( Proposal Penelitian )
Oleh
Rifqi Setyobudi
1515013017
Bandar Lampung merupakan kota dengan pertumbuhan pesat, sebagai Kota Serambi
Sumatera, kota besar pertama yang dilalui Jalan Lintas Sumatera yang
Lampung tahun 2010 mencapai 757.000 jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
Bandar mencapai 1,61% sejak 2000-2010 dan melonjak menjadi 2,04% pada tahun
disusul perkebunan dan ladang. Dalam dekade 1999-2010 jumlah industri meningkat
93,02% dan pemukiman 44%, dimana keduanya merupakan hasil konversi lahan
Bandarlampung adalah salah satu kota yang berkembang baik dari sisi kepadatan
bahwasannya perkembangan kota akan berdampak pada perubahan kondisi fisik kota.
Semakin besar suatu kota maka semakin kompleks permasalahan yang ditimbulkan
dan dihadapinya. Salah satunya adalah permasalahan penurunan muka tanah (land
subsidence). Yaitu peristiwa termampatnya suatu lapisan tanah dan penurunan muka
tanah relatif terhadap beberapa titik acuan yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Land subsidence atau disebut juga penurunan permukaan tanah pada dasarnya
merupakan perubahan (deformasi) permukaan tanah secara vertikal ke bawah dari
Penurunan muka tanah ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga tekanan air tanah untuk menopang
tanah diatasnya berkurang, bukaan bawah tanah akibat aktivitas tambang, aktivitas
tektonik, konsolidasi tanah serta beban berat diatas tanah yang berlebihan
(overburden).
tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat menjadi
pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti
deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori,
dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah yang bersangkutan.
Penentuan nilai penurunan muka tanah dilakukan dengan menggunakan konsep dan
metode pengamatan GNSS pada titik pantau yang telah ditentukan dan tersebar di
dapat melakukan pengamatan tanpa tergantung waktu dan cuaca, serta telah
lalu.
Data yang telah diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan perangkat lunak
GAMIT agar didapat nilai penurunan muka tanah Kota Bandar Lampung yang
lunak GMT. Hasil peta tersebut dapat di analisis untuk keperluan mitigasi dengan peta
kepadatan penduduk dan penggunaan lahan. Dengan mempelajari pola dan kecepatan
yang terkena penurunan tanah akan dapat dihitung dan dipelajari lebih lanjut untuk
penurunan muka tanah ini dilakukan untuk meminimalkan berbagai kerugian yang
dapat ditimbulkan sebagai upaya mitigasi kebencanaan dan referensi penataan ruang
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam latar belakang tersebut adalah :
a. Berapa nilai koordinat tinggi dari titik-titik pengamatan yang diukur pada tahun
2018 dan 2019?
b. Berapa nilai kecepatan penurunan muka tanah kota Bandarlampung dalam periode
pengukuran tahun 2018-2019?
c. Bagaimana pengaruh tata guna lahan dan jumlah penduduk terhadap penurunan
tanah Kota Bandarlampung?
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak melebar, adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Lokasi penelitian hanya di Kota Bandarlampung.
b. Data pengamatan GNSS di Kota Bandarlampung 28 titik pada tahun 2018 dan
2019.
c. Pengambilan data pengamatan secara radial statik 28 titik selama kurang lebih 2
jam disetiap titik.
d. Pengolahan data menggunakan software GAMIT.
e. Hasil pengolahan dianalisis bersamaan dengan kondisi lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda
(Kuang,1996). Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai
perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara
absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari
perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila gerakan itu dikaji
dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada
umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi (absolut atau
relatif).
Deformasi didefinisikan sebagai perubahan bentuk, posisi dan dimensi suatu
materi, atau pergerakan baik secara absolut maupun relatif, dalam referensi
tertentu yang disebabkan oleh gaya yang bekerja pada materi tersebut.
Terdapat beberapa parameter deformasi dalam ruang tiga dimensi, antara lain
(Segall, 2010) ;
a) Translasi materi yang kaku.
Perpindahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk dengan
acuan pada sumbu tertentu.
c) Regangan normal.
Perbandingan perubahan panjang suatu materi terhadap bentuk asalnya.
Deformasi normal pada materi
d) Regangan geser.
Perubahan yang terjadi pada suatu materi yang membentuk sudut dan
bentuknya mengalami perubahan.
GMT dapat melakukan pemfilteran deret waktu (time-series) dan data 2D,
melakukan trend fitting data, membuat grid dari data xyz, memotong,
menempelkan, mencampur data grid, melakukan resample kumpulan data,
melakukan operasi matematika, melakukan penutupan grid, memproyeksikan
data, membuat trianggulasi optimal, melakukan ekstrasksi subset data,
menghitung turunan direksional, mengeplot diagram x-y, garis, poligon,
maupun simbol, mengeplot teks dan label, mengeplot peta dasar (basemap)
beserta garis pantai, sungai dan batas-batasnya, mengeplot peta kontur, serta
masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan GMT.
GNSS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan
pada pengamatan satelit-satelit penentuan posisi. Prinsip studi penurunan tanah
dengan metode survei GNSS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau
di beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik untuk ditentukan koordinatnya
secara teliti dengan menggunakan metode survei GNSS. Dengan mempelajari
pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei
yang satu ke survei berikutnya, maka karakteristik penurunan tanah akan dapat
dihitung dan dipelajari lebih lanjut.
Studi permukaan dengan metode survei GNSS, mempunyai beberapa
keunggulan dan keuntungan, antara lain yaitu :
Pengolahan data pada penelitian ini diawali dengan pengolahan data GNSS
hasil pengamatan untuk mendapatkan nilai koordinat pada masing-masing
periode pengamatan. Pengolahan ini menggunakan perangkat lunak GAMIT.
Setelah Koordinat pada untuk masing masing titik pantau pada masing-
masing periode didapat, akan dihitung kecepatan penurunan muka tanah dari
masing masing titik pantau. Dari hasil tersebut kemujian dilakukan Uji
Statistik “t” (Student). Uji-t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji
bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan
t-hitungan dengan t-tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada
masing-masing t- hitungan. Uji statistik ini dilakukan dengan cara menguji
variabel pergerakan titik (Pij) dari sesi pengamatan i ke sesi j. Proses
berikutnya adalah melakukan interpolasi nilai kecepatan penurunan muka
tanah untuk dihasilkan peta kecepatan penurunan muka tanah. Proses
interpolasi dan pembuatan peta kecepatan penurunan muka tanah dilakukan
menggunakan perangkat lunak GMT.
3.5. Analisa
Pembuatan
Proposal dan
4 Bimbingan
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal
7 Pengambilan Data Dilapangan
Proses
8 Pengolahan Data
Penulisan Skripsi
dan Bimbingan
9 skripsi
10 Seminar Hasil
11 Revisi Skripsi
Daftar Pustaka
Abidin, H.Z. 2006. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. PT Pradnya
Paramita: Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. RBI Risiko Bencana Indonesia.
BNPB. Jakarta.
Handoko, E.Y., A. Kurniawan, dan Angger S.M. 2011. Apakah Surabaya Terjadi
Land subsidence? Kajian Awal Land Subsidence Surabaya. Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011. Teknik Geomatika ITS.
Surabaya.
Segall, P., dan Davis, James L, (1997), GPS Applications for Geodynamics and
Earthquake Studies, Annu. Rev. Earth Planet Science, Number 25, Pages 301-
336
Zaenudin, A., Darmawan, I.G.B., Armijon, Minardi, S., 2017. Land Subsidence
Analysis in Bandar Lampung City based on InSAR, Proceeding The 3rd
Padjadjaran International Physics Symposium (PIPS 2017), Bandung, 14-15
November 2017