Anda di halaman 1dari 159

TUGAS AKHIR

KINERJA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


DALAM PEMANFAATAN RUANG
DI KOTA SURAKARTA

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Strata-1


Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh:
FERRY AGRIANTO
I 0606020

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

PENGESAHAN

KINERJA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DALAM


PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh:
FERRY AGRIANTO
I 0606020

Menyetujui,
Surakarta, 23 Juli 2010

Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Soedwiwahjono, M.T. Ir. Widi Suroto, M.T.


NIP. 19620306 199003 1 001 NIP. 19560905 1986901 1 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi


Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Hardiyati, M.T. Ir. Galing Yudana, M.T.


NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan I

Ir. Nugroho Djarwanti, M. T.


19561112 198403 2 007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

ii
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

KINERJA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SURAKARTA1

Ferry Agrianto2
NIM. I0606020

Abstrak

Kinerja dapat diartikan sebagai capaian fungsi dan manfaat produk


rencana dalam merealisasikan rencana yang telah dirumuskan sehingga dapat
menjadi pedoman dan acuan dalam pembangunan suatu wilayah. Pelaksanaan
perencanaan pembangunan dan daerah seharusnya memperhatikan penataan
ruang, karena menjadi arahan dan batasan dalam kegiatan pembangunan.
Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah masih sering dilakukan tanpa
mengikuti rencana tata ruang sehingga tidak mempertimbangkan daya dukung
lingkungan yang tersedia.
Rencana pembangunan yang semula diharapkan dalam jangka panjang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau wilayah namun banyak
yang tidak tercapai dikarenakan tidak adanya dukungan dari sumber daya alam
dan daya dukung lingkungan demi terwujudnya kegiatan pembangunan daerah.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat keterpaduan rencana tata
ruang dengan rencana pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota
Surakarta serta menguraikan proses penyusunan rencana demi meninjau
sinkronisasi muatan perencanaan keruangan dengan perencanaan pembangunan di
Kota Surakarta.
Metode yang ditempuh ialah melalui pendekatan deskriptif kualitatif
dengan menggunakan model analisis interaktif data, proses penarikan kesimpulan
juga dilakukan melalui pendekatan paradigma naturalistik (the naturalistic method
of inquiry) dan teknik komparatif data sehingga ditemukan tingkatan kinerja
RTRW dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkatan kinerja RTRW Kota
Surakarta sebagai acuan koordinasi kegiatan pembangunan lintas sektor dan
wilayah dalam perwujudan pemanfaatan ruang ialah tergolong dalam tingkatan
kinerja cukup. Terdapat korelasi dan sinkronisasi antara RTRW dengan rencana
pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota Surakarta. Nilai
keterpaduan RTRW dan rencana pembangunan sebagai wujud dalam pemanfaatan
ruang diperoleh sebesar 41,67% terpadu.

Kata kunci: kinerja, keterpaduan, rencana tata ruang wilayah, rencana


pembangunan.

1
Judul yang diangkat sebagai lingkup kajian dalam penelitian.
2
Penulis dan penyusun tugas akhir sebagai bentuk hasil penelitian yang dilakukan.

iii
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

SPATIAL PLANNING PERFORMANCE


IN THE LAND USE OF SURAKARTA

Ferry Agrianto
NIM. I0606020

Abstract

Performance, in this context, can be interpreted as the achievement of


function and use of planning product to be applied as guidance and reference in
regional development. The application of regional development planning should
pay more attention in spatial planning, because it gives clear orientation, and also
limitation, in development activities.

On the other side, there are a lot of development processes done that do
not obey spatial planning. As a consequence, they usually do not conform to the
available resources, such as natural resources and environment. Finally, the
development that is firstly expected to push regional economic development in the
long term can not be run successfully.

This study purposes to analyze the level of integration between spatial


planning and development planning in the case of Surakarta land use. It also aims
to observe the process of spatial planning arrangement in order to synchronize
between spatial planning content and regional development planning in Surakarta.

Method used in this study is the descriptive qualitative approach,


combined with interactive data analysis model. The conclusion will be drawn
based on the naturalistic method of inquiry and data comparative until the
performance level of spatial planning in land use of Surakarta found out.

The result of this study shows that the performance level of spatial
planning as a reference in land use of cross-sectors and cross-areas development
activities in Surakarta is fair. There are some correlation and synchronization
between the spatial planning and development planning in making land use in
Surakarta, and the score of the integration between them is 41,67%.

Key words : performance, spatial planning, development planning

iv
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

MUQADDIMAH

“ Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Q.S Al Baqarah : 147-148)

“ dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al


Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk
hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi
petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
(Q.S Al Hajj : 54)

„ Para malaikat membentangkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu


sebagai tanda kerelaan atas perbuatannya .
Pelajarilah ilmu, sebab mencari ilmu di jalan Allah adalah taqwa,
menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, mengkajinya
adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan membelanjakan
kepada ahlinya adalah kedekatan.
Ilmu teman penghibur dikesendirian , sahabat kala kesepian, pembimbing
jalan kepada agama, penasehat dalam suka dan duka, seorang menteri di
tengah teman sejawat, seorang kerabat diantara orang asing, serta nur
penerang menuju surga.‟
(Hadits mar‟fu Muadz bin Jabal)

v
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.


Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan berkat, rahmat, hidayah dan inayah-Nya akhirnya penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir ini dengan mengangkat judul “Kinerja Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dalam Pemanfaatan Ruang di Kota Surakarta”.
Tugas akhir ini merupakan syarat akhir penulis untuk menyelesaikan
perjalanan studi sebagai mahasiswa Program Strata 1 Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan,
arahan, masukan, bimbingan dan dorongan yang bersifat membangun serta
bermanfaat dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
UNS.
2. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota yang telah melakukan percepatan akreditasi Prodi.
3. Ibu Ir. Winny Astuti, MSc, PhD selaku ketua tim panitia tugas akhir dan
pelaksananya yang telah mempersiapkan mekanisme dan administratif
penyelenggaraan tugas akhir serta selalu mendorong keaktifan mahasiswa
dalam proses penyusunan tugas akhir.
4. Bapak Ir. Soewiwahjono, MT selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan, masukan,
catatan serta bimbingan baik secara substantif maupun penulisan dalam
proses penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak Ir. Widi Suroto, MT selaku pembimbing kedua yang juga telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan, masukan,

vi
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

catatan serta bimbingan baik secara substantif maupun penulisan dalam


proses penyusunan tugas akhir ini.
6. Bapak Ir. Rizon Pamardhi Utomo, MURP selaku dosen pembimbing
akademis yang telah mendorong dalam pengambilan tugas akhir.
7. Bapak Nunung Nugroho, BAPPEDA Kota Surakarta serta para Kepala
Kecamatan di Kota Surakarta yang telah menyempatkan diri untuk menjadi
informan dalam penyusunan tugas akhir ini.
8. Ayah, Ibu , Nenek dan adik-adikku tercinta yang tak henti-hentinya selalu
menyayangi dan mendoakan penulis serta bantuan moril yang tidak akan
pernah terlupakan.
9. Fatmawati Nurul Handayani Kusuma Wardani. Terima kasih atas segalanya,
baik kesempatan dan keikhlasan yang telah diberikan.
10. Zaini Musthofa, yang selalu mendampingiku saat suka dan duka, juga atas
dorongan untuk penyelesaian tugas akhir ini.
11. Tori dan Mon2, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.
12. Teman-teman angkatan 2006 yang sudah memasuki usia lanjut, jangan
lupakan kebersamaan dan kekompakan kita.
13. Pengurus dan anggota HMPWK FT UNS Tahun 2009-2010.
14. Pada para penghuni kontrakan „tanpa nama‟, yang telah menyempatkan
waktu untuk mendukung serta bercanda hingga tercipta suasana kondusif
dalam proses penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu kritik,
masukan, dan saran sangat penulis harapkan dalam upaya perbaikan. Selanjutnya,
semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Surakarta, 23 Juli 2010

Ferry Agrianto

vii
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Abstrak iii
Muqaddimah v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan dan Sasaran 5
1.3.1 Tujuan 5
1.3.2 Sasaran 5
1.4 Metode Penelitian 6
1.4.1 Pendekatan 6
1.4.2 Lingkup Penelitian 9
1.4.2.1 Lingkup Wilayah 9
1.4.2.2 Lingkup Studi 9
1.4.3 Kerangka Penelitian 10
1.4.4 Sumber Data 12
1.4.5 Teknik Pengumpulan Data 13
1.4.5.1 Interview (Wawancara) 13
1.4.5.2 Studi Dokumentasi 14
1.4.5.3 Trianggulasi Data (Peer Debriefing) 15
1.4.6 Teknik Analisis Data 15
1.4.7 Instrumen Penelitian 22
1.5 Sistematika Pembahasan 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN TATA RUANG


DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN 26
2.1 Definisi Perencanaan 26
2.1.1 Unsur-Unsur Perencanaan 27
2.1.2 Sifat Perencanaan 28
2.2 Tata Ruang 28
2.2.1 Tugas dan Wewenang Pelaku Penataan Ruang 30
2.2.2 Penyelenggaran Penataan Ruang 33
2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota 34
2.3.1 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan
Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional 34
2.3.2 Fungsi RTRW Kota 37

viii
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.3.3 Manfaat RTRW Kota 37


2.3.4 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota 37
2.4 Pembangunan 42
2.4.1 Aspek Perencanaan Pembangunan 43
2.4.2 Proses Perencanaan Pembangunan 45
2.4.3 Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran 46
2.4.4 Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah 48
2.5 Rencana Pembangunan Daerah 49
2.6 Tinjauan Pustaka akan Kinerja Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dalam Pemanfaatan Ruang 52

BAB 3 TINJAUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH


(RTRW) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KOTA
SURAKARTA 56
3.1 Proses Penyusunan Rencana Keruangan dan Rencana
Pembangunan 56
3.1.1 Proses Penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun
2007-2026 56
3.1.2 Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kota Surakarta Tahun 2005-2010 56
3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2007-
2026 57
3.2.1 Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Surakarta 57
3.2.2 Tujuan Pemanfaatan Ruang Kota 59
3.2.2.1 Aspek Tata Ruang Kota 59
3.2.2.2 Aspek Sosial Ekonomi 59
3.2.2.3 Aspek Pengelolaan Pembangunan Kota 60
3.2.2.4 Aspek Lingkungan Hidup 60
3.2.3 Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota 60
3.2.3.1 Rencana Sistem Lingkungan 61
3.2.3.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial 64
3.2.3.3 Rencana Pengembangan Perumahan 69
3.2.3.4 Rencana Pengembangan Utilitas 69
3.2.3.5 Rencana Pengembangan Jaringan
Transportasi 76
3.2.4 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang 83
3.2.4.1 Kawasan Lindung 83
3.2.4.2 Kawasan Budidaya 84
3.2.5 Pelaksanaan Rencana 89
3.3 Rencana Pembangunan Kota Surakarta 96
3.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 96
3.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kota Surakarta Tahun 2005-2010 97
3.3.2.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 98
3.3.2.2 Dinas Pekerjaan Umum 99
3.3.2.3 Dinas Tata Kota 102

ix
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.3.2.4 Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan 103


3.3.2.5 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 104
3.3.2.6 Kantor Lingkungan Hidup 105
3.3.2.7 Dinas Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan
Perempuan dan KB 106
3.3.2.8 Sekretariat Daerah, Bagian Hukum dan
HAM 106
3.3.2.9 Kantor Pengelolaan Aset Daerah 107
3.3.2.10 Dinas Pertanian 107
3.3.2.11 Dinas Pariwisata Seni dan Budaya 108
3.3.2.12 Dinas Pengelolaan Pasar 109
3.3.2.13 Kantor Pengelolaan PKL 110
3.3.2.14 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Penanaman Modal 110
3.4 Hasil Interview Pada Informan 111

BAB 4 PEMBAHASAN KINERJA RENCANA TATA RUANG


WILAYAH (RTRW) DALAM PEMANFAATAN RUANG
DI KOTA SURAKARTA 113
4.1 Telaah Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Kota Surakarta 113
4.2 Telaah Muatan dan Arahan RTRW Kota Surakarta Tahun
2007-2026 116
4.2.1 Tinjauan Visi dan Misi Penataan Ruang Kota
Surakarta 116
4.2.2 Tinjauan Tujuan Pemanfaatan Ruang Kota 117
4.2.3 Tinjauan Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota 117
4.2.3.1 Rencana Sistem Lingkungan 117
4.2.3.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial 118
4.2.3.3 Rencana Pengembangan Perumahan 118
4.2.3.4 Rencana Pengembangan Utilitas 119
4.2.3.5 Rencana Pengembangan Jaringan
Transportasi 119
4.2.4 Tinjauan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang 120
4.2.4.1 Kawasan Lindung 120
4.2.4.2 Kawasan Budidaya 120
4.2.5 Tinjauan Pelaksanaan Rencana 120
4.3 Telaah Keterpaduan Mekanisme Pra Implementasi Rencana
dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 dan RPJM
Kota Surakarta Tahun 2005-2010 123
4.4 Telaah Kelembagaan Penyusun Perencanaan Keruangan dan
Perencanaan Pembangunan 136
4.5 Telaah Indikasi Penganggaran dalam Perencanaan 138
4.6 Sintesis Tingkatan Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang
di Kota Surakarta 139

x
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan 140
5.2 Rekomendasi 141

Daftar Pustaka 144


Lampiran 145
Daftar Riwayat Hidup 154

xi
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ilustrasi Matriks Komparatif Rencana Keruangan dan


Rencana Pembangunan 18
Tabel 1.2 Tingkatan Kinerja dan Kriteria Penilaian 22
Tabel 1.3 Instrumen Penelitian 24
Tabel 2.1 Matrik Susunan Tipikal Indikasi Program Utama dalam
Penyusunan RTRW Kota 41
Tabel 3.1 Perkiraan Produksi Sampah dan Kebutuhan Sarana
Pengangkut Sampah Di Kota Surakarta Tahun 2027 74
Tabel 3.2 Matrik Kelayakan Percampuran Kegiatan Pada Zona
Peruntukan Yang Ditentukan Di Kota Surakarta 86
Tabel 3.3 Indikasi Program Pelaksanaan Pembangunan RTRW Kota
Surakarta Tahun 2007-2026 94
Tabel 3.4 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah 98
Tabel 3.5 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Pekerjaan Umum 99
Tabel 3.6 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Tata Kota 102
Tabel 3.7 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Lalu Lintas Angkutan Jalan 103
Tabel 3.8 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Kebersihan dan Pertamanan 104
Tabel 3.9 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor
Lingkungan Hidup 105
Tabel 3.10 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan KB 106
Tabel 3.11 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis
Sekretariat Daerah, Bagian Hukum dan HAM 106
Tabel 3.12 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor
Pengelolaan Aset Daerah 107
Tabel 3.13 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Pertanian 107
Tabel 3.14 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Pariwisata Seni dan Budaya 108
Tabel 3.15 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas
Pengelolaan Pasar 109
Tabel 3.16 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor
Pengelolaan PKL 110
Tabel 3.17 Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis
Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal 110
Tabel 4.1 Penilaian Rencana RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026
Berdasarkan Kelengkapan Substansi dan Karakteristik
Wilayah 121

xii
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Tabel 4.2 Komparasi RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026


Terhadap RPJM Kota Surakarta 2005-2010 124
Tabel 4.3 Sistesis Tingkatan Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan
Ruang di Kota Surakarta 139
Tabel 5.1 Ilustrasi Pengembangan Matrik Program Pemanfaatan
Ruang 142
Tabel 5.2 Ilustrasi Pengembangan Matrik Program Pembangunan 142

xiii
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Alur Pola Pikir Induktif 9


Gambar 1.2 Kerangka Penelitian 11
Gambar 1.3 Model Analisis Interaktif Data 17
Gambar 2.1 Skema Klasifikasi Penataan Ruang 30
Gambar 2.2 Tugas dan Wewenang Pemerintahan dalam Penataan
Ruang 32
Gambar 2.3 Penyelenggaraan Penataan Ruang 33
Gambar 2.4 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 36
Gambar 2.5 Koordinasi Antartingkat Perencanaan 48
Gambar 2.6 Proses Penyusunan dan Penetapan RPJPD 50
Gambar 2.7 Penyusunan dan Penetapan RPJMD 51
Gambar 2.8 Penyusunan dan Penetapan RKPD 52
Gambar 3.1 Proses Penyusunan RPJM Kota Surakarta 2005-2010 57
Gambar 3.2 Peta Rencana Pembagian Wilayah Kota 63
Gambar 3.3 Peta Rencana Sebaran Fasilitas Pendidikan 66
Gambar 3.4 Peta Rencana Sebaran Fasilitas Kesehatan 67
Gambar 3.5 Peta Rencana Sebaran Fasilitas Perdagangan 68
Gambar 3.6 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih 72
Gambar 3.7 Peta Rencana Jaringan Drainase Utama Kota 73
Gambar 3.8 Peta Rencana Sebaran Tempat Pembuangan Sampah 75
Gambar 3.9 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Jalan 79
Gambar 3.10 Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang 88
Gambar 4.1 Usulan Proses Penyusunan RPJMD 115
Gambar 4.2 Proses Perumusan Visi dan Misi Penataan Ruang Kota
Surakarta (Dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-
2026) 117

xiv
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Interview Guides (Pedoman Wawancara) 145


Lampiran 2 Hasil Interview pada Kepala BAPPEDA Kota Surakarta 147
Lampiran 3 Hasil Interview pada Kepala Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta 149
Lampiran 4 Hasil Interview pada Kepala Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta 150
Lampiran 5 Hasil Interview pada Kepala Kecamatan Pasarkliwon
Kota Surakarta 151
Lampiran 6 Hasil Interview pada Kepala Kecamatan Jebres Kota
Surakarta 152
Lampiran 7 Hasil Interview pada Kepala Kecamatan Serengan Kota
Surakarta 153

xv
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

BAB 1
PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan akan diuraikan mengenai latar belakang


masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metode penelitian serta
sistematika pembahasan dalam proses penyusunan tugas akhir ini.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengertian kinerja biasanya digunakan untuk mengukur capaian kerja
pada suatu individu, organisasi atau lembaga dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai dengan visi dan misi organisasi atau lembaga tersebut. Apabila
dihadapkan pada dimensi non keorganisasian atau kelembagaan, dengan tanpa
menghilangkan makna yang tersirat, khususnya pada produk suatu rencana,
kinerja dapat pula diartikan sebagai capaian fungsi dan manfaat produk rencana
dalam merealisasikan rencana yang telah dirumuskan sehingga dapat menjadi
pedoman dan acuan dalam pembangunan suatu wilayah.
Dewasa ini, dinamika pembangunan terjadi sangat pesat menuntut
pemerintah untuk membuat tindakan antisipasi akan perubahan yang berjalan
serta dampak yang akan mengikutinya. Disini peran perencanaan sangat
diperlukan untuk menciptakan kondisi yang seimbang dan berkesinambungan
antara kebutuhan dan ketersediaan yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat menuju tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan memiliki makna untuk
mewujudkan kondisi yang lebih baik di masa depan dengan memperhatikan
kecenderungan dan dinamika perkembangan yang ada di masa lalu dan masa kini.
Dalam perencanaan terdapat unsur-unsur yang diperhatikan yang meliputi unsur
keinginan, cita-cita; unsur tujuan dan motivasi; unsur sumber daya (alam,
manusia, modal dan informasi) unsur upaya hasil guna dan daya guna; serta unsur
ruang dan waktu (Sujarto, 1995). Dengan memperhatikan unsur-unsur yang terkait
dalam aspek perencanaan tersebut, diharapkan hasil proyeksi dan peramalan ke
depan dapat lebih bersifat komprehensif, obyektif, efisien dan efektif.
Sistem perencanaan yang berlaku di Indonesia saat ini dapat dikelompokkan
ke dalam dua jenis sistem perencanaan, yaitu Perencanaan Pembangunan Nasional

1
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Perencanaan keruangan yang
dikenal melalui Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(PR). Perencanaan pembangunan merupakan rangkaian kegiatan pembangunan demi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang meliputi seluruh aspek/sektor
kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masa kini serta tidak mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Pada dimensi perencanaan pembangunan daerah, yang merupakan bagian
integral dari perencanaan pembangunan nasional, memiliki tujuan untuk
mencapai sasaran pembangunan nasional serta untuk meningkatkan hasil-hasil
pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata. Perencanaan
pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing dengan
mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah.
Perencanaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki
masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
(Termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah).
Pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah seharusnya
memperhatikan penataan ruang, karena menjadi arahan dan batasan dalam
kegiatan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah masih
sering dilakukan tanpa mengikuti rencana tata ruang sehingga tidak
mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan memperhatikan kerentanan
wilayah terhadap terjadinya bencana alam. Rencana pembangunan yang semula
diharapkan dalam jangka panjang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
daerah atau wilayah namun banyak yang tidak tercapai dikarenakan tidak adanya
dukungan dari sumber daya alam dan daya dukung lingkungan demi terwujudnya
kegiatan pembangunan daerah. Pemanfaatan ruang seharusnya dilaksanakan
dengan pengelolaan kegiatan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan
antara pemanfaatan, keberlanjutan, ketersediaan, keberadaan dan kegunaan
2
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

sumber daya alam serta lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya
dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan masa kini tanpa mengurangi
peluang perkembangan di masa depan.
Rencana tata ruang merupakan wujud penataan ruang yang berisi tentang
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan
ruang semestinya digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan
di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat
dilaksanakan secara sinergis, serasi dan berkelanjutan.
Dalam wilayah perkotaan, kebijakan penataan ruang wilayah kota
merupakan arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun
waktu dua puluh (20) tahun. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berupa
arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
wilayah kota sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota melalui
penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kota beserta
pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan kota yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
Indikasi program yang tercantum dalam RTRW Kota ini sebagai
perwujudan pengalokasian peruntukan ruang serta rencana pembangunan yang
memuat arahan-arahan kegiatan pembangunan dalam pengalokasian peruntukan
tersebut. Keselarasan dan sinkronisasi antara dua jenis perencanaan dapat
terwujud melalui perpaduan antara indikasi program yang termuat dalam RTRW
Kota dengan arahan-arahan kegiatan pembangunan yang tercantum dalam rencana
pembangunan daerah sehingga tercapainya penggunaan sumber daya yang
seimbang, efektif, efisien serta berkesinambungan.
Beberapa permasalahan perkotaan yang masih menjadi tantangan dalam
perencanaan, misalnya rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan
koordinasi pembangunan lintas sektor dan wilayah, kesenjangan pembangunan
antardaerah, belum meratanya dukungan infrastruktur, masih banyaknya

3
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan merupakan


dampak akan belum ada keterpaduan rencana antara dua sistem perencanaan.
Kota Surakarta, yang kerap dikenal dengan sebutan Kota Solo, dengan
riwayat perkembangan sebagai kota dagang, dewasa ini mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Para investor gencar menanamkan bisnis properti di wilayah
kota ini karena melirik adanya peluang keuntungan besar yang akan diperoleh.
Pihak pemerintah dengan dalih peningkatan pendapatan daerah terkesan sulit
untuk mengendalikan keinginan pihak swasta tersebut dalam penanaman modal
berupa properti dan fasilitas umum. Diperlukan adanya penataan ruang serta
rencana pembangunan yang tegas demi mendorong peningkatan perekonomian
wilayah, tentunya juga tidak melepas perhatian akan daya dukung lingkungan
serta pemanfaatan ruang demi tercapainya pembangunan yang berorientasi pada
penggunaan sumber daya yang seimbang, efektif, efisien serta berkesinambungan.
Ditinjau dari konstelasi internal-eksternal wilayah, kota Surakarta
menempati lokasi yang strategis. Wilayah ini merupakan muara pusat
pertumbuhan bagi daerah sekitarnya, dituntut akan ketersediaan jaringan dan
fasilitas yang baik demi mengakomodir aktifitas yang notabene tidak hanya
berasal dari internal wilayah namun juga berasal dari daerah sekitarnya seperti
Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Boyolali, Wonogiri dan Klaten. Kota Surakarta
juga mengemban fungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah bahkan
dengan ditetapkannya wilayah ini sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
sehingga dituntut adanya kerja sama antar regional yang efektif.
Untuk mewujudkan fungsi dan manfaat Kota Surakarta serta terjaminnya
pemanfaatan ruang yang seimbang, efektif, efisien dan berkesinambungan
diperlukan suatu perancanaan yang matang sampai tahap implementasi,
monitoring dan evaluasi. Keterpaduan rencana antara RTRW Kota sebagai wujud
penataan ruang dengan Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta sebagai
tools dalam pengendalian pembangunan sangatlah penting dan diperlukan demi
terwujudnya fungsi dan manfaat Kota Surakarta yang optimal.
Beranjak dari permasalahan-permasalahan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan kajian penelitian akan korelasi (hubungan), keterpaduan
4
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

(kesesuaian yang menyatu) serta sinkronisasi (penyerentakan) rencana tata ruang


yang terwujud dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota dan rencana
pembangunan di Kota Surakarta yang mana capaian fungsi dan manfaat rencana
tata ruang tersebut diukur sebagai suatu kinerja sehingga tercipta perencanaan
yang terintegratif (saling terkait dalam satu kesatuan). Topik penelitian ini
kemudian oleh penulis diangkat menjadi sebuah judul penelitian yaitu „Kinerja
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam Pemanfaatan Ruang di Kota
Surakarta‟.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini ialah:
Bagaimana tingkat kinerja RTRW sebagai pedoman dan acuan dalam
pemanfaatan ruang di Kota Surakarta?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Penelitian tentang kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang Kota
Surakarta bertujuan:
1. Menganalisis tingkat keterpaduan rencana tata ruang wilayah dengan
rencana pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota
Surakarta.
2. Menguraikan proses penyusunan rencana demi meninjau sinkronisasi
muatan perencanaan keruangan dengan perencanaan pembangunan di
Kota Surakarta.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dari penelitian ini ialah:
1. Menemukan tingkat kinerja RTRW Kota Surakarta sebagai acuan
koordinasi pembangunan lintas sektor dan wilayah.
2. Menemukan korelasi dan sinkronisasi antara RTRW dengan rencana
pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota Surakarta.
3. Menilai keterpaduan RTRW dan rencana pembangunan sebagai wujud
pemanfaatan ruang di Kota Surakarta.

5
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4. Menemukan rekomendasi format keterpaduan rencana tata ruang dan


rencana pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang.
1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Pendekatan
Pendekatan yang akan ditempuh dalam penelitian ini ialah menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskripif kualitatif yaitu
mendeskripsikan data yang terkumpul kedalam kalimat-kalimat yang memiliki
arti lebih mendalam, karena menggambarkan secara tepat sifat individu, keadaan,
gejala atau kelompok tertentu, guna menentukan frekuensi adanya hubungan
antara satu gejala dengan gejala yang lain. Metode ini juga dapat ditempuh
melalui pendeskripsian data yang telah terkumpul untuk kemudian dibandingkan
demi mencari korelasi yang dapat berupa perbedaan atau persamaan makna yang
tersirat dalam data yang terhimpun guna ditarik sintesisnya berdasar tinjauan
pustaka yang terkait dengan tujuan penelitian.
Creswell yang dikutip oleh Satori (2009: 24) mengemukakan „qualitative
research is an inquiry process of understanding based on distinct methological
traditions of inquiry that explore social or human problem. The researcher builds
a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants,
and conducts the study in natural setting‟. Penelitian kualitatif ialah suatu proses
inquiry tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi metodologis terpisah;
jelas pemeriksaan bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau manusia, peneliti
membangun suatu kompleks, gambaran holistik, meneliti kata-kata, laporan-
laporan memerinci pandangan-pandangan dari penutur asli, dan melakukan studi
di suatu pengaturan yang alami.
Nasir (2001:63) mengungkapkan penelitian deskriptif bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Jenis pendekatan ini dipilih dikarenakan model analisis yang akan
dipakai ialah pola pikir induktif dengan menarik hal-hal yang bersifat khusus dan
bermakna dari suatu hal yang bersifat umum kemudian membandingkan antara
hal-hal khusus tersebut demi mencari korelasi, keterpaduan dan sinkronisasi atas
6
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

RTRW terhadap rencana pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota


Surakarta sehingga tercipta sistem perencanaan yang terintegratif.
Untuk memperoleh penilaian akan capaian fungsi dan manfaat dari
RTRW dalam pemanfaatan ruang, yang mana merupakan produk dari suatu
kegiatan perencanaan yang berupa pedoman dan arahan demi mencapai keinginan
dan cita-cita, tujuan dan motivasi, manajemen sumber daya dalam ruang dan
waktu tertentu khususnya dalam hal penataan ruang (perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang), melalui pola pikir
induktif ditelaah hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja atau capaian fungsi
dan manfaat dari RTRW dalam pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
Dalam rangka mencapai kinerja yang baik, RTRW Kota dapat
bermanfaat dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah
kota, mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah
sekitarnya dan menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.1
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berupa arahan pengembangan
wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai
dengan RTRW Kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program
penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana program
utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. 2 Oleh
karena itu, capaian fungsi dan manfaat RTRW Kota ditentukan oleh aspek
perencanaan tata ruang (rencana struktur dan pola ruang), jangka waktu
perencanaan dan keterpaduan program penataan/pengembangan kota sebagai
mekanisme pra implementasi rencana dengan program/kegiatan pembangunan
kota, kelembagaan penyelenggara (instansi pelaksana) serta penganggaran/sumber
pendanaan dalam perencanaan.

