pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkankemampuannya untuk belajar
(Learning how to learn). Dengan kemampuan ataukecakapan tersebut diharapkan siswa akan
mudah beradaptasi
VII.
KESIMPULAN
Untuk mengimplementasikan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, guru perlumemilih
bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapatdipecahkan.Sedangkan pembelajaran
dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar hanya dapatmengingat metri
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secarautuh.
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berpikir rasionalsiswa.
Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalahserta membuat
tantangan intelektual siswa.
Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalampembelajarann
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi pembelajaran berbasis masalah bertumpu pada penyelesaian masalah. Dalam hal
ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun
sebenarnya guru telah mempersiapkan topic masalah. Proses pembelajaran ini diarahkan agar
siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Kita menyadari selama ini
kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh guru. Akibatnya,
manakala siswa menghadapi masalah, meskipun masalah tersebut dianggap sepele, mereka
tidak mampu menyelesaikannya dengan baik. Maka dari itu, SPBM inilah diharapkan agar
dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap indivudu untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Dilihat dari aspek psikologi belajar, SPBM bersandarkan kepada psikologi kognitif yang
berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses
interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini, sedikit demi
sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi
pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara
internal akan problema yang dihadapi.
C. Tujuan
Untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada pembaca mengenai strategi
pembelajaran berbasis masalah. Dimana dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, karakteristik Strategi Pembelajarn Berbasis
Masalah, perbedaan Strategi pembelajaran berbasis masalah dengan strategi pembelajarn
inkuiri, tahap-tahap strategi pembelajarn berbasi masalah, serta keunggulan dan kelemahan
strategi pembelajarn berbasi masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar
atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dalam penerapan
strategi ini, guru memberikan stimulus kepada peserta didik dengan mengangkat suatu
permasalahan yang nantinya dijadikan sebagai topik masalah yang akan dikaji secara
bersama-sama, sehingga dari hal itu peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan topik
pembahasan, walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus dibahas.[1]
3. Perbedaan Masalah dalam Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah.
Antara strategi pembelajaran inkuiri (SPI) dan strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai. Masalah dalam strategi pembelajaran inkuiri adalah masalah yang bersifat
tertutup. Artinya, jawaban dari masalah itu sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari masalah
yang dikaji itu sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak
secara langsung menyampaikannya kepada siswa. Dalam srategi pembelajaran inkuiri tugas
guru pada dasarnya mengiring siswa melalui proses tanya jawab pada jawaban yang
sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pembelajaran inkuiri adalah
menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
Berbeda dengan Strategi pembelajaran inkuiri, masalah dalam strategi pembelajaran
berbasis masalah adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah
tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan
jawaban. Dengan demikian, strategi pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan
pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi pembelajaran
berbasis masalah adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis, dan logis
untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam strategi pembelajaran berbasis masalah adalah gap atau
kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyatan yang
terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya
keserahan, keluhan, kerisuan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau
topic tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga
dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di
bawah ini diberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam srtategi pembelajaran berbasis
masalah.
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang
bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa
dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan berhubungan dengan kepentingan orang banyak
(universal), sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
2) Melontarkan beberapa permasalahan ilmiah yang masih samar untuk menguji kemapuan otak
siswa.
Melontarkan beberapa permasalahan untuk mnguji siswa secara umum memiliki
faidah besar dalam mengembangkan dan menetapkan pemahaman. Metode paling efektif
untuk memfugsikannya adalah guru melontarkan masalah secara kolektif, dan memberi
sedikit waktu untuk mengingt-ingat pelajaran (yang telah lalu) dan memikirkan masalah
tersebut kemudian meninggalkan jawaban pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa.[12]
Sesuai dengan tujuan strategi pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menumbuhkan
sikap ilmiah, dari beberapa bentuk strategi pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan
para ahli, maka secara umum strategi pembelajaran baerbasis masalah bisa dilakukan dengan
langkah-langkah:
1. Menyadari masalah
Implementasi strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran
adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada
kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan social.
Kemampaun yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan
atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada
tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat
mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik
melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
b. Kelemahan
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3. Tampa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
b. Kelemahan
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3. Tampa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
B. Saran
Penulis menyadari bahhwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan masukan, kritik, dan
tentunya saran yang membangun untuk kemantapan makalah ini. Semoga dengan hadirnya
makalah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ini dapat menambah wawasan yang baru
bagi kita yang insya Allah cikal bakal menjadi seorang guru. Mudah-mudahan ini dapat
menjadi modal kita dalam mendidik dan mengajar kelak.
Lanjut ke konten
Home
Tentang
Kontak
selamat datang di blog homsahadiya
(SPBM)
Fuati (1534411019)
Homsah (1534411025)
PGRI BANGKALAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Sholawat serta salam tidak lupa pula kami panjatkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terrhadap pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………
…….. i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………
……. ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………
……. iii
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………………………………..
iii
1.2
Tujuan…………………………………………………………………………………………
…………. iii
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………
…… 1
2.4 Tahapan-tahapan
SPBM…………………………………………………………………………… 5
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………
…… 11
3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………………
………. 11
3.2
Saran……………………………………………………………………………………………
……….. 11
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………
… 12
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar mengajar adalah sesuatu kegiatan yang bernilai edukatif. Edukatif dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Namun pada kenyataannya kita menyadari
selama ini tidak mudah bagi guru untuk menjadikan peserta didik aktif dalam
mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Salah satu penyebabnya adalah siswa, untuk dapat menyelesaikan masalah yang
kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya siswa menghadapi masalah, walaupun
masalah itu dianggab sepele, banyak siswa tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.
Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan SPBM, pembelajaran
berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar
peranan orang dewasa yang ototentik serta menjadi belajar mandiri.
SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal
ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapi dengan masalah, dari
masalah sederhana sampai masalah yang kompleks. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas
pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan
untuk memperbaiki sistem pembelajaran.
1.2.Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ?
Bagaimana konsep dasar dan karekteristik Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
Apa hakikat Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah?
Bagaimana tahapan-tahapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ?
Apa keunggulan dan kelemahan Strategi Berbasis Masalah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam mempelajari biologi, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang
maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Metode penelitian pada kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning.). pemahaman konsep siswa
dianalisis menggunakan ANAKOVA. Kemampuan berpikir kreatif dalam hal ini meliputi
kefasihan, keluwesan, dan keaslian jawaban siswa dalam menjawab LKS. Perbedaan
pemahaman konsep siswa dari hasil uji LSD menunjukkan beda rerata nilai kelas eksperimen
terhadap kelas kontrol bernilai positif 15,997, dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 (P = <
0,05). Hasil análisis kemampuan berpikir kreatif siswa menunjukkan bahwa pada kelas
ekperimen tidak terdapat 0 (0%) siswa yang masuk dalam kriteria tidak kreatif (TK),
sedangkan pada kelas kontrol terdapat 2 (5,4%) siswa.
Pada kriteria kurang kreatif (KK) terdapat 7 (18%) siswa pada kelas ekperimen yang masuk
didalamnya, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 16 (43,2%) siswa. Pada kriteria
berikutnya, yaitu kriteria cukup kreatif (CK) terdapat 20 (53,7%) siswa pada kelas
eksperimen yang masuk didalamnya, sedangkan pada kelas kontrol 14 (37,8%) siswa. Pada
kriteria Kreatif (K), terdapat 10 (27%) siswa pada kelas ekperimen yang masuk didalamnya,
sedangkan pada kelas kontrol 5 (13,5,2%) siswa. Kriteria yang terakhir adalah kriteria sangat
kreatif (SK), pada kriteria ini baik kelas ekperimen ataupun kelas kontrol tidak ada siswa
yang masuk didalamnya (Tomi Utomo dkk, 2012-2013).
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tujuan yang ingin
dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan
logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah kurang
diperhatikan oleh setiap guru, akibatnya banyak siswa menghadapi masalah walaupun
masalah itu masalah yang sepeli tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Dapat
disimpulkan bahwa Strategi Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada perinsip menggunakan masalah yang berdasarkan masalah dunia nyata yang
bertujuan untuk kemandirian siswa dalam menghadapi masalah yang ada. Pembelajaran
berbasis masalah adalah salah satu cara siswa dalam pembelajaran (dalam jurnal pendidikan
matematika yang disusun oleh Junita Amalia,dkk )
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM.
Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi
SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa
hanya sekadar mendengarkan,
mencatat, kemudian menghafal materi pembelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif
berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau
dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari
peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat mengingat materi
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa,
yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki
dalam situasi baru, mengenai adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta
membuat tantangan intelektual siswa.
Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
Karakteristik lain dari SPBM meliputi pengajuan pertanyaan terhadap masalah,
fokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan
produk atau karya yang harus dipamerkan (Fachrurazi, 2011).
Antara strategi pembelajaran inkuri (SPI) dan strategi pembelajaran berbasis masalah
(SPBM) memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan
yang ingin dicapai. Masalah dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup. Artinya,
jawaban dari masalah itu sudah pasti, oleh sebab itu jawaban dari masalah yang dikaji itu
sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak secara langsung
menyampaikannya kepada siswa. Dalam SPI tugas guru pada dasarnya menggiring siswa
melalui proses tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin
dicapai oleh SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari
suatu masalah.
Berbeda dengan SPI, masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya
jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat
mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan
pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Tujuan yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis,
sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data
secara empirirs dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi
yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau
kecemasan, oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi
pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-
peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini diberikan kriteria
pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM.
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue)
yang bisa bersumber dari berita, rekaman, video, dan yang lainnya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap
siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang ahli
pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia
namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
Dalam jurnal pendidikan matematika yang disusun oleh Junita Amalia dkk, tahun 2014 ada
beberapa tahap dalam pembelajaran berbasis masalah yakni:
Menurut Arends (dalam dalam jurnal yang disusun oleh Sutawidjaja dan Jarnawi,2010:7.10)
ada beberapa tahapan-tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah yakni:
Menurut Polya (1981,dalam jurnal yang disusun oleh I Wayan Santyasa, 24 Agustus 2008)
ada empat tahap yaitu :
1. Memahami masalah
2. Menyusun rencana pemecahan
3. Menjalankan rencana pemecahan
4. Menguji kembali penyelesaian yang diperoleh
David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan kelompok
yaitu:
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk
SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum SPBM bisa dilakukan dengan
langkah-langkah:
Menyadari Masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan
atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus
dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru
dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji
baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting,
sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang
masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa
dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk
mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan
masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.
Merumuskan Hipotesis
Sebagai proses berfikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berfikir deduktif dan
induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat
menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat
inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah
mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Mengumpulan Data
Sebagai pesan berfikir empiris, keberadaan data dalam proses berfikir ilmiah merupakan hal
yang sangat penting. Sebab, menemukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis
yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses berfikir ilmiah bukan proses
berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam
tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang
diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilih data,
kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah
dipahami.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang
ditrima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya
dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
dan kesimpulan.
Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang
diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat
yang akan terjadi pada setiap pilihan.
1. Pemecahan maslah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa sera
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
menstransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa
bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada
dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,
bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa.
8. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengamplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
11. Siswa merasa puas dan senang,siswa lebih mudah memahami materi,mengembangkan
keterampilan untuk belajar seumur hidup.
2.6.2 Kelemahan
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajar.
Idsejarah.net
Blog yang membahas tentang sejarah, pendidikan, media pembelajaran, kebudayaan, sarana
penunjang pembelajaran Sejarah
Home
Candi
Kerajaan
Sejarah Indonesia
Museum
Soal Sejarah
PPT Sejarah
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
3[3] ibid
4[4] Dr.Nunuk Suryani dan Drs. Leo Agung.Strategi Belajar Mengajar:
Ombak,Yogyakarta,2012
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
3. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah.
4. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah atau sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut :
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada masalah Menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan
individual/ kelompok informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4 Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
5 Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
proses pemecahan masalah evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
SPBM dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang didasarkan pada perinsip
menggunakan masalah yang berdasarkan masalah dunia nyata yang bertujuan untuk
kemandirian siswa dalam menghadapi masalah yang ada. menjelaskan 6 langkah SPBM yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu: 1.merumuskan
masalah. 2. Merumuskan hepotesis. 3. Mengumpulkan data. 4. Menguji hepotesis. 5.
Menyadari masalah. 6. Menetukan pilihan penyelesaian masalah.
1. Saran
Sebagai seorang calon guru kita sebaiknya mengerti dan memahami cara dan hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Sehingga kita perlu mengetahui dan
memahami strategi apa yang bisa dipakai untuk proses pembelajaran, guna untuk
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dan dalam makalah ini apabila ada kesalahan dalam penulisan mauapun sistematisnya, kami
perlu masukan dan keritikam yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA