentunya dapat menghambat

perkembangan kota dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat sehingga perlu

dilakukannya upaya mitigasi. Salah satu diantaranya adalah dengan pemantauan

fenomena penurunan muka tanah ini.

Penentuan nilai penurunan muka tanah dilakukan dengan menggunakan konsep dan

metode pengamatan GNSS pada titik pantau yang telah ditentukan dan tersebar di

Kota Bandar Lampung. Pemilihan Pengamatan dengan teknologi GNSS dalam

melakukan penelitian ini dikarenakan kemampuan GNSS dapat memberikan nilai


komponen beda tinggi ellipsoid dengan tingkat presisi sampai beberapa milimeter dan

dapat melakukan pengamatan tanpa tergantung waktu dan cuaca, serta telah

dilakukannya survey pendahuluan menggunakan pengamatan GNSS di tahun 2018

lalu.

Data yang telah diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan perangkat lunak

GAMIT agar didapat nilai penurunan muka tanah Kota Bandar Lampung yang

selanjutnya dibuatkan Peta Kecepatan Penurunan muka tanah menggunakan perangkat

lunak GMT. Hasil peta tersebut dapat di analisis untuk keperluan mitigasi dengan peta

kepadatan penduduk dan penggunaan lahan. Dengan mempelajari pola dan kecepatan

perubahan koordinat dari titik-titik tersebut, maka daerah di Kota Bandarlampung

yang terkena penurunan tanah akan dapat dihitung dan dipelajari lebih lanjut untuk

keperluan mitigasi bencana.

Dengan latar belakang tersebut, maka begitu pentingnya penelitian pengamatan

penurunan muka tanah ini dilakukan untuk meminimalkan berbagai kerugian yang

dapat ditimbulkan sebagai upaya mitigasi kebencanaan dan referensi penataan ruang

wilayah yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam latar belakang tersebut adalah :

a. Berapa nilai koordinat tinggi dari titik-titik pengamatan yang diukur pada tahun
2018 dan 2019?

b. Berapa nilai kecepatan penurunan muka tanah kota Bandarlampung dalam periode
pengukuran tahun 2018-2019?
c. Bagaimana pengaruh tata guna lahan dan jumlah penduduk terhadap penurunan
tanah Kota Bandarlampung?

1.3. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak melebar, adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Lokasi penelitian hanya di Kota Bandarlampung.
b. Data pengamatan GNSS di Kota Bandarlampung 28 titik pada tahun 2018 dan
2019.
c. Pengambilan data pengamatan secara radial statik 28 titik selama kurang lebih 2
jam disetiap titik.
d. Pengolahan data menggunakan software GAMIT.
e. Hasil pengolahan dianalisis bersamaan dengan kondisi lapangan.

1.4. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah :


a. Untuk mengetahui besar nilai kecepatan penurunan muka tanah di Kota
Bandarlampung dalam kurun waktu 2018-2019.
b. Untuk mengetahui pola sebaran dan besaran penurunan muka tanah di Kota
Bandarlampung sebagai upaya dari mitigasi bencana.
c. Untuk mengumpulkan informasi tentang dinamika penurunan muka tanah kota
Bandarlampung yang dapat dijadikan bahan penelitian dan langkah strategis
selanjutnya.

1.6. Maanfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :


a. Dapat memberikan referensi untuk pembangunan Kota Bandarlampung
kedepannya terkait adanya penurunan tanah.
b. Data penurunan muka tanah dapat dijadikan bahan penelitian dan langkah
strategis selanjutnya.
c. Dapat memberikan informasi mengenai upaya mitigasi dan kebijakan tata ruang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda
(Kuang,1996). Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai
perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara
absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari
perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila gerakan itu dikaji
dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada
umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi (absolut atau
relatif).
Deformasi didefinisikan sebagai perubahan bentuk, posisi dan dimensi suatu
materi, atau pergerakan baik secara absolut maupun relatif, dalam referensi
tertentu yang disebabkan oleh gaya yang bekerja pada materi tersebut.
Terdapat beberapa parameter deformasi dalam ruang tiga dimensi, antara lain
(Segall, 2010) ;
a) Translasi materi yang kaku.
Perpindahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk dengan
acuan pada sumbu tertentu.

Deformasi translasi pada materi

b) Rotasi materi yang kaku.


Perubahan posisi materi yang membentuk sudut terhadap sistem acuan
tanpa mengalami perubahan bentuk.

Deformasi rotasi pada materi

c) Regangan normal.
Perbandingan perubahan panjang suatu materi terhadap bentuk asalnya.
Deformasi normal pada materi

d) Regangan geser.
Perubahan yang terjadi pada suatu materi yang membentuk sudut dan
bentuknya mengalami perubahan.

Deformasi rotasi pada materi

Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat diperlukan suatu


survei, yaitu survei deformasi dan geodinamika. Survei deformasi dan
geodinamika sendiri adalah survei geodetik yang dilakukan untuk mempelajari
fenomena-fenomena deformasi dan geodinamika. Fenomena-fenomena
tersebut terbagi atas 2, yaitu fenomena alam seperti pergerakan lempeng
tektonik,aktivitas gunung api, dan lain-lain. Fenomena yang lain adalah
fenomena manusia seperti bangunan, jembatan, bendungan, permukaan tanah,
dan sebagainya.

Survei deformasi dan geodinamika itu sendiri bisa bermacam-macam


metodenya. Dengan metode konvensional bisa dilakukan juga, contohnya
dengan menggunakan theodollit ataupun sipat datar. Dengan kemajuan
teknologi muncul metode baru dalam survei deformasi dan geodinamika, yaitu
metode satelit. Dengan metode satelit dapat dilakukan dengan menggunakan
Global Positioning System (GPS) ataupun dengan menggunakan penginderaan
jauh.

Salah satu contoh dalam survey deformasi dan geodinamika adalah


pengamatan pergerakan lempeng. Interior bumi kita terdiri dari lapisan-lapisan
yang mempunyai karakteristik tersendiri. Lithosphere yang merupakan tempat
berpijaknya benua dan samudra, berada di atas lapisan yang berifat fluida yaitu
lapisan Astenosphere dan Mesosphere. Sehingga Lithosphere seolah-olah
mengapung, dan selalu dalam keadaan tidak stabil, sangat mudah bergerak jika
ada beban atau gaya yang bekerja padanya. Salah satu gaya yang menyebabkan
terjadinya pergerakan lempeng adalah arus Konveksi.

Dengan melakukan pengamatan menggunakan GPS model pergerakan


lempeng dapat ditentukan dengan membandingkan posisi titik-titik di atas
permukaan lempeng dalam suatu kurun waktu tertentu.

2.2. Penurunan muka tanah

Penurunan muka tanah didefinisikan sebagai penurunan tanah relatif terhadap


suatu bidang referensi tertentu yang dianggap stabil. Penurunan muka tanah
dapat terjadi secara perlahan atau juga terjadi secara mendadak. Banyak
kejadian penurunan muka tanah berkisar dalam beberapa sentimeter per tahun.
Perubahan muka tanah yang bersifat mendadak biasanya diikuti dengan
perubahan fisik yang nyata dan dapat diketahui secara langsung besar dan
kecepatan penurunannya. Namun untuk penurunan muka tanah yang bersifat secara
perlahan diketahui setelah kejadian yang berlangsung lama, besar penurunannya
bisa ditentukan dengan mekanisme secara periodik. Penurunan tanah alami
terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang luas atau terjadi secara lokal
yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini biasanya disebabkan oleh
adanya rongga di bawah permukaan tanah, biasanya terjadi didaerah yang
berkapur (Whittaker dan Reddish, 1989 dalam Kurniawan, 2013).
Penurunan tanah dapat terjadi baik secara lokal maupun regional. Kondisi
tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor penyebab, antara lain sebagai
berikut (Whittaker dan Reddish, 1989 dalam Yuwono dkk., 2013):
1. Penurunan muka tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan
oleh proses-proses geologi seperti aktifitas vulkanik dan tektonik,
siklus geologi, adanya rongga di bawah permukaan tanah dan
sebagainya.
2. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh pengambilan bahan cair
dari dalam tanah seperti air tanah atau minyak bumi.
3. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban
berat diatasnya seperti struktur bangunan sehingga lapisan-lapisan
tanah dibawahnya mengalami kompaksi atau konsolidasi. Penurunan
muka tanah ini sering juga disebut dengan settlement.
4. Penurunan muka tanah akibat pengambilan bahan padat dari tanah
(aktifitas penambangan).

2.3. Global Navigation Satellite System (GNSS)

GNSS adalah singkatan dari Global Navigation Satellite System. GNSS


tersebut merupakan teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau
lokasi (lintang, bujut, dan ketinggian) serta waktu dalam satuan ilmiah di
bumi. Satelit akan mentransmisikan sinyal radio dengan frekuensi tinggi yang
berisi data waktu dan posisi yang dapat diambil oleh penerima yang
memungkinkan pengguna untuk mengetahui lokasi tepat mereka dimanapun di
permukaan bumi. GNSS merupakan istilahgeneric standar untuk sistem
navigasi satelityang menyediakan informasi posisi, kecepatandan waktu
dengan jangkauan global.Istilah ini mencakup misalnya GPS,
GLONASS,Galileo, dan sistem Beidou regional lainnya.Teknologi GNSS
muncul pertama kali oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan
adanya teknologi NAVSTAR-GPS.GNSS digunakan untuk kepentingan sipil
dan militer. Seperti Survei dan Pemetaan, Geologi, Hiking, Navigasi Laut dan
Udara dan lainnya. Sampai saat ini terdapat 2 (dua) sistem satelit navigasi
global yang telah  beroperasi dan memberikan pelayanan secara global, yaitu
sistem satelit navigasi global GPS milik Amerika Serikat dan sistem satelit
navigasi global GLONASS milik Rusia.Sistem satelit navigasi global tersebut,
utamanya GPS telah dimanfaatkan oleh  berbagai negara, termasuk Indonesia,
untuk berbagai kepentingan baik militer maupun sipil. Untuk kepentingan
militer, antara lain telah digunakan perang, sedangkan untuk kepentingan sipil
antara lain digunakan dalam sistem informasi geografi, pemantauan gempa,
dan untuk pelacak kendaraan. Amerika Serikat dan Rusia masih terus mening-
katkan kemampuan sistem satelitnya tersebut sehingga dapat meningkatkan
pelayanannya termasuk untuk kepentingan komersial.

2.4. Perangkat lunak GAMIT

Perangkat Lunak GAMIT (GPS Analysis Package Developed at MIT) adalah


sebuah paket perangkat lunak ilmiah untuk pengolahan data pengamatan GPS
yang dikembangkan oleh MIT (Massachusetts Institute of Technology) dan
SIO (Scripps Institution of Oceanography). Perangkat lunak ini dapat
menghasilkan posisi relatif tiga dimensi dari pengamat dengan tingkat
ketelititan tinggi karena data yang digunakan selain data broadcast ephemeris,
juga digunakan data precise ephemeris (Edy, 2013 dalam Laksana, 2014).
GAMIT merupakan program yang memasukkan algorithma hitung kuadrat
terkecil dengan parameter berbobot untuk mengestimasi posisi relatif dari
sekumpulan stasiun, parameter orbit dan rotasi bumi, zenith delay dan
ambiguitas fase melalui pengamatan double difference. Kelebihan dari
perangkat lunak ini adalah bisa memasukkan data koreksi atmosfer, pasang
surut laut, dan pemodelan cuaca. Pembobotan stasiun pengamatan, tujuh
informasi stasiun, koordinat pendekatan, pengaturan sesi pengamatan dapat
dilakukan dengan perangkat lunak ilmiah ini. Hasil keluaran dari perangkat
lunak GAMIT berupa estimasi dan matrik kovarian dari posisi stasiun dan
parameter orbit dan rotasi bumi yang kemudian dimasukkan pada GLOBK.
2.5. Global Mapping Tools (GMT)

Global Mapping Tools (GMT) adalah sekumpulan perintah untuk pemrosesan


data dan visualisasinya. Dalam pekerjaan sehari-hari, kita sering memperoleh
data mentah (raw data) dan kita akan berusaha memproses data tersebut untuk
menghasilkan ilustrasi. Di sinilah salah satu peran GMT. GMT mempunyai
banyak kelebihan yang patut kita pertimbangkan sebelum memakainya.
Perangkat lunak aplikasi ini dibuat menggunakan bahasa pemrograman C dan
merupakan perangkat lunak yang tidak bergantung pada platform (platform
independent). Dengan kata lain, GMT berkomunikasi dengan komputer sangat
cepat dan bisa dipasang pada berbagai lingkungan sistem operasi baik Unix,
Windows, maupun Mac.
Di kalangan para ilmuwan, GMT cukup terkenal dan banyak ilmuwan
memakainya di seluruh dunia. Karena dikemas sebagai perangkat lunak
sumber terbuka (open source), GMT menawarkan daya tarik yang sangat kuat
bagi kalangan peneliti dan pendidikan. GMT bisa diunduh dan dipakai secara
bebas tanpa perlu membayar.

