Anda di halaman 1dari 21

KEGIATAN BELAJAR 1

HAKIKAT BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

A. LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD


1. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sudah cukup lama dipahami sebagai bagian integral
dari pendidikan modern. Walaupun sebagai suatu konsep bimbingan dan
konseling haru dikenal pada tahun 60-an, namun sebagai suatu fungsi atau
kegiatan pendidikan, bimbingan sudah dilaksanakan dalam praktik pendidikan
sehari-hari sejak munculnya gerakan pendidikan nasional yang dipelopori Ki
Hajar Dewantara. Hal ini dapat Anda pahami dari prinsip-prinsip pendidikan
yang dikembangkan oleh beliau yang masih cukup relevan hingga kini.

Rochman Natawidjaja (1987) mengemukakan 5 faktor yang melatarbelakangi


perlunya pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan di
sekolah. Kelima faktor itu dijelaskan, seperti berikut.
a. Kesadaran akan perbedaan individual di antara setiap manusia
Faktor yang pertama ini sangat esensial, tidak saja dalam bimbingan,
tetapi dalam pendidikan pada umumnya. Praktik pendidikan kita
hingga kini cenderung seragam. Sekolah kita cenderung memberi
perlakuan yang sama kepada setiap siswa Keunikan atau kekhasan,
kelebihan-kelebihan dan kelemahan individual belum begitu
diperhatikan. Semua siswa diperlakukan dengan cara pendekatan serta
pelayanan yang sama, seolah-olah tidak diakui adanya keunikan-
keunikan positif yang dimiliki oleh setiap siswa

Dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, gunu cenderung melihat siswa


sebaga objek, hal ini dapat dibuktikan dengan pola perlakuan guru
yang relatif sama kepada setiap siswa, yang penting target kurikulum
tercapai. Siswa dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan apa yang
dikehendaki oleh guru Padahal, seharusnya gurulah yang harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan karakteristik individual
siswa
b. Kesadaran akan perlunya sistem pelayanan kependidikan lainnya
yang berpusat Pada anak
Faktor kedua ini merupakan dampak lanjutan dari kesadaran akan
perbedaan individual. Faktor kedua ini mengimplikasikan perlunya
penataan kembali strategi dan prosedur pengajaran di kelas yang
berpusat pada siswa, baik dalam segi materi maupun metode
penyampaiannya. Biasanya irama dan tempo perkembangan siswa
berbeda beda sekalipun dia berada dalam suatu kelas atau tingkatan
yang sama. Pendidikan yang berorientasi pada perkembangan siswa
akan memperhatikan hal ini. Dengan kata lain siswa diakui dan
dihargai sebagai pribadi yang utuh dan bermartabat.

Guru yang menyadari akan hak-hak anak maka dia akan


memperlakukan siswa sebagai seorang pribadi yang utuh dan unik.
Sekalipun ada kendala budaya untuk menerapkan kesadaran ini, namun
guru tetap berupaya untuk menunjukkan sikap dan perilaku yang selalu
otoriter dalam setiap situasi. Jadi, Anda harus menyadari kapan sikap
otoriter yang tepat dilakukan dan kapan sikap demokratis tepat
dilakukan untuk memberi pengaruh positif kepada siswa.
c. Kesadaran akan perlunya penerapan konsep demokrasi dalam
pendidikan secara Tepat
Dewasa ini, bangsa Indonesia laksana baru lahir ke alam demokrasi,
setelah selama 32 tahun bangsa Indonesia terbelenggu dalam
kehidupan yang otoriter. Kehidupan demokratis adalah suatu
kehidupan yang didambakan sejak lama oleh bangsa Indonesia
sebagaimana yang tercermin dalam cita-cita proklamasi. Sebagai
contoh, dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) dinyatakan dengan tegas
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Kenyataannya masih cukup banyak warga negara yang tidak
memperoleh pendidikan formal yang cocok dan layak, sesuai dengan
karakteristiki kemampuan serta kebutuhannya.

Pada masa transisi menuju kehidupan yang demokratis ini, banyak


warga masyarakat yang keliru menafsirkan kebebasan sebagai sendi
dan ciri utama demokrasi. Mereka cenderung “kebablasan”, yaitu
dengan melakukan apa saja yang diinginkan sendiri, tanpa
menghiraukan hukum dan hak orang lain. Gejala kehidupan sosial
yang semena-mena, pelanggaran hukum secara terang-terangan,
pelecehan hak asasi manusia beberapa tahun terakhir ini sudah sangat
mengkhawatirkan. Aparat penegak hukum cenderung kewalahan dan
kurang efektif lagi peranannya. Oleh sebab itu, melalui demokratisasi,
pendidikan yang demokratis dan pendidikan demokrasi bagi para siswa
di sekolah dasar diharapkan generasi berikutnya dapat mencapai
kehidupan demokrasi yang baik.
d. Kesadaran akan permasalahan yang dihadapi oleh individu dalam
kehidupan masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
Sebagai masyarakat berkembang, bangsa Indonesia senantiasa
dihadapkan pada persoalan dan permasalahan yang serba kritis dan
dilematis. Berbagai hal berubah dan berkembang begitu cepat sehingga
masyarakat mengalami apa yang disebut dengan kejutan budaya.
Individu menjadi asing dan bingung dengan lingkungan sosio budaya
di sekitarnya.

