Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teks/tulisan yaitu kumpulan dari angka maupun huruf yang dituangkan ke dalam
bentuk bahasa tertentu. Biasanya sebuah teks/tulisan dituangkan ke dalam sebuah teks, tidak
berbentuk gambar. Ada banyak macam tulisan yang kita jumpai di dunia. Karena setiap
negara memiliki sejarahnya masing-masing mengenai arti dari tulisan ini. Kita bisa mengenal
berbagai macam bentuk dari berbagai negara yang berbeda-beda. Tiada kata atau bahasa di
dunia ini yang bisa disusun tanpa menggunakan abjad. Bila berubah letaknya maka berubah
pula makna yang dikandungnya. Dan jika susunannya tidak tertib, maka tidak mempunyai
arti sama sekali. Abjad latin atau yang biasa kita kenal dengan alfabet yang berjumlah 26
huruf tersebut bentuknya sangat sederhana. Tetapi nilainya tidak terhingga buat kehidupan
kita. Sejak 7.000 tahun yang lalu orang sudah mengetahui cara menulis pesan dengan
menggunakan gambar atau yang disebut dengan simbol-simbol piktograf. 
Perkembangan cara berkomunikasi melalui tanda dan gambar pun berkembang terus.
Sekitar tahun 3100 SM, bangsa Mesir menggunakan piktograf sebagai simbol-simbol yang
menggambarkan sebuah objek. Komunikasi dengan menggunakan gambar berkembang dari
piktograf hingga ideograf, berupa simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih
kompleks serta konsep abstrak yang lain. Perkembangan yang terpenting dari sistem alfabet
ini adalah penerapan pola membaca dari arah kiri ke kanan. 
Sistem alfabet kemudian terus berkembang hingga akhirnya bangsa Romawi
menyempurnakan ke dalam bentuk huruf yang sebagaimana kita kenal dan gunakan sekarang.
Huruf Roman atau yang sering kita sebut sebagai huruf latin memiliki jumlah 26 huruf yang
diterapkan sejak abad pertengahan dan digunakan sebagai alfabet dalam bahasa Inggris
kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teks?
2. Bagaimana sejarah perkembangan teks/tulisan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian teks.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan teks/tulisan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teks

Teks adalah fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk
tulisan. Teks juga dapat diartikan sebagai seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang
pengirim kepada seorang penerima melalui medium tertentu atau kode-kode tertentu (Alex
Sobur, 2004: 53). Salah satu definisi teks yang paling dikenal luas adalah pandangan de
Beaugrande dan Dressler yang mengatakan bahwa teks adalah sebuah peristiwa komunikatif
yang harus memenuhi beberapa syarat, yakni tujuh kriteria teks yang akan dikaji pada
pembahasan selanjutnya.
Menurut definisi ini, tanda lalu lintas, artikel di surat kabar, argument, dan novel
semuanya merupakan teks yang berhubungan dengan kaidah genre-genre atau tipe teks
tertentu semua genre yang disebutkan memiliki ciri-ciri linguistik tertentu, memenuhi fungsi
tertentu dan terikat pada situasi-situasi pemroduksian dan penerimaan tertentu. Oleh sebab
itu, terdapat kondisi-kondisi makna yang bersifat internal teks maupun eksternal teks yang
akhirnya berhadapan dengan cara mendefinisikan dan menganalisis konteks ekstralinguistik
(Stefan Titscher, 2009: 34-35).
Dalam teori bahasa, apa yang dinamakan teks tidak lebih dari himpunan huruf yang
membentuk kata dan kalimat, yang dirangkai dengan sistem tanda yang yang disepakati oleh
masyarakat, sehingga sebuah teks ketika dibaca bisa mengungkapkan makna yang
dikandungnya. Eriyanto (2001: 3) dalam bukunya, Analisis Wacana, menyebutkan bahwa
teks hampir sama dengan wacana, bedanya kalau teks hanya bisa disampaikan dalam bentuk
tulisan saja, sedangkan wacana bisa disampaikan dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Teks adalah satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata
organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara kontekstual. Istilah teks dan wacana
dianggap sama dan hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan
merupakan realisasi makna dari teks.

2
2.2 Sejarah Perkembangan Teks/Tulisan

Berdasarkan sejarahnya, tulisan sendiri sebenarnya berasal dari macam-macam


bahasa yang ada di dunia. Hal ini terbukti dengan berkembangnya peradaban manusia dari
zaman ke zaman. Sedangkan sejarah pertama kali ditemukannya sebuah tulisan adalah sejak
masa proto yang memperkenalkan beragam simbol mnemonik dan juga sistem ideografis.
Sementara itu, penemuannya sendiri dijumpai di 2 tempat berbeda, seperti di Mesopotamia
pada tahun 3200 SM dan juga di Mesoamerika pada tahun 600 SM. Ada beberapa naskah
kuno dari Mesoamerika dipercaya berasal dari Meksiko tepatnya di Zapotec.
Seperti kita ketahui, dimana sejarah dari tulisan sendiri sebenarnya sudah muncul
sejak ribuan tahun yang lalu sebelum masehi. Pertama kali muncul tulisan itu sendiri
berbentuk gambar. Sebelumnya bangsa kuno seperti bangsa Maya maupun Mesir kuno
sendiri pertama kali mengenal sebuah tulisan sebagai hieroglif. Sehingga hampir seluruh
orang di dunia saat ini mampu untuk menulis. Dengan tulisan, setiap orang bisa menuangkan
ide ataupun gagasan baik pada selembar kertas maupun pada surat elektronik. Adapun tulisan
sendiri ditulis dalam berbagai macam bahasa di dunia, seperti bahasa Spanyol, bahasa
Inggris, bahasa Belanda, Rusia, Indonesian dan lain sebagainya.

Piktograf

Pertama kali manusia mengenal sebuah tulisan sendiri bukan berasal dari kata-kata,
tanda baca ataupun huruf yang dituangkan pada sebuah tulisan. Akan tetapi, justru ribuan
tahun silam, manusia menulis melalui sebuah gambar yang kini disebut juga sebagai
piktograf. Melalui piktograf inilah setiap manusia bisa menyampaikan pesan atau informasi
kepada manusia lainnya. Piktograf sendiri berasal dari bahasa Inggris dengan nama
pictograph. Pictograph berasal dari perpaduan dua kata, yaitu pict dan graph. Dimana Pict
berarti picture atau gambar dalam bahasa Indonesia. Sedangkan graph sendiri berarti tulisan
menurut bahasa Yunani. Piktograf sendiri berupa simbol yang bisa mewakili suku kata,
bagian kata hingga keseluruhan kata.

Hieroglif

Tak hanya piktograf saja yang berupa simbol tulisan zaman dulu, bangsa dari Mesir kuno
sejak ribuan tahun silam juga menemukan sebuah tulisan yang dinamakan hieroglif. Untuk
menuliskan kata-kata, terkadang orang di zaman Mesir Kuno ini menempatkan sebanyak 2

3
gambar ataupun lebih. Namun, bertahun-tahun lamanya tak sedikit pun orang yang mampu
membaca simbol hieroglif dari Mesir kuno ini. Hingga akhirnya di tahun 1822 sendiri, Jean
Francois Champollion yang tak lain sebagai seorang yang berkebangsaan Perancis
mengetahui makna dari hieroglif ini dengan ketekunan belajarnya hingga bertahun-tahun.
Sehingga ia mampu menerjemahkan tulisan hieroglif itu sendiri.
Hieroglif sendiri terkadang bisa menyimbolkan sebuah kata, atau mewakili sebuah bunyi
yang jika digabungkan bisa membentuk kata-kata. Bahkan di Meksiko sendiri khususnya
untuk bangsa Maya kuno memakai hieroglif. Tak hanya itu simbol hieroglif sendiri bisa
mewakili suku kata, bunyi bahkan keseluruhan kata.

