Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Juli 2008 Cetakan kesembilan, September 2014
Cetakan kedua, Mei 2009 Cetakan kesepuluh, Juni 2015
Cetakan keempat, Agustus 2010 Cetakan kesebelas, September 2015
Cetakan keenam, April 2011
Cetakan ketujuh, Januari 2013
658.1
LUB LUBIS, S.B. Hari
m Materi pokok organisasi ; 1 – 9/ EKMA4157 /3 sks/
S.B. Hari Lubis. -- Cet.11; Ed 1--. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015.
332 hal; ill; 21 cm
ISBN: 978-979-011-306-0
1. organisasi
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Acuan dalam Pembahasan Teori Organisasi .................................... 1.17
Latihan …………………………………………............................... 1.23
Rangkuman ………………………………….................................... 1.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.25
Kegiatan Belajar 2:
Pengaruh Lingkungan terhadap Organisasi ....................................... 2.17
Latihan …………………………………………............................... 2.20
Rangkuman ………………………………….................................... 2.21
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.22
iv
Kegiatan Belajar 3:
Diferensiasi dan Integrasi ................................................................... 2.24
Latihan …………………………………………............................... 2.27
Rangkuman ………………………………….................................... 2.28
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 2.28
Kegiatan Belajar 4:
Mengubah Kondisi Lingkungan ........................................................ 2.30
Latihan …………………………………………............................... 2.37
Rangkuman ………………………………….................................... 2.38
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 2.38
Kegiatan Belajar 2:
Berbagai Pendekatan dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi ....... 3.19
Latihan …………………………………………............................... 3.27
Rangkuman ………………………………….................................... 3.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.28
Kegiatan Belajar 3:
PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM PENGUKURAN
EFEKTIVITAS ORGANISASI ......................................................... 3.30
Latihan …………………………………………............................... 3.38
Rangkuman ………………………………….................................... 3.39
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 3.39
v
Kegiatan Belajar 2:
Pertumbuhan Organisasi dan Birokrasi ............................................. 4.18
Latihan …………………………………………............................... 4.27
Rangkuman ………………………………….................................... 4.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.28
Kegiatan Belajar 3:
Birokrasi dan Performansi Organisasi ............................................... 4.30
Latihan …………………………………………............................... 4.37
Rangkuman ………………………………….................................... 4.38
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 4.38
Kegiatan Belajar 2:
Diferensiasi Vertikal .......................................................................... 5.10
Latihan …………………………………………............................... 5.19
Rangkuman ………………………………….................................... 5.20
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.20
Kegiatan Belajar 2:
Berbagai Teknik Formalisasi ............................................................. 6.13
Latihan …………………………………………............................... 6.21
Rangkuman ………………………………….................................... 6.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.22
Kegiatan Belajar 2:
Pentingnya Derajat Sentralisasi yang Sesuai ...................................... 7.16
Latihan …………………………………………............................... 7.22
Rangkuman ………………………………….................................... 7.23
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.23
Kegiatan Belajar 2:
Perusahaan Non-Manufaktur .............................................................. 8.13
Latihan …………………………………………............................... 8.23
Rangkuman …………………………………..................................... 8.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.25
Kegiatan Belajar 3:
Imperatif Teknologi ............................................................................ 8.27
Latihan …………………………………………............................... 8.33
Rangkuman …………………………………..................................... 8.34
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 8.34
Kegiatan Belajar 2:
Struktur Organisasi Menurut Fungsi dan Menurut Produk ............... 9.19
Latihan …………………………………………............................... 9.34
Rangkuman ………………………………….................................... 9.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.35
Kegiatan Belajar 3:
Perbandingan Struktur Fungsional, Struktur Produk, dan Struktur
Matriks ............................................................................................... 9.38
Latihan …………………………………………............................... 9.42
Rangkuman ………………………………….................................... 9.43
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 9.44
Peta Kompetensi
Organisasi/EKMA4157/3 sks
TKK :
Mahasiswa mampu menjelaskan:
1. pengertian organisasi;
2. riwayat singkat munculnya organisasi;
3. beberapa pendekatan dalam Teori Organisasi;
4. Teori Organisasi;
5. beberapa tingkatan dalam analisis organisasi;
6. segmen-segmen lingkungan;
7. ketidakpastian lingkungan;
8. Dua Dimensi Robert Duncan;
9. pengaruh lingkungan terhadap organisasi;
10. ketergantungan struktur organisasi terhadap lingkungan;
11. pengukuran efektivitas organisasi;
12. penanganan berbagai sasaran yang saling berlawanan;
13. berbagai pendekatan yang biasa di gunakan dalam pengukuran efektivitas
organisasi;
14. pendekatan integratif dalam pengukuran efektivitas organisasi;
15. hubungan ukuran organisasi terhadap birokrasi;
16. hubungan antara dimensi-dimensi birokrasi;
17. tahapan pertumbuhan organisasi;
18. hubungan karakteristik organisasi dan pertumbuhan;
19. pandangan berbeda tentang performansi dan birokrasi;
20. kondisi yang sesuai untuk organisasi yang tidak birokratis;
21. diferensiasi horizontal;
22. diferensiasi vertikal;
23. sebaran spasial;
24. cara mengukur kompleksitas organisasi;
25. pengertian tentang formalisasi;
26. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat formalisasi;
xiii
TKU
41 42 43 44 45
38 39 40
33
34 35 36 37
27 28 29 23 24
31 32
30 25 26 21 22
18 19 20 14
15 16 17 11 12 13
9 10
3 4 5 6 7 8
1 2
xv
Keterangan:
Modul 1: 1, 2, 3, 4, 5
Modul 2: 6, 7, 8, 9, 10
Modul 3: 11, 12, 13, 14
Modul 4: 15, 16, 17, 18, 19, 20
Modul 5: 21, 22, 23, 24
Modul 6: 25, 26, 27, 28, 29
Modul 7: 30, 31, 32, 33
Modul 8: 34, 35, 36, 37
Modul 9: 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45
Modul 1
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Definisi Organisasi
1
Barnard, Chester I. : The Functions of the Executive. Cambridge – Massachusetts,
Harvard University Press, 1938.
2
Davis, Ralph : The Fundamentals of Top Management. New York, Harper &
Brothers Publishers, 1951.
1.4 Organisasi
3
Daft, Richard L. : Organization Theory and Design, St. Paul – Minnesota, West
Publishing Company, 1983, hal 8.
1
Tosi, Henry L. : Theories of Organization, St. Clair Press, 1975, hal : 1-2
EKMA4157/MODUL 1 1.5
2
Kenyataan ini menunjukkan bahwa setiap kali membaca literatur tentang Organisasi,
perlu segera diidentifikasikan jenis “aliran” yang menjadi dasar penulisan literatur
tersebut. Sayangnya, jarang sekali penulis buku tentang Organisasi, terutama di
Indonesia, yang secara jelas menunjukkan jenis aliran yang mendasari tulisannya.
3
Tosi, Henry L. : op cit
4
Pengelompokan semacam ini pernah dimunculkan oleh William G. Scott :
Organization Theory, Journal of the Academy of Management, vol. 4, no. 1, April
1961, hal 7-26, yang mencoba mengelompokkan berbagai orientasi yang muncul
hingga tahun 1961, saat artikel itu diterbitkan. Melengkapi pengelompokan menurut
Scott, dalam tulisan ini salah satu pendekatan merupakan pengelompokan berbagai
orientasi yang muncul setelah tahun 1961.
1.6 Organisasi
1. Pendekatan Klasik
Munculnya Pendekatan Klasik dalam teori organisasi diilhami oleh
beberapa konsep pemikiran yang dikemukakan oleh Frederick Winslow
Taylor (1856-1915), yang ia rumuskan berdasarkan pengalaman kerjanya
pada perusahaan baja Bethlehem Steel di Amerika 5. Taylor adalah seorang
insinyur yang mendapat tugas memimpin dan meningkatkan produktivitas
dari sejumlah besar karyawan pelaksana. Oleh karena itu, dari
pengalamannya tersebut, muncul pemikiran Taylor yang sesungguhnya
bukan menyangkut organisasi, tetapi cenderung membahas pengaturan cara
bekerja, khususnya bagi pekerja pelaksana (seperti tukang-tukang, dan
operator mesin), dan mencoba merumuskan cara (gerakan) kerja baku yang
paling efisien, berdasarkan pemikiran berikut .
Pertama, setiap jenis pekerjaan dapat dianalisis secara ilmiah (scientific)
untuk menemukan cara terbaik dalam pelaksanaannya (yang disebut one best
way), berupa metode kerja baku yang paling efisien, yang mampu
memberikan hasil yang maksimal.
Adanya metode kerja baku yang paling efisien ini membuka kesempatan
untuk menetapkan pekerja yang paling sesuai untuk setiap jenis pekerjaan.
Kedua, cara atau metode kerja baku ini belum tentu sesuai dengan
keinginan pekerja, tetapi pekerja bisa dirangsang dengan imbalan finansial
agar bersedia menjalankannya, yang berarti bahwa pandangan ini
menganggap para pekerja bersifat “rasional”, bersedia mengerjakan sesuatu
yang sebenarnya tidak mereka sukai asalkan mendapat imbalan finansial
yang memadai.
Oleh karena pekerja pelaksana diharapkan memberikan hasil yang
maksimal maka dalam pendekatan Taylor ini para pekerja tersebut secara
khusus hanya ditugaskan untuk mengerjakan pekerjaan pelaksanaan saja dan
dibebaskan dari tugas lain (seperti merencanakan metode kerja, atau
membuat rencana kerja). Kekhususan (spesialisasi) tersebut diharapkan akan
dapat membebaskan para pekerja pelaksana dari keharusan “membagi”
perhatian terhadap hal-hal lain di luar tugas pelaksanaan sehingga mereka
bisa lebih produktif.
Adanya metode kerja baku juga memberikan keuntungan, yaitu
membuka kesempatan untuk menetapkan waktu baku bagi penyelesaian suatu
tugas. Jika seorang pekerja baku bekerja dengan menggunakan metode kerja
5
Taylor, Frederick Winslow : The Principles of Scientific Management, Harper &
Brothers Publishers, 1919.
EKMA4157/MODUL 1 1.7
yang juga baku, akan diketahui waktu baku yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Dengan demikian, jika jenis dan volume
pekerjaan yang perlu diselesaikan telah diketahui, dan juga diketahui
kapasitas pekerja baku (yang dinyatakan dengan waktu baku yang
dibutuhkan oleh pekerja baku untuk menyelesaikan suatu pekerjaan) maka
dapat ditentukan jenis dan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan juga pendistribusian para pekerja
tersebut dalam organisasi. Jika jenis dan jumlah pekerja tersebut dapat
dinyatakan sebagai organisasi maka dapatlah dinyatakan sebagai berikut.
6
Lihat Kast, Fremont E., Rosenzweig, James E. : Organization and Management, a
Systems and Contingency Approach, 4th edition, McGraw-Hill International Book
Company, 1985, hal : 62-63
EKMA4157/MODUL 1 1.9
2. Pendekatan Neoklasik
Pendekatan ini muncul dari serangkaian percobaan yang dilaksanakan
oleh Elton Mayo dan kelompoknya antara tahun 1927 hingga 1932 pada
pabrik Hawthorne milik perusahaan elektronika Western Electric Company
di Amerika7. Rangkaian percobaan ini sesungguhnya didasari oleh prinsip-
prinsip Taylor walaupun hasilnya ternyata menunjukkan kesimpulan yang
bertolak belakang dengan prinsip-prinsip Taylor tersebut.
Salah satu percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh kondisi
fisik tempat bekerja terhadap prestasi pekerja. Pada awalnya, kondisi fisik
yang diteliti adalah kuat penerangan ruangan kerja. Beberapa pekerja wanita
yang tugasnya melakukan assembling komponen elektronik, ditempatkan
pada sebuah ruang kerja khusus yang kuat penerangannya bisa diatur. Para
pekerja ini sebelumnya bekerja di sebuah ruangan besar dengan ratusan
pekerja wanita lainnya. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa prestasi
pekerja selalu meningkat walaupun kuat penerangan di tempat kerja berubah,
baik menjadi lebih terang ataupun menjadi lebih gelap.
Secara tidak sengaja, percobaan ini menunjukkan bahwa selain pengaruh
kondisi fisik ruangan, juga ada faktor lain yang mempengaruhi prestasi
pekerja, yaitu ikatan sosial. Ikatan sosial mempengaruhi prestasi pekerja,
karena mereka dipisahkan menjadi kelompok kecil dan ditempatkan pada
sebuah ruang kerja khusus, terpisah dari para pekerja assembling lainnya.
Ikatan sosial yang terjadi, kemudian berkembang menjadi solidaritas
kelompok sehingga semua pekerja berusaha bekerja dengan prestasi yang
baik agar tidak mengecewakan ataupun memalukan kelompoknya.
Percobaan Hawthorne ini segera diikuti dengan percobaan-percobaan
lain yang sejenis, yang akhirnya melahirkan Pendekatan Neoklasik atau
disebut juga pendekatan Human Relations karena perhatiannya bertumpu
pada aspek hubungan antar manusia dalam organisasi.
Pendekatan ini berpegang pada beberapa prinsip berikut.
a. Organisasi adalah suatu sistem sosial, dimana hubungan antara
anggotanya merupakan interaksi sosial.
b. Interaksi sosial ini menyebabkan munculnya kelompok non-formal
organisasi, yang memiliki norma tersendiri yang berlaku dan merupakan
pegangan bagi seluruh anggota kelompok. Norma ini berpengaruh
terhadap sikap maupun prestasi para anggota kelompok.
7
Kast, Fremont E, Rozensweig, James E. : op cit, hal : 80-81
1.10 Organisasi
c. Interaksi sosial antara anggota organisasi bisa dan perlu diarahkan agar
pengaruhnya bersifat positif bagi individu maupun kelompok. Oleh
karena itu, diperlukan saluran komunikasi yang efektif untuk
mengarahkan interaksi sosial tersebut, sebab kelompok-kelompok non-
formal bisa saja mempunyai tujuan yang berbeda dari kepentingan
organisasi.
3. Pendekatan Modern
Setelah munculnya Pendekatan Neoklasik, tampak bahwa teori
organisasi mempunyai kecenderungan “menyebar”. Pendekatan-pendekatan
yang ada hingga masa itu sering kali tidak ada hubungannya satu sama lain,
bahkan saling bertentangan. Pendekatan Klasik dan Neoklasik merupakan
contoh yang tepat mengenai gejala menyebar tersebut. Pendekatan Klasik
memfokuskan perhatian pada anatomi organisasi dan memandang manusia
makhluk rasional yang tidak mempunyai aspek sosial, sedangkan Pendekatan
Neoklasik justru mementingkan aspek sosial, tetapi kurang memperhatikan
anatomi organisasi.
Oleh karena itu, bisa diduga bahwa berbagai pendekatan tersebut
tidaklah mampu mencapai suatu kesatuan pandangan mengenai masalah
organisasi. Hal ini menyebabkan solusi yang dirumuskan dalam analisis
terhadap suatu permasalahan organisasi sering kali berbeda, tergantung jenis
pendekatan yang digunakan.
Pendekatan Modern dipandang sebagai pendekatan yang mampu
menyatukan keseluruhan pandangan dalam analisis organisasi. Pandangan ini
munculnya diawali oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh Joan
Woodward pada tahun 1950-an terhadap 100 perusahaan manufaktur di
EKMA4157/MODUL 1 1.11
8
Woodward, Joan : Industrial Organization : Theory and Practice, London : Oxford
University Press, 1965.
9
Lihat, misalnya Burns, Tom : Stalker, G.M. : The Management of Innovation,
London, Tavistock, 1961, dan Lawrence, Paul R., Lorsch, Jay W. : Organization
and Environment, Homewood, Irwin, 1969.
1.12 Organisasi
LAT IH A N
dengan baik dan suasana kerja juga nyaman, organisasi juga perlu
disesuaikan dengan kondisi luar (lingkungannya) agar bisa hidup dan
berkembang dengan baik.
2) Tidak ada! Ketiga pendekatan perlu digunakan bersama, Pendekatan
Klasik mengatur cara membagi pekerjaan, Pendekatan Neoklasik
mengatur iklim kerja sehingga menyenangkan bagi anggota organisasi,
sedangkan Pendekatan Modern menyesuaikan organisasi dengan
lingkungannya. Dengan demikian, organisasi perlu memanfaatkan ketiga
pendekatan itu secara simultan dan menyesuaikannya satu sama lain.
3) Modul ini memberikan pemahaman mengenai Pendekatan Modern, yang
mempelajari cara menyesuaikan organisasi terhadap kondisi
lingkungannya. Oleh karena itu, dalam modul ini tidak akan dibahas hal-
hal yang berkaitan dengan unsur kejiwaan ataupun dengan cara
mendistribusikan kegiatan kepada anggota organisasi.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C. tertutup
D. input-output
Kegiatan Belajar 2
Lingkungan
Proses transformasi
Output untuk mengubah input Input
menjadi output
Gambar 1.1.
Organisasi Sebagai Proses Input - Output
10
Crozier, Michel; Friedberg, Erhard : L’Acteur et le Systeme, Paris : Editions du
Seuil, 1977, hal : 112.
11
Perrow, Charles : Organizational Analysis : A Sociological View, London :
Tavistock Publications, 1970, hal : 55., Lawrence, Paul R : Lorsch, Jay W. :
Developing Organizations : diagnosis and action, Addison-Wesley Publishing
Company, 1969, hal : 23-24.
1.18 Organisasi
A. DIMENSI ORGANISASI
1. Dimensi Struktural
Menggambarkan karakteristik internal organisasi, dan terdiri dari
dimensi-dimensi berikut.
a. Formalisasi
Menunjukkan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi,
yang sebenarnya menggambarkan corak dari perilaku dan kegiatan
organisasi.
b. Spesialisasi
Menunjukkan derajat pembagian kerja/tugas dalam organisasi.
c. Standarisasi
Menggambarkan derajat kesamaan cara/prosedur dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan organisasi.
d. Sentralisasi
Menunjukkan corak pembagian kekuasaan menurut tingkatan (hierarki)
dalam organisasi, antara lain dengan jenis keputusan yang boleh
ditetapkan pada setiap tingkatan.
e. Hierarki kekuasaan (otoritas)
Menggambarkan pola pembagian kekuasaan serta rentang kendali secara
umum.
f. Kompleksitas
Menunjukkan banyaknya kegiatan (subsistem) dalam organisasi dan
terdiri dari berikut ini.
1) Kompleksitas vertikal.
Menunjukkan jumlah tingkatan yang ada pada organisasi.
EKMA4157/MODUL 1 1.19
2) Kompleksitas horizontal.
Menunjukkan pembagian kegiatan secara horizontal, yaitu menjadi
bagian-bagian yang secara vertikal berada pada tingkatan yang
sama.
g. Profesionalisme.
Menyatakan tingkat pendidikan formal maupun tidak formal yang secara
rata-rata dimiliki oleh anggota organisasi.
h. Konfigurasi.
Menunjukkan bentuk pembagian anggota organisasi pada bagian-bagian
organisasi, baik secara vertikal maupun horizontal.
2. Dimensi Kontekstual
Menggambarkan karakteristik keseluruhan organisasi dan lingkungannya
yang terdiri dari berikut ini.
a. Ukuran Organisasi.
Menunjukkan besarnya organisasi, yang sering kali dinyatakan dengan
jumlah anggota (personel) organisasi.
b. Teknologi Organisasi.
Menunjukkan jenis dan tingkatan teknologi yang digunakan pada fungsi
produksi suatu organisasi.
c. Lingkungan.
Menggambarkan keadaan seluruh elemen lingkungan yang terdapat di
luar batas-batas organisasi, terutama yang pengaruhnya cukup kuat
terhadap organisasi.
B. TEORI ORGANISASI
c. Bagian-bagian organisasi.
d. Kumpulan individu (group) yang terdapat dalam setiap bagian
organisasi.
Gambar 1.2.
Arah Analisis Dalam Analisis Organisasi
C. LINGKUP PEMBAHASAN
D. PENUTUP
LAT IH A N
12
Dalam dunia organisasi dan manajemen sering kali muncul konsep atau metode
yang terlanjur dianggap ampuh sehingga konsep atau metode tersebut cenderung
dipaksakan penggunaannya pada situasi yang sebenarnya tidak tepat, dan akhirnya
hasilnya tidak memuaskan. Baca artikel “Fad” untuk memahami fenomena sejenis ini.
1.24 Organisasi
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Daftar Pustaka
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press. Page: 1-2
Modul 2
Lingkungan
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Definisi Lingkungan
A. SEGMEN-SEGMEN LINGKUNGAN
1
Kast, Fremont E., Rosenzweig, James E. : op cit , hal : 137
2
Jackson, John H., Morgan, Cyril P. : Organization Theory , A Macro Perspective for
Management, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall, Inc., 1978, hal : 230
3
Daft, Richard L. : op cit, hal : 42 -45
EKMA4157/MODUL 2 2.3
1. Industri
Mencakup seluruh organisasi lain yang bergerak di sektor kegiatan yang
sama dan merupakan saingan bagi organisasi (yang kita pelajari). Corak
segmen ini berpengaruh terhadap ukuran organisasi, intensitas promosi yang
perlu dilakukan, jenis konsumen, serta tingkat keuntungan rata-rata dari
seluruh organisasi yang bergerak di sektor kegiatan yang sama tersebut.
Banyaknya organisasi yang bergerak di sektor kegiatan yang sama
berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian dalam persaingan
antarorganisasi. Jika saingan terdiri dari perusahaan-perusahaan besar dalam
jumlah yang terbatas maka tingkat ketidakpastian lingkungan menjadi
semakin tinggi.
2. Bahan Baku
Organisasi mendapatkan bahan baku dari lingkungannya. Kerap kali,
lingkungan tidak dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang cukup
ataupun bahan baku tersedia dengan harga yang tinggi sehingga
membahayakan bagi organisasi. Perubahan keadaan segmen bahan baku ini
berpengaruh terhadap industri. Contohnya, kenaikan harga minyak
menyebabkan industri otomotif cenderung memproduksi mobil berukuran
kecil yang hemat bahan bakar.
3. Tenaga Kerja
Organisasi perlu mendapatkan tenaga kerja dengan tingkat keahlian,
kualifikasi, dan jumlah yang cukup. Jika kebutuhan tenaga kerja ini tidak
dapat dipenuhi oleh lingkungan, organisasi akan memperoleh kesulitan dalam
menghasilkan output. Kelangkaan ini juga menyebabkan tenaga kerja
menjadi mahal.
4. Keuangan
Segmen ini menggambarkan tingkat kemudahan untuk memperoleh
sumber keuangan bagi organisasi. Bursa saham, pasar modal, bank, dan
perusahaan asuransi merupakan bagian segmen keuangan ini. Tingkat suku
bunga yang berlaku juga berpengaruh terhadap kemudahan memperoleh
sumber keuangan. Tersedianya sumber keuangan dengan tingkat bunga yang
rendah akan merangsang pertumbuhan organisasi secara cepat. Pertumbuhan
yang lambat umumnya terjadi apabila organisasi tidak mampu mendapatkan
sumber keuangan dari dalam organisasi sendiri. Peminjaman uang yang
2.4 Organisasi
5. Pasar
Segmen ini menggambarkan besarnya permintaan konsumen terhadap
produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Segmen pasar
berpengaruh terhadap organisasi melalui besarnya permintaan akan output
organisasi. Jika pasar menjadi kecil, organisasi terpaksa mengurangi
kegiatannya. Jika permintaan bertambah, kegiatan perusahaan perlu
dikembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat
menjaga posisinya dalam persaingan dengan organisasi lainnya. Pentingnya
segmen pasar ini juga menyebabkan perlunya dilakukan usaha untuk menjaga
konsumen agar tetap setia terhadap output yang dihasilkan organisasi.
6. Teknologi
Teknologi, yang merupakan pengetahuan dan teknik-teknik yang
digunakan untuk membuat produk ataupun jasa, berpengaruh terhadap cara
pengelolaan organisasi. Tingkat teknologi yang digunakan berpengaruh
terhadap ukuran dan tingkat keahlian yang harus dimiliki oleh organisasi.
Organisasi yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi sering kali
terpaksa menghentikan kegiatannya.
7. Kondisi Ekonomi
Segmen ini menggambarkan keadaan umum dari perekonomian daerah
ataupun negara, di mana suatu organisasi berada. Kondisi ekonomi ini antara
lain digambarkan oleh besarnya daya beli konsumen, bahan baku dan tenaga
kerja, tingkat permintaan terhadap produk suatu sektor, dan kapasitas
produksi total dari sektor. Pengaruh kondisi ekonomi ini terasa oleh semua
jenis organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan maupun organisasi
sosial yang tidak mencari keuntungan.
8. Pemerintah
Segmen ini mencakup peraturan-peraturan dan sistem pemerintahan,
serta sistem politik yang melingkupi organisasi. Sistem politik, seperti
ideologi kapitalis ataupun sosialis, berpengaruh terhadap kebebasan
organisasi dalam menjalankan usahanya.
EKMA4157/MODUL 2 2.5
9. Kebudayaan
Segmen ini mencakup karakteristik demografis dan sistem nilai yang
berlaku pada masyarakat, di mana organisasi berada. Karakteristik
demografis mencakup distribusi penduduk menurut umur, distribusi
pendapatan, tingkat pendidikan, penyebaran penduduk, dan sebagainya.
Sistem nilai merupakan komponen penting dari kebudayaan dan sering kali
berpengaruh terhadap cara pengelolaan organisasi. Perusahaan-perusahaan
Jepang jarang sekali melakukan pemutusan hubungan kerja dengan
karyawannya walaupun kegiatannya sedang menurun. Hal ini terjadi karena
pekerja dianggap sebagai anggota keluarga oleh perusahaan, dan tidak
dipandang sebagai tenaga sewaan yang bisa diberhentikan jika tidak lagi
diperlukan.
Sembilan segmen lingkungan tersebut terdiri dari berbagai elemen yang
dianggap mempunyai potensi untuk mempengaruhi organisasi. Setiap
segmen perlu diamati dan dianalisis oleh pimpinan organisasi agar dapat
ditetapkan cara pengelolaan organisasi yang sesuai untuk menghadapinya.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua segmen sama pentingnya bagi
organisasi. Walaupun ada kaitan antara masing-masing segmen, tetapi
biasanya ada satu atau beberapa segmen yang besar pengaruhnya terhadap
organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian yang khusus.
1
S.B. Hari Lubis; Caracteristiques des Dirigeants, Degre de Croissance et Types d’Organisation
Dans Les Petites Entreprises en Indonesia. Etude de 61 Firmes Industrielles de Textile, Disertasi
Doktor, IAE Grenoble-Prancis, 1984, hal. 115-118.
EKMA4157/MODUL 2 2.7
Pasar: Saingan/
Supplier Lingkungan Konsumen/Corak
Permintaan
KEGIATAN DASAR
Tenaga Dana/
Energi
Kerja Modal
Supplier/
Supplier Pemerintah
Supplier Pasar Lingkungan
Bahan
Energi Tenaga Keuangan
Baku
Kerja
Masyarakat LINGKUNGAN
Gambar 2.1.
Identifikasi Elemen-elemen Lingkungan melalui Proses Operasi suatu
Organisasi Manufaktur
Oleh karena itu, jumlah dan jenis elemen-elemen lingkungan dari setiap
perusahaan juga akan berbeda, tergantung jenis usaha dan juga dalam
lingkungan seperti apa perusahaan itu berada.
C. KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN
4
Duncan, Robert B.: Characteristics of Perceived Environments and Perceived Environmental
Uncertainty, Administrative Science Quarterly, 17(3), 1972, hal.: 313-327.
EKMA4157/MODUL 2 2.9
Gambar 2.2.
Kerangka Ketidakpastian Lingkungan (Duncan)
dan tanpa dapat dimengerti sehingga menjadi sulit untuk dianalisis dan
menimbulkan ketidakpastian yang tinggi bagi organisasi.
5
Emery, Fred E.; Trist, Eric L.: The Causal Texture of Organizational Environments, Human
Relations 18 (1965), hal. 21-32
EKMA4157/MODUL 2 2.11
6
Tuntutan dari berbagai pihak agar STPDN dibubarkan diawali dengan terbongkarnya tindakan
kekerasan yang dilakukan para mahasiswa STPDN senior terhadap para mahasiswa baru.
2.12 Organisasi
terlihat (visible) satu sama lain sehingga tindakan setiap organisasi bisa
diamati secara jelas oleh organisasi lainnya. Lingkungan ini sering kali
dinamakan sebagai lingkungan oligopolistik.
Contoh dari lingkungan jenis ini adalah lingkungan industri rokok kretek
di Indonesia, yang terdiri dari sejumlah industri rokok kretek yang besar
(misalnya Bentoel, Djarum, Gudang Garam, dan lain-lain). Jika suatu jenis
rokok berusaha menaikkan penjualannya melalui penjualan rokok berhadiah
mobil maka segera pabrik lainnya akan melakukan tindakan balasan yang
serupa. Tindakan pabrik rokok yang memulai dengan memberikan hadiah itu
mengganggu keseimbangan yang telah terjadi dalam persaingan. Oleh karena
itu, tindakan ini segera dibalas oleh pabrik rokok lainnya.
Dalam lingkungan seperti ini pimpinan organisasi harus membuat
perencanaan serta keputusan secara hati-hati dan strategis sehingga siap
untuk menghadapi reaksi dari pihak lain. Perencanaan tidak hanya
mempertimbangkan kondisi internal organisasi, tetapi harus
memperhitungkan perilaku organisasi lainnya. Organisasi juga harus
mengamati secara cermat seluruh tindakan dari organisasi lainnya 7. Oleh
karena itu, jenis lingkungan ini lebih kompleks dan lebih tidak stabil dari
lingkungan Tenang–Acak maupun lingkungan Tenang-Mengelompok.
7
Peristiwa sejenis ini sering terjadi. Di Amerika, persaingan Coca Cola dengan Pepsi Cola
justru lebih dulu mematikan Seven Up, di Indonesia perang antara pabrik rokok kretek besar
Gudang Garam dan Jarum membunuh pabrik-pabrik berukuran kecil. Artikel “Perang Tarif
Penerbangan” menunjukkan bahwa hal yang serupa terjadi pada tarif penerbangan, yang
akhirnya menyebabkan sejumlah perusahaan angkutan darat dan angkutan laut terpaksa gulung
tikar”
EKMA4157/MODUL 2 2.13
Lingkungan Kacau ini jarang terjadi, tetapi jika ada maka perencanaan
menjadi tidak berarti bagi organisasi. Perubahan-perubahan terjadi secara
sangat drastis sehingga tidak dapat diantisipasikan oleh organisasi. Cara
terbaik untuk menghadapi jenis lingkungan ini adalah melakukan adaptasi,
walaupun juga tidak pasti dapat menjamin kelangsungan hidup organisasi.
Tabel berikut memberikan keterangan tentang jenis tekstur lingkungan
dan tindakan organisasi yang sesuai untuk menghadapi setiap jenis tekstur
lingkungan tersebut.
Tabel 2.1.
Jenis Lingkungan dan Corak Tindakan Organisasi
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C. diganggu bereaksi
D. kacau
Kegiatan Belajar 2
A. KETERGANTUNGAN SUMBER
B. PERUBAHAN INTERNAL
b. Peredam (buffers)
Thompson menggambarkan organisasi sebagai suatu inti teknis, yaitu
pelaksana produksi yang dikelilingi oleh sejumlah bagian peredam8. Inti
teknis merupakan bagian yang mengerjakan tugas utama organisasi,
misalnya produksi pada sebuah perusahaan industri atau pendidikan (proses
belajar mengajar) pada sebuah perguruan tinggi. Inti teknis ini dikelilingi
oleh sejumlah bagian peredam yang bertugas untuk meredam ketidakpastian
lingkungan.
Untuk setiap segmen lingkungan digunakan satu bagian peredam secara
khusus. Bagian peredam ini berusaha membuat kondisi inti teknis menjadi
seperti sebuah sistem tertutup agar bisa berfungsi dengan cara yang paling
efisien. Bagian-bagian peredam ini, misalnya adalah Bagian Penelitian dan
Pengembangan (Litbang), Keuangan, Pembelian, Penjualan, dan lain-lain,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3.
8
Thompson, James D. : Organizations in Action, New York, McGraw-Hill Book Company,
1967, hal : 20-21
EKMA4157/MODUL 2 2.19
Lingkungan
buffers
Perencanaan dan
Penelitian dan
Pengendalian Pembelian Pemeliharaan
Pengembangan
Produksi
Hubungan Biro
Pemasaran Promosi
Masyarakat Engineering
Lingkungan
Gambar 2.3.
Bagian-bagian Peredam (Buffers)
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT I F 2
Kegiatan Belajar 3
PIMPINAN
BAGIAN PENELITIAN
BAGIAN PPRODUKSI BAGIAN PEMASARAN
DAN PENGEMBANGAN
Lembaga- Bahan
Jurnal Lever-ansir Konsumen Biro Iklan
lembaga Baku
Asosiasi Sistem
Peralatan Karyawan Saingan
Profesi Distribusi
Gambar 2.4.
Perbedaan Elemen-elemen Lingkungan untuk Setiap Bagian Organisasi
9
Lawrence, Paul R., Lorsch, Jay W. : Organization and Environment, Irwin, 1969 .
EKMA4157/MODUL 2 2.25
Tabel 2.2.
Perbedaan Sasaran dan Orientasi pada Bagian-bagian Organisasi
Tabel 2.3.
Ketidakpastian Lingkungan dan Kegiatan Integrator
Jenis Organisasi
Aspek
Industri Plastik Industri Makanan Industri Kemasan
Ketidakpastian Tinggi Sedang Rendah
lingkungan
Diferensiasi Tinggi Sedang Rendah
antaragian
Persen (%) pimpinan 22% 17% 0%
yang terlibat
10
Lorsch, Jay W. ; Lawrence, Paul R. : Environmental Factors and Organizational Integration,
Organizational Planning, Case and Concepts, Irwin and Dorsey, 1972.
EKMA4157/MODUL 2 2.27
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Kegiatan Belajar 4
A. MENGENDALIKAN LINGKUNGAN
d. Pengangkatan eksekutif
Pengangkatan eksekutif merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan hubungan yang baik dengan lingkungan. Seseorang yang
mempunyai kedudukan penting atau pun berpengaruh dalam lingkungan,
diadopsi oleh organisasi.
2.32 Organisasi
b. Kegiatan politik
Melalui kegiatan politik, organisasi sering kali bisa mempengaruhi
bentuk peraturan-peraturan pemerintah sehingga tidak berbahaya bagi
organisasi. Organisasi melakukan hal ini melalui lobbying dengan pihak
legislatif. Dalam bentuk lain, sering kali terlihat himpunan pengusaha yang
sengaja mengikuti aliran politik tertentu agar dapat memperoleh prioritas
sebagai rekanan pemerintah.
B. HUBUNGAN ANTARORGANISASI
1. Transaksi Sumber
Hubungan dengan organisasi lain biasanya terjadi karena organisasi itu
memiliki sesuatu yang dibutuhkan oleh organisasi kita. Uang bisa ditukarkan
dengan bahan baku atau pun jenis sumber lainnya. Posisi dalam organisasi
juga bisa dipertukarkan dengan jasa seseorang.
Tukar menukar tersebut hanya akan berlanjut apabila membawa
keuntungan pada kedua belah pihak. Jika tukar menukar itu tidak lagi bersifat
positif maka hubungan antarorganisasi akan terputus.
2. Peraturan Pemerintah
Beberapa jenis hubungan antarorganisasi terjadi karena peraturan
pemerintah. Suatu perusahaan diwajibkan mempunyai hubungan dengan
kantor pajak, pemerintah daerah, dan badan-badan pemerintah lainnya.
2.34 Organisasi
11
Paulson, Steven K. : Causal Analysis of Inter-organizational Relation: An Axiomatic Theory
Revised, Administrative Science Quarterly 19 (1974), hal : 319-337
12
Aigen, Michael; Hage, Jerald: Inter-organizational Dependence and Intra-organizational
Structure, American Sociological Review 33 (1968), hal : 912-930
EKMA4157/MODUL 2 2.35
C. PENUTUP
13
Tol Cipularang Mulai Berdampak pada Restoran dan Hotel di Kawasan Puncak, Harian
Kompas 12 Juni 2005; Pendapatan Para Pedagang Turun – Setelah Dibukanya Jalan Tol
2.36 Organisasi
Sebagian karena tempat mereka berjualan atau berusaha menjadi tidak dilalui
oleh para wisatawan dari Jakarta yang berlibur di kota Bandung, seperti
pedagang tape dan gerabah di Purwakarta, pedagang hiasan dari batu marmer
dan onyx di Padalarang, dan juga restoran serta hotel di kawasan Puncak.
Pengaruh pembukaan jalan tol Cipularang ini juga muncul dalam bentuk
yang tidak terbayangkan sebelumnya. Pengaruh tersebut muncul dalam
bentuk persaingan yang menyebabkan berkurangnya jumlah penumpang
kereta api antara Bandung dengan Jakarta karena perjalanan melalui jalan tol
membutuhkan waktu yang lebih singkat. Bentuk pengaruh yang lain adalah
menjadi terbatasnya ruang gerak kendaraan bermotor karena mudahnya
penduduk Jakarta mengunjungi kota Bandung sehingga menyebabkan
kemacetan, dan akhirnya mengurangi pendapatan sopir angkot di kota
Bandung. Mudahnya penduduk Jakarta mengunjungi kota Bandung juga
menyebabkan perubahan pada pola konsumsi pelanggan. Banyak hotel di
kota Bandung yang kehilangan pelanggan karena wisatawan dari Jakarta
yang biasanya menginap, kemudian memilih untuk langsung kembali ke
rumah mereka di Jakarta. Berbagai akibat negatif dari pembukaan jalan tol
Cipularang ini menunjukkan bahwa perhatian kita terhadap pengaruh
lingkungan organisasi masih belum memadai, dan gejala ini mengherankan
mengingat pembukaan jalan tol yang baru telah berulang-kali terjadi di negeri
ini.
Di sisi lain, tidak kurang juga kita jumpai di lapangan pengusaha kecil
yang secara sadar ataupun tidak sadar, ternyata mampu menyesuaikan
“konstruksi” perusahaannya dengan tuntutan lingkungannya sehingga
perusahaannya mampu mencapai keberhasilan. Banyak cara yang
memungkinkan untuk digunakan dalam melakukan penyesuaian tersebut,
salah satu adalah metode Balanced Scorecard yang diusulkan oleh Kaplan
dan Norton14
Bentuk maupun corak pengelolaan Organisasi bukan hanya perlu
disesuaikan terhadap elemen-elemen lingkungan luarnya. Bentuk dan corak
pengelolaan beberapa jenis Organisasi justru sangat dipengaruhi oleh elemen-
elemen yang terdapat di dalam Organisasi itu sendiri (yang sering dinamakan
Cipularang, Harian Kompas 9 Juli 2005; Puluhan Pedagang Tape Bangkrut, Sewa di Tempat
Peristirahatan Tol Mahal, Harian Kompas 8 Agustus 2005.; Jumlah Penumpang KA Turun,
Harian Kompas 2 Juli 2005; Pendapatan Sekitar 10.000 Sopir Angkot Menurun, Harian Kompas
22 Juni 2005; Tingkat Hunian Hotel di Bandung Menurun, Harian Kompas 21 Juni 2005.
14
Robert S.Kaplan, David P.Norton: Alignment, Using the Balanced Scorecard to Create
Corporate Synergies, Harvard Business School Press, 2006.
EKMA4157/MODUL 2 2.37
LAT IH A N
yang lebih murah dari pemasok yang lain, yang juga sebelumnya sudah
memiliki hubungan dengan perusahaan itu.
R A NG KU M AN
TES F OR M A T IF 4
5) Si Polan hampir setiap hari bergaul dengan para alim ulama, sedangkan
teman-teman si Badu kebanyakan pelaku kejahatan, seperti perampok,
pencuri, penipu. Kesimpulannya, si Polan orang baik-baik, sementara si
Badu orang jahat. Cara berpikir semacam itu mengacu kepada
konsep ….
A. ketergantungan (contingency)
B. adaptasi organisasi terhadap kondisi lingkungan
C. diferensiasi
D. asosiatif
Tes Formatif 4
1) B
2) C
3) A
4) B
5) D
2.42 Organisasi
Daftar Pustaka
Daft, Richard L. (1938). (1983). Organization Theory and Design. St. Paul –
Minnesota: West Publishing Company. Hal. 8.
1
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press. Hal.: 1-2
Efektivitas Organisasi
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PE N DA H UL U AN
atau sasarannya. Dari definisi ini bisa ditarik kesimpulan bahwa efektivitas
merupakan sebuah konsep yang memiliki pengertian luas karena pencapaian
tujuan atau sasaran bagi sebuah organisasi tentunya melibatkan keseluruhan
aspek organisasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dan tidak
hanya terbatas pada bagian-bagian organisasi yang berkaitan dengan proses
transformasi input menjadi output saja. Efisiensi organisasi merupakan
sebuah konsep yang sifatnya lebih terbatas, dan pada dasarnya hanya
menyangkut proses internal yang terjadi dalam suatu organisasi. Efisiensi
organisasi menunjukkan hematnya organisasi atau banyaknya input atau
sumber yang diperlukan organisasi untuk menghasilkan satu satuan output1.
Karena itu, efisiensi dapat diukur sebagai rasio output terhadap input. Suatu
organisasi yang mampu menghasilkan satu satuan output dengan
menggunakan sumber yang jumlahnya lebih sedikit dari yang digunakan oleh
organisasi lain, dapat dikatakan sebagai organisasi yang lebih efisien.
Pada beberapa organisasi tertentu, efektivitas dan efisiensi bisa saja tidak
berhubungan sama sekali. Suatu organisasi bisa sangat efisien, tetapi tidak
mampu mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendakinya, misalnya karena
bagian Produksi dari organisasi itu sangat hemat tapi memilih untuk
membuat produk yang ternyata tidak laku di pasar sehingga bagian
Pemasaran mengalami kesulitan untuk memasarkannya. Sebaliknya, suatu
organisasi bisa mempunyai efektivitas yang tinggi, misalnya membuat
produk yang tepat sehingga sangat laku, tetapi tidak efisien dalam
menghasilkan produk tersebut.
Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam teori
organisasi karena mampu memberikan gambaran menyeluruh mengenai
keseluruhan bagian organisasi dalam usaha mencapai sasarannya. Oleh
karena itu, tulisan ini lebih memfokuskan perhatian terhadap pengukuran
keberhasilan organisasi melalui pengukuran efektivitasnya. Tetapi,
pengukuran efektivitas organisasi ternyata bukanlah suatu hal yang
sederhana. Banyak organisasi, terutama yang berukuran sangat besar, dengan
bagian-bagian yang sifatnya saling berbeda. Setiap bagian ternyata
mempunyai sasarannya sendiri, yang satu sama lain berbeda sehingga
menimbulkan kesulitan dalam pengukuran efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
1
Etzioni, Amitai : Modern Organizations, Prentice-Hall, 1964, halaman 8.
EKMA4157/MODUL 3 3.3
Kegiatan Belajar 1
ORGANISASI
INPUT (mengubah Input menjadi Output OUT P U T
SUMBER melalui KEGIATAN dan PROSES PRODUK/JASA
INTERNAL)
Gambar 3.1.
Beberapa Pendekatan dalam Pengukuran Efektivitas Organisasi
Sasaran (goal) organisasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang ingin
dicapai oleh suatu organisasi2. Dalam pengertian tersebut, sasaran dapat
diartikan sebagai tujuan organisasi, baik tujuan jangka panjang ataupun
jangka pendek, juga mencakup sasaran dari keseluruhan ataupun suatu bagian
tertentu dari suatu organisasi.
Pengamatan terhadap sasaran dari berbagai jenis organisasi
menunjukkan beberapa hal berikut.
1. Suatu organisasi, terutama yang berukuran besar, bisa mempunyai lebih
dari satu sasaran pada saat yang bersamaan. Contohnya, suatu
perusahaan mungkin saja mempunyai keinginan untuk meningkatkan
mutu produk dan juga mengurangi ongkos pembuatan produk, pada saat
yang sama.
2. Sasaran-sasaran yang dimiliki oleh suatu organisasi bisa mempunyai
sifat yang berlawanan. Contohnya, keinginan untuk mendapatkan tingkat
keuntungan yang tinggi dapat menggagalkan keinginan untuk
memperbesar volume penjualan.
3. Sasaran ditetapkan oleh pimpinan atau para pimpinan organisasi, yang
masing-masing dapat mempunyai pandangan yang berlainan mengenai
bentuk maupun prioritas sasaran. Oleh karena itu, salah satu tugas utama
pimpinan organisasi adalah melakukan penilaian dan menetapkan bentuk
serta prioritas sasaran.
4. Sasaran saling berkaitan satu sama lain. Suatu sasaran bisa merupakan
alat untuk mencapai sasaran lainnya. Contohnya, sasaran jangka pendek
berupa perkenalan produk baru dapat menjadi alat untuk mencapai
sasaran jangka panjang, yaitu mencapai tingkat keuntungan yang tinggi.
2
Etzioni, Amita; op cit, halaman 6.
3.6 Organisasi
3
Simon, Herbert A. On the Concept of Organizational Goal, Administrative Science
Quarterly, 9 (1964), hal. 1-22.
3.8 Organisasi
a. Pimpinan tunggal
Pada beberapa jenis organisasi tertentu, sasaran ditetapkan oleh seorang
pimpinan saja, yaitu pimpinan tertinggi organisasi. Hal ini terutama terjadi
pada perusahaan berukuran kecil, di mana pimpinan tertinggi biasanya
dipegang oleh pemilik perusahaan.
Pada organisasi yang ukurannya besar, pemilihan sasaran secara resmi
biasanya dilakukan oleh kelompok pimpinan. Tetapi sering kali terjadi,
5
“Kultur organisasi” merupakan topik yang sering kali muncul dalam pembicaraan
tentang organisasi, yang secara sederhana bisa dikatakan sebagai pola perilaku atau
profil nilai-nilai yang dianut oleh para anggota suatu organisasi. Penjelasan mengenai
kultur organisasi tidak tercakup dalam tulisan ini. Topik ini bisa dipelajari, antara
lain pada Peters, Tom J.; Waterman, Robert H : In Search of Excellence; Harper &
Row Publishers, New York, 1982.
3.14 Organisasi
LAT IH A N
1) Sasaran resmi organisasi sering kali bersifat abstrak, dan tidak terlalu
tegas. Biasanya memuat nilai-nilai atau falsafah yang dianut, dalam
bentuk yang tidak spesifik dan tidak terukur. Oleh karena tidak terukur,
sulit untuk memeriksa apakah sebuah organisasi sudah berhasil
mencapai sasaran resmi tersebut. Sebagai contoh sasaran resmi sebuah
lembaga pendidikan dinyatakan untuk menghasilkan lulusan yang
bertakwa. Seperti apa ukuran lulusan yang bertakwa sulit diukur secara
pasti. Sasaran aktual lebih terukur sehingga juga lebih mudah dijadikan
acuan untuk memeriksa efektivitas organisasi. Sebagai contoh, dalam
rangka menghasilkan lulusan yang bertakwa, lembaga pendidikan
sebelumnya mengharuskan para siswa mengikuti 50 jam pelajaran
agama tiap semester. Pernyataan sasaran semacam ini lebih terukur dan
lebih mudah dijadikan acuan untuk mengukur efektivitas organisasi.
2) Dengan perhatian bertahap sebagian sasaran mungkin tercapai dengan
prestasi memuaskan, akan tetapi sebagian sasaran sama sekali tidak
tercapai sehingga secara keseluruhan organisasi boleh dipandang tidak
berhasil mencapai sasarannya. Dengan menerima performansi
secukupnya walaupun dengan prestasi yang kurang memuaskan seluruh
3.16 Organisasi
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
6
Price, James L. The Study of Organizational Effectiveness. The Sociological
Quarterly 13 (1972), hal. 3-15.
3.20 Organisasi
7
G.W. England : Organizational Goals and Expected Behavior of American
Managers, Academy of Management Journal 10 (1967), hal. 108.
EKMA4157/MODUL 3 3.21
Tabel 3.2.
Frekuensi Penggunaan Kriteria Pengukur Efektivitas Organisasi
oleh Para Peneliti
3. Pengaruh Kontekstual
Lingkungan dan seluruh elemen kontekstual berpengaruh terhadap
performansi organisasi. Pengaruh kontekstual dapat memberikan kesempatan
berprestasi bagi organisasi ataupun sebaliknya. Oleh karena itu, perbedaan
karakteristik berbagai faktor kontekstual perlu diperhatikan apabila kita ingin
mengukur efektivitas sejumlah organisasi yang terdapat pada lingkungan
berbeda. Perbedaan itu terlihat, misalnya pada elemen tertentu dari
lingkungan, seperti mutu tenaga kerja, kemudahan mendapatkan berbagai
sumber yang diperlukan, dan peraturan pemerintah.
EKMA4157/MODUL 3 3.23
9
Ephraim Yachtsman, Stanley E. Seashore. A System Resource Approach to
Organizational Effectiveness. Administrative Science Quarterly 12 (1967), hal. 337-
395.
3.24 Organisasi
10
J. Barton Cunningham. A System Resource Approach for Evaluating
Organizational Effectiveness. Human Relations 31 (1978), hal. 631-656.
EKMA4157/MODUL 3 3.25
11
Contoh dapat dilihat pada Chris Argyris; Integrating the Individual and the
Organizational, New York, John Wiley & Sons, 1964.
12
J. Barton Cunningham, “Approach to the Evaluation of Organizational
Effectiveness”, Academy of Management Review, 2 (1977), hal. 463-474.
13
William M. Evan: “Organizational Theory and Organizational Effectiveness : An
Exploratory Analysis”, Organization and Administrative Sciences 7 (1976), hal.
15-28.
3.26 Organisasi
sumber menjadi output, dan output yang diberikan kepada konsumen yang
terdapat di luar organisasi.
Pendekatan ini memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai pendekatan
proses karena Evan mengembangkan ukuran berupa rasio-rasio yang
mengukur efisiensi internal, yang sesungguhnya merupakan gambaran
mengenai efektivitas proses dalam suatu organisasi. Langkah pertama yang ia
lakukan adalah menghitung besarnya ongkos untuk pengadaan input (I),
ongkos transformasi (T), serta nilai output (O). Ketiga variabel ini, kemudian
dapat dikombinasikan untuk mengukur berbagai aspek dari performansi
organisasi. Cara yang paling sering digunakan untuk melakukan pengukuran
efisiensi adalah dengan menggunakan rasio O/I (output/input).
Bagi sebuah perusahaan, rasio ini dapat diartikan sebagai perbandingan
antara besarnya keuntungan dengan besarnya investasi. Sebagai contoh,
untuk sebuah rumah sakit, rasio ini bisa diartikan sebagai rasio antara jumlah
pasien terhadap anggaran rumah sakit untuk suatu periode waktu tertentu.
Untuk sebuah perguruan tinggi, rasio ini bisa diartikan sebagai perbandingan
jumlah lulusan terhadap nilai input.
Rasio lainnya, seperti T/O, menunjukkan besarnya kegiatan transformasi
yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah tertentu output. Pada sebuah
perusahaan, rasio ini dapat diartikan sebagai biaya operasi dibagi besarnya
penjualan. Pada sebuah rumah sakit, rasio ini dapat dipandang sebagai
perbandingan antara investasi yang dilakukan untuk penyempurnaan
teknologi perawatan dengan jumlah pasien yang dirawat ataupun yang bisa
disembuhkan.
Dengan demikian, tampak bahwa pengukuran terhadap input,
transformasi, serta output, memberikan kesempatan untuk melakukan
perhitungan terhadap berbagai aspek yang menyangkut efisiensi organisasi.
D. PENDEKATAN GABUNGAN
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
A. PENDEKATAN CONSTITUENCY
Tabel 3.3.
Jenis Constituency yang Sesuai untuk Pengukuran Efektivitas
Perusahaan-perusahaan Kecil
14
Terry Connoly, Edward J. Conlon, Stuart Jay Deutsche : “Organizational
Effectiveness : A Multiple-Constituency Approach”, Academy of Management
Review, 5 (1980), hal. 211-217.
15
Frank Friedlander, Hal Pickle; “Components of Effectiveness in Small
Organizations”, Administrative Science Quarterly 13 (1968), hal. 289-304.
3.32 Organisasi
1. Efisiensi Internal
Menunjukkan efektivitas organisasi dalam menggunakan berbagai
macam sumber yang dimilikinya. Bidang sasaran ini identik dengan
pengukuran efektivitas organisasi melalui efisiensi internal. Salah satu
ukuran yang digunakan adalah perbandingan nilai output terhadap nilai input.
Bidang kegiatan ini memberikan perhatian terhadap efisiensi kegiatan yang
dilakukan di dalam organisasi sehingga sangat memperhatikan besarnya nilai
input, transformasi maupun output.
2. Efisiensi Eksternal
Menggambarkan kemampuan organisasi dalam mendapatkan semua
jenis sumber yang diperlukannya. Bidang sasaran ini identik dengan
pengukuran efektivitas organisasi melalui pendekatan sumber, yaitu dengan
memberikan perhatian terhadap kemampuan organisasi dalam membina
hubungan baik dengan elemen-elemen lingkungannya.
Kemampuan mendapatkan sumber, seperti bahan baku, besarnya pasar
yang dikuasai (market-share), merupakan contoh dari ukuran yang digunakan
dalam bidang sasaran ini.
3. Efektivitas Internal
Menunjukkan besarnya hasil kerja para personel dalam suatu organisasi
sehingga bidang sasaran ini bisa dianggap identik dengan pengukuran
efektivitas organisasi menurut pendekatan proses. Ukuran-ukuran yang
digunakan pada umumnya memperhatikan kepuasan dan motivasi karyawan,
seperti iklim kerja, hubungan interpersonal, dan sebagainya.
16
Ralph H. Kilmann, Richard P. Herden : “Towards a Systematic Methodology for
Evaluating the Impact of Interventions on Organizational Effectiveness”, Academy
of Management Review, 1 (1976), hal. 37-98.
3.34 Organisasi
4. Efektivitas Eksternal
Menggambarkan kemampuan organisasi untuk memberikan rasa puas
kepada setiap elemen constituency sehingga bidang sasaran ini identik
dengan pengukuran efektivitas organisasi melalui pendekatan constituency.
Efektivitas eksternal menyangkut hubungan organisasi dengan
keseluruhan elemen dari lingkungannya. Organisasi perlu membina
hubungan baik dan mengusahakan munculnya rasa puas pada setiap elemen
constituency yang terdapat di luar organisasi. Oleh karena itu, ukuran yang
digunakan umumnya menyangkut kepuasan dari pihak luar, seperti kepuasan
konsumen, kepuasan leveransir (pemasok), dan pihak luar lainnya.
Penjelasan yang telah diberikan menunjukkan bahwa pendekatan bidang
sasaran ini merupakan suatu cara pengukuran efektivitas organisasi yang
mencoba menggabungkan beberapa jenis pendekatan sebelumnya.
17
James D. Thompson; op cit., hal. 86.
EKMA4157/MODUL 3 3.35
INTERNAL EKSTERNAL
EFISIENSI INTERNAL EFISIENSI EKSTERNAL
lingkungannya
UKURAN :
jumlah produksi/jam kerja UKURAN :
tingkat keuntungan dari investasi jumlah produksi/jam kerja
ongkos produksi per unit produk tingkat keuntungan dari investasi
bahan terbuang per unit produk ongkos produksi per unit produk
omset/ongkos produksi bahan terbuang per unit produk
omset/ongkos produksi
UKURAN : UKURAN :
turnover rate kepuasan lingkungan terhadap
sikap karyawan organisasi
iklim kerja/iklim organisasi kepuasan supplier terhadap
komitmen karyawan organisasi
hubungan interpersonal kepuasan konsumen
tanggung jawab sosial organisasi
kualitas hidup dalam lingkungan
sebagai akibat eksistensi organisasi
Gambar 3.2.
Bidang Sasaran Organisasi
LENGKAP
KEJELASAN TIDAK
LENGKAP PROSES TRANSFORMASI LENGKAP
JELAS KRITERIA EFISIENSI KRITERIA OUTPUT
KEJELASAN
OUTPUT KRITERIA PROSES INTERNAL KRITERIA SOSIAL
Gambar 3.3.
Kerangka Ketergantungan dalam Pengukuran Efektivitas
Oleh karena sifat itu, para pimpinan organisasi akan sangat tertarik untuk
mengukur tingkat efisiensi organisasi dalam usaha pencapaian sasaran
tersebut.
Jika output cukup jelas, tetapi proses transformasi tidak dimengerti
secara lengkap, kriteria efektivitas yang biasa digunakan adalah keberhasilan
dalam mencapai sasaran output. Organisasi akan dianggap berhasil jika
mampu mencapai sasaran, tanpa memperhitungkan tingkat efisiensi yang
dicapai dalam pencapaian sasaran tersebut. Tingkat efisiensi kurang
diperhatikan karena pengukurannya sulit dilakukan.
Jika output tidak jelas, tetapi proses transformasi dapat dimengerti secara
lengkap, pengukuran efektivitas biasanya dilakukan dengan kriteria yang
menyangkut proses internal. Kepuasan kerja dan hubungan interpersonal
dalam pekerjaan akan sangat diperhatikan, bahkan digunakan sebagai kriteria
efektivitas karena output organisasi sendiri tidak cukup jelas untuk digunakan
sebagai alat pengukur performansi organisasi. Contoh dari jenis ini adalah
kondisi yang terjadi pada lembaga-lembaga penelitian, dimana sering kali
tidak ada output yang cukup jelas sifatnya.
Jika output maupun proses transformasi tidak cukup jelas, seperti pada
organisasi sosial, di mana kata sepakat mengenai tujuan organisasi maupun
mengenai cara untuk mencapai tujuan tersebut sulit dicapai maka pengukuran
efektivitas melalui keberhasilan pencapaian output menjadi sulit untuk
digunakan. Kesulitan ini terjadi karena tidak diketahui secara jelas bentuk
output yang ingin dicapai.
Pengukuran efektivitas melalui proses internal juga sulit dilaksanakan
karena proses transformasi tidak dapat dimengerti dengan jelas. Oleh karena
itu, cara pengukuran efektivitas hanya dapat dilakukan dengan memeriksa
apakah constituency cukup puas terhadap performansi organisasi.
Para pimpinan organisasi pada umumnya lebih suka menggunakan
kriteria pengukuran efektivitas yang sifatnya lebih terperinci. Urutan kriteria
yang disukai oleh para pimpinan organisasi adalah kriteria efisiensi, kriteria
output, kriteria proses internal, dan kriteria sosial. Dengan demikian, tampak
bahwa kejelasan bentuk output maupun kejelasan proses transformasi
merupakan faktor penting dalam pemilihan bidang sasaran maupun kriteria
pengukuran efektivitas organisasi.
3.38 Organisasi
C. PENUTUP
LAT IH A N
18
Sebuah “majalah pria” di Eropa pernah menyebarkan angket kepada 1000 pria
dewasa untuk memilih bentuk dari bagian wajah dan fisik wanita yang dianggap
terbaik. Bagian-bagian wajah dan fisik yang dianggap terbaik ini, kemudian
digabungkan, dan hasilnya ternyata “monster” yang mengerikan. Kecantikan ternyata
bersifat profil atau kombinasi, dan bukan ditentukan oleh elemen-elemen tunggal.
19
Balanced Scorecard adalah salah satu cara mengukur profil organisasi dengan
menggunakan banyak kriteria. Banyak pengelola Organisasi yang tertarik dan
mengira bahwa metode ini merupakan temuan baru. Dasar pemikiran cara pengukuran
semacam ini ternyata sudah muncul puluhan tahun sebelumnya.
EKMA4157/MODUL 3 3.39
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Daftar Pustaka
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press. Page: 1-2
Modul 4
Birokrasi Organisasi
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PE N DA H UL U AN
D i akhir abad ke-19, yaitu pada kurun waktu yang sering disebut zaman
Revolusi Industri, mulailah terasa kebutuhan akan kemampuan untuk
merumuskan dan mengelola organisasi produksi berukuran besar.
Sebelumnya, kegiatan produksi yang pada masa itu kebanyakan dilaksanakan
secara manual, ternyata hanya membutuhkan organisasi berukuran kecil.
Kebutuhan itu muncul karena terdorong oleh mulainya digunakan mesin-
mesin dalam kegiatan produksi, dan juga karena munculnya corak atomisasi
dalam pembagian pekerjaan (lihat Modul 1 Perkembangan Teori
Organisasi).
Seorang cendikiawan bernama Weber, kemudian mencoba memikirkan
jawaban bagi kebutuhan itu. Usulannya kelihatan diwarnai oleh latar-
belakangnya sebagai orang yang selalu berada di “belakang meja” dan tidak
pernah merasakan kehidupan di lapangan sebagai karyawan dalam suatu
organisasi produksi, atau juga boleh jadi dipengaruhi oleh suasana di masa itu
yang menganggap tenaga kerja sebagai alat yang tidak perlu terlalu
diperhatikan sifat kemanusiaannya (impersonal). Oleh karena itu, gagasan
Weber cenderung menonjolkan sifat impersonal organisasi sebagai tumpuan
untuk menangani pengaturan organisasi berukuran besar. Gagasan ini,
kemudian dinamakannya sebagai Organisasi Birokrasi.
Sifat impersonal dari Birokrasi ternyata sering kali menimbulkan
pengalaman negatif bagi para anggotanya maupun bagi pihak-pihak lain yang
perlu berhubungan dengan organisasi itu. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika kemudian Birokrasi selalu dipandang negatif, rumit,
lamban, dan cenderung menghambat dalam kehidupan manusia. Tidak
mengherankan jika di kepala kebanyakan orang segera akan muncul
gambaran mengenai sesuatu yang buruk dan negatif begitu mendengar istilah
“birokrasi”.
4.2 Organisasi
Pada bab ini akan dicoba dipelajari sifat-sifat dari suatu birokrasi dan
perannya dalam desain maupun pengendalian organisasi, terutama organisasi
berukuran besar, seperti yang banyak dijumpai pada zaman modern ini. Di
samping itu juga diberikan penjelasan mengenai pengertian birokrasi,
hubungan antara karakteristik birokrasi dan ukuran organisasi, hubungan
antara pertumbuhan maupun kemunduran organisasi dengan birokrasi, dan
berbagai aspek lainnya tentang birokrasi. Dengan penjelasan yang diberikan,
diharapkan akan dapat diperoleh pengertian yang lengkap mengenai sifat-
sifat birokrasi, baik kekuatan maupun kelemahannya sehingga bisa
diperlihatkan bahwa birokrasi tidaklah selalu bersifat negatif dan
penggunaannya secara tepat justru akan membuat organisasi bisa menjadi
lebih efektif.
Gambaran mengenai birokrasi sering kali diberikan dengan sebuah
contoh terkenal dari Perrow mengenai sebuah perusahaan pertambangan gips
berikut1.
1
Perrow, Charles : Complex Organization - A Critical Essay, Scott-Foresman, 1979,
hal. 1-3.
EKMA4157/MODUL 4 4.3
organisasi semacam ini untuk mencapai efektivitas yang tinggi. Di pihak lain,
birokrasi juga sering kali dipandang sebagai sumber segala macam
keburukan, seperti rendahnya efisiensi, kelambatan proses, putusan-putusan
yang kaku, serta berbagai jenis keburukan lainnya. Oleh karena alasan itulah
birokrasi perlu dipelajari, yaitu untuk dapat memanfaatkan secara positif
dalam desain maupun pengelolaan organisasi.
Setelah mempelajari Modul 4 ini Anda diharapkan dapat menjelaskan:
1. hubungan ukuran organisasi terhadap organisasi;
2. hubungan antara dimensi-dimensi birokrasi;
3. tahapan pertumbuhan organisasi;
4. hubungan karakteristik organisasi dan pertumbuhan;
5. pandangan berbeda tentang performansi dan birokrasi;
6. kondisi yang sesuai untuk organisasi yang tidak birokratis.
EKMA4157/MODUL 4 4.5
Kegiatan Belajar 1
Birokrasi
2
Weber, Max : The Theory of Social and Economic Organizations, Translated by
A.M. Henderson and T. Parsons, Free Press, 1947.
4.6 Organisasi
Bentuk yang ditunjukkan oleh Weber dengan tujuh dimensi itu dianggap
merupakan bentuk ideal dari organisasi birokratis. Kebanyakan dimensi
tersebut tampak dijalankan pada banyak organisasi yang ada di sekeliling
kita, seperti hierarki otoritas, pembagian tugas dan penggunaan dokumen
tertulis. Tetapi, jarang sekali dijumpai organisasi yang mampu menjalankan
ke tujuh dimensi tersebut secara sempurna. Jika setiap kegiatan organisasi
harus dicatat secara tertulis misalnya, maka organisasi akan penuh dengan
dokumen sehingga kertas berserakan di semua tempat dan akhirnya akan
menghambat seluruh pekerjaan lainnya.
Organisasi Birokrasi antara lain menekankan pentingnya sifat
impersonalitas. Dalam kenyataan, banyak organisasi yang sifatnya
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diusulkan oleh Weber ini. Sering
kali kita jumpai organisasi yang cenderung hanya menerima karyawan jika
ada hubungan keluarga, koneksi, dan sebagainya. Para pejabat dalam
organisasi juga sering kali memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan
pribadi. Kondisi ini menyebabkan organisasi menjadi tidak efisien dan
sesungguhnya bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Sebaliknya,
apabila dijalankan secara sungguh-sungguh, model organisasi rasional yang
diusulkan Weber mempunyai banyak keunggulan. Tugas-tugas akan dapat
EKMA4157/MODUL 4 4.7
diselesaikan secara efisien, dan para pejabat dalam organisasi tidak akan
memanfaatkan organisasi untuk kepentingan dirinya sendiri.
3
Gagasan Weber sangat “jujur”, sesuai dengan kenaifannya karena ia tidak memiliki
pengalaman lapangan yang memadai. Di lapangan sering kali dijumpai bawahan yang
ternyata mampu memiliki kekuatan yang besar secara tidak wajar sehingga bawahan
tersebut tidak mudah untuk diatur oleh atasannya. Fenomena sejenis ini secara khusus
dipelajari dalam Power dan Politik yang tidak tercakup dalam tulisan ini.
4.8 Organisasi
1. Formalisasi
Formalisasi, seperti telah dijelaskan pada Modul 1, formalisasi
menunjukkan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi. Pada
organisasi yang lebih formal, tingkat penggunaan dokumen tertulis lebih
tinggi. Peraturan-peraturan, prosedur, dan berbagai hal lainnya muncul dalam
bentuk tertulis. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa organisasi besar umumnya mempunyai tingkat formalisasi yang lebih
tinggi dibanding organisasi kecil.
Organisasi besar memerlukan adanya peraturan, prosedur, dan juga
dokumen tertulis untuk mengontrol dan mengatur karyawan yang jumlahnya
besar, dan juga bagian-bagian yang jumlahnya lebih banyak dalam
organisasi. Pada organisasi kecil pengawasan terhadap karyawan dapat
dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan karena karyawan yang
perlu diperhatikan jumlahnya tidak besar. Pada perusahaan besar prosedur
4
John R. Kimberly, “Organizational Size and the Structuralist Perspective : A
Review, Critique, and Proposal”, Administrative Science Quarterly (1976), hal.
571-597.
EKMA4157/MODUL 4 4.9
2. Sentralisasi
Sentralisasi menunjukkan tingkatan yang diberi wewenang untuk
melakukan pengambilan keputusan dalam organisasi. Pada organisasi yang
mempunyai tingkat sentralisasi tinggi (sentralistik), keputusan-keputusan
pada umumnya dibuat hanya pada pimpinan puncak organisasi. Jika
organisasi mempunyai tingkat sentralisasi yang rendah (desentralistik),
keputusan-keputusan yang serupa dapat diambil pada tingkatan yang lebih
rendah. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pada organisasi besar
tingkat sentralisasi bisa menjadi lebih rendah dibanding pada organisasi
kecil5.
Organisasi besar mempunyai lebih banyak bagian maupun tingkatan
sehingga jumlah keputusan yang harus diambil juga lebih besar. Jika seluruh
pengambilan keputusan dibebankan kepada pimpinan puncak organisasi
maka pimpinan tersebut tidak akan sanggup untuk menangani seluruhnya
sendirian. Oleh karena itu, terpaksalah sebagian pengambilan keputusan
dipercayakan kepada tingkatan yang lebih rendah. Tetapi, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, organisasi yang besar umumnya lebih formal.
Melalui formalisasi inilah seluruh karyawan diatur agar selalu bertindak
dengan cara yang seragam sehingga walaupun keputusan tidak diambil oleh
pimpinan, dapat diharapkan bahwa bawahan yang berhak melakukan
pengambilan keputusan akan bertindak sesuai dengan cara yang bisa disetujui
oleh organisasi secara keseluruhan.
3. Kompleksitas
Seperti telah dijelaskan sebelumnya (lihat Modul 1), kompleksitas
mencakup kompleksitas vertikal yang menunjukkan jumlah tingkatan dalam
organisasi, dan kompleksitas horizontal yang menunjukkan banyaknya
bagian dalam organisasi. Organisasi besar ternyata menunjukkan tingkat
kompleksitas yang lebih besar daripada organisasi kecil 6. Hal ini terjadi
5
Jerald Hage, Michael Haigen; “Relationship of Centralization to Other Structural
Properties”, Administrative Science Quarterly 12 (1976), hal. 72-91.
6
Robert Dewar, Jerald Hage : “Size, Technology, Complexity, and Structural
Differentiation - Toward a Theoretical Synthesis”, Administrative Science
Quarterly 23 (1978), hal. 111-136.
4.10 Organisasi
karena pada organisasi berukuran besar sering kali diperlukan adanya bagian-
bagian yang mempunyai tugas khusus. Contohnya, pada organisasi berukuran
kecil biasanya masalah perencanaan ditangani sendiri oleh pimpinan
perusahaan. Pada organisasi berukuran besar, perencanaan sering kali harus
dilaksanakan oleh suatu bagian yang khusus karena kompleksnya masalah
yang harus direncanakan. Pada organisasi berukuran kecil belum dirasakan
kebutuhan akan tukang parkir dan satuan pengamanan (Satpam) sementara
pada organisasi besar, di mana jumlah kendaraan karyawan sudah mencapai
jumlah yang lebih banyak, kebutuhan akan kedua posisi tersebut sudah mulai
dirasakan.
Selain itu, organisasi besar juga dapat menambahkan bagian yang khusus
dengan biaya yang relatif lebih rendah karena ongkos yang harus dikeluarkan
dapat ditanggung oleh organisasi yang berukuran lebih besar. Terakhir,
besarnya organisasi sering kali menuntut adanya pembagian menjadi lebih
banyak bagian agar ukuran setiap bagian tersebut masih memungkinkan
untuk tercapainya pengawasan yang efektif. Pimpinan bagian tidak akan
dapat melakukan pengawasan dengan baik jika ukuran bagian tersebut terlalu
besar. Jika kompleksitas horizontal bertambah besar, berarti bahwa terdapat
lebih banyak bagian dalam organisasi. Sering kali setiap bagian tersebut
harus berdiri sendiri dalam melaksanakan kegiatannya sehingga memerlukan
tambahan karyawan dengan keahlian khusus.
Penambahan karyawan tersebut membuat ukuran organisasi menjadi
lebih besar, hal ini menunjukkan adanya hubungan antara kompleksitas
horizontal dengan ukuran organisasi.
Jika jumlah karyawan bertambah, organisasi akan mempunyai
kompleksitas horizontal yang tinggi, yaitu dengan bertambahnya jumlah
bagian yang ada dalam organisasi. Agar jumlah bagian yang harus
dikoordinasikan seseorang pimpinan tidak terlalu besar, diperlukan
penambahan jumlah tingkatan dalam organisasi, yaitu untuk mengurangi
rentang kendali pimpinan tersebut. Pertambahan jumlah tingkatan ini
memperbesar kompleksitas vertikal organisasi. Dengan demikian,
ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kompleksitas vertikal dengan
ukuran organisasi.
4. Rasio Administratif
Dimensi struktur yang paling sering diteliti adalah rasio administratif,
yaitu perbandingan jumlah anggota kelompok pimpinan terhadap jumlah
EKMA4157/MODUL 4 4.11
7
C. Northcote Parkinson: Parkinson’s Law, Ballantine Books, 1964.
8
Jeffrey D. Ford, John W. Slocum Jr.: “Size, Technology, Environment and the
Structure of Organizations, Academy of Management Review, 2 (1977), hal. 561-575.
4.12 Organisasi
9
E.A. Holdaway, E.A. Blowers : “Administrative Ratios and Organization Size - A
Longitudinal Examination”, American Sociological Review 36 (1971), hal. 278-
286.
EKMA4157/MODUL 4 4.13
UKURAN ORGANISASI
MENJADI LEBIH BESAR
MENINGKATNYA
Keterangan:
PERSENTASE STAF MENINGKATNYA
Tanda negatif (-)
OPERASIONAL DAN DESENTRALISASI
menunjukkan
STAF PENUNJANG
hubungan yang
arahnya berlawanan
(-)
(-) RASIO
FORMALISASI
ADMINISTRATIF
MENINGKAT
MENINGKAT
Gambar 4.1.
Hubungan Ukuran Organisasi dengan berbagai Dimensi Birokrasi
11 Hal ini sesungguhnya menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat ukuran pengawasan yang
“pantas”. Pengawasan ini bisa dilakukan melalui peraturan tertulis (formalisasi) dan melalui pengawasan
oleh atasan (rasio administratif). Karena itu jika formalisasi makin tinggi maka rasio administratif akan turun
jika tingkat pengawasan yang diberlakukan tidak berubah.
EKMA4157/MODUL 4 4.15
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
12
William H. Starbuck. “Organizational Growth and Development”, dari James G.
March (ed), Handbook of Organizations, Rand McNally, 1965, hal. 451-522.
EKMA4157/MODUL 4 4.19
3. Faktor Ekonomis
Pertumbuhan organisasi mampu membawa berbagai jenis keuntungan
finansial. Volume produksi yang tinggi menyebabkan ongkos-ongkos akan
berkurang karena skala ekonomi dapat dicapai atau bahkan dilampaui.
Keuntungan bertambah, terutama jika ukuran yang lebih besar mampu
memberikan kekuatan yang lebih tinggi dalam persaingan. Pertumbuhan
melalui integrasi vertikal atau dengan mencaplok organisasi lain, bisa
memberikan kestabilan pada organisasi, umur yang lebih panjang, dan
keuntungan yang lebih besar.
Gambar 4.2.
Tahapan Pertumbuhan Organisasi (Greiner)
15
Reformasi yang akhirnya menghentikan pemerintahan Presiden Suharto
sesungguhnya mencerminkan fenomena sejenis ini. Sifat pemerintahan Suharto yang
sentralistik sesungguhnya menunjukkan keengganan pimpinan pusat untuk berbagi
kekuasaan dengan daerah-daerah.
EKMA4157/MODUL 4 4.23
Titik rawan pada tahapan ini disebut Krisis Pengawasan. Kondisi kritis
ini terjadi karena pimpinan tingkat menengah maupun bawah telah
mendapatkan otonomi yang cukup besar, yang berakibat bahwa organisasi
berkembang ke segala arah tanpa terkendali. Pimpinan organisasi perlu
mengarahkan kembali organisasi ke satu arah tertentu, melalui penggunaan
teknik-teknik koordinasi yang baru untuk menyatukan arah perkembangan
seluruh bagian-bagian organisasi sesuai dengan tujuan organisasi sebagai satu
kesatuan. Koordinasi untuk menuju suatu arah tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan teknik-teknik pengawasan yang selalu berusaha agar semua
bagian berkembang tanpa menyalahi arah yang dikehendaki. 16
16
Otonomi daerah yang terjadi di Indonesia setelah Presiden Suharto “lengser”, juga
menunjukkan fenomena sejenis ini. Mulai dari masa pemerintahan Presiden Megawati
sudah sering muncul keluhan dari pemerintah pusat mengenai otonomi daerah yang
berlebihan yang menyebabkan daerah-daerah sulit dikendalikan.
4.24 Organisasi
1. Periode Bayi
Organisasi baru berdiri, berukuran kecil dan bersifat tidak birokratis.
Organisasi hanya diarahkan oleh seorang pimpinan tunggal, yang juga
menetapkan struktur maupun sistem pengendalian maupun pengawasan.
Usaha organisasi terutama dipusatkan pada kegiatan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, yaitu dengan membuat satu jenis produk ataupun jasa.
2. Periode Remaja
Organisasi mulai bersifat birokratis. terjadi penambahan jumlah staf
penunjang dengan prosedur-prosedur yang bersifat lebih formal, dan adanya
pembagian kerja yang lebih jelas. Pimpinan mulai mendelegasikan sebagian
wewenangnya, dan mengimbanginya dengan penggunaan sistem pengawasan
formal. Organisasi juga mulai mengembangkan produk atau jasa lain yang
sejenis dengan produk atau jasa semula sehingga membentuk satu rangkaian
produk atau jasa sejenis (product line).
3. Periode Dewasa
Organisasi sudah dewasa (matang), berukuran besar, bersifat birokratis,
dan menggunakan sistem pengawasan, sistem pengendalian maupun
prosedur-prosedur kerja yang baku pada semua bagiannya.
Pimpinan organisasi sering kali membentuk berbagai tim, yang bekerja
melangkahi struktur formal untuk mencegah semakin birokratisnya
17
Richard L. Daft : Organization Theory and Design, West Publishing Company,
1983, hal. 141
4.26 Organisasi
organisasi. Pada periode ini para pemimpin organisasi sudah merasa sangat
terganggu oleh birokrasi, dan mereka juga berusaha untuk berpikir dan
bertindak dengan acuan kepentingan organisasi secara keseluruhan. Selain
itu, reputasi organisasi biasanya sudah merupakan permasalahan penting, dan
penemuan-penemuan baru dalam organisasi tidak lagi terjadi karena
kreativitas seseorang yang muncul tidak secara sporadis melainkan karena
ada bagian Penelitian dan Pengembangan yang secara resmi dibentuk untuk
keperluan itu.
Tabel 4.1.
Karakteristik Organisasi menurut Tahapan Pertumbuhan
Tahapan Pertumbuhan
Karakteristik
Bayi Remaja Dewasa
Birokrasi Tidak birokratis Birokratis Sangat birokratis
Struktur 1. Tidak formal Prosedur formal Banyak tim yang
2. Pimpinan tunggal ada pembagian bekerja sama
(one-man show) tugas muncul dalam birokrasi
produk/jasa yang
baru
Produk/Jasa yang Satu jenis produk/ Serangkaian Banyak rangkaian
Dihasilkan jasa produk/jasa produk/jasa
yang sejenis (satu) (banyak lini
lini produk) produksi)
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
C. koordinasi
D. kerja sama/kolaborasi
Kegiatan Belajar 3
A. PERFORMANSI EKONOMIS
18
John Child: Organization, Harper & Row, 1977, Bab 7.
EKMA4157/MODUL 4 4.31
1. Kepuasan Karyawan
Organisasi birokratis sering dikritik karena mempunyai peraturan,
standarisasi, dan spesialisasi yang dianggap berlebihan sehingga dipandang
akan mengurangi spontanitas, menghambat kebebasan, dan menghambat
munculnya kreativitas. Birokrasi dianggap tidak memberikan kesempatan
bagi perkembangan diri pribadi karyawan, memandang karyawan secara
tidak manusiawi sehingga akan menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja,
dan menurunkan prestasi19. Birokrasi juga sering kali dianggap salah karena
menciptakan pekerjaan yang sempit, rutin, dan sederhana (karena adanya
spesialisasi), yang dianggap tidak memberikan tantangan yang cukup besar
sehingga karyawan menjadi tidak kreatif dan tidak bersemangat. Tetapi dari
pihak lain, birokrasi dapat mengurangi ketidakpastian sehingga
menguntungkan bagi karyawan. Semua aspek dalam pekerjaan menjadi jelas
dan pasti, dan karyawan dapat terhindar dari keputusan-keputusan atasan
yang tidak rasional. Spesialisasi dalam birokrasi juga menyebabkan jenis
pekerjaan memungkinkan karyawan menguasai segala aspek dari pekerjaan
tersebut secara baik sehingga bisa menjadi ahli dan mampu berkembang.
2. Perubahan
Birokrasi juga sering dianggap sebagai penghambat untuk mencapai
performansi organisasi yang baik. Perubahan lingkungan yang cepat tidak
dapat diikuti oleh organisasi birokratis karena sifatnya yang kaku,
adaptasinya yang buruk, dan juga responsnya yang lambat20. Pendapat
tersebut juga dibantah oleh sebagian orang yang berpendapat bahwa justru
birokrasilah yang sesuai pada lingkungan yang mengalami perubahan.
Birokrasi dikatakan akan menyebabkan munculnya perilaku yang seragam
dan bisa diduga sebelumnya dalam suatu organisasi. Hal ini memang
mengakibatkan inovasi menjadi agak lambat, tetapi akan menjadikan
19
Chris Argyris; Personality and Organization, Harper, 1956.
20
Victor Thompson; “Bureaucracy and Innovation”, Administrative Science
Quarterly 10 (1965), hal. 1-20.
4.32 Organisasi
3. Manajemen
Organisasi besar yang bersifat birokratis, sering kali sulit untuk dikelola
dengan baik. Tidak ada seorang pun anggota organisasi yang mampu
memahami organisasi secara keseluruhan. Suatu bagian sering kali tidak
mengerti mengenai apa yang terjadi di bagian lainnya. Rumitnya organisasi
juga menyebabkan koordinasi serta pengawasan dari puncak organisasi juga
sulit dilaksanakan dengan baik. Para pimpinan harus mempercayakan kedua
kegiatan ini pada karyawan staf dan penunjang yang masing-masing juga
umumnya hanya mengerti sebagian kecil dari permasalahan keseluruhan
organisasi22. Para pendukung birokrasi menyatakan bahwa rumitnya
organisasi bukanlah hal yang merugikan, tetapi justru merupakan kekuatan
birokrasi. Individu dikatakan memang memiliki kemampuan kognitif yang
terbatas. Oleh karena itu, pembagian kerja malah memungkinkan birokrasi
untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik daripada kemampuan individual
maupun pengetahuan seorang pimpinan saja23. Selain itu, birokrasi dianggap
memiliki kemampuan untuk menjaga keuntungan organisasi, yaitu melalui
pengawasan serta koordinasi yang dilakukan dengan memanfaatkan
peraturan hierarki, serta pembagian kerja.
Tabel 4.2.
Kritik dan Dukungan terhadap Birokrasi
Kritik Dukungan
Kepuasan Karyawan
Aturan birokratis mengurangi Aturan birokratis mengurangi ketidakpastian,
spontanitas dan kebebasan karyawan kelicikan sehingga membuat karyawan
sehingga dapat membatasi munculnya terlindung, Tidak adanya aturan membawa lebih
pikiran-pikiran atau ide yang banyak masalah di banding terlalu banyak
21
Peter M. Blau. The Dynamics of Bureaucracy, University of Chicago Press, 1973.
22
Dwayne S. Elgin, Robert A. Bushiness: “The Limits to Complexity - Are
Bureaucracies Becoming Unmanageable?”. The Futurist, December 1977., 337-
349.
23
James March, Herbert Simon. Organizations. John Wiley & Sons, 1958, Bab I.
EKMA4157/MODUL 4 4.33
Kritik Dukungan
cemerlang aturan.
Spesialisasi membuat pekerjaan Spesialisasi memberikan kesempatan pada
menjadi “sempit” sehingga tidak karyawan untuk memperdalam keahliannya
menantang karyawan untuk bekerja pada satu bidang yang “sempit” sehingga bisa
dengan baik menjadi profesional
Perubahan/Inovasi
Birokrasi membuat organisasi Kekuatan birokrasi adalah pada perilaku dan
menjadi lebih “kaku” sehingga respons yang seragam sehingga organisasi
responsnya lambat dan menghambat menjadi “aman” dan karyawan berani mengambil
munculnya inovasi risiko dan akhirnya memunculkan banyak
inovasi.
Manajemen
Birokrasi membuat organisasi menjadi Kekuatan birokrasi adalah pada kemampuannya
rumit, dan sulit dipahami. untuk melampaui batas-batas kemampuan
individu sehingga mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang terlalu berat bagi
seorang individu.
penghamburan waktu. Organisasi kecil akan lebih efektif jika tidak bersifat
birokratis.
24
Richard H. Hall. Organizations: Structure and Process. Prentice Hall, 1977, hal.
170.
EKMA4157/MODUL 4 4.35
b. Vulnerability
Organisasi tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk
memanfaatkan lingkungannya. Hal ini terjadi karena ukuran organisasi
terlalu kecil atau organisasi belum berdiri cukup mantap sehingga mudah
25
David A. Whetten, “Organizational Decline : A Neglected Topic in Organizational
Science, Academy of Management Review 5 (1980), hal. 577-588.
4.36 Organisasi
c. Kehilangan legitimasi
Organisasi juga bisa kehilangan legitimasinya karena hal-hal berikut.
a. Produk yang dihasilkan oleh organisasi ternyata tidak dihargai
masyarakat.
b. Produk yang dihasilkan oleh organisasi ternyata bertentangan dengan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, misalnya tidak sengaja menjual
biskuit beracun ataupun yang membuat anak-anak sekolah muntah-
muntah.
d. Entropi lingkungan
Kapasitas lingkungan berkurang, lingkungan menjadi miskin sehingga
tidak mampu lagi mendukung keberadaan organisasi. Akibatnya, organisasi
terpaksa mengurangi kegiatannya atau perlu mencoba menemukan ceruk
pasar yang lain agar bisa bertahan hidup.
2. Menanggulangi Kemunduran
Kemunduran merupakan perubahan yang tidak diinginkan oleh
organisasi, tetapi kadang-kadang memang terpaksa dihadapi. Cara paling
baik untuk menghadapi kemunduran ini adalah dengan mencoba membatasi
kerugian, yaitu dengan melakukan penyesuaian diri terhadap kondisi
lingkungan yang dihadapi. Penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan ini
sering kali terpaksa dilakukan dengan mengurangi ukuran organisasi. Karena
itu sering kali terjadi konflik dalam organisasi yang sedang mengalami
kemunduran, yaitu karena perbedaan pendapat yang muncul berkaitan
dengan penetapan pihak yang harus dipotong dari organisasi.
Cara lain untuk menanggulangi kemunduran ini adalah dengan inovasi,
berusaha menemukan cara yang lebih tepat atau lebih efisien dalam
memanfaatkan berbagai jenis sumber yang semakin langka pada lingkungan
yang berubah, misalnya dengan mewajibkan semua karyawan mematikan
lampu penerangan pada lorong dan ruang kantor yang tidak berpenghuni.
EKMA4157/MODUL 4 4.37
LAT IH A N
1) Apa sebabnya dikatakan bahwa organisasi yang terlalu kecil sering kali
tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk bertahan hidup apabila
terjadi perubahan kondisi lingkungan?
2) Apa sebabnya organisasi birokrasi tidak sesuai untuk mengelola tenaga
profesional seperti dosen, dokter, dan pengacara?
3) Apa sebabnya penelitian mengenai kemunduran organisasi tidak banyak
jumlahnya?
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
2) Pembangunan jalan tol sering kali membuat rumah makan yang semula
ramai dikunjungi konsumen menjadi sepi karena lalu-lintas kendaraan di
depan rumah makan menjadi sepi. Gejala ini dinamakan ….
A. atropi organisasi
B. vulnerability
C. entropi lingkungan
D. kehilangan legitimasi
Daftar Pustaka
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press. Page: 1-2
Modul 5
Kompleksitas Organisasi
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Diferensiasi Horizontal
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Diferensiasi Vertikal
Organisasi dengan
anggota 10 karyawan:
diperlukan 2 tingkatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
hierarki
Organisasi dengan
anggota 120 karyawan:
diperlukan 4 tingkatan
hierarki
1 2 …. 6 7 8 …. 12
1 2 …. 10 1 2 …. 10 1 2 …. 10 1 2 …. 10
Gambar 5.1.
Jumlah Tingkat
(Hierarki)
1 1
2 4
Jumlah
3 Karyawan
16 1
4 64 8
5 256 64
6 1024 512
7 4096 4096
Organisasi A Organisasi B
Gambar 5.2.
A. SEBARAN RUANG
B. PENTINGNYA KOMPLEKSITAS
1
Pembahasan mengenai keharusan organisasi untuk tumbuh agar bisa bertahan telah dijelaskan
pada Modul 4.
5.18 Organisasi
karena angka ini pada umumnya mewakili jumlah bagian yang terdapat
dalam suatu organisasi. Tingkat pendidikan para spesialis ini sering kali
diukur melalui rata-rata lama pendidikan yang dibutuhkan untuk menjadi
tenaga spesialis.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Daftar Pustaka
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press. Page: 1-2
Modul 6
Formalisasi
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Definisi Formalisasi
mengurangi alternatif cara yang bisa diikuti dalam pelaksanaan tugas, tetapi
juga membuat karyawan menjadi bebas dari keharusan untuk memikirkan
sendiri cara yang hendak diikuti dalam menyelesaikan tugasnya.
tugas yang berubah-ubah ini secara efektif dan juga efisien tanpa
memerlukan adanya petunjuk dari atasan. Akan tetapi, tenaga kerja seperti ini
biasanya perlu dibayar lebih mahal dari pada karyawan biasa.
Perusahaan bisa berhemat dengan cara mempekerjakan sejumlah
karyawan yang kurang berpengalaman asalkan tenaga kerja tersebut
dilengkapi dengan panduan yang isinya lengkap sehingga karyawan akan
mampu menjawab dan bertindak dengan benar menghadapi seluruh
pertanyaan maupun permasalahan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Ini menjelaskan alasan mengapa organisasi berukuran besar cenderung
memiliki Buku Panduan tugas yang relatif lengkap, bahkan kadang-kadang
tebalnya mencapai ribuan halaman. Organisasi semacam ini mencoba
meningkatkan derajat formalisasi berbagai jabatan agar dapat mencapai
kinerja yang maksimal melalui karyawannya, tetapi tetap mampu menekan
ongkos serendah-rendahnya.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. SELEKSI
B. PERSYARATAN PERAN
D. PELATIHAN (TRAINING)
E. RITUAL (UPACARA)
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Daftar Pustaka
Sentralisasi
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Definisi Sentralisasi
A. OTORITAS
B. RANTAI KOMANDO
Direktur
Utama
Perencanaan &
Pengendalian
Pengawasan
Produksi C
Produksi D
Produksi A
Produksi B
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Mutu
Gambar 7.1.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Perlu dipahami jenis dan sifat hubungan yang terjadi antara sentralisasi
dengan kompleksitas maupun antara sentralisasi dengan formalisasi, seperti
diuraikan berikut ini.
B. PENUTUP
LAT IH A N
1) Organisasi dengan derajat sentralisasi yang rendah selalu lebih baik dari
pada organisasi dengan derajat sentralisasi yang tinggi. Benarkah
pernyataan ini? Jelaskan jawaban Anda!
2) Organisasi dengan derajat sentralisasi yang rendah bisa bertindak lebih
cepat dari pada organisasi dengan derajat sentralisasi yang tinggi.
Benarkah pernyataan ini? Jelaskan jawaban Anda!
3) Apa sebabnya desentralisasi memberikan peluang untuk meningkatkan
kemampuan manajer tingkatan bawah?
1) Tidak selalu. Terdapat jenis keputusan yang lebih baik ditetapkan oleh
pimpinan puncak organisasi karena membutuhkan pemahaman
menyeluruh mengenai situasi organisasi, misalnya dalam hal penggajian
ataupun penilaian prestasi karyawan, dan juga yang berkaitan dengan
keputusan-keputusan strategis.
2) Benar. Organisasi perlu mampu bereaksi secara cepat terhadap
perubahan kondisi, terutama pada fungsi ataupun bagian, di mana
perubahan itu terjadi. Desentralisasi memberikan peluang untuk
bertindak secara cepat karena organisasi tidak perlu memproses
informasi tingkatan hierarki vertikal yang membutuhkan waktu. Reaksi
atau tindakan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan cukup
dilakukan oleh unit atau bagian yang terdekat terhadap perubahan.
3) Desentralisasi memberikan peluang bagi manajer tingkatan bawah untuk
berlatih. Pendelegasian otoritas memberikan kesempatan bagi manajer
tingkat bawah yang pengalamannya masih terbatas untuk berlatih
mengambil keputusan pada bidang-bidang tertentu yang tidak terlalu
kritis sehingga apabila terjadi kesalahan maka dampaknya tidak terlalu
rawan bagi perusahaan. Latihan seperti ini mempersiapkan manajer
tingkat bawah untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar pada saat
mereka mengalami kenaikan posisi dalam organisasi.
EKMA4157/MODUL7 7.23
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
5) Oleh karena perlu disesuaikan secara cepat dengan situasi yang dihadapi,
fungsi berikut biasanya didesentralisasikan dalam sebuah organisasi ....
A. fungsi pemasaran
B. fungsi legal
C. fungsi keuangan
D. fungsi akuntansi
Daftar Pustaka
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press. Hal.: 1-2
Teknologi Organisasi
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PE N DA H UL U AN
1
Charles Perrow, A Framework for the Comparative Analysis of Organizations, American
Sociological Review 32(1967), hal. 194-208.
8.2 Organisasi
Kegiatan Belajar 1
Perusahaan Manufaktur
2
Joan Woodward: Industrial Organization - Theory and Practice, Oxford University Press,
1965.
8.4 Organisasi
Tabel 8.1.
Klasifikasi Jenis Teknologi Produksi
Tabel 8.2.
Hubungan Jenis Teknologi dengan Karakteristik Organisasi
dengan spesialisasi tinggi yang tidak menuntut keahlian yang terlalu tinggi.
Pada jenis teknologi 3, proses dilakukan oleh mesin atau peralatan otomatis
tanpa campur tangan pekerja. Tingginya teknologi yang digunakan menuntut
adanya karyawan dengan keterampilan tinggi walaupun tugasnya hanya
mengontrol proses yang berjalan sendiri. Pada jenis teknologi ini, rumitnya
peralatan menyebabkan pengontrolan juga memerlukan keterampilan yang
lebih tinggi.
3
William I. Zwerman. New Perspectives on Organizational Theory, Greenwood Publishing Co,
1978.
8.8 Organisasi
4
Edward Harvey, “Technology and the Structure of Organizations”, American Sociological
Review 33 (1968), hal. 241-259.
EKMA4157/MODUL 8 8.9
L AT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Perusahaan Non-Manufaktur
TEKNOLOGI PERANTARA
TEKNOLOGI RANGKAIAN
ORGANISASI
klien
TEKNOLOGI INTENSIF
ORGANISASI
klien
Gambar 5.1.
Klasifikasi Teknologi Organisasi Non-manufaktur (menurut Thompson)
A. PENELITIAN ASTON
6
David Hickson, Derek Pugh, Diana Pheysey, “Operations Technology and Organization
Structure - An Empirical Reappraisal”, Administrative Science Quarterly 14 (1969), hal 378-
397; jo. Derek Pugh, David Hickson, C. Turner, “The Context of Organization Structure”,
Administrative Science Quarterly 14 (1969), hal. 91-114
EKMA4157/MODUL 8 8.15
Tabel 5.3.
Nilai Integrasi Aliran Kegiatan Berbagai Jenis Organisasi
Angka Integrasi
Jenis Organisasi M/N
Aliran Kegiatan
1. Industri Kendaraan Bermotor M 17
2. Industri Makanan M 16
3. Industri Kemasan (Packaging) M 15
4. Industri Barang-barang Logam M 14
5. Industri Ban M 13
6. Industri Kendaraan Komersial M 13
7. Industri Komponen Logam M 12
8. Perusahaan Percetakan M 11
9. Industri Abrasif (Ampelas, Gerinda) M 11
10. Perusahaan Air Minum Lokal N 10
11. Industri Logam Non-Ferro N 9
12. Industri Mainan (M) N 8
13. Departemen Pekerjaan Umum (Lokal) N 7
14. Perusahaan Asuransi (N) N 6
15. Bagian Penelitian dan Pengembangan N 5
16. Bank N 4
17. Super Market N 2
7
Charles Perrow : op.cit.
8.18 Organisasi
salesman pengacara
Gambar 5.2.
Kerangka Klasifikasi Teknologi (Perrow)
3. Teknologi craft
Ciri pekerjaan yang termasuk teknologi craft adalah adanya aliran
kegiatan yang relatif stabil, tetapi dengan proses yang tidak terlalu
dimengerti. Oleh karena itu, pekerjaan jenis ini menuntut pengalaman
yang tinggi serta latihan yang cukup luas, agar para karyawan dapat
menghadapi permasalahan (yang umumnya tidak cukup jelas) dengan
bijaksana berdasarkan intuisi maupun pengalamannya.
4. Teknologi engineering
Pekerjaan yang termasuk jenis teknologi engineering umumnya cukup
rumit karena variasi tugas yang cukup tinggi pada teknologi jenis ini.
Tetapi kegiatan-kegiatan yang rumit tersebut umumnya ditangani dengan
formula, prosedur, maupun teknik yang sudah baku. Permasalahan
umumnya diselesaikan dengan menggunakan sejumlah pengetahuan
yang telah cukup mapan sebagai acuan.
tersebut. Hubungan tersebut tampak lebih jelas jika dilihat berdasarkan rutin
atau tidaknya teknologi organisasi, yaitu sebagai berikut 8.
1. Organisasi organik dan mekanistik
Hubungan yang paling erat terjadi antara teknologi dengan sifat organik
ataupun mekanistik suatu organisasi. Organisasi dengan teknologi rutin
sering kali bersifat mekanistik, sedangkan organisasi dengan teknologi
tidak rutin kebanyakan bersifat organik. Peraturan-peraturan yang ketat,
yang biasanya dijalankan dengan sentralisasi yang tinggi, biasanya
digunakan pada organisasi dengan teknologi yang rutin. Sedangkan
organisasi dengan teknologi tidak rutin memerlukan bentuk yang
fleksibel, yang bersifat organik. Perbedaan ini mudah terlihat dan dapat
diamati hanya dengan memperhatikan organisasi secara sederhana.
Selain itu, suasana, cara berpakaian, kebiasaan-kebiasaan dalam bekerja,
seluruhnya bisa dilihat mempunyai hubungan dengan jenis teknologi
suatu organisasi.
2. Kualifikasi karyawan
Pada organisasi yang bersifat rutin, umumnya tidak diperlukan karyawan
dengan pendidikan maupun pengalaman yang terlalu tinggi. Hal ini
sesuai dengan sifat pekerjaan yang rutin, di mana pekerjaan dilakukan
secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Pada bagian, di mana
terdapat kegiatan-kegiatan yang bervariasi, diperlukan karyawan dengan
kualifikasi yang lebih tinggi. Latihan untuk karyawan yang menangani
teknologi craft umumnya lebih mudah dilakukan lewat pengalaman
langsung di tempat bekerja karena pada jenis teknologi ini sulit untuk
diuraikan maupun dianalisis. Sementara itu, kegiatan non-rutin pada
umumnya membutuhkan karyawan dengan pendidikan serta latihan yang
lebih tinggi.
3. Struktur formal
Teknologi rutin umumnya menuntut adanya standardisasi yang ekstensif,
pembagian pekerjaan menjadi tugas-tugas berukuran kecil yang
sederhana, dan formalisasi. Untuk pekerjaan yang tidak terlalu rutin,
struktur menjadi kurang formal, dengan standardisasi yang rendah. Jika
variasi tugas cukup tinggi maka akan banyak kegiatan dalam organisasi
yang tidak tercakup dalam aturan-aturan yang resmi.
8
Berbagai hubungan yang dijelaskan berkaitan dengan pembahasan yang telah diberikan pada
Bab 5, 6, dan 7
EKMA4157/MODUL 8 8.21
4. Rentang kendali
Rentang kendali diartikan sebagai jumlah karyawan yang dipimpin oleh
seorang mandor ataupun oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi.
Rentang kendali besarnya dipengaruhi oleh rumitnya kegiatan dan juga
tingkat profesionalisme karyawan dalam organisasi. Jika pekerjaan lebih
rumit dan kegiatan yang dilakukan bersifat tidak rutin, biasanya
organisasi akan menghadapi lebih banyak masalah, di mana mandor
ataupun atasan lainnya terpaksa melibatkan diri untuk membantu
bawahan dalam menyelesaikannya. Oleh karena itu, rentang kendali
harus lebih kecil, agar atasan dan para bawahannya bisa lebih sering
berinteraksi. Sementara para karyawan profesional umumnya tidak
memerlukan pengawasan yang ketat karena mereka telah memiliki
ataupun memenuhi standar profesi dalam melaksanakan pekerjaannya
sehingga dapat diorganisasikan dengan rentang kendali yang lebih besar.
Dengan demikian, tampak bahwa tugas non-rutin serta profesionalisme
karyawan mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap rentang
kendali. Rentang kendali umumnya menjadi lebih kecil jika pekerjaan
lebih tidak rutin, dan akan menjadi lebih besar untuk bagian-bagian
dengan tugas yang rutin.
5. Desentralisasi, kewenangan, dan kebebasan mengambil keputusan
Pada teknologi rutin, bawahan umumnya tidak mempunyai kewenangan
maupun kebebasan untuk mengambil keputusan karena adanya
sentralisasi yang tinggi dalam organisasi. Pada teknologi engineering,
karyawan yang telah mempunyai keahlian teknis mempunyai
kewenangan serta kebebasan mengambil keputusan yang agak besar
karena pengetahuan maupun keahlian teknis sangat penting untuk
menyelesaikan tugas dengan baik. Karyawan produksi yang
berpengalaman mempunyai kewenangan yang tinggi dalam teknologi
craft. Desentralisasi kekuasaan paling terasa pada teknologi non-rutin
karena banyak pengambilan keputusan yang terpaksa dipercayakan
kepada para bawahan.
6. Komunikasi
Frekuensi maupun intensitas komunikasi akan meningkat jika variasi
tugas bertambah tinggi karena jenis teknologi ini umumnya
menyebabkan pekerjaan mempunyai banyak permasalahan dan menuntut
adanya pertukaran informasi secara lebih intensif untuk
menyelesaikannya. Ditinjau dari arah komunikasi, teknologi non-rutin
8.22 Organisasi
Tabel 5.3.
Hubungan Jenis Teknologi dengan Karakteristik Struktur dan Manajemen
pada Suatu Bagian Organisasi
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
Imperatif Teknologi
9
John Child, “Organization Structure and Strategies of Control - A Replication of the Aston
Study”. Administrative Science Quarterly 17, 1972, hal. 163-177.
10
Pradip Khandwalla, “Mass Output Orientation of Operations Technology and Organization
Structure in Manufacturing”, Administrative Science Quarterly 19 (1974), hal. 74-97.
8.28 Organisasi
A. SALING-KETERGANTUNGAN KEGIATAN
11 Peter M. Blau, C.M. Flabe, W. McKinley, P.K. Tracy, “Technology and Organization in Manufacturing”,
Administrative Science Quarterly 21 (1976), hal. 20-40.
12 James Thompson : op cit.
EKMA4157/MODUL 8 8.29
4 SALINGKETERGANTUNGAN
MENGUMPUL
(POOLED INTERDEPENDENCE)
Output unit 1,2, dan 3 bersama-
sama menjadi input bagi unit lain
1 2 3 (unit ke 4)
SALINGKETERGANTUNGAN
BERURUTAN (SEQUENTIAL
1 2 3 INTERDEPENDENCE)
Output unit 1menjadi input bagi
unit 2, ouput unit 2 menjadi input
bagi unit 3, dan seterusnya.
SALINGKETERGANTUNGAN
BOLAK-BALIK (RECIPROCAL
INTERDEPENDENCE)
1 2 3 Output unit 1 bisa menjadi input
bagi unit 3, ouput unit 3 bisa
dikembalikan menjadi input bagi
unit 1
Gambar 5.3.
Tiga Jenis Saling Ketergantungan Thompson
Tabel 5.4.
Pengaruh Jenis Saling Ketergantungan terhadap Koordinasi
Tuntutan
Jenis Saling- Koordinasi Prioritas dalam
Jenis Koordinasi
Ketergantungan dan Pengambilan Pengelompokan
Keputusan
MENGUMPUL Rendah Standardisasi Rendah
Rencana
BERURUTAN Sedang Sedang
Penyesuaian
Bersama
BOLAK-BALIK Tinggi Tinggi
(Antarbagian/Unit)
(lihat kolom terakhir pada Tabel 5.4). Dengan cara pengelompokan yang
memperhatikan jenis saling-ketergantungan seperti ini, saluran komunikasi
dapat dibuat menjadi lebih pendek sehingga koordinasi bisa dilakukan secara
mudah dan lebih cepat.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh jenis
saling-ketergantungan terhadap cara koordinasi yang digunakan pada kantor
penempatan tenaga kerja di Amerika.13 Penelitian ini memperlihatkan
adanya hubungan antara jenis saling-ketergantungan dengan teknik
koordinasi yang digunakan, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.4. berikut ini.
Saling-ketergantungan yang rendah umumnya dikoordinasikan dengan
peraturan atau rencana, sedangkan saling-ketergantungan yang tinggi
menggunakan pertemuan tatap-muka ataupun berbagai bentuk penyesuaian
bersama lainnya.
JENIS SALING-
TEKNIK KOORDINASI YANG DIGUNAKAN
KETERGANTUNGAN
Pertemuan yang tidak
dijadwalkan sebelumnya Penyesuaian
BOLAK-BALIK Bersama
Komunikasi Horizontal
Pertemuan yang
dijadwalkan sebelumnya
BERURUTAN Perencanaan
Komunikasi Vertikal
Rencana
MENGUMPUL Perencanaan
Peraturan
Gambar 5.4.
Hubungan antara Jenis Saling Ketergantungan dengan
Teknik Koordinasi yang Digunakan
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Daftar Pustaka
1
Tosi, Henry L. (1975). Theories of Organization. St. Clair Press. Page 1-2
Struktur Organisasi
Dr. Ir. S.B. Hari Lubis
PEN D A HU L UA N
1
Bab ini ditulis dengan banyak mengacu pada Daft, Richard L. : Organization Theory and
Design, St. Paul – Minnesota, West Publishing Company, 1983, bab 5 dan 6 dan Stephen
Robbins bab 8 mengenai teknologi organisasi dan struktur organisasi
2
Sifat aliran atau proses kegiatan internal ini merupakan bagian dari pembahasan mengenai
Teknologi Organisasi
9.2 Organisasi
Kegiatan Belajar 1
3
John Child : op cit, hal : 10.
EKMA4157/MODUL 9 9.3
Pimpinan
Pemasaran
Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian
Umum Pemasaran Produksi Keuangan Personalia
Gambar 9.1.
Skema Organisasi Suatu Perusahaan
1. Hubungan Pelaporan
Hubungan pelaporan dinyatakan sebagai garis vertikal pada skema
organisasi. Garis vertikal ini menunjukkan kepada siapa suatu jabatan atau
seorang individu harus melapor (dari bawah ke atas) dan juga
menggambarkan lingkup tanggung jawab setiap pejabat dalam organisasi.
lingkup tugas serta tanggung jawab setiap jabatan. Selain itu, alokasi tugas
dan tanggung jawab ini dapat dibuat secara terperinci dengan menggunakan
deskripsi jabatan (daftar dari tugas dan tanggung jawab setiap jabatan dalam
organisasi).
C. HUBUNGAN VERTIKAL
a. Hierarki
Hierarki merupakan alat yang paling pertama untuk mengadakan
hubungan vertikal dan juga paling rendah kapasitasnya. Hubungan vertikal
ini dilakukan melalui saluran hubungan perintah maupun pelaporan yang
telah dirancang secara resmi antara tingkatan hierarki, mulai dari puncak
organisasi hingga bagian paling bawah. Jika suatu permasalahan tidak dapat
diselesaikan pada tingkat hierarki tertentu maka penyelesaian permasalahan
itu diserahkan kepada tingkat hierarki yang lebih tinggi.
Tinggi
TINGKAT KOORDINASI VERTIKAL YANG DIBUTUHKAN
Penambahan
Tingkat (Posisi)
pada Hirarki
Rencana dan
Jadwal
Peraturan
dan Prosedur
Hirarki
Rendah
Rendah Tinggi
KAPASITAS ALAT HUBUNGAN VERTIKAL
Gambar 9.2.
Alat untuk Melakukan Hubungan Vertikal
4
Daft, Richard L., op cit, hal. 208-210
EKMA4157/MODUL 9 9.7
Jika permasalahan telah diselesaikan pada tingkat yang lebih tinggi maka
jawabannya, kemudian disalurkan kembali ke tingkat yang lebih rendah, di
mana permasalahan tersebut terjadi. Oleh karena itu, dari sudut pandang
hubungan vertikal dengan menggunakan hierarki, garis-garis vertikal yang
digambarkan pada skema organisasi dapat dianggap sebagai saluran
komunikasi. Melalui saluran komunikasi inilah informasi dialirkan pada
berbagai tingkatan dalam organisasi sehingga terjadi hubungan vertikal
antara keseluruhan tingkat tersebut. Penggunaan hierarki sebagai alat
hubungan vertikal terutama terjadi pada organisasi baru yang berukuran
kecil. Jika terjadi permasalahan, para karyawan dapat langsung meminta
pimpinan untuk membantu menyelesaikan. Jika organisasi menjadi lebih
besar dan makin kompleks, permasalahan menjadi lebih banyak sehingga
tidak mungkin lagi keseluruhan persoalan ditangani oleh seorang pemimpin
saja. Oleh karena itu, diperlukan alat hubungan vertikal dengan kapasitas
yang lebih besar.
aspek waktu, akan mengurangi aliran informasi dalam organisasi. Salah satu
bentuk rencana yang paling sering digunakan dalam organisasi adalah
anggaran (budget).
Kelima jenis alat hubungan vertikal ini merupakan alternatif yang dapat
dipilih dalam rancangan struktur organisasi. Setelah tugas dan tanggung
jawab dari setiap posisi ataupun bagian organisasi telah ditetapkan, perlu
ditentukan alat hubungan vertikal yang akan digunakan, sesuai dengan
karakteristik hubungan yang diperlukan.
EKMA4157/MODUL 9 9.9
D. HUBUNGAN HORIZONTAL
5
Daft, Richard L.: op cit, hal. : 213-214
9.10 Organisasi
dari pada produk para pesaing. Oleh karena itu, diperlukan hubungan
(koordinasi) horizontal antara bagian Penelitian dan Pengembangan
(Litbang), yaitu bagian yang bertugas menciptakan produk baru, dengan
Bagian Produksi dan Pemasaran. Hubungan dengan Bagian Pemasaran
diperlukan agar Bagian Litbang selalu dapat memperoleh informasi mengenai
jenis kalkulator yang telah dipasarkan oleh para pesaing dan juga sifat-sifat
produk yang dibutuhkan konsumen. Hubungan dengan Bagian Produksi
memberikan informasi mengenai kemampuan produksi yang dimiliki
perusahaan agar Bagian Litbang tidak mengeluarkan rancangan produk yang
akhirnya tidak dapat dibuat sendiri.
Pada perusahaan yang membuat kotak karton, isu yang dominan adalah
kemampuan menyelesaikan pesanan secara cepat dengan harga yang pantas,
sementara inovasi untuk menciptakan produk baru jarang sekali dibutuhkan
karena teknologi karton rupanya jarang berubah. Persaingan dalam industri
karton ternyata lebih diwarnai oleh kemampuan menyediakan barang murah
dan dalam waktu yang lebih singkat. Oleh karena itu, koordinasi horizontal
yang diperlukan hanyalah antara Bagian Pemasaran dan Bagian Produksi.
Pada Gambar 9.3 ditunjukkan bahwa kedua bagian ini perlu
dihubungkan secara erat agar jadwal pengiriman pesanan yang dijanjikan
oleh Bagian Pemasaran kepada konsumen sesuai dengan kemampuan Bagian
Produksi untuk menyelesaikan pesanan tersebut. Bagian Litbang tidak terlalu
berperan, dan hanya terasa perannya jika suatu saat diperlukan adanya
perubahan pada proses produksi.
Pimpinan Pimpinan
Gambar 9.3.
Perbedaan Corak Hubungan Horizontal pada Industri
Elektronik dan Industri Karton
EKMA4157/MODUL 9 9.11
Integrator
TINGKAT KOORDINASI HORIZONTAL YANG DIBUTUHKAN
Tinggi
Permanen
Tim
Satuan Tugas
(Task Force)
Penghubung
(Liaison)
Kontak
langsung
Dokumen
tertulis
Rendah
Rendah Tinggi
KAPASITAS ALAT HUBUNGAN HORIZONTAL
Gambar 9.4.
Alat untuk Melakukan Hubungan Horizontal
a. Dokumen tertulis
Pertukaran dokumen tertulis, seperti laporan, memo, merupakan alat
hubungan horizontal yang paling sederhana. Pertukaran dokumen tertulis
mengenai suatu permasalahan ataupun mengenai suatu keputusan dapat
dilakukan antar-beberapa bagian dalam suatu organisasi. Pertukaran
dokumen tertulis hanya dapat memberikan koordinasi yang tingkatnya rendah
sehingga tidak dapat digunakan untuk melakukan koordinasi untuk
pengambilan keputusan bersama antara beberapa bagian maupun untuk
9.12 Organisasi
b. Kontak langsung
Kontak langsung antara pimpinan bagian-bagian yang terlibat dalam
suatu permasalahan merupakan alat hubungan horizontal yang tingkatannya
lebih tinggi dari pada penggunaan dokumen tertulis. Kontak langsung ini
dapat mempunyai kelemahan karena hubungan antarbagian terjadi melalui
para pimpinannya, yang mungkin tidak menguasai permasalahan secara
terperinci. Jika kontak langsung ini dilakukan oleh para bawahan yang
menguasai permasalahan, juga dapat terjadi kelemahan karena para bawahan
ini tidak memahami permasalahan organisasi secara keseluruhan. Akibatnya,
pemecahan masalah dapat bersifat parsial, hanya memperhatikan kepentingan
bagian-bagian yang terlibat tanpa mempertimbangkan peran permasalahan itu
bagi organisasi secara keseluruhan.
c. Penghubung
Penghubung (liaison) adalah seseorang yang berada pada suatu bagian
organisasi dengan tugas yang khusus, yaitu melaksanakan komunikasi atau
koordinasi dengan bagian lain mengenai kegiatan-kegiatan yang menyangkut
kedua bagian. Peran penghubung ini biasanya hanya digunakan untuk
mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan kegiatan antara 2 bagian
organisasi saja.
e. Tim
Tim merupakan satuan tugas yang bersifat permanen, yang digunakan
jika koordinasi antara bagian diperlukan secara terus-menerus, bukan hanya
untuk sementara. Selain itu, Tim juga dapat dibentuk secara khusus untuk
menangani suatu kegiatan (proyek) tertentu yang cukup rumit
pelaksanaannya dan memerlukan koordinasi ketat secara terus-menerus
antarbagian-bagian yang terlibat. Oleh karena permasalahan maupun
pengkoordinasian cukup rumit, wakil-wakil bagian dijadikan anggota
permanen dari Tim.
f. Integrator permanen
Integrator Permanen merupakan alat hubungan horizontal paling kuat.
Integrator Permanen dapat berupa suatu jabatan ataupun bagian, yang secara
khusus bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan beberapa bagian
organisasi, dan Integrator Permanen tersebut terletak di luar bagian-bagian
yang dikoordinasikan tersebut.
Peran sebagai integrator menuntut keterampilan khusus karena harus
bekerja dengan tanggung jawab yang besar, tetapi dengan menggunakan
persuasi dan keahlian untuk mempersatukan. Integrator merupakan
penghubung antarbagian organisasi sehingga untuk menjalankannya perlu
kemampuan mempersatukan orang, menumbuhkan rasa percaya dari bagian-
bagian organisasi terhadap integrator, mampu memecahkan masalah, dan
dapat menyelesaikan pertentangan antarbagian sesuai dengan kepentingan
organisasi secara keseluruhan6. Integrator berusaha sekuat tenaga untuk
menciptakan koordinasi dalam organisasi, tetapi tanpa mengganggu
wewenang bagian-bagian yang dikoordinasikan.
Pemilihan jenis alat koordinasi horizontal yang hendak digunakan perlu
disesuaikan dengan tingkat koordinasi yang dibutuhkan, sesuai dengan
sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi, dan juga sesuai dengan tingkat
ketergantungan antarbagian. Jika koordinasi horizontal kurang, kegiatan
bagian-bagian menjadi tidak sinkron satu dengan lainnya sehingga tujuan
organisasi secara keseluruhan sulit tercapai.
6
Paul R. Lawrence, Jay W. Lorsch, New Managerial Job : The Integrator, Harvard Business
Review (Nov-Dec 1967), hal.142-151
9.14 Organisasi
LAT IH A N
1) Apa sebabnya sebuah organisasi yang berukuran besar dan berada dalam
sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian akan membutuhkan alat
hubungan vertikal dengan kapasitas dan kualitas yang lebih baik?
2) Apa sebabnya jenis sasaran berpengaruh terhadap corak hubungan
horizontal dalam organisasi?
3) Bagaimana pendapat Anda jika ada sebuah organisasi ukuran besar yang
dalam melaksanakan kegiatan rutinnya sering sekali membentuk satgas?
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
7 Frederick Winslow Taylor : The Principles of Scientific Management, Harper & Brother Publishers, 1919.
8 Henri Fayol : Industrial and General Administration, Dunod, 1925.
Struktur Organisasi Fungsional 9.20
Pimpinan
Perusahaan
Organisasi terbagi menurut fungsi-fungsinya (Struktur Fungsional), empat fungsi Organisasi (Litbang, Produksi, Keuangan, dan
Pemasaran) bekerja sama membuat dan menjual tiga jenis produk (produk A, B, dan C). Bentuk ini kemudian diubah menjadi:
Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag.
Litbang Produksi Keuangan Pemasaran Litbang Produksi Keuangan Pemasaran Litbang Produksi Keuangan Pemasaran
Organisasi terbagi menurut jenis produknya (Struktur Produk), setiap bagian (Divisi) hanya membuat satu jenis produk, tetapi
mempunyai keempat fungsi (Litbang, Produksi, Keuangan, dan Pemasaran) secara lengkap.
Gambar 9.5.
Struktur Organisasi Fungsional dan Struktur Menurut Produk
Organisasi
EKMA4157/MODUL 9 9.21
A. STRUKTUR FUNGSIONAL
Tabel 9.1.
Karakteristik Struktur Organisasi Fungsional
Aspek Karakteristik
1. Ketidakpastian Rendah sampai dengan sedang
Lingkungan
Lingkungan
2. Masalah / Isu Utama Spesialisasi teknis, efisiensi, dan
perbaikan mutu
1. Sasaran Bagian Cenderung hanya memperhatikan
sasaran Bagian sendiri
2. Perencanaan dan Didasarkan pada efisiensi ongkos,
Anggaran penggunaan laporan keuangan, statistik,
rencana anggaran, dan lain-lain.
Sistem internal
3. Pihak paling berpengaruh Pimpinan Fungsi
(dominan)
4. Promosi Karyawan Mempertimbangkan keahlian fungsional
5. Informasi Hubungan Vertikal, Peraturan, dan
Prosedur
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Paling sesuai untuk lingkungan yang stabil. 1. Respons organisasi terhadap
2. Dapat mencapai efisiensi ekonomis pada perubahan kondisi lingkungan yang
masing-masing bagian. agak lambat.
3. Merangsang berkembangnya keterampilan 2. Pengambilan keputusan menumpuk
yang bersifat fungsional. pada puncak organisasi sehingga
4. Mampu mencapai sasaran bagian (sasaran beban pimpinan puncak menjadi
fungsi). terlalu berat.
5. Sesuai untuk organisasi berukuran Kecil 3. Koordinasi antarbagian/fungsi tidak
sampai sedang. terlalu baik.
6. Baik bagi organisasi yang menghasilkan 4. Inovasi terbatas.
satu atau sejumlah kecil jenis produk. 5. Pandangan terhadap sasaran
organisasi agak terbatas, anggota
organisasi cenderung hanya
memperhatikan sasaran bagiannya
sendiri.
B. STRUKTUR PRODUK
Seperti telah dijelaskan dengan Gambar 9.5, struktur produk terdiri dari
bagian-bagian yang masing-masing merupakan unit organisasi yang lengkap
memiliki seluruh fungsi yang diperlukan. Pada gambar tersebut diperlihatkan
suatu struktur produk, di mana pengelompokan dilakukan menurut jenis
EKMA4157/MODUL 9 9.23
a. Struktur geografis
Organisasi atau perusahaan besar yang beroperasi pada suatu daerah
yang cukup luas sering kali tidak dapat mengkoordinasikan kegiatannya
secara baik jika hanya dilakukan dari pusat perusahaan saja. Kesulitan
mungkin muncul karena setiap daerah mempunyai karakteristik khas, dengan
selera konsumen, kebutuhan, dan fasilitas yang juga berbeda.
Oleh karena itu, kegiatan organisasi sering dibagi menurut daerahnya,
yang disebut sebagai struktur geografis. Setiap unit organisasi yang
menangani suatu daerah tertentu memiliki seluruh fungsi yang diperlukan
secara lengkap, seperti sifat dari struktur produk.
Aspek Karakteristik
LINGKUNG- Ketidakpastian Lingkungan Sedang sampai dengan Tinggi
AN 1. Masalah/Isu Utama Melayani suatu segmen pasar, kepuasan
konsumen, kegiatan-kegiatan yang
terkoordinasikan menurut suatu jenis
output/produk
2. Sasaran Bagian Cenderung memperhatikan satu produk
ataupun satu lini-produk (product line)
3. Perencanaan dan Anggaran Didasarkan pada pemasukan dan
pengeluaran suatu bagian (profit center)
4. Pihak paling berpengaruh Pimpinan Bagian
SISTEM
(dominan)
INTERNAL
5. Promosi Karyawan Didasarkan pada keahlian dalam
mengintegrasikan kegiatan dan keahlian
manajemen.
6. Informasi Menggunakan hubungan Vertikal maupun
Horizontal
EKMA4157/MODUL 9 9.25
Aspek Karakteristik
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Paling sesuai untuk lingkungan tidak stabil 1. Tidak mampu mencapai efisiensi
dengan perubahan yang cepat ekonomis
2. Penanggung jawab produk jelas sehingga 2. Koordinasi antarproduk sulit
konsumen dapat merasa puas 3. Keahlian teknis hilang karena tidak
3. Koordinasi antarfungsi menjadi baik ada spesialisasi fungsional
4. Bagian-bagian dapat beradaptasi dengan 4. Integrasi ataupun standardisasi
baik terhadap tuntutan dari luar antarproduk sulit tercapai
5. Sesuai untuk organisasi berukuran Besar
6. Baik bagi organisasi yang menghasilkan
banyak jenis produk.
Pimpinan
Struktur
Fungsional
Bagian Bagian Bagian Bagian
Administrasi Keuangan Personalia Litbang
Divisi Divisi
Produk 1 Produk 2
Struktur
Produk
Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian
Pembelian Produksi Pemasaran Pembelian Produksi Pemasaran
Gambar 9.6.
Struktur Organisasi Campuran (Hibrid)
9.26 Organisasi
C. STRUKTUR MATRIKS
PIMPINAN
pimpinan produk pimpinan fungsional
ORGANISASI
PRODUK 1
aliran
bawahan
horizontal
PRODUK 2 wewenang
dan
tanggung
jawab
PRODUK 3 menurut
produk
aliran vertikal wewenang dan tanggung jawab fungsional
Gambar 9.7.
Aliran Wewenang dan Tanggung Jawab secara Vertikal dan Horizontal pada
Struktur Matriks
Pimpinan Rektor
Puncak Perguruan Tinggi
Direktur Direktur
Lembaga Pendidikan
Pengabdian S3
Masyarakat
Direktur Direktur
Lembaga Pendidikan
Penelitian S2
Direktur Direktur
Lembaga Pendidikan
Konsultasi S1
Pimpinan
Matriks
Pimpinan Dekan
Dua Atasan Fakultas Teknik
Tenaga Non-
Dosen Laboratorium Perpustakaan
Edukatif
Gambar 9.8.
Struktur Organisasi Matriks pada Perguruan Tinggi
9
Contohnya, lihat prinsip-prinsip birokrasi menurut Weber pada Bab IV. Birokrasi Organisasi
9.30 Organisasi
atasan
bawahan
Gambar 9.9.
Bentuk Matriks Hanya Ada di Puncak Organisasi
10
Banyak Perguruan Tinggi atau Lembaga Penelitian mencoba menggunakan struktur matriks,
tetapi sering kali dengan bentuk yang keliru, dimana seluruh bawahan harus memiliki lebih dari
satu atasan.
EKMA4157/MODUL 9 9.31
Tabel 9.3.
Karakteristik Struktur Organisasi Matriks
Aspek Karakteristik
1. Ketidakpastian Tinggi
Lingkungan
LINGKUNGAN
2. Masalah/Isu Utama Bersifat “ganda”, seperti: lokasi-fungsi,
produk-fungsi, mutu-efisiensi
1. Sasaran Bagian Produk dan Fungsi
2. Perencanaan dan Bersifat “ganda”, menurut fungsi dan
Anggaran menurut produk
3. Pihak yang paling Bersama, pimpinan fungsi dan
SISTEM berpengaruh (dominan) pimpinan produk
INTERNAL 4. Promosi Karyawan Didasarkan pada keahlian menurut
fungsi maupun kemampuan integrasi
menurut produk.
5. Informasi Kontak langsung, antara para pejabat
matriks
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Mampu mencapai tingkat koordinasi yang 1. Adanya wewenang yang bersifat
diperlukan untuk menjawab tuntutan “ganda” “ganda” menyebabkan munculnya
dari lingkungan kebingungan dan frustasi
2. Dapat memanfaatkan karyawan secara 2. Karyawan perlu dilatih agar
fleksibel menurut jenis produk ataupun jenis mempunyai keterampilan yang
kegiatan memadai untuk berhubungan
3. Sesuai untuk pengambilan keputusan yang dengan karyawan lainnya dalam
sifatnya rumit serta untuk lingkungan yang matriks
tidak stabil dengan frekuensi perubahan yang 3. Menghabiskan banyak waktu
tinggi untuk pertemuan koordinatif
4. Memberikan kesempatan yang sama untuk dalam menyelesaikan masalah
pengembangan keterampilan fungsional 4. Hanya dapat berjalan lancar jika
maupun keterampilan integrasi menurut karyawan mengerti sifat struktur
produk matriks, menganut hubungan
5. Sangat sesuai untuk organisasi ukuran kolegial bukan hubungan vertikal
sedang dengan beberapa (tidak terlalu 5. Memerlukan adanya tuntutan
banyak) jenis produk “ganda” (dari lingkungannya) agar
keseimbangan dalam organisasi
tetap terpelihara.
LAT IH A N
1) Apa sebabnya organisasi yang baru tumbuh sering kali lebih sesuai
menggunakan struktur fungsional?
2) Apa sebabnya organisasi besar sering kali lebih sesuai menggunakan
struktur menurut produk?
3) Apa sebabnya struktur fungsional dan struktur menurut disebut bentuk
dasar organisasi?
11
Artikel “Mitos Organisasi Matriks” mencoba menjelaskan bahwa organisasi sejenis ini tidak
selalu merupakan solusi yang tepat pada seluruh jenis situasi yang dihadapi.
EKMA4157/MODUL 9 9.35
2) Organisasi yang sudah tumbuh menjadi besar sering kali menjadi sulit
dikoordinasikan karena memiliki jumlah anggota yang lebih besar juga.
Tetapi, perusahaan besar misalnya, biasanya sudah tidak perlu lagi
terlalu berhemat karena sudah tidak banyak melakukan investasi,
sementara keuntungan juga sudah mulai bisa dipetik. Struktur menurut
produk memiliki sifat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi besar,
yaitu memiliki koordinasi yang baik walaupun tingkat efisiensinya
rendah.
3) Kedua jenis struktur organisasi ini memiliki sifat-sifat ekstrem dan
sifatnya saling bertolak-belakang sehingga disebut bentuk dasar
organisasi. Bentuk organisasi lainnya merupakan penggabungan ataupun
modifikasi dan kedua bentuk dasar ini.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
12Pada Organisasi yang tumbuh, perubahan dari Struktur Fungsi menjadi Struktur Produk biasanya
mempunyai kecenderungan bolak-balik (zig-zag), artikel “Organisasi Zigzag” memberikan contoh
fenomena sejenis ini.
EKMA4157/MODUL 9 9.39
seimbang. Integrasi dari wewenang ganda ini dipegang oleh Pimpinan Dua
Atasan, seperti yang telah diperlihatkan pada Gambar 9.7.
Kebutuhan Kebutuhan
akan akan
Efisiensi Koordinasi
Gambar 9.10.
13
Artikel “Flu Burung – Demam Berdarah”menunjukkan salah satu dari tiga ciri struktur
organisasi yang sudah tidak sesuai, yaitu organisasi menjadi lamban ataupun sering kali
berekasi keliru terhadap perubahan kondisi lingkungannya.
14
Artikel “Konflik Orang Baik-baik, ciri-ciri struktur organisasi yang sudah tidak sesuai”
membahas konflik yang sering terjadi dalam organisasi yang strukturnya tidak tepat sehingga
para karyawan seakan-akan “dibenturkan” satu sama lain oleh struktur organisasi.
EKMA4157/MODUL 9 9.41
15
Lihat artikel “Organisasi Customer Service” di Bab II. Lingkungan.
16
Perancangan struktur organisasi perlu mempertimbangkan perilaku umum anggota organisasi
(sering disebut sebagai Kultur Organisasi). Artikel “Organisasi Orang Aneh” menunjukkan
bahwa organisasi perlu disesuaikan terhadap kekhasan perilaku dari para anggotanya.
9.42 Organisasi
LAT IH A N
17
Lihat artikel “Organisasi Salah Konstruksi” di Bab II. Lingkungan.
18
Artikel “Konvensi Nasional Tukang Gado-gado” menunjukkan bahwa perubahan organisasi
tidak harus selalu menyangkut perubahan strukturnya. Perubahan struktur organisasi masih dapat
didahului dengan penyempurnaan pada aspek-aspek yang lebih ringan, seperti pengetahuan
karyawan ataupun prosedur kerja.
EKMA4157/MODUL 9 9.43
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
1) Ciri bahwa struktur sebuah organisasi sudah tidak sesuai adalah ....
A. organisasi menjadi lamban
B. tindakan organisasi sering salah
C. dalam organisasi sering kali terjadi konflik
D. semuanya benar
Daftar Pustaka