Sebelum siswa menghadapi kecenderungan seperti itu maka Anda


selaku guru harus membantu siswa untuk menjadi pembuat keputusan
yang baik, cepat dan tepat sekaligus. Kelak para siswa harus mampu
berpacu dengan perubahan yang terjadi dan menangkap kesempatan
dan peluang yang terdapat di lingkungannya Dengan demikian. Para
siswa harus disiapkan untuk mampu menjemput bola, bukan
menunggu bola atau nasib melainkan pengubah nasib atau pembuat
masa depan.
e. Kesadaran akan persoalan yang dihadapi oleh individu dalam
kehidupan modern
Melalui kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dicapai dalam kehidupan modern sekarang ini, tidak hanya
memberikan kemudahan-kemudahan tertentu kepada umat manusia,
tetapi juga sekaligus menimbulkan permasalahan yang semakin rumit,
kompleks dan dilematis. Pergeseran nilai dan norma yang sangat cepat,
pengaruh negatif kebudayaan asing pada anak, dan ketidakseimbangan
ekonomi masyarakat menimbulkan konflik-konflik sosial dan konflik
kepentingan yang berkepanjangan, persaingan yang semakin tajam
sehingga permasalahan demi permasalahan berakumulasi dan semakin
sulit untuk dapat diselesaikan dengan baik.

Pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh manusia dalam


kehidupan modern ini tidak bisa mengandalkan satu keahlian tertentu,
melainkan harus melibatkan sejumlah keahlian tertentu. Benturan
perbedaan pandangan, keyakinan dan budaya makin menajam dan
terbuka. Implikasinya para guru hendaknya mampu membantu siswa
secara sistematis dan berkelanjutan agar para siswa mampu
menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan yang dihadapinya.
B. PENGERTIAN
Istilah bimbingan banyak digunakan dalam konteks pendidikan, pengajaran,
kepemimpinan dan upaya-upaya yang berkaitan dengan proses kemanusiaan, terutama
dengan proses mempengaruhi atau mengubah tingkah laku. Penggunaan istilah
bimbingan biasanya mengandung maksud dan tujuan yang positif dan normatif,
artinya usaha bimbingan selalu terarah pada tujuan positif, sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Bimbingan pada umumnya dipahami sebagai upaya memberikan arahan, panduan,


nasihat dan biasanya mengandung nilai-nilai yang bersifat menuntun ke arah yang
baik. Dalam pembahasan ini, "bimbingan" perlu dipahami bukan hanya sebagai suatu
istilah umum yang mengandung arti-arti seperti itu melainkan harus dipahami sebagai
suatu konsep disiplin yang utuh, yang menjelaskan bagaimana seharusnya membantu
siswa secara tepat dalam keseluruhan upaya pendidikan di sekolah.

Dalam konteks ini bimbingan merupakan terjemahan dari suatu istilah dalam Bahasa
Inggris, yaitu guidance yang akar katanya adalah guide. Shertzer dan Stone (1966:31)
mengemukakan beberapa padanan dari kata guide, yaitu to direct, pilot. manage, or
steer. Dalam bahasa Indonesia masing-masing kata ini dapat berarti memandu,
mengarahkan, mengatur atau mengemudi. Sebagai suatu unsur esensial dalam
pendidikan, arti yang paling mendasar dari bimbingan adalah membantu (helping atau
assistance). Namun, tidak semua bentuk bantuan berarti bimbingan karena bantuan.
dalam konteks bimbingan memiliki ciri, persyaratan, prinsip, tujuan dan prosedur
yang tersendiri.

Sebagai contoh perbuatan membantu tetapi bukan membimbing, antara lain seorang
guru memberi tahu isi jawaban kepada beberapa siswanya yang sedang mengerjakan
soal ujian atau ulangan, seseorang memberi uang kepada seorang temannya yang
tidak memiliki ongkos untuk pulang ke rumahnya, seseorang mengerjakan pekerjaan
rumah bagi teman sekelasnya yang malas atau tidak bisa mengerjakan pekerjaan
rumah tersebut. Semua ini merupakan contoh dari perbuatan membantu, namun bukan
membimbing

Sebagai suatu konsep dari disiplin ilmu, istilah "bimbingan" sering dipadankan
dengan "konseling" yang diadopsi dari Bahasa Inggris, yaitu counseling sehingga
"Bimbingan dan Konseling" sering disingkat menjadi "BK". Pada tahun tujuh puluhan
counseling diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi "penyuluhan." Pada
akhir tahun sembilan puluhan, istilah penyuluhan dianggap tidak cocok lagi karena
konotasinya lebih bersifat pemberian informasi, sedangkan konotasi konseling lebih
bersifat hubungan antardua pribadi, yaitu antara seorang konselor dengan yang diberi
bantuan (konseli atau disebut klien). Sekarang "konseling" telah dimasukkan ke
dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia.

Konseling harus dipahami sebagai salah satu jenis layanan dan teknik tersendiri dari
program bimbingan di sekolah. Para ahli bimbingan, antara lain Gibson dan Mitchell
(1981:27) memberi predikat khusus terhadap konseling. Dia menyatakan bahwa
counseling has been identified as the heart of the guidance program Konseling telah
dikenal sebagai jantungnya program bimbingan. Jadi, konseling merupakan bagian
paling inti dari bimbingan Ahli lain, seperti Shertzer dan Stone (1981:7) menyatakan
bahwa konseling merupakan inti kegiatan profesional dari seseorang yang disebut
konselor. Artinya layanan konseling hanya dapat diberikan oleh orang yang telah
memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan
khusus untuk itu. Dengan kata lain, konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang (termasuk oleh Anda sebagai guru SD) yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan dan latihan yang dipersiapkan sebelumnya, lain halnya dengan kegiatan
Bimbingan itu sendiri, seperti memberi informasi tentang cara belajar yang baik
kepada anak, memberi motivasi dan nasihat yang dibutuhkan oleh anak,
mencerdaskan emosi anak mengumpulkan data tentang latar belakang keluarga siswa,
meningkatkan budi pekerti anak dan sebagainya.

Dengan memperhatikan pengertian formal tersebut, sebenarnya sudah cukup eksplisit


dan jelas bahwa bimbingan merupakan salah satu kegiatan terpadu dalam keseluruhan
upaya pendidikan di sekolah. Ini berarti kegiatan bimbingan itu merupakan bagian tak
terpisahkan dari kegiatan pendidikan yang harus dilakukan oleh setiap tenaga
kependidikan yang bertugas di sekolah, terutama guru. Namun demikian, di antara
petugas kependidikan, termasuk guru, belum menyadari atau memahami bahwa
bimbingan itu merupakan bagian dari tugasnya di sekolah.

Berikut dikemukakan definisi bimbingan yang dikemukakan oleh beberapa ahli


Mortensen and Schmuller (1964:3) mengartikan bimbingan sebagai bagian integral
dari program pendidikan yang diupayakan oleh staf yang kompeten bertujuan
memberikan bantuan kepada individu untuk dapat mengembangkan kesanggupan dan
kemampuannya secara penuh di dalam tatanan kehidupan masyarakat yang
demokratis. Definisi bimbingan ini didasarkan pada falsafah demokrasi dan
dilaksanakan secara terpadu di dalam program pendidikan. Bimbingan dipandang
sebagai wahana yang sangat strategis untuk mewujudkan masyarakat yang
demokratis.

Definisi di atas, hampir sejalan dengan definisi Edward C. Glanz (1966:5) yang
mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk memecahkan
masalah dan menjadi anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab, di
mana dia hidup. Bimbingan membantu setiap pribadi agar menjadi manusia yang
bebas untuk berkreasi mencapai kehidupan yang bermakna. Bimbingan dipandang
sebagai upaya membantu individu untuk menjadi pribadi yang bebas berkreasi dan
menjadi anggota suatu masyarakat yang bertanggung jawab. Definisi ini menekankan
pentingnya kebebasan individu untuk berkreasi sehingga mencapai kehidupan yang
bermakna.
Traxler dan North (1968:11) mengartikan bimbingan sebagai proses untuk mengenal
dan memahami individu serta menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
individu itu dapat mengembangkan kapasitasnya secara penuh sehingga pada
akhirnya dia dapat membantu dirinya sendiri baik secara ekonomi maupun secara
sosial.

C. ANGGAPAN-ANGGAPAN YANG KELIRU TENTANG BIMBINGAN DAN


KONSELING
1) Bimbingan Diberikan Hanya kepada Anak yang Bermasalah atau Salah
Suai (Maladjusted)
Anggapan ini keliru karena bimbingan di sekolah dasar harus diberikan
kepada semua anak secara menyeluruh dan merata. Anggapan inilah yang
merusak citra bimbingan pada siswa dewasa ini. Para siswa cenderung banyak
yang takut bilamana dipanggil oleh Guru Pembimbing karena dianggapnya
akan mendapatkan hukuman. Teguran, catatan hitam atau akan diinterogasi.
2) Guidance for All (Bimbingan untuk semua anak)
Pada dasarnya bimbingan bukan hanya bagi anak yang nakal, kurang pandai.
Pelanggar aturan yang sering disebut sebagai “kasus” melainkan bagi semua
anak. Termasuk anak yang “baik”, “pintar”, “rajin” dan sebagainya. Semuanya
harus dibimbing agar anak itu dapat tetap atau makin baik, jangan sampai
menjadi tidak baik, agar anak itu dapat makin pintar, jangan sampai menjadi
sombong dan bodoh, agar makin rajin, jangan sampai malas. Sering kali kita
melihat anak yang sesungguhnya dia itu pintar akan tetapi karena kurang
bimbingan, dengan kepintarannya itu dia gunakan untuk menipu orang lain.
Jika sekolah memprioritaskan bimbingan kepada anak yang ‘bermasalah”
maka hal ini wajar-wajar saja akan tetapi pada waktu tertentu anak yang
lainnya perlu juga mendapatkan bimbingan.
3) Bimbingan Diperuntukkan bagi Siswa Sekolah Lanjutan
Anggapan ini pun jelas keliru karena tidak sesuai dengan prinsip bimbingan,
yaitu bimbingan adalah untuk semua siswa termasuk siswa sekolah dasar.
Anggapan ini mungkin disebabkan karena sekolah lanjutan dihuni oleh
individu yang tengah mengalami masa remaja, di mana pada masa ini banyak
masalah atau kesulitan yang timbul. Namu demikian, adalah keliru jika
masalah atau kesulitan hanya dimiliki oleh remaja saja Masalah dan kesulitan
dapat muncul dan dimiliki oleh setiap individu sesuai dengan tingkat atau
masa perkembangannya, tidak terkecuali dalam masa anak atau dewasa.
4) Bimbingan Sama dengan Nasihat.
Bimbingan tidak berarti pemberian nasihat kepada seseorang. Sekalipun
bimbingan membolehkan untuk memberikan nasihat, namun bimbingan bukan
hanya sekadar memberikan nasihat. Pemberian nasihat hanya sebagian kecil
dari upaya yang disebut dengan bimbingan. Mengapa demikian? Karena di
dalam pemberian nasihat si pemberi nasihat memiliki posisi yang dominan,
sebaliknya yang diberi nasihat berada pada posisi yang lemah. Pemberian
nasihat bersifat satu arah, jadi bersifat otoriter atau sepihak sehingga dapat
menjadikan seseorang tergantung kepada pemberi nasihat. Di dalam
bimbingan kesepihakan ini harus ditekan seminimal mungkin karena proses
bimbingan harus merupakan upaya yang bersifat aktif dari kedua belah pihak,
yaitu yang membimbing dan yang dibimbing.
5) Bimbingan adalah Tugas Para Ahli
Anggapan ini pun keliru karena tidak semua kegiatan bimbingan dan
konseling Adalah tugas para ahli bimbingan atau yang disebut Guru
Pembimbing. Memang di Dalam penyusunan dan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah dasar Ada hal-hal yang menuntut keahlian
tertentu yang bersifat khusus, seperti konseling Dan penafsiran hasil psycho
test, akan tetapi banyak kegiatan-kegiatan yang lebih tepat Dilakukan oleh staf
sekolah lainnya, bahkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu peranan Guru lebih
menonjol dari pada Guru Pembimbing. Dengan kata lain, bimbingan tidak
Semata-mata merupakan kegiatan yang menuntut keahlian khusus, melainkan
suatu Pelayanan bantuan yang membutuhkan sifat-sifat atau karakteristik
kepribadian yang Memadai dari pihak yang memberikan bantuan.
6) Bimbingan adalah Obat Mujarab untuk Semua Penyakit Tingkah Laku
Bimbingan sering kali dianggap sebagai satu cara untuk mengubah penyakit
tingkah laku anak yang berkaitan dengan pendidikan. Hal ini keliru, seperti
upaya-upaya pendidikan yang lain bimbingan memiliki keterbatasan. Sebagai
contoh seorang siswa yang nilainya selalu di bawah rata-rata kelasnya dalam
suatu mata pelajaran berhitung, mengingat anak tersebut cenderung rendah
bakat hitungnya. Dalam hal ini, guru pembimbing tidak bisa berbuat banyak
untuk membantu anak tersebut, misalnya mengonseling anak itu supaya dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Konseling diberikan sebatas agar siswa itu
dapat menerima kelemahan dirinya, dan membantu anak itu untuk dapat
mengidentifikasi dan menemukan bakat yang cenderung menonjol dalam
aspek atau segi lain. Biasanya, jika bakat yang dimiliki oleh seseorang dalam
aspek tertentu cenderung lemah maka dia akan memiliki bakat yang cenderung
menonjol dalam aspek lain.

7) Bimbingan Disamakan dengan Konseling


Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa konseling merupakan bentuk
layanan khusus dari program bimbingan di sekolah. Layanan konseling hanya
bisa diberikan oleh seorang pakar yang disebut konselor atau di Indonesia
lazim disebut sebagai Guru Pembimbing. Layanan bimbingan tidak hanya
konseling saja, melainkan jaga layanan pemberian informasi, layanan
pengumpulan data, layanan penempatan, layanan referral (rujukan) serta
layanan pengembangan dan tindak lanjut.

D. TUJUAN-TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR


Pada dasarnya tujuan akhir bimbingan dan konseling di tingkatan pendidikan
apapun adalah agar peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan (developmental
tasks) secara optimal dalam berbagai aspek, sesuai tingkat perkembangan dan
lingkungan Sosial budaya di mana dia hidup.

Tugas-tugas perkembangan adalah pola perilaku yang harus dilakukan oleh


individu pada suatu periode atau masa tertentu dari kehidupannya, yang jika berhasil
dilaksanakan akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan
dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara jika kegagalan dalam
melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh
masyarakat dan cenderung mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas
berikutnya (Havighurst, 1961:2).

Sebagai contoh salah satu tugas perkembangan anak usia SD adalah belajar
bergaul dan bekerja dengan kelompok teman sebayanya. Jika seorang anak pada usia
SD dapat bergaul dan belajar dengan teman sebayanya dengan baik, maka dia akan
merasa bahagia, senang, merasa diterima dan berharga. Pengalaman ini akan
membawa dia pada kesuksesan hubungan sosial dia di masa remaja. Sebaliknya jika
anak tersebut tidak dapat bergaul dan bekerja dengan baik bersama teman-teman
sebayanya, misalnya lebih banyak menyendiri, tidak senang bermain dan berteman
dengan teman sekelasnya. maka dia akan mengalami kesulitan di dalam pergaulan
sosial di masa remaja.

Contoh lain, tugas perkembangan anak SD adalah pengembangan keterampilan


dasar dalam membaca - menulis berhitung (calistung). Jika pada masa usia SD anak
dapat belajar dengan baik dalam keterampilan calistung, maka dia akan mencapai
kemudahan dalam hal tersebut di tingkat pendidikan selanjutnya.

Adapun tugas-tugas perkembangan anak SD atau pola perilaku yang seyogianya


ditampilkan anak SD meliputi: (1) sikap dan kebiasaan dalam berimtaq (iman dan
taqwa), (2) pengembangan kata hati-moral dan nilai-nilai (3) pengembangan
keterampilan dasar dalam membaca menulis berhitung (calistung), (4) pengembangan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari. (5) belajar bergaul dan
bekerja dalam kelompok sebaya, (6) belajar menjadi pribadi yang mandiri, (7)
mempelajari keterampilan fisik sederhana, (8) membina hidup sehat, (9) belajar
menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, (10) pengembangan sikap
terhadap kelompok dan lembaga lembaga sosial.

Untuk anak SD tujuan Bimbingan dan konseling sudah tentu diarahkan pada
pencapaian tugas-tugas perkembangan tersebut secara optimal, artinya semua tuga
perkembangan tersebut dapat dicapai oleh anak SD dengan sebaik mungkin, sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kesempatan yang dimilikinya.
Secara operasional tujuan bimbingan dan konseling di SD dengan demikian adalah
agar setiap anak SD dapat:
1. Mengalami perasaan positif dan senang dalam berinteraksi dengan
teman
Sebayanya, guru, orang tua dan orang dewasa lainnya,
2. Memperoleh perasaan berharga dan berhasil dari aktivitas belajarnya di
sekolah;
3. Mengembangkan dan memelihara perasaan positif terhadap dirinya,
terhadap kekhasan nilai yang dimilikinya serta dapat memahami dan
menghubungkan dengan perasaannya;
4. Menyadari akan pentingnya nilai yang dimiliki dan mengembangkan
nilai-nilai yang konsisten dengan kebutuhan hidup dalam masyarakat
yang majemuk.
5. Mengembangkan dan memperkaya keterampilan belajar untuk
memaksimumkan kecakapan yang dimilikinya.
6. Belajar tentang berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup
lebih baik
dalam perkembangan yang wajar dan dalam memecahkan masalah-
masalah yang mungkin dihadapinya;
7. Mengembangkan keterampilan-keterampilan penyusunan tujuan,
perencanaan dan pemecahan masalah;
8. Mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan:
9. Menunjukkan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya;
10. Bekerja dengan orang tua dalam berbagai kegiatan yang terencana
untuk membantu mengembangkan sikap dan keterampilan yang dapat
memperkaya kemampuan akademik dan kemampuan sosialnya:
11. bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkaya aktivitas
belajar.

Simpulan dari rumusan tujuan-tujuan di atas adalah memberi kemudahan belajar pada
siswa SD. Asumsinya bahwa misi dasar dan tujuan utama pendidikan sekolah adalah
untuk membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, jika bimbingan dan konseling merupakan
bagian dari proses pendidikan maka seluruh aktivitas bimbingan harus diarahkan pada
pembelajaran siswa. Para siswa harus belajar dengan perasaan yang kompeten dan
percaya pada kemampuan dirinya sebagai pelajar, para siswa tumbuh dalam iklim
yang membelajarkan mereka tentang dirinya dan tentang lingkungan sekitarnya
sehingga mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk menjadi orang dewasa yang
sehat dan kompeten.

E. PRINSIP BIMBINGAN DI SD
Tiedeman, Dinckmeyer dan Dreikurs dalam Stone (1983), memandang
bahwa program bimbingan di sekolah dasar perlu diarahkan pada pengembangan
kognitif dan afektif sekaligus. Konsep mereka itu diarahkan pada pengembangan
kekuatan ego (ego strength), bukan hanya pada upaya memperbaiki tingkah laku yang
salah suai (maladjusted) saja. Program bimbingan didasarkan atas prinsip-prinsip
perkembangan sebagai berikut.
1. Bimbingan untuk semua. Setiap siswa memiliki hak untuk
mendapatkan layanan bimbingan dari gurunya. Fokus bimbingan
bukan hanya ditujukan kepada siswa tertentu saja melainkan juga
terhadap siswa yang normal bahkan yang brilliant sekalipun.
2. Bimbingan di SD dilaksanakan oleh semua guru kelas. Jika ada
konselor maka tugasnya adalah memberikan layanan konseling dan
konsultasi kepada siswa. guru, dan orang tua siswa. Bimbingan
diberikan kepada siswa secara langsung dan tidak langsung.
3. Bimbingan diarahkan untuk membantu siswa agar mampu
mengetahui. Memahami, menerima dirinya sendiri baik secara
kognitif maupun secara afektif. Maksudnya bahwa bimbingan
diarahkan untuk mengembangkan kompetensi pribadi yang adekuat,
dan untuk berhubungan secara efektif dengan kegiatan dan tugas
hidup sosialnya. Tekanan program bimbingan bukan pada aspek
remediasi (penyembuhan siswa yang bermasalah) melainkan pada
pengembangan aspek aspek positif yang dimiliki oleh tiap siswa.
4. Bimbingan dapat diberikan secara informal dan insidental namun
alangkah lebih baiknya jika dilaksanakan secara terencana dan
terprogram. Program bimbingan memberikan pengalaman yang
runtut dan berkelanjutan untuk membantu siswa mencapai tugas
perkembangan baik dalam aspek intelektual maupun aspek
emosional. Kurikulum memberikan pengalaman kepada siswa yang
memungkinkan para guru dapat mengintegrasikan prosedur
bimbingan dengan materi pelajaran. Fungsi bimbingan dari guru atau
konselor adalah membantu siswa untuk mencapai kurikulum secara
sukses. Oleh karena itu, para guru membutuhkan keterampilan-
keterampilan bimbingan untuk membuat kurikulum menjadi
pengalaman yang bermakna bagi setiap siswa.
5. Bimbingan di sekolah dasar menempatkan tekanan pada pencapaian
tujuan dan kebermaknaan pengalaman belajar. Tujuan yang
ditetapkan oleh guru dan yang di harapkan oleh siswa harus sesuai.
Perencanaan guru dan penilaian siswa adalah prosedur dasar untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Bimbingan difokuskan pada aset. Artinya upaya guru dalam
membantu anak harus bertitik tolak dari potensi siswa, dan
melakukan apa yang terbaik buat siswa. Tindakan guru merupakan
proses-proses yang membuat siswa melakukan sesuatu sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
7. Bimbingan mengakui bahwa siswa tengah mengalami proses menjadi
yang berarti guru harus lebih banyak melihat anak dari sisi positif
daripada sisi negatifnya.
8. Program bimbingan akan dapat terlaksana sangat efektif jika
diupayakan melalui kerja sama yang baik antara guru, siswa, orang
tua siswa, tenaga administratif dan sumber-sumber daya yang ada di
masyarakat sekitar.

F. HAKIKAT BIMBINGAN DAN KONSELING


Hakikat bimbingan dapat dipahami sebagai berikut. Pertama, bimbingan di sekolah
dasar merupakan suatu proses bantuan yang Kontinu Kedua, bimbingan di sekolah
dasar merupakan proses membantu individu. Agar bantuan seperti ini dapat
dilaksanakan dalam rangka pendidikan di sekolah dasar mala implikasinya ialah (1)
sekolah harus memiliki data yang lengkap tentang siswa agar guru dan siswa dapat
memahami berbagai kelebihan dan kelemahannya serta menerimanya secara wajar;
(2) guru dan siswa harus sama-sama aktif untuk memahami karakteristik lingkungan
tempat siswa berada; (3) seko harus memberikan berbagai informasi yang diperlukan
oleh siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Serta
mengetahui kemungkinan kesempatan terbaik yang dapat diperoleh bagi dirinya, (4)
sekolah harus menciptakan lingkungan fisik dan hubungan sosial yang kondusif dan
sehat bagi siswa agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal pada masa
yang Akan datang. Ketiga, bimbingan di sekolah dasar diberikan atas dasar
pemahaman tentang kebutuhan, masalah dan karakteristik individual anak.

Keempat, bimbingan di sekolah dasar bukan monopoli kegiatan suatu profesi.


Kelima, bimbingan di sekolah dasar adalah untuk semua siswa.

Keenam, fungsi bimbingan di sekolah dasar bukan hanya supaya siswa dapat
memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga supaya siswa dapat
terhindar dari masalah yang mengganggu proses perkembangannya serta dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya secara optimal, yaitu perkembangan
yang setinggi mungkin dalam seluruh aspek psikofisiknya, sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kesempatan yang terdapat dalam lingkungannya.
Ketujuh, bimbingan di sekolah dasar merupakan bagian integral dari keseluruhan
upaya pendidikan:
Kedelapan, bimbingan di sekolah dasar menggunakan pendekatan pribadi.
Membimbing berarti Anda berhubungan atau berkomunikasi antara dua pribadi, yaitu
pribadi Anda dengan pribadi siswa.
Kesembilan, bimbingan di sekolah dasar meliputi 3 bidang masalah siswa, yaitu
bimbingan belajar, bimbingan sosial-pribadi, dan bimbingan karier.
Kesepuluh, evaluasi keberhasilan bimbingan dan konseling di sekolah dasar
merupakan bagian dari kegiatan program bimbingan.
Kesebelas, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar memerlukan
Sumber daya yang memadai.
KEGIATAN BELAJAR 3

PERAN ORANG TUA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

A. KETERKAITAN ANTARA PERAN ORANG TUA DAN GURU DALAM


BIMBINGAN DAN KONSELING

Peran orang tua dalam bimbingan tidak dapat dilepaskan dari peran guru karena peran
keduanya dalam hal bimbingan merupakan peran yang bersifat kolaboratif (kerja
sama atas dasar kesetaraan derajat). Di samping mengajar, guru memiliki tugas atau
kewajiban membimbing siswa, demikian halnya orang tua di samping memenuhi
kebutuhan fisiologis juga memiliki kewajiban untuk membimbing sebagai suatu
kebutuhan psikologis anaknya. Perbedaannya terletak pada setting atau situasinya
saja, di mana bimbingan dari guru berlangsung dalam situasi formal, sedangkan
bimbingan orang tua berlangsung dalam situasi informal, namun keduanya tertuju
untuk keberhasilan subjek sama, yaitu “siswa SD” baik sebagai individu, sebagai
pelajar maupun sebagai anggota masyarakat.
Bentuk atau wujud dari peran orang tua dalam pendidikan cukup banyak, antara lain
yang terpenting adalah mengasuhkan anak yang sudah berusia 6 tahun ke Sekolah
Dasar. Berkaitan dengan hal ini peran dan partisipasi masyarakat atau Bangsa
Indonesia dinilai sangat baik oleh UNICEF.

Wujud lainnya yang populer adalah membantu penyelenggaraan pendidikan baik


secara sendiri-sendiri dan langsung maupun melalui wadah organisasi tertentu, seperti
yang disebut dengan Komite Sekolah sebelumnya organisasi ini bernama Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) atau Persatuan Orang Tua murid dan
Guru (POMG) Sekalipun kesan yang menonjol terhadap fungsi Komite Sekolah
hanya mengurus sumbangan dana atau iuran orang tua siswa, namun sesungguhnya
Komite Sekolah juga harus berperan membantu kelancaran penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, bahkan apabila perlu menangani beberapa masalah tertentu,
seperti memberikan pelajaran tambahan, mengadakan perlombaan untuk
meningkatkan motif berprestasi pada siswa, memberikan nara sumber yang kompeten
dalam bidang tertentu yang dibutuhkan siswa.

B. PERWUJUDAN PERAN ORANG TUA DALAM BIMBINGAN DAN


KONSELING

Beberapa hasil penelitian tentang iklim kehidupan keluarga dan tentang


pola perlakuan orang tua terhadap anak antara lain yang dilakukan oleh Sunaryo
Kartadinata (1984), Syamsu Yusuf (1987), dan Agus Taufiq (1991) menunjukkan
bahwa iklim kehidupan keluarga yang kooperatif antara orang tua dan guru, memberi
pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Hasil
penelitian tersebut juga mendukung hasil penelitian Boy dan Angelo (1978) tentang
bentuk-bentuk peran yang diharapkan dilakukan oleh orang tua siswa dalam rangka
pelaksanaan pendidikan sekolab pada umumnya dan bimbingan konseling pada
khususnya, antara lain sebagai berikut.

1. Mengadakan Konsultasi
Pada waktu-waktu tertentu atau secara periodik, orang tua
mengadakan komunikasi dengan sekolah terutama guru, baik diminta oleh
pihak sekolah maupun tidak untuk mengetahui perkembangan belajar anak.
Orang tua mengadakan konsultasi dengan guru atau orang-orang yang
kompeten lainnya untuk lebih memahami anaknya dan memberi bantuan yang
diperlukan demi kemajuan dan keberhasilan belajar anaknya.
2. Memberi Balikan
Orang tua seyogianya memberi balikan kepada guru tentang
aktivitas belajar dan kemajuan belajar yang dicapai oleh anak. Ada kalanya
orang tua bertanya-tanya, mengapa anaknya jarang belajar di rumah tidak
seperti anak tetangganya. Apakah karena tidak pernah diberi PR atau
bertanya-tanya mengapa guru terlalu sering memberi PR sehingga anaknya
sulit diminta bantuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.
3. Menjadi Sumber Belajar
Orang tua yang memiliki kemampuan, keahlian atau keterampilan
tertentu, bisa berperan sebagai sumber belajar atau latihan bagi siswa. Sebagai
contoh orang tua siswa yang memiliki keahlian membuat anyaman atau
kerajinan tangan tertentu dapat mengajarkan cara menganyam atau melatih
siswa kelas 5 sd.Misalnya, orang tua yang memiliki kemampuan bahasa
daerah, menari baik sekali jika dapat berperan menjadi sumber belajar.
4. Berbagai Informasi
Ada kalanya orang tua siswa adalah seorang yang terpelajar,
mungkin berprofesi sebagai guru, sarjana psikologi atau ahli pertanian.
Biasanya kaum terpelajar seperti itu sangat peduli terhadap pendidikan,
mereka suka membaca dan berdiskusi tentang isu isu atau masalah-masalah
pendidikan. Para guru sebaiknya mengambil inisiatif untuk berbagi pendapat
dan informasi tentang karakteristik anak dan cara membelajarkan anak.
5. Mengetahui Jadwal Belajar
Orang tua harus mengetahui jadwal kegiatan belajar dan kegiatan
lainnya yang dikuti oleh anak di sekolah. Dia harus yakin bahwa pada hari
tertentu dan pada jam tertentu anaknya sedang belajar atau berada di sekolah
untuk melakukan kegiatan tertentu yang bermanfaat, bukan di tempat yang
salah. Oleh sebab itu guru sebaiknya menyampaikan kalender sekolah atau
jadwal kegiatan siswa di sekolah kepada para orang tua mereka.
6. Mengetahui Kondisi Sekolah
Orang tua tidak hanya cukup mengetahui bahwa anaknya belajar di
sekolah tertentu tanpa mengetahui bagaimana sesungguhnya kondisi fisik dan
lingkungan sekolah anaknya. Seyogianya dia tahu bagaimana kondisi sarana
dan prasarana belajar yang ada di sekolah. Dia pun harus mengenal guru
anaknya dan mengetahui alamat tempat tinggal guru. Dengan demikian, dia
dapat memiliki akses komunikasi yang baik dengan guru. Oleh sebab itu,
sebaiknya guru mengundang orang tua siswa ke sekolah dan mengadakan
perkenalan secara wajar.
7. Berdialog Dengan Anak
Baik orang tua maupun anak, memiliki kebutuhan untuk saling
mengetahui dan saling memperhatikan bagaimana tugas atau aktivitasnya
masing-masing. Pada waktu waktu tertentu, orang tua harus mengambil
inisiatif untuk berdialog dengan anaknya, menanyakan bagaimana kegiatan
belajarnya baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini penting dilakukan agar
ada saling pengertian antara orang tua-anak. Guru dapat membantu
menciptakan situasi seperti ini dengan cara mengadakan kunjungan rumah,
menggunakan buku hubungan orang tua-anak-guru, penandatanganan PR dan
sebagainya.

8. Memberi Ganjaran atau Balikan Kepada Anak


Sering kali seorang anak merasa senang dan meminta ganjaran atau
balikan dari orang tuanya atas keberhasilan/kegagalan belajar yang
dicapainya. Orang tua harus senang manakala anaknya menunjukkan
keberhasilan dan sewajarnyalah memberi ganjaran yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Tidak mesti berupa materi atau uang, bisa saja
berupa pujian, dan bentuk-bentuk lainnya. Orang tua juga tidak boleh
mencerca anaknya manakala menunjukkan kegagalan atau kekecewaan.
Sebaiknya dia berdiskusi dengan anaknya mencari apa yang dapat dilakukan
selanjutnya.
9. Memberi Bantuan Atau Dukungan Yang Dibutuhkan Oleh Anak
Pada saat-saat tertentu anak mengalami kesulitan, hambatan dan
kendala tertentu baik dalam rangka kegiatan belajarnya maupun kegiatan
sosial-pribadinya. Orang tua sebaiknya memberi bantuan dan atau dukungan
yang diperlukan oleh anak. Akan tetapi jangan sekali-kali mengambil alih
masalah anak, misalnya orang tua secara langsung memecahkan masalah atau
kesulitan yang dihadapi oleh anaknya sehingga anaknya tidak berbuat apa-apa
atau tahu beres. Hal seperti ini, akan sangat merugikan perkembangan anak di
kemudian hari. Hal seperti ini, bertentangan dengan tujuan bimbingan, yaitu
supaya anak menjadi manusia yang mandiri dan bertanggung jawab.
10. Mengembangkan Kebiasaan Belajar Yang Baik
Pada masa sekolah, seorang individu pada dasarnya tengah
mengembangkan karakter dasar atau kepribadian melalui proses kebiasaan.
Pada masa ini fungsi-fungsi psikofisiknya sudah matang untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya. Kebiasaan yang terbentuk pada masa sekolah ini akan
menentukan kepribadian atau karakternya di masa depan. Demikian halnya
dalam hal belajar. Jika kebiasaan belajarnya baik pada waktu di SD maka
besar kemungkinan akan baik pada masa-masa berikutnya. Sebaliknya, apabila
kebiasaan belajarnya buruk maka selanjutnya pun akan buruk pula.
Membentuk kebiasaan atau karakter di rumah bukan melalui perintah dan
larangan. Melainkan melalui pemberian contoh konkret dan tantangan positif.
11. Berupaya Memenuhi Perlengkapan Belajar
Tak ada ongkos pendidikan yang gratis. Iuran sekolah mungkin
tidak ada, akan tetapi untuk keperluan lain-lainnya, seperti buku dan peralatan
memerlukan biaya yang kadang-kadang tidak sedikit. Orang tua harus
berupaya sekuat tenaga untuk memenuhi perlengkapan belajar yang
diperlukan oleh anak. Memang sekarang mungkin memberatkan bebannya,
namun di masa mendatang orang tua dan anak akan memetik hasilnya. Dalam
hal ini guru bisa berdiskusi dengan orang tua tentang hukum tanam panen.
12. Menerima dan Menghargai Individualitas Anak
Anak bukan miniatur orang tuanya, anak bukan individu setengah
jadi melainkan seorang individu yang utuh yang tengah berkembang. Sebagai
individu, setiap anak memiliki karakteristik tertentu, unik dan berbeda dengan
yang lainnya. Dia memiliki kelebihan-kelebihan dan sekaligus kelemahan-
kelemahan atau kekurangannya. Anak memiliki hak untuk berkembang dan
mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya. Anak pun memiliki hak
untuk dihargai dan diterima sebagaimana adanya. Dengan penerimaan dan
penghargaan yang tulus, wajar, dan normatif maka anak akan berkembang
menjadi manusia yang bermartabat Orang tua berkewajiban memperlakukan
anaknya dengan penerimaan dan penghargaan tanpa syarat.
13. Memperlakukan Anak Sesuai Norma Sosial
Sekalipun setiap orang tua memiliki keinginan untuk menjadikan
anaknya sebagai manusia yang lebih berkualitas dan lebih berhasil jika
dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh dirinya sendiri, namun sering kali
orang tua lengah dan tidak sadar memberi contoh-contoh perbuatan yang tidak
sesuai dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat atau bertentangan
dengan apa yang ditanamkan di sekolah. Mungkin pula membiarkan anaknya
meniru figur lain yang ada di televisi atau budaya lain. Sebaiknya orang tua
tetap waspada dan secara konsisten memperlakukan anak sesuai dengan norma
agama yang dianut dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.
14. Membantu Warga Masyarakat
Bagi orang tua siswa yang mampu, sebaiknya dia memberi
bantuan tertentu kepada warga masyarakat yang tidak mampu membiayai
keperluan sekolah anaknya. Dalam hal ini guru dapat mengidentifikasi orang
tua siswa yang dianggap mampu dan memberi ajakan sedemikian rupa supaya
mau membantu orang yang tidak mampu memenuhi keperluan sekolah
anaknya.

Bentuk-bentuk dari perwujudan peran orang tua siswa tersebut sekaligus


mengimplikasikan bagaimana seharusnya para guru melaksanakan peranannya dalam
bimbingan dan konseling kepada siswa SD. Sebagai contoh, bentuk peran nomor 4.
yaitu saling memberi keterangan dan informasi tentang karakteristik anak dan cara
membelajarkan anak mengimplikasikan bahwa dalam rangka membelajarkan anak,
guru perlu melakukan pengumpulan data atau informasi tentang anak dari orang tua
mereka, baik dengan menggunakan angket maupun melalui wawancara yang efektif.
Contoh bentuk peran nomor enam adalah orang tua mengetahui kondisi sekolah.
sarana dan prasarana yang dimiliki serta mengenal guru. Peran ini mengimplikasikan
bahwa guru perlu mengambil inisiatif mengundang orang tua siswa untuk datang
melihat kondisi sekolah dan memperkenalkan diri kepada orang tua siswa. Begitulah,
sebagaimana dijelaskan dalam teori peran bahwa peran yang dilakukan oleh seseorang
selalu merefleksikan bagaimana peran orang lain yang menjadi lawan perannya

Anda mungkin juga menyukai