Alfabet

Di zaman sekarang, tulisan sendiri banyak memakai sistem alfabet. Alfabet merupakan
daftar kumpulan huruf yang biasa dipakai ketika menulis melalui bahasa tertentu. Akan
tetapi, tak semua bahasa memakai huruf yang benar-benar sama. Karena ada beberapa negara
yang memiliki alfabet berbeda, seperti negara Spanyol, Rusia, Jepang dan lain sebagainya.
Selain itu, jumlah tulisan huruf dalam setiap alfabet dari berbagai bahasa tentunya berbeda-
beda. Alfabet bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sendiri mempunyai sebanyak 26 huruf.
Sementara alfabet bahasa Rusia sendiri terdiri dari 33 huruf, untuk Korea memiliki 24 huruf
dan untuk Spanyol mempunyai 27 huruf.
Tulisan huruf alfabet sendiri sebenarnya diciptakan mulai abad ke 15 atau ke 17 SM yang
berasal dari bangsa Fenisia. Sebenarnya bahasa Fenisia sendiri merupakan kategori bahasa
Semit, yang umumnya dipakai masyarakat yang tinggal di Lebanon modern atau Fenika.
Menurut SM, Diodorus Sikolos sebagai sejarawan di abad pertama ini, menyatakan bahwa
tulisan Alfabet Fenisia sendiri diperkenalkan pertama kali oleh kadmos ke orang-orang
Yunani. Dari sinilah mulai diciptakannya alfabet versi Yunani. Dengan kemunculan alfabet
bangsa Yunani ini akhirnya mempengaruhi sistem penulisan di Eropa. Alphabet ini
mengawali sejarah tulisan yang mulai berkembang secara modern.

Perkembangan teks/tulisan di Indonesia, meliputi:

1. Teks Bahasa Melayu Kuno

Dari rekaman paling awal yang tercatat, bahasa Melayu adalah bahasa asli

yang digunakan oleh kedua sisi daerah yang terpisahkan Selat Malaka yaitu

wilayah Sumatra dan semenanjung Melayu. Bahasa Melayu Purba merupakan

4
bahasa awal yang digunakan sebelum pedagang dari India datang ke nusantara.

Setelah mendapat pengaruh dari India, maka bahasa yang dipakai kemudian

dinamakan menjadi bahasa Melayu Kuno. Pada abad ke-7 hingga ke-13, bahasa

Melayu Kuno menjadi bahasa yang dipakai secara meluas di wilayah

semenanjung Malaysia, Sumatera, hingga Riau. Bahasa Melayu kuno bersifat

sederhana, mudah menerima pengaruh luar serta tidak memiliki perbedaan

penggunaan berdasarkan struktur strata masyarakat. Hal ini menjadikan bahasa

Melayu lebih cepat berkembang.

Bahasa Melayu Kuno selanjutnya banyak mendapatkan pengaruh dari

bahasa Sanskrit karena banyaknya masyarakat yang menganut agama Hindu.

Bahasa Sanskrit sendiri sebenarnya juga sudah digunakan namun oleh kalangan

bangsawan dan mereka yang memiliki hierarki tinggi dalam masyarakat.

Pengaruh Hindu dalam bahasa ini akhirnya juga membentuk sistem huruf atau

penulisan menggunakan huruf Pallawa atau Dewanagari yang berasal dari India,

serta huruf Kawi yang merupakan modifikasi huruf Pallawa. Pengaruh-pengaruh

tersebut menjelaskan mengapat banyak ditemukan prasasti yang menggunakan

bahasa Melayu dengan huruf Palawa atau Nagari di wilayah Sumatera dan Jawa.

Misalnya prasasti Kedukan Bukit di Palembang (683M), prasasti Talang Ruwo di

Palembang (684M), prasasti Kota Kampur di Pulau Bangka (686M), prasasti

Karang Brahi di Jambi (692), dan prasasti Gandasuli di Jawa Tengah (832) yang

menggunakan huruf Nagari.