1&2
Termuat Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

7
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Aspek perencanaan tata ruang ditelaah dari kelengkapan substansi


produk rencana dengan substansi dalam pedoman penyusunan rencana tata ruang
wilayah kota yang meliputi rencana struktur dan pola ruang. Jangka waktu
perencanaan dan keterpaduan program penataan/pengembangan kota sebagai
mekanisme pra implementasi rencana dengan program/kegiatan pembangunan
kota ditelaah dari jangka waktu produk rencana tata ruang dan rencana
pembangunan dengan kejelasan waktu pelaksanaannya yang merupakan syarat
utama untuk mencapai ketepatan waktu pelaksanaan; korelasi, keterpaduan dan
sinkronisasi program-program keruangan (penataan/pengembangan) kota sebagai
mekanisme pra implementasi rencana dengan program/kegiatan pembangunan
kota. Kelembagaan penyelenggara ditelaah dari sinkronisasi instansi
penyelenggara program/kegiatan, baik dalam program keruangan
(penataan/pengembangan kota) dengan program/kegiatan pembangunan, melalui
koordinasi yang semestinya dilakukan pada formulasi dan penyusunan rencana,
implementasi dan pada evaluasi serta pendekatan-pendekatan yang digunakan
dalam proses penyusunan rencana. Penganggaran/sumber pendanaan dalam
perencanaan ditelaah dari pemanfaatan sumber-sumber pendanaan: sumber daya
publik, partisipasi masyarakat dan pihak swasta.
Selanjutnya keempat aspek (kelengkapan substansi produk rencana,
jangka waktu perencanaan dan keterpaduan program penataan/pengembangan
kota sebagai mekanisme pra implementasi rencana dengan program/kegiatan
pembangunan kota, kelembagaan penyelenggara, dan penganggaran) yang
menentukan kinerja rencana tata ruang wilayah kota di atas digunakan sebagai
variabel dalam penelitian ini.
Berdasar pada aspek-aspek diatas, maka dapat digambarkan alur pola
pikir induktif tiap variabel guna memperoleh penilaian akan tingkatan kinerja
(capaian fungsi dan manfaat) dari RTRW dalam pemanfaatan ruang seperti
gambar di bawah ini:

8
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Rencana Tata Ruang Rencana


Wilayah Kota Pembangunan Kota

pola pikir induktif

Substansi Jangka Waktu Perencanaan Kelembagaan Penganggaran/


Perencanaan dan Keterpaduan Program Penyelenggara Sumber
Tata Ruang Penataan/Pengembangan (Instansi Pendanaan
(Rencana Kota sebagai Mekanisme Pelaksana) dalam
Struktur dan Pra Implementasi Rencana Perencanaan
Pola Ruang) dengan Program/Kegiatan
Pembangunan Kota)
pola pikir induktif

Tingkatan Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan


Ruang di Kota Surakarta

Gambar 1.1
Skema Alur Pola Pikir Induktif Tiap Variabel dalam Penelitian

1.4.2 Lingkup Penelitian


1.4.2.1 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah yang diambil dalam penelitian ini ialah Kota Surakarta
Provinsi Jawa Tengah dengan batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Karanganyar.
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo.
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan Boyolali.
1.4.2.2 Lingkup Studi
Lingkup studi yang diambil dalam penelitian ini ialah mengenai kinerja
dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota dalam pemanfaatan ruang di
Kota Surakarta. Fokus kajian dalam penelitian ini ialah menganalisis seberapa
tinggi dokumen RTRW Kota Surakarta sebagai produk rencana dari sistem
perencanaan keruangan untuk diacu dan dipedomani dalam pemanfaatan ruang
yang diindikasikan dengan adanya beberapa program sektoral yang terdapat dalam
dokumen rencana pembangunan di Kota Surakarta sebagai produk dari sistem
9
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

perencanaan pembangunan maupun alokasi peruntukan ruang untuk realisasi


kegiatan pembangunan tersebut. Dalam penataan ruang, proses ini terdapat dalam
perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang, tidak sampai pada proses
pengendalian pemanfaatan ruang (mencapai tertib tata ruang) karena kajian yang
diambil hanya sebatas sampai proses pemanfaatan ruang. Indikasi program
sektoral akan diperoleh dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), tidak meninjau dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) karena sampai saat ini di Kota Surakarta belum
diterbitkan dokumen RPJPD.
Sebagai suatu kinerja yang efektif, dituntut adanya korelasi, keterpaduan
dan sinkronisasi antara sistem perencanaan keruangan dengan sistem perencanaan
pembangunan, yakni dengan menganalisis dan menilai tingkat keterpaduan,
korelasi dan sinkronisasi RTRW Kota Surakarta dengan rencana pembangunan
sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota Surakarta.
1.4.3 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian disusun dalam rangka untuk mendesain pelaksanaan
penelitian mulai dari penemuan masalah sampai hasil yang diharapkan. Hal ini
dimaksudkan untuk menentukan paradigma sebagai alat untuk menguraikan alur
pelaksanaan penelitian serta kaidah yang digunakan selama proses penelitian
hingga penemuan solusi akan permasalahan yang diungkap.
Dengan demikian penelitian memerlukan paradigma yang jelas seperti
yang dikatakan Huntington yang dikutip Satori (2009: 9) bahwa paradigma dalam
penelitian menjadi „peta‟ yaitu simplifikasi yang perlu sehingga kita tahu dimana
kita sedang berada, dan kemana kita harus melangkah.
Dalam sebuah desain penelitian paradigma merupakan "Statement of a
theoretical perspective that will guide the inquiry", paradigma menjadi rujukan
yang memandu suatu penelitian, paradigma dapat berupa conceptual framework
atau kerangka konseptual yang menjadi titik tolak penelitian. Paradigma
penelitian dapat berupa a representation, a model of a theory, an idea, or a
principle atau suatu gambaran, model teori, gagasan, atau prinsip (Satori, 2009:
9).
Dengan demikian, dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menyusun
kerangka penelitian seperti gambar di bawah ini:
10
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

LATAR BELAKANG
 Penjabaran Judul PERENCANAAN TINJAUAN RENCANA PEMBAHASAN KINERJA KESIMPULAN
 Definisi Perencanaan TATA RUANG RENCANA TATA RUANG DAN
 Prinsip dan tujuan perencanaan pembangunan
 Unsur-unsur WILAYAH WILAYAH (RTRW) DALAM
 Prinsip dan tujuan rencana tata ruang REKOMENDASI
Perencanaan DAN RENCANA PEMANFAATAN RUANG DI
 Keterkaitan rencana pembangunan dan rencana
 Sifat Perencanaan PEMBANGUNAN KOTA KOTA SURAKARTA
tata ruang Menarik
 Problematika umum dalam daerah/kota SURAKARTA
 Telaah Proses Penyusunan kesimpulan dan
 Problematika Kota Solo merumuskan
 Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang
Rencana Keruangan Wilayah (RTRW) dan rekomendasi
RUMUSAN MASALAH PENATAAN RUANG PEMBANGUNAN dan Rencana Rencana Pembangunan terkait kinerja
Bagaimana tingkat kinerja RTRW sebagai pedoman  Tata Ruang  Aspek Pembangunan Kota Surakarta RTRW dalam
dan acuan dalam pemanfaatan ruang di Kota  Tugas dan Perencanaan  Rencana Tata Ruang  Telaah Muatan dan pemanfaatan
Surakarta? Wewenang Pelaku Pembangunan Wilayah Kota Arahan RTRW Kota
ruang
Penataan Ruang  Proses Surakarta Surakarta
 Penyelenggaraan Perencanaan  Rencana  Telaah Keterpaduan
TUJUAN Penataan Ruang Pembangunan Pembangunan Kota Mekanisme Pra
1. Menganalisis tingkat keterpaduan rencana tata  Koordinasi Surakarta Implementasi Rencana
ruang wilayah dengan rencana pembangunan Perencanaan  Hasil Interview Pada dalam RTRW dan Rencana
sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota RTRW KOTA
dan Informan Pembangunan di Kota
Surakarta.  Kedudukan RTRW
Penganggaran Surakarta
2. Menguraikan proses penyusunan rencana demi Kota dalam Sistem
Penataan Ruang  Prinsip  Telaah Kelembagaan
meninjau sinkronisasi muatan perencanaan Perencanaan Penyusun Perencanaan
keruangan dengan perencanaan pembangunan. dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Keruangan dan
Pembangunan Daerah Perencanaan
SASARAN Nasional Pembangunan
1. Menemukan tingkat kinerja RTRW Kota Surakarta  Fungsi RTRW  Telaah Indikasi
RENCANA
sebagai acuan koordinasi pembangunan lintas Kota Penganggaran dalam
PEMBANGUNAN
sektor dan wilayah. Perencanaan
 Manfaat RTRW DAERAH
2. Menemukan korelasi dan sinkronisasi antara Kota  Sintesis Tingkatan Kinerja
 Dokumen
RTRW dengan rencana pembangunan sebagai RTRW dalam Pemanfaatan
 Arahan Rencana
wujud pemanfaatan ruang di Kota Surakarta. Ruang di Kota Surakarta
Pemanfaatan Pembangunan
3. Menilai keterpaduan RTRW dan rencana Ruang Wilayah Daerah (RPJPD,
pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang Kota RPJMD, RKPD)
di Kota Surakarta.
4. Menemukan rekomendasi format keterpaduan
rencana tata ruang dan rencana pembangunan
sebagai wujud pemanfaatan ruang.
Tinjauan Pustaka akan Kinerja Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam
METODE PENELITIAN
Pemanfaatan Ruang
 Pendekatan Penelitian
 Lingkup Penelitian
 Kerangka Penelitian
 Sumber Data TINJAUAN PUSTAKA DATA PEMBAHASAN PENUTUP
 Teknik Pengumpulan Data
 Teknik Analisis Data
 Variabel dan Instrumen Penelitian

PENDAHULUAN Gambar 1.2


Kerangka Penelitian

11
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

1.4.4 Sumber Data


Ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber data dalam
pelaksanaan penelitian akan turut menentukan kredibilitas, transferabilitas dan
konfirmabilitas data sebagai bahan mentah dalam proses penelitian. Menurut
Lofland yang dikutip oleh Moleong (2007: 157) mengatakan bahwa:
“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini sumber data yang akan dieksplorasi
meliputi:
1. Informan
Informan adalah orang-dalam pada latar penelitian. Fungsinya untuk
memberikan informasi secara obyektif tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Seorang informan harus mempunyai banyak pengetahuan dan
pengalaman akan latar penelitian. Seorang informan harus jujur, taat pada janji,
patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu
kelompok yang mempunyai konflik dalam latar penelitian dan mempunyai
pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.
Di samping itu manfaat informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu
yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling
internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau
membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya. Dengan
demikian, informasi yang diperoleh dari informan sebagai pihak yang secara
langsung terkait dalam latar penelitian dapat memberikan informasi atau data
melalui sudut pandang yang obyektif mengungkap realita peristiwa yang telah
terjadi.
Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah Kepala Kantor Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Surakarta atau yang
mewakili sebagai pihak yang menyusun dokumen perencanaan serta terlibat
secara langsung atau tidak langsung dalam proses penyusunan RTRW dan
rencana pembangunan Kota Surakarta.

12
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2. Dokumen dan Arsip


Dokumen dalam penelitian merupakan sumber data yang penting,
walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata atau tindakan merupakan
sumber kedua, jelas hal itu tidak diabaikan karena dalam banyak hal dokumen
sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan. Moleong (2007: 159) mengungkapkan “Dilihat dari segi
sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi
atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi”.
Dalam penelitian ini, dokumen dan arsip yang dibutuhkan ialah berupa
dokumen RTRW Kota Surakarta dan dokumen rencana pembangunan Kota
Surakarta.
1.4.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan metode yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian dengan menggunakan teknik
tertentu. Untuk dapat memecahkan permasalahan dengan tuntas dalam
melaksanakan penelitian secara kualitatif diperlukan data yang credibel
(dimungkinkan untuk dapat dipercaya), transferable (dapat ditransfer pada orang
lain), dan confirmable (dapat dikonfirmasi kebenarannya). Adapun teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.4.5.1 Interview (Wawancara)
Sudjana yang dikutip oleh Satori (2009: 130) menyebutkan bahwa
wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka
antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab
(interviewee).
Begitu pula yang diungkapkan Esterberg dalam kutipan Satori (2009:
130), menjelaskan bahwa interview, a meeting of two persons to exchange
information and idea through question and responses, resulting in communication
and joint construction of meaning about a particular topic. (Wawancara

13
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

merupakan suatu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu).
Wawancara juga dapat dimaknai sebagai suatu teknik pengumpulan data
yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang digali dari sumber data
melalui percakapan atau diskusi tanya jawab. Sifat dari wawancara ini ialah
mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari
informan.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan wawancara semi
standar (semistandardized interview). Pendekatan ini menggunakan petunjuk
umum wawancara yang merupakan kombinasi wawancara terpimpin dan tak
terpimpin yang menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan yang akan diajukan,
yaitu penulis membuat garis besar pokok-pokok pembicaraan, mengajukan
pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu
dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi
dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya.
1.4.5.2 Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang juga berperan besar dalam penelitian
kualitatif naturalistik adalah dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya
dokumen yang berasal dari bahasa Latin yaitu docere, yang berarti mengajar.
Dalam bahasa Inggris disebut document yaitu "something written or printed, to be
used as a record or evidence", (A.S Hornby dalam kutipan Satori, 2009: 146) atau
sesuatu tertulis atau dicetak untuk digunakan sebagai suatu catatan atau bukti.
Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human
resources). Nasution dalam kutipan Satori, (2009: 146), menyebutkan bahwa: "...
ada pula sumber non manusia, (non human resources), diantaranya dokumen,
foto, dan bahan statistik." Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai cacatan
kejadian yang sudah lampau. Tentang hal ini McMillan dan Schumacher dalam
kutipan Satori (2009: 147) menjelaskan bahwa:
“Document are record of past events that are written or printed; they
may be anecdotal notes, letters, diaries, and documents. Official
documents include internal papers, communications to various

14
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

publics, student and personnel files, program description, and


institusional statistical data.”
Secara bebas dapat diterjemahkan bahwa dokumen merupakan rekaman
kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdotal, surat,
buku harian dan dokumen-dokumen. Dokumen kantor termasuk lembaran
internal, komunikasi bagi publik yang beragam, file siswa dan pegawai, deskripsi
program dan data statistik pengajaran.
Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang
diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga
dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
(Satori, 2009: 149)
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi dimaksudkan demi memperoleh
dokumen RTRW dan dokumen rencana pembangunan sebagai wujud
pemanfaatan ruang yang kemudian ditelaah nilai tingkatan kinerja RTRW dalam
pemanfaatan ruang di Kota Surakarta.
1.4.5.3 Trianggulasi Data (Peer Debriefing)
Trianggulasi merupakan proses pengecekan data yang telah terhimpun
dari berbagai macam sumber dengan beberapa cara dan waktu. Trianggulasi yang
digunakan dalam penelitian ini ialah trianggulasi teknik, yaitu mengecek
kredibilitas data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
1.4.6 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Bilklen dalam Moleong (2007: 248)
mengemukakan bahwa:
“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang akan dicari kepada orang
lain”.

Analisis data adalah proses urut-urutan data dengan mengorganisasikan


ke dalam suatu pola, kategori dan satuan urutan uraian dasar. Sutopo (2002: 94)
menyebutkan :

15
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

“Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen


pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan”.

Proses analisis ditempuh melalui 4 (empat) tahapan besar, yakni mulai


dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data sampai penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Teknik analisis ini dikenal dengan model analisis interaktif.
Penjelasan akan tiap tahapan dalam model analisis interaktif ialah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Bentuk data kualitatif ialah berupa kata-kata, kalimat, tabulasi deskriptif,
narasi diluar data numerik. Data ini diperoleh melalui wawancara dan studi
dokumentasi yang kemudian dicek kredibilitas data dengan trianggulasi teknik
sehingga terhimpun data yang matang sebagai bahan analisis.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi peringkasan, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data dari field note. Sutopo (2002: 92)
berpendapat:
“Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal
yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga
simpulan penelitian dapat dilakukan”.

3. Penyajian Data
Penyajian data atau display data merupakan penyusunan sekumpulan
informasi yang diperoleh dari penelitian yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan data. Sajian data dilakukan
dengan mengorganisasikan informasi secara logis dan sistematis serta
mendeskripsikan kedalam bentuk narasi sehingga mudah dibaca dan dipahami
untuk selanjutnya memungkinkan penulis membuat analisis data dan
melakukan penarikan kesimpulan.
4. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Data yang diperoleh penulis di lapangan mulai dilakukan penarikan
kesimpulan sementara sejak penelitian dimulai, untuk itu perlu dicari pola,
tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya.
Kesimpulan yang diperoleh mula-mula diragukan, akan tetapi dengan
bertambahnya data baik dari wawancara, pengamatan, dan dokumen

16
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

kesimpulan akan menjadi lebih kuat. Kesimpulan dibuat lebih mantap dan
dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu dilakukan verifikasi terlebih dahulu.
Verifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan kembali dengan tujuan
pemantapan kesimpulan dengan cara penelusuran kembali data dengan cepat
sehingga penelitian dapat mengubah kesimpulan sementara yang telah dibuat
menjadi kesimpulan akhir yang lebih credible. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam bagan berikut:

Pengumpulan
Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/
Verifikasi

Gambar 1.3
Model Analisis Interaktif Data
(Sumber: Sutopo, 2002)

Berdasarkan gambar di atas, maka proses analisis diawali sejak kegiatan


pengumpulan data. Setelah memperoleh data dari lapangan maka penulis
segera melakukan reduksi data dan penyajian data. Pasca penyajian data dapat
dilakukan penarikan suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan juga dilakukan
melalui pendekatan paradigma naturalistik (the naturalistic method of inquiry),
yang mana peneliti dapat membangun asumsi-asumsi, argumen-argumen serta
pertimbangan saat menarik sintesis hasil pengumpulan data.
Kesimpulan yang telah dibuat dapat kembali dilakukan verifikasi untuk
lebih menyempurnakan hasil penelitian sehingga diperoleh kesimpulan yang
credible, transferable dan confirmable.
Penarikan kesimpulan dilakukan melalui teknik komparatif data dengan
metode check list, meninjau data-data yang telah direduksi menurut variabel
yang sudah ditentukan dan disajikan dengan menggunakan ilustrasi matrik
seperti di bawah ini:

17
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Tabel 1.1
Ilustrasi Matriks Komparatif Rencana Keruangan dan Rencana Pembangunan

Rencana Keruangan Rencana Pembangunan Keterpaduan


RTRW Kota Surakarta Rencana
Arah Kebijakan Agenda Prioritas Instansi
No Keruangan dan
Loka PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 Pembangunan Jangka Pembangunan Dan Pelaksana
Program Utama Rencana
si x1-x5 x5-x10 x10-x15 x15-x20 Panjang Program-Program
Pembangunan
A Perwujudan Struktur Ruang Diisi dengan
1 Perwujudan pusat-pusat pelayanan menggunakan
1.1 Pusat pelayanan check list akan
kota korelasi dan
1.2 Sub pusat sinkronisasi
pelayanan kota program
1.3 Pusat perwujudan
lingkungan ruang, arah
2 Perwujudan sistem prasarana kebijakan, dan
Sistem prasarana utama agenda prioritas
2.1 Sistem jaringan pembangunan
transportasi
darat
2.2 Sistem jaringan
transportasi
udara
Sistem prasarana lainnya
2.3 Sistem jaringan
energi/
kelistrikan
2.4 Sistem jaringan
telekomunikasi
2.5 Sistem jaringan
sumber daya air
kota
Infrastuktur perkotaan

18
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.6 Sistem
penyediaan air
minum kota
2.7 Sistem
penyediaan air
limbah kota
2.8 Sistem
persampahan
kota
2.9 Sistem drainase
kota
2.10 Penyediaan
sarana dan
prasarana
pedestrian
2.11 Jalur evakuasi
bencana
2.12 Penyediaan dan
pemanfaatan
sarana dan
prasarana
lainnya
B Perwujudan Pola Ruang
1 Perwujudan kawasan lindung
1.1 Hutan lindung
1.2 Kawasan
resapan air
1.3 Kawasan
perlindungan
setempat
1.4 Ruang terbuka
hijau (RTH)
kota
1.5 Kawasan suaka
alam dan cagar

19
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

budaya
1.6 Kawasan rawan
bencana alam
1.7 Kawasan
lindung lainnya
2 Perwujudan kawasan budidaya
2.1 Kawasan
perumahan
2.2 Kawasan
perdagangan
dan jasa
2.3 Kawasan
perkantoran
2.4 Kawasan
industri
2.5 Kawasan
pariwisata
2.6 Kawasan non
ruang terbuka
hijau
2.7 Kawasan ruang
evakuasi
bencana
2.8 Kawasan
peruntukan
ruang bagi
sektor informal
2.9 Kawasan
peruntukan
lainnya
C Perwujudan Kawasan Strategis Kota
1 Kawasan berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan kawasan
strategis provinsi
1.1 ...
2 Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi

20
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.1 ...
3 Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya
3.1 ...
4 Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi
4.1 ...
5 Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya lingkungan
5.1 ...
6 Kawasan strategis dari kepentingan pembangunan wilayah dan kota
6.1 ...
Sumber: Olahan Pedoman Penyusunan RTRW Kota dan Panduan Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah

21
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

1.4.7 Instrumen Penelitian


Variabel dalam penelitian merupakan objek dari penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Pemahaman akan variabel serta
menjabarkannya pada variabel yang lebih rinci (sub variabel) merupakan syarat
mutlak dalam penelitian. Memecah-mecah variabel menjadi sub variabel dikenal
dengan kategorisasi, yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang
harus dikumpulkan. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator
variabel.
Kategori, indikator, sub variabel akan dijadikan pedoman dalam
penyusunan instrumen, pengumpulan data dan kelanjutan dari langkah penelitian.
Kemudian dari beberapa variabel dan indikator ini dipakai sebagai dasar untuk
penentuan tingkat kinerja dari RTRW terhadap rencana pembangunan sebagai
wujud dalam pemanfaatan ruang di Kota Surakarta. Penentuan kriteria penilaian
tingkatan kinerja dikelompokkan menjadi tiga (3); yakni baik, cukup dan buruk.
Pengelompokan menjadi tiga (3) tingkatan kinerja berdasar pada sudut pandang
penulis melalui paradigma naturalistik serta beberapa pengetahuan penulis akan
realita atau kecenderungan yang terjadi dalam pembangunan daerah. Belum ada
tata baku atau norma terkait metode penilaian akan kinerja RTRW dalam
pemanfaatan ruang, maka dari itu dalam penelitian ini penulis membangun tiga
(3) skala penilaian secara deskriptif kualitatif guna menilai kriteria/aspek yang
mempengaruhi kinerja. Tiap kriteria/aspek dalam penilaian saling berkaitan dan
menunjukkan korelasi yang seiring. Masing-masing tingkatan memiliki penilaian
secara deskriptif kualitatif yang berbeda pada tiap kriteria. Penilaian yang
ditetapkan pada tiap kriteria di masing-masing jenjang skala tingkatan kinerja
dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2
Tingkatan Kinerja dan Kriteria Penilaian
No Tingkatan Kinerja Kriteria Penilaian
1 Baik  Kelengkapan muatan dokumen rencana sesuai
karakteristik wilayah → (76-100)% lengkap
 Kelembagaan penyusun rencana → terlibat secara utuh
dan memperhatikan arahan tata ruang
 Mekanisme praimplementasi rencana/program/kegiatan
→ terpadu secara utuh dan menyeluruh dengan

22
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

kejelasan unit pelaksana teknis


 Penganggaran → penganggaran mengacu pada
kebutuhan perencanaan, memanfaatkan segala sumber
pendanaan yang dapat diraih dalam kota
2 Cukup  Kelengkapan muatan dokumen rencana sesuai
karakteristik wilayah → (51-75)% lengkap
 Kelembagaan penyusun rencana → tidak terlibat secara
utuh dan kurang memperhatikan arahan tata ruang
 Mekanisme pra implementasi rencana/program/kegiatan
→ kurang terpadu secara utuh dan menyeluruh dengan
ketidakjelasan unit pelaksana teknis
 Penganggaran → penganggaran kurang mengacu pada
kebutuhan perencanaan, kurang memanfaatkan segala
sumber pendanaan yang dapat diraih dalam kota
3 Buruk  Kelengkapan muatan dokumen rencana sesuai
karakteristik wilayah → (0-50)% lengkap
 Kelembagaan penyusun rencana → tidak terlibat secara
utuh dan tidak memperhatikan arahan tata ruang
 Mekanisme praimplementasi rencana/program/kegiatan
→ tidak terpadu secara utuh dan menyeluruh serta tidak
ada kejelasan unit pelaksana teknis
 Penganggaran → penganggaran tidak mengacu pada
kebutuhan perencanaan, tidak memanfaatkan segala
sumber pendanaan yang dapat diraih dalam kota (hanya
bersumber pada pemerintah)
Sumber: Kaidah-kaidah Perencanaan Wilayah dan Kota, 2010
Prosentase mengenai kelengkapan muatan dokumen rencana tata ruang
wilayah ditentukan berdasarkan kecenderungan hasil eksplorasi informasi
terhadap peninjauan kembali RTRW yang terjadi di berbagai daerah.
Hasil pembahasan/telaah penilaian pada tiap kriteria akan
menunjukkan/mengidentifikasikan pada salah satu tingkatan kinerja di atas, hal ini
disebabkan skala pengukuran yang digunakan ialah antara rentang batas optimal
(baik) sampai batas minimum (buruk) dan sifat dari kriteria-kriteria yang saling
terkait serta seiring sehingga hasil pembahasan/telaah penilaian pada tiap kriteria
akan tercakup pada skala pengukuran ini.
Berpijak dari pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan data sampai
teknik analisis data serta penentuan kriteria-kriteria penilaian di atas, maka
disusun sebuah instrumen penelitian sebagai berikut:

23
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Tabel 1.3
Instrumen Penelitian
Teknik
Teknik Penarikan
No Variabel Sub Variabel (Indikator) Sumber Data Analisis
Pengumpulan Data Kesimpulan
Data
1 Kelengkapan  Konten dokumen RTRW Kota  Dokumentasi  Studi
muatan Surakarta atau arsip Dokumentasi
dokumen  Program-program indikasi
rencana sesuai pemanfaatan ruang
karakteristik  Program-program sektoral Pengukuran
wilayah pembangunan tingkat kinerja
2 Mekanisme pra  Keterpaduan pelaksanaan program  Informan  Interview dengan
implementasi  Program- program instansi pelaksana  Dokumentasi  Studi pembobotan
Model
rencana/ teknis atau arsip Dokumentasi akan 3 (tiga)
Analisis
program kategorisasi
Interaktif
3 Kelembagaan  Proses dan tahapan dalam  Informan  Interview tingkatan,
penyusun penyusunan rencana keruangan dan  Dokumentasi  Studi yakni baik,
rencana rencana pembangunan atau arsip Dokumentasi cukup dan
 Kejelasan pengelola pembangunan buruk.
4 Penganggaran  Kesesuaian penganggaran dengan  Dokumentasi  Studi
kebutuhan dana perencanaan. atau arsip Dokumentasi
 Pemanfaatan sumber-sumber
pendanaan yang dapat diraih.
Sumber: Analisis, 2010

24
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

1.5 Sistematika Pembahasan


BAB 1 PENDAHULUAN
Memuat latar belakang perlunya penelitian sampai perumusan judul yang
diangkat dalam penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai serta metodologi yang akan digunakan saat pelaksanaan
penelitian hingga akhir.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN TATA RUANG
DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Memuat mengenai tinjauan teori dan pustaka terkait dengan tema dan
topik yang diangkat dalam penelitian sebagai landasan yang akan
dimanfaatkan dalam pembahasan penelitian.
BAB 3 TINJAUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH
(RTRW) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KOTA
SURAKARTA
Memuat hal-hal empiris yang berupa data-data utama dan pendukung
terkait permasalahan dan pembahasan dalam penelitian, yakni meliputi
kinerja, RTRW dan rencana pembangunan di Kota Surakarta.
BAB 4 PEMBAHASAN KINERJA RENCANA TATA RUANG
WILAYAH (RTRW) DALAM PEMANFAATAN RUANG
DI KOTA SURAKARTA
Bab ini menguraikan tentang kajian dan ulasan akan rumusan masalah
penelitian yang ditentukan hingga tercapai tujuan dan sasaran penelitian
dengan menggunakan metode penelitian yang telah dirancang
sebelumnya. Bahasan mencakup mengenai telaah/kajian/analisis akan
keterpaduan rencana tata ruang dan rencana pembangunan sebagai wujud
pemanfaatan ruang di Kota Surakarta.
BAB 5 PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik berdasar sintesis yang telah
dirumuskan sebagai hasil pembahasan serta pengusulan rekomendasi
akan tema dan topik yang diangkat, yakni rekomendasi akan kinerja
RTRW dalam pemanfaatan ruang.

25
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN TATA RUANG DAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan beberapa pustaka atau teori dan
norma yang terkait dengan persoalan kinerja, perencanaan tata ruang dan
perencanaan pembangunan.
2.1 Definisi Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu hasil rangkaian kerja untuk
merumuskan sesuatu yang didasari oleh suatu pola tindakan yang defenitif, yang
menurut pertimbangan secara sistematis akan membawa keuntungan tetapi
dengan anggapan bahwa akan ada tindakan-tindakan selanjutnya yang akan
merupakan rangkaian kegiatan sistematis lainnya (Sujarto, 1995). Dengan kata
lain, tindakan yang semula dirumuskan, masih bersifat terbuka bagi
kemungkinan adanya pilihan cara tindakan lain dan bahkan tindakan yang telah
dirumuskan semula, masih mungkin disesuaikan apabila dianggap kurang
menguntungkan pada saat tertentu lainnya.
Widodo (2006: 2) menyebutkan bahwa pada hakekatnya, perencanaan
merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang
bersifat akumulatif. Artinya perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal
dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa
sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Salah satu peran perencanaan
adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang
ingin dicapai disamping sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan yang
dilakukan.
Perencanaan kemudian diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh sebuah
institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan
di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan
kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Artinya dalam sebuah proses
perencanaan, lembaga perencana wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya,
ekonomi, keamanan, kondisi fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang

26
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

ada di wilayah tersebut (Widodo, 2006: 3).


Rencana adalah produk dari suatu kegiatan perencanaan yang
merupakan pedoman dan arahan untuk mencapai keinginan atau cita-cita yang
sasaran dan jangkauannya telah didefinisikan terlebih dahulu.
2.1.1 Unsur-Unsur Perencanaan
Arti dan makna planning tergantung pada sudut pandang dan masalah
yang bersangkutan. Tetapi dari sudut pandang manapun perencanaan (planning)
didefinisikan, terdapat unsur-unsur yang memberikan arti dan makna yang sama
yaitu merumuskan cita-cita dan keinginan yang lebih baik atau lebih
berkembang di masa mendatang. Unsur-unsur yang terkandung dalam
perencanaan adalah (Sujarto, 1995) :
1. Unsur keinginan, cita-cita.
2. Unsur tujuan dan motivasi.
3. Unsur sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi).
4. Unsur upaya hasil guna dan daya guna.
5. Unsur ruang dan waktu.
Perencanaan sebagai upaya mencapai cita-cita masa depan yang lebih
baik, terkandung pula upaya yang didasari suatu peramalan atau ekspektasi.
Perencanaan merupakan proyeksi ke masa depan. Dalam proyeksi ini terkandung
pengertian meningkatkan, memperbesar, memperbaiki atau bahkan memperkecil,
menurunkan dan mengurangi demi tercapainya keadaan yang lebih baik. Upaya
pembesar atau perkecilan ini perlu dilandasi oleh pertimbangan yang obyektif,
efisiensi dan efektif (Sujarto, 1995).
Sholihin (2007) mengungkapkan bahwa manfaat perencanaan ialah sebagai
penuntun arah, minimalisasi ketidakpastian, minimalisasi inefisiensi sumber daya,
serta penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Suatu perencanaan harus
memiliki, mengetahui dan memperhitungkan:
1. Tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan
pemilihan dari berbagai alternatif).
3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.

27
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4. Masalah-masalah yang dihadapi.


5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.
6. Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
7. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.
8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
2.1.2 Sifat Perencanaan
Perencanaan dapat diklasifikasikan kedalam beberapa sistem dan jenis
menurut sifat dan sudut pandangnya, antara lain yaitu (Sholihin, 2007):
1. Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat
nasional, sektoral dan spasial.
2. Perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif dan
parsial.
3. Dalam jangkauan dan hirarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat
daerah.
4. Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang,
menengah, atau jangka pendek.
5. Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah
(top down), dari bawah ke atas (bottom up), atau kedua-duanya.
6. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya, perencanaan
dapat indikatif atau preskriptif.
7. Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif
dan radikal.
8. Produk perencanaan dapat berbentuk rencana (plan), kebijakan, peraturan,
alokasi anggaran, program, atau kegiatan.
2.2 Tata Ruang
Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

28
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan
pola ruang ialah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
Penataan ruang ialah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Terkait dengan kinerja
penataan ruang, perlu diadakan pembinaan penataan ruang, yaitu upaya untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Selanjutnya pemanfaatan ruang berupa upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya. Kemudian untuk perwujudannya dilakukan
pengendalian pemanfaatan ruang yaitu upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Dari proses ini akan dihasilkan suatu rencana tata ruang yang merupakan hasil
perencanaan tata ruang.
Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama
kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Berdasar sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
Berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Berdasar wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota. Berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Berdasarkan nilai
strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan
ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.

29
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Penataan Ruang
Diklasifikasikan Berdasarkan

Sistem
Sistem Wilayah Sistem Internal Perkotaan

Fungsi Utama
Kawasan Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

Wilayah PR Wilayah PR Wilayah PR Wilayah


Administratif Nasional Provinsi Kab./Kota

Kegiatan
Kawasan PR Kawasan Perkotaan PR Kawasan Perdesaan

Nilai Strategis
PR Kawasan PR Kawasan PR Kawasan
Kawasan
Strat. Nasional Strat. Provinsi Strat. Kab./Kota

Gambar 2.1
Skema Klasifikasi Penataan Ruang
(Sumber: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)

2.2.1 Tugas dan Wewenang Pelaku Penataan Ruang


Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, tugas pelaku penataan ruang, khususnya negara ialah menyelenggarakan
penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan
tugas negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan
dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kemudian wewenang pelaku penataan ruang khususnya Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota ialah meliputi:
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

30
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4. Kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.


Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi:
1. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;
2. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
3. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota,
pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan:
1. Penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;
2. Perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
3. Pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
4. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu
pada pedoman bidang penataan ruang dan petunjuk pelaksanaannya. Dalam
pelaksanaan wewenang, pemerintah daerah kabupaten/kota:
1. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan
rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota; dan
2. Melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
Saat pemerintah daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat
mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

31
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Negara TUR, BIN, WAS terhadap:


 Lak PR wilayah Nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota
 Lak PR Kawasan Strategis Nasional, Provinsi,
Negara Kabupaten/Kota
menyelengga- Wewenang
rakan Pemerintah Lak PR wilayah Nasional
penataan
ruang Lak PR Kawasan Strategis Nasional
untuk sebesar- Seorang
besarnya Menteri Kerja sama PR antarnegara dan fasilitasi kerja
kemakmuran sama antarnegara
rakyat

Dalam TUR, BIN, WAS terhadap:


melaksanakan  Lak PR wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota
tugasnya,  Lak PR Kawasan Strategis Provinsi,
negara Kabupaten/Kota
memberikan Wewenang
kewenangan Pemerintah LAK PR wilayah provinsi
penyeleng- Provinsi
garaan LAK PR kawasan strategis provinsi
penataan
ruang kepada Kerja sama PR antarprovinsi dan fasilitasi kerja
Pemerintah sama antarprovinsi
dan
pemerintah
daerah Wewenang
TUR, BIN, WAS terhadap:
Pemerintah  Lak PR wilayah Kabupaten/Kota
Kab./Kota  Lak PR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota

Ket: LAK PR wilayah Kabupaten/Kota


TUR = pengaturan
BIN = pembinaan LAK PR wilayah Kabupaten/Kota
LAK = pelaksanaan
WAS = pengawasan
Kerja sama PR antarkabupaten/Kota
PR = penataan ruang

Gambar 2.2
Tugas dan Wewenang Pemerintahan dalam Penataan Ruang
(Sumber: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)

32
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.2.2 Penyelenggaran Penataan Ruang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

Upaya Upaya untuk Upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui Upaya agar
pembentukan meningkatkan pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan penyelenggaraan
landasan hukum kinerja ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang penataan ruang
bagi penataan ruang dapat diwujudkan
Pemerintah, yang sesuai dengan
pemerintah diselenggarakan oleh Perencanaan Tata Pemanfaatan Pengendalian ketentuan peraturan
daerah, dan pemerintah, Ruang Tata Ruang Pemanfaatan perundang-
masyarakat dalam pemerintah daerah, Ruang undangan
penataan ruang dan masyarakat Suatu proses Upaya untuk Upaya untuk
untuk mewujudkan mewujudkan
menentukan struktur ruang dan tertib tata ruang
Penetapan  Pemerintah struktur ruang pola ruang sesuai  Pemantauan
ketentuan kepada dan pola dengan RTR  Evaluasi
peraturan pemerintah ruang yang melalui  Pelaporan
perundang- daerah dan meliputi penyusunan dan
undangan bidang masyarakat penyusunan pelaksanaan
penataan ruang  Pemerintah dan penetapan program beserta
termasuk pedoman provinsi kepada RTR pembiayaannya
bidang penataan pemerintah Penyusunan Pelaksanaan  Peraturan
ruang kabupaten/kota rencana tata program Zonasi
dan masyarakat ruang pemanfaatan  Perizinan
 Pemerintah ruang beserta  Insentif-
kabupaten/kota pembiayaannya Disinsentif
kepada  Pengenaan
masyarakat Sanksi

Sumber: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Gambar 2.3


tentang Penataan Ruang Penyelenggaraan Penataan Ruang

33
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota


(Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota)

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang
yang bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW
provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota,
rencana struktur ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan
kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Tujuan penataan ruang wilayah kota ditetapkan pemerintah daerah kota
yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang
kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan
pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna
mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berupa arahan pengembangan
wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai
dengan RTRW Kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program
penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana program
utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
2.3.1 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah
yang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hirarki
terdiri atas RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas
nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar

34
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

sector, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan


untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional
dari RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi,
melalui optimasi pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor,
koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan
fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW
provinsi kedalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota
yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan
wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini
selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola ruang
operasional.
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam
rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan
dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga
penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu
dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan
rencana detail tata ruang.
Kawasan strategis adalah kawasan yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Rencana tata ruang kawasan strategis adalah upaya penjabaran rencana
umum tata ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai
dengan aspek utama yang menjadi latar belakang pembentukan kawasan strategis
tersebut. Tingkat kedalaman rencana tata ruang kawasan strategis sepenuhnya
mengikuti luasan fisik serta kedudukannya di dalam sistem administrasi.

35
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Rencana Umum Rencana Rinci

RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR Kaw Strategis Nasional

RPJM Nasional

RTR Kaw Strategis Provinsi


RPJP Provinsi RTRW Provinsi

RPJM Provinsi

RDTR Kabupaten
RTRW Kabupaten
RTR Kaw Strategis
RPJP Kab/Kota Kabupaten

RDTR Kota
RPJM Kab/Kota RTRW Kota
RTR Kaw Strategis Kota

Gambar 2.4
Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
(Sumber: Permen PU Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
RTRW Kota)

Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang


sudah diatur atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada
jenjang di atasnya maupun di bawahnya.
Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu
kawasan terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki
dimensi fisik mengikat dan bersifat operasional. Rencana detail tata ruang
berfungsi sebagai instrumen perwujudan ruang khususnya sebagai acuan dalam
pemberian advise planning dalam pengaturan bangunan setempat dan rencana tata
bangunan dan lingkungan.

36
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.3.2 Fungsi RTRW Kota


Fungsi RTRW Kota adalah sebagai:
1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota;
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kota;
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota;
6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;
7. Acuan dalam administrasi pertanahan.
2.3.3 Manfaat RTRW Kota
Manfaat RTRW Kota adalah untuk:
1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;
2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah
sekitarnya; dan
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.
2.3.4 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan upaya perwujudan
rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama
penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan lima (5) tahunan
sampai akhir tahun perencanaan dua puluh (20) tahun.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berfungsi:
1. Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan kota;
2. Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program;

37
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu lima


(5) tahunan;
4. Sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan untuk setiap jangka
lima (5) tahun; dan
5. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun berdasarkan:
1. Rencana struktur ruang dan pola ruang;
2. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
dan
4. Prioritas pengembangan wilayah kota dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun dengan kriteria:
1. Mendukung perwujudan rencana struktur ruang kota, pola ruang kota
dan pengembangan kawasan strategis kota;
2. Mendukung program utama penataan ruang wilayah nasional dan
provinsi;
3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu
perencanaan;
4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik
dalam jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan
5. Sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program
terpadu pengembangan wilayah kota.
Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kota
meliputi:
1. Usulan Program Utama
Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan
wilayah kota yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama atau
diprioritaskan untuk mewujudkan struktur dan pola ruang wilayah kota sesuai
tujuan penataan ruang wilayah kota.

38
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2. Lokasi
Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
3. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program
utama pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
4. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD provinsi,
APBN, swasta, dan/atau masyarakat.
5. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program utama yang
meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing
pemerintahan), swasta, serta masyarakat.
6. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Usulan indikasi program utama direncanakan dalam kurun waktu
perencanaan dua puluh (20) tahun yang dirinci setiap lima (5) tahunan,
sedangkan masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang
bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan indikasi program utama disesuaikan
dengan pentahapan jangka waktu lima (5) tahunan RPJP Daerah Kota.
Arahan pemanfaatan ruang, sekurang-kurangnya memiliki muatan
sebagai berikut:
1. Perwujudan rencana struktur wilayah kota:
a. Perwujudan pusat pelayanan kegiatan kota; dan
b. Perwujudan sistem jaringan prasarana kota, yang mencakup pula
sistem prasarana nasional dan wilayah/regional dalam wilayah
kota:
1) Perwujudan sistem jaringan transportasi di wilayah kota,
yang meliputi sistem prasarana transportasi darat, udara, dan
air;
2) Perwujudan sistem jaringan sumber daya air;
3) Perwujudan sistem jaringan energi dan kelistrikan;
4) Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;

39
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

5) Perwujudan sistem persampahan, sanitasi dan drainase; dan


6) Perwujudan sistem jaringan lainnya.
2. Perwujudan rencana pola ruang wilayah kota:
a. Perwujudan kawasan lindung; dan
b. Perwujudan kawasan budi daya.
3. Perwujudan kawasan-kawasan strategis kota.
Susunan indikasi program utama tersebut di atas merupakan susunan
minimum yang harus diacu dalam setiap penyusunan arahan pemanfaatan
ruang kota. Tetapi pada masing-masing bagian dapat dijabarkan lebih rinci
sesuai kebutuhan pemanfaatan ruang atau pengembangan kawasan masing-
masing wilayah kota.
Matriks susunan tipikal indikasi program utama dalam penyusunan
RTRW Kota disajikan dalam tabel berikut:

40
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Tabel 2.1
Matrik Susunan Tipikal Indikasi Program Utama dalam Penyusunan RTRW Kota
No Program Utama Lokasi Besaran Waktu Pelaksanaan Sumber Instansi
PJM-1 (x1-x5) PJM-2 (x5-x10) PJM-3 (x10-x15) PJM-4 (x15-x20) Dana Pelaksana
A Perwujudan Struktur Ruang
1 Perwujudan Pusat-pusat Pelayanan
1.1. ...
1.2. ...
2 Perwujudan Sistem Prasarana
1.1. Transportasi
* .............
* .............
1.2. Jar Energi
Listrik
* .............
* .............
1.3. ...............
* .............
* .............
B Perwujudan Pola Ruang
1 Perwujudan Kawasan Lindung
* ....................
* ....................
2 Perwujudan Kawasan Budidaya
* ....................
* ....................
C Perwujudan Kawasan Strategis Kota
1 1.1. .................
* ....................
* ....................
1.2. ..................
Sumber: Permen PU Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota

41
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.4 Pembangunan
Widodo (2006: 4) mendefinisikan pembangunan sebagai upaya
multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di
dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa
mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja.
Menurut Todaro yang dikutip oleh Widodo (2006: 5) proses
pembangunan yang dilakukan haruslah memiliki tiga nilai inti dan tiga tujuan
pembangunan Tiga nilai inti pembangunan adalah:
1. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (sustenance). Semua
individu memiliki kebutuhan dasar yang menyebabkan dia hidup.
Kebutuhan pangan meliputi pangan, sandang, kesehatan dan proteksi.
2. Manusia terhormat (self-esteem). Salah satu komponen universal hidup
adalah harga diri. Semua orang dan masyarakat mencari bentuk dasar
harga diri yang mungkin kemudian disebut: keaslian, identitas,
kehormatan, penghargaan atau kemasyuran.
3. Kebebasan (freedom from servitude). Kebebasan disini dipahami sebagai
kebebasan yang terkait dengan emansipasi, kepedulian, penderitaan dan
lain-lain.
Adapun tujuan dari pembangunan meliputi:
1. Peningkatan standar hidup (levels of living) setiap orang, baik
pendapatannya, tingkat konsumsi pangan, sandang, papan, pelayanan
kesehatan, pendidikan, dll.
2. Penciptaan berbagai kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa
percaya diri (self-esteem) setiap orang.
3. Peningkatan kebebasan (freedom/democracy) setiap orang.
Untuk mencapai tujuan di atas, perlu diupayakan:
1. Mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan
1) Antar daerah
2) Antar sub daerah
3) Antar warga masyarakat (pemerataan dan keadilan).

42
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.


3. Menciptakan atau menambah lapangan kerja.
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah.
5. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar
bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa datang
(berkelanjutan).
2.4.1 Aspek Perencanaan Pembangunan
Widodo (2006: 11) menyebutkan bahwa sebuah perencanaan yang baik
haruslah melibatkan berbagai pihak, termasuk diantaranya adalah masyarakat
yang bermukim di wilayah tersebut, sektor swasta yang menanamkan modalnya di
wilayah bersangkutan dan tentu saja adalah pemerintah yang memiliki otorita di
wilayah tersebut. Dengan keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan dengan
proses pembangunan tersebut, maka rencana pembangunan yang dilakukan akan
dapat dirasakan manfaatnya oleh pihak-pihak terkait.
Sejalan dengan keterlibatan masyarakat serta pihak swasta dalam proses
pembangunan, perencana pembangunan akan menghadapi permasalahan yang
lebih kompleks dalam membuat sebuah rencana yang tepat dan sesuai dengan
kondisi daerah tersebut. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan mengingat
semakin banyak pihak yang terlibat di dalam sebuah kegiatan, maka akan semakin
banyak pula konflik kepentingan yang terjadi di dalamnya. Untuk mengantisipasi
permasalahan yang dapat muncul akibat konflik kepentingan ini serta
menghasilkan rencana pembangunan yang tepat, maka perencana haruslah
memperhatikan beberapa aspek yang penting dalam pembangunan. Adapun aspek
yang menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan adalah (Widodo, 2006:
11):
1. Aspek Lingkungan
Aspek pertama ini merupakan aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh seorang perencana mengingat pembangunan yang akan
dilakukan akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan selanjutnya
pembangunan yang dilakukan pada saat inipun kemudian akan berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan di masa yang akan datang (yang notabene

43
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

merupakan dasar perencanaan pembangunan daerah di masa yang akan


datang). Aspek lingkungan ini mencakup berbagai bidang yang meliputi sosial,
budaya, ekonomi, politik hingga pertahanan dan keamanan.
Selanjutnya, perencanaan yang baik haruslah memperhatikan bidang-
bidang aspek lingkungan yang berada di dalam wilayah pengembangan serta di
luar wilayah pengembangan. Atau dengan kata lain, perencanaan yang baik
harus mampu memotret kondisi lingkungan di daerah tersebut serta kondisi
lingkungan di daerah yang menjadi partner pengembangan ekonomi daerah.
2. Aspek Kekuatan dan Hambatan
Aspek kedua ini merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dengan
aspek lingkungan di atas. Hal ini sangat penting mengingat perencanaan yang
baik akan membutuhkan informasi mengenai segala sesuatu yang dapat
mendukung terlaksananya pembangunan serta berbagai hal yang dapat
menghalangi jalannya pembangunan yang dilakukan. Untuk itu, seorang
perencana harus memiliki gambaran mengenai segala sesuatu yang dimiliki
oleh daerah yang dapat menjadi sumber kekuatan daerah dalam melaksanakan
pembangunan serta kelemahan yang berpotensi untuk menghambat proses
pembangunan.
3. Aspek Badan Perencana Pembangunan Pusat/Daerah
Badan perencanaan pembangunan pusat/daerah merupakan badan
pemerintah yang bertugas untuk membuat rencana pembangunan yang tepat.
Badan ini bertugas untuk melaksanakan koordinasi internal antarinstansi
pemerintah pusat/daerah maupun secara eksternal dengan pihak diluar
pemerintah daerah seperti masyarakat dan pihak swasta dalam melaksanakan
perencanaan serta pembangunan di daerah. Dengan demikian kemampuan
dalam mengkoordinir ini membutuhkan berbagai informasi mengenai peran
dan fungsi yang dimiliki oleh setiap elemen dalam pembangunan yang akan
dilakukan. Artinya, badan perencana membutuhkan informasi mengenai
dirinya sendiri yang berupa peran dan fungsinya dalam pembangunan daerah,
kemampuan yang dimilikinya dalam pengembangan program pembangunan

44
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

serta kemampuannya dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk


melakukan perencanaan daerah.
Disamping itu semua, badan perencana membutuhkan informasi
mengenai peran dan fungsi elemen pendukung pembangunan yang lain seperti
pemahaman masyarakat atas arah dan tujuan pembangunan yang akan
dilaksanakan, kemampuan pihak swasta dalam mendukung proses
pembangunan serta kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh lembaga
keuangan yang berada di daerah tersebut. Dengan memahami "kepribadian"
dari setiap elemen pendukung pembangunan, maka badan perencanapun dapat
membuat rencana pembangunan yang tepat bagi daerah sesuai dengan
kekuatan dan kelemahan serta pendukungnya.
4. Aspek Ruang dan Waktu
Aspek keempat ini hendaknya tidak diartikan sebagai pembatasan bagi
perencana untuk membuat rencana pembangunan hanya pada waktu tertentu
saja. Namun aspek yang dimaksud adalah bagaimana perencana dapat
membuat rencana yang tepat untuk dilaksanakan yang mencakup berbagai
bidang lingkungan seperti sosial, budaya, ekonomi bahkan termasuk di
dalamnya bidang-bidang yang meliputi bidang fisik seperti tata letak, kondisi
tanah hingga kualitas lingkungan dari polusi yang mungkin timbul dari proses
pembangunan yang akan dilakukan atau yang sudah dilakukan.
Ketepatan waktu pelaksanaan yang tepat dengan didasarkan pada kondisi
lingkungan yang dihadapi di daerah menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi
oleh perencana. Selain itu ketepatan pelaksanaan pembangunan dari sisi lokasi
pembangunan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi.
2.4.2 Proses Perencanaan Pembangunan
Proses perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan (Sholihin, 2004):
1. Dilakukan oleh masing-masing tingkat pemerintahan secara:
a. Independen,
b. Integral,
c. Efektif dan efisien,
d. Legitimate

45
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2. Untuk meningkatkan keterpaduan, maka proses perencanaan masing-


masing lingkup pemerintahan meliputi tahapan-tahapan:
a. Penyusunan kebijakan,
b. Perumusan program,
c. Penyusunan pembiayaan,
d. Monitoring dan evaluasi
3. Proses perencanaan ditempuh melalui koordinasi secara bertahap dan
berkesinambungan yang meliputi:
a. Lintas sektor,
b. Lintas daerah,
c. Lintas lembaga,
d. Lintas sumber pembiayaan.
Ada empat pendekatan yang ditempuh dalam proses penyusunan rencana
pembangunan ialah (Sholihin, 2007):
1. Pendekatan Politik, yakni saat pemilihan Presiden/Kepala Daerah
menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice
theory of planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D.
2. Pendekatan Teknokratik, yaitu menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
bertugas untuk itu.
3. Pendekatan Partisipatif, yaitu dilaksanakan dengan melibatkan
stakeholders, antara lain melalui musrenbang.
4. Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up, yaitu dilaksanakan menurut
jenjang pemerintahan.
2.4.3 Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan akan efektif jika terdapat koordinasi yang berintikan pada
proses komunikasi antarlembaga perencanaan dan pelaku yang berkepentingan
baik secara horizontal maupun vertikal (Blakely yang dikutip Widodo, 2006: 48).
Tujuan dilakukannya koordinasi untuk menyamakan pemahaman dan persepsi
tentang substansi kebijakan untuk menyelesaikan masalah tertentu, menyelesaikan

46
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya (resources) pembangunan


(Widodo, 2006: 48).
Selain itu koordinasi juga ditujukan untuk mensinkronkan antara
kebijakan dan rencana tindak pelaksanaan yang dilakukan oleh masing-masing
lembaga atau organisasi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Koordinasi
perencanaan pembangunan dapat dilakukan melalui empat tahapan: (1) koordinasi
proses perencanaan; (2) koordinasi metode perencanaan; (3) koordinasi
antartingkat perencanaan; dan (4) koordinasi usaha-usaha masyarakat (Munir
yang dikutip Widodo, 2006: 48). Koordinasi antartahapan perencanaan
pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Widodo, 2006: 48):
1. Koordinasi pada Formulasi dan Penyusunan Rencana
2. Koordinasi pada Implementasi
3. Koordinasi pada Evaluasi
Widodo (2006: 49) juga berpendapat dalam melaksanakan pembangunan
tidak dapat hanya mengandalkan sumber pembiayaan dari sumber daya publik
atau pemerintah saja. Usaha-usaha swasta harus dimotivasi dan digerakkan dalam
proses pembangunan. Untuk menggerakkan peran serta sektor swasta pemerintah
harus membuat kebijakan yang cermat, yaitu dengan menciptakan peraturan dan
perangsang yang meliputi semua aspek yang dapat mendorong partisipasi swasta.
Peraturan perangsang berupa kebijaksanaan perpajakan, retribusi, subsidi,
kebijaksanaan harga, kebijaksanaan perizinan, dan upah. Sebagai koordinator
pembangunan harus menonjolkan peran sebagai fasilitator dan enterpreneur
karena kemitraan antara masyarakat, swasta, dan pemerintah sangat diperlukan.
Gambar di bawah ini menunjukkan koordinasi antartingkat perencanaan:

47
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

PERENCANAAN MAKRO

Kebutuhan Keunggulan Kebutuhan Kaitan


Sektor Daerah Spasial Regional

Aspek Ruang
PERENCANAAN PERENCANAAN
SEKTORAL REGIONAL
Aspek Produktivitas

PERENCANAAN MIKRO

 Input
 Output
 Outcome
 Benefit
 Impact

Gambar 2.5
Koordinasi Antartingkat Perencanaan
(Sumber: Munir yang dikutip Widodo, 2006: 49)

2.4.4 Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah


Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah disebutkan prinsip perencanaan pembangunan
daerah ialah:
1. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan nasional.
2. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama
para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-
masing.
3. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang
dengan rencana pembangunan daerah.
4. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan
potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika

48
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

perkembangan daerah dan nasional.


2.5 Rencana Pembangunan Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri
dari tiga macam, yakni:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
3. Rencana Pembangunan Tahunan atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP)
Tiap jenis produk rencana tersebut selain memiliki time frame (jangka
waktu) yang berbeda juga memiliki muatan yang berbeda pula. Muatan tiap jenis
rencana tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah. Muatan pada tiap jenis rencana tersebut ialah:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Muatan dari
rencana ini ialah:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi daerah;
c. analisis isu-isu strategis;
d. visi dan misi daerah;
e. arah kebijakan; dan
f. kaidah pelaksanaan.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Muatan dari
rencana ini ialah:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi daerah;
c. gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan;
d. analisis isu-isu strategis;
e. visi, misi, tujuan dan sasaran;
f. strategi dan arah kebijakan;
g. kebijakan umum dan program pembangunan daerah;

49
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

h. indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan


pendanaan;
i. penetapan indikator kinerja daerah; dan
j. pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.
3. Rencana Pembangunan Tahunan atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD). Muatan dari rencana ini ialah:
a. pendahuluan;
b. evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu;
c. rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan;
d. prioritas dan sasaran pembangunan; dan
e. rencana program dan kegiatan prioritas daerah.

Penyusunan Penetapan
Rancangan Musrenbang
Rancangan Rancangan RPJPD
RPJPD RPJPD
Akhir menjadi Perda

Proses  Bahan
Rancangan oleh oleh
Teknokratik Bappeda
oleh Bappeda RPJP DPRD
 Melibatkan
masyarakat

Gambar 2.6
Proses Penyusunan dan Penetapan RPJPD
(Sumber: Sholihin, 2004)

50
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

(1) Visi, Misi, Program Kepala


Daerah Terpilih

Bappeda menyusun rancangan (2)


SKPD menyusun Renstra SKPD
Awal RPJMD
(3)
Program SKPD
1. Visi, Misi Kepala Daerah
2. Strategi Pembangunan
Daerah
3. Kebijakan Umum
4. Kerangka Ekonomi Daerah Bappeda
5. Program SKPD (4) menyelenggarakan
MUSRENBANG RPJMD

(5)

Bappeda menyusun rancangan Penetapan RPJMD


Akhir RPJMD

1. Visi, Misi Kepala Daerah (7)


2. Strategi Pembangunan (6)
Daerah
3. Kebijakan Umum Digunakan sebagai
4. Kerangka Ekonomi Daerah pedoman penyusunan
5. Program SKPD Rancangan RKPD

Gambar 2.7
Penyusunan dan Penetapan RPJMD
(Sumber: Sholihin, 2004)

51
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Bappeda menyusun rancangan SKPD menyusun Renja SKPD


Awal RKPD
Program SKPD
1. Prioritas Pembangunan
Daerah
2. Kebijakan Umum
3. Kerangka Ekonomi Daerah-
Pagu Indikatif
MUSRENBANG
4. Program SKPD
Desa/Kelurahan/Kecamatan

MUSRENBANG Kab/Kota
Rancangan Akhir RKPD
Sinkronisasi Program SKPD
1. Prioritas Pembangunan
Daerah
2. Kebijakan Umum
3. Kerangka Ekonomi Daerah MUSRENBANG Prov Sebagai
4. Program SKPD Wakil Pemerintah Pusat

Penetapan RKPD Bappenas menyelenggarakan


MUSRENBANGNAS
Sebagai pedoman penyusunan
Rancangan APBD Sinkronisasi Program KL/SKPD

Sinkronisasi Program SKPD


Gambar 2.8
Penyusunan dan Penetapan RKPD
(Sumber: Sholihin, 2004)

2.6 Tinjauan Pustaka akan Kinerja Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW) dalam Pemanfaatan Ruang
Hasibuan (2001) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu.
Menurut Mathis dan Jackson terjemahan Sadeli dan Prawira (2001)
menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan karyawan. Cushway (2002) juga mengatakan dalam bahwa kinerja
adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target
yang telah ditentukan.

52
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997) berpendapat kinerja


adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan,
suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja merupakan suatu
kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk
mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang
diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan
negatif dari suatu kebijakan operasional.
Dalam penulisan tugas akhir ini, yang mana kinerja digunakan untuk
mengukur suatu produk dari hasil proses perencanaan berwujud rencana tata
ruang wilayah pada aspek pemanfaatan ruang, kinerja dimaknai dengan suatu
capaian fungsi sebagaimana diungkapkan oleh Witmore, serta manfaat rencana
tata ruang wilayah sebagai hasil dari proses perencanaan penataan ruang dalam
mewujudkan beberapa arahan rencana yang telah ditetapkan.
Arahan rencana yang terdapat dalam rencana tata ruang wilayah dinilai
berdasar pada capaian apa yang akan diwujudkan/diimpelementasikan/dilakukan
menurut rencana serta apa yang tidak diimplementasikan dengan menelaah
keterpaduan rencana yang telah ditetapkan tersebut pada rencana pembangunan
dalam suatu wilayah/daerah. Upaya memadukan antara rencana tata ruang
wilayah dengan rencana pembangunan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kinerjanya, dengan melakukan perbandingan di tataran program sebagai
mekanisme praimplementasi rencana seperti yang dikatakan Cushway yang mana
dinilai pada seseorang/individu.
Perbandingan dilakukan berdasar kesinkronan rencana tata ruang wilayah
terhadap program-program perwujudan ruang (pemanfaatan ruang) dan korelasi
serta keterpaduan pemanfaatan ruang tersebut terhadap program-program
pembangunan dalam wilayah/daerah sebagai suatu sistem perencanaan yang
terintegrasi.
Untuk memperoleh penilaian akan capaian fungsi dan manfaat (kinerja)
dari RTRW dalam pemanfaatan ruang, yang mana merupakan produk dari suatu
kegiatan perencanaan tata ruang yang berupa pedoman dan arahan demi mencapai
keinginan dan cita-cita, tujuan dan motivasi, manajemen sumber daya dalam

53
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

ruang dan waktu tertentu khususnya dalam hal penataan ruang (perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang) perlu
diidentifikasi aspek-aspek yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menentukan kinerja rencana tata ruang wilayah dalam pemanfaatan ruang. Aspek-
aspek ini diidentifikasi dari salah satu proses dalam penataan ruang, yakni
pemanfaatan ruang.
Sebagaimana yang terurai dalam pedoman penyusunan rencana tata
ruang wilayah kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berupa arahan
pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah
kota sesuai dengan RTRW Kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program
penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana program
utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. Kemudian
dari penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kota ini
ditelaah korelasi, sinkronisasi dan keterpaduannya dengan program-program
pembangunan dalam rencana pembangunan daerah/kota.
Fungsi RTRW Kota adalah sebagai:
1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota;
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kota;
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota;
6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;
Sedangkan manfaat dari RTRW Kota adalah untuk:
1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;

54
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah


sekitarnya; dan
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.
Dengan demikian, berdasar akan capaian fungsi dan manfaat dari RTRW
Kota di atas serta mengaitkan dengan muatan dalam arahan pemanfaatan ruang
wilayah kota, penilaian kinerja (capaian fungsi dan manfaat) RTRW dalam
pemanfaatan ruang wilayah kota ditentukan oleh beberapa aspek. Aspek-aspek
tersebut meliputi:
1. Proses perencanaan tata ruang, terkait dengan proses penyusunan rencana
dan kelengkapan subtansi perencanaan serta menelaah sinkronisasi antara
rencana yang telah ditetapkan dengan penjabaran perwujudan program
penataan/pengembangan kota.
2. Jangka waktu perencanaan serta korelasi, sinkronisasi dan keterpaduan
antar program sebagai mekanisme pra implementasi rencana, baik dalam
rangka program penataan/pengembangan wilayah kota maupun dalam
program pembangunan daerah/kota.
3. Kelembagaan penyelenggara penataan ruang dan pembangunan kota.
4. Penganggaran, yang meliputi sumber pendanaan serta anggaran dalam
perencanaan.

55
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

BAB 3
TINJAUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
DAN RENCANA PEMBANGUNAN KOTA SURAKARTA

Pada bab tinjauan khusus ini akan disajikan terkait data empiris yang
mendukung dalam pembahasan persoalan yang diangkat. Data empiris ini
meliputi proses perencanaan rencana keruangan dan rencana pembangunan,
penataan ruang wilayah Kota Surakarta serta rencana pembangunan di Kota
Surakarta. Dalam penataan ruang wilayah Kota Surakarta, hanya menguraikan
proses perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang tanpa pengendalian
pemanfaatan ruang karena diluar lingkup penelitian.
3.1 Proses Penyusunan Rencana Keruangan dan Rencana
Pembangunan
Sebagai produk dari rencana keruangan di Kota Surakarta, diambil
RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026. Sedangkan rencana pembangunan yang
terdapat di Kota Surakarta ialah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Tahun 2005-2010.
3.1.1 Proses Penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026
Meninjau dari alur kegiatan penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun
2007-2026, RTRW ini merupakan penyempurnaan dari RUTRK Kota Surakarta
Tahun 2007-2016 dalam rangka penyesuaian muatan dan jangka waktu proyeksi
rencana selama dua puluh (20) tahun. Proses penyusunan RTRW Kota Surakarta
mengikuti alur proses dari sebuah siklus perencanaan, yakni kompilasi data,
analisis hingga rencana.
3.1.2 Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Kota Surakarta Tahun 2005-2010
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan
salah satu dokumen perencanaan di Kota Surakarta yang memiliki jangka waktu
lima (5) tahun. Dokumen rencana pembangunan ini disusun dengan tujuan
mengkoordinasikan rencana kerja lima tahunan Pemerintah Kota Surakarta dalam
rangka mewujudkan visi Walikota Surakarta dan pada masa transisi di Tahun

56
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2011, menjamin adanya konsistensi perencanaan dan prioritas program/kegiatan


tahunan selama lima tahun kepemimpinan Walikota periode 2005-2010 dan masa
transisi pada tahun 2011, serta menjamin kesinambungan perencanaan dan
prioritas program lima tahunan dalam mewujudkan visi daerah.
Proses penyusunan dokumen RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010
dijelaskan melalui skema berikut:

Visi dan Misi Bappeda menjabarkan Visi-Misi


Walikota Walikota 2005-2010 berupa
2005-2010 rancangan awal RPJM
SKPD menyusun
RENSTRA SKPD
2005-2010

Bappeda menyelenggarakan
Bappeda menyusun rancangan MUSRENBANG RPJM KOTA
akhir RPJM KOTA SURAKARTA 2005-2010
SURAKARTA 2005-2010

Disampaikan ke DPRD untuk Peraturan Daerah mengenai


proses legalisasi RPJM KOTA RPJM K OTA SURAKARTA
SURAKARTA 2005-2010 2005-2010

Gambar 3.1
Proses Penyusunan RPJM Kota Surakarta 2005-2010
(Sumber: Olahan hasil interview pada Bappeda Kota Surakarta, 2010)

3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2007-2026


Muatan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 yang disajikan dalam
tinjauan khusus ini meliputi visi dan misi penataan ruang, tujuan pemanfaatan
ruang, rencana struktur pemanfaatan ruang, rencana pola pemanfaatan ruang serta
pelaksanaan rencana.
3.2.1 Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Surakarta
Dasar perumusan visi tata ruang Kota Surakarta adalah tidak lepas dari
visi Kota Surakarta yang sudah ditetapkan, yaitu „Terwujudnya Kota Surakarta
Sebagai Kota Budaya yang Bertumpu Pada Potensi Perdagangan, Jasa,
Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga‟ yang dilaksanakan dengan semangat
“BERSERI TANPA KORUPSI” yang bermakna pembangunan kota yang

57
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan tidak ada korupsi. Misi Tata
Ruang Kota Surakarta adalah :
1. Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat
dalam semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan
bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada
nilai-nilai “Solo Kota Budaya”.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
dalam penguasaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni, guna mewujudkan inovasi dan integritas masyarakat madani yang
berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi daerah, sebagai pemacu
pertumbuhan dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing
tinggi, serta mendayagunakan potensi dan teknologi terapan yang akrab
lingkungan.
4. Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan hak azasi manusia
dan demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para
penyelenggara pemerintahan.
Aktualisasi Visi dan Misi Kota Surakarta yang dikaitkan dengan kondisi
dan permasalahan spasial yang semakin kompleks yang berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan, maka visi tata ruang Kota Surakarta akan
mempertajam salah satu unsur visi Kota Surakarta, yaitu kota yang berwawasan
lingkungan. Visi tersebut adalah “Kota Produksi Bersih” atau “Cleaner Production
City”, yang dalam dunia ilmu lingkungan identik dengan kota sehat.
Terdapat lima (5) prinsip Kota Produksi Bersih, yaitu: Rethink, Recovery,
Reuse, Recycling dan Reduce. Esensi dari prinsip Kota Produksi Bersih tersebut
adalah upaya untuk berfikir, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
perkotaan yang sehat dan berkelanjutan (sustainable).
Untuk menuju kota sehat tersebut, diperlukan misi sebagai berikut:
1. Membentuk pola pergerakan kegiatan kota yang lancar, aman dan efisien.
2. Menciptakan penghijauan sebagai paru-paru kota.

58
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3. Meminimalkan dan mengelola limbah kota menjadi peluang yang


bermanfaat.
4. Mengembalikan dan memanfaatkan fungsi kawasan lindung secara
benar.
5. Menjalin kerjasama lintas wilayah dalam penataan ruang.
3.2.2 Tujuan Pemanfaatan Ruang Kota
Tujuan pemanfaatan ruang Kota Surakarta dibagi ke dalam empat (4)
aspek, yakni:
3.2.2.1 Aspek Tata Ruang Kota
1. Meningkatkan fungsi dan peranan Kota Surakarta dalam konstelasi
wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini pengembangan kota ditujukan
agar meningkatkan fungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah dan
sebagai Kota Pelayanan Nasional.
2. Menciptakan pola tata ruang dan pola pergerakan yang lancar, aman dan
efisien, sehingga masing-masing kegiatan dalam kota mempunyai
interaksi positif yang saling menguntungkan.
3. Menciptakan pola tata ruang kota yang serasi dan optimal, serta
penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tanpa mengabaikan usaha peningkatan kualitas
lingkungan kehidupan kota sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
4. Mengoptimalisasikan potensi-potensi yang ada serta mengeliminasi
kendala, sehingga pola tata ruang yang dihasilkan merupakan
optimalisasi dari penggunaan ruang yang ada.
5. Mengendalikan pertumbuhan dan pembangunan Kota Surakarta secara
terarah.
3.2.2.2 Aspek Sosial Ekonomi
1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi dengan menggali potensi-potensi
ekonomi yang ada di wilayah perencanaan.
2. Memberikan pelayanan sosial dan ekonomi bagi kebutuhan penduduk
wilayah perencanaan dan wilayah kabupaten sekitarnya.

59
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3. Menciptakan pola lingkungan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi


masyarakat di wilayah perencanaan.
4. Memberikan motivasi kepada masyarakat akan pentingnya pengendalian
perkembangan kota, sehingga dapat tumbuh rasa kesadaran serta
partisipasinya dalam pembangunan kota.
5. Memberi kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang kota sehingga
merangsang partisipasi masyarakat dan penanam modal (investor) untuk
melakukan investasi dalam berbagai bidang.
6. Terciptanya lapangan kerja baru sebagai akibat meningkatnya investasi.
7. Meningkatkan kerja sama antara pemerintah daerah dengan pihak swasta
dan masyarakat khususnya dalam bidang investasi prasarana kota,
sehingga tumbuh hubungan yang saling menguntungkan.
3.2.2.3 Aspek Pengelolaan Pembangunan Kota
1. Menciptakan instrumen pengendalian pertumbuhan dan keserasian
lingkungan kota, baik melalui pengawasan dan atau perijinan maupun
tindakan penertiban.
2. Mewujudkan pembangunan kota yang manusiawi.
3. Menciptakan pedoman bagi rencana sektoral yang bersifat lebih teknis.
4. Menciptakan koordinasi antar dinas sebagai aparat teknis, sehingga tidak
terjadi program pembangunan kota yang tumpang tindih (overlaping),
dimana hal tersebut merupakan pemborosan dalam pembangunan.
3.2.2.4 Aspek Lingkungan Hidup
1. Menjaga keseimbangan lingkungan antara pembudidayaan dengan
pelestarian alam, sehingga terjadi pemanfaatan dan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable).
2. Menjaga kawasan-kawasan yang memiliki fungsi lindung.
3. Mengeliminir terjadinya pencemaran lingkungan, baik air tanah dan
udara serta gangguan lingkungan.
3.2.3 Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota
Rencana struktur pemanfaatan ruang kota dalam dokumen RTRW Kota
Surakarta Tahun 2007-2026 terdiri dari rencana sistem lingkungan, rencana

60
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

pengembangan fasilitas sosial, rencana pengembangan perumahan, rencana


pengembangan utilitas dan rencana pengembangan jaringan transportasi.
3.2.3.1 Rencana Sistem Lingkungan
Rencana sistem lingkungan Kota Surakarta ini menyangkut pembagian
wilayah kota menjadi beberapa Bagian Wilayah Kota (BWK), beberapa Sub
Bagian Wilayah Kota (SBWK) dan beberapa Unit/Blok satuan lingkungan,
dimana masing-masing bagian/unit tersebut memiliki pusat kegiatannya masing-
masing sesuai dengan besaran satuan lingkungannya.
Mendasarkan pertimbangan tersebut serta kondisi wilayah serta
demografinya, dikembangkan struktur pelayanan Kota Surakarta menjadi
beberapa Bagian Wilayah Kota (BWK) yang masing-masing memiliki pusat
pelayanannya, yaitu sebagai berikut :
1. Bagian Wilayah Kota I (BWK I)
Merupakan wilayah yang berada di bagian Selatan Kota Surakarta yang
meliputi wilayah dari :
a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres
b. Sebagian Wilayah Kecamatan Pasarkliwon
c. Sebagian Wilayah Kecamatan Serengan
d. Sebagian Wilayah Kecamatan Laweyan
Pusat BWK I ini berada di sekitar kawasan Perdagangan Singosaren.
2. Bagian Wilayah Kota II (BWK II)
Merupakan wilayah yang berada di bagian Barat Daya Kota Surakarta
yang meliputi wilayah :
a. Sebagian Wilayah Kecamatan Laweyan
b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari
Pusat BWK II ini berada di sekitar kawasan Purwosari.
3. Bagian Wilayah Kota III (BWK III)
Merupakan wilayah yang berada di bagian Barat Laut Kota Surakarta
yang meliputi Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari, pusat BWK III ini
berada di sekitar kawasan Pasar Nusukan.

61
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4. Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV)


Merupakan wilayah yang berada di bagian Timur Laut Kota Surakarta
yang meliputi wilayah dari :
a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres
b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari
Pusat BWK IV ini berada di sekitar Kantor Kelurahan Mojosongo.
5. Bagian Wilayah Kota V (BWK V)
Merupakan wilayah yang berada di bagian Timur Kota Surakarta yang
meliputi wilayah dari :
a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres
b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari
Pusat BWK V ini berada di sekitar kawasan Bundaran Jebres.
6. Bagian Wilayah Kota VI (BWK VI)
Merupakan wilayah yang berada di bagian Tengah Kota Surakarta yang
meliputi wilayah dari :
a. Sebagian Wilayah Kecamatan Jebres
b. Sebagian Wilayah Kecamatan Banjarsari
c. Sebagian Wilayah Kecamatan Laweyan
d. Sebagian Wilayah Kecamatan Pasarkliwon
Pusat BWK VI ini berada di sekitar kawasan Pasar Legi.
Untuk lebih jelasnya, pembagian wilayah kota tersebut, dapat dilihat
pada Gambar 3.2.

62
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.2
Peta Rencana Pembagian Wilayah Kota

63
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.2.3.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial


Adapun fasilitas sosial yang direncanakan ialah berupa fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan dan fasilitas perdagangan.
1. Fasilitas Pendidikan
Dalam Tahun 2007-2026, dibutuhkan penambahan fasilitas pendidikan
sebagai berikut:
a. TK : 39 buah
b. SD : 26 buah
c. SLTP : 7 buah
d. SLTA : -
2. Fasilitas Kesehatan
Mendasarkan pada jumlah penduduk yang ada dikaitkan dengan standard
pelayanan, menunjukkan bahwa semua fasilitas kesehatan yang ada telah
melebihi dari standard pelayanan yang ada, sehingga disimpulkan fasilitas
kesehatan yang ada tidak hanya melayani masyarakat dalam kota saja, tetapi
meliputi wilayah yang lebih luas. Untuk pengembangannya, maka digunakan
pendekatan kebijakan sebagai berikut :
a. Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Khusus tetap
direkomendasikan untuk berkembang di Kota Surakarta, mengingat
Kota Surakarta sudah layak sebagai Kawasan Perkotaan
Metropolitan.
b. Alokasi Rumah Sakit yang akan dikembangkan, diarahkan pada
BWK III dan IV yang diharapkan mampu memacu perkembangan
Surakarta Bagian Utara.
3. Fasilitas Peribadatan
Pada akhir tahun perencanaan secara normatif belum membutuhkan
penambahan fasilitas peribadatan baru, baik masjid maupun gereja, namun
dalam pengembangannya, fasilitas peribadatan ini tetap direkomendasikan
untuk berkembang sesuai dengan pertimbangan umatnya.

64
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4. Fasilitas Perdagangan
Pasar klas I adalah termasuk pasar induk, sehingga dengan jumlah yang
ada sebanyak tujuh (7) buah, sudah mampu melayani penduduk Kota Surakarta
sampai akhir tahun 2026.
Pasar klas II termasuk pasar distrik dengan jumlah tujuh belas (17) buah,
maka hingga akhir tahun 2026 diperlukan penambahan jumlah sebanyak tiga (3)
buah yang lokasinya diarahkan di BWK III dan IV.

65
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.3
Peta Rencana Sebaran Fasilitas Pendidikan

66
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.4
Peta Rencana Sebaran Fasilitas Kesehatan

67
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.5
Peta Rencana Sebaran Fasilitas Perdagangan

68
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.2.3.3 Rencana Pengembangan Perumahan


Berdasar distribusi penduduk pada masing-masing BWK, maka pada
Tahun 2026 diperlukan pengembangan rumah sebanyak 10.785 buah rumah,
dengan rincian pada masing-masing BWK sebagai berikut :
1. BWK I : 1.079 buah
2. BWK II : 2.157 buah
3. BWK III : 2.157 buah
4. BWK IV : 3.236 buah
5. BWK V : 1.079 buah
6. BWK VI : 1.079 buah
Jumlah : 10.785 buah
BWK I, V dan VI yang sudah sangat intensif pemanfaatan ruangnya,
diarahkan pengembangan perumahan secara vertikal yang berupa apartemen bagi
golongan ekonomi kuat dan rumah susun bagi golongan ekonomi lemah.
3.2.3.4 Rencana Pengembangan Utilitas
Macam-macam utilitas yang direncanakan di Kota Surakarta terdiri dari
jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telepon, jaringan drainase dan sistem
pengelolaan sampah.
1. Jaringan Listrik
Pendekatan untuk pengembangan daya dan jaringan listrik di Kota
Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pola Jaringan.
Pengembangan jaringan listrik mendasarkan pertimbangan sebagai
berikut:
1) Jarak jaringan listrik yang masuk ke bagian wilayah
perencanaan, termasuk di dalamnya jarak antar tiang sekitar
50 m dan jarak kawat penghantar (konduktor) yang
dipertimbangkan terhadap unsur-unsur pada lingkungan,
seperti bangunan, pohon, jarak tiang harus sesuai dengan
aturan PLN yang berlaku.

69
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2) Penerangan untuk pemukiman diarahkan sebagai berikut :


a) Tiap satu unit rumah tinggal minimal disediakan daya
sebesar 900 VA (watt) dengan perhitungan 1 KK
terdiri atas 5 jiwa dan masing-masing jiwa
memerlukan daya sebesar 180 VA.
b) Besarnya daya setiap luas ruang m2 ,disesuaikan
dengan kebutuhan ruangan dan diharapkan dapat
memenuhi fungsi yang direncanakan.
c) Setiap tipe unit permukiman, batas penggunaan daya
listriknya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang
telah diatur oleh PLN.
3) Kebutuhan listrik untuk penerangan jalan disesuaikan dengan
model/pola pengembangan lingkungan.
b. Perhitungan Kapasitas Listrik.
1) Perhitungan besarnya daya yang dibutuhkan di Kota
Surakarta didasarkan pada jumlah penduduk yang
dilayaninya, yang dihitung berdasarkan standard kebutuhan
minimal listrik, tiap orang 180 watt dan untuk penerangan
umum diasumsikan 10% dari kebutuhan rumah tangga,
untuk kegiatan industri serta lain-lainnya diasumsikan
sebesar 20% dari kebutuhan rumah tangga.
2) Perhitungan kebutuhan trafo dengan kapasitas masing-
masing 100 KVA.
2. Jaringan Air Bersih
Berdasar perhitungan, maka pada akhir Tahun 2026 diperlukan kapasitas
air bersih sebesar 1.218 l/dt. Untuk meningkatkan debit suplai air bersih dari
saat sekarang sebesar 859,54 l/dt dapat dilakukan dengan mengambil dari
sumber air tanah dalam serta bekerjasama dengan wilayah lain, yaitu
Kabupaten Boyolali dan Klaten yang memiliki potensi sumber mata air.

70
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3. Jaringan Telepon
Berdasarkan standard pelayanan telepon untuk kota besar setingkat Kota
Surakarta ini, pendekatanan pelayanan sambungan telepon adalah 25 jiwa per
sambungan. Melihat jumlah sambungan yang ada, maka tingkat pelayanan
telepon di Kota Surakarta sudah melebihi dari standard pelayanan, yaitu
sebesar 9 jiwa per sambungan.
Untuk pengembangan kedepan, maka digunakan pendekatan perhitungan
dengan tingkat pelayanan 9 jiwa per sambungan tersebut, sehingga pada akhir
Tahun 2026 dibutuhkan jumlah sambungan telepon sebanyak 67.020
sambungan.
4. Jaringan Drainase
Untuk pengembangan jaringan drainase, sistem drainase yang ada tetap
digunakan dengan rekomendasi pengembangan sebagai berikut :
a. Menjaga kelancaran aliran Kali Pepe serta mengendalikan
sempadan sungai.
b. Mengoptimalkan fungsi pintu air Demangan dan Tirtonadi sebagai
pengendali utama.
c. Mengembangkan jaringan drainase primer dan sekunder pada
kawasan-kawasan yang belum terjangkau oleh sistem jaringan
drainase.
Keadaan selengkapnya tentang rencana pengembangan jaringan drainase
di Kota Surakarta, dapat dilihat pada Gambar 3.7.

71
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.6
Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih

72
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.7
Peta Rencana Jaringan Drainase Utama Kota

73
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

5. Sistem Pengelolaan Persampahan


Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampah yang dibuang ke TPA
pada Tahun 2026 adalah sebanyak 648 m3/hari. Mempertimbangkan berbagai
hal (kondisi tanah, kelerengan dan jarak dengan sungai), diarahkan timbunan
sampah tersebut diolah menjadi bahan pupuk, agar tidak terjadi peluang
pencemaran air tanah, air sungai dan udara.
Tabel 3.1
Perkiraan Produksi Sampah dan Kebutuhan Sarana Pengangkut Sampah
Di Kota Surakarta Tahun 2027
FAKTOR-FAKTOR
NO BWK I BWK II BWK III BWK IV BWK V BWK VI JML
KEBUTUHAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Jumlah Penduduk 191,967 110,359 83,372 70,788 73,701 73,000 603,187


Sampah Rumah Tangga
2 239,959 137,949 104,215 88,485 92,126 91,250 753,984
(1,25 L/Org/Hr)
Sampah Pasar (20% X
3 47,992 27,590 20,843 17,697 18,425 18,250 150,797
Sampah RT)
Sampah Jalan (5% X
4 11,998 6,897 5,211 4,424 4,606 4,563 37,699
Sampah RT)
5 Jumlah (Ltr/Hari) 299,948 172,436 130,269 110,606 115,158 114,063 942,480
Target Pengelolaan
6 80 60 60 60 60 80
(%)
Target Terkelola
7 239,959 103,462 78,161 66,364 69,095 91,250 648,290
(Ltr/Hari)
Jumlah Sampah
8 240 103 78 66 69 91 648
(m3/Hari)
Tong Sampah
9 30,380 12,741 9,502 7,741 8,593 11,345 80,302
(kapasitas 0,1 m3)
Gerobag/Becak
10 Sampah 240 103 78 66 69 91 648
(Kapasitas 1 m3)
Kontainer/TPS
11 60 26 20 17 17 23 162
(Kapasitas 4 m3)
Sumber: RTRW Kota Surakarta 2007-2026

74
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.8
Peta Rencana Sebaran Tempat Pembuangan Sampah

75
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.2.3.5 Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi


Pengembangan transportasi diarahkan pada pengembangan transportasi
darat, yaitu jaringan jalan dan jaringan rel kereta api.
1. Pola dan Fungsi Jaringan Jalan
a. Jalan Arteri Primer
Yaitu jalan yang menghubungkan antara kota-kota utama di Jawa
Tengah yang dalam hal ini adalah antara Kota Semarang dan Surabaya.
Sistem jaringan primer pada dasarnya tidak boleh terputus
meskipun memasuki kawasan perkotaan, demikian halnya dengan
jaringan jalan arteri primer di Kota Surakarta. Pada saat sekarang ini
jalan arteri primer di Kota Surakarta meliputi :
1) Jl. Slamet Riyadi-Jl. Jend. A. Yani-Jl. Ki Mangun Sarkoro-Jl.
Sumpah Pemuda-Jl. Brigjend Katamso-Ringroad.
2) Jl. Dr. Suharso-Jl. Adi Sucipto-Jl. A. Yani- Jl. Tentara
Pelajar-Jl. Ir. Sutami.
Ruas-ruas jalan tersebut relatif dekat dengan kegiatan pusat kota,
sehingga banyak terjadi persilangan dengan arus kegiatan lokal, hal ini
tidak sesuai dengan persyaratan jalan arteri primer yang harus
dihindarkan adanya persimpangan dengan jalan lokal yang sudah cukup
padat.
Untuk pengembangan kota mendatang, maka jalan arteri primer di
Kota surakarta harus dihindarkan dari persilangan dengan jalan lokal,
yaitu dapat dilakukan dengan pendekatan :
1) Mengembangkan pola jalan arteri primer baru ke arah
pinggiran kota untuk menghindari arus lalu lintas lokal.
2) Mengembangkan disain jalan arteri primer sesuai dengan
yang disyaratkan.
3) Mengembangkan jalan layang.
Mendasarkan pada kondisi ruang kota yang sudah cukup padat,
maka pengembangan pola tersebut diusulkan pengembangannya secara
bertahap, untuk 10 tahun mendatang mengikuti pola jaringan yang

76
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

sekarang ada, dan untuk 10 tahun berikutnya dapat dikembangkan jalan


lingkar luar atau dengan jalan layang.
b. Jalan Arteri Sekunder
Yaitu jalan utama kota yang selain berfungsi untuk jalan utama
kota, juga untuk arus lalu lintas antar kota jenis kendaraan ringan.
Jalan arteri sekunder yang sekarang ada yaitu Jl. Slamet Riyadi, Jl.
Jend. Sudirman, Jl. Urip Sumoharjo dan Jl. Kol. Sutarto, secara teknis
masih dipertahankan sebagai jalan arteri sekunder.
c. Jalan Kolektor Primer
Yaitu jalan yang menghubungkan antara Kota Surakarta dengan
Kabupaten di sekitarnya, yaitu meliputi :
1) Jl. Kol. Sugiono dan Jl. Kapt. Tendean yang menghubungkan
dengan Kota Purwodadi. Dengan pemindahan pola jalan
arteri primer, maka sebagian ruas jalan tersebut akan beralih
menjadi jalan kolektor sekunder.
2) Jl. Brigjend. Sudiarto-Jl. Veteran-Jl. Bhayangkara-Jl. DR.
Rajiman-Jl. KH. Agus Salim. Ruas Jalan Veteran sangat
dekat dengan kegiatan pusat kota, sehingga sering terjadi
kemacetan lalu lintas, maka ruas jalan tersebut
direkomendasikan menjadi jalan kolektor sekunder.
3) Jl. Juanda Kartasanjaya-Jl. Kapt. Mulyadi-Jl. Prof. Kahar
Muzakir.
Ruas-ruas jalan tersebut menghubungkan kota Surakarta dengan
Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri. Seperti halnya dengan ruas jalan
Veteran, ruas-ruas jalan tersebut sangat dekat dengan pusat kota,
sehingga sering timbul masalah lalu lintas.
Mendasarkan pada daya dukung lingkungan terkait dengan ruas
jalan tersebut, dapat dikembangkan ruas baru sebagai jalan kolektor
primer, yaitu di sepanjang tanggul Bengawan Solo.

77
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

d. Jalan Kolektor Sekunder


Yaitu jalan menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama di dalam
Kota Surakarta. Secara umum pola jalan Kolektor sekunder ini sudah
terbentuk, sehingga tidak diperlukan pengembangan pola jalan baru.
e. Jalan Lokal Primer
Jalan Lokal Primer meliputi ruas-ruas jalan yang menghubungkan
Kota Surakarta dengan kota-kota Kecamatan di sekitarnya, yaitu :
1) Menuju Kecamatan Gatak Kabupaten Boyolali
2) Menuju Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen
3) Menuju Kecamatan Mojolaban kabupaten Sukoharjo
Ruas-ruas jalan tersebut dapat dipertahankan sesuai dengan
fungsinya, mengingat tidak terjadi perubahan eksternal yang
mempengaruhi ruas jalan tersebut.
Secara lengkap rencana pengembangan jaringan jalan ini dapat
dilihat pada peta rencana pengembangan jaringan jalan, yaitu Gambar
3.9.

78
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.9
Peta Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

79
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2. Dimensi Jaringan Jalan


Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti pada ketentuan teknis di
atas, secara umum pengembangan dimensi jaringan jalan (Damija) sesuai
dengan pengembangan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Jalan Arteri Primer, antara 37-41 m
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki median 3 m,
jalur jalan 2x7,5 m, median 2x3 m, jalur lambat 2x4 m, bahu jalan 2x1,5
m dan saluran 2x1,5 m.
b. Jalan Arteri Sekunder, antara 28-36 m
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 15
m, median 2x3 m, jalur lambat 2x4 m, trotoir 2x3,5 m dan saluran 2x1 m
(tertutup).
c. Jalan Kolektor Primer, antara 17-21 m
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 7
m, bahu jalan 2x2 m, jalur hijau 2x2 m, dan saluran 2x1 m.
d. Jalan Kolektor Sekunder, antara 18-22 m
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 7
m, bahu jalan 2x2,5 m, jalur hijau 2x1,5 m, trotoar 2x1,5 m dan saluran
2x1 m.
e. Jalan Lokal Primer, antara 11-17 m.
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 6
m, bahu jalan 2x1,5 m, saluran jalan 2x1 m dan maksimal memiliki jalur
jalan, bahu jalan, jalur hijau, trotoir dan saluran jalan.
f. Jalan Lokal sekunder utama, antara 8,5-13 m
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 5
m, bahu jalan 2x1 m, saluran jalan 2x0,75 m dan maksimal memiliki
jalur jalan, bahu jalan, trotoir dan saluran jalan.
g. Jalan lokal sekunder pembagi (lingkungan), antara 5-7 m
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 3
m dan bahu jalan 2x1 m, saluran jalan 2x0,5 m dan maksimal memiliki
jalur jalan, bahu jalan, jalur hijau dan saluran jalan.

80
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3. Fasilitas Transportasi
Berdasarkan pengembangan pola jaringan jalan seperti di atas, maka
pengembangan fasilitas transportasi ini adalah sebagai berikut :
a. Terminal bis
Dalam jangka pendek (hingga akhir tahun rencana) masih tetap
dipertahankan di Tirtonadi, namun dalam jangka panjang sesuai dengan
pengembangan jaringan jalan, perlu pemindahan ke pinggiran kota yang
pada prinsipnya untuk menghindarkan lalu lintas bis antar kota
bercampur dengan lalu lintas dalam kota.
b. Terminal angkutan dalam kota
Pada prinsipnya, untuk sistem transportasi umum dalam kota di
masa mendatang, diharapkan berjalan secara menerus (mobile) dan tidak
memerlukan adanya terminal. Namun dalam jangka pendek, melihat
pola, karakter dan kecenderungan yang terjadi, masih diperlukan untuk
mendistribusikan penumpang dari pusat-pusat pergerakan utama, yaitu di
sekitar Pasar Klewer dan di Tirtonadi yang menjadi satu dengan areal
Terminal Bis Tirtonadi.
c. Tempat pemberhentian bis antar kota
Untuk menghidupkan sistem angkutan umum dalam kota dan
memperlancar sistem transportasi, maka perlu adanya pembatasan tempat
pemberhentian bis antar kota di wilayah dalam kota. Berdasarkan
karakteristik pola jaringan jalan yang ada, tempat pemberhentian bis
antar kota ini direncanakan berada pada simpul-simpul jalan yang berada
di pinggiran kota dari 4 arah, yaitu :
1) Pertigaan Kerten
2) Pertigaan Palur
3) Kawasan Kel. Joyosuran/ Danukusuman
4) Kelurahan Kadipiro

81
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

d. Tempat pemberhentian angkutan dalam kota


Tempat pemberhentian angkutan dalam kota ini tidak direncanakan
secara khusus, mengingat mobilitasnya yang sangat tinggi dan simpul-
simpul jalan yang perlu disinggahi angkutan ini sangat banyak.
4. Rencana Pengembangan Jaringan Kereta Api
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat direkomendasikan dua
(2) alternatif penanganan yang pada dasarnya mengembangkan perlintasan
tidak sebidang, yaitu :
a. Jalan Raya di Atas (Fly Over)
Keuntungan dari pengembangan jalan raya di atas rel KA adalah
biaya konstruksi relatif lebih murah, sedangkan kekurangannya adalah :
1) Akses bagi pengguna lahan sekitar perlintasan terganggu.
2) Kendaraan tak bermotor kesulitan melalui tanjakan.
3) Perlu adanya perubahan pola jaringan jalan sekitar
perlintasan.
b. Rel Kereta Api di Atas
Keuntungan dari alternatif ini (yang disarankan) adalah :
1) Tidak diperlukan adanya perubahan pola jaringan jalan
sekitar perlintasan.
2) Ruang di bawah jaringan rel KA dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan sosial ekonomi kota.
Sedangkan kerugiannya adalah :
1) Perlu adanya renovasi bangunan stasiun yang ada.
2) Biaya konstruksi relatif lebih mahal.
Jalan Kereta Api Layang tersebut khususnya untuk jalur menuju
Yogyakarta, Purwodadi dan Surabaya, sedangkan jalur Wonogiri tetap
menggunakan jalur darat, sekaligus untuk pengembangan jalur
transportasi wisata.
Rencana pengembangan rel Kereta Api ini bersifat rekomendasi
pengembangan jangka panjang, mengingat untuk persiapan dan

82
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

pelaksanaan pembangunannya memerlukan waktu cukup lama yang


diperkirakan lebih dari 10 tahun.
3.2.4 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
Secara garis besar rencana tata guna tanah di wilayah perencanaan
Kota Surakarta adalah meliputi dua (2) kawasan utama, yaitu :
3.2.4.1 Kawasan Lindung
Kawasan lindung yang ada di Kota Surakarta adalah meliputi :
1. Kawasan Lindung Sempadan Sungai dan Sempadan Jalan Kereta Api :
a. Sempadan Sungai Bengawan Solo, dengan jarak 3 m untuk bagian
sungai yang bertanggul, dan 15 m untuk bagian sungai yang tidak
bertanggul.
b. Sempadan Sungai Kali Anyar, dengan jarak 3 m untuk bagian
sungai yang bertanggul, dan 15 m untuk bagian sungai yang tidak
bertanggul.
c. Sempadan Sungai Kali Pepe, dengan jarak 10 m
d. Sempadan Kali Pelemwulung, dengan jarak 3 m untuk bagian
sungai yang bertanggul, dan 10 m untuk bagian sungai yang tidak
bertanggul.
e. Sempadan Sungai Kali Jenes, dengan jarak 10 m
f. Sempadan Sungai Kali Sumber, dengan jarak 10 m
g. Sempadan Jalan Rel Kereta Api, dengan jaran 6 m
2. Kawasan Lindung Cagar Budaya, yaitu beberapa lingkungan yang
memiliki nilai sejarah, meliputi :
a. Lingkungan Keraton Kasunanan (termasuk alun-alun).
b. Lingkungan Keraton Mangkunegaran.
c. Taman Sriwedari.
d. Taman Balekambang.
3. Kawasan Rawan Bencana (banjir), yaitu kawasan yang rawan terjadi
banjir meliputi :
a. Kelurahan Jebres
b. Kelurahan Pucangsawit

83
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

c. Kelurahan Sewu
d. Kelurahan Sangkrah
e. Kelurahan Semanggi
f. Kelurahan Joyosuran
g. Kelurahan Gandekan
h. Kelurahan Jagalan
i. Kelurahan Sudiroprajan
j. Kelurahan PasarKliwon
k. Kelurahan Kedunglumbu
l. Kelurahan Joyontakan
3.2.4.2 Kawasan Budidaya
Meliputi berbagai kegiatan perkotaan yang rincian peruntukannya adalah
sebagai berikut :
1. Zona Perumahan/Permukiman
Zona ini mendominasi lahan yang ada dan letaknya menyebar pada
masing-masing BWK.
2. Zona Pendidikan
Zona pendidikan yang ada tetap direkomendasikan sebagai zona
pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi dan SLTP/SLTA yang lokasinya
membentuk kelompok pendidikan.
3. Zona Perdagangan dan Jasa
Zona ini diarahkan sesuai dengan kecenderungan perkembangan yang
terjadi, yaitu di lokasi pasar dan sekitarnya dan beberapa kawasan yang
berkembang kegiatan perdagangan.
4. Zona Perkantoran
Zona perkantoran ini meliputi Kantor Pemerintah Kota Surakarta dan
Institusi Pemerintah lainnya, seperti Kantor Dinas Teknis, Kantor Kecamatan,
Kantor Kodim dan Kantor Polres.
5. Zona Industri
Untuk menampung kegiatan industri menegah dan besar di Kota
Surakarta, disediakan ruang yang berupa zona industri yang terletak di

84
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

pinggiran kota, yaitu meliputi dua (2) lokasi zona industri, di Kelurahan
Pucangsawit sesuai dengan kondisi yang ada dan di Kelurahan Mojosongo
yang sekaligus sebagai zona pergudangan.
6. Zona Kesehatan.
Daerah kesehatan ini sifatnya merekomendasikan Rumah Sakit dan
memberikan arahan lokasi untuk pengembangan Rumah Sakit baru.
7. Zona Campuran 1.
Daerah campuran 1diperuntukkan bagi beberapa jenis kegiatan sosial dan
komersial, yaitu kegiatan perdagangan, jasa tertentu, kantor dan perumahan,
alokasinya di sekitar beberapa ruas jalan utama di kawasan pusat kota.
8. Zona Campuran 2.
Pada zona campuran 2 ini direkomendasikan adanya percampuran
kegiatan sosial, komersial dan industri yang sesuai, misalnya penggergajian
kayu, mebelair, makanan, batik dll, yang alokasinya pada jalur jalan utama di
luar zona campuran 1.
9. Zona Rekreasi Olahraga/Open Space.
Alokasi ruang ini meliputi Lapangan Olahraga, Stadion dan Taman Kota.
10. Zona Transportasi
Alokasi ruang ini meliputi kegiatan terminal, stasiun dan terminal barang.
11. Zona Kuburan/Makam
Zona makam/kuburan ini bersifat merekomendasikan areal makam yang
sudah ada di wilayah perencanaan.
12. Zona Perairan
Yaitu area badan sungai yang khusus digunakan untuk fungsi drainase
irigasi, perikanan dan pariwisata. Mempertimbangkan fungsi perairan di Kota
Surakarta tersebut, maka klasifikasi peruntukan air permukaan di seluruh
wilayah Kota Surakarta (Sungai Bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Pepe dan
Kali Pelemwulung) ditetapkan sebagai Golongan C, yaitu golongan air yang
dapat digunakan untuk keperluan kegiatan perikanan dan peternakan.
Keadaan selengkapnya tentang rencana pola pemanfaatan ruang di Kota
Surakarta sebagaimana tersebut di atas, dapat dilihat pada Gambar 3.10.

85
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Sesuai dengan konsep yang akan dikembangkan, yaitu konsep mix used,
untuk pengaturan dan pengendalian pemanfaatannya akan digunakan matrik
percampuran kegiatan yang merekomendasikan kegiatan yang layak, kurang layak
dan tidak layak, seperti dapat dilihat pada:
Tabel 3.2
Matrik Kelayakan Percampuran Kegiatan
Pada Zona Peruntukan Yang Ditentukan
Di Kota Surakarta
ZONA

Cagar Budaya
Perdagangan
Permukiman

Campuran 2

Transportasi
Perkantoran

Campuran 1

Open Space
Pendidikan
Kesehatan

Industri

Makam
No Kegiatan

TPA
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Rumah Tinggal v o o o o o v v o x o o o
2 Pendidikan Tinggi o x o x v o v v o x x x x
Pendidikan
3 Menengah v x o x v o v v o x x x x
(SLTP/SLTA)
Pendidikan Dasar
4 v x x x v x v v o x x x x
(SD)
5 Rumah Sakit Umum x x x v x x v v x x x x x
6 Rumah Sakit Khusus o x o v x x v v x x x x x
7 Puskesmas v v v v x x v v x x x x x
8 Apotek v o v v x x v v x x x x x
Pelayanan
9 Kesehatan v v v v o o v v o x o x x
Lingkungan
Kantor Pelayanan
10 v v o x x o v v o x x o x
Tingkat Kota
Kantor Pelayanan
11 v v v x x o v v o x x o x
Tingkat Kecamatan
12 Peribadatan v v v v v v v v v o v v v
13 Perdagangan Grosir x x v x x x v v x x x x x
Perdagangan Eceran
14 x x v x x x v v x x x x x
Skala Besar
Perdagangan Eceran
15 o x v x x x v v x x x x x
Skala Menengah
Perdagangan Eceran
16 v o v o x o v v o x v x x
Skala Kecil
17 Jasa Perdagangan v o v o x o v v o x o x x
18 Kios/Warung v o v o o v v v v o v o x
19 Rumah Makan v x v x x o v v v x o o x
20 Bengkel Mobil o x v x x x v v x x o x x

86
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Bengkel Sepeda
21 o x v x x x v v x x x x x
Motor
22 Perhotelan o x v o x x v v x x o x x
Rekreasi/Olahraga
23 v v v v v o v v v v o x x
Terbuka
Rekreasi/Olahraga
24 v v o v v o v v v o o x x
Tertutup
25 Diskotik x x o x x x v o x x x x x
26 Industri Kimia x x x x x v x o x x x x x
27 Industri Logam x x x x x v x o x x x x x
28 Industri Textil o x x x x v o o x x x x x
Industri Bahan
29 o x x x x v x v x x x x x
Bangunan
30 Industri Mebelair o x x x x v x v x x x x x
31 Penggergajian Kayu o x x x x v x v x x x x x
32 Huller x x x x x v x v x x x x x
33 Industri Tenun o x x x x v x v x x x x x
Industri Rumah
34 v x o x x v v v x x x x x
Tangga
35 Perikanan x x x x x x x o x x x x x
36 Peternakan Ayam x x x x x x x o x x x x x
Peternakan
37 x x x x x x x x x x x x x
Kambing
38 Peternakan Sapi x x x x x x x x x x x x x
39 Peternakan Burung o x x x x x x o x x x x x
40 Peternakan Babi x x x x x x x x x x x x x
41 Agro Industri o x x x x v x v x x x x x
Sumber: RTRW Kota Surakarta 2007-2026

Keterangan:

Layak

Kurang
Layak

Tidak Layak

87
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Gambar 3.10
Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

88
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.2.5 Pelaksanaan Rencana


Keberhasilan perencanaan kota, di dalam pelaksanaannya sangat
tergantung pada kerjasama yang baik antara perencanaan kota, masyarakat
sebagai subyek dan obyek pembangunan serta Pemerintah Kota sebagai
pengambil keputusan dan pengelola pembangunan. Ditinjau dari pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan kota, maka keberhasilan perencanaan
Kota Surakarta sangat tergantung dari keputusan, kebijakan, strategi, pengelolaan
dan pengendalian pembangunan serta landasan peraturan yang konsisten.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perencanaan RTRW
Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
1. Rencana Tindak Lanjut
Langkah yang harus dilakukan setelah produk rencana ini selesai adalah
sebagai berikut :
a. Menetapkan RTRW Kota Surakarta sebagai Peraturan Daerah yang
mempunyai kekuatan hukum.
b. Mensosialisasikan produk RTRW yang sudah diperdakan kepada
seluruh lapisan masyarakat, baik melalui forum pertemuan maupun
penyebarluasan informasi materi rencana sampai ke tingkat
desa/kelurahan.
c. Menyiapkan perangkat pengelolaan dan pengendalian rencana
dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta yang mengatur tentang
hak-hak dan kewajiban serta sanksi bagi pelaksana pembangunan
Kota Surakarta, khususnya dalam hal pemberian
insentif/kemudahan bagi pembangunan yang sesuai dengan
rencana, pemberian beban bersyarat/disinsentif bagi pembangunan
yang kurang sesuai serta pemberian sanksi atau penolakan bagi
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana. Langkah tersebut
lebih dikenal dengan konsep Insentif dan Disinsentif.

89
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2. Sumber Pendanaan
Untuk mewujudkan apa yang tertuang dalam RTRW Kota Surakarta,
diperlukan penjabaran dalam berbagai kegiatan yang nantinya akan tertuang
dalam program pembangunan.
Untuk melaksanakan program pembangunan di Kota Surakarta ini
diperlukan sumber-sumber pembiayaan.
Beberapa sumber pembiayaan yang dapat dimanfaatkan, diantaranya
adalah :
a. Dana dari pemerintah pusat (APBN).
b. Dana dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (APBD Propinsi Jawa
Tengah).
c. Dana dari Pemerintah setempat, yaitu dari APBD Kota
Surakarta.
d. Para penanam modal, baik asing maupun dalam negeri.
e. Swadaya masyarakat.
f. Bantuan Lembaga Asing.
Kriteria pemanfaatan sumber dana tersebut, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Sumber Dana APBN
Sumber dana pembangunan yang berasal dari APBN dapat
dimanfaatkan untuk membiayai program pembangunan, dengan kriteria :
1) Memerlukan biaya cukup besar.
2) Membutuhkan teknologi tinggi.
3) Mampu menumbuhkan dampak positip sosial ekonomi cukup
tinggi.
4) Mempunyai skala pelayanan nasional atau merupakan
sambungan pelayanan nasional.
5) Merupakan proyek percontohan yang dapat merangsang
masyarakat untuk melakukan proyek yang sama.

90
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

b. Sumber Dana APBD Propinsi Jawa Tengah


Kriteria pemanfaatan sumber dana dari APBD Propinsi Jawa
Tengah, pada prinsipnya hampir sama dengan dana dari APBN, tetapi
dengan kriteria yang lebih rendah, yakni skala pelayanannya bersifat
regional/wilayah Propinsi Jawa Tengah.
c. Sumber Dana APBD Kota Surakarta
Sumber dana ini dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan
yang mempunyai skala pelayanan lokal.
Sumber dana ini merupakan pendapatan asli daerah yang
sifatnya otonom, yang pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya pada
kebijakan Pemerintah Kota Surakarta.
Untuk memperbesar sumber pembiayaan pembangunan ini dapat
dilakukan dengan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Beberapa
sumber pembiayaan pembangunan ini dapat dimasukkan dalam jenis
sumber dana ini adalah :
1. Pajak-pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil Perusahaan Daerah.
4. Hasil dari dinas-dinas daerah.
5. Tabungan Daerah.
6. Lain-lain pendapatan yang sah.
Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pembiayaan ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
1. Pendayagunaan aparatur secara lebih berdaya guna dan
berhasil guna.
2. Memperbaiki sistem pungutan.
3. Menggali obyek pajak.
4. Peningkatan pengawasan melekat.
d. Sumber Dana dari Penanaman Modal
Sumber dana ini dapat bersumber dari swasta, baik swasta dalam
negeri maupun luar negeri yang dapat dimanfaatkan untuk

91
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

membiayai kegiatan perekonomian, seperti perdagangan, industri,


transportasi, perumahan dan lain-lainnya.
Di samping untuk membiayai kegiatan-kegiatan tersebut di atas,
dapat pula dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan fasilitas
sosial, rekreasi, taman, pusat olahraga, rambu-rambu lalu lintas, bak
penampungan sampah, unsur lingkungan fasilitas kota dan sebagainya.
Dalam memanfaatkan sumber dana ini perlu pemikiran matang,
karena ada beberapa tendensi yang melatar belakangi sektor swasta
bersedia membiayai.
Tendensi yang dimaksud adalah :
1) Suatu usaha perekonomian yang benar-benar bermotifkan
keuntungan.
2) Sebagai sarana untuk mempromosikan produk usahanya.
3) Partisipasi aktif dari sektor swasta untuk mengambil bagian dalam
usaha pembangunan.
e. Swadaya Masyarakat
Sumber dana dari masyarakat, perolehannya dapat dilakukan
dengan pungutan atau iuran langsung dari masyarakat. Karena
pembiayaan dari masyarakat ini relatif kecil dan terbatas, maka
pemanfaatan sumber dana ini sebaiknya diarahkan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan sosial, fasilitas lingkungan dalam skala kecil, seperti
jalan lingkungan, jaringan-jaringan lingkungan dan sebagainya.
Sumber dana dari swadaya masyarakat sering juga tidak
dinyatakan dalam bentuk uang, tetapi dapat berujud pula pikiran dan
tenaga yang muncul dari masyarakat dengan melakukan pembangunan
secara gotong-royong.
f. Sumber Dana dari Lembaga Asing
Sumber dana dari Lembaga/Negara Asing dapat dimanfaatkan
untuk membiayai program sosial ataupun perekonomian yang
mempunyai skala jangkauan luas serta berdampak sosial ekonomi tinggi.

92
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Di dalam penyalurannya tidak perlu langsung, tetapi dapat melekat


pada APBN ataupun APBD Propinsi dan APBD Kota Surakarta. Yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan sumber dana ini adalah kewajiban
mengembalikan dana ini di masa yang akan datang.
Dengan mendasarkan hal tersebut di atas, diperlukan
perhitungan yang matang dalam memanfaatkan sumber pembiayaan ini
dalam pembangunan.
3. Organisasi Pelaksanaan
Berdasarkan pada Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota, Organisasi
Pelaksanaan Rencana Kota di daerah dapat dijelaskan bahwa, Walikota
sebagai administrator pembangunan merupakan penanggung jawab
pelaksanaan pembangunan di daerahnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Walikota dibantu Badan Perencanaan
Daerah dan Dinas Teknis lainnya yang ada di wilayah Kota Surakarta.
Agar supaya program dan proyek pembangunan yang dilaksanakan
mampu menampung aspirasi dari bawah dan konsisten dengan program
regional dan nasional, perlu dikembangkan sistem perencanaan bottom up
planing dan top down planning secara proporsional. Demikian pula agar
supaya tidak terjadi program dan proyek yang tumpang tindih, Bappeda Kota
Surakarta sebagai unsur perencana diharapkan selalu mengadakan koordinasi
dengan dinas/instansi vertikal dan sektoral terkait.
Di samping hal tersebut di atas, agar Rencana Tata Ruang Kota Surakarta
tersebut dapat terlaksanakan sesuai dengan rencana yang ada, maka peran serta
masyarakat dan pihak swasta sangat diharapkan sekali untuk mendukung
rencana tersebut.
4. Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan (Indikasi Program)
Azas dari pentahapan pelaksanaan ini adalah kesinambungan,
pemerataan dan efek pembangunan yang berganda (multiplier effect). Sesuai
dengan rentang waktu rencana hingga tahun 2026, maka perlu segera disusun
program-program pembangunan Kota Surakarta dalam program tahunan yang

93
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

dimulai dari tahun pertama adalah tahun 2007 dan mencakup berbagai aspek
yang tertuang dalam rencana.
Pengaturan pentahapan pembangunan sesuai dengan umur rencana 20
tahun, menggunakan pendekatan pentahapan menjadi 4 tahapan 5 tahunan dan
pada 5 tahun pertama dirinci dalam program tahunan.
Pendekatan skala prioritas program adalah mendasarkan pada
pertimbangan :
a. Urgenitas fungsi
b. Memiliki daya rangsang perkembangan kuat
c. Biaya pembangunan relatif kecil
d. Tidak menimbulkan gejolak sosial
Mendasarkan pertimbangan tersebut, maka disusun tahapan program
pembangunan sesuai dengan materi rencana yang sudah ditetapkan pada bab
sebelumnya. Rincian program tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Indikasi Program Pelaksanaan Pembangunan
RTRW Kota Surakarta
Tahun 2007-2026
TAHAPAN PROGRAM 20
TAHUN (LIMA TAHUNAN)
NO PROGRAM SUMBER DANA PENGE LOLA
THP. THP. THP. THP.
1 2 3 4
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08)
1 UMUM
Penetapan dan Bappeda,
Pengesahan Perda APBD Ska Bag. Hukum
Penyusunan Perda
Pengendalian Bappeda,
Pemanfatan Ruang APBD Ska Bag. Hukum
Sosialisasi RTRW APBD Ska Bappeda
Evaluasi RTRW APBD Ska Bappeda
Penyusunan RDTRK APBD Ska Bappeda

2 TRANSPORTASI
Peningkatan Jalan Arteri APBD Ska, APBD
Primer Prop, APBN DPU
Peningkatan Jalan Arteri APBD Ska, APBD
Sekunder Prop, APBN DPU
Studi Pengembangan APBD Ska, APBD
Jalan Kolektor Primer Prop, APBN Bappeda
Peningkatan Jalan APBD Ska, APBD
Kolektor Primer Prop, APBN DPU

94
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Pembangunan Jalan APBD Ska, APBD


Kolektor Primer Prop, APBN DPU
Peningkatan Jalan APBD Ska, APBD
Kolektor Sekunder Prop, APBN DPU
Peningkatan Jalan Lokal APBD Ska, APBD
Primer Prop, APBN DPU
Studi Optimalisasi APBD Ska, APBD
Terminal Bis Prop, APBN Bappeda
Pembangunan Halte Bis APBD Ska, APBD
Antar Kota Prop, APBN DPU, Dishub
Studi Kelayakan
Pengembangan Jalan APBD Ska, APBD
Kereta Layang Prop, APBN Bappeda
Studi Pengembangan APBD Ska, APBD
Terminal Barang/Cargo Prop, APBN Bappeda
Studi Pengembangan APBD Ska, APBD
Jalan Lingkar Selatan Prop, APBN Bappeda
Studi Jalan lingkar
dalam Kota (innerring APBD Ska, APBD
road) Prop, APBN Bappeda
Studi Pengembangan APBD Ska, APBD
Parkir Umum Kota Prop, APBN Bappeda

FASILITAS PELAYANAN
3
SOSIAL
Penataan Kawasan APBD Ska, APBD DPU, DKP,
Manahan Prop, APBN Ormas
Peningkatan Taman APBD Ska, APBD DPU, Dinas
Wisata Jurug Prop, APBN Pariwisata
Penataan Kawasan APBD Ska, APBD
Pasar Legi Prop, APBN Bappeda
Penataan Kawasan APBD Ska, APBD
Pasar Klewer Prop, APBN Bappeda
Penataan Kawasan APBD Ska, APBD
Pasar Nusukan Prop, APBN Bappeda
Pembangunan Pasar APBD Ska, APBD
Kadipiro Prop, APBN Bappeda
Penataan Kawasan APBD Ska, APBD
Pasar Gede Prop, APBN Bappeda
Pembangunan Pasar APBD Ska, APBD
Tradisional Prop, APBN Bappeda
Studi Kelayakan
Pengembangan RSUD APBD Ska, APBD
Kota Surakarta Prop, APBN Bappeda
Pembangunan RSUD APBD Ska, APBD DPU, Dinas
Kota Surakarta Prop, APBN Kesehatan
Pengembangan Tecno APBD Ska, APBD
Park Prop, APBN DPU
Pengembangan Taman APBD Ska, APBD
Tirtonadi Prop, APBN DPU, DKP

4 UTILITAS KOTA
Pengembangan Jaringan APBD Ska, APBD PDAM,
Air Bersih Prop, APBN Swasta
Pengadaan TPS APBD Ska, APBD DPU, DKP,
(Sampah) Prop, APBN PDAM
Peningkatan Jaringan APBD Ska, APBD DPU, PDAM

95
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Drainase Prop, APBN


Peningkatan Pelayanan
Jaringan Air Limbah APBD Ska, APBD
Terpadu Prop, APBN DPU, PDAM
Pengembangan Jaringan
Listrik PLN PLN
Normalisasi Kali APBD Ska, APBD
Pelemwulung Prop, APBN DPU, PDAM

PENINGKATAN
5 LINGKUNGAN DAN
PERMUKIMAN
Perbaikan Lingkungan APBD Ska, APBD
Perumahan Prop, APBN DPU
Studi Pengembangan APBD Ska, APBD
Rumah Susun Prop, APBN Bappeda
Studi Pengembangan APBD Ska, APBD
Apartemen Prop, APBN Bappeda
Sosialisasi Pemanfaatan
Kawasan Lindung APBD Ska, APBD Bappeda,
Sempadan Sungai Prop, APBN Dinas LH
Penguasaan Kawasan
Lindung Sempadan APBD Ska, APBD
Sungai Prop, APBN Sekda Ska
Sosialisasi Pemanfaatan
Kawasan Lindung APBD Ska, APBD Bappeda,
Sempadan Rel KA Prop, APBN Dinas LH
Studi Pengendalian
Kawasan Lindung Cagar APBD Ska, APBD
Budaya Prop, APBN Bappeda
Sumber : RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026

3.3 Rencana Pembangunan Kota Surakarta


Rencana pembangunan Kota Surakarta yang dipilih sebagai data empiris
ialah berupa dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).
3.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Sampai bulan Juni Tahun 2010, Kota Surakarta belum memiliki
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Hal ini dikarenakan
belum terbitnya RPJP Provinsi Jawa Tengah sehingga perlu menunggu sebab
RPJP Kota Surakarta mengacu pada RPJP Provinsi Jawa Tengah (Kabid. Litbang
Bappeda Kota Surakarta, 2010). Oleh karena itu dokumen ini yang seharusnya
tersedia untuk digunakan sebagai bahan pembahasan di bab berikutnya tidak dapat
dilakukan.

96
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surakarta


Tahun 2005-2010
Pemerintah Kota Surakarta telah menyusun dokumen perencanaan
pembangunan yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kota Surakarta Tahun 2005-2010 yang mana secara substansi terdapat penjabaran
matrik program dan kegiatan pembangunan dalam Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kota Surakarta. Penjabaran matrik program dan
kegiatan SKPD penyelenggara tata ruang juga diuraikan dalam RPJMD ini,
adapun SKPD yang teridentifikasi sebagai penyelenggara kegiatan pembangunan
keruangan ialah:
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
2. Dinas Pekerjaan Umum
3. Dinas Tata Kota
4. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
5. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
6. Kantor Lingkungan Hidup
7. Dinas Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan KB
8. Sekretariat Daerah
9. Kantor Pengelolaan Aset Daerah
10. Dinas Pertanian
11. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
12. Dinas Pengelolaan Pasar
13. Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima
14. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal
Dari SKPD di atas, tidak semua program dan kegiatan pembangunan
yang tersusun dalam matrik program lima tahunan rencana strategis SKPD
tergolong dalam program dan kegiatan yang terkait atau menunjang pada
pemanfaatan ruang, sehingga dilakukan peninjauan awal terhadap program dan
kegiatan yang ada. Berdasar atas peninjauan ini maka yang disajikan dalam tabel
matrik program di bawah ini hanyalah yang berkaitan atau menunjang pada
pemanfaatan ruang.

97
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.3.2.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Tabel 3.4
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Peningkatan Kapasitas Terwujudnya Persamaan Persepsi √ 240.000.000 APBD KOTA BAPPEDA/
Kelembagaan Perencanaan dan Pemahaman dalam KOTA
Pembangunan Daerah. Perencanaan di Seluruh SKPD
 Sosialisasi Kebijakan Pembangunan
Daerah
2 Program Perencanaan Pembangunan a. Tersusunnya Dokumen √ 120.000.000 APBD KOTA BAPPEDA/
Daerah. Perencanaan Jangka KOTA
 Penyusunan RPJMD Kota Menengah
Surakarta b. Tersusunnya Dokumen √ 100.000.000 APBD KOTA BAPPEDA/
 Penyusunan RPJPD Kota Surakarta Perencanaan Jangka Panjang KOTA
3 Program Perencanaan Tata Ruang. a. Tersusunnya Dokumen √ 700.000.000
 Penyusunan Rencana Tata Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah
Wilayah b. Tersusunnya Dokumen √ 1.500.000.000
 Penyusunan Rencana Detail Tata Rencana Tata Ruang Kawasan
Ruang c. Tersusunnya Dokumen √ 1.250.000.000
 Penyusunan Rencana Teknis Tata Rencana Teknis Tata Ruang
Ruang Kawasan Kawasan Kawasan
 Rapat koordinasi tentang Rencana d. Keterlibatan stakeholder √ 200.000.000
Tata Ruang terkait penataan ruang
 Revisi Rencana Tata Ruang e. Tersusunnya Dokumen Revisi √ 200.000.000
Rencana Tata Ruang
4 Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan a. Tersedianya Data Base √ 500.000.000 APBD KOTA BAPPEDA/
Jalan dan Jembatan Pemeliharaan Jalan KOTA
 Perencanaan Rehabilitasi/ b. Tersedianya Data Base √ 500.000.000 APBD KOTA BAPPEDA/
Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan Jembatan KOT
 Perencanaan Rehabilitasi/
Pemeliharaan Jembatan
5 Program Pengembangan Wilayah

98
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Perbatasan.
 Koordinasi Penetapan Rencana 900.000.000
Tata Ruang Perbatasan
6 Program Perencanaan
Pengembangan Wilayah Strategis
dan Cepat Tumbuh.
 Koordinasi Penetapan Rencana 200.000.000
Tata Ruang Wilayah Strategis dan
Cepat Tumbuh
 Pengembangan Solo Techno Park
7 Program Perencanaan Prasarana 800.000.000
Wilayah dan SDA.
 Koordinasi Penyusunan
Masterplan Prasarana
Perhubungan Daerah
 Koordinasi Penyusunan 750.000.000
Masterplan Pengendalian Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.2 Dinas Pekerjaan Umum


Tabel 3.5
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Perencanaan a. Penyelenggaraan Bintek √ 100.000.000 APBD KOTA
Pembangunan. Penyusunan Perencanaan
 Bimbingan Teknis Tentang Bidang Ke-PU-an pada LPMK
Perencanaan Pembangunan
2 Program Peningkatan Sarana dan a. Pembangunan Sarana dan √ 3.780.000.000 APBD KOTA
Prasarana Aparatur. Prasarana Kelurahan
 Pembangunan Gedung Kantor b. Pembangunan Sarana dan √ 8.675.558.000 APBD KOTA

99
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Prasarana Kecamatan
c. Pembangunan/Rehabilitasi √ 8.360.529.000 APBD KOTA
Fasilitas Kantor Pemerintah
d. Pembangunan/Rehabilitasi √ 14.550.000.000 APBD KOTA
Rumah Dinas
e. Pembangunan/ Rehabilitasi √ 3.625.000.000 APBD KOTA
Bangunan Fasilitas Kesehatan 24.200.000.000 APBN
f. Rehabilitasi TMP ‘Kusuma √ 3.875.978.400 APBD KOTA
Bhlati’ dan Bumi Perkemahan
(Tahap II) Kec. Jebres
g. Pembangunan/Rehabilitasi √ 1.425.000.000 APBD KOTA
Fasilitas Ibadah
h. Pembangunan/ Rehabilitasi √ 9.700.000.000 APBD KOTA
Bangunan Pasar
3 Program Pembangunan Saluran a. Perluasan dan Pembangunan √ 2.500.000.000 APBD KOTA
Drainase/Gorong-Gorong. Saluran dan Bangunan 7.500.000.000 APBD PROV.
 Peningkatan kualitas infrastruktur Pelengkap 17.500.000.000 APBN
transportasi termasuk
pengembangan type A, b. Pembangunan Terminal Type √ 2.000.000.000 APBD KOTA
komunikasi, kelistrikan, drainase A 7.500.000.000 APBD PROV.
dan penyediaan air bersih 50.000.000.000 APBN
4 Program Pembangunan Jalan dan a. Pemeliharaan rutin berkala √ 3.500.000.000 APBD KOTA
Jembatan. jalan arteri primer, arteri 3.250.000.000 APBD PROV.
 Pemeliharaan dan peningkatan sekunder, kolektor primer, 3.000.000.000 APBN
akses dari wilayah-wilayah kolektor sekunder, lokal
permukiman pada jalan-jalan primer dan lokal sekunder
utara b. Peningkatan, penggantian dan √ 38.500.000.000 APBD KOTA
pembangunan jalan dan 22.525.000.000 APBD PROV.
jembatan 8.650.000.000 APBN
5 Program Pengembangan Wilayah a. Revitalisasi bangunan dan √ 3.000.000.000 APBD KOTA
Strategis dan Cepat Tumbuh. kawasan peninggalan sejarah 20.750.000.000 APBN
 Pembangunan/Peningkatan b. Revitalisasi kawasan sentra √ 500.000.000 APBD KOTA
Infrastuktur industri 1.750.000.000 APBN
c. Revitalisasi kawasan obyek √ 2.500.000.000 APBD KOTA
wisata 10.000.000.000 APBD PROV.
15.000.000.000 APBN
d. Peningkatan, pembangunan √ 2.750.000.000 APBD KOTA

100
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

dan perluasan saluran dan 7.000.000.000 APBD PROV


bangunan pelengkap
e. Peningkatan, pembangunan √ 2.625.000.000 APBD KOTA
dan perluasan jalan dan 16.125.000.000 APBD PROV
jembatan
6 Program Pembangunan Sistem a. Penyusunan data base digitasi √ 1.000.000.000 APBD KOTA
Informasi/Data Base Jalan dan jalan dan jembatan
Jembatan. b. Survei jalan dan perhitungan √ 1.000.000.000 APBD KOTA
 Penataan Sistem Jaringan Jalan tingkat kepadatan lalu lintas
c. Penyusunan piranti lunak jalan √ 1.250.000.000 APBD KOTA
dan jembatan
d. Penyusunan Perda/Sempadan √ 350.000.000 APBD KOTA
7 Program Rehabilitasi/Pemeliharaan a. Pemeliharaan rutin dan √ 12.000.000.000 APBD KOTA
Jalan dan Jembatan. berkala jalan arteri, kolektor 20.000.000.000 APBD PROV.
 Operasional dan Pemeliharaan dan lokal 26.000.000.000 APBN
Jalan dan jembatan
8 Program Pembangunan Jalan dan a. Peningkatan jalan dan √ 5.250.000.000 APBD KOTA
Jembatan. penggantian jembatan arteri, 20.000.000.000 APBD PROV.
 Peningkatan, Penggantian dan kolektor dan lokal 27.000.000.000 APBN
Pembangunan Jalan dan Jembatan b. Pembangunan jalan baru, √ 5.000.000.000 APBD KOTA
arteri, kolektor dan lokal 7.500.000.000 APBD PROV.
15.000.000.000 APBN
c. Pembangunan jembatan √ 3.500.000.000 APBD KOTA
12.500.000.000 APBD PROV.
42.500.000.000 APBN
9 Program Pengembangan Perumahan. a. Pembangunan Sanitasi √ 806.033.000 APBD KOTA
 Pembangunan Sarana dan Masyarakat
Prasarana Rumah Sederhana sehat b. Pembangunan sarana dan √ 950.000.000 APBD KOTA
prasarana RT dan RW 2.000.000.000 APBD PROV.
7.750.000.000 APBN
c. Pembangunan rumah susun √ 10.010.000.000 APBD KOTA
sewa (RUSUNAWA) 6.562.500.000 APBD PROV.
43.750.000.000 APBN
d. Rehabilitasi rumah sewa √ 2.500.000.000 APBD KOTA
e. Rehabilitasi Pondok Boro √ 3.000.000.000 APBD KOTA
f. Penataan dan pengembangan √ 4.100.000.000 APBD KOTA
kawasan perbatasan yang 35.500.000.000 APBN

101
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

tertinggal
g. Perbaikan prasarana √ 1.875.000.000 APBD KOTA
lingkungan permukiman 12.500.000.000 APBN
10 Program Pengembangan dan a. Penyusunan piranti lunak √ 1.500.000.000 APBD KOTA
Pengelolaan Drainase Kota. drainase 9.700.000.000 APBN
 Penataan sistem Drainase
11 Program Rehabilitasi Drainase Kota. a. Pemeliharaan rutin dan √ 10.200.000.000 APBD KOTA
 Operasional dan Pemeliharaan berkala saluran dan bangunan
Drainase Kota pelengkap
12 Program Pembangunan Saluran a. Peningkatan/rehabilitasi √ 4.500.000.000 APBD KOTA
Drainase/Gorong-Gorong. saluran dan bangunan 7.500.000.000 APBD PROV.
 Pembangunan saluran pelengkap 22.500.000.000 APBN
drainase/gorong-gorong b. Perluasan/pembangunan √ 4.500.000.000 APBD KOTA
saluran dan bangunan 12.500.000.000 APBD PROV.
pelengkap 28.750.000.000 APBN
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.3 Dinas Tata Kota


Tabel 3.6
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Tata Kota
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Perencanaan Tata Ruang. RTRK Kawasan Surakarta Utara √ 1.000.000.000 APBD II Kec.
 Penyusunan Rencana Tata Ruang Banjarsari
Kawasan dan Kec.
Jebres
2 Program Pemanfaatan Ruang. a. Pembuatan naskah akademis √ 25.000.000 APBD II
 Penyusunan kebijakan rancangan perubahan Perda
pengendalian pemanfaatan ruang No. 8/1988
 Fasilitasi peningkatan peran serta b. Pembuatan draft raperda √ 75.000.000 APBD II
masyarakat dalam pemanfaatan bangunan

102
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

ruang c. Pembangunan Solo City Walk √ 5.804.000.000 APBD II


 Survey dan pemetaan d. Pembangunan Kampung Batik √ 2.000.000.000 APBD II
 Sosialisasi kebijakan, norma, Laweyan
standar, prosedur, manual e. Peta persil Kota Surakarta √ 300.000.000
pemanfaatan ruang f. Sosialisasi teknis perijinan √ 100.000.000
bangunan
3 Program Pengendalian Pemanfaatan a. Pengawasan penggunaan √ 250.000.000 APBD II Kota
Ruang. bangunan Surakarta
 Pengawasan pemanfaatan ruang b. Informasi tata ruang dan tata √ 2.154.000.000 APBD II
 Koordinasi teknis perijinan bangunan
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.4 Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan


Tabel 3.7
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Peningkatan Pelayanan
Angkutan.
 Koordinasi dalam peningkatan √ 100.000.000 APBD KOTA Kota
pelayanan angkutan (kerja sama Surakarta
bidang kelalulintasan dan
angkutan antardaera se wilayah
SUBOSUKOWONOSRATEN)
 Pengembangan sarana dan √ 13.000.000.000 APBD KOTA Kota
prasarana pelayanan jasa Surakarta
angkutan (Studi persiapan dan
pembangunan rest area angkutan
barang)
 Kegiatan penataan tempat-tempat
pemberhentian angkutan umum √ 2.816.050.000 APBD KOTA Kota

103
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

(pengadaan shelter) Surakarta


 Kegiatan penataan tempat-tempat
pemberhentian angkutan umum √ 40.000.000 APBD KOTA Kota
(survey penetapan pangkalan Surakarta
taksi)
 Sosialisasi penyuluhan ketertiban
lalin dan angkutan penertiban √ 767.650.000 APBD KOTA Kota
parkir Surakarta

2 Program Pembangunan Sarana dan


Prasarana Perhubungan.
 Pembangunan halte bis dan taksi 16.500.000.000 APBD KOTA Kota
gedung terminal Surakarta
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.5 Dinas Kebersihan dan Pertamanan


Tabel 3.8
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Sampah.
 Pembangunan lahan penimbunan Terciptanya pengelolaan sampah √ 90.000.000 APBD KOTA Kota
baru di TPA Putri Cempo yang memadai Surakarta
2 Program Pengelolaan Ruang Terciptanya taman yang bersih
Terbuka Hijau. dan berbudaya
 Pembangunan taman mapam 200.000.000 APBD KOTA Kota
manahan Surakarta Surakarta
 Pembuatan taman dan patung 360.000.000 APBD KOTA
Gilingan
 Pembuatan taman Setabelan 430.000.000 APBD KOTA Kota
 Pembuatan taman Ngesus 411.200.000 APBD KOTA Surakarta
1.000.000.000 APBD KOTA

104
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

 Pembuatan taman Banjarsari 1.000.000.000 APBD KOTA


 Pembuatan pagar BRC Taman
Banjarsari 350.000.000 APBD KOTA Kota
 Pembuatan taman Soekarno-Hatta 12.000.000.000 APBD KOTA Surakarta
 Penanaman turus jalan dan taman
jalur hijau
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

3.3.2.6 Kantor Lingkungan Hidup


Tabel 3.9
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor Lingkungan Hidup
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/ Keterang
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan
Lokasi an
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Perlindungan dan a. Penanaman tanaman √ 750.000.000 APBD KOTA KLH, Kantor
Konservasi Sumber Daya Alam. penghijauan Aset, Dispora,
 Pengendalian kerusakan hutan dan DTK, Bappeda,
lahan Kec., Kel.
 Konservasi sumber daya air dan
pengendalian kerusakan sumber b. Pembuatan demplot sumur √ 750.000.000 APBD KOTA KLH, DPU,
air resapan Kec., Kel.

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

105
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.3.2.7 Dinas Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan KB


Tabel 3.10
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Kesejehteraan Rakyat, Pemberdayaan Perempuan dan KB
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Pengembangan Perumahan.
 Perbaikan rumah tak layak huni Meningkatnya rumah tak layak √ 5.750.000.000 APBD KOTA Kota
huni Surakarta
2 Program lingkungan sehat
perumahan.
 Penataan lingkungan kumuh Meningkatnya lingkungan √ 5.750.000.000 APBD KOTA Kota
kumuh Surakarta
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010
3.3.2.8 Sekretariat Daerah, Bagian Hukum dan HAM
Tabel 3.11
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Sekretariat Daerah, Bagian Hukum dan HAM
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/ Ketera
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan
Lokasi ngan
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program Penataan Peraturan a. Ditetapkannya Perda, √ 1.137.750.000 APBD KOTA Akademisi, unit
Perundang-undangan. Diterbitkannya Kep. Walikota, kerja terkait
 Legislasi rancangan peraturan Kep. Walikota dengan
perundang-undangan persetujuan DPRD
 Fasilitasi sosialisasi peraturan b. Terlaksananya pembinaan √ 1.365.000.000 APBD KOTA Akademisi, unit
perundang-undangan kesadaran hukum masyarakat kerja terkait,
 Publikasi peraturan perundang- organisasi yang
undangan berkompeten

c. Terbitnya buku abstrak dan √ 511.927.000 APBD KOTA Akademisi, unit

106
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

warta peraturan per-UU-an, kerja terkait,


produk hukum: LD lepas, LSM, organisasi
Himpunan Kep. Walikota, yang
Himpunan LD, CD berkompeten
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010
3.3.2.9 Kantor Pengelolaan Aset Daerah
Tabel 3.12
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor Pengelolaan Aset Daerah
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program penataan penguasaan, a. Pensertifikatan tanah/jalan √ 1.229.849.000 APBD KOTA
pemilikan, penggunaan dan Pemerintah Kota Surakarta
pemanfaatan tanah. b. Pembuatan dan pemasangan √ 114.270.000 APBD KOTA Pihak ke 3
 Penataan penguasaan pemilikan, patok
penggunaan dan pemanfaatan
tanah
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010
3.3.2.10 Dinas Pertanian
Tabel 3.13
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pertanian
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program peningkatan ketahanan
pangan.
 Pemanfaatan pekarangan untuk Terjaminnya keamanan pangan √ 3.309.352..000 APBD KOTA Kota
pengembangan pangan Surakarta

107
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2 Program peningkatan pemasaran


hasil peternakan.
 Pembangunan sarana dan Terwujudnya sarana dan √ 2.754.800.000 APBD KOTA Kec. Jebres,
prasarana pasar produksi hasil prasarana RPU dan RPH 6.400.000.000 APBN Pasarkliwon
peternakan
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010
3.3.2.11 Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
Tabel 3.14
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program pengembangan destinasi a. Rehab dan pemeliharaan √ 3.210.000.000 APBD KOTA Kota Pilihan
pariwisata. Hotel Maliawan di Surakarta Pariwisata
 Peningkatan pembangunan sarana Tawangmangu; Penyediaan, dan luar
dan prasarana pariwisata palaksanaan TIC (Tourist daerah
Information Centre) dan biaya
operasional TIC; Rehab
bangunan obyek dan daya
tarik wisata; Penyediaan dan
pemeliharaan gedung
pameran/kegiatan seni
budaya; Pengecatan becak dan
shelter nuansa budaya
 Pengembangan daerah tujuan b. Perintisan, pembinaan dan √ 1.050.000.000 APBD KOTA Kota Pilihan
wisata promosi Desa Wisata Baru; Surakarta Pariwisata
Pelayanan di obyek dan daya
tarik wisata; Pembinaan
obyekdan daya tarik wisata;
Pengantaran tamu dinas ke
obyek dan daya tarik wisata;
Penataan dan pemeliharaan
Taman Wisata

108
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010
3.3.2.12 Dinas Pengelolaan Pasar
Tabel 3.15
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Dinas Pengelolaan Pasar
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program pengembangan wilayah a. Terlaksananya renovasi Pasar √ 50.000.000.000 APBD KOTA Kota
strategis dan cepat tumbuh Kembang, Rejosari, Kliwon, Surakarta
 Peningkatan bangunan pasar Depok, Harjodaksino, Legi,
Gede, Gading, Kadipolo,
Rejosari, Sidodadi, dan Klewer
 Pembangunan baru pasar mobil b. Terwujudnya pasar mobil √ 3.000.000.000 APBD KOTA Kota
bekas bekas Surakarta
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

109
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.3.2.13 Kantor Pengelolaan PKL


Tabel 3.16
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Kantor Pengelolaan PKL
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program pembinaan pedagang kaki a. Penataan/penertiban PKL √ 21.550.571.000 APBD KOTA Kota
lima dan asongan Manahan; Pengadaan tenda Surakarta
 Kegiatan penataan tempat PKL; Penataan PKL kawasan
berusaha bagi pedagang kaki lima Monumen 45 Banjarsari ke
Semanggi; Pembangunan
shelter PKL dan gerobak PKL
Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010
3.3.2.14 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal
Tabel 3.17
Matrik Program Lima Tahunan Rencana Strategis Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal
Indikasi
Pagu Indikasi 2005-2011 Mitra SKPD/
No Program & Kegiatan Indikasi Keluaran Kegiatan Keterangan
Lokasi
K.A K.R Rp. Sumber Dana
(01) (02) (03) (04) (05) (06) (07) (08) (09)
1 Program penataan struktur industri √ 1.400.000.000 APBD KOTA Kota
 Penyediaan sarana dan prasarana Surakarta
klaster industri

Sumber: Penjabaran Matrik Program dan Kegiatan RPJMD Kota Surakarta 2005-2010

110
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3.4 Hasil Interview Pada Informan


Secara teoritis, penyusunan rencana tata ruang dan rencana pembangunan
dapat dilaksanakan secara bersamaan, saat masa penyusunan dua (2) sistem
perencanaan tersebut dimulai pada waktu yang bersamaan maka dalam tahapan
perumusan analisis SWOT dilakukan kolaborasi sinergisitas antara pihak
penyusun rencana tata ruang dan rencana pembangunan. Namun, apabila waktu
penyusunan kedua dimensi dokumen perencanaan ini tidak dilakukan dalam
waktu yang bersamaan, maka dokumen perencanaan yang telah ada terlebih
dahulu dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan yang akan
disusun.
Di Kota Surakarta, saat penyusunan RTRW Kota Surakarta 2007-2026
telah dimulai, belum ada dokumen RPJPD sehingga dalam penyusunannya
memperhatikan arahan pembangunan dalam RPJMD. Apabila waktu penyusunan
RTRW Kota Surakarta ini bersamaan dengan penyusunan dokumen RPJPD Kota
Surakarta, maka keterpaduan dari dua dimensi rencana ini akan baik.
Dalam penyusunan dokumen perencanaan tersebut, seluruh stakeholder
dilibatkan dalam proses penyusunannya. Melalui pendekatan partisipatif,
keterlibatan dari seluruh stakeholder ini, khususnya masyarakat, terjadi saat
diadakan seminar pembahasan draft dokumen perencanaan menuju legalisasi
dokumen sebagai peraturan daerah. Saat dokumen ini telah resmi sebagai
instrumen dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang maka disosialisasikan pada
seluruh SKPD yang terkait dengan pemanfaatan ruang.
Pemerintah Kecamatan di Kota Surakarta hanya berperan melaksanakan
kebijakan-kebijakan dari Pemerintah Kota, tidak bertanggung jawab untuk
mensosialisasikan RTRW Kota Surakarta. Sosialisasi tentang RTRW ini menjadi
tanggung jawab Dinas Tata Ruang Kota. Dalam hal ini Pemerintah Kecamatan
berperan dalam penegakan kebijakan melalui salah satu bagian pembangunan
lingkungan hidup dalam stuktural organisasi Pemerintah Kecamatan.
RTRW Kota Surakarta telah digunakan sebagai pedoman dalam
pemanfaatan ruang di Kota Surakarta, namun arahan dari RTRW ini masih belum
cukup operasional, sangat memungkinkan adanya multiinterpretasi saat memaknai

111
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

rencana yang ada. Masih membutuhkan rencana rinci sebagai instrumen


pengendalian pemanfaatan ruang. Kedepannya, akan disusun rencana rinci
termasuk peraturan zonasi sebagai instrumen untuk pengendalian pemanfaatan
ruang.
Saat ini, sanksi peraturan daerah yang ada terkait penataan ruang tidak
terlalu tegas, tindakan yang dilakukan saat ada penyimpangan pemanfaatan ruang
hanyalah bersifat sanksi administratif dan penghentian kegiatan pembangunan.
Namun, kedepannya akan ada sanksi yang lebih tegas berupa sanksi pidana dan
denda.
Dalam perwujudan RTRW Kota Surakarta ini, tentunya seluruh SKPD
pelaksana pembangunan telah mengacu pada arahan dalam rencana tata ruang
tersebut. Prioritasi pembangunan keruangan saat ini dominan diutamakan pada
kegiatan yang berlokasi di Kota Surakarta bagian utara, sehingga alokasi
penganggaran diutamakan untuk kegiatan-kegiatan di lokasi tersebut.

112
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

BAB 4
PEMBAHASAN KINERJA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
(RTRW) DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SURAKARTA

Pada bab ini akan diuraikan hasil telaah terkait persoalan dalam
penelitian, yakni menelaah proses penyusunan rencana keruangan dan
pembangunan, telaah terkait dengan muatan dan arahan rencana keruangan, telaah
penilaian keterpaduan mekanisme pra implementasi antara rencana keruangan dan
rencana pembangunan, telaah kelembagaan perencanaan keruangan dan
perencanaan pembangunan serta telaah indikasi penganggaran dalam perencanaan
demi menemukan tingkatan kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang di Kota
Surakarta.
4.1 Telaah Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota
Surakarta
Proses penyusunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 bermula
dari pengumpulan data, analisis hingga rencana yang mana tiap tahapan proses
didokumentasikan pada bagian buku yang terpisah. Pihak yang terlibat dalam
penyusunan ialah tim ahli perencana yang dijadikan mitra kerja oleh Pemerintah
Kota Surakarta. Pada bagian substansi titik tolak/pertimbangan dalam
perencanaan, RTRW Kota Surakarta telah mempertimbangkan rencana keruangan
yang berada di jenjang atasnya namun tidak memperhatikan rencana
pembangunan yang ada di jenjang atasnya dan/atau yang sejajar. Hal ini
menyebabkan lepasnya nilai korelasi, keterpaduan dan sinkronisasi RTRW Kota
Surakarta terhadap rencana pembangunan yang ada demi terciptanya perencanaan
yang terintegratif. Semestinya dalam menentukan pertimbangan sebagai titik tolak
perencanaan juga memperhatikan arahan dari rencana pembangunan yang sudah
ada.
Meninjau dari prosedur penyusunan RPJM Kota Surakarta pada Gambar
3.1 juga tidak memperhatikan arahan dari rencana tata ruang yang ada.
Penyusunan RPJM berdasar pada visi dan misi Walikota periode 2005-2010,

113
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

penyusunan rancangan awal RPJM oleh Bappeda serta masukan dari rencana
strategis SKPD yang kemudian dimusyawarahkan pada seluruh stakeholder dalam
forum MUSRENBANG RPJM. Proses penyusunan ini telah sesuai dengan yang
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN.
Pendekatan semacam ini merupakan pendekatan politik, yaitu merujuk pada visi
dan misi kepala daerah terpilih. Pendekatan partisipatif dengan melibatkan
stakeholder dalam forum MUSRENBANG RPJM. Pendekatan teknokratik
ditempuh melalui penyusunan rancangan awal RPJM oleh Bappeda, usulan
rencana strategis dari masing-masing SKPD beserta program-programnya.
Kemudian pendekatan top-down dan botton-up dilalui dengan sinkronisasi
kebijakan pemerintahan di jenjang atas dan bawahnya dalam Pemerintah Kota
Surakarta. Dari keseluruhan pendekatan dan proses ini, masih berbasis pada
perencanaan sektoral, secara konkrit belum menunjukkan adanya tinjauan akan
rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan.
Ditinjau dari konteks waktu antara dua dokumen tersebut, terdapat
perbedaan jangka waktu (time frame) dan waktu penyusunan rencana. Pada
dokumen RTRW Kota Surarta Tahun 2007-2026 disusun pada Tahun 2006
dengan jangka waktu dua puluh (20) tahun, sedangkan dokumen RPJM Kota
Surakarta Tahun 2005-2010 disusun pada Tahun 2005. Jelas bahwa RPJM Kota
Surakarta ditetapkan terlebih dahulu daripada RTRW Kota Surakarta, sehingga
menurut hasil interview pada informan di Bappeda Kota Surakarta, penyusunan
RTRW mengacu pada RPJM Kota Surakarta. Walaupun RTRW ini disusun
setelah RPJM Kota Surakarta 2005-2010 tersusun, ditinjau dari siklus yang terjadi
saat penyusunan RTRW yang berlandaskan pada UUPR mulai tahun 1992 (UUPR
Nomor 24 Tahun 1992) selalu diadakan peninjauan atau revisi terhadap rencana
tata ruang secara periodik, hal ini mengindikasikan bahwa secara substansi atau
muatan dalam RTRW tidak akan lepas dari rencana tata ruang yang telah
ditetapkan/digunakan sebelumnya. Dengan demikian, secara substansi rencana,
RPJM Kota Surakarta mengacu pada RTRW Kota Surakarta.
Selain itu, menelaah dari arahan yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Penataan Ruang (UUPR) serta pedoman dalam penyusunan rencana

114
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

pembangunan daerah, mengisyaratkan bahwa proses penyusunan rencana tata


ruang dan rencana pembangunan dapat dilakukan secara bersamaan/beriringan
atau saling mengacu antara rencana tata ruang dan rencana pembangunan serta
sebaliknya.
Untuk menuju tercapainya keterpaduan rencana keruangan dalam
rencana pembangunan, perlu dikembangkan format baru dalam proses
penyusunan sehingga juga mempertimbangkan arahan rencana tata ruang
khususnya yang terkait dengan pembangunan keruangan, misalnya pada fungsi
lingkungan hidup. Model proses penyusunan rencana pembangunan dapat
diilustrasikan dengan skema berikut ini:
(
Visi, Misi, Program Kepala
Daerah1 Terpilih
)

Bappeda menyusun rancangan (


SKPD menyusun
2 Renstra SKPD
Awal RPJMD
( )
Program SKPD
3
1. Visi, Misi Kepala Daerah
2. Strategi Pembangunan Daerah )
3. Kebijakan Umum
4. Kerangka Ekonomi Daerah
5. Arahan Pemanfaatan Ruang* Bappeda
6. Program SKPD (menyelenggarakan
4
MUSRENBANG RPJMD
)
(
5
)
Bappeda menyusun rancangan Penetapan RPJMD
Akhir RPJMD

1. Visi, Misi Kepala Daerah (


2. Strategi Pembangunan Daerah ( 7
3. Kebijakan Umum 6 )
4. Kerangka Ekonomi Daerah ) Digunakan sebagai
5. Arahan Pemanfaatan Ruang* pedoman penyusunan
6. Program SKPD Rancangan RKPD

Gambar 4.1
Usulan Proses Penyusunan RPJMD
(Sumber: Analisis, 2010)

115
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4.2 Telaah Muatan dan Arahan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-
2026
Telaah muatan dan arahan dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-
2026 dimaksudkan untuk menilai kelengkapan isi rencana tata ruang berdasar
akan karakteristik wilayah di Kota Surakarta sehingga benar-benar siap digunakan
sebagai perwujudan pemanfaatan ruang.
4.2.1 Tinjauan Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Surakarta
Pada prinsipnya, rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota
adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan strategi
pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan
peranannya dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan,
strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional. Oleh karena itu, dalam perumusan
visi dan misi keruangan wilayah Kota Surakarta harus berpijak pada kebijakan
dan strategi pengembangan dalam RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Jawa
Tengah. Hal ini telah tercantum dalam bab tiga (3) dalam dokumen RTRW Kota
Surakarta Tahun 2007-2026 yang memperhatikan dan mempertimbangkan
perencanaan sesuai dengan rencana tata ruang jenjang wilayah di atasnya.
Perumusan visi dan misi penataan ruang Kota Surakarta juga berdasar
pada visi pembangunan Kota Surakarta, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
integritas visi pembangunan dan visi penataan ruang Kota Surakarta yang mana
penyusunan RTRW Kota Surakarta dilaksanakan setelah terdapat visi
pembangunan Kota Surakarta tersebut.
Selain upaya integritas di tataran visi pembangunan Kota Surakarta,
perumusan visi penataan ruang juga berdasar pada misi pembangunan Kota
Surakarta yang termuat dalam rencana pembangunan Kota Surakarta. Dengan
berdasar pada visi dan misi pembangunan Kota Surakarta tersebut maka
terumuskan visi penataan ruang dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026
yaitu ‘Kota Produksi Bersih’ atau ‘Cleaner Production City’ dengan lima (5) misi
yang mendukung demi terwujudnya visi ini.

116
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Proses perumusan visi dan misi penataan ruang ini dapat dibuat skema
seperti gambar di bawah ini.

Visi Pembangunan
Kota Surakarta Visi dan Misi Penataan Ruang
Kota Surakarta
dijabarkan (dalam RTRW Kota Surakarta
Tahun 2007-2026)
Misi Kota
Surakarta
(dalam rencana
pembangunan)

Gambar 4.2
Proses Perumusan Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Surakarta
(Dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026)
(Sumber: Analisis, 2010)

4.2.2 Tinjauan Tujuan Pemanfaatan Ruang Kota


Perumusan tujuan pemanfaatan ruang kota ini dibagi kedalam empat (4)
aspek, yakni tata ruang kota, sosial ekonomi, pengelolaan pembangunan kota dan
lingkungan hidup. Walaupun tujuan pemanfaatan ruang kota ini meliputi seluruh
aspek pembangunan suatu kota, namun isi dan hasil (outcome) dari keempat aspek
ini bermuara pada pemanfaatan ruang yang produknya ialah berupa
pengembangan fisik atau lingkungan. Hal ini sesuai dengan amanat perundangan
tentang penataan ruang wilayah kota bahwa tujuan penataan ruang wilayah kota
ditetapkan pemerintah daerah kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan
misi pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada
dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.
4.2.3 Tinjauan Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota
4.2.3.1 Rencana Sistem Lingkungan
Rencana perwilayahan Kota Surakarta ini dibagi kedalam enam (6)
Bagian Wilayah Kota (BWK) dengan mempertimbangkan lokasi pusat kegiatan,
kondisi wilayah dan kependudukan. Pembagian wilayah kota ini juga telah

117
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

diperjelas dengan gambar peta yang bersifat dua (2) dimensi sehingga terlihat
dengan jelas batas-batas pembagian wilayahnya pada tiap BWK.
Akan tetapi, rencana pembagian wilayah tersebut tidak dijabarkan arah
rencana pengembangan yang spesifik pada tiap Bagian Wilayah Kota (BWK),
hanya melihat eksisting dominansi kegiatan dalam suatu wilayah yang kemudian
ditetapkan sebagai pusat kegiatan sehingga pembagian wilayah kedalam BWK
hanya digunakan dari sisi batas fisik wilayah tanpa arahan rencana pengembangan
keruangan di dalam BWK tersebut.
4.2.3.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 terdiri
dari fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan dan perdagangan. Rencana
fasilitas pendidikan diarahkan untuk pengembangan penambahan sarana TK, SD
dan SLTP. Fasilitas kesehatan direncanakan untuk pengembangan rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus pada BWK III dan IV sebagai magnet
perkembangan wilayah Kota Surakarta bagian utara.
Menurut standar kebutuhan fasilitas peribadatan, tidak membutuhkan
adanya penambahan fasilitas peribadatan sampai akhir tahun perencanaan, yakni
tahun 2026. Sedangkan pada fasilitas perdagangan diarahkan untuk penambahan
fasilitas pasar kelas II, yang melayani suatu kawasan di BWK III dan IV.
Meninjau dari substansi jenis fasilitas sosial ini, yang seharusnya
termasuk dalam bagian rencana struktur pusat pelayanan kegiatan kota, masih
banyak kekurangan jenis pusat pelayanan kegiatan yang tidak direncanakan dalam
RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 ini. Misalnya: rencana pengembangan
industri, rencana pengembangan pariwisata, rencana pengembangan olahraga dan
rekreasi, serta rencana pusat pelayanan pemerintahan yang secara eksisting
keberadaan fasilitas tersebut mengisi ruang di Kota Surakarta sehingga juga perlu
direncanakan.
4.2.3.3 Rencana Pengembangan Perumahan
Pengembangan perumahan didasarkan pada rencana distribusi dan
kepadatan penduduk, sehingga diperlukan adanya penambahan jumlah rumah

118
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

untuk mengimbangi proyeksi pertumbuhan penduduk. Pada BWK I, V dan VI


diarahkan pada pembangunan perumahan secara vertikal.
4.2.3.4 Rencana Pengembangan Utilitas
Pengembangan utilitas dibagi kedalam jaringan listrik, jaringan air
bersih, jaringan telepon, jaringan drainase dan sistem pengelolaan persampahan.
Rencana pengembangan jaringan listrik terdiri dari arahan pengembangan pola
jaringan yang disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam PLN dan
pemenuhan kebutuhan listrik bagi tiap jenis kegiatan dalam kota berdasar pada
kapasitas yang dibutuhkan.
Pada rencana jaringan air bersih dibutuhkan adanya kemitraan lintas
wilayah karena sumber mata air yang terbatas dalam wilayah Kota Surakarta.
Pengembangan jaringan telepon diarahkan pada penambahan jumlah sambungan
telepon, sedangkan pengembangan jaringan drainase diarahkan pada optimalisasi
fungsi jaringan yang sudah ada serta pengembangan pada kawasan-kawasan yang
belum terjangkau.
Pengelolaan sampah diarahkan pada pengolahan menjadi bahan pupuk di
TPA. Selain itu juga diperlukan adanya penambahan TPS yang tersebar di
wilayah kota.
Meninjau dari muatan rencana pengembangan utilitas ini, yang termasuk
dalam rencana sistem jaringan prasarana kota, terdapat beberapa jenis prasarana
yang tidak direncanakan. Misalnya jaringan telematika (tidak hanya jaringan
telepon), penyediaan air minum kota, penyediaan air limbah kota, sanitasi, sarana
dan prasarana pedestrian serta jalur evakuasi bencana. Sebagai kota besar,
semestinya Kota Surakarta juga direncanakan terkait prasarana-prasarana tersebut.
4.2.3.5 Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi
Pada rencana pengembangan jaringan transportasi meliputi sistem
jaringan transportasi darat, yaitu jaringan jalan dan jaringan rel kereta api.
Rencana jaringan jalan terdiri dari pengembangan pola dan fungsi jaringan jalan
pada tiap kelas, dimensi jaringan jalan pada tiap kelas serta pengembangan
fasilitas transportasi umum. Rencana pengembangan jaringan rel kereta api
diarahkan pada pengembangan perlintasan tidak sebidang.

119
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Rencana pengembangan transportasi merupakan sistem prasarana utama


dalam suatu kota. Di Kota Surakarta, terdapat dua (2) macam sistem jaringan
transportasi yaitu transportasi darat dan transportasi udara. Dalam RTRW Kota
Surakarta Tahun 2007-2026 ini tidak terdapat rencana yang mengarahkan
pengembangan transportasi udara.
4.2.4 Tinjauan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
4.2.4.1 Kawasan Lindung
Pada rencana pola kawasan lindung mengatur tentang kawasan lindung
sempadan sungai dan sempadan jalan kereta api, kawasan lindung cagar budaya
dan kawasan lindung rawan bencana banjir. Namun belum ada rencana kawasan
lindung yang berupa hutan lindung (hutan kota), kawasan resapan air dan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) kota.
4.2.4.2 Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya dibagi kedalam beberapa rencana zona, yaitu
zona perumahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri,
kesehatan, campuran, rekreasi dan olahraga/open space, kuburan/makam,
perairan. Zona campuran dimaksudkan untuk pertimbangan kelayakan
percampuran kegiatan dalam suatu zona tertentu. Dalam rencana kawasan
budidaya ini belum ada rencana zona pariwisata dan ruang evakuasi bencana.
4.2.5 Tinjauan Pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan rencana dalam RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026
memuat tentang rencana tindak lanjut dari produk rencana dalam kaitannya
dengan legalisasi rencana, sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan, organisasi
pelaksana dalam pemerintah kota serta pentahapan pelaksanaan pembangunan
yang berisi indikasi program selama jangka waktu perencanaan (20 tahun).
Dari seluruh substansi perencanaan tata ruang yang ada dalam RTRW
Kota Surakarta Tahun 2007-2026 dapat dibuat matrik penilaian kelengkapan
muatan berdasar pada kriteria sifat kekotaan menurut Undang-Undang Penataan
Ruang (UUPR) pada karakteristik wilayah Kota Surakarta ialah sebagai berikut:

120
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Tabel 4.1
Penilaian Rencana RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026
Berdasarkan Kelengkapan Substansi dan Karakteristik Wilayah
No Muatan Ada (%) Tidak (%)
A Rencana Struktur Ruang
1 Perwujudan pusat-pusat pelayanan
1.1 Pusat pelayanan kota √ 3,44 - -
1.2 Sub pusat pelayanan kota √ 3,44 - -
1.3 Pusat lingkungan √ 3,44 - -
2 Perwujudan sistem prasarana
Sistem prasarana utama
2.1 Sistem jaringan transportasi darat √ 3,44 - -
2.2 Sistem jaringan transportasi udara - - √ 3,44
Sistem prasarana lainnya
2.3 Sistem jaringan energi/ kelistrikan √ 3,44 - -
2.4 Sistem jaringan telekomunikasi √ 3,44 - -
2.5 Sistem jaringan sumber daya air kota √ 3,44 - -
Infrastuktur perkotaan
2.6 Sistem penyediaan air minum kota - - √ 3,44
2.7 Sistem penyediaan air limbah kota - - √ 3,44
2.8 Sistem persampahan kota √ 3,44 - -
2.9 Sistem drainase kota √ 3,44 - -
2.10 Penyediaan sarana dan prasarana - - √ 3,44
pedestrian
2.11 Jalur evakuasi bencana - - √ 3,44
B Perwujudan Pola Ruang
1 Perwujudan kawasan lindung
1.1 Hutan Lindung - - √ 3,44
1.2 Kawasan resapan air - - √ 3,44
1.3 Kawasan perlindungan setempat √ 3,44 - -
1.4 Ruang terbuka hijau (RTH) kota (taman, √ 3,44 - -
kuburan)
1.5 Kawasan suaka alam dan cagar budaya √ 3,44 - -
1.6 Kawasan rawan bencana alam (banjir) √ 3,44 - -
2 Perwujudan kawasan budidaya -
2.1 Kawasan perumahan √ 3,44 - -
2.2 Kawasan perdagangan dan jasa √ 3,44 - -
2.3 Kawasan perkantoran √ 3,44 - -
2.4 Kawasan industri √ 3,44 - -
2.5 Kawasan pariwisata - - √ 3,44
2.6 Kawasan non ruang terbuka hijau - - √ 3,44
2.7 Kawasan ruang evakuasi bencana - - √ 3,44
2.8 Kawasan peruntukan ruang bagi sektor √ 3,44 - -
informal (campuran)
2.9 Kawasan olahraga/ open space √ 3,44 - -
Tidak terdapat penetapan kawasan
C Perwujudan Kawasan Strategis Kota
strategis di Kota Surakarta
1 Kawasan berhimpitan dengan kawasan - - - -
strategis nasional dan kawasan strategis
provinsi
1.1 ... - - - -

121
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2 Kawasan strategis dari sudut kepentingan - - - -


ekonomi
2.1 ... - - - -
3 Kawasan strategis dari sudut kepentingan - - - -
sosial budaya
3.1 ... - - - -
4 Kawasan strategis pendayagunaan sumber - - - -
daya alam dan/atau teknologi tinggi
4.1 ... - - - -
5 Kawasan strategis dari sudut kepentingan - - - -
fungsi dan daya lingkungan
5.1 ... - - - -
6 Kawasan strategis dari kepentingan - - - -
pembangunan wilayah dan kota
6.1 ... - - - -
Total (dari 29 kriteria) 19 65,52 10 34,48
Sumber: Analisis, 2010

Kriteria Muatan
Keterangan: Penilaian = x 100%
Total Kriteria

Berdasar dari penilaian dalam tabel di atas, dapat dikatakan bahwa


RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 telah memenuhi kelengkapan substansi
rencana sebesar 65,52%, sedangkan terdapat kekurangan substansi rencana
sebesar 34,48%. Semestinya muatan-muatan yang menjadi kekurangan substansi
dalam rencana turut juga direncanakan karena wilayah Kota Surakarta karena dari
kondisi eksisting di Kota Surakarta terdapat kegiatan dan tata guna lahan seperti
yang tertera di butir-butir kekurangan yang perlu direncanakan.
Penilaian ini masih belum mempertimbangkan dari aspek rencana
kawasan strategis kota karena tidak ada penetapan kawasan strategis dalam
RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 yang semestinya terdapat penetapan
kawasan strategis kota dari berbagai sudut kepentingan Kota Surakarta. Padahal
dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah, Kota Surakarta diarahkan untuk
pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
sosial budaya, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.

122
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4.3 Telaah Keterpaduan Mekanisme Pra Implementasi Rencana dalam


RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 dan RPJM Kota
Surakarta Tahun 2005-2010
Untuk menelaah serta menilai korelasi, keterpaduan dan sinkronisasi
antara RTRW dan RPJM Kota Surakarta, menggunakan matrik komparasi yang
ditinjau menurut muatan dan indikasi pemanfaatan ruang terhadap program dan
kegiatan dalam rencana strategis SKPD yang termuat dalam RPJM Kota Surakarta
sebagai mekanisme pra implementasi rencana. Mekanisme pra implementasi
rencana yang berupa daftar program perwujudan pemanfaatan ruang (indikasi
program pelaksanaan pembangunan RTRW Kota Surakarta pada Tabel 3.3) dalam
penataan ruang dan program lima tahunan rencana strategis SKPD dalam
Pemerintah Kota Surakarta yang terdapat pada Tabel 3.4 sampai Tabel 3.17 akan
dikomparasi atau dibandingkan untuk menemukan korelasi, sinkronisasi dan
keterpaduannya. Perbandingan dilakukan dengan menggunakan alat analisis
berupa tabel komparasi yang terdapat dalam Tabel 1.1, melalui input data
program-program yang terkait pada tiap baris dalam tabel. Perbandingan tersebut
ditunjukkan dalam matrik komparasi di bawah ini:

123
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Tabel 4.2
Komparasi RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 Terhadap RPJM Kota Surakarta 2005-2010

Rencana Keruangan Rencana Pembangunan

RTRW Kota Surakarta RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010


Instansi Pelaksana
Keterpaduan
No
Rencana
Loka PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Program Utama
si x1-x5 x5-x10 x10-x15 x15-x20 Program dan Kegiatan/ Indikasi Keluaran Dalam Dalam
RTRW RPJM
A Umum
Bagian
Penetapan dan  Legislasi rancangan peraturan perundang- Bappeda,
Hukum dan √
pengesahan Perda undangan Bag. Hukum
HAM
 Bagian
 Legislasi rancangan peraturan perundang- Hukum
undangan dan HAM
Penyusunan Perda  Penyusunan kebijakan pengendalian  Kantor
Bappeda,
Pengendalian pemanfaatan ruang Pengelolaa √
Bag. Hukum
Pemanfaatan Ruang  Penataan penguasaan pemilikan, n Aset
penggunaan dan pemanfaatan tanah Daerah
- Sosialisasi teknis perijinan bangunan  Dinas Tata
Kota
 Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Daerah
 Fasilitasi peningkatan peran serta
masyarakat dalam pemanfaatan ruang
 Sosialisasi kebijakan, norma, standar,  Bappeda
Sosialisasi RTRW prosedur, manual pemanfaatan ruang Bappeda  Dinas Tata √
- Pembuatan naskah akademis rancangan Kota
perubahan Perda No. 8/1988
- Pembuatan draft raperda bangunan

Evaluasi RTRW  Revisi Rencana Tata Ruang Bappeda Bappeda √


 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Penyusunan RDTRK Bappeda Bappeda √
 Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

124
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

 Penyusunan Rencana Teknis Tata Ruang


Kawasan
Dinas Tata
- - - - -  Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan - −
Kota
 Pengawasan pemanfaatan ruang Dinas Tata
- - - - - - −
 Koordinasi teknis perijinan Kota
B Perwujudan Struktur Ruang
1 Perwujudan pusat-pusat pelayanan
1.1 Pusat pelayanan
kota
Studi Pengembangan - Pembangunan rumah susun sewa
Bappeda DPU √
Rumah Susun (RUSUNAWA)
Studi Pengembangan
- Bappeda - −
Apartemen
Peningkatan Taman
Wisata Jurug
(dalam rencana
struktur tidak
terdapat
DPU, Dinas
pengembangan - - −
Pariwisata
obyek wisata, namun
muncul di indikasi
pemanfaatan
pelaksanaan
pembangunan)
Studi Kelayakan
Pengembangan - Bappeda - −
RSUD Kota Surakarta
Pembangunan RSUD DPU, Dinas
- - −
Kota Surakarta Kesehatan
Pengembangan
 Pengembangan Solo Techno Park DPU Bappeda √
Techno Park
Dinas
 Peningkatan pembangunan sarana dan
Pariwisata
- - - - - prasarana pariwisata - −
Seni dan
 Pengembangan daerah tujuan wisata
Budaya

125
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

- Pembangunan/ Rehabilitasi Fasilitas Kantor


- - - - - - DPU −
Pemerintah
- - - - -  Pembangunan baru pasar mobil bekas - DPP −
1.2 Sub pusat
pelayanan kota
Pembangunan Pasar
- Bappeda - −
Tradisional
Pembangunan Pasar
- Bappeda - −
Kadipiro
- Pembangunan Sarana dan Prasarana
- - - - - - DPU −
Kecamatan
- Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan
- - - - - - DPU −
Fasilitas Kesehatan
- - - - - - Pembangunan/ Rehabilitasi Fasilitas Ibadah - DPU −
 Pembangunan sarana dan prasarana pasar Dinas
- - - - - - −
produksi hasil peternakan Pertanian
1.3 Pusat
lingkungan
- Pembangunan Sarana dan Prasarana
Kelurahan
- - - - - - DPU −
- Pembangunan sarana dan prasarana RT
dan RW
2 Perwujudan sistem prasarana
Sistem prasarana utama
2.1 Sistem jaringan
transportasi
darat
 Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan
Jalan
- Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri
Peningkatan Jalan primer, arteri sekunder, kolektor primer,  Bappeda
DPU √
Arteri Primer kolektor sekunder, lokal primer dan lokal  DPU
sekunder
- Peningkatan, penggantian dan
pembangunan jalan dan jembatan

126
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

 Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan


Jalan
- Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri
Peningkatan Jalan primer, arteri sekunder, kolektor primer,  Bappeda
DPU √
Arteri Sekunder kolektor sekunder, lokal primer dan lokal  DPU
sekunder
- Peningkatan, penggantian dan
pembangunan jalan dan jembatan
Studi Pengembangan - Pembangunan jalan baru, arteri, kolektor
Bappeda DPU √
Jalan Kolektor Primer dan lokal
 Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan
Jalan
- Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri
Peningkatan Jalan primer, arteri sekunder, kolektor primer,  Bappeda
DPU √
Kolektor Primer kolektor sekunder, lokal primer dan lokal  DPU
sekunder
- Peningkatan, penggantian dan
pembangunan jalan dan jembatan
- Peningkatan, penggantian dan
Pembangunan Jalan pembangunan jalan dan jembatan
DPU DPU √
Kolektor Primer - Pembangunan jalan baru, arteri, kolektor
dan lokal
 Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan
Jalan
- Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri
Peningkatan Jalan primer, arteri sekunder, kolektor primer,  Bappeda
DPU √
Kolektor Sekunder kolektor sekunder, lokal primer dan lokal  DPU
sekunder
- Peningkatan, penggantian dan
pembangunan jalan dan jembatan
 Perencanaan Rehabilitasi/ Pemeliharaan
Jalan
Peningkatan Jalan - Pemeliharaan rutin berkala jalan arteri  Bappeda
DPU √
Lokal Primer primer, arteri sekunder, kolektor primer,  DPU
kolektor sekunder, lokal primer dan lokal
sekunder

127
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

- Peningkatan, penggantian dan


pembangunan jalan dan jembatan
Studi Optimalisasi
- Pembangunan Terminal Type A Bappeda DPU √
Terminal Bis
 Kegiatan penataan tempat-tempat
pemberhentian angkutan umum
(pengadaan shelter)
Pembangunan Halte  Kegiatan penataan tempat-tempat
DPU, Dishub Dinas LLAJ √
Bis Antar Kota pemberhentian angkutan umum (survey
penetapan pangkalan taksi)
 Pembangunan halte bis dan taksi gedung
terminal
Studi Kelayakan
Pengembangan Jalan - Bappeda - −
Kereta Layang
 Pengembangan sarana dan prasarana
pelayanan jasa angkutan (Studi persiapan
Studi Pengembangan
dan pembangunan rest area angkutan
Terminal Bappeda Dinas LLAJ √
barang)
Barang/Cargo
 Pembangunan halte bis dan taksi gedung
terminal
Studi Pengembangan
- Bappeda - −
Jalan Lingkar Selatan
Studi Jalan lingkar
dalam Kota - Bappeda - −
(innerring road)
- - Pembangunan jembatan DPU −

2.2 Sistem jaringan


transportasi - - - - - - - −
udara
Sistem prasarana lainnya
2.3 Sistem jaringan
energi/
kelistrikan

128
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Pengembangan
- PLN - −
Jaringan Listrik
2.4 Sistem jaringan
telekomunikasi
(dalam rencana
terdapat
pengembangan
jaringan dengan
penambahan jumlah
- - - - - - - −
sambungan telepon,
namun tidak muncul
dalam indikasi
program pelaksanaan
pembangunan)
2.5 Sistem jaringan
sumber daya air
kota
Pengembangan  Konservasi sumber daya air dan PDAM,
KLH √
Jaringan Air Bersih pengendalian kerusakan sumber air Swasta
Infrastuktur perkotaan
2.6 Sistem
penyediaan air - - - - - - - −
minum kota
2.7 Sistem
penyediaan air
limbah kota
Peningkatan
Pelayanan Jaringan
Air Limbah Terpadu
(dalam rencana tidak
terdapat
- Pembangunan Sanitasi Masyarakat DPU, PDAM DPU √
pengembangan air
limbah, namun
muncul di indikasi
program pelaksanaan
pembangunan)

129
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

2.8 Sistem
persampahan
kota

Pengadaan TPS  Pembangunan lahan penimbunan baru di DPU, DKP,
DKP (berbeda
(Sampah) TPA Putri Cempo PDAM
kegiatan)
2.9 Sistem drainase
kota
- Perluasan dan Pembangunan Saluran dan
Bangunan Pelengkap
- Peningkatan/ rehabilitasi saluran dan
Peningkatan Jaringan
bangunan pelengkap DPU, PDAM DPU √
Drainase
- Perluasan/ pembangunan saluran dan
bangunan pelengkap
- Penyusunan piranti lunak drainase
Normalisasi Kali
- DPU, PDAM - −
Pelemwulung
2.10 Penyediaan
sarana dan
prasarana
pedestrian
Dinas Tata
- - - - - - Pembangunan Solo City Walk - −
Kota
2.11 Jalur evakuasi
- - - - - - - −
bencana

C Perwujudan Pola Ruang


1 Perwujudan kawasan lindung
1.1 Hutan Lindung
- - - - -  Pengendalian kerusakan hutan dan lahan - KLH −
1.2 Kawasan
- - - - - - - −
resapan air
1.3 Kawasan
perlindungan
setempat

130
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Penguasaan Kawasan
Lindung Sempadan - Penyusunan Perda/ Sempadan Sekda Ska DPU √
Sungai
Sosialisasi
Pemanfaatan Bappeda,
- Penyusunan Perda/ Sempadan DPU √
Kawasan Lindung Dinas LH
Sempadan Sungai
Sosialisasi
Pemanfaatan Bappeda,
- Penyusunan Perda/ Sempadan DPU √
Kawasan Lindung Dinas LH
Sempadan Rel KA
1.4 Ruang terbuka
hijau (RTH)
kota
 Pembangunan taman mapam manahan
Surakarta
 Pembuatan taman dan patung Gilingan
 Pembuatan taman Setabelan

Pengembangan  Pembuatan taman Ngesus
DPU, DKP DKP (berbeda
Taman Tirtonadi  Pembuatan taman Banjarsari
kegiatan)
 Pembuatan pagar BRC Taman Banjarsari
 Pembuatan taman Soekarno-Hatta
 Penanaman turus jalan dan taman jalur
hijau
1.5 Kawasan suaka
alam dan cagar √
budaya
Studi Pengendalian - Revitalisasi bangunan dan kawasan  DPU
Kawasan Lindung peninggalan sejarah Bappeda  Dinas Tata √
Cagar Budaya - Pembangunan Kampung Batik Laweyan Kota
1.6 Kawasan rawan
- - - - - - - −
bencana alam
(dalam rencana pola
kawasan lindung
terdapat penetapan

131
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

kawasan rawan
bencana banjir,
namun tidak ada
indikasi program
pelaksanaan
pembangunan yang
berkaitan dengan
kawasan ini)

2 Perwujudan kawasan budidaya


2.1 Kawasan
perumahan
 Perbaikan rumah tak layak huni  Dinas
 Penataan lingkungan kumuh Kesejahter
Perbaikan
- Rehabilitasi rumah sewa aan
Lingkungan DPU √
- Rehabilitasi Pondok Boro Rakyat, PP
Perumahan
- Perbaikan prasarana lingkungan dan KB
permukiman  DPU
2.2 Kawasan
perdagangan
dan jasa
Penataan Kawasan - Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar  DPU
Bappeda √
Pasar Legi  Peningkatan bangunan pasar  DPP
Penataan Kawasan - Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar  DPU
Bappeda √
Pasar Klewer  Peningkatan bangunan pasar  DPP
Penataan Kawasan - Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar  DPU
Bappeda √
Pasar Nusukan  Peningkatan bangunan pasar  DPP
Penataan Kawasan - Pembangunan/ Rehabilitasi Bangunan Pasar  DPU
Bappeda √
Pasar Gede  Peningkatan bangunan pasar  DPP
2.3 Kawasan
- - - - - - - −
perkantoran
2.4 Kawasan
- - - - - - - −
industri
(dalam rencana pola - Revitalisasi kawasan sentra industri  DPU
- - - - - −
terdapat penetapan  Penyediaan sarana dan prasarana klaster  Dinas

132
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

dan pengembangan industri Perindustri


zona industri, namun an,
tidak muncul di Perdagang
indikasi program an dan
pemanfaatan ruang) Penanama
n Modal
2.5 Kawasan
pariwisata
- - - - - - Revitalisasi kawasan obyek wisata - DPU −
2.6 Kawasan non
ruang terbuka
hijau
Studi Pengembangan
Parkir Umum Kota
(dalam rencana tidak
terdapat rencana
pengembangan
- Bappeda - −
parkir umum kota,
namun muncul di
indikasi program
pelaksanaan
pembangunan)
2.7 Kawasan ruang
evakuasi - - - - - - - −
bencana
2.8 Kawasan
peruntukan
ruang bagi
sektor informal
(campuran)
Penataan Kawasan DPU, DKP,
- - −
Manahan Ormas
 Kegiatan penataan tempat berusaha bagi
- - - - - - DPP −
pedagang kaki lima
2.9 Kawasan
- - - - - - - −
olahraga/ open

133
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

space
(dalam rencana pola
terdapat penetapan
zona olahraga/ open
space, namun tidak
terdapat indikasi
program
pemanfaatan ruang
yang berhubungan
dengan zona ini
- Penataan dan pengembangan kawasan
- - - - - - DPU −
perbatasan yang tertinggal
D Perwujudan Kawasan Strategis Kota
(dalam RTRW tidak ada penetapan kawasan strategis di Kota Surakarta)
1 Kawasan berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan kawasan
strategis provinsi
1.1 ...
2 Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
2.1 ...
3 Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya
3.1 ...
4 Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi
4.1 ...
5 Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya lingkungan
5.1 ...
6 Kawasan strategis dari kepentingan pembangunan wilayah dan kota
6.1 ...
(√) = 30
Total (dari 72 indikasi program pemanfaatan ruang/ pembangunan)
(−) = 42
Sumber: Analisis, 2010

Keterangan : (√) = terpadu


(−) = tidak terpadu

134
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

Apabila hasil total dari check list keterpaduan tersebut dikonversi dalam
prosentase maka dihasilkan perhitungan sebagai berikut:
Indikasi Program
Prosentase Keterpaduan = x 100%
Total Indikasi Program
30
Terpadu (√ ) = x 100% = 41,67%
72
42
Tidak Terpadu (−) = x 100% = 58,33%
72
Penarikan hasil perhitungan prosentase ini didasarkan atas pertimbangan:
1. Mengabaikan kesamaan dinas pengelola/instansi pelaksana karena
dianggap belum adanya koordinasi dan persamaan pengetahuan
mengenai Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) suatu SKPD di
Pemerintah Kota Surakarta pada pihak penyusun kedua rencana.
2. Pada rencana keruangan, penilaian berdasar pada indikasi program
pemanfaatan ruang walaupun di beberapa indikasi program terdapat
ketidaksinkronan antara rencana yang ada dengan indikasi program
pemanfaatan ruang dalam RTRW. Sedangkan pada rencana
pembangunan, input data program/kegiatan/indikasi keluaran yang
ditetapkan sebagai pembanding ditentukan dari identifikasi
program/kegiatan/indikasi keluaran pada seluruh SKPD di Pemerintah
Kota Surakarta dalam RPJM yang berkaitan dengan pembangunan
keruangan.
3. Memperhitungkan muatan aspek tata ruang yang seharusnya diakomodir
dalam RTRW Kota Surakarta namun tidak terdapat dalam rencana tata
ruang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tetap terdapat aspek tata ruang
yang melingkupi program pembangunan bilamana program
pembangunan ini berkaitan dengan salah satu aspek tata ruang yang tidak
terakomodir.
4. Tidak memperhitungkan akan penetapan kawasan strategis kota, karena
tidak terdapat penetapan kawasan strategis dalam RTRW Kota Surakarta
Tahun 2007-2026 serta dalam program/kegiatan/indikasi keluaran SKPD

135
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

tidak terdapat arahan pembangunan yang menyangkut pengembangan


kawasan strategis/prioritas, sedangkan dalam RTRW Provinsi Jawa
Tengah terdapat arahan pengembangan Kota Surakarta sebagai kawasan
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial budaya,
daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat
keterpaduan mekanisme pra implementasi akan rencana dalam RTRW dengan
rencana pembangunan yang bersifat keruangan di Kota Surakarta terbilang
rendah, kurang terpadu secara utuh. Sebesar 41,67% indikasi program
pelaksanaan pembangunan ruang yang terpadu secara langsung dengan program
pembangunan lima tahunan dalam instansi pelaksana. Sedangkan sisanya, sebesar
58,33% dari keseluruhan program tidak terpadu.
Dengan melihat nilai keterpaduan yang ada, maka juga dapat dikatakan
terdapat korelasi dam sinkronisasi antara RTRW dan RPJM Kota Surakarta
walaupun tidak mencapai kondisi yang optimal dan menyeluruh.
4.4 Telaah Kelembagaan Penyusun Perencanaan Keruangan dan
Perencanaan Pembangunan
Dari Tabel 4.2 terkait komparasi indikasi program dalam rencana tata
ruang dan rencana pembangunan, terlihat telah ada pembagian tugas instansi
teknis pelaksana sebagai pengelola pembangunan. Namun dalam indikasi
pelaksanaan pembangunan di RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 dengan
yang terdapat dalam RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010 terdapat perbedaan
yang sangat signifikan mengenai SKPD yang berfungsi untuk
melaksanakan/mengelola pembangunan. Walaupun terdapat keterpaduan program,
kadangkala ada perbedaan SKPD yang berfungsi untuk mengimplementasikan
rencana antara kedua dokumen perencanaan tersebut. Semestinya dalam kurun
waktu rencana yang saling beriringan atau bersamaan terdapat kesamaan SKPD
sehingga ada penyamaan persepsi dalam pengelolaan pembangunan.
Hal ini dapat disebabkan dalam penyusunan RTRW Kota Surakarta
Tahun 2007-2026, tim ahli penyusun tidak melakukan peninjauan akan tugas
pokok dan fungsi dari tiap SKPD yang terdapat di Pemerintah Kota Surakarta,

136
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

sehingga SKPD yang ditetapkan sebagai pengelola pembangunan di luar dari


Tupoksi yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Akibatnya ialah
adanya ketidakjelasan penanggung jawab pengelola pembangunan yang
diindikasikan dari kedua dimensi perencanaan walaupun terdapat keterpaduan
program dan kegiatan.
Semestinya terdapat sinkronisasi program yang dilakukan oleh masing-
masing SKPD sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, baik dalam rencana tata
ruang maupun dalam rencana pembangunan. Diperlukan adanya komunikasi antar
lembaga perencanaan dan pelaku yang berkepentingan sehingga tercipta suasana
koordinasi yang efektif. Koordinasi ini dilakukan saat formulasi dan penyusunan
rencana, implementasi sampai tahap evaluasi.
Bappeda Kota Surakarta yang juga memiliki fungsi sebagai badan
koordinasi perencanaan dari seluruh SKPD di Pemerintah Kota Surakarta
seyogyanya melakukan penyesuaian pengelola pembangunan sesuai dengan
fungsi dan kewenangan masing-masing SKPD, tidak hanya dalam rencana
pembangunan namun juga dalam indikasi perwujudan pemanfaatan ruang
sehingga terbentuk penyamaan pemahaman dan persepsi tentang substansi
kebijakan untuk menyelesaikan masalah tertentu, menyelesaikan konflik
kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya (resources) pembangunan.
Sehubungan dengan implementasi rencana, khususnya dalam rencana
tata ruang, sangat diperlukan penjabaran dalam bentuk rencana rinci yang lebih
bersifat operasional sehingga jelas untuk digunakan sebagai pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah kota. Publikasi dan sosialisasi terkait isi rencana
perlu digalakkan agar fungsi pengawasan dari seluruh stakeholder termasuk
masyarakat dapat tercapai dengan efektif.
Berpijak dari pembahasan kelembagaan penyusun rencana di atas, maka
kondisi kelembagaan dan mekanisme implementasi rencana yang telah
diselenggarakan sampai saat ini dapat dikatakan masih kurang terpadu dan kurang
terlibat secara integratif guna mencapai keterpaduan rencana keruangan dan
rencana pembangunan.

137
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

4.5 Telaah Indikasi Penganggaran dalam Perencanaan


Belum ada keterpaduan secara utuh dalam rencana tata ruang wilayah
dan rencana pembangunan di Kota Surakarta. Hanya berkisar 41,67% dari seluruh
program yang berkaitan dengan pembangunan keruangan/lingkungan/fisik yang
terpadu. Hal ini menjadi kendala dalam menentukan rencana yang prioritas untuk
segera diimplementasikan sehingga penganggaran yang ditetapkan tidak melalui
tahapan prioritasi rencana/program/kegiatan. Seharusnya penganggaran disusun
sesuai dengan mempertimbangkan prioritas kebutuhan perencanaan.
Secara substansi, RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 telah
mengindikasikan sumber-sumber pendanaan yang dapat diraih untuk mewujudkan
rencana yang telah ditetapkan. Sumber-sumber yang teridentifikasi untuk
membiayai ialah berasal APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah, APBD Kota
Surakarta, penanaman modal (pihak swasta), swadaya masyarakat dan sumber
dana dari lembaga asing. Akan tetapi, walaupun telah disebutkan beberapa sumber
pendanaan yang berasal dari pemerintah, swasta, swadaya masyarakat dan
lembaga asing namun pada Tabel 3.3 tentang indikasi program pelaksanaan
pembangunan tidak disebutkan program-program yang dapat dianggarkan melalui
dana non pemerintah. Semua program hanya dianggarkan melalui sumber dana
pemerintah yang terdiri dari APBD Kota Surakarta, APBD Provinsi dan APBD
Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa seluruh program pelaksanaan
pembangunan RTRW Kota Surakarta Tahun 2007-2026 sepenuhnya hanya
mengandalkan pembiayaan bersumber pemerintah.
Demikian juga pada rencana pembangunan yang terdapat dalam
dokumen RPJM Kota Surakarta Tahun 2005-2010. Dalam matrik program lima
tahunan rencana strategis SKPD Pemerintah Kota Surakarta telah diuraikan pagu
indikasi selama 5 (lima) tahun rencana dengan tambahan 1 (satu) tahun transisi
yang terdiri dari besaran dana yang dibutuhkan beserta sumber dana pada tiap
program kegiatan SKPD. Namun pada seluruh program/kegiatan pembangunan
tersebut hanya mengandalkan pembiayaan yang bersumber pada pemerintah.
Berdasar pada tinjauan kedua dokumen perencanaan tersebut, telah
tertera dengan jelas indikasi penganggaran yang dibutuhkan untuk realisasi atau

138
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

implementasi rencana/program/kegiatan dalam kurun waktu yang sesuai dengan


jangka waktu rencana yang telah ditentukan. Namun demikian, karena adanya
kekurangpaduan antara dua dimensi perencanaan secara utuh dan menyeluruh
menyebabkan dasar dalam mempertimbangkan alokasi kebutuhan penganggaran
dalam perencanaan tidak berpijak pada hal-hal yang bersifat strategis dan prioritas
tetapi hanya berpijak pada kepentingan sektoral semata. Dengan demikian,
indikasi penganggaran dalam perencanaan masih kurang mengacu pada kebutuhan
perencanaan serta kurang memanfaatkan segala sumber pendanaan yang dapat
diraih (hanya mengandalkan sumber pendanaan pemerintah) dalam Kota
Surakarta.
4.6 Sintesis Tingkatan Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang di
Kota Surakarta
Untuk menarik sintesis hasil penilaian kinerja RTRW dalam pemanfaatan
ruang di Kota Surakarta, maka disajikan kembali hasil telaah tiap variabel dalam
penelitian ini sehingga diperoleh rumusan sintesis yang terbagi ke dalam 3 (tiga)
tingkatan kinerja kedalam tingkatan baik, cukup dan buruk seperti yang tercantum
pada Tabel 1.2. Dengan demikian, tingkatan kinerja diukur melalui sintesis seperti
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Sintesis Tingkatan Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang
di Kota Surakarta
No Kriteria Penilaian Hasil Telaah Sintesis
1 Kelengkapan muatan 65,52% lengkap sesuai
dokumen rencana sesuai karakteristik wilayah
karakteristik wilayah
2 Mekanisme praimplementasi kurang terpadu secara utuh dan
Tingkatan
rencana/program/kegiatan menyeluruh dengan adanya
Kinerja RTRW
ketidakjelasan unit pelaksana
dalam
teknis
Pemanfaatan
(prosentase keterpaduan mencapai
Ruang di Kota
41,67% terpadu)
Surakarta
3 Kelembagaan penyusun tidak terlibat secara utuh dan
tergolong
rencana kurang memperhatikan arahan
dalam
tata ruang
tingkatan
4 Penganggaran penganggaran kurang mengacu
CUKUP
pada kebutuhan perencanaan,
kurang memanfaatkan segala
sumber pendanaan yang dapat
diraih dalam kota
Sumber: Analisis, 2010

139
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

BAB 5
PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai penarikan kesimpulan dari hasil
pembahasan persoalan dalam penelitian serta usulan rekomendasi demi perbaikan
beberapa temuan kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Beranjak dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya hingga
menemukan tingkatan kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang di Kota
Surakarta, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkatan kinerja RTRW Kota Surakarta sebagai acuan koordinasi
kegiatan pembangunan lintas sektor dan wilayah dalam perwujudan
pemanfaatan ruang ialah tergolong dalam tingkatan kinerja cukup.
Penilaian cukup ini didapatkan melalui penilaian:
a. Dari segi kelengkapan muatan dokumen berdasar karakteristik
wilayah di Kota Surakarta, terdapat 65,52% muatan lengkap sesuai
dengan karakteristik wilayah Kota Surakarta.
b. Dari segi mekanisme praimplementasi rencana/program/kegiatan
antara RTRW dengan RPJM Kota Surakarta tergolong kurang
terpadu secara utuh dan menyeluruh dengan adanya ketidakjelasan
unit pelaksana teknis.
c. Dari segi kelembagaan penyusun rencana, instansi-instansi
pengelola pembangunan tidak terlibat secara utuh dan kurang
memperhatikan arahan dalam penataan ruang.
d. Dari segi penganggaran dalam perencanaan, penganggaran kurang
mengacu pada kebutuhan perencanaan, kurang memanfaatkan
segala sumber pendanaan yang dapat diraih dalam Kota Surakarta.
2. Terdapat korelasi dan sinkronisasi antara RTRW dengan rencana
pembangunan sebagai wujud pemanfaatan ruang di Kota Surakarta. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya program dan kegiatan yang sinkron antara
dokumen RTRW dan dokumen rencana pembangunan.

140
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3. Nilai keterpaduan RTRW dan rencana pembangunan sebagai wujud


dalam pemanfaatan ruang ialah sebesar 41,67% terpadu. Penilaian ini
diperoleh berdasar berbagai pertimbangan yang telah disampaikan dalam
bab pembahasan.
5.2 Rekomendasi
Selain kesimpulan yang dapat ditarik seperti subbab di atas, berdasar
pada pengetahuan di lapangan saat pendataan hingga proses pembahasan, maka
penulis juga dapat menguraikan beberapa arahan rekomendasi demi mencapai
tingkat kinerja RTRW dalam pemanfaatan ruang supaya mencapai kondisi baik
agar sistem perencanaan dalam pemanfaatan ruang wilayah pada khususnya dapat
efisien dan efektif. Adapun butir-butir rekomendasi tersebut ialah:
1. Pada penyusunan dokumen rencana tata ruang wilayah, sebaiknya dicari
mitra kerja tim ahli perencana yang kompeten bahkan memberikan suatu
bimbingan teknis pada pihak pengelola pembangunan daerah agar dapat
menyusun dokumen rencana tata ruang wilayah sehingga secara
substansi dan skenario pengembangan wilayah yang dihasilkan dapat
berkualitas secara optimal. Pemerintah daerah juga dapat berkontribusi
dengan memberikan suatu arahan atau catatan yang bersifat rencana
pembangunan daerahnya sehingga menjadi titik tolak dalam menentukan
rencana tata ruang sehingga produk yang dihasilkan memenuhi
keterpaduan substansi.
2. Ditinjau dari waktu awal penyusunan dokumen rencana, proses ini dapat
terjadi secara beriringan, artinya rencana yang telah ditetapkan lebih awal
menjadi acuan dalam penyusunan rencana yang lainnya seperti yang
diamanatkan dalam peraturan perundangan baik dalam Undang-Undang
Penataan Ruang atau dalam Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008
Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Secara hirarki vertikal,
dokumen perencanaan yang lebih luas (makro/umum) semestinya
diperhatikan/dipedomani/diacu oleh dokumen perencanaan yang lebih
kecil (mikro/rinci).

141
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

3. Ditinjau dari substansi proses penyusunan rencana pembangunan (RPJP


dan/atau RPJM) dalam suatu pemerintah daerah, sebaiknya ditambahkan
muatan terkait arahan pemanfaatan ruang dalam suatu bagian tersendiri
agar rencana pembangunan dalam suatu daerah secara eksplisit dapat
terlihat sisi keintegralan perencanaannya.
4. Menegaskan pengimplementasian amanat dalam peraturan perundangan
yang sifatnya menjaga pola korelasi/keterpaduan/sinkronisasi antara
perencanaan keruangan dan perencanaan pembangunan. Tentunya hal ini
utamanya harus diperhatikan oleh pihak yang terlibat dalam proses
penyusunan perencanaan.
5. Mengembangkan format matrik penjabaran program dalam kedua sistem
perencanaan. Misalnya ialah:
a. Pada Perencanaan Keruangan/Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
Tabel 5.1
Ilustrasi Pengembangan Matrik Program Pemanfaatan Ruang
Program Tahapan Program 20
Arah Kebijakan Sumber
Perwujudan Tahun Pengelola
Pembangunan Dana
RTR (Lima Tahunan)

b. Pada Perencanaan Pembangunan/Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah (RPJMD).
Tabel 5.2
Ilustrasi Pengembangan Matrik Program Pembangunan
Arah
Program & Mitra
Kebijakan Indikasi Indikasi Pagu
Kegiatan SKPD/ Ket.
Pemanfaatan Keluaran Kegiatan Indikasi
Pembangunan Lokasi
Ruang*

* Kolom diisi saat program dan kegiatan pembangunan mengindikasikan


dalam rangka pemanfaatan ruang.
6. Fungsi Bappeda sebagai badan koordinasi perencanaan di pemerintah
daerah lebih dioptimalkan lagi. Badan ini dapat memberikan arahan pada
tiap SKPD di Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program dan

142
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

kegiatan sesuai dengan bidang dan tupoksinya sehingga tidak ada


tumpang tindih program dalam lintas sektoral.
7. Perluasan pola kemitraan dalam sumber penganggaran rencana
pembangunan sehingga dapat mengoptimalkan anggaran yang tersedia
dalam pemerintah daerah.
8. Pada tahap implementasi program, perlu dikembangkan pola sosialisasi
dan publikasi produk rencana sampai masyarakat level bawah, sehingga
peran/keterlibatan masyarakat sebagai pengawas dapat terlaksana secara
efektif. Selain itu diperlukan intrumen pengendalian ruang dan
pembangunan yang bersifat operasional (lebih rinci) sebagai alat
implementasi, tentunya rencana rinci ini tetap mengacu pada perencanaan
yang makro/luas.
9. Pada tingkat jenjang rencana, rencana umum (makro) yang mencakup
rencana rinci perlu terlebih dahulu disusun sehingga integrasi rencana
dalam suatu wilayah dan/atau daerah dapat tercapai baik dalam rencana
tata ruang atau rencana pembangunan.

143
Kinerja RTRW dalam Pemanfaatan Ruang Tugas
di Kota Surakarta Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Cushway, Barry. 2002. Kinerja”. http://www.wikipedia.com, diakses pada tanggal


02/07/10.
Hasibuan, Maluyu, S. P. 2001. “Kinerja”. http://www.wikipedia.com, diakses
pada tanggal 02/07/10.
Moleong, Lexy, J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasir, Mochammad, Ph.D. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Sadeli, Jimmy dan Prawira, Bayu. 2001. “Kinerja”. http://www.wikipedia.com,
diakses pada tanggal 02/07/10.
Satori, Djam’an, M.A., Dr, Prof, dkk. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: ALFABETA.
Sholihin, Dadang, Drs, H, M.A. 2004. Keterkaitan Dokumen Perencanaan.
LPEM-FEUI. http://www.dadangsholihin.com, diakses pada tanggal
01/11/09.
Sholihin, Dadang, Drs, H, M.A. 2007. Proses Perencanaan. LPEM-FEUI.
http://www.dadangsholihin.com, diakses pada tanggal 01/11/09.
Sujarto, Djoko. 1995. Teori Perencanaan. Bandung: Bahan Kuliah Teori
Perencanaan, Jurusan Teknik Planologi, FTSP ITB.
Sutopo, H. B., . 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Widodo, Tri, S.E, M.Ec.Dev. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi
Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Witmore, John. 1997. Coaching For Performance. “Kinerja”.
http://www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 02/07/10.

144

Anda mungkin juga menyukai