GMT dapat melakukan pemfilteran deret waktu (time-series) dan data 2D,
melakukan trend fitting data, membuat grid dari data xyz, memotong,
menempelkan, mencampur data grid, melakukan resample kumpulan data,
melakukan operasi matematika, melakukan penutupan grid, memproyeksikan
data, membuat trianggulasi optimal, melakukan ekstrasksi subset data,
menghitung turunan direksional, mengeplot diagram x-y, garis, poligon,
maupun simbol, mengeplot teks dan label, mengeplot peta dasar (basemap)
beserta garis pantai, sungai dan batas-batasnya, mengeplot peta kontur, serta
masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan GMT.

GMT mendukung lebih dari 30 proyeksi peta dan transformasi serta


menyediakan data pendukung seperti garis pantai (data GSHHG), sungai, dan
batas-batas administrasi dan poligon negara (data DCW-opsional). GMT
dikembangkan dan dikelola oleh Paul Wessel, Walter H. F. Smith, Rem- ko
Scharroo, Joaquim Luis dan Florian Wobbe dengan bantuan dari sejumlah
sukarelawan global, dan didukung oleh National Science Foundation. Program
ini dirilis di bawah GNU Lesser General Public License versi 3 serta versi-
versi selanjutnya yang lebih baru.

Mengingat eksibilitasnya serta sifatnya yang open source, banyak orang di


seluruh dunia menggunakan GMT untuk kepentingan dunia kerja. Sebagian
besar pengguna GMT adalah ahli kebumian dan oseanografi, namun
sesungguhnya tidak ada batasan untuk jenis aplikasi yang dapat memanfaatkan
GMT. Secara umum, GMT dapat digunakan dalam penelitian medis, teknik,
fisika, matematika, ilmu sosial dan biologi, lembaga perikanan, perusahaan
minyak, serta berbagai instansi pemerintah.
Pada Penelitian ini GMT digunakan untuk melakukan interpolasi data
kecepatan penurunan muka tanah yang tersebar di Kota Bandar Lampung
hingga dihasilkan sebuah peta kecepatan penurunan muka tanah.

2.5. Pemantauan penurunan muka tanah dengan GNSS

GNSS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan
pada pengamatan satelit-satelit penentuan posisi. Prinsip studi penurunan tanah
dengan metode survei GNSS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau
di beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik untuk ditentukan koordinatnya
secara teliti dengan menggunakan metode survei GNSS. Dengan mempelajari
pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei
yang satu ke survei berikutnya, maka karakteristik penurunan tanah akan dapat
dihitung dan dipelajari lebih lanjut.
Studi permukaan dengan metode survei GNSS, mempunyai beberapa
keunggulan dan keuntungan, antara lain yaitu :

1. GNSS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi


(dua komponen horizontal dan satu komponen vertikal). Jadi,
disamping memberikan informasi tentang besarnya penurunan muka
tanah, GNSS juga sekaligus memberikan informasi tentang
pergerakan tanah dalam arah horizontal.
2. GNSS memberikan nilai vektor pergerakan dan penurunan tanah
dalam suatu sistem koordinat referensi yang tunggal. Dengan itu
maka GNSS dapat digunakan untuk memantau pergerakan suatu
wilayah regional secara efektif dan efisien.
3. GNSS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat
presisi sampai beberapa milimeter, dengan konsistensi yang tinggi
baik secara spasial maupun temporal. Dengan tingkat presisi yang
tinggi dan konsisten ini maka diharapkan besarnya pergerakan dan
penurunan tanah yang kecil sekalipun akan dapat terdeteksi dengan
baik.
4. GNSS dapat dimanfaatkan secara kontinyu tanpa tergantung waktu
(siang maupun malam), dalam segala kondisi cuaca. Dengan
karakteristik semacam ini maka pelaksanaan survei GNSS untuk
pemantauan pergerakan penurunan muka tanah dapat dilaksanakan
secara efektif dan fleksibel.

Pelaksanaan survey menggunakan jaring titik-titik kerangka dasar (baik secara


horisontal maupun vertikal), untuk menentukan perubahan geometri dari suatu
materi terhadap acuan titik referensi yang bersifat stabil.
Dalam kaitannya dengan penurunan muka tanah, diperlukan tingkat ketelitian
pergeseran yang tinggi (dalam fraksi mm/tahun), untuk mengetahui pola dan
kecepatan penurunan muka tanah dapat dilakukan dengan survey GNSS
terhadap titik pengamatan baik secara episodik maupun secara kontinyu.
Metode ini dapat memberikan analisis yang cukup akurat dan teliti sehingga
pola kecepatan penurunan muka tanah dapat dimodelkan dengan baik.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandarlampung.


3.2. Alat dan Data Penelitian

3.2.1. Alat Penelitian


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Laptop Acer E1451G
b. Komputer dengan sistem operasi Linux
c. GNSS Geodetic Hi-target dengan metode radial rapid static.
d. Scientific software GAMIT
e. Software GMT
f. Software Arcgis 10.3

3.2.2 Data Penelitian


Data penelitan yang diguanakan pada penelitian ini adalah :
a. Data pengamatan GNSS di Kota Bandarlampung tahun 2018
b. Data titik ikat IGS
c. Peta batas administrasi Kota Bandarlampung
d. Peta kepadatan penduduk Kota Bandarlampung
e. Peta penggunaan lahan Kota Bandarlampung

3.3. Pengumpulan data


Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua
bagian :

3.3.1. Data Pengamatan


Pengadaan data pengamatan GNSS pada penelitian ini adalah
data pengamatan GNSS dari 28 titik pantau yang telah
dilakukan pada bulan September-Oktober 2018 dijadikan
sebagai data awal penelitian ini. Untuk mendapatkan data time
series berikutnya, direncanakan dilakukan survey Pengamatan
GNSS pada 28 titik-titik pantau tersebut. Pelaksanaan
Pengamatan menggunakan metode radial terikat pada titik
ULP1 di Universitas Lampung.

3.3.2. Data Pendukung


Data Pendukung adalah data-data sekunder yang dibutuhkan
saat pengolahan data. Data tersebut digunakan sebagai
penunjang data primer untuk mendapatkan hasil akhir dalam
penelitian . Data pendukung berupa data sekunder yang
digunakan untuk analisa dalam penelitian ini (data dari instansi
terkait berupa peta-peta administrasi, penggunaan lahan dan
kepadatan penduduk)

3.4. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini diawali dengan pengolahan data GNSS
hasil pengamatan untuk mendapatkan nilai koordinat pada masing-masing
periode pengamatan. Pengolahan ini menggunakan perangkat lunak GAMIT.
Setelah Koordinat pada untuk masing masing titik pantau pada masing-
masing periode didapat, akan dihitung kecepatan penurunan muka tanah dari
masing masing titik pantau. Dari hasil tersebut kemujian dilakukan Uji
Statistik “t” (Student). Uji-t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji
bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan
t-hitungan dengan t-tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada
masing-masing t- hitungan. Uji statistik ini dilakukan dengan cara menguji
variabel pergerakan titik (Pij) dari sesi pengamatan i ke sesi j. Proses
berikutnya adalah melakukan interpolasi nilai kecepatan penurunan muka
tanah untuk dihasilkan peta kecepatan penurunan muka tanah. Proses
interpolasi dan pembuatan peta kecepatan penurunan muka tanah dilakukan
menggunakan perangkat lunak GMT.

3.5. Analisa

Berdasarkan pada hasil kecepatan penurunan muka tanah akan dilakukan


kajian penurunan muka tanah tersebut terhadap Wilayah Administrasi,
Kepadatan Penduduk, dan Penggunaan Lahan.
3.4. Diagram Alir
3.3. Jadwal Penelitian

Bulan I Bulan II Bulan III


NO

Tahap Kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV


1 Pengajuan Judul
2 Persiapan

Pembuatan
Proposal dan
4 Bimbingan
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal
7 Pengambilan Data Dilapangan

Proses
8 Pengolahan Data

Penulisan Skripsi
dan Bimbingan
9 skripsi
10 Seminar Hasil
11 Revisi Skripsi
Daftar Pustaka

Abidin, H.Z. 2006. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. PT Pradnya
Paramita: Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. RBI Risiko Bencana Indonesia.
BNPB. Jakarta.
Handoko, E.Y., A. Kurniawan, dan Angger S.M. 2011. Apakah Surabaya Terjadi
Land subsidence? Kajian Awal Land Subsidence Surabaya. Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011. Teknik Geomatika ITS.
Surabaya.
Segall, P., dan Davis, James L, (1997), GPS Applications for Geodynamics and
Earthquake Studies, Annu. Rev. Earth Planet Science, Number 25, Pages 301-
336
Zaenudin, A., Darmawan, I.G.B., Armijon, Minardi, S., 2017. Land Subsidence
Analysis in Bandar Lampung City based on InSAR, Proceeding The 3rd
Padjadjaran International Physics Symposium (PIPS 2017), Bandung, 14-15
November 2017

Anda mungkin juga menyukai