Anda di halaman 1dari 44

 

Selain kelebihan yang telah dkemukakan tersebut pembelajaran berbasis masalah


jugamemiliki beberapa kelemahan, yaitu :1.Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat,
problem, konsep) yang kompleks.2.Sulitnya mencari problem yang relevan.3.Sering terjadi
miss-
konsepsi.4.Memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan.Guru adalah
pendidik yang membelajarkan siswa, maka guru harus melakukanpengorganisasian dalam
belajar, menyajikan bahan belajar dengan pendekatanpembelajaran tertentu dan melakukan
evaluasi hasil belajar, guru professional selaluberusaha mendorong siswa agar berhasil dalam
belajar.Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam model pembelajaran berbasis
masalahini bukan berarti PBL merupakan model pembelajaran yang kurang efektif
untuk deterapkan dalam proses pembelajaran, akan tetapi kekurangan-kekurangan
dalampenerapan model pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan di atas,
menuntutguru sebagai pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha
mencarisolusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut.
V.
 
TAHAP-TAHAP MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:4), penerapan model pembelajaranberbasis masalah
terdiri dari lima tahap. Kelima tahap itu adalah(1) mengorientasikansiswa pada masalah;(2)
mengorganisasikan siswa untuk belajar;(3) memandumenyelidiki secara mandiri atau
kelompok;(4) mengembangkan dan menyajikan hasilkerja; dan(5) menganalisis dan
mengevaluasi hasil pemecahan masalah.Kelima tahap tersebut akan dijelaskan pada tabel
berikut ini:
Tahapan
 
Kegiatan guru
 
Tahap 1 :
Orientasi siswa terhadapmasalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan perangkat yang dibutuhkan,memotivasi siswa
agar terlibat padaaktivitas pemecahan masalah yangdipilihnya.
 
Tahap 2 :Guru membantu siswa mendefinisikan
 
Mengorganisasi siswauntuk belajar
dan mengorganisasikan tugas belajaryang berhubungan dengan masalahtersebut.
 
Tahap 3 :
Membimbing penyelidikanindividual dan kelompok.
Guru mendorong siswa untukmengumpulkan informasi yang sesuaidan melaksanakan eksperimen
untukmendapatkan penjelasan sertapemecahan masalahnya.
 
Tahap 4 :
Mengembangkan danmenyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakandan menyiapkan karya yang sesuaiseperti laporan, video, dan
model sertamembantu mereka berbagi tugas dengantemannya.
 
Tahap 5 :
Menganalisis danmengevaluasi prosespemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksiatau evaluasi teerhadap penyelidikanmereka dan proses-
proses yang merekagunakan.
 
VI.
 
EVALUASI PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Seperti yang telah disebutkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang
untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepadasiswa.
Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswamengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail,2002: 2). Dalam
pembelajaran berbasis masalah
 ,
perhatian pembelajaran tidak hanyapada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga
perolehan pengetahuan prosedural.Oleh karena itu penilaian tidak cukup hanya dengan
tes.Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalahadalah
menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikanmereka. Penilaian
proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut,penilaian itu antara lain
asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaianproses bertujuan agar guru dapat
melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahanmasalah melihat bagaimana siswa
menunjukkan pengetahuan dan keterampilan.Karena anyakan problema dalam kehidupan
nyata bersifat dinamis sesuaiperkembangan jaman dan konteks/lingkungannya, maka perlu
dikembangkan model

 
pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkankemampuannya untuk belajar
(Learning how to learn). Dengan kemampuan ataukecakapan tersebut diharapkan siswa akan
mudah beradaptasi
VII.
 
KESIMPULAN
Untuk mengimplementasikan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, guru perlumemilih
bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapatdipecahkan.Sedangkan pembelajaran
dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :

 
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar hanya dapatmengingat metri
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secarautuh.

 
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berpikir rasionalsiswa.

 
Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalahserta membuat
tantangan intelektual siswa.

 
Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalampembelajarann
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Kamis, 24 April 2014

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Strategi pembelajaran berbasis masalah bertumpu pada penyelesaian masalah. Dalam hal
ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun
sebenarnya guru telah mempersiapkan topic masalah. Proses pembelajaran ini diarahkan agar
siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Kita menyadari selama ini
kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh guru. Akibatnya,
manakala siswa menghadapi masalah, meskipun masalah tersebut dianggap sepele, mereka
tidak mampu menyelesaikannya dengan baik. Maka dari itu, SPBM inilah diharapkan agar
dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap indivudu untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Dilihat dari aspek psikologi belajar, SPBM bersandarkan kepada psikologi kognitif yang
berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses
interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini, sedikit demi
sedikit siswa akan berkembang secara utuh.  Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi
pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara
internal akan problema yang dihadapi.

B.     Rumusan Masalah


1.      Jelaskan pengertian dari strategi pembelajaran berbasi masalah!
2.      Jelaskan karakteristik strategi pembelajaran berbasis masalah!
3.      Jelaskan perbedaan SPBM dengan SPI!
4.      Sebutkan tahap-tahap strategi pembelajaran berbasis masalah!
5.      Sebutkan keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah!

C.    Tujuan
Untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada pembaca mengenai strategi
pembelajaran berbasis masalah. Dimana dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah,  karakteristik Strategi Pembelajarn Berbasis
Masalah, perbedaan  Strategi pembelajaran berbasis masalah dengan strategi pembelajarn
inkuiri, tahap-tahap strategi pembelajarn berbasi masalah, serta keunggulan dan kelemahan
strategi pembelajarn berbasi masalah.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar
atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dalam penerapan
strategi ini, guru memberikan stimulus kepada peserta didik dengan mengangkat suatu
permasalahan yang nantinya dijadikan sebagai topik masalah yang akan dikaji secara
bersama-sama, sehingga dari hal itu peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan topik
pembahasan, walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus dibahas.[1]

Terdapat tiga ciri utama strategi pembelajaran berbasis masalah, yaitu:[2]


a.       SPBM merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya
sekedar mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi materi pelajaran, akan tetapi
melalui SPBM siwa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan.
b.      Aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tampa masalah maka tidak ada
proses pembelajaran.
c.       Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
Dalam penerapan strategi ini guru memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan
mengangkat suatu permasalahan yang nantinya dijadikan sebagai topik masalah yang akan
dikaji secara bersama-sama. Sehingga dari hal ini peserta didik diberi kesempatan untuk
menentukan topic permasalahan. Walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa
yang harus dibahas.
Dilihat dari aspek  filosofinya SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat
penting untuk dikembangkan. Karena setiap manusia tidak akan lepas dari masalah.  Oleh
karena itu dengan adanya SPBM ini diharapkan setiap peserta didik bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dengan sering berlatih menyelesaikan masalah.
Dengan demikian maka harapan dari strategi SPBM ini adalah bisa meningkatkan mutu
pendidikan. Khususnya dalam hal penyelesaikan masalah yang selama ini kurang
diperhatikan guru.[3] Sehingga apabila anak menghadapi suatu masalah, anak tersebut akan
terbiasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik. Dan anak juga tidak akan
canggung lagi ketika mereka menghadapi masalah.[4] Berdasarkan hasil penelitian Driscoll
(1982), pada anak usia sekolah dasar kemampuan pemecahan masalah erat sekali
hubungannya dengan kemampuan pemecahan pemecahan masalah.[5]

2.      Karakteristik SPBM


SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi  secara ilmiah.
Menurut Savoie dan Hughes (1994) menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah
memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:[6]
a.       Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.
b.      Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa.
c.       Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara
langsung proses belajar mereka sendiri.
d.      Menggunakan kelompok kecil.
e.       Menuntut siswa untuk mendemostrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk
dan kinerja.
Untuk mengimplementasikan SPBM guru perlu memilih pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau
dari sumber-sumber lain. Misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan kita.

3.      Perbedaan Masalah dalam Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah.
      Antara strategi pembelajaran inkuiri (SPI) dan strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai. Masalah dalam strategi pembelajaran inkuiri adalah masalah yang bersifat
tertutup. Artinya, jawaban dari masalah itu sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari masalah
yang dikaji itu sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak
secara langsung menyampaikannya kepada siswa. Dalam srategi pembelajaran inkuiri tugas
guru pada dasarnya mengiring siswa melalui proses tanya jawab pada jawaban yang
sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pembelajaran inkuiri adalah
menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
     Berbeda dengan Strategi pembelajaran inkuiri, masalah dalam strategi pembelajaran
berbasis masalah adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah
tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan
jawaban. Dengan demikian, strategi pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan
pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pembelajaran
berbasis masalah adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis, dan logis
untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
     Hakikat masalah dalam strategi pembelajaran berbasis masalah adalah gap atau
kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyatan yang
terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya
keserahan, keluhan, kerisuan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau
topic tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga
dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di
bawah ini diberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam srtategi pembelajaran berbasis
masalah.

1.      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang
bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya.
2.      Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa
dapat mengikutinya dengan baik.
3.    Bahan yang dipilih merupakan bahan berhubungan dengan kepentingan orang banyak
(universal), sehingga terasa manfaatnya.
4.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.

4.      Tahapan-Tahapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


      Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah.
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah strategi
pembelajaran berbasis masalah yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah
(problem solving), yaitu:[7]
a.       Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b.      Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c.       Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d.      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
e.       Pengujian hepotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f.       Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
  David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah strategi pembelajaran
berbasis masalah melalui kegiatan kelompok.[8]
1.      Mendefenisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam
kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang
menarik untuk dipecahkan.
2.      Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai factor baik factor yang bisa menghambat maupun factor yang dapat
mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi
kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas
yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
3.      Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir mengemukakan
pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4.      Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi
mana yang dapat dilakukan.
5.      Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses[9] maupun evaluasi hasil[10].
Metode yang dapat dilakukan pada strategi pembelajaran berbasis masalah diantaranya
adalah :
1)      Pemberian Motivasi
            Berikanlah motivasi positif pada anak!
Baik motivasi yang sifatnya konkrit maupun maknawi. Berikan dorongan dan semangat
kepada peserta didik untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupannya.[11]

2)      Melontarkan beberapa permasalahan ilmiah yang masih samar untuk menguji kemapuan otak
siswa.
Melontarkan beberapa permasalahan untuk mnguji siswa secara umum memiliki
faidah besar dalam mengembangkan dan menetapkan pemahaman. Metode paling efektif 
untuk memfugsikannya adalah guru melontarkan masalah secara kolektif, dan memberi
sedikit waktu untuk mengingt-ingat pelajaran (yang telah lalu) dan memikirkan masalah
tersebut kemudian meninggalkan jawaban pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa.[12]
     Sesuai dengan tujuan strategi pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menumbuhkan
sikap ilmiah, dari beberapa bentuk strategi pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan
para ahli, maka secara umum strategi pembelajaran baerbasis masalah bisa dilakukan dengan
langkah-langkah:
1.   Menyadari masalah
     Implementasi strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran
adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada
kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan social.
Kemampaun yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan
atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada
tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat
mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik
melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.

2.   Merumuskan masalah


     Bahan pelajaran dalam bentuk topic yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting,
sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang
masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa
dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk
mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan
masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.

3.   Merumuskan Hipotesis


     Sebagai proses berfikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan
induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat
menetukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat
inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menetukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan
data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

4.   Mengumpulkan Data


            Sebagai prosese berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah
merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses berpikir ilmiah
bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada pengalaman. Oleh karena
itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan
yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilih
data, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah
dipahami.
5.   Menguji Hipotesis
     Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang
diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya
dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
dan kesimpulan.

6.   Menentukan Pilihan Penyelesaian


     Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses strategi pembelejaran
berbasis masalah. Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih
alternative penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternative yang dipilihnya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

5.      Keunggulan dan Kelemahan SPBM


a.      Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1.      Pemecahan masalah (problrm solving) merupakan tekhnik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstranfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping iu, pemecahan
masalah ini juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6.      Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

b.      Kelemahan
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1.      Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka merasa enggan untuk mencoba.
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3.      Tampa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan


siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan
kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.
Menurut Savoie dan Hughes (1994) menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah
memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1.      Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.
2.      Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa.
3.      Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara
langsung proses belajar mereka sendiri.
4.      Menggunakan kelompok kecil.
5.      Menuntut siswa untuk mendemostrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk
dan kinerja.
Antara strategi pembelajaran inkuiri (SPI) dan strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai. Masalah dalam strategi pembelajaran inkuiri adalah masalah yang bersifat
tertutup. Sedangkan masalah dalam strategi pembelajaran berbasis masalah adalah masalah
yang bersifat terbuka.
Strategi pembelajaran memiliki tahap-tahap, diantaranya:
1.      Merumuskan masalah.
2.      Menganalisis masalah.
3.      Merumuskan hipotesis.
4.      Mengumpulkan data.
5.      Pengujian hipotesis.
6.      Merumuskan rekomendasi.
SPBM memiliki keunggulan dan kelemahan, diantaramhya:
a.       Keunggulan
1.      Pemecahan masalah (problrm solving) merupakan tekhnik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstranfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping iu, pemecahan
masalah ini juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6.      Melalui pemecahan masalah bias memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

b.      Kelemahan
1.      Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka merasa enggan untuk mencoba.
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3.      Tampa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

B. Saran

Penulis menyadari bahhwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan masukan, kritik, dan
tentunya saran yang membangun untuk kemantapan makalah ini. Semoga dengan hadirnya
makalah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ini dapat menambah wawasan yang baru
bagi kita yang insya Allah cikal bakal menjadi seorang guru. Mudah-mudahan ini dapat
menjadi modal kita dalam mendidik dan mengajar kelak.

Lanjut ke konten

 Home
 Tentang
 Kontak
selamat datang di blog homsahadiya

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJAR


BERBASIS MASALAH (SPBM)
Diposkan pada 20 Juni 2017

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJAR BERBASIS MASALAH

(SPBM)

                                                   Di Susun Oleh  :

                                           Fuati (1534411019)
                                           Homsah (1534411025)

                                           Imam Faikli (1534411028)

                                        Lisa Andriansah (1534411035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PGRI BANGKALAN

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Sholawat serta salam tidak  lupa pula kami panjatkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai  pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

 
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terrhadap pembaca.

BANGKALAN, 15 JUNI 2017

 
DAFTAR PUSTAKA

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………
…….. i

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………
……. ii

BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………
……. iii

1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………………………………..
iii

1.2
Tujuan…………………………………………………………………………………………
…………. iii

BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………
…… 1

2.1 Pengertian Startegi Pembelajaran Berbasis masalah………………………………………


1

2.2 Konsep Dasar dan Karakteristik


SPBM……………………………………………………… 2
2.3  Hakikat Masalah dalam
SPBM…………………………………………………………………. 4

2.4  Tahapan-tahapan
SPBM…………………………………………………………………………… 5

2.5 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis


Masalah……………………………………………………… 8

2.6  Keunggulan dan Kelemahan


SPBM…………………………………………………………… 9

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………
…… 11

3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………………
………. 11

3.2
Saran……………………………………………………………………………………………
……….. 11

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………
… 12

 
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar mengajar adalah sesuatu kegiatan yang bernilai edukatif. Edukatif dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Namun pada kenyataannya kita menyadari
selama ini tidak mudah bagi guru untuk menjadikan peserta didik aktif dalam
mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Salah satu penyebabnya adalah siswa, untuk dapat menyelesaikan masalah yang
kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya  siswa menghadapi masalah, walaupun
masalah itu dianggab sepele, banyak siswa tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.

Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan SPBM, pembelajaran
berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar
peranan orang dewasa yang ototentik serta menjadi belajar mandiri.

Dalam penerapan Strategi Pembelajran Berbasis Masalah(SPBM), guru memberikan


kesempatan kepada siswa-siswi untuk menetapkan topik masalah, walaupun sebenarnya guru
sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas saat di kelas. Proses pembelajaran diarahkan
agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.

SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal
ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapi dengan masalah, dari
masalah sederhana sampai masalah yang kompleks. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas
pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan
untuk memperbaiki sistem pembelajaran.

1.2.Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ?
 Bagaimana konsep dasar dan karekteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
 Apa hakikat Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
 Bagaimana tahapan-tahapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ?
 Apa keunggulan dan kelemahan Strategi Berbasis Masalah ?

1.3. Tujuan Pembahasan

Mengetahui hakikat masalah dalam SPBM, mengetahui tahapan-tahapan SPBM. Mengetahui


keunggulan dan kelemahan SPBM, mengetahui manfaatnya dan mengetahui langkah-langkah
di dalam SPBM. Agar dalam proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan
keinginan dan efektif.

 
 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Strategi Belajar Berbasis Masalah(SPBM)

Model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan kegiatan


pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep
pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan  pada awal pembelajaran dengan
tujuan untuk melatih siswa menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah.

Model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam mempelajari biologi, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang
maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Metode penelitian pada kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning.). pemahaman konsep siswa
dianalisis menggunakan ANAKOVA. Kemampuan berpikir kreatif dalam hal ini meliputi
kefasihan, keluwesan, dan keaslian jawaban siswa dalam menjawab LKS. Perbedaan
pemahaman konsep siswa dari hasil uji LSD menunjukkan beda rerata nilai kelas eksperimen
terhadap kelas kontrol bernilai positif 15,997, dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 (P = <
0,05). Hasil análisis kemampuan berpikir kreatif siswa menunjukkan bahwa pada kelas
ekperimen  tidak terdapat 0 (0%) siswa yang masuk dalam kriteria tidak kreatif (TK),
sedangkan pada kelas kontrol terdapat 2  (5,4%) siswa.

Pada kriteria kurang kreatif (KK) terdapat 7 (18%) siswa  pada kelas ekperimen yang masuk
didalamnya, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 16 (43,2%) siswa. Pada kriteria
berikutnya, yaitu kriteria cukup kreatif  (CK) terdapat 20 (53,7%) siswa pada kelas
eksperimen yang masuk didalamnya, sedangkan pada kelas kontrol 14  (37,8%) siswa. Pada
kriteria Kreatif  (K), terdapat 10 (27%) siswa pada kelas ekperimen yang masuk didalamnya,
sedangkan pada kelas kontrol 5 (13,5,2%) siswa. Kriteria yang terakhir adalah kriteria sangat
kreatif (SK), pada kriteria ini baik kelas ekperimen ataupun kelas kontrol tidak ada siswa
yang masuk didalamnya (Tomi Utomo dkk, 2012-2013).

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tujuan yang ingin
dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan
logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan


pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan
siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Strategi pembelajaran berbasis masalah
merupakan strategi bercirikan penggunaan masalah dalam kehidupannyata yang diharapkahn
ketika diterapkan dalam pembelajaran sosiologi materi dampak perubahan sosial mampu
menghantarkan siswa dalam meningkatkan kemampuannya dalam berpikir kritis (Retno
Kuning Dewi Pusparatri, 2012).

Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran


di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir,
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri (Fachrurazi,2011). Pembelajran berbasis
masalah dalam bahasa inggrisnya dapat di istilahkan problem-based learning adalah suatu
pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pelajar dengan masalah
praktis berbentuk opended melalui stimulus dalam belajar (I Wayan Santyasa, 24 Agustus
2008).

Sedangkan menurut Sanjaya(2006:214) bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah dapat


diartikan sebagai rangkayan aktivitas pembelajaran yang menekankan pada
prosespenyelesaian masalah yang dihadapi secara nyata.Hal ini disebabkan pada kenyataan
pada setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah.SPBM inilah diharapkan dapat
memberikan latiahan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelasaikan masalah
yang dihadapinya. Maka SPBM  merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran.

Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah kurang
diperhatikan oleh setiap guru, akibatnya banyak siswa menghadapi masalah walaupun
masalah itu masalah yang sepeli tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Dapat
disimpulkan bahwa Strategi Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada perinsip menggunakan masalah yang berdasarkan masalah dunia nyata yang
bertujuan untuk kemandirian siswa dalam menghadapi masalah yang ada. Pembelajaran
berbasis masalah adalah salah satu cara siswa dalam pembelajaran (dalam jurnal pendidikan
matematika yang disusun oleh Junita Amalia,dkk )

2.2 Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM

SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM.
Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi
SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa
hanya sekadar mendengarkan,

mencatat, kemudian menghafal materi pembelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif
berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau
dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari
peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.

Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan:

 Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat mengingat materi
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
 Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa,
yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki
dalam situasi baru, mengenai adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
 Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta
membuat tantangan intelektual siswa.
 Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
 Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
 Karakteristik lain dari SPBM meliputi pengajuan pertanyaan terhadap masalah,

fokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan
produk atau karya yang harus dipamerkan (Fachrurazi, 2011).

2.3 Hakikat Masalah dalam SPBM

Antara strategi pembelajaran inkuri (SPI) dan strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai. Masalah dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup. Artinya,
jawaban dari masalah itu sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari masalah yang dikaji itu
sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak secara langsung
menyampaikannya kepada siswa. Dalam SPI tugas guru pada dasarnya menggiring siswa
melalui proses tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin
dicapai oleh SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari
suatu masalah.

Menurut Dewey dalam Ttrianto(2009;91) pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi


antara stimulus dengan respon,meerupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa dalam bantuan dan masalah, sedangkan
sistem syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang
dihadapi dapat diselidiki,dinilai,dianalisis serta dicari pemecahan masalahnya dengan baik.

Berbeda dengan SPI, masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya
jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat
mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan
pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.

Tujuan yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis,
sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data
secara empirirs dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi
yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau
kecemasan, oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi
pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-
peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini diberikan kriteria
pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM.

1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue)
yang bisa bersumber dari berita, rekaman, video, dan yang lainnya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap
siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.

2.4 Tahapan-tahapan SPBM

Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang ahli
pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia
namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan


dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan
rumusan kesimpulan.

Dalam jurnal pendidikan matematika yang disusun oleh Junita Amalia dkk, tahun 2014 ada
beberapa tahap dalam pembelajaran berbasis masalah yakni:

1. Orientasi siswa terhadap masalah yang bertujuan untuk menjelaskan tujuan


pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat
pda aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisai siswa untuk belajar yang bertujuan membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbng pengalaman individual/kelompok yang bertujuan mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksakan ekspeimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yang bertujuan membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karyayang sesuai seperti laporan, dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang bertujuan membantu
siswa untuk refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses yang
mereka gunakan.

Tahapan-tahapan dalam pmbelajaran berbasis masalah tersebut diharapkan dapat membantu


siswa, baik sacara berkelompok maupun individual yang meliputi kemampuan memahami
masalah, mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan, mengembangkan strategi
pemecahan masalah dan menguji kesimpulan

Menurut Arends (dalam  dalam jurnal yang disusun oleh Sutawidjaja dan Jarnawi,2010:7.10)
ada beberapa tahapan-tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah yakni:

1. Orientasi siswa ke masalah


2. Mengatur siswa untuk belajar
3. Membantu investigasi kelompok
4. Menganalisis proses pemecahan masalah.

Menurut Polya (1981,dalam jurnal yang disusun oleh I Wayan Santyasa, 24 Agustus 2008)
ada empat tahap yaitu :

1. Memahami masalah
2. Menyusun rencana pemecahan
3. Menjalankan rencana pemecahan
4. Menguji kembali penyelesaian yang diperoleh

David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan kelompok
yaitu:

1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang


mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu
hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang
dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam
diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-
tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba yang
diperkirakan.
3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir
mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang
dapat dilakukan.
4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang
strategi mana yang dapat dilakukan.
5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses
adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksaan kegiatan; sedangkan evaluasi
hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.

Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk
SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum SPBM bisa dilakukan dengan
langkah-langkah:

 Menyadari Masalah

Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan
atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus
dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru
dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji
baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.

 Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting,
sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang
masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa
dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk
mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan
masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.

 Merumuskan Hipotesis

       Sebagai proses berfikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berfikir deduktif dan
induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat
menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat
inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah
mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

 Mengumpulan Data

Sebagai pesan berfikir empiris, keberadaan data dalam proses berfikir ilmiah merupakan hal
yang sangat penting. Sebab, menemukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis
yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses berfikir ilmiah bukan proses
berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam
tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang
diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilih data,
kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah
dipahami.

2.4.5 Menguji Hipotesis

Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang
ditrima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya
dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
dan kesimpulan.

2.4.6 Menentukan Pilihan Penyelesaian

Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang
diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat
yang akan terjadi pada setiap pilihan.

2.5 Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut M.Dicky Riza dalam jurnal pendidikannya, April 2015

1. pengajuan masalah atau pertanyaan


2. berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3. penyelidikan auntentik
4. menghasilkanproduk atau karya
5.

2.6  Keunggulan dan Kelemahan SPBM

            2.6.1 Keunggulan

Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

1. Pemecahan maslah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa sera
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
menstransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa
bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada
dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,
bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa.
8. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengamplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
11. Siswa merasa puas dan senang,siswa lebih mudah memahami materi,mengembangkan
keterampilan untuk belajar seumur hidup.

2.6.2 Kelemahan

Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, di antaranya:

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajar.
 Idsejarah.net

Blog yang membahas tentang sejarah, pendidikan, media pembelajaran, kebudayaan, sarana
penunjang pembelajaran Sejarah

 Home
 Candi
 Kerajaan
 Sejarah Indonesia
 Museum
 Soal Sejarah
 PPT Sejarah

Home » Manajemen Pembelajaran Sejarah » Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

A.    Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada hakikatnya,program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai


apa dan bagaimana sesuatu terjadi,tetapi membarikan pemahaman tentang “ mengapa hal itu
terjadi”.Berpijak pada permasalahan tersebut,maka pembelajaran berbasis masalah sangat
penting untuk diterapkan.Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan
siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi didalam hidupnya,baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah dalam
kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang handal
dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan
masalah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran1[1]
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey
belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada
peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning

1[1] Isriani Hardini,Strategi pembelajaran terpadu:familia,Yogyakarta,2012


adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai
dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran dalam konteks
kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir
kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk
membiasakan belajar bagaimana belajar.
B.     Ciri-ciri dan Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu :
1.      Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya
sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari
dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2.      Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.      Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends,
diantaranya adalah :
a.       Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah
nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang
sederhana.
b.      Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c.       Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta
didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.      Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e.       Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika:
a.       Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b.      Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.
c.       Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d.      Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di
dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e.       Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.

C.     Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah


Tujuan dari penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa mampu berpikir
kritis terhadap suatu masalah, mampu menyelesaikan masalah dengan mandiri, dan mampu
menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Siswa juga diharapkan mampu menemukan
berbagai pemecahan dalam masalah yang dihadapi agar siswa itu benar-benar paham akan
masalah yang dihadapi.
D.    Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri
yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta
didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan
masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah
menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber
pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada
peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk
membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan
yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,


merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan


Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah
yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan
masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang
digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui
pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal
yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya.Para ahli
pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas
tertentu,dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan termasuk ilmu
sejarah.Persoalan mengenai bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah
terselesaikan tanpa melihat jenis masalah yang ingin dipecahkan,saran,serta variable-variabel
pembawaan siswa.2[2]
Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan terdiri dari berbagai macam
masalah,makaterdapat juga strategi pemecahan masalah
1.      Taksonomi Pemecahan Masalah
Menurut Wankat dan Oreovocz mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi pemecahan
masalah yaitu sebagai berikut :
a.       Rutin yaitu tindakan rutin atau bersifat algoritmatik yang dilakukan tanpa membuat suatu
keputusan
b.      Diagnosik yaitu pemecahan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin
c.       Strategi yaitu pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu masalah.Strategi
merupakan bagian dari tahap analisis dan evaluasi dalam taksonomi bloom
d.      Interpretasi yaitu kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya karena melibatkan
kegiatan mereduksi masalah yang nyata sehingga dapat dipecahkan
e.       Generalisasi yaitu pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan masalah-
masalah yang baru
2.      Strategi Pemecahan masalah SOLSO
Solso mengemukakan enam tahap dalam pemecahan masalah yaitu :
a.       Identifikasi permasalahan
b.      Representasi permasalahan
c.       Perencanaan pemecahan masalah
d.      Penerapan / mengimplementasikan perencanaan
e.       Menilai perencanaan
f.       Manila hasil pemecahan
3.      Strategi pemecahan masalah sistematis
Pemecahan masalah sistematis adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang
berfungsi membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah.Secara oprasional tahap-
tahap penyelesaian masalah sistematis adalah sebagai berikut :
a.       Memahami masalahnya
2[2] Ibid
b.      Membuat rencana penyelesaian
c.       Melakukan rencana penyelesaian
d.      Memeriksa kembali hasilnya.3[3]
Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
a.       Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang
akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan
masalah tersebut.
b.      Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c.       Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.      Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e.       Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f.       Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.4[4]
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan
kelompok :
a.       Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung
konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta
pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b.      Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c.       Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui
diskusi kelas.
d.      Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dilakukan.
e.       Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

3[3] ibid
4[4] Dr.Nunuk Suryani dan Drs. Leo Agung.Strategi Belajar Mengajar:
Ombak,Yogyakarta,2012
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1.      Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2.      Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
3.      Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah.
4.      Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5.      Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah atau sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut :
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada masalah Menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan
individual/ kelompok informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4 Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
5 Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
proses pemecahan masalah evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan

Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based


Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik
diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
E.     Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin
dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang
reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan
mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan
performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat
digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk
mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru,
mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
H.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya adalah:
1.      Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan
untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.      Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus
belajar.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.      Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

 
 

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

SPBM dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang didasarkan pada perinsip
menggunakan masalah yang berdasarkan masalah dunia nyata yang bertujuan untuk
kemandirian siswa dalam menghadapi masalah yang ada. menjelaskan 6 langkah SPBM yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu: 1.merumuskan
masalah. 2. Merumuskan hepotesis. 3. Mengumpulkan data. 4. Menguji hepotesis. 5.
Menyadari masalah. 6. Menetukan pilihan penyelesaian masalah.

1. Saran

Sebagai seorang calon guru kita sebaiknya mengerti dan memahami cara dan hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Sehingga kita perlu mengetahui dan
memahami strategi apa yang bisa dipakai untuk proses pembelajaran, guna untuk
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dan dalam makalah ini apabila ada kesalahan dalam penulisan mauapun sistematisnya, kami
perlu masukan dan keritikam yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai