Anda di halaman 1dari 4

ISU-ISU PENDIDIKAN

Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia
terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
bangsa dan negara. Jika sistem  pendidikanya berfungsi secara optimal maka akan tercapai
kemajuan yang dicita-citakanya sebaliknya bila proses pendidikan yang dijalankan tidak
berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajun yang dicita-citakan. Ada beberapa
isu-isu terkait pendidikan yang ada di Indonesia. Antara lain:
A. Kurangnya motivasi dalam belajar
Belajar adalah suatu proses dimana dilakukan secara sadar yang memiliki
tujuan yang pasti, mempunyai arah, dan dilakukan secara berulang-ulang sampai akhir
hayat. Dewasa ini, belajar adalah menjadi suatu kebutuhan manusia yang paling
penting. Belajar dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
mencapai sesuatu dengan belajar. Namun, pada era sekarang atau era globalisasi,
belajar kurang diindahkan oleh mahasiswa maupun siswa. Dengan adanya teknologi,
banyak siswa atau mahasiswa malas belajar dengan serius maupun dengan tekun.
Siswa atau mahasiswa akan lebih fokus pada gadget mereka dan barang elektronik
yang modern, ditambah dengan media sosial yang sangat populer saat ini. Itu lebih
menambah kurangnya motivasi dalam belajar. Contoh siswa atau mahasiswa yang
baru selesai kuliah, yang sudah mendapat beberapa materi atau praktek dari dosen
maupun guru di sekolah. Tidak mau mencobanya lagi atau memperlajari materi yang
sudah diberikan, tapi meraka lebih sibuk dengan dunia maya karena lebih menarik.
Dengan begitu mahasiswa dan siswa akan lambat dalam proses belajar dan kurangnya
motivasi atau tujuan meraka dituju, itu mengakibatkan meraka malas belajar atau
kurangnya rasa untuk belajar.
B. Kurikulum Pendidikan atau Alat untuk Mencapai Tujuan Pendidikan
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai satu tujuan pendidikan
serta menjadi pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai
jenis dan tingkat sekolah. Namun seiring berkembangnya zaman, pengertian
kurikulum terus mengalami perubahan makna.
Kurikulum dianggap sebagai penentu pendidikan atau sebagai pencapai suatu
proses belajar di sekolah maupun universitas. Karena itu, kurikulum dijadikan sebagai
pedoman atau perhatian para guru, dosen, dan praktisi pendidikan. Kurikulum
bukanlah sebagai penentu keberhasilan atau kesuksesan suatu pendidikan. Sekalipun
kurikulum juga sebagai penentu keberhasilan pendidikan. Tapi kasus yang terjadi di
negeri ini adalah kesadaran. Kesadaran untuk berprestasi, kesadaran untuk berhasil,
kesadaran untuk meningkatkan sumber daya manusia, kesadaran untuk
menghilangkan kebodohan.
Indonesia sudah mengalami banyak perubahan kurikulum pendidikan. Mulai
kurikulum KBK, KTSP, hingga yang terbaru saat ini adalah K-13 yang masih
menimbulkan pro kontra dan bahkan banyak sekolah yang pada akhirnya kembali lagi
pada KTSP, karena bahkan guru pun banyak yang tidak sanggup untuk mejalankan
program ini. Dalam K-13 bukan hanya guru saja yang kurang siap, tapi siswa juga
belum siap menerima kurikulum K-13, yang dimaksud dengan belum menerima
adalah belum siap untuk mengitkuti kurikulum tersebut. Banyak siswa yang mengeluh
dan banyak yang menghiraukan pelajaran, karena kurangnya mengerti tentang proses
yang diterapkan kurikulum tersebutt. Dengan masalah tersebut akan berlangsung lama
atau malah memburuk lagi SDM di Indonesia.
C. Kurangnya Minat Guru dalam Mengajar.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini
jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru merupakan fasilitator dalam pembelajaran. Guru akan memberikan
pelajaran formal dan in formal dengan kata lain budi pekerti yang luhur. Dalam proses
belajar mengejar, guru akan menemani siswa-siswanya dalam belajar supaya terjalin
keakraban dan menumbuhkan rasa sosial pada siswa maupun guru.
Dewasa ini, kata guru merupakan pahlawan tanpa jasa. Itu tidak berarti lagi
karena guru sekarang sudah dapat gajih, sertifikasi , dan gajih ke-13, serta guru dapat
menambahkan penghasilannya lewat les maupun privat yang dilakukan di luar jam
mengajar. Dengan keterangan di atas, guru-guru kurang mempunyai rasa semangat
dalam mengajar, tapi guru mengajar hanya sekedar saja dalam proses belajar
mengajar untuk menutupi pembukuan atau administrasi dalam mengajar. Banyak guru
hanya memberikan tugas dan tugas, tidak di periksa dan memberikan nilai tidak jelas
adanya. Tapi guru-guru di sekolah akan mau semangat mengajar apabila sekolah
tersebut dalam masa penilaian atau datangnya pengawas ke sekolah untuk mengecek
sekolah tersebut. Arti semangat belajar ini adalah guru datang rajin dan tepat waktu
dalam proses belajar dan mengajar. Jadi, guru-guru sekarang seperti anak SD. Mereka
akan hormat dan rajin dihadapan atasan, tapi di belakang tanpa sepengetahuan atasan,
guru-guru santai dan tidak mengajar.
D. Kualitas Lulusan Sekolah di Indonesia Masih Rendah
Setiap sekolah pasti mempunyai mutu dan visi mis sekolah untuk sebagai
pedoman. Sekolah akan menyipakan para siswanya untuk siap berkontribusi dalam
masyakarat atau melajutkan pendidikannya setelah kelulusan para siswaw. Tapi dari
pengamatan yang dilakukan oleh pemerintah, kualitas lulusan sekolah di Indonesia
masih rendah. Banyak lulusan yang belum menguasai tentang apa yang telah mereka
pelajari di sekolah atau belum mempunyai kemampuan untuk setelah lulus. Pikirin
remaja sekarang hanya sekedar sekolah atau sekedar lulus saja untuk mencari izajah.
Itu mengakibatkan kualitas lulusan sekolah masih rendah.
E. Kurangnya Pemeliharaan Sekolah
Banyak fasilitas sekolah yang diabaikan oleh pihak-pihak sekolah. Contohnya
bangunan sekolah yang sudah tidak baik untuk digunakan, tetap saja dibiarkan dan
masih digunakan. Fasilitas dalam balajar mengajar seperti, bangku yang kurang, kursi
yang rusak atau tidak lengkap dan masih meminjam kursi dari sekolah lain.
Pemeliharaan sekolah juga kurang dibagian kebersihan, banyak pihak-pihak sekolah.
Contohnya guru. Guru adalah contoh yang ditiru oleh siswanya, tapi malah guru yang
tidak memperhatikan kebersihan dan malah menghiraukan sampah yang ada di sekitar
guru tersebut. Banyak membuang sampah sembarangan, misal sampah yang paling
kecil yaitu sampah plastik bekas permen, yang dibuang di bagian-bagian kayu atau
sembarangan. Itulah sikap yang dapat membuat kebersihan sekolah sangat buruk dan
juga menumbuhkan rasa malas pada siswa dalam memperhatikan kebersihan.
F. Budi Pekerti dan Pendidikan Moral
Sebenarnya tujuan pendidikan yang terdapat di dalam sistem pendidikan
nasional kita sudah sangat lengkap untuk membentuk anak didik menjadi pribadi yang
berlandaskan pada budi pekerti yang luhur. Namun seperti yang kita saksikan saat ini,
para anak didik Indonesia seakan-akan sudah mengalami krisis budi pekerti. Bahkan
berita tentang kriminal, anak-anak yang masih di bangku sekolah melakukan
pelecehan seksual atau pemerkosaan, menjadi pengedar narkoba sekaligus pengguna
narkoba, dan maupun lainnya.
Untuk itu, akan lebih baik bila sekolah juga menerapkan pendidikan karakter
pada murid-murid didiknya. Pendidikan karakter ini merupakan penanaman nilai-nilai
karakter siswa dan pihak sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran,
tidakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap tuhan, diri sendiri
sesama, lingkungan maupun kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai