Dalam konteks ini bimbingan merupakan terjemahan dari suatu istilah dalam Bahasa
Inggris, yaitu guidance yang akar katanya adalah guide. Shertzer dan Stone (1966:31)
mengemukakan beberapa padanan dari kata guide, yaitu to direct, pilot. manage, or
steer. Dalam bahasa Indonesia masing-masing kata ini dapat berarti memandu,
mengarahkan, mengatur atau mengemudi. Sebagai suatu unsur esensial dalam
pendidikan, arti yang paling mendasar dari bimbingan adalah membantu (helping atau
assistance). Namun, tidak semua bentuk bantuan berarti bimbingan karena bantuan.
dalam konteks bimbingan memiliki ciri, persyaratan, prinsip, tujuan dan prosedur
yang tersendiri.
Sebagai contoh perbuatan membantu tetapi bukan membimbing, antara lain seorang
guru memberi tahu isi jawaban kepada beberapa siswanya yang sedang mengerjakan
soal ujian atau ulangan, seseorang memberi uang kepada seorang temannya yang
tidak memiliki ongkos untuk pulang ke rumahnya, seseorang mengerjakan pekerjaan
rumah bagi teman sekelasnya yang malas atau tidak bisa mengerjakan pekerjaan
rumah tersebut. Semua ini merupakan contoh dari perbuatan membantu, namun bukan
membimbing
Sebagai suatu konsep dari disiplin ilmu, istilah "bimbingan" sering dipadankan
dengan "konseling" yang diadopsi dari Bahasa Inggris, yaitu counseling sehingga
"Bimbingan dan Konseling" sering disingkat menjadi "BK". Pada tahun tujuh puluhan
counseling diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi "penyuluhan." Pada
akhir tahun sembilan puluhan, istilah penyuluhan dianggap tidak cocok lagi karena
konotasinya lebih bersifat pemberian informasi, sedangkan konotasi konseling lebih
bersifat hubungan antardua pribadi, yaitu antara seorang konselor dengan yang diberi
bantuan (konseli atau disebut klien). Sekarang "konseling" telah dimasukkan ke
dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia.
Konseling harus dipahami sebagai salah satu jenis layanan dan teknik tersendiri dari
program bimbingan di sekolah. Para ahli bimbingan, antara lain Gibson dan Mitchell
(1981:27) memberi predikat khusus terhadap konseling. Dia menyatakan bahwa
counseling has been identified as the heart of the guidance program Konseling telah
dikenal sebagai jantungnya program bimbingan. Jadi, konseling merupakan bagian
paling inti dari bimbingan Ahli lain, seperti Shertzer dan Stone (1981:7) menyatakan
bahwa konseling merupakan inti kegiatan profesional dari seseorang yang disebut
konselor. Artinya layanan konseling hanya dapat diberikan oleh orang yang telah
memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan
khusus untuk itu. Dengan kata lain, konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang (termasuk oleh Anda sebagai guru SD) yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan dan latihan yang dipersiapkan sebelumnya, lain halnya dengan kegiatan
Bimbingan itu sendiri, seperti memberi informasi tentang cara belajar yang baik
kepada anak, memberi motivasi dan nasihat yang dibutuhkan oleh anak,
mencerdaskan emosi anak mengumpulkan data tentang latar belakang keluarga siswa,
meningkatkan budi pekerti anak dan sebagainya.
Definisi di atas, hampir sejalan dengan definisi Edward C. Glanz (1966:5) yang
mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk memecahkan
masalah dan menjadi anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab, di
mana dia hidup. Bimbingan membantu setiap pribadi agar menjadi manusia yang
bebas untuk berkreasi mencapai kehidupan yang bermakna. Bimbingan dipandang
sebagai upaya membantu individu untuk menjadi pribadi yang bebas berkreasi dan
menjadi anggota suatu masyarakat yang bertanggung jawab. Definisi ini menekankan
pentingnya kebebasan individu untuk berkreasi sehingga mencapai kehidupan yang
bermakna.
Traxler dan North (1968:11) mengartikan bimbingan sebagai proses untuk mengenal
dan memahami individu serta menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
individu itu dapat mengembangkan kapasitasnya secara penuh sehingga pada
akhirnya dia dapat membantu dirinya sendiri baik secara ekonomi maupun secara
sosial.
Sebagai contoh salah satu tugas perkembangan anak usia SD adalah belajar
bergaul dan bekerja dengan kelompok teman sebayanya. Jika seorang anak pada usia
SD dapat bergaul dan belajar dengan teman sebayanya dengan baik, maka dia akan
merasa bahagia, senang, merasa diterima dan berharga. Pengalaman ini akan
membawa dia pada kesuksesan hubungan sosial dia di masa remaja. Sebaliknya jika
anak tersebut tidak dapat bergaul dan bekerja dengan baik bersama teman-teman
sebayanya, misalnya lebih banyak menyendiri, tidak senang bermain dan berteman
dengan teman sekelasnya. maka dia akan mengalami kesulitan di dalam pergaulan
sosial di masa remaja.
Untuk anak SD tujuan Bimbingan dan konseling sudah tentu diarahkan pada
pencapaian tugas-tugas perkembangan tersebut secara optimal, artinya semua tuga
perkembangan tersebut dapat dicapai oleh anak SD dengan sebaik mungkin, sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kesempatan yang dimilikinya.
Secara operasional tujuan bimbingan dan konseling di SD dengan demikian adalah
agar setiap anak SD dapat:
1. Mengalami perasaan positif dan senang dalam berinteraksi dengan
teman
Sebayanya, guru, orang tua dan orang dewasa lainnya,
2. Memperoleh perasaan berharga dan berhasil dari aktivitas belajarnya di
sekolah;
3. Mengembangkan dan memelihara perasaan positif terhadap dirinya,
terhadap kekhasan nilai yang dimilikinya serta dapat memahami dan
menghubungkan dengan perasaannya;
4. Menyadari akan pentingnya nilai yang dimiliki dan mengembangkan
nilai-nilai yang konsisten dengan kebutuhan hidup dalam masyarakat
yang majemuk.
5. Mengembangkan dan memperkaya keterampilan belajar untuk
memaksimumkan kecakapan yang dimilikinya.
6. Belajar tentang berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup
lebih baik
dalam perkembangan yang wajar dan dalam memecahkan masalah-
masalah yang mungkin dihadapinya;
7. Mengembangkan keterampilan-keterampilan penyusunan tujuan,
perencanaan dan pemecahan masalah;
8. Mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan:
9. Menunjukkan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya;
10. Bekerja dengan orang tua dalam berbagai kegiatan yang terencana
untuk membantu mengembangkan sikap dan keterampilan yang dapat
memperkaya kemampuan akademik dan kemampuan sosialnya:
11. bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkaya aktivitas
belajar.
Simpulan dari rumusan tujuan-tujuan di atas adalah memberi kemudahan belajar pada
siswa SD. Asumsinya bahwa misi dasar dan tujuan utama pendidikan sekolah adalah
untuk membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, jika bimbingan dan konseling merupakan
bagian dari proses pendidikan maka seluruh aktivitas bimbingan harus diarahkan pada
pembelajaran siswa. Para siswa harus belajar dengan perasaan yang kompeten dan
percaya pada kemampuan dirinya sebagai pelajar, para siswa tumbuh dalam iklim
yang membelajarkan mereka tentang dirinya dan tentang lingkungan sekitarnya
sehingga mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk menjadi orang dewasa yang
sehat dan kompeten.
E. PRINSIP BIMBINGAN DI SD
Tiedeman, Dinckmeyer dan Dreikurs dalam Stone (1983), memandang
bahwa program bimbingan di sekolah dasar perlu diarahkan pada pengembangan
kognitif dan afektif sekaligus. Konsep mereka itu diarahkan pada pengembangan
kekuatan ego (ego strength), bukan hanya pada upaya memperbaiki tingkah laku yang
salah suai (maladjusted) saja. Program bimbingan didasarkan atas prinsip-prinsip
perkembangan sebagai berikut.
1. Bimbingan untuk semua. Setiap siswa memiliki hak untuk
mendapatkan layanan bimbingan dari gurunya. Fokus bimbingan
bukan hanya ditujukan kepada siswa tertentu saja melainkan juga
terhadap siswa yang normal bahkan yang brilliant sekalipun.
2. Bimbingan di SD dilaksanakan oleh semua guru kelas. Jika ada
konselor maka tugasnya adalah memberikan layanan konseling dan
konsultasi kepada siswa. guru, dan orang tua siswa. Bimbingan
diberikan kepada siswa secara langsung dan tidak langsung.