2. Teks Bahasa Melayu Klasik

Bahasa Melayu Kuno beralih menjadi bahasa Melayu Klasik. Peralihan ini

terjadi karena semakin kuatnya pengaruh agama Islam di Asia Tenggara pada

abad ke-13. Bahasa ini kemudian digunakan oleh Kesultanan Melaka,

Kesultanan Aceh, dan beberapa tokoh politik lainnya sejak abad ke-14 hingga

abad ke-18. Transisi bahasa Melayu Klasik ditandai dengan adanya berbagai kata

serapan dari bahasa Arab, bahasa Parsi, serta bahasa Portugis. Catatan-catatan

5
tertulis seperti naskah hikayat, peraturan perundangan, dan surat-surat antara

penguasa nusantara yang ditemukan tercatat menggunakan bahasa Melayu

Klasik. Tulisan yang digunakan juga mulai mendapatkan pengaruh dari huruf

Arab yang kemudian dikenal sebagai huruf Jawi.

Tiga prasasti penting yang menjadi bukti transisi menjadi Melayu Klasik

adalah prasasti Pagar Ruyung di Minangkabau (1356), Prasasti Minyetujoh di

Aceh (1380), dan Prasasti Kuala Berang di Trengganu, Malaysia (1303-1387).

Prasasti Pagar Ruyun ditulis dalam huruf India dengan prosa Melayu Kuno dan

beberapa baris sajak Sanskerta. Namun, bahasa yang digunakan sedikit berbeda

dengan bahasa Melayu pada abad ke-7. Prasasti Minyetujoh merupakan prasasti

pertama yang mencatat penggunaan kata-kata Arab seperti “Allah”, “nabi”, dan

“rahmat”. Selanjutnya prasasti Kuala Berang, ditulis dengan menggunakan huruf

Arab Melayu yang membuktikan bahwa tulisan Arab sudah digunakan dalam

bahasa Melayu.

Pengaruh Islam terasa kental dalam bahasa Melayu Klasik seperti

penggunaan kalimat yang panjang dan berulang, banyak kalimat pasif,

menggunakan bahasa istana, terdapat kosa kata klasik (contoh: edan kesmaran,

sahaya, masyghul), banyak menggunakan perdu kata di awal kalimat (contoh:

sebermula, alkisah, hatta, adapun), banyak partikel pun dan lah, menggunakan

aksara Jawi atau aksara yang dipinjam dari bahasa Arab dengan beberapa huruf

tambahan, serta adanya beragam kosa kata Arab dan frasa yang bernuansa

Arab.

3. Bahasa Indonesia

Di Indonesia, bahasa Melayu kemudian berkembang menjadi bahasa

Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pergaulan atau bahasa sehari-hari.

Meski begitu, di awal pemakaiannya, belum banyak yang menggunakannya

sebagai bahasa ibu karena bahasa daerah dengan jumlah yang begitu banyak

masih menjadi bahasa utama yang digunakan sehari-hari. Tahun 1901,

6
didirikanlah Balai Poestaka sebagai percetakan buku-buku pelajaran dan sastra.

Adanya percetakan ini membuat bahasa Melayu semakin populer dan

memunculkan varian bahasa yang mulai berbeda dengan bahasa induk Melayu

Riau. Peneliti sejarah bahasa Indonesia menyebutnya sebagai bahasa Melayu

Balai Pustaka atau bahasa Melayu van Ophuijsen.

Van Ophuijsen adalah seorang pria Belanda yang menyusun ejaan bahasa

Melayu dengan huruf Latin untuk penggunaan Hindia-Belanda. Ia juga yang

menjadi penyuting buku terbitan Balai Pustaka. Sehingga akhirnya bahasa yang

digunakan menjadi lekat dengan identitas kebangsaan Indonesia dan puncaknya

pada Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dicetuskan pertama kali sebagai

bahasa persatuan pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Dalam

pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Muhammad Yamin yang

seorang politikus, sastrawan dan ahli sejarah berkata, “Jika mengacu pada masa

depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada

dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa

dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan

menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.”

Selanjutnya, bahasa Melayu Riau dijadikan sebagai bahasa persatuan

dengan beberapa pertimbangan yakni Bahasa Jawa lebih sulit dipelajari

daripada bahasa Melayu karena ada tingkatan bahasa yang mengharuskan si

pembicara memahami budaya Jawa agar bisa menyampaikan kalimat dengan

baik dan sopan. Bahasa Melayu Riau dipilih karena paling sedikit terpengaruh

bahasa lain seperti Cina Hokkien ataupun Tio Ciu Ke. Pengguna bahasa Melayu

juga tidak di Indonesia saja. Tahun 1945, penutur berbahasa Melayu di negara

lain seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura masih dijajah Inggris.

Dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan

negara rumpun Melayu lainnya semakin kuat jiwa nasionalisme sehingga bisa

segera melepaskan diri dari penjajahan.

7
4. Ejaan Republik

Kemudian Ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901 diganti

menjadi Ejaan Republik atau edjaan Soewandi digunakan untuk menentukan

ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Beberapa perbedaan

dalam ejaan ini antara lain perubahan huruf ‘oe’ menjadi ‘u’ (contoh: doeloe

menjadi dulu), bunyi sentak yang sebelumnya ditulis dengan tanda (‘) ditulis

dengan huruf ‘k’ (contoh: tak, pak, maklum), kata ulang boleh ditulis dengan

angka 2 (contoh: ubur2, ber-main2, ke-barat2-an). Selain itu, pada ejaan

Republik, awalan ‘di’ dan kata depan ‘di’ keduanya ditulis serangkai dengan kata

yang mengikutinya seperti dirumah, disawah, dibeli, dimakan.

5. Ejaan Baru atau Ejaan LBK dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Baru dipergunakan sejak tahun 1967 sebelum kemudian

disempurnakan dengan munculnya EYD pada tahun 1972. Perubahan yang

terdapat pada Ejaan LBK antara lain ‘tj’ menjadi ‘c’ (tjutji ke cuci), ‘dj’ menjadi ‘j’

(djarak ke jarak), ‘j’ menjadi ‘y’ (sajang ke sayang), ‘nj’ menjadi ‘ny’ (njamuk ke

nyamuk), ‘sj’ menjadi ‘sy’ (sjarat ke syarat), ‘ch’ menjadi ‘kh’ (achir ke akhir).

Sementara itu, penyempurnaan yang ada pada EYD meliputi pemakaian huruf f,

v, dan z yang merupakan unsur serapan asing, huruf q dan x tetap digunakan

dalam ilmu pengetahuan (furqan, xenon), awalan ‘di’ dan kata depan ‘di’

dibedakan pemakaiannya, serta kata ulang harus ditulis penuh unsurnya dan

tidak menggunakan angka 2 sebagai tanda perulangan. Selain itu, EYD juga

mengatur penulisan huruf termasuk kapital dan miring, penulisan kata, tanda

baca, singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan, serta unsur serapan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

8
Pertama kali manusia mengenal sebuah tulisan sendiri bukan berasal dari kata-kata,
tanda baca ataupun huruf yang dituangkan pada sebuah tulisan. Akan tetapi, justru ribuan
tahun silam, manusia menulis melalui sebuah gambar yang kini disebut juga sebagai
piktograf, kemudian dengan hieroglif, dan berkembang dengan alfabet. Perkembangan
teks/tulisan di Indonesia, meliputi teks bahasa Melayu kuno, teks bahasa Melayu klasik,
bahasa Indonesia, ejaan republik, ejaan baru atau ejaan LBK dan ejaan yang disempurnakan
(EYD).

3.2 Saran

Saya menyadari bahwa penulisan makalah yang saya buat jauh dari kata sempurna.
Untuk itu diharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Darma, Y. A. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

9
http://www.tulisantulisan.com/2015/04/17/sejarah-penulisan-dan-perkembangannya-mulai-
dari-tulisan-kuno-hingga-modern/

http://www.sumberpengertian.co/pengertian-teks-menurut-para-ahli/

https://www.boombastis.com/bahasa-di-indonesia/41172

10

Anda mungkin juga menyukai