3. Bimbingan diarahkan untuk membantu siswa agar mampu
mengetahui. Memahami, menerima dirinya sendiri baik secara
kognitif maupun secara afektif. Maksudnya bahwa bimbingan
diarahkan untuk mengembangkan kompetensi pribadi yang adekuat,
dan untuk berhubungan secara efektif dengan kegiatan dan tugas
hidup sosialnya. Tekanan program bimbingan bukan pada aspek
remediasi (penyembuhan siswa yang bermasalah) melainkan pada
pengembangan aspek aspek positif yang dimiliki oleh tiap siswa.
4. Bimbingan dapat diberikan secara informal dan insidental namun
alangkah lebih baiknya jika dilaksanakan secara terencana dan
terprogram. Program bimbingan memberikan pengalaman yang
runtut dan berkelanjutan untuk membantu siswa mencapai tugas
perkembangan baik dalam aspek intelektual maupun aspek
emosional. Kurikulum memberikan pengalaman kepada siswa yang
memungkinkan para guru dapat mengintegrasikan prosedur
bimbingan dengan materi pelajaran. Fungsi bimbingan dari guru atau
konselor adalah membantu siswa untuk mencapai kurikulum secara
sukses. Oleh karena itu, para guru membutuhkan keterampilan-
keterampilan bimbingan untuk membuat kurikulum menjadi
pengalaman yang bermakna bagi setiap siswa.
5. Bimbingan di sekolah dasar menempatkan tekanan pada pencapaian
tujuan dan kebermaknaan pengalaman belajar. Tujuan yang
ditetapkan oleh guru dan yang di harapkan oleh siswa harus sesuai.
Perencanaan guru dan penilaian siswa adalah prosedur dasar untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Bimbingan difokuskan pada aset. Artinya upaya guru dalam
membantu anak harus bertitik tolak dari potensi siswa, dan
melakukan apa yang terbaik buat siswa. Tindakan guru merupakan
proses-proses yang membuat siswa melakukan sesuatu sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
7. Bimbingan mengakui bahwa siswa tengah mengalami proses menjadi
yang berarti guru harus lebih banyak melihat anak dari sisi positif
daripada sisi negatifnya.
8. Program bimbingan akan dapat terlaksana sangat efektif jika
diupayakan melalui kerja sama yang baik antara guru, siswa, orang
tua siswa, tenaga administratif dan sumber-sumber daya yang ada di
masyarakat sekitar.
Keenam, fungsi bimbingan di sekolah dasar bukan hanya supaya siswa dapat
memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga supaya siswa dapat
terhindar dari masalah yang mengganggu proses perkembangannya serta dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya secara optimal, yaitu perkembangan
yang setinggi mungkin dalam seluruh aspek psikofisiknya, sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kesempatan yang terdapat dalam lingkungannya.
Ketujuh, bimbingan di sekolah dasar merupakan bagian integral dari keseluruhan
upaya pendidikan:
Kedelapan, bimbingan di sekolah dasar menggunakan pendekatan pribadi.
Membimbing berarti Anda berhubungan atau berkomunikasi antara dua pribadi, yaitu
pribadi Anda dengan pribadi siswa.
Kesembilan, bimbingan di sekolah dasar meliputi 3 bidang masalah siswa, yaitu
bimbingan belajar, bimbingan sosial-pribadi, dan bimbingan karier.
Kesepuluh, evaluasi keberhasilan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
merupakan bagian dari kegiatan program bimbingan.
Kesebelas, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar memerlukan
Sumber daya yang memadai.
KEGIATAN BELAJAR 3
Peran orang tua dalam bimbingan tidak dapat dilepaskan dari peran guru karena peran
keduanya dalam hal bimbingan merupakan peran yang bersifat kolaboratif (kerja
sama atas dasar kesetaraan derajat). Di samping mengajar, guru memiliki tugas atau
kewajiban membimbing siswa, demikian halnya orang tua di samping memenuhi
kebutuhan fisiologis juga memiliki kewajiban untuk membimbing sebagai suatu
kebutuhan psikologis anaknya. Perbedaannya terletak pada setting atau situasinya
saja, di mana bimbingan dari guru berlangsung dalam situasi formal, sedangkan
bimbingan orang tua berlangsung dalam situasi informal, namun keduanya tertuju
untuk keberhasilan subjek sama, yaitu “siswa SD” baik sebagai individu, sebagai
pelajar maupun sebagai anggota masyarakat.
Bentuk atau wujud dari peran orang tua dalam pendidikan cukup banyak, antara lain
yang terpenting adalah mengasuhkan anak yang sudah berusia 6 tahun ke Sekolah
Dasar. Berkaitan dengan hal ini peran dan partisipasi masyarakat atau Bangsa
Indonesia dinilai sangat baik oleh UNICEF.
1. Mengadakan Konsultasi
Pada waktu-waktu tertentu atau secara periodik, orang tua
mengadakan komunikasi dengan sekolah terutama guru, baik diminta oleh
pihak sekolah maupun tidak untuk mengetahui perkembangan belajar anak.
Orang tua mengadakan konsultasi dengan guru atau orang-orang yang
kompeten lainnya untuk lebih memahami anaknya dan memberi bantuan yang
diperlukan demi kemajuan dan keberhasilan belajar anaknya.
2. Memberi Balikan
Orang tua seyogianya memberi balikan kepada guru tentang
aktivitas belajar dan kemajuan belajar yang dicapai oleh anak. Ada kalanya
orang tua bertanya-tanya, mengapa anaknya jarang belajar di rumah tidak
seperti anak tetangganya. Apakah karena tidak pernah diberi PR atau
bertanya-tanya mengapa guru terlalu sering memberi PR sehingga anaknya
sulit diminta bantuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.
3. Menjadi Sumber Belajar
Orang tua yang memiliki kemampuan, keahlian atau keterampilan
tertentu, bisa berperan sebagai sumber belajar atau latihan bagi siswa. Sebagai
contoh orang tua siswa yang memiliki keahlian membuat anyaman atau
kerajinan tangan tertentu dapat mengajarkan cara menganyam atau melatih
siswa kelas 5 sd.Misalnya, orang tua yang memiliki kemampuan bahasa
daerah, menari baik sekali jika dapat berperan menjadi sumber belajar.
4. Berbagai Informasi
Ada kalanya orang tua siswa adalah seorang yang terpelajar,
mungkin berprofesi sebagai guru, sarjana psikologi atau ahli pertanian.
Biasanya kaum terpelajar seperti itu sangat peduli terhadap pendidikan,
mereka suka membaca dan berdiskusi tentang isu isu atau masalah-masalah
pendidikan. Para guru sebaiknya mengambil inisiatif untuk berbagi pendapat
dan informasi tentang karakteristik anak dan cara membelajarkan anak.
5. Mengetahui Jadwal Belajar
Orang tua harus mengetahui jadwal kegiatan belajar dan kegiatan
lainnya yang dikuti oleh anak di sekolah. Dia harus yakin bahwa pada hari
tertentu dan pada jam tertentu anaknya sedang belajar atau berada di sekolah
untuk melakukan kegiatan tertentu yang bermanfaat, bukan di tempat yang
salah. Oleh sebab itu guru sebaiknya menyampaikan kalender sekolah atau
jadwal kegiatan siswa di sekolah kepada para orang tua mereka.
6. Mengetahui Kondisi Sekolah
Orang tua tidak hanya cukup mengetahui bahwa anaknya belajar di
sekolah tertentu tanpa mengetahui bagaimana sesungguhnya kondisi fisik dan
lingkungan sekolah anaknya. Seyogianya dia tahu bagaimana kondisi sarana
dan prasarana belajar yang ada di sekolah. Dia pun harus mengenal guru
anaknya dan mengetahui alamat tempat tinggal guru. Dengan demikian, dia
dapat memiliki akses komunikasi yang baik dengan guru. Oleh sebab itu,
sebaiknya guru mengundang orang tua siswa ke sekolah dan mengadakan
perkenalan secara wajar.
7. Berdialog Dengan Anak
Baik orang tua maupun anak, memiliki kebutuhan untuk saling
mengetahui dan saling memperhatikan bagaimana tugas atau aktivitasnya
masing-masing. Pada waktu waktu tertentu, orang tua harus mengambil
inisiatif untuk berdialog dengan anaknya, menanyakan bagaimana kegiatan
belajarnya baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini penting dilakukan agar
ada saling pengertian antara orang tua-anak. Guru dapat membantu
menciptakan situasi seperti ini dengan cara mengadakan kunjungan rumah,
menggunakan buku hubungan orang tua-anak-guru, penandatanganan PR dan
sebagainya.