MANAJEMEN STRATEGIS
disusun oleh:
DR. DIAN IMANINA BURHANY, SE., MSi., Ak.
NASIR, SE., MSi.
untuk
Halaman
BAB I KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGIS …………………………………………………………. 1
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………….. 1
1.1 Definisi, Tugas dan Model Dasar Manajemen Strategis ……………………………… 1
1.2 Manfaat Manajemen Strategis ………………………………………………………………….. 3
1.3 Dimensi Masalah Strategis ………………………………………………………………………… 4
1.4 Karakteristik Keputusan dan Model Pengambilan Keputusan Strategis …….. 6
1.5 Proses Pengambilan Keputusan Strategis ………………………………………………….. 7
1.6 Organisasi Pembelajar (Learning Organization) dan Manajemen Strategis .. 9
1.7 Globalisasi dan Keberlanjutan Lingkungan: Tantangan bagi Manajemen
Strategis …………………………………………………………………………………………………….. 9
PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………… 10
BAB II TATA KELOLA , TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA BISNIS PERUSAHAAN ……. 12
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………….. 12
2.1 Pengertian Tata Kelola Perusahaan ……………………………………………………………. 13
2.2 Peran Dewan Direksi dalam Tata Kelola dan Manajemen Strategis
Perusahaan ……………………………………………………………………………………………….. 13
2.3 Peran Manajemen Puncak dalam Manajemen Strategis Perusahaan ………… 14
2.4 Pengertian dan Pentingnya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ……………….. 15
2.5 Jenis-jenis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ………………………………………….. 16
2.6 Pemangku Kepentingan (Stakeholders) dan Strategi Perusahaan ………………. 17
2.7 Tanggung Jawab Sosial dan Profitabilitas Perusahaan ……………………………….. 18
2.8 Perkembangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Saat Ini …………….. 19
2.9 Mendorong Perilaku Etis ……………………………………………………………………………. 21
PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………… 22
BAB VII FORMULASI STRATEGI: STRATEGI FUNGSIONAL DAN PILIHAN STRATEGIS …………. 74
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………….. 74
7.1 Strategi Pemasaran ……………………………………………………………………………………. 74
7.2 Strategi Keuangan ……………………………………………………………………………………… 76
7.3 Strategi Penelitian dan Pengembangan ……………………………………………………… 77
7.4 Strategi Operasi …………………………………………………………………………………………. 78
7.5 Strategi Pembelian …………………………………………………………………………………….. 78
7.6 Strategi Logistik …………………………………………………………………………………………. 79
7.7 Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia ……………………………………………… 80
7.8 Strategi Teknologi Informasi ……………………………………………………………………… 80
7.9 Pilihan Strategis: Memilih Strategi Terbaik ………………………………………………… 80
7.10 Mengembangkan Kebijakan ………………………………………………………………………. 83
PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………… 83
Tabel Halaman
1.1 Tujuan, Strategi dan Pengambil Keputusan Strategis ……………………………………………….. 7
Gambar Halaman
1.1 Model Dasar manajemen Strategis ………………………………………………………………………….. 3
BAB I
KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGIS
(BASIC CONSEPTS OF STRATEGIC MANAGEMENT)
PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan bisnis yang terjadi semakin cepat, terus menerus dan tidak dapat
diprediksi, ditambah dengan persaingan bisnis yang semakin ketat, menuntut manajer memiliki
kemampuan melakukan perencanaan, pengelolaan dan pengawasan, yang dapat menjadikan
perusahaan bukan saja berhasil meraih laba yang tinggi dalam jangka pendek namun juga
mempertahankan laba tersebut dalam jangka panjang dan menciptakan perusahaan yang sustain.
Dengan perkembangan saat ini, perusahaan tidak hanya dituntut untuk mengejar laba yang tinggi
semata. Isu sustainability development atau pembangunan berkelanjutan menuntut perusahaan
untuk memperhatikan bukan hanya aspek ekonomi (economy) tapi juga aspek sosial (social) dan
lingkungan (environmental). Dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut maka perusahaan akan
menjadi sustainable company yaitu perusahaan yang bertahan dalam jangka panjang. Manajemen
strategis dapat membantu perusahaan menjadi perusahaan yang sustain.
Manajemen strategis merupakan bidang ilmu yang memfasilitasi manajemen dan seluruh
personil dalam perusahaan untuk menyusun langkah-langkah terencana dalam merespon perubahan
lingkungan bisnis, yang meliputi lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Dengan manajemen
strategis, visi strategis perusahaan akan lebih jelas terlihat. Selain itu, manajemen strategis juga
dapat mempertajam fokus dari apa yang sesungguhnya secara strategis adalah penting untuk
dilaksanakan oleh perusahaan. Dan terakhir adalah dapat meningkatkan pemahaman tentang
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal perusahaan.
Jadi, manajemen strategis adalah seperangkat keputusan dan tindakan strategis yang
menentukan kinerja jangka panjang perusahaan, yang meliputi analisis lingkungan (eksternal dan
Manajemen Strategis 1
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
internal), formulasi strategi (perencanaan jangka panjang atau strategis), implementasi strategi,
serta evaluasi dan pengendalian.
Manajemen strategis memiliki sembilan tugas, yaitu:
(1) Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud, filosofi, dan
sasaran perusahaan.
(2) Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor persaingan dan faktor kontekstual
umum lainnya.
(3) Melakukan analisis yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal perusahaan.
(4) Menganalisis pilihan-pilihan yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara menyesuaikan sumber
dayanya dengan lingkungan eksternal.
(5) Mengidentifikasikan pilihan paling menguntungkan dengan cara mengevaluasi setiap pilihan
berdasarkan misi perusahaan.
(6) Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan menghasilkan pilihan
paling menguntungkan tersebut.
(7) Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan tujuan jangka
panjang dan strategi utama yang telah ditentukan.
(8) Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumber daya yang dianggarkan,
dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia, struktur, teknologi, dan sistem penghargaan
ditekankan.
(9) Mengevaluasi keberhasilan proses strategis sebagai masukan pengambilan keputusan di masa
mendatang.
Wheelen dan Hunger (2010:62) menjelaskan tugas tersebut sebagai model dasar manajemen
strategis (basic model of strategic management), yang terdiri atas:
(1) Environmental scanning (analisis lingkungan)
Yaitu pemantauan, penilaian, dan penyebarluasan informasi mengenai lingkungan eksternal dan
internal kepada orang-orang penting di perusahaan.
(2) Strategy formulation (perumusan strategi)
Yaitu pengembangan rencana jangka panjang untuk mengelola secara efektif peluang dan
ancaman (opportunities and threats) dengan menggunakan kekuatan dan kelemahan (strenghts
and weaknesses) perusahaan (SWOT).
(3) Strategy implementation (implementasi strategi)
Yaitu proses di mana strategi dan kebijakan perusahaan dilaksanakan melalui pengembangan
Manajemen Strategis 2
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
Feedback/learning
Gambar 1.1
Model Dasar manajemen Strategis
Sumber: Wheelen dan Hunger (2010:62)
Manajemen Strategis 3
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
(3) Jika jawaban dari pertanyaan kedua tidak memuaskan, tindakan apa yang harus dilakukan?
Dengan pendekatan manajemen strategis, manajer pada semua tingkatan perusahaan
berinteraksi dalam perencanaan dan implementasinya. Sebagai akibatnya, konsekuensi perilaku
manajemen strategis serupa dengan pengambilan keputusan partisipatif. Oleh karena itu, penilaian
yang akurat mengenai dampak dari formulasi strategi terhadap kinerja organisasi tidak hanya
memerlukan kriteria evaluasi keuangan, tetapi juga non keuangan khususnya pengukuran kinerja
berbasis perilaku. Hal tersebut akan mendorong konsekuensi perilaku positif yang memungkinkan
perusahaan mencapai tujuan keuangannya.
Beberapa dampak perilaku dari manajemen strategis adalah:
(1) Aktivitas formulasi strategi memperkuat kemampuan perusahaan untuk mencegah timbulnya
masalah. Manajer yang mendorong bawahannya untuk memperhatikan perencanaan akan
terbantu dalam mengawasi dan memprediksi tanggung jawab oleh bawahan yang mengetahui
perlunya perencanaan strategis.
(2) Keputusan strategis berbasis kelompok kemungkinan besar akan diambil dari alternatif terbaik
yang tersedia. Proses manajemen strategis menghasilkan keputusan yang lebih baik karena
interaksi kelompok menghasilkan variasi strategi yang lebih banyak dan prediksi yang didasarkan
pada sudut pandang khusus dari anggota kelompok meningkatkan proses penyaringan pilihan.
(3) Keterlibatan karyawan dalam formulasi strategi meningkatkan pemahaman mereka mengenai
hubungan antara produktivitas dengan imbalan pada setiap rencana strategis, sehingga hal ini
akan meningkatkan motivasi mereka.
(4) Kesenjangan dan tumpang tindih aktivitas antar individu dan kelompok akan berkurang karena
partisipasi dalam formulasi strategi mengklarifikasi perbedaan peran.
(5) Resistensi terhadap perubahan akan berkurang. Meskipun peserta dalam formulasi strategi
mungkin tidak akan lebih senang dengan keputusan yang mereka ambil sendiri dibandingkan
keputusan yang diambil secara otoriter, kesadaran lebih besar terhadap parameter yang
membatasi pilihan yang tersedia membuat mereka lebih mungkin menerima keputusan tersebut.
Manajemen Strategis 4
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
Manajemen Strategis 5
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
Toyota di pasar asing adalah merumuskan dan menerapkan suatu strategi yang akan menyalakan
kembali minat terhadap citranya.
Masalah strategis berorientasi masa depan
Keputusan strategis dibuat berdasarkan apa yang diprediksi oleh manajer, bukan berdasarkan
apa yang mereka ketahui. Dalam keputusan-keputusan semacam itu, penekanan terutama
ditempatkan pada pengembangan proyeksi yang akan memungkinkan perusahaan memilih
pilihan strategi yang paling menjanjikan. Dalam lingkungan perdagangan bebas yang bergejolak
dan kompetitif, suatu perusahaan hanya akan berhasil jika mengambil tindakan yang proaktif
(antisipatif) terhadap perubahan.
Masalah strategis biasanya memiliki konsekuensi multifungsi atau multibisnis
Keputusan strategis memiliki implikasi yang rumit terhadap hampir seluruh bidang perusahaan.
Keputusan mengenai hal-hal seperti bauran konsumen, penekanan kompetitif, atau struktur
organisasi umumnya melibatkan sejumlah unit bisnis strategis, divisi, atau unit program
perusahaan. Seluruh bidang tersebut akan dipengaruhi oleh alokasi atau relokasi tanggung jawab
dan sumber daya yang diakibatkan oleh keputusan-keputusan tersebut.
Masalah strategis memerlukan pertimbangan atas lingkungan eksternal perusahaan
Seluruh perusahaan bisnis beroperasi dalam sistem yang terbuka. Perusahaan mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi eksternal yang sebagian besar berada di luar kendali
perusahaan. Oleh karena itu, agar berhasil menempatkan perusahaan dalam situasi yang
kompetitif, para manajer strategis harus melihat melampaui operasinya. Mereka harus
mempertimbangkan tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak lain yang
relevan (seperti pesaing, konsumen, pemasok, kreditor, pemerintah, dan tenaga kerja).
Manajemen Strategis 6
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
seluruh perusahaan.
Karakteristik dari keputusan strategis juga bervariasi sesuai dengan tingkatan tujuan strategis
terkait dan para pengambil keputusannya, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut:
Sementara itu, Mintzberg dan Quinn dalam Wheelen dan Hunger (2010:73) membagi 4
model pengambilan keputusan strategis yaitu:
(1) Enterpreneurial mode - Keputusan strategis diambil oleh satu orang yang memiliki kekuasaan
(biasanya pemilik perusahaan). Fokusnya adalah pada peluang, masalah menjadi prioritas kedua.
(2) Adaptive mode - Karakteristik pengambilan keputusan ini ditandai oleh keputusan yang
merupakan solusi reaktif atas masalah yang muncul dan bukan merupakan tindakan proaktif
untuk mencari atau mendapatkan peluang baru.
(3) Planning mode - Merupakan kombinasi dari pencarian proaktif atas peluang baru dan solusi
reaktif atas masalah yang muncul.
(4) Logical incrementalism - Merupakan kombinasi dari ketiga model pengambilan keputusan di
atas.
Manajemen Strategis 7
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
Gambar 1.2
Proses Pengambilan Keputusan Strategis
Sumber: Wheelen dan Hunger (2010:76)
Manajemen Strategis 8
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
Manajemen Strategis 9
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manajemen strategis merupakan seperangkat keputusan dan tindakan strategis yang
menentukan kinerja jangka panjang perusahaan yang meliputi analisis lingkungan (eksternal dan
internal), formulasi strategi (perencanaan jangka panjang atau strategis), implementasi strategi, serta
evaluasi dan pengendalian.
Manajemen strategis memiliki sembilan tugas penting dan terdiri atas empat model dasar.
Manajemen strategis memberi tiga manfaat bagi perusahaan dan menghasilkan lima dampak
perilaku. Selanjutnya, ada enam dimensi yang menentukan apakah suatu masalah dikategorikan
sebagai strategis atau tidak. Adapun suatu keputusan dikatakan sebagai strategis jika memenuhi tiga
karakteristik yaitu langka, memiliki konsekuensi dan terarah. Karakteristik keputusan strategis juga
dipengaruhi oleh para pengambil keputusan strategis tersebut. Mintzberg dan Quinn selanjutnya
membagi model pengambilan keputusan strategis menjadi empat model yaitu enterpreneurial mode,
adaptive mode, planning mode, dan logical incrementalism. Proses pengambilan keputusan strategis
terdiri atas 8 tahap.
Manajemen Strategis 10
Bab I – Konsep Dasar Manajemen Strategis
Suatu organisasi dikatakan sebagai organisasi pembelajar jika organisasi tersebut terlatih
dalam menciptakan, memperoleh, dan mentransfer pengetahuan serta menyesuaikan perilakunya
untuk merefleksikan pengetahuan dan wawasan baru. Manajemen strategis sangat dibutuhkan oleh
organisasi pembelajar. Tantangan aktual bagi manajemen strategis saat ini adalah dalam hal/isu
globalisasi dan keberlanjutan lingkungan.
2. Pertanyaan
a. Sebutkan definisi dan tugas penting manajemen strategis
b. Gambarkan skema model dasar manajemen strategis
c. Jelaskan manfaat manajemen strategis bagi perusahaan
d. Jelaskan dampak perilaku manajemen strategis bagi perusahaan
e. Jelaskan 3 karakteristik keputusan strategis
f. Jelaskan model pengambilan keputusan strategis menurut Mintzberg dan Quin
g. Jelaskan apa yang dimaksud dengan organisasi pembelajar (learning organization) dan
kaitannya dengan manajemen strategis
h. Uraikan tantangan globalisasi dan keberlanjutan lingkungan bagi manajemen strategis.
Manajemen Strategis 11
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
BAB II
TATA KELOLA , TANGGUNG JAWAB SOSIAL
DAN ETIKA BISNIS PERUSAHAAN
(CORPORATE GOVERNANCE, SOCIAL RESPONSIBILITY
AND BUSINESS ETHICS)
PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan suatu mekanisme yang dirancang untuk memungkinkan berbagai
pihak yang berbeda menyerahkan modal, keahlian, dan tenaganya untuk mendapatkan manfaat yang
saling menguntungkan. Investor/pemegang saham berpartisipasi menciptakan laba bagi perusahaan
tanpa bertanggung jawab atas operasi perusahaan. Manajemen menjalankan perusahaan tanpa
harus bertanggung jawab secara personal atas pendanaan. Maka, pemegang saham menunjuk
dewan direksi untuk mewakilinya dan melindungi kepentingannya di dalam perusahaan. Sebagai
perwakilan pemegang saham, dewan direksi memiliki wewenang dan sekaligus tanggung jawab
untuk menetapkan kebijakan dasar perusahaan dan menjamin bahwa kebijakan tersebut dipatuhi.
Oleh karena itu, dewan direksi juga memiliki kewajiban untuk menyetujui semua keputusan-
keputusan yang mungkin mempengaruhi kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Jadi dapat
dikatakan bahwa secara mendasar, perusahaan dikelola oleh dewan direksi (board of directors) yang
mengawasi manajemen puncak (top management), dengan persetujuan dari pemegang saham
(shareholder).
Dalam mendefinisikan ulang misi perusahaan, manajer strategis harus memahami hak-hak
sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak hanya mencakup
pemegang saham dan karyawan, melainkan juga pihak luar yang terpengaruh oleh tindakan
perusahaan. Pihak luar semacam itu biasanya mencakup pelanggan, pemasok, pemerintah, serikat
pekerja, pesaing, komunitas lokal, dan masyarakat umum. Masing-masing kelompok kepentingan ini
memiliki alasan untuk mengharapkan, bahkan menuntut agar perusahaan juga bertanggung jawab
terhadap kepentingan mereka. Umumnya, pemegang saham menuntut tingkat pengembalian yang
layak atas investasi mereka, karyawan mencari kepuasan kerja dalam arti luas, pelanggan
menginginkan sesuatu sesuai dengan harga yang mereka bayar, pemasok mencari pembeli yang
dapat diandalkan, pemerintah menuntut ketaatan pada regulasi, serikat pekerja mengusahakan
manfaat bagi para anggotanya, pesaing menginginkan persaingan yang adil, komunitas lokal
Manajemen Strategis 12
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
menginginkan agar perusahaan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, dan masyarakat
umum mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memperbaiki kualitas hidup mereka. Tanggung
jawab yang lebih luas ini dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social
responsibility-CSR.
Walaupun tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk menciptakan laba semaksimal
mungkin, bukan berarti perusahaan boleh menghalalkan segala cara untuk itu. Sebagaimana individu,
bisnis juga harus dijalankan secara etis. Sebagian orang menganggap bahwa etika bisnis adalah suatu
hal yang hampir mustahil dan merupakan oxymoron yaitu sesuatu yang mengandung dua ide yang
saling bertentangan. Namun perusahaan yang ingin bertahan dalam jangka panjang dan diterima
dengan baik oleh para stakeholder harus menjalankan etika bisnis.
2.2 Peran Dewan Direksi dalam Tata Kelola dan Manajemen Strategis Perusahaan
Secara umum, dewan direksi berperan untuk mengarahkan urusan perusahaan tapi tidak
untuk menjalankan perusahaan secara langsung. Secara khusus, ada 5 peran dan tanggung jawab
penting dewan direksi dalam tata kelola perusahaan, yaitu:
(1) Merumuskan strategi, arah menyeluruh, misi dan/atau visi perusahaan
(2) Merekrut dan memberhentikan CEO (chief executive officer) dan manajemen puncak
(3) Mengendalikan, memantau dan mengawasi manajemen puncak
(4) Memeriksa dan menyetujui penggunaan sumber daya
(5) Menjaga kepentingan pemegang saham
Manajemen Strategis 13
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
Manajemen Strategis 14
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
Manajemen Strategis 15
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
Manajemen Strategis 16
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
jawab ini mencakup aktivitas hubungan masyarakat, kewargaan yang baik, dan tanggung jawab
sosial perusahaan secara penuh. Melalui aktivitas hubungan masyarakat, manajer berupaya
memperkuat citra perusahaan, produk serta jasa mereka dengan mendukung suatu alasan yang
bermanfaat. Bentuk tanggung jawab diskresi ini memiliki dimensi layanan mandiri. Perusahaan
yang menggunakan pendekatan warga negara yang baik secara aktif mendukung kegiatan amal
yang tengah berlangsung, kampanye iklan layanan masyarakat, atau masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat.
Manajemen Strategis 17
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
dalam kelompok ini adalah lembaga swadaya masyarakat (non governmental organization),
aktivis, masyarakat lokal, asosiasi perdagangan, pesaing, dan pemerintah.
(3) Memperkirakan efek keputusan strategis terhadap setiap kelompok stakeholders. Walaupun
kriteria pertama adalah tanggung jawab ekonomi, namun perusahaan yang ingin memenuhi
tanggung jawab etis dan diskresinya akan mempertimbangkan dengan serius kebutuhan dan
keinginan secondary stakeholders dalam setiap keputusan strategisnya.
Manajemen Strategis 18
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
Secara umum semakain banyak riset yang dilakukan oleh akademisi di seluruh dunia menunjukkan
bahwa CSR memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Manajemen Strategis 19
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
social kemudian disaring menggunakan kriteria keuangan investor guna menciptakan seluruh
kemungkinan investasi yang tersedia bagi investor tersebut.
Berlawanan dengan investor portfolio terarah yang secara pasif memberikan persetujuan
atau ketidaksetujuan mengenai perilaku sosial suatu perusahaan hanya dengan memasukkan
atau mengeluarkan perusahaan tersebut dari pertfolio mereka, aktivis pemegang saham
berupaya untuk mempengaruhi perilaku sosial perusahaan secara langsung. Aktivis pemegang
saham berinvestasi di suatu perusahaan dengan harapan dapat memperbaiki aspek-aspek
tertentu dari kinerja sosial perusahaan tersebut, biasanya dengan berusaha untuk berdialog
dengan manajemen di tingkat yang lebih tinggi. Jika tindakan ini dan tindakan-tindakan
selanjutnya gagal dalam mencapai hasil yang diinginkan, aktivis pemegang saham, yang dipimpin
oleh kelompok seperti Interfaith Centre on Corporate Responsibility, merupakan kekuatan dibalik
gerakan divestasi di Afrika Selatan.
Globalisasi Bisnis
Masalah-masalah manajemen, termasuk CSR, telah menjadi semakin rumit keitika
perusahaan mulai merambah keluar batas nasional. Cukup sulit untuk mencapai kesepakatan
mengenai apa yang disebut sebagai perilaku tanggung jawab sosial dalam suatu budaya, apalagi
menentukan nilai-nilai etika umum antar budaya. Selain perbedaan pandangan budaya,
hambatan terbesar yang dihadapi CSR internasional adalah perbedaan praktik pengungkapan
yang dilakukan perusahaan, metode pelaporan dan data keuangan yang tidak konsisten, dan
kurangnya organisasi riset CSR dalam suatu negara. Meskipun terdapat masalah-masalah
tersebut, CSR semakin bertumbuh di luar negeri. Inggris memiliki 30 reksa dana beretika dan
Kanada menawarkan 6 jenis dana memiliki tanggung jawab secara sosial.
Salah satu masalah tanggung jawab sosial yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan
multinasional berkaitan dengan hak asasi manusia. Misalnya, banyak perusahaan AS mengurangi
biaya dengan mengendalikan barang-barang yang diproduksi di luar negeri atau mencari
produsen luar negeri untuk memproduksi barang mereka (outsourcing). Produsen asing, seperti
Cina, menawarkan biaya rendah karena mereka membayar upah yang sangat rendah
dibandingkan standar upah di AS, meskipun upah tersebut cukup kompetitif untuk standar upah
di Cina.
Sementara para pekerja di Cina senang mendapat gaji dari para produsen dan konsumen
AS menyukai harga lebih rendah yang dikenakan untuk barang-barang yang diproduksi di luar
negeri, ada pihak-pihak lain yang tidak senang. Mereka yakin bahwa perusahaan-perusahaan AS
Manajemen Strategis 20
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
semacam itu gagal memenuhi tanggung jawab sosialnya. Beberapa pekerja AS dan serikat
pekerjanya mengatakan bahwa lapangan kerja di AS semakin sedikit atau terdevaluasi oleh
persaingan asing. Beberapa pendukung hak asasi manusia berpendapat bahwa kondisi kerja dan
standar hidup pekerja asing sangatlah rendah jika dibandingkan standar upah di Amerika Serikat
sedemikian rupa sehingga hal tersebut hampir-hampir tidak manusiawi. Para pejuang hak asasi
manusia mengkritisi hal tersebut sebagai ketidakadilan antara pekerja yang bekerja di AS dengan
pekerja di perusahaan AS di luar negeri, khususnya di negara-negara berkembang.
Manajemen Strategis 21
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
manfaat bagi masyarakat dan menghasilkan kerugian paling kecil atau biaya paling rendah.
(2) Pendekatan Hak Individual (Individual Rights Approach)
Menurut pendekatan ini, manusia memiliki hak dasar yang harus dihormati dalam setiap
keputusannya. Suatu keputusan atau perilaku tertentu harus dihindari jika mengganggu hak
orang lain.
(3) Pendekatan Keadilan (Justice Approach)
Pendekatan ini menyatakan bahwa pengambil keputusan harus adil dan tidak memihak
dalam mendistribusikan biaya dan manfaat kepada individu atau kelompok tertentu. Untuk
itu kita harus mengikuti prinsip keadilan distributif/distributive justice (orang yang memiliki
dimensi relevan yang sama seperti senioritas dalam pekerjaan harus diperlakukan dengan
cara yang sama) dan prinsip kesamaan/fairness (kebebasan harus sama bagi setiap orang).
Pendekatan ini juga meliputi konsep keadilan retributif/retributive justice (hukuman harus
sepadan dengan pelanggarannya) dan keadilan kompensasi/compensatory justice (kesalahan
harus diberi kompensasi sepadan dengan pelanggarannya).
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tata kelola perusahaan (corporate governance) menunjukkan hubungan antara tiga pihak
yaitu pemegang saham (shareholder,) dewan direksi (board of directors) dan manajemen puncak (top
management), dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. Dewan direksi memiliki 5 peran
dalam tata kelola perusahaan dan juga 3 peran dalam manajemen strategis yaitu mengawasi, menilai
dan mempengaruhi, serta mengusulkan dan menentukan. Adapun manajemen puncak memiliki 2
peran dalam manajemen strategis yaitu menyediakan kepemimpinan eksekutif dan visi yang strategis
serta mengelola proses perencanaan strategis.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)
menjelaskan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan hanya sekedar menghasilkan laba untuk
kepentingan pemegang saham tapi juga untuk memenuhi kepentingan masyarakat luas. CSR penting
bagi perusahaan dan perusahaan harus mempertimbangkan CSR dalam manajemen strategis. Ada 4
macam tanggung jawab sosial perusahaan menurut Archie Carroll yaitu tanggung jawab ekonomi,
tanggung jawab hukum, tanggung jawab etika, dan tanggung jawab diskresi.
Kelompok kepada siapa perusahaan harus bertanggung jawab disebut pemangku
kepentingan atau stakeholders, yaitu kelompok yang mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh
Manajemen Strategis 22
Bab II – Tata Kelola, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan
2. Pertanyaan
a. Jelaskan pengertian tata kelola perusahaan (corporate governance)
b. Jelaskan peran dewan direksi dalam tata kelola perusahaan dan dalam manajemen strategis
c. Jelaskan peran manajemen puncak dalam manajemen strategis
d. Jelaskan pengertian dan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility-CSR)
e. Jelaskan jenis-jenis tanggung jawab sosial atau CSR perusahaan
f. Jelaskan tahap-tahap dalam analisis stakeholders
g. Jelaskan keterkaitan antara CSR dan profitabilitas perusahaan
h. Jelaskan 3 hal yang mendorong perkembangan CSR
i. Jelaskan 2 cara untuk mengatur perilaku etis karyawan.
3. Praktik/Studi Kasus
a. Carilah dan uraikan praktik CSR dari 2 perusahaan yang dipublikasikan di internet
b. Jelaskan manfaat dari CSR tersebut bagi stakeholders perusahaan dan identifikasi ada atau
tidaknya konflik antar stakeholders yang ditimbulkan
c. Carilah contoh tindakan atau perilaku tidak etis yang dilakukan oleh 2 perusahaan yang anda
amati.
Manajemen Strategis 23
BAGIAN II
ANALISIS
LINGKUNGAN
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
BAB III
ANALISIS LINGKUNGAN DAN INDUSTRI
(ENVIRONMENTAL SCANNING AND INDUSTRY ANALYSIS)
PENDAHULUAN
Model dasar manajemen strategis dimulai dengan analisis ligkungan. Sebelum mulai
merumuskan strategi, pertama-tama perusahaan harus menganalisis lingkungan eksternal (external
environment) untuk mengidentifikasi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) serta lingkungan
internal (internal environment) untuk mengidentifikasi kekuatan (strenghts) dan kelemahan
(weaknesses). Analisis lingkungan adalah pemantauan, penilaian, dan penyebarluasan informasi
mengenai lingkungan eksternal dan internal kepada orang-orang penting di perusahaan.
Analisis lingkungan eksternal meliputi analisis terhadap lingkungan alam (natural
environment), lingkungan sosial (societal environment) dan lingkungan tugas (task environment).
Analisis lingkungan tugas disebut juga analisis industri.
Manajemen Strategis 24
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
manusia, yang disebabkan oleh aktivitas manusia dalam komunitas industri secara umum disebut
polusi. Keprihatianan spesifik mencakup pemanasan global, hilangnya habitat dan keanekaragaman
hayati, serta polusi udara, air, dan tanah. Sebagai penyumbang utama terhadap polusi, perusahaan
dianggap bertanggung jawab untuk menghilangkan racun yang dihasilkan dari proses manufakturnya
dan membersihkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.
Oleh karena itu, perusahaan harus menganalisis lingkungan alam sebagai faktor yang yang
harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi. Lebih dari itu, manajemen harus memasukkan
dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan alam ke dalam proses pengambilan keputusan
strategisnya. Strategi untuk mengurangi penggunaan energi yang menghasilkan emisi karbondioksida
yang tinggi sebagai penyebab utama pemanasan global adalah salah satu contoh keputusan strategis
yang mempertimbangkan dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan.
Regulasi lingkungan hidup ikut mempengaruhi arah strategi perusahaan di seluruh dunia.
Banyak perusahaan yang mengkhawatirkan konsekuensi dari regulasi lingkungan hidup yang mahal
dan sangat membatasi. Tetapi beberapa produsen memandang pengendalian baru ini sebagai
sebuah peluang, menangkap pasar dengan produk yang membantu pelanggan untuk memenuhi
standar hukumnya sendiri dengan menciptakan produk yang ramah lingkungan. Sedangkan
perusahaan lain menganggap biaya yang dihabiskan untuk lingkungan hidup menghambat
pertumbuhan dan produktivitas operasinya.
Manajemen Strategis 25
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
Manajemen Strategis 26
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
Manajemen Strategis 27
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
berbagai jenis produk dan jasa yang diperlukan karena ketidakhadiran wanita tersebut di rumah.
Perusahaan yang mengantisipasi atau bereaksi cepat terhadap perubahan ini menawarkan
produk dan jasa, seperti makanan siap saji, oven microwave, dan pusat penitipan anak.
Perubahan sosiokultural mendasar yang kedua adalah tumbuhnya minat konsumen dan
karyawan terhadap masalah kualitas hidup. Bukti-bukti mengenai perubahan ini terlihat dalam
negosiasi kontrak baru-baru ini. Selain tuntutan tradisional seperti kenaikan gaji, para pekerja
juga menuntut manfaat lain seperti cuti, jam kerja yang lebih fleksibel, atau empat hari kerja
dalam seminggu, kompensasi cuti yang dapat diperoleh sekaligus, dan peluang untuk mengikuti
pelatihan.
Perubahan sosiaokultural mendasar ketiga adalah perubahan distribusi usia dari populasi.
Perubahan nilai sosial dan meningkatnya penerimaan terhadap metode keluarga berencana yang
lebih baik diperkirakan akan meningkatkan usia rata-rata populasi di suatu negara. Tren ini akan
memiliki dampak yang semakin tidak menguntungkan terhadap produsen yang produknya
didominasi oleh barang-barang berorientasi kaum muda dan mengharuskan dilakukannya
perubahan terhadap strategi pemasaran jangka panjang perusahaan. Di lain sisi, produsen
produk perawatan kulit dan rambut telah mulai menyesuaikan penelitian dan pengembangannya
untuk mencerminkan antisipasi terhadap perubahan permintaan.
Menerjemahkan perubahan sosiokultural ke dalam ramalan dampak bisnis merupakan
proses yang sulit. Namun, estimasi yang didasarkan pada informasi mengenai dampak dari
berbagai perubahan seperti pergeseran geografis dalam populasi serta perubahan nilai kerja,
standar etika, dan orientasi agama dapat membantu suatu perusahaan yang memiliki strategi
untuk mencapai kemakmuran.
Sebagai contoh, bagi perusahaan multinasional (multinational corporation-MNC) seperti
produsen telepon seluler, perbedaan bahasa di berbagai negara disikapi dengan cara membuat
produk telepon seluler yang menyediakan fitur dalam berbagai bahasa karena tidak semua
negara di dunia terbiasa dengan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional.
Manajemen Strategis 28
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
industri. Kerangka analisisnya yang didefinisikan dengan baik membantu para manajer strategis
untuk mengaitkan antara faktor lingkungan eksternal lain dan dampaknya terhadap lingkungan tugas
atau industri di mana perusahaan berada.
Kelima kekuatan dasar tersebut adalah: ancaman dari pendatang baru, kekuatan tawar dari
pemasok, kekuatan tawar dari pembeli, ancaman dari produk atau jasa pengganti, dan persaingan
antara perusahaan yang sudah ada. Wheelen dan Hunger (2010) menambahkan kekuatan keenam
yaitu kekuatan relatif dari stakeholder lainnya. Keenam kekuatan dasar tersebut disajikan pada
gambar berikut.
Potential
Entrants
Relative
Power Threat
of Unions, of New
Governments, Entrants
Special
Interest
Groups, etc. Industry
Other Competitors Bargaining
Stakeholders Power
of Buyers Buyers
Suppliers
Bargaining Rivalry Among
Power Existing Firms
of Supliers
Threat
of Substitute
Products or
Services
Substitutes
Gambar 3.1
Kekuatan yang Mendorong Persaingan Industri
Sumber: Wheelen dan Hunger (2010:62)
Manajemen Strategis 29
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
Manajemen Strategis 30
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
Manajemen Strategis 31
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
PENUTUP
1. Kesimpulan
Analisis lingkungan yang perlu dilakukan pertama kali oleh perusahaan dalam manajemen
strategis adalah analisis lingkungan eksternal dan industri. Analisis ini meliputi analisis lingkungan
alam, analisis lingkungan sosial dan analisis lingkungan tugas atau industri.
Manajemen Strategis 32
Bab III – Analisis Lingkungan dan Industri
Sebagai penyumbang utama terhadap polusi dan kerusakan lingkungan, perusahaan harus
menganalisis lingkungan alam sebelum melakukan perumusan strategi. Manajemen juga harus
memasukkan dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan alam ke dalam proses pengambilan
keputusan strategisnya. Analisis lingkungan sosial meliputi analisis terhadap faktor-faktor ekonomi,
teknologi, politik-hukum, dan sosiokultural. Adapun analisis lingkungan tugas atau analisis industri
dilakukan dengan mempertimbangkan 6 kekuatan yang mendorong persaingan industri yaitu:
(1) ancaman dari pendatang baru, (2) persaingan di antara perusahaan yang sudah ada, (3) ancaman
dari produk atau jasa pengganti, (4) kekuatan tawar dari pembeli, (5) kekuatan tawar dari pemasok,
dan (6) kekuatan relatif dari stakeholder lainnya.
Ada 4 tipe strategis pesaing yang perlu diketahui oleh manajer sebelum merumuskan
strateginya yaitu defenders, prospectors, analyzers, dan reactors.
2. Pertanyaan
a. Jelaskan tujuan analisis lingkungan eksternal
b. Jelaskan analisis lingkungan alam dan hubungannya dengan strategi perusahaan
c. Jelaskan analisis lingkungan sosial dengan keempat faktornya dan hubungannya dengan
strategi perusahaan
d. Gambarkan dan jelaskan 6 kekuatan pendorong persaingan industri dalam analisis
lingkungan tugas atau analisis industri serta hubungannya dengan strategi perusahaan
e. Jelaskan 4 tipe strategis pesaing.
3. Praktik/Studi Kasus
a. Berikan contoh riil masing-masing satu perusahaan yang memenuhi karakteristik dari 4 tipe
strategis pesaing
b. Jelaskan argumen anda mengapa perusahaan tersebut dikategorikan pada tipe tersebut.
Manajemen Strategis 33
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
BAB IV
ANALISIS INTERNAL: ANALISIS ORGANISASI
(INTERNAL SCANNING: ORGANIZATIONAL ANALYSIS)
PENDAHULUAN
Analisis lingkungan eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman belum cukup sebagai
dasar untuk merumuskan strategi agar perusahaan memiliki keunggulan kompetitif (competitive
advantage). Analisis juga harus dilakukan ke dalam perusahaan sendiri. Analisis internal ini sering
juga disebut sebagai analisis organisasi. Analisis organisasi dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berbasis sumber daya (resources based approach-RBA). Dengan pendekatan ini,
perusahaan akan mengetahui faktor-faktor strategis internal, yaitu kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses), yang memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari
peluang (opportunities) sambil menghindari ancaman (threaths).
Pada bagian ini juga akan dibahas mengenai analisis rantai nilai (value chain analysis-VCA)
yang bertujuan untuk memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan
mengecek konstribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut.
Untuk melengkapi pembahasan VCA, juga akan dibahas analisis sumber daya fungsional, yaitu
langkah awal yang sebaiknya ditempuh untuk memudahkan manajemen dalam menilai kekuatan dan
kelemahan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan.
Manajemen Strategis 34
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
sebagaimana disimpulkan oleh sebagian besar analis, menciptakan beberapa kompetensi yang
memberikan kepada Coke keunggulan kompetitif utama terhadap Pepsi yang sifatnya tahan lama
dan tidak mudah ditiru.
Situasi Coke-Pepsi merupakan ilustrasi yang bermanfaat untuk memahami beberapa konsep
penting dalam pendekatan berbasis sumber daya (resource based approach-RBA) dalam suatu
perusahaan. RBA merupakan metode untuk menganalisis dan mengidentifikasi keunggulan
strategis suatu perusahaan yang didasarkan pada tinjauan terhadap kombinasi dari aset (berwujud
dan tak berwujud), keahlian, dan kapabilitas yang spesial sebagai suatu organisasi. Asumsi yang
mendasari RBA adalah bahwa perusahaan berbeda secara fundamental karena setiap perusahaan
memiliki kumpulan sumber daya unik berupa aset berwujud dan tak berwujud serta kapabilitas
organisasional untuk memanfaatkan aset tersebut. Tiap perusahaan mengembangkan kompetensi
dari sumber-sumber daya ini dan ketika telah dikembangkan dengan baik, kompetensi ini menjadi
sumber keunggulan kompetitif perusahaan. Keputusan Coke untuk membeli waralaba pembotolan
yang lemah dan secara teratur berinvestasi pada atau membeli lokasi pabrik pembotolan baru di
seluruh dunia telah memberikan Coke keunggulan kompetitif yang menurut para analis hanya dapat
disaingi oleh Pepsi paling tidak 10 tahun lagi. Strategi Coke selama 15 tahun terakhir sebagian
didasarkan pada identifikasi dari sumber daya ini dan pengembangannya menjadi kompetensi yang
unik – keunggulan kompetitif yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage).
Manajemen Strategis 35
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
Manajemen Strategis 36
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
Pendekatan lain dari RBA adalah dengan menerapkan sekumpulan kriteria untuk
menentukan sumber daya manakah yang merupakan kekuatan atau kelemahan dan sumber daya
manakah yang menghasilkan kompetensi inti yang merupakan sumber dari keunggulan kompetitif
yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage). Kriteria-kriteria RBA ini diturunkan
dari gagasan bahwa sumber daya akan lebih bernilai jika sumber daya tersebut:
(1) Penting - Memenuhi suatu kebutuhan pelanggan secara lebih baik dibandingkan pesaing.
(2) Langka - Hanya sedikit pihak lain yang memiliki sumber daya atau kompetensi setingkat dengan
yang kita miliki.
(3) Layak - Menghasilkan bagian terbesar dari laba keseluruhan, dengan cara yang dikendalikan oleh
perusahaan anda.
(4) Bertahan - Bersifat tahan lama atau berkesinambungan sejalan dengan waktu.
Kriteria RBA 1:
Apakah sumber daya atau kompetensi tersebut penting bagi pemenuhan suatu kebutuhan
pelanggan secara lebih baik dibandingkan dengan pesaing?
Dua restoran menawarkan makanan yang serupa, dengan harga yang sama, tetapi satu
restoran memiliki lokasi yang lebih dekat dengan perkantoran dibandingkan restoran lainnya. Aset
berwujud, lokasi, membantu memenuhi kebutuhan makan siang para pekerja dengan lebih baik
dibandingkan dengan pesaingnya, sehingga menghasilkan laba dan volume penjualan yang lebih
besar bagi restoran yang lokasinya lebih dekat. Wal-Mart mendefenisikan ulang penjualan ritel
diskonnya dan mengungguli industri tersebut dalam hal profitabilitas sebesar 4,5% dari penjualan
(peningkatan sebesar 200%). Empat sumber daya yaitu lokasi toko, merek yang terkenal, loyalitas
karyawan, dan pengadaan logistik perusahaan yang canggih, memungkinkan Wal-Mart memenuhi
kebutuhan pelanggan jauh lebih baik dan lebih efektif dari sisi biaya dibandingkan dengan Kmart dan
para peritel diskon lainnya. Dalam kedua contoh tersebut, adalah penting untuk menyadari bahwa
hanya sumber daya yang memiliki kontribusi terhadap keunggulan kompetitif superior yang bernilai.
Pada saat yang sama, sumber daya lain seperti menu restoran dan produk atau tempat parkir khusus
di Wal-Mart merupakan hal yang penting dalam berbisnis namun hanya sedikit berkontribusi
terhadap keunggulan kompetitif karena hal-hal tersebut tidak membantu memenuhi kebutuhan
pelanggan secara lebih baik dibandingkan dengan para pesaing utama perusahaan.
Manajemen Strategis 37
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
Kriteria RBA 2:
Apakah sumber daya tersebut langka? Apakah pasokannya terbatas atau tidak mudah disubtitusi
atau diimitasi?
Kelangkaan Pasokan. Ketika langka, sumber daya menjadi semakin bernilai. Ketika suatu
perusahaan memiliki sumber daya tertentu dan hanya sedikit perusahaan lain yang memilikinya,
dan sumber daya itu penting untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka sumber daya
tersebut dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif perusahaan. Kelangkaan fisik mungkin
merupakan cara yang peling jelas bagaimana suatu sumber daya dapat memenuhi kriteria ini.
Sumber daya alam yang sangat terbatas, lokasi yang unik, keahlian yang sangat langka,
merupakan jenis-jenis situasi sumber daya yang langka.
Keterbatasan Subtitusi. Pada bab sebelumnya telah dibahas ancaman dari produk subtitusi
sebagai bagian dari enam model kekuatan dalam persaingan industri. Gagasan dasar ini dapat
dilanjutkan dan digunakan untuk mengukur nilai berbasis kelangkaan dari suatu sumber daya.
DeLite dari Amerika pernah menjadi penjual saham perdana yang paling laku: suatu rantai
restoran cepat saji yang secara eksklusif menjual makanan rendah lemak dan kalori - salad,
sandwich rendah lemak, dan seterusnya. Gagasan utamanya adalah menawarkan dalam format
cepat saji, makanan rendah kalori dan lemak jenuh. Para investor sangat tertarik dengan konsep
ini karena kandungan kalori dan lemak yang tinggi yang ada dalam makanan yang ditawarkan
oleh hampir semua rantai restoran yang lain. Sayangnya, bagi para investor ini, subtitusi dari
produk yang ditawarkan DeLite dengan cepat dan mudah disediakan oleh beberapa pemain
makanan cepat saji besar. Wendy’s, dan kemudian McDonald’s, Burger King, dan Hardees,
dengan mudah mengadaptasi operasinya untuk menawarkan salad segar yang dapat diracik
sendiri atau yang sudah dikemas, serta sandwich “rendah lemak dan kalori” lainnya tanpa
mengganggu menu-menu pokoknya yang sudah terkenal. Dengan hanya sedikit perubahan dan
adaptasi dari fasilitas dan sumber daya operasionalnya yang sudah ada, rantai restoran tersebut
secara cepat menjadi alternatif bagi produk-produk yang ditawarkan oleh DeLite, dan
ketertarikan awal pada apa yang ditawarkan oleh DeLite tersebut cepat memudar. DeLite
terlempar keluar dari industri oleh sumber daya dan kapabilitas subtitusi yang dengan mudah
diciptakan oleh para operator restoran cepat saji yang sudah ada.
Imitasi. Suatu sumber daya yang dengan mudah dapat ditiru oleh pesaing hanya menciptakan
nilai sementara. “Kelangkaannya” hanya untuk waktu singkat. Sumber daya tersebut tidak dapat
menghasilkan keunggulan kompetitif jangka panjang. Ketika pertama kali muncul, Wendy’s
hanya merupakan rantai restoran hamburger dengan konter untuk membeli dari mobil.
Manajemen Strategis 38
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
Kapabilitas organisasional yang unik ini merupakan bagian dari “sekumpulan” sumber daya yang
memungkinkan Wendy’s menghasilkan nilai unik bagi pelanggan yang menjadi sasarannya:
orang-orang muda yang mencari layanan makanan yang nyaman. Tetapi ketika sumber daya atau
kapabilitas organisasional ini terbukti bernilai bagi para pelanggan makanan cepat saji, semua
rantai restoran cepat saji meniru fitur ini. Tetapi, kelangsungan dari keberhasilan Wendy’s
berasal dari sumber-sumber daya lain yang menghasilkan kompetensi unik lainnya.
Kelangkaan yang muncul bersamaan dengan ketiadaan imitasi jarang berumur panjang,
sebagaimana diilustrasikan oleh contoh Wendy’s. Para pesaing akan segera meniru atau menyaingi
sumber daya ini secepat mungkin. Dengan demikian, jelas bahwa kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan mencegah hal ini menjadi sangat penting. Jadi, bagaimana suatu perusahaan dapat
menciptakan kelangkaan sumber daya dengan membuat sumber daya tersebut sulit untuk ditiru?
RBA mengidentifikasikan empat karakteristik, yang dikenal dengan mekanisme isolasi (isolation
mechanism), yang membuat sumber daya sulit untuk diimitasi:
Sumber daya yang unik secara fisik adalah tidak mungkin untuk ditiru. Lokasi real estat yang
unik, hak penambangan, dan paten merupakan contoh sumber daya yang tidak dapat ditiru. Hak
cipta atas Mickey Mouse milik Disney atau Winter Park, tempat penginapan milik Iron Horse di
Colarado, memiliki keunikan fisik. Sementara banyak pembuat strategi mengklaim bahwa sumber
daya tersebut unik secara fisik, hal ini belum tentu benar. Sebenarnya, karakteristik-karakteristik
lainlah yang membuat kebanyakan sumber daya tersebut sulit untuk ditiru.
Sumber daya yang dikembangkan “secara bertahap” sulit untuk ditiru karena panjangnya
“tahapan” yang harus dilalui oleh perusahaan lain untuk menciptakan sumber daya tersebut.
Sumber daya ini tidak dapat diperoleh secara instan tetapi harus diciptakan seiring waktu dengan
cara yang sering kali sangat mahal dan sulit untuk dipercepat. Ketika Michael Dell menyatakan
bahwa “Siapa pun yang ingin mencoba untuk menjual secara langsung akan menemukan
kesulitan - seperti mencoba untuk melompati Grand Canyon,” ia menyatakan bahwa sistem
penjualan PC Dell yang dibuat sesuai dengan pesanan secara langsung melalui internet dan
layanan pelanggan Dell yang tidak tersaingi, pada dasarnya merupakan kapabilitas organisasi
yang dikembangkan secara bertahap. Para pesaing membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
mengembangkan keahlian, infrastruktur, reputasi, dan kapabilitas yang diperlukan untuk
bersaing secara efektif dengan Dell. Merek Coca-cola, reputasi kualitas dari makanan bayi
Gerber, dan keahlian Steinway dalam memproduksi piano membutuhkan waktu bertahun-tahun
dan dana jutaan dollar untuk dapat ditandingi oleh pesaingnya. Pengalaman konsumen selama
Manajemen Strategis 39
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
bertahun-tahun meminum Coke, menggunakan Gerber, atau memainkan piano Steinway juga
harus ditandingi.
Ambiguitas Penyebab, merupakan cara ketiga di mana sumber daya sulit ditiru. Hal ini mengacu
kepada situasi di mana adalah sulit bagi pesaing untuk memahami bagaimana sebenarnya
perusahaan menciptakan keunggulan yang dinikmatinya. Para pesaing tidak dapat menentukan
dengan tepat apa sumber daya unik yang bernilai atau bagaimana sumber daya dikombinasikan
untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang memiliki ambiguitas penyebab
sering kali merupakan kapabilitas organisasi yang berasal dari kombinasi yang halus antara aset
berwujud dan tak berwujud, budaya proses, dan atribut-atribut organisasi yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Southwest Airlines secara berkala menghadapi persaingan dengan
perusahaan-perusahaan penerbangan besar dan regional, seperti United dan Continental yang
mengubah pendekatan tradisionalnya serta mencoba untuk bersaing dengan versinya sendiri
dari pendekatan Southwest - pesawat, rute, prosedur di gerbang masuk, dan jumlah awak kabin
yang sama serta masih banyak lagi. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut belum berhasil. Hal
yang paling sulit untuk ditiru adalah “kepribadian” Southwest, atau budayanya mengenai
penerbangan yang menyenangkan, kekeluargaan, serta hemat namun tetap menekankan
pelayanan dan sikap. Bagaimana hal-hal tersebut sebenarnya bekerja masih merupakan misteri
bagi United dan Continental.
Hambatan ekonomi, merupakan sumber keempat untuk mempersulit imitasi. Hal ini biasanya
melibatkan invetasi modal yang besar dalam bentuk kapasitas untuk menyediakan produk atau
jasa di suatu pasar yang sensitif terhadap skala ekonomi. Hal ini terjadi ketika pesaing memahami
sumber daya yang menjadi keunggulan kompetitif dan bahkan mungkin juga kapasitas untuk
meniru, namun memilih untuk tidak melakukannya karena ukuran pasar yang terbatas secara
realistis tidak dapat mendukung dua pemain dengan ukuran yang sama.
Kriteria RBA 3:
Kelayakan: Siapa sesungguhnya yang mendapat laba dari sumber daya
Warrant Buffet dikenal sebagai salah satu investor yang paling berhasil selama 25 tahun terakhir.
Salah satu investasinya yang legendaris adalah Walt Disney Company, yang pernah disukainya
“karena Mickey Mouse tidak memiliki agen”. Hal yang sebenarnya dimaksudkan adalah bahwa
Disney memiliki hak cipta Mickey Mouse, dan seluruh laba dari sumber daya yang bernilai tersebut
langsung masuk ke Disney. Para pesaing lain di industri hiburan menghasilkan laba yang serupa dari
tawarannya yang bersaing, misalnya film, tetapi perusahaan-perusahaan itu sering kali memperoleh
Manajemen Strategis 40
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
laba yang lebih rendah secara substantial karena jumlah yang harus dibayarkan kepada aktor atau
sutradara terkenal atau kontributor hiburan lainnya yang dianggap merupakan pencipta utama dari
nilai film tersebut.
Perpisahan Disney dengan Pixar baru-baru ini menggambarkan situasi yang sebaliknya bagi
produsen Mickey Mouse tersebut. Keahlian Pixar dalam animasi digital telah terbukti merupakan
kunci atas keberhasilan yang mengesankan dari beberapa film animasi utama yang diproduksi Disney
selama beberapa tahun terakhir. Meskipun Disney kelihatannya beranggapan bahwa nama dan
jaringan distribusinya menjustifikasi perusahaan itu untuk memperoleh bagian terbesar atas laba
yang dihasilkan oleh usaha patungan ini selama lima tahun, Steve Job dan tim Pixarnya tidak
beranggapan demikian. Penilaian Pixar adalah bahwa kapabilitas perusahaan itulah yang merupakan
pendorong utama dari laba luar biasa besar yang dihasilkan oleh Ants dan Finding Nemo. Sehingga
membuat Pixar memutuskan untuk memperbaharui kerjasama dengan Disney. Sampai saat ini,
keahlian animasi digital Pixar yang tak tertandingi telah memperoleh laba dari keunggulan kompetitif
utamanya, dan Disney Studio berupaya keras untuk mengejar ketertinggalannya.
Tim olah raga, jasa investasi, dan bisnis konsultasi merupakan contoh-contoh lain dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan laba besar dari sumber dayanya (misalnya karyawan inti,
keahlian, hubungan baik) yang tidak terkait langsung dengan perusahaan dan oleh karena itu tidak
memungkinkan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba dengan mudah. Pemain olah raga
terkenal dapat berpindah dari satu tim ke tim lain atau meminta bayaran yang sangat tinggi, dan
situasi ini dapat terjadi pada situasi bisnis jasa lainnya. Situasi ini juga dapat terjadi ketika suatu
perusahaan membentuk usaha patungan dengan perusahaan lain, dan saling berbagi sumber daya,
kapabilitas, serta laba yang dihasilkan. Kadangkala restoran atau tempat penginapan yang
merupakan terwaralaba dari suatu organisasi nasional menjadi frustasi dengan besarnya biaya yang
harus dibayarkan pada pewaralaba setiap bulannya dan memutuskan untuk meninggalkan waralaba
tersebut serta berusaha secara independen. Perusahaan-perusahaan ini seringkali terheran-heran
karena bisnisnya turun secara drastis. Nilai dari nama waralaba, sistem reservasi, dan pengakuan
merek adalah sangat penting dalam penciptaan laba bagi bisnis tersebut.
Kriteria RBA 4:
Ketahanan: Seberapa cepat sumber daya tersebut menyusut
Semakin lambat suatu sumber daya menyusut, semakin bernilai sumber daya tersebut. Aset
berwujud, seperti komoditas atau modal dapat diukur depresiasinya. Aset tak berwujud, seperti
merek atau kapabiltas organisasional, merupakan tantangan penyusutan yang lebih sulit. Merek
Manajemen Strategis 41
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
Coca-cola justru terus terapresiasi, sementara pengetahuan teknis dalam beragam teknologi
komputer terdepresiasi dengan cepat. Pada perekonomian global abad ke-21 yang sangat kompetitif,
kompetensi dan keunggulan kompetitif yang unik dapat memudar dengan cepat, sehingga membuat
durabilitas menjadi ujian penting terhadap nilai dari sumber daya dan kapabilitas utama.
Manajemen Strategis 42
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
Gambar 4.1
Rantai Nilai Suatu Perusahaan
Sumber: Wheelen dan Hunger (2010:194) dari Porter (1998)
Dibutuhkan penilaian yang berbeda untuk setiap perusahaan dan industri karena apa yang
dipandang sebagai aktivitas pendukung oleh suatu perusahaan mungkin merupakan aktivitas utama
bagi perusahaan atau industri lain. Operasi komputer biasanya dianggap sebagai pendukung
infrastruktur misalnya, tetapi dapat dianggap sebagai aktivitas utama di perusahaan penerbangan,
surat kabar, atau bank.
Porter menguraikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam VCA sebagai berikut:
(1) Identifikasi value chain perusahaan
Tahap ini dapat dilakukan dengan melakukan benchmarking terhadap aktivitas-aktivitas
perusahaan lain dalam industri yang sama kemudian menetapkan aktivitas-aktivitas perusahaan
sendiri, yang meliputi aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas penunjang (support
activities). Intinya adalah bahwa dengan melakukan serangkaian aktivitas tersebut maka
perusahaan dapat menghasilkan sebuah produk yang bernilai bagi pelanggan.
(2) Tentukan keterkaitan (linkages) dari berbagai aktivitas dalam value chain tersebut
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu aktivitas terhadap aktivitas lainnya
dalam hal biaya, proses dan kinerja. Untuk itu perusahaan harus mengidentifikasi biaya, pemicu
biaya (costs drivers), proses dan kinerja pada setiap aktivitas dan keterkaitannya satu sama lain.
Manajemen Strategis 43
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
Dengan mengetahui pengaruh dan keterkaitan ini dengan jelas dan pasti maka dapat dilakukan
koordinasi antar aktivitas untuk selanjutnya dilakukan optimalisasi biaya (cost) dan nilai (value)
produk.
(3) Kembangkan keunggulan kompetitif yang tahan lama (sustainable competitive advantage)
Keunggulan kompetitif yang tahan lama dapat dicapai dengan cara mengontrol biaya agar selalu
berada di bawah biaya pesaing, jika perusahaan menerapkan cost leadership strategy. Aktivitas
yang berbiaya tinggi harus dipertimbangkan untuk dikurangi biayanya atau di-outsource jika ada
pemasok yang dapat menyediakannya dengan biaya yang rendah. Sementara itu, jika perusahaan
menerapkan differentiation strategy maka faktor proseslah yang harus diperhatikan. Semua
proses dalam aktivitas harus diarahkan untuk menciptakan value yang unik dan melebihi pesaing,
sehingga jika ada aktivitas yang tidak dapat melakukan prosesnya dengan baik harus dilakukan
perbaikan, konfigurasi kembali value chain atau meng-outsource aktivitas tersebut.
Manajemen Strategis 44
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
─ Merek dan reputasi perusahaan merek produk yang melekat di benak pelanggan dan
persepsi publik mengenai perusahaan secara keseluruhan.
Keuangan Strategis
Manajer keuangan harus memastikan sumber dana, penggunaan dana, dan pengendalian dana
yang terbaik. Semua isu strategis memiliki implikasi keuangan. Kas harus diperoleh dari sumber
internal dan eksternal dan dialokasikan untuk untuk berbagai penggunaan. Aliran dana dalam
operasi dan organisasi harus dipantau. Jika perusahaan terlibat dalam aktivitas internasional,
fluktuasi nilai mata uang harus ditangani dengan baik agar menjamin laba tidak turun akibat
kenaikan atau penurunan nilai mata uang yang digunakan perusahaan terhadap mata uang
negara lain seperti dollar, euro, yen, dan lain-lain. Pembayaran kembali kewajiban (utang) harus
dikelola dengan baik. Semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan ini harus
melengkapi dan mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan.
Dua hal penting yang berkaitan dengan keuangan strategis adalah:
─ Financial leverage rasio total utang terhadap total aset, yang menunjukkan bagaimana
utang digunakan untuk meningkatkan laba perusahaan.
─ Capital Budgeting proses menganalisis dan menentukan pilihan investasi dalam aset tetap
seperti tanah, bangunan dan peralatan, beserta pengaruhnya terhadap kas keluar dan kas
masuk perusahaan.
Penelitian dan Pengembangan (R&D) Strategis
Manajer R&D (research and development) bertanggung jawab untuk mengusulkan dan
mengimplementasikan strategi teknologi sesuai dengan tujuan dan kebijakan perusahaan. Tugas
manajer R&D meliputi (1) pemilihan alternatif teknologi baru yang akan digunakan,
(2) pengembangan metode untuk menggunakan teknologi tersebut dalam penemuan produk dan
proses baru, dan (3) pengelolaan sumber daya sehingga teknologi baru tersebut dapat
diimplementasikan.
Hal penting yang harus menjadi perhatian dalam fungsi R&D adalah:
─ Intensitas R&D, kompetensi teknologi, dan transfer teknologi persentase pengeluaran
untuk R&D terhadap nilai penjualan, kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan
teknologi baru, serta pengalihan teknologi dari percobaan laboratorium menjadi produk yang
dapat diterima oleh pasar.
─ Bauran R&D (R&D mix) terdiri atas R&D dasar (basic R&D) yang diukur dari jumlah paten
dan publikasi riset yang dihasilkan, R&D produk (product R&D) yang diukur dari jumlah
Manajemen Strategis 45
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
produk baru yang berhasil diperkenalkan dan persentase total penjualan dan laba yang
dihasilkan dari produk yang diperkenalkan dalam lima tahun terakhir, serta R&D proses
(process R&D) yang berkaitan dengan proses, pengendalian mutu, dan pengembangan
spesifikasi peralatan produksi.
─ Dampak diskontinuitas teknologi terhadap strategi dampak yang ditimbulkan ketika
perusahaan mengganti satu teknologi tertentu dengan teknologi lainnya yang lebih baru.
Operasional Strategis
Tugas utama manajer fungsi operasional (manufaktur atau pelayanan) adalah mengembangkan
dan menjalankan sistem untuk menghasilkan sejumlah produk atau jasa dengan kualitas, biaya
dan waktu tertentu. Pengelolaan fungsi ini tergantung dari karakteristik produksi perusahaan,
apakah produksi berdasarkan pesanan (intermittent system) atau produksi massal (continuous
system).
Ada 2 hal penting berkaitan dengan fungsi operasional yaitu:
─ Kurva pengalaman (experience curve) menyangkut jumlah biaya satuan yang dapat
dikurangi dengan peningkatan volume produksi dalam jumlah yang lebih besar.
─ Flexible manufacturing for mass customization) penggunaan teknologi komputer dan
robot untuk menekan biaya produksi.
Sumber Daya Manusia Strategis
Tugas utama manajer sumber daya manusia (SDM) adalah meningkatkan kesesuaian antara
individu karyawan dan pekerjaannya. Strategi yang baik tidak akan berarti jika karyawan tidak
memiliki keterampilan yang dibutuhkan atau pekerjaan tidak dirancang untuk mengakomodasi
karyawan yang tersedia.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
─ Meningkatkan kegunaan tim karyawan yang bekerja sama untuk suatu tugas tertentu.
─ Hubungan dengan serikat pekerja dan karyawan paruh waktu/temporer hubungan antara
perusahaan (manajemen) dengan serikat pekerja agar selalu harmonis dan penggunaan
karyawan tidak tetap jika dipandang lebih efisien untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
─ Kualitas hidup dan keberagaman menyangkut kesejahteraan yang layak bagi karyawan
dan penggunaan karyawan dari ras, budaya dan latar belakang yang berbeda-beda.
Sistem/Teknologi Informasi Strategis
Manajer sistem/teknologi informasi bertugas merancang dan mengelola aliran informasi di
dalam organisasi dengan cara yang dapat meningkatkan produktivitas dan pengambilan
Manajemen Strategis 46
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
keputusan. Sistem informasi suatu perusahaan dapat menjadi kekuatan dalam berbagai area
manajemen strategi tidak hanya untuk membantu analisis lingkungan dan mengendalikan
berbagai aktivitas perusahaan, tapi juga sebagai alat untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
Manajer fungsi ini harus memperhatikan:
─ Dampak terhadap kinerja kontribusi sistem informasi terhadap peningkatan penjualan
dan laba perusahaan melalui pemanfaatan semaksimal mungkin teknologi informasi yang
semakin berkembang seperti pemasaran melalui internet (website perusahaan, blog, jejaring
sosial, dan lain-lain), penggunaan intranet untuk komunikasi internal, dan penggunaan
ekstranet untuk logistik dan distribusi.
─ Manajemen rantai pengadaan (supply chain management) penggunaan internet, intranet
dan ekstranet untuk pengadaan bahan baku, proses produksi, penyimpanan dan distribusi
produk, serta pengiriman produk ke pelanggan.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Analisis internal atau analisis organisasi dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor strategis
internal, yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), yang memungkinkan perusahaan
untuk mengambil keuntungan dari peluang (opportunities) sambil menghindari ancaman (threaths).
Pendekatan berbasis sumber daya (resource based approach-RBA) untuk analisis organisasi
merupakan metode untuk menganalisis dan mengidentifikasi keunggulan strategis suatu perusahaan
yang didasarkan pada tinjauan terhadap kombinasi dari aset (berwujud dan tak berwujud), keahlian,
dan kapabilitas yang spesial sebagai suatu organisasi.
Pemahaman awal mengenai konsep sumber daya, kapabilitas, dan kompetensi akan
membantu manajer dalam melakukan analisis organisasi yang berbasis sumber daya. Grant (1991)
mengusulkan 5 tahap pendekatan berbasis sumber daya (RBA) untuk analisis strategi. Pendekatan
lain dari RBA adalah dengan menerapkan 4 kriteria yaitu penting, langka, layak, dan bertahan, untuk
menentukan sumber daya manakah yang merupakan kekuatan atau kelemahan dan sumber
manakah yang menghasilkan kompetensi inti yang merupakan sumber dari keunggulan kompetitif
yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage).
Analisis rantai nilai (value chain analysis-VCA) berupaya memahami bagaimana suatu bisnis
menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda
dalam bisnis terhadap nilai tersebut. Ada 3 langkah yang dilakukan dalam VCA. Cara paling sederhana
Manajemen Strategis 47
Bab IV – Analisis Internal: Analisis Organisasi
untuk memulai suatu VCA adalah dengan memeriksa area fungsionalnya secara tradisional untuk
menemukan potensi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Area fungsional ini secara umum meliputi
pemasaran strategis, keuangan strategis, penelitian dan pengembgan (R&D) strategis, operasional
strategis, SDM strategis, dan sistem/teknologi informasi strategis.
2. Pertanyaan
a. Jelaskan tujuan analisis lingkungan internal atau analisis organisasi
b. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource based
approach-RBA) dalam analisis organisasi
c. Jelaskan konsep sumber daya (resources), kapabilitas (capabilities), kompetensi
(competency), kompetensi inti (core competency), dan kompetensi khusus (distinctive
competency)
d. Jelaskan 4 kriteria untuk menentukan kekuatan atau kelemahan sumber daya dan
kompetensi inti dalam RBA
e. Jelaskan pengertian analisis rantai nilai (value chain analysis-VCA) dan 3 langkah/tahapannya
f. Sebutkan area fungsional dalam suatu perusahaan umumnya
3. Praktik/Studi Kasus
a. Carilah 2 perusahaan dan identifikasi kompetensi inti dari masing-masing perusahaan
tersebut
b. Gambarkan rantai nilai (value chain) satu perusahaan yang anda ketahui.
Manajemen Strategis 48
BAGIAN III
FORMULASI
STRATEGI
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
BAB V
FORMULASI STRATEGI: ANALISIS SITUASI DAN STRATEGI BISNIS
(STRATEGY FORMULATION: SITUATION ANALYSIS AND
BUSINESS STRATEGY)
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dibahas tentang analisis situasi berupa analisis SWOT (SWOT analysis)
dan pilihan strategi bisnis yang memungkinkan bagi suatu perusahaan, yang meliputi strategi
bersaing (competitive strategy) dan strategi kerja sama (cooperative strategy). Analisis SWOT
diperlukan untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal sebagai evaluasi diri bagi suatu
perusahaan. Dengan analisis ini, suatu strategi yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan akan
lebih realistis. Strategi bisnis (business strategy) merupakan suatu alat yang disiapkan oleh
manajemen untuk mencapai tujuan suatu perusahaan yang diterapkan pada level produk dan bisnis.
Pengetahuan mengenai analisis SWOT sangat diperlukan oleh manajemen sebagai dasar
untuk merumuskan berbagai strategi bisnis agar tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
Manajemen Strategis 49
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT merupakan evaluasi menyeluruh atas kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman bagi suatu perusahaan.
Langkah-langkah yang dapat membantu analisis SWOT adalah:
(1) Membuat Matriks SFAS
Matriks SFAS (Strategic Factors Analysis Summary) merupakan ringkasan faktor-faktor strategis
suatu organisasi, khususnya organisasi perusahaan. Faktor-faktor strategis meliputi faktor-faktor
eksternal (External Factors Analysis Summary = EFAS) dan faktor-faktor internal (Internal Factors
Analysis Summary = IFAS).
Sebelum membuat Matriks SFAS, terlebih dahulu identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal
yang dianggap dapat mempengaruhi aktivitas organisasi. Setelah itu, buat Matriks SFAS dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pada Kolom 1 (Faktor-faktor Strategis), identifikasi faktor-faktor eksternal (EFAS) dan faktor-
faktor internal (IFAS) yang mengindikasikan kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), atau
ancaman (T).
2. Pada Kolom 2 (Bobot), berikan bobot setiap faktor eksternal maupun internal dengan total
bobot masing-masing 1,00.
3. Pada Kolom 3 (Rating), berikan rating pada setiap faktor strategis, baik faktor eksternal
maupun faktor internal, dengan memberikan skala mulai dari 5 (menonjol) sampai 1 (buruk).
4. Pada Kolom 4 (Skor Tertimbang), kalikan bobot dengan rating. Hasil perkalian inilah yang
menjadi dasar untuk memilih faktor-faktor strategis yang dianggap paling penting.
5. Pada Kolom 5 (Durasi) pada Matriks SFAS, tentukan durasi waktu apakah jangka pendek
(kurang dari satu tahun), jangka menengah (satu sampai tiga tahun), atau jangka panjang
(lebih dari tiga tahun).
6. Pada Kolom 6 (Komentar), berikan komentar atas setiap faktor strategis yang telah
diidentifikasi.
Berikut ini adalah illustrasi matriks IFAS, EFAS dan SFAS dengan contoh Maytag Corporation pada
tahun 1995. Perusahaan ini adalah produsen peralatan rumah tangga yang berlokasi di Amerika
Serikat yang didirikan pada tahun 1893 dan terus berkembang menjadi perusahaan yang besar
dengan perluasan pasar di luar Amerika Serikat. Pada tahun 2006, Maytag diakuisisi oleh
Whirpool Corporation.
Manajemen Strategis 50
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Skor
Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating Komentar
Tertimbang
(1) (2) (3) (4) (5)
Kekuatan (S):
S1. Budaya kualitas Maytag 0,15 5 0,75 Kualitas kunci sukses
S2. Pengalaman manajemen puncak 0,05 4 0,20 Mengetahui produk
S3. Integrasi vertikal 0,10 4 0,40 Dedikasi pabrik
S4. Hubungan karyawan 0,05 3 0,15 Baik tapi menurun
S5. Orientasi internasional Hoover 0,15 3 0,45 Nama Hoover untuk alat
permbersih
Kelemahan (W):
W1. R&D yang berorientasi proses 0,05 2 0,10 Lambat pada produk baru
W2. Saluran distribusi 0,05 2 0,10 Toko besar menggantikan
penyalur kecil
W3. Posisi keuangan 0,15 2 0,30 Beban utang tinggi
W4. Posisi global 0,20 2 0,40 Lemah di luar Inggris dan
Australia
W5. Fasilitas produksi 0,05 4 0,20 Perlu investasi sekarang
Total 1,00 3,05
Sumber: Wheelen dan Hunger (2010:226)
Skor
Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Komentar
Tertimbang
(1) (2) (3) (4) (5)
Peluang (O):
O1. Integrasi ekonomi masyarakat 0,20 4 0,80 Akuisisi Hoover
Eropa
O2. Perubahan demografis 0,10 5 0,50 Kualitas Maytag
O3. Pembagunan ekonomi Asia 0,05 1 0,05 Keberadaan Maytag lemah
O4. Terbukanya Eropa Timur 0,05 2 0,10 Membutuhkan waktu
O5. Kecenderungan Super Store 0,10 2 0,20 Maytag lemah pada saluran
ini
Ancaman (T):
T1. Peningkatan regulasi 0,10 4 0,40 Posisi yang baik
pemerintah
T2. Persaingan di AS yang kuat 0,10 4 0,40 Posisi yang baik
T3. Whirpool dan Electrolux kuat 0,15 3 0,45 Lemah secara global
secara global
T4. Kemajuan produk baru 0,05 1 0,05 Tanda Tanya
T5. Perusahaan alat-alat rumah 0,10 2 0,20 Kehadiran orang-orang Asia
tangga Jepang di Australia
Total 1,00 3,15
Sumber: Wheelen dan Hunger (2010:226)
Manajemen Strategis 51
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Berdasarkan Ringkasan Analisis Faktor-faktor Internal (IFAS) dan Faktor-faktor Eksternal (EFAS)
tersebut, selanjutnya dapat ditentukan faktor-faktor strategis yang dapat memberikan pengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dalam hal ini, pemilihan faktor-faktor strategis, baik
faktor internal (S & W) maupun faktor eksternal (O & T) didasarkan pada skor tertimbang yang
tinggi. Selanjutnya dibuat matriks faktor-faktor strategis atau matrik SFAF sebagai berikut:
Panjang
Pendek
Sedang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
S1. Budaya kualitas Maytag 0,10 5 0,50 X Kualitas kunci untuk
sukses
S5. Memiliki orientasi 0,10 3 0,30 X X Nama dikenal
internasional
W3. Posisi keuangan 0,10 2 0,20 X X Utang besar
W4. Posisi global 0,15 2 0,30 X X Hanya di N.A, UK,
dan Australia
O1. Integrasi ekonomi 0,10 4 0,40 X Akuisisi Hoover
Masyarakat Eropa
O2. Perubahan demografis 0,10 5 0,50 X Kualitas Maytag
O5. Kecenderungan Super Store 0,10 2 0,20 X Lemah di saluran ini
T3. Whirpool dan Electrolux 0,15 3 0,45 X Dominasi industry
kuat secara global
T5. Perusahaan alat-alat 0,10 2 0,20 X Kehadiran orang-
rumah tangga Jepang orang Asia
Total 1,00 3,05
Sumber: Wheelen dan Hunger (2010:227)
Manajemen Strategis 52
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Matriks SWOT atau TOWS menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan untuk menghasilkan empat jenis alternatif strategi.
Bentuk atau format matriks SWOT adalah sebagai berikut:
Manajemen Strategis 53
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Keunggulan Bersaing
Biaya Rendah Diferensiasi
Target
Fokus Diferensiasi
Sempit
Target
Fokus Biaya
<Focused
(Cost Focus)
Differentiation>
Manajemen Strategis 54
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Berikut ini adalah penjelasan mengenai strategi-strategi yang digambarkan pada matriks
tersebut:
(1) Strategi Keunggulan Biaya (Cost Leadership Strategy)
Merupakan strategi bersaing dengan biaya rendah (a low-cost competitive strategy) yang
ditujukan pada pasar yang luas. Untuk mencapai cost leadership beberapa upaya yang perlu
dilakukan adalah: membangun fasilitas produksi pada skala yang efisien, giat melakukan
pengurangan biaya (cost reduction) melalui pengalaman, memperketat dan mengontrol
biaya overhead, serta meminimisasi biaya dalam berbagai hal, seperti R&D, pelayanan,
tenaga penjual, periklanan, dan lain-lain.
(2) Strategi Diferensiasi (Differentiation Strategy)
Strategi diferensiasi ditujukan pada pasar yang luas dan melibatkan penciptaan produk atau
jasa yang diharapkan memiliki keunikan. Strategi diferensiasi dapat dilakukan melalui
rancangan produk atau brand image, teknologi, fitur-fitur, jaringan penyalur, atau pelayanan
konsumen.
(3) Strategi Fokus (Focus Strategy)
Strategi fokus yang ditujukan untuk pasar yang sempit yang mengharapkan keuntungan
potensial dari ceruk pasar (niche market). Dalam hal ini terdapat dua pilihan yaitu apakah
fokus pada biaya (cost focus) atau fokus pada diferensiasi (differentiation focus).
Cost focus strategy merupakan strategi bersaing dengan biaya rendah yang
dititikberatkan pada kelompok pembeli tertentu atau pasar geografis tertentu dan
berusaha melayani ceruk pasar. Dengan menggunakan strategi ini perusahaan atau unit
bisnis mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya.
Differentiation focus strategy merupakan strategi yang memusatkan pada kelompok
pembeli tertentu, segmen lini produk, atau pasar geografis. Dengan menggunakan
strategi ini perusahaan atau unit bisnis mencari diferensiasi pada segmen pasar yang
ditargetkan.
Manajemen Strategis 55
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Untuk menjalankan strategi bersaing, suatu perusahaan perlu memiliki taktik bersaing yang
merupakan rencana operasi bagaimana strategi dijalankan. Secara umum terdapat dua jenis
taktik bersaing, yaitu:
(1) Taktik ofensif (offensive tactics), yaitu berusaha merebut pasar pesaing yang telah ada.
Taktik ofensif dapat berupa: serbuan frontal, manuver, menyerang dengan memotong,
mengepung, dan perang gerilya.
(2) Taktik defensif (defensive tactics), yaitu berusaha mempertahankan posisi pasar yang
dimiliki saat ini. Taktik ini dilakukan untuk menghadapi serangan dari lawan (pesaing). Taktik
defensif dapat berupa: menimbulkan hambatan struktural, meningkatkan pembalasan yang
diperkirakan, serta mengurangi keinginan untuk menyerang.
Manajemen Strategis 56
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
mengurangi output dam menaikkan harga dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat dari
hukum permintaan dan penawaran di pasar. Kolusi dapat dilakukan secara terang-terangan
(eksplisit), di mana perusahaan bekerja sama melalui komunikasi langsung dan negosiasi,
atau secara diam-diam di mana perusahaan bekerja sama secara tidak langsung melalui
suatu sistem informal.
Kolusi, baik yang terang-terangan maupun diam-diam sebenarnya merupakan tindakan
ilegal. Sebagai contoh, Archer Daniels Midland (ADM), produsen produk pertanian besar di
Amerika Serikat, bersekongkol dengan dua pesaingnya untuk membatasi volume penjualan
dan menaikkan harga. Setelah dibahas dalam asosiasi akhirnya ketiga perusahaan tersebut
diharuskan membayar denda.
(2) Aliansi Strategis (Strategic Alliances)
Yaitu kesepakatan kerja sama jangka panjang antara dua atau lebih perusahaan atau unit
bisnis yang independen untuk mencapai tujuan utama secara strategis sehingga satu sama
lain memperoleh manfaat. Beberapa alasan bagi perusahaan atau unit bisnis melakukan
aliansi strategis sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan atau mempelajari kapabilitas baru
b. Untuk mendapatkan akses ke pasar tertentu
c. Untuk mengurangi risiko keuangan
d. Untuk mengurangi risiko politik.
Adapun jenis-jenis aliansi strategis adalah:
a. Mutual Service Consortia (MSC)
Yaitu suatu kerja sama antar perusahaan yang sejenis pada industri yang sama dengan
menyatukan sumber daya mereka untuk mendapatkan manfaat yang terlalu mahal jika
dikembangkan sendiri, seperti akses ke teknologi maju. Sebagai contoh, IBM
melakukakan kerja sama riset dengan Sony Electric dan Toshiba untuk membangun chip
komputer generasi berikutnya.
b. Joint Venture (JV)
Yaitu suatu kerja sama aktivitas bisnis yang dilakukan oleh dua atau lebih organisasi yang
terpisah untuk tujuan strategis, yang dapat menciptakan entitas bisnis yang independen
dan mengalokasikan kepemilikan, tanggung jawab operasional, serta risiko keuangan dan
imbalan kepada setiap aggotanya, sambil tetap memelihara identitas/otonomi masing-
masing. Sebagai contoh, Procter & Gamble melakukan joint venture dengan Clorox untuk
Manajemen Strategis 57
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
memproduksi penyimpan makanan. P&G membawa teknologi plastik film dan 20 pekerja
sedangkan Clorox membawa bisnis tas, kontainer, dan pembungkus.
c. Licensing Arrangement (LA)
Yaitu suatu kesepakatan di mana perusahaan lisensi (licensor) memberikan hak kepada
perusahaan lain (licensee) di negara atau pasar lain untuk memproduksi dan/atau
menjual suatu produk. Perusahaan penerima lisensi (licensee) membayar kompensasi
kepada perusahaan lisensi. Sebagai contoh, restoran KFC, Pizza Hut, Taco Bell, A&W.
d. Value-Chain Partnership (VCP)
Yaitu suatu aliansi yang kuat dan dekat di mana satu perusahaan atau unit bisnis
membentuk suatu kerja sama jangka panjang dengan supplier atau distributor utama
untuk mendapatkan keunggulan yang saling menguntungkan. Sebagai contoh, P&G,
pembuat kopi Folgers and Millstone, bekerja sama dengan produsen peralatan pembuat
kopi Mr Coffee, Krups dan Hamilton Beach untuk menggunakan teknologi dari Black &
Decker untuk memasarkan alat pembuat kopi sendiri yang dinamakan Home Cafe.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Formulasi strategi, sering juga disebut sebagai perencanaan strategis atau perencanaan
jangka panjang, adalah pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Kegiatan ini
dimulai dengan analisi situasi yaitu proses menemukan kesesuaian strategis antara peluang eksternal
(external opportunities) dan kekuatan internal (internal strenghts) sambil mengatasi ancaman
eksternal (external threats) dan kelemahan internal (internal weaknesses).
Analisis situasi dapat dilakukan dengan menggunalan alat analisis SWOT (S adalah Strengths-
kekuatan, W adalah Weaknesses-Kelemahan, O adalah Opportunities-Peluang, dan T adalah Threats-
Ancaman) yang merupakan faktor-faktor strategis bagi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Ada 3 langkah dalam melakukan analisis SWOT.
Strategi bisnis (business strategy) adalah strategi yang menitikberatkan pada perbaikan posisi
bersaing produk atau jasa suatu perusahaan atau unit bisnis dalam industri atau segmen pasar
tertentu yang dilayani oleh perusahaan atau unit bisnis. Strategi bersaing terdiri atas strategi
bersaing (competitive strategy) dan strategi kerja sama (cooperative strategy).
Manajemen Strategis 58
Bab V – Formulasi Strategi: Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
2. Pertanyaan
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan analisis SWOT
b. Jelaskan strategi bersaing generik menurut Porter
c. Jelaskan strategi kerja sama (cooperative strategy) dan bentuk-bentuk dari strategi ini
d. Apakah memungkinkan bagi suatu perusahaan atau unit bisnis menjalankan cost leadership
strategy dan differentiation strategy secara bersamaan? Mengapa dan mengapa tidak?
e. Apakah memungkinkan bagi perusahaan mempunyai keunggulan bersaing yang
berkelanjutan ketika industri menjadi sangat bersaing (hypercompetitive)?
3. Praktik/Studi Kasus
a. Identifikasi satu perusahaan kemudian buatlah analisis SWOT untuk perusahaan tersebut
secara berkelompok (4-5 orang).
b. Read the following paragraph about a successful company in a newly emerging business.
What should this company do if it wants to continue competing successfully in the future?
Form a group with 4 other people in your class. Consider the questions posed at the end of
the paragraph. Compare your group’s recommendations with those of other groups.
E*Trade Group, Inc., was a pioneer in the on-line trading of securities. Led by CEO Christos
Cotsakos, the discount brokerage firm had the largest volume of internet trades- 2,500 daily
during 1996. Seventy-five percent of its business was conducted online. Even though only
80,000 investors traded online in 1996, that number was expected to grow to 1.3 million in
just two years. E*Trade has been successful not only by being the first on the internet, but
also by charging only $12 per trade. Revenue, totaling $23.3 million in 1995, has grown an
average of 125% annually since 1991. While E*Trade was preparing to go public, it was
dealing with several problems. A computer hardware failure in May 1996 left many
customers unable to access their accounts for 24 hours. That led to a $1.7 million payment to
clients who lost money in the market. An increase in accounts from 38,000 to 65,000, with
trading volume tripling from 50 million to 170 million shares during the first five months of
1996, left the company struggling to keep up. Established brokerage firms, such as Charles
Schwab and Fidelity Investments, were reducing their commissions and gearing up to
compete for a share of this emerging Internet market.
Manajemen Strategis 59
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
BAB VI
FORMULASI STRATEGI: STRATEGI KORPORASI
(STRATEGY FORMULATION: CORPORATE STRATEGY)
PENDAHULUAN
Jika strategi bisnis diterapkan pada level produk atau unit bisnis dengan tujuan untuk
meningkatkan posisi bersaingnya, maka strategi korporasi adalah strategi yang diterapkan pada level
perusahaan secara keseluruhan. Tujuan utama dari strategi ini adalah menjaga keberlangsungan
hidup perusahaan secara keseluruhan. Strategi ini dilakukan dengan mengarahkan perusahaan ke
arah yang tepat, membuat portofolio produk dan unit bisnis yang paling optimal, dan membentuk
sinergi di antara berbagai produk dan unit bisnis yang dimiliki dengan memanfaatkan sumber daya
perusahaan secara keseluruhan. Strategi direksional, analisis portofolio dan strategi parenting adalah
perwujudan strategi korporasi.
Manajemen Strategis 60
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
membutuhkan sumber daya tersebut. Dengan cara ini, dihasilkan sinergi antara berbagai lini produk
dan unit bisnis sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan secara keseluruhan yang lebih
besar dibandingkan jika masing-masing berjalan sendiri-sendiri.
Manajemen Strategis 61
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
(hostile). Akuisisi bagi perusahaan yang bermusuhan (hostile) sering disebut pengambilalihan
(takeover). Aliansi strategis adalah suatu kerja sama antara dua atau lebih perusahaan atau unit
bisnis untuk mencapai tujuan secara strategis yang dapat memberikan manfaat satu sama lain.
Pertumbuhan merupakan strategi yang sangat menarik dengan dua alasan utama yaitu:
(1) Pertumbuhan didasarkan pada peningkatan permintaan pasar yang mungkin menutupi
kekurangan perusahaan – kekurangan yang akan segera menjadi jelas pada pasar yang stabil
atau menurun.
(2) Suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan menawarkan lebih banyak peluang untuk
maju, promosi, dan pekerjaan yang menarik.
Ada dua strategi pertumbuhan mendasar yaitu konsentrasi pada lini produk sat ini di dalam
satu industri dan diversifikasi ke dalam lini produk yang lain pada industri lainnya.
(1) Strategi Konsentrasi (Concentration Strategy)
Jika lini produk saat ini memiliki potensi pertumbuhan yang nyata, konsentrasi sumber daya
atas lini produk ini membutuhkan suatu strategi pertumbuhan. Ada dua strategi konsentrasi
yang mendasar yaitu pertumbuhan vertikal dan pertumbuhan horizontal. Perusahaan yang
mengalami pertumbuhan dalam industri yang bertumbuh cenderung untuk memilih strategi
ini sebelum mereka mencoba diversifikasi.
a. Pertumbuhan Vertikal (Vertical Growth)
Pertumbuhan vertikal dapat dicapai dengan cara mengambil alih fungsi pemasok atau
distributor. Pertumbuhan ini dapat dicapai baik secara internal dengan cara memperluas
operasi yang ada, atau secara eksternal melalui akuisisi. Pertumbuhan vertikal dapat
dicapai melalui integrasi vertikal (vertical integration) baik integrasi ke belakang
(backward integration) maupun integrasi ke depan (forward integration). Backward
integration merupakan pengambilalihan fungsi pemasok sedangkan forward integration
merupakan pengambilalihan fungsi distributor.
b. Pertumbuhan Horizontal (Horizontal Growth)
Pertumbuhan horizontal dapat dicapai dengan cara memperluas operasi perusahaan ke
lokasi geografis lainnya dan/atau meningkatkan jangkauan produk dan jasa yang
ditawarkan pada pasar saat ini. Perusahaan dapat melakukan pertumbuhan melalui
pengembangan internal atau eksternal dengan cara akuisisi atau aliansi strategis dengan
perusahaan lain pada industri yang sama. Pertumbuhan horizontal dapat dilakukan
melaui integrasi horizontal.
Manajemen Strategis 62
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
Manajemen Strategis 63
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
Manajemen Strategis 64
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
mengurangi investasi dan pengeluaran jangka pendek. Mungkin juga manajemen menjual
satu lini produknya untuk mendapatkan arus kas masuk. Strategi ini biasanya dilakukan
ketika perusahaan berada dalam situasi buruk yang bersifat sementara. Perusahaan yang
akan melakukan IPO (initial public offering) juga biasanya melakukan strategi ini sampai
proses IPO selesai, agar posisi laba tetap stabil dalam pandangan calon investor.
Manajemen Strategis 65
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
Manajemen Strategis 66
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
Berikut ini adalah rangkuman perbedaan keempat strategi direksional atau strategi utama
menurut Jauch dan Gluek:
Manajemen Strategis 67
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
Manajemen Strategis 68
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
Berdasarkan matriks tersebut, setiap produk dipetakan ke dalam empat kategori yaitu:
(1) Tanda tanya (Question Marks)
Merupakan produk baru dengan potensi untuk sukses, tapi masih membutuhkan sejumlah
pengeluaran kas untuk berkembang. Jika produk tersebut menghasilkan pangsa pasar yang
cukup, dapat menjadi pemimpin pasar (market leader) dan selanjutnya menjadi bintang
(star). Oleh karena itu kas harus diambil dari produk yang lebih matang untuk dikeluarkan
bagi pengembangan produk question marks ini. Contoh produk pada kategori ini adalah
Chevrolet Volt milik General Motor.
(2) Bintang (Stars)
Merupakan tipikal produk pemimpin pasar pada puncak siklus hidupnya dan sanggup
menghasilkan kas yang cukup untuk menjaga pangsa pasarnya yang tinggi serta memberikan
kontribusi kepada laba perusahaan. Ketika tingkat pertumbuhan pasarnya lambat, produk
stars dapat menjadi sapi perah (cash cows). Bisnis printer HP (Hewlett Packard) adalah
contoh produk pada kategori ini.
(3) Sapi perah (cash cows)
Produk ini membutuhkan lebih banyak uang untuk menjaga pangsa pasarnya. Pada tahap
penurunan (declining) pada siklus hidupnya ini, produk diperah untuk menghasilkan kas yang
akan diinvestasikan pada produk question marks yang baru. Biaya iklan dan R&D dikurangi
agar tidak membebani. Produk video cassette recorder (VCR) Panasonic bergerak masuk ke
kategori ini ketika penjualannya terus menurun dan produk DVD player/recorder
menggantikan fungsinya.
(4) Anjing (Dogs)
Produk ini mempunyai pangsa pasar yang rendah dan tidak mempunyai potensi untuk
menghasilkan kas karena berada pada industri yang tidak menarik. Menurut matriks BCG,
dogs harus dijual atau sejumlah kecil kas yang mereka dapat hasilkan harus dikelola secara
hati-hati. Bisnis personal computer (PC) milik IBM yang dijual kepada Lenovo Group dari Cina
adalah contoh dari produk/bisnis pada kategori ini.
Matriks GE
Perusahaan General Electric (GE) bekerja sama dengan konsultan McKinsey & Company
mengembangkan matriks yang lebih rumit yang dinamakan GE Business Screen atau GE Matrix.
Matriks ini terdiri atas sembilan sel yang ditetapkan berdasarkan daya tarik industri jangka
panjang (long-term industry attractiveness) dan posisi kekuatan bisnis dalam persaingan
Manajemen Strategis 69
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
(business strength competitive position). Matriks GE melibatkan lebih banyak data pada dua
variabel utamanya. Sebagai contoh, daya tarik industri mencakup parameter tingkat
pertumbuhan pasar, profitabilitas industri, ukuran, praktek penetapan harga, yang merupakan
kemungkinan peluang dan ancaman. Posisi kekuatan bisnis dalam persaingan meliputi pangsa
pasar, posisi teknologi, profitabilitas, dan ukuran, yang merupakan kemungkinan kekuatan dan
kelemahan.
Lini produk atau unit bisnis individual diidentifikasi dengan sebuah huruf dan diplot sebagai
suatu lingkaran pada matriks. Area setiap lingkaran mewakili nilai penjualan dalam industri. Area
potongan pai pada lingkaran (berwarna lebih gelap) menggambarkan pangsa pasar produk atau
unit bisnis.
Untuk mem-plot lini produk atau unit bisnis, dilakukan empat tahap sebagai berikut:
(1) Pilih kriteria untuk tingkat industri bagi setiap lini produk atau unit bisnis. Nilai daya tarik
industri secara menyeluruh untuk setiap lini produk atau unit bisnis pada skala mulai dari 1
(sangat tidak menarik) sampai 5 (sangat menarik).
(2) Pilih faktor utama yang dibutuhkan untuk berhasil pada setiap lini produk atau unit bisnis.
Nilai posisi kekuatan bisnis dalam persaingan untuk setiap lini produk atau unit bisnis pada
Manajemen Strategis 70
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
Sedang 4) 5) 6)
Stabiltas Pertumbuhan Pengurangan
<Hati-hati> <Konsentrasi melalui <Perusahaan
integrasi horizontal> Tawanan atau
Stabilitas Divestasi>
<Tak ada perubahan
Profit Strategi>
Rendah 7) 8) 9)
Pertumbuhan Pertumbuhan Pengurangan
<Diversifikasi <Diversifikasi <Bangkrut atau
Konsentrik> Konglomerat> Likuidasi>
Manajemen Strategis 71
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
perusahaan sebagai sumber daya dan kapabilitas yang dapat digunakan untuk membangun nilai bagi
unit bisnis sekaligus menghasilkan sinergi di antara berbagai unit bisnis tersebut. Strategi ini fokus
pada kompetensi inti (core competencies) perusahaan induk (parent corporation) dan pada nilai yang
diciptakan dari hubungan antara induk dan unit-unit bisnisnya. Oleh karena itu maka tugas utama
kantor pusat perusahaan adalah untuk menciptakan sinergi di antara unit-unit bisnis dengan
menyediakan sumber daya untuk unit bisnis, mentransfer keahlian dan kapabilitas ekonomis kepada
unit bisnis, dan mengkoordinasikan aktivitas unit bisnis agar dapat berbagi fungsi yang ada untuk
mendapatkan manfaat ekonomis (misalnya sentralisasi pembelian).
Berikut adalah tahap analitis dalam strategi parenting:
(1) Periksa setiap unit bisnis (atau perusahaan target, dalam kasus akuisisi) untuk menemukan
faktor-faktor strategisnya.
(2) Periksa setiap unit bisnis (atau perusahaan target) untuk menemukan pada area mana kinerjanya
dapat ditingkatkan.
(3) Analisis seberapa baik kesesuaian antara perusahaan induk dengan unit bisnis (atau perusahaan
target).
PENUTUP
1. Kesimpulan
Strategi korporasi (corporate strategy) adalah strategi yang bertujuan untuk menjaga
keberlangsungan hidup perusahaan secara keseluruhan. Strategi ini dilakukan dengan mengarahkan
perusahaan ke arah yang tepat (strategi direksional), membuat portofolio produk dan unit bisnis
yang paling optimal (analisis portofolio), dan membentuk sinergi di antara berbagai produk dan unit
bisnis dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan secara keseluruhan (strategi parenting).
Strategi direksional (directional strategy) terdiri atas strategi pertumbuhan (growth strategy),
strategi stabilitas (stability strategy), strategi pengurangan (retrenchment strategy), dan strategi
kombinasi (combination strategy). Analisis portofolio dapat dilakukan dengan bantuan matriks BCG,
matriks GE, atau matriks internal eksternal. Selanjutnya, strategi parenting dilakukan melalui 3 tahap
analitis.
2. Pertanyaan
a. Jelaskan perbedaan antara strategi direksional, analisis portofolio dan strategi parenting
b. Menurut anda, manakah yang lebih baik, pertumbuhan internal atau eksternal? Jelaskan.
Manajemen Strategis 72
Bab VI – Formulasi Strategi: Strategi Korporasi
c. Pada strategi konsentrasi, jelaskan kondisi yang tepat untuk melakukan pertumbuhan
vertikal dan pertumbuhan horizontal? Berikan contoh.
3. Praktik/Studi Kasus
a. Cari dan identifikasi perusahaan di Indonesia yang menerapkan strategi diversifikasi
konsentrik dan diversifikasi konglomerat. Jelaskan.
b. Cari dan identifikasi pula perusahaan di Indonesia yang menerapkan strategi kepailitan dan
likuidasi. Jelaskan.
c. Read the following example of a company that has had its share of successes and failures in a
very unique industry. Consider the questions at the end of the paragraph and discuss them
with others.
KinderCare Learning Centers had been founded to take advantage of the increasing numbers
of dualcareer couples who were turning to day-care centers to watch their children while they
were at work. In comparison to some centers that were nothing more than babysitting
services providing only minimal attention to the needs of the children, KinderCare offered
pleasant surroundings staffed by well-trained personnel. Soon KinderCare had over 1,000
centers in almost 40 states in the United States. Not satisfied with its success, however,
KinderCare top management decided to take advantage of its relationship with working
parents to diversify into the somewhat related business of banking, insurance, and retailing.
Financed through junk bonds, the strategy failed to bring in enough cash to pay for its
implementation. After years of losses, the company was driven to bankruptcy in the late
1980s. It emerged from bankruptcy in 1993, divested itself of its acquisitions and plegged to
stay away from diversification. The new CEO initiated a concentration strategy with an
emphasis on horizontal growth. KinderCare opened its first center catering expressly to
commuters in a renovated supermarket near the Metro line to Chicago. It also offered to
build child-care centers for big employers or to run existing facilities for a fee. It opened its
first overseas center in Britain. By 1996, the company was earning $21.7 million on revenues
of $506.5 million with centers in 38 states and the United Kingdom.
Manajemen Strategis 73
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
BAB VII
FORMULASI STRATEGI:
STRATEGI FUNGSIONAL DAN PILIHAN STRATEGIS
(STRATEGY FORMULATION:
FUNCTIONAL STRATEGY AND STRATEGIC CHOICE)
PENDAHULUAN
Strategi fungsional sangat terkait dengan strategi bisnis dan strategi korporasi. Ketiga strategi
tersebut merupakan satu kesatuan. Strategi fungsional (functional strategy) merupakan suatu
pendekatan terhadap area fungsional untuk mencapai tujuan perusahaan dan unit bisnis dengan
memaksimumkan produktivitas sumber daya. Strategi ini dititikberatkan pada pengembangan dan
pemeliharaan suatu kompetensi khusus (distinctive competency) untuk menghasilkan keunggulan
bersaing bagi suatu perusahaan atau unit bisnis. Sebagai contoh, suatu perusahaan mempunyai
beberapa unit bisnis, masing-masing unit bisnis memiliki strategi bisnis, masing-masing mempunyai
serangkaian departemen, masing-masing departemen mempunyai strategi fungsional. Jadi, strategi
bisnis dan strategi korporasi hanya dapat dijalankan dengan dukungan strategi fungsional.
Orientasi strategi fungsional didasarkan pada strategi unit bisnisnya. Sebagai contoh, unit
bisnis yang menerapkan strategi bersaing diferensiasi melalui kualitas tinggi membutuhkan strategi
fungsional manufaktur yang lebih mengutamakan jaminan kualitas dibandingkan harga yang murah;
dan produksi dengan volume tinggi, strategi fungsional sumber daya manusia yang menekankan
penggunaan dan pelatihan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi walaupun mahal; dan strategi
fungsional pemasaran yang menekankan saluran distribusi menarik dengan periklanan untuk
meningkatkan permintaan konsumen dengan mendorong kelonggaran promosi kepada para
pengecer.
Manajemen Strategis 74
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
(1) Merebut pangsa pasar yang lebih besar dari pangsa pasar saat ini, yaitu melalui penyerapan
pasar (market saturation) dan penetrasi pasar (market penetration)
Produsen produk konsumen (consumer product) besar seperti P&G dan Unilever
menggunakan periklanan dan promosi untuk mengimplementasikan strategi penyerapan dan
penetrasi pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang dominan.
(2) Mengembangkan pasar baru bagi produk yang ada saat ini
Perusahaan Arm & Hammer menggunakan strategi ini dengan cara menemukan kegunaan
baru dari produknya yaitu soda kue.
Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)
Dengan menggunakan strategi pengembangan produk, suatu perusahaan atau unit bisnis dapat:
(1) Mengembangkan produk baru untuk pasar yang telah ada saat ini
Selain dengan merek baru, menggunakan merek produk yang sudah sukses namun untuk
jenis produk yang berbeda juga dapat dilakukan sebagai cara pengembangan produk.
Sebagai contoh, Smith & Wesson yang sudah dikenal dengan produk senjata api genggam,
menggunakan nama yang sama untuk produk parfum pria. Cara ini dinamakan line extension
dan berguna sebagai daya tarik bagi pelanggan lama untuk mencoba produk baru
perusahaan.
(2) Mengembangkan produk baru untuk pasar yang baru
Arm & Hammer membuat produk pengurang polusi untuk digunakan pada pabrik
pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara. Berbeda sekali dari bisnis dan produknya
selama ini yaitu toko bahan makanan.
Strategi Dorong dan Tarik (Push and Pull Strategy)
Strategi ini berkaitan dengan periklanan dan promosi. Strategi mendorong (push strategy)
dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah uang yang besar pada promosi perdagangan untuk
mendapatkan atau mempertahankan pajangan produk di rak-rak pada outlet pengecer. Promosi
perdagangan meliputi pemberian diskon, penawaran khusus dalam toko, dan potongan
periklanan (advertising allowance), yang didesain untuk “mendorong” produk melalui sistem
distribusi. Strategi menarik (pull strategy) merupakan strategi di mana periklanan “menarik”
produk melalui saluran distribusi. Perusahaan mengeluarkan lebih banyak uang untuk periklanan
yang didisain untuk membangun kesadaran merek sehingga pembeli akan mencari produk
tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat periklanan yang tinggi (yang merupakan bagian
penting dari pull strategy) bermanfaat untuk menciptakan merek yang unggul di pasar.
Manajemen Strategis 75
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
Strategi Penetapan Harga Skim dan Penetrasi (Skimming & Penetration Pricing Strategy)
Ketika menetapkan harga produk baru, suatu perusahaan atau unit bisnis dapat mengikuti salah
satu dari dua strategi yaitu penetapan harga skim (skimming pricing) dan penetapan harga
penetrasi (penetration pricing). Skimming pricing merupakan penetapan harga produk baru yang
menawarkan peluang untuk “menyendok krim” dari puncak kurva permintaan dengan suatu
harga yang tinggi dengan pertimbangan produknya adalah baru dan pesaingnya sedikit.
Penetration pricing merupakan penetapan harga produk baru dengan memanfaatkan peluang
untuk mendapatkan pangsa pasar dengan harga yang rendah agar dapat mendominasi industri.
Penetration pricing lebih disukai daripada skim pricing untuk meningkatkan laba perusahaan
dalam jangka panjang. Sementara itu, penggunaan internet untuk memasarkan produk secara
langsung kepada konsumen telah memungkinkan perusahaan untuk menggunakan dynamic
pricing, yaitu penetapan harga di mana harga berubah-ubah berdasarkan permintaan, segmen
pasar, dan ketersediaan produk.
Manajemen Strategis 76
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
biasanya diperoleh dari pihak ketiga seperti perusahaan asuransi atau bank investasi.
Pengelolaan dividen dan harga saham juga merupakan bagian yang penting dari strategi
keuangan. Perusahaan yang berada pada industri dengan pertumbuhan cepat seperti komputer dan
perangkat lunak komputer seringkali tidak mengumumkan dividen. Perusahaan menggunakan uang
yang seharusnya untuk membayar dividen untuk membiayai pertumbuhan yang cepat. Jika berhasil,
pertumbuhan penjualan dan laba yang dihasilkan akan terlihat pada harga saham yang lebih tinggi –
yang akhirnya menghasilkan capital gain yang besar ketika para pemegang saham menjual saham
mereka.
Manajemen Strategis 77
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
Manajemen Strategis 78
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
Multiple sourcing Perusahaan memesan dan membeli suatu bahan atau komponen tertentu
dari beberapa pemasok. Pendekatan ini sangat menguntungkan karena (1) mendorong pemasok
untuk bersaing sehingga mengurangi harga, dan (2) jika salah satu pemasok tidak dapat
memenuhi pesanan, masih ada pemasok yang lain, sehingga menjamin ketersediaan pasokan
bahan dan komponen.
Sole sourcing Perusahaan hanya bergantung pada satu pemasok untuk bahan atau komponen
tertentu. Pendekatan ini membuat hubungan dengan pemasok menjadi sangat baik sehingga
kualitas bahan lebih terjamin. Dengan sole sourcing, perusahaan memiliki hubungan jangka
panjang dengan lebih sedikit pemasok. Penerapan sistem produksi JIT (just in time)
membutuhkan pendekatan ini karena dengan satu pemasok yang sudah bisa dipercaya,
ketepatan waktu pasokan bisa diandalkan.
Parallel sourcing Merupakan pengembangan dari sole sourcing di mana ada dua pemasok
untuk dua bahan atau komponen yang berbeda, namun kedua pemasok tersebut dapat menjadi
pemasok cadangan satu sama lain. Jika satu pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan tepat
waktu maka pemasok yang lainnya yang akan memenuhi kebutuhan tersebut.
Manajemen Strategis 79
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
Manajemen Strategis 80
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
manfaat dari peluang dan kekuatan serta membantu menghindari ancaman dan kelemahan, maka
strategi itu kemungkinan akan gagal.
Pertimbangan penting lainnya dalam memilih suatu strategi adalah kemampuan setiap
alternatif strategi untuk memenuhi tujuan dengan sumber daya terkecil dan efek samping paling
sedikit. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan suatu rencana implementasi tentatif untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh manajemen.
Ada dua hal yang berkaitan dengan pemilihan strategi, yaitu menyusun skenario perusahaan
dan proses penetapan pilihan strategis.
Hasil dari penyusunan skenario harus mengantisipasi laba bersih, arus kas, dan modal kerja
bersih untuk ketiga kemungkinan (optimis-O, pesimis-P, sangat mungkin-ML). Suatu strategi
dapat dilanjutkan jika strategi tersebut dapat memberikan pengaruh positif terhadap laporan
keuangan selama lebih dari lima tahun. Hasil dari skenario ini harus memberikan informasi yang
cukup mengenai kemungkinan kelayakan dan profitabilitas dari alternatif strategi. Skenario ini
dapat menjadi rumit khususnya dalam perhitungan ketiga kemungkinan. Namun, analisis ini
tetap dibutuhkan untuk membuat perbandingan realistis mengenai hasil yang diproyeksikan
untuk alternatif strategi yang masuk akal dan bantuannya terhadap program, anggaran dan
prosedur.
Berikut ini adalah format kotak skenario pro forma laporan keuangan:
Manajemen Strategis 81
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
Bagaimanapun, keputusan yang sesungguhnya diambil masih akan dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang mungkin lebih bersifat subyektif, seperti:
(1) Sikap manajemen terhadap risiko
(2) Tekanan dari stakeholders
(3) Tekanan dari budaya perusahaan
(4) Kebutuhan dan keinginan manajer penting
Manajemen Strategis 82
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
Berdasarkan alternatif strategi yang dihasilkan, setiap alternatif harus dievaluasi untuk
melihat kemampuannya memenuhi empat kriteria berikut:
(1) Mutual Exclusivity – Pelaksanaan satu alternatif strategi terlepas dari atau tidak ada
hubungan dengan pelaksanaan alternatif strategi yang lainnya.
(2) Success – Strategi tersebut harus layak dan memiliki peluang yang baik untuk berhasil.
(3) Completeness – Strategi tersebut harus memperhitungkan semua faktor-faktor strategis.
(4) Internal Consistency – Strategi tersebut harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan
tujuan, kebijakan, dan strategi yang saat ini sedang dijalankan.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Strategi fungsional (functional strategy) merupakan suatu pendekatan terhadap area
fungsional untuk mencapai tujuan perusahaan dan unit bisnis dengan memaksimumkan
produktivitas sumber daya. Strategi ini dititikberatkan pada pengembangan dan pemeliharaan suatu
kompetensi khusus (distinctive competency) untuk menghasilkan keunggulan bersaing bagi suatu
perusahaan atau unit bisnis. Strategi fungsional terdiri atas strategi pemasaran, strategi keuangan,
strategi penelitian dan pengembangan (R&D), strategi operasi, strategi pembelian, strategi logistik,
Manajemen Strategis 83
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
2. Pertanyaan
a. Jelaskan, apakah strategi fungsional saling bergantung satu sama lain atau berdiri sendiri
antara satu strategi fungsional dengan strategi fungsional lainnya?
b. Kapan suatu perusahaan atau unit bisnis harus meng-outsource suatu fungsi atau
aktivitasnya?
c. Mengapa strategi penetapan harga penetrasi lebih memungkinkan dari pada strategi
penetapan harga skim untuk meningkatkan laba operasi perusahaan atau unit bisnis dalam
jangka panjang?
d. Jelaskan hubungan antara kebijakan dan strategi.
3. Praktik/Studi Kasus
Read the following example of a company that is attempting to use its functional expertise in
information system technology to obtain a competitive advantage in its industry. Do you think it
will succeed?
In October 1996 Federal Express (FedEx) announced plans to give away its “Business Link”
software early in 1997 to enable thousands of companies to buy and sell goods on the Internet.
The system was to allow businesses to tap into FedEx’s central computer to build web sites
promoting their goods on the World Wide Web. Customers would be able to view the catalogue
on-line and order goods, pay for them, and arrange delivery-through FedEx, of course FedEx had a
highly regarded web site for tracking its own delivery system, but this was its first venture into
offering companies a way of doing business electronically.
FedEx planned to charge customers a transaction fee each time Federal Express processed an
order made through the system. This fee was to average less than the average of a “few dollars”
made to telephone order centers. There might also be a small setup fee when each customer
went on-line. The company declined to specify how many customers it expected to sign up, except
to say that it hoped to see thousands of software packages in use during 1997. The prime
Manajemen Strategis 84
Bab VII – Formulasi Strategi: Strategi Fungsional dan Pilihan Strategis
candidates were perceived to be rapidly growing businesses that already supplied a substantial
volume of products to other businesses and whose products had a short shelf life. In 1996,
approximately 45,000 customers shipped via FedEx using its Internet web site or other software.
At the time, analysts viewed FedEx’s move as an unorthodox attempt to stake out a position on
the crowded frontier of Internet commerce – an area predicted to grow from $40 million in 1995
to perhaps hundreds of billions of dollars in a decade. By offering free software and an easy route
to Internet business, FedEx apparently hoped to lock up customers by using the software to
capture shipping business. Critics thought the strategy to be far afield for a business based on
moving parcels via airplanes and trucks. They remembered when FedEx introduced Zap Mail, a
way to transmit document facsimiles, in the 1980s. The introduction of inexpensive fax machines
forced FedEx to abandon Zap Mail, at a cost of $190 million.
Nevertheless FedEx executives were committed to doing something radical. The company had not
been having the same rate of growth recently enjoyed by UPS, its major rival. Although not
abandoning its primary logistics business, executives contended that the future of the company
was in BusinessLink. According to Laurie Tucker, Senior Vice-President of Logistics and Electronic
Commerce: “You’re not going to see us going out buying up property and building million-square-
foot warehouses. Been there. Done that.”
Interestingly both AT&T and Microsoft also thought Internet commerce to be a good opportunity.
Within the same month that FedEx announced its plan, AT&T and Microsoft announced their
intentions to develop and provide software allowing Internet transactions.
a. Does Federal Express need to have a core competency in information systems technology to
achieve its strategy?
b. What are the pros and cons of FedEx’s BusinessLink software strategy?
c. Will BusinessLink have any impact on FedEx’s primary logistics business of moving packages?
d. What are the odds that FedEx will succeed with BusinessLink?
Manajemen Strategis 85
BAGIAN IV
IMPLEMENTASI
STRATEGI
DAN
PENGENDALIAN
Bab VIII – Implementasi Strategi: Mengorganisasikan Tindakan
BAB VIII
IMPLEMENTASI STRATEGI: MENGORGANISASIKAN TINDAKAN
(STRATEGY IMPLEMENTATION: ORGANIZING FOR ACTION)
PENDAHULUAN
Setelah dirumuskan, selanjutnya strategi harus diimplementasikan. Perumusan strategi dan
implementasi sama pentingnya, bagaikan dua sisi pada satu mata uang, hanya bernilai jika keduanya
ada. Implementasi yang buruk merupakan sumber kegagalan strategi. Pada dasarnya terdapat tiga
hal yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan strategi yaitu mengembangkan program,
menyusun anggaran (budget) dan menyiapkan standard operating procedure (SOP). Di samping itu,
untuk dapat mengorganisasikan tindakan diperlukan suatu struktur organisasi yang tepat dan sesuai
dengan strategi yang akan diimplementasikan.
Manajemen Strategis 86
Bab VIII – Implementasi Strategi: Mengorganisasikan Tindakan
rencana-rencana strategis. Manajer pabrik, manajer proyek, dan kepala unit menetapkan secara
bersama-sama rencana pabrik, departemen, dan unit-unitnya. Oleh karena itu, setiap manajer
operasional sampai supervisor lini pertama dan setiap karyawan dilibatkan dalam melaksanakan
strategi-strategi korporasi, strategi-strategi bisnis, serta strategi-strategi fungsional.
Manajemen Strategis 87
Bab VIII – Implementasi Strategi: Mengorganisasikan Tindakan
sistem akuntansi.
(5) Program untuk memodernisasi toko yang diintegrasikan dan menyiapkan grand opening.
Menyusun anggaran (budget)
Setelah program dikembangkan, proses penyusunan anggaran dimulai. Perencanaan suatu
anggaran merupakan pemeriksaan terakhir suatu perusahaan terhadap kelayakan strategi yang
dipilihnya. Sebuah strategi yang ideal hanya dapat diimplementasikan setelah dihitung biayanya
secara mendetail.
Sebagai contoh, manajemen Cadbury memperkenalkan program “Cadbury Cocoa
Partnership”, suatu program yang diturunkan dari strategi kerja sama (cooperative strategy)
dengan perusahaan pemasok cocoa/kakao (bahan baku cokelat) di Ghana untuk memasok 70%
kebutuhan Cadbury. Untuk melaksanakan program ini selama 10 tahun sesuai rencana,
dibutuhkan anggaran sebesar $ 87 miliar.
Menetapkan prosedur (procedure)
Setelah program dan anggaran disetujui, prosedur operasi standar (POS) atau standard
operating procedure (SOP) harus dikembangkan. SOP merupakan rincian berbagai kegiatan yang
harus dilaksanakan untuk menyelesaikan program perusahaan. SOP mengatur apa yang harus
dilaksanakan atau dikerjakan sehari-hari oleh personil yang bertanggung jawab atas tugas
tertentu secara konsisten sehingga hasilnya akan sama ketika dilakukan oleh personil yang
berbeda dan pada waktu yang berbeda. SOP juga harus diperbaharui sewaktu-waktu sebagai
dampak dari perubahan teknologi.
Sebagai contoh, perusahaan yang menerapkan strategi bersaing diferensiasi
(differentiation competitive strategy) mengawasi tenaga penjualannya secara lebih intensif
dibandingkan perusahaan yang menerapkan strategi biaya rendah (low-cost strategy). Ini
disebabkan karena strategi diferensiasi membutuhkan pelayanan yang maksimal dan biasanya
berorientasi hubungan jangka panjang antara tenaga penjual dengan pelanggannya. Oleh karena
itu, tenaga penjual harus dibekali dengan SOP mengenai hal-hal yang harus dilakukannya dalam
melayani pelanggan.
Manajemen Strategis 88
Bab VIII – Implementasi Strategi: Mengorganisasikan Tindakan
Manajemen Strategis 89
Bab VIII – Implementasi Strategi: Mengorganisasikan Tindakan
Selain struktur tersebut, akhir-akhir ini telah berkembang struktur yang lebih kompleks yaitu:
(1) Struktur Matriks
Pada struktur ini, bentuk fungsional dan lini produk dikombinasikan secara simultan pada
level yang sama pada organisasi. Jadi, karyawan memiliki dua atasan yaitu manajer produk
atau proyek dan manajer fungsional.
Manajemen Strategis 90
Bab VIII – Implementasi Strategi: Mengorganisasikan Tindakan
Hanya sedikit perusahaan yang melewati kelima tahap tersebut secara berurutan.
Beberapa perusahaan mungkin tidak pernah melewati tahap II. Sebagai contoh adalah General
Motors yang langsung bergerak dari tahap I ke tahap III. Sebagian lainnya, langsung ke tahap IV
dan V setelah melewati tahap I dan II, jadi tidak pernah melewati tahap III. Contohnya adalah
Hayes Microcomputer yang bergerak dari tahap II (tumbuh) ke tahap IV (turun), jadi tidak
melewati tahap III (matang).
PENUTUP
1. Kesimpulan
Implementasi strategi merupakan keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan rencana strategis. Ini merupakan proses di mana tujuan, strategi dan kebijakan
dilaksanakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur (SOP).
Implementasi strategi dapat dilakukan dengan menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1) who
Manajemen Strategis 91
Bab VIII – Implementasi Strategi: Mengorganisasikan Tindakan
implement strategy?, (2) what must be done?, dan (3) how is strategy to be impelented? Pertanyaan
pertama menyangkut orang-orang yang akan mengimplementasikan strategi. Pertanyaan kedua
menyangkut pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Pertanyaan ketiga menyangkut
pengorganisasian yang dipengaruhi oleh struktur organisasi, tingkat perkembangan perusahaan, dan
siklus hidup organisasi.
2. Pertanyaan
a. Apa keuntungan dan kekurangan struktur jaringan kerja (network strucuture)? Berikan
contoh perusahaan yang menggunakan struktur ini.
b. Bagaimana dapat suatu perusahaan menjaga tidak terpeleset ke tahap penurunan (decline
stage) dari siklus hidup organisasi?
3. Praktik/Studi Kasus
One of today’s trends is for large corporations to divide themselves into smaller units, eliminate
layers of middle manager, and outsource many activities previously done internally-in order to
better implement their strategies. One such company is Dana Corporation, a $5 billion auto-parts
manufacturer. A big supplier to the large U.S., European, and Japanese automakers, Dana likes to
operate as a series of small units. Only a handful of Dana’s 120 plants employ more than 200
people. When a division of the company gets too big, it simply splits in half. “Plant managers
should know the name and personal circumstances of everyone,” insisted Dana Chairman
Southwood Morcott.
Manajemen Strategis 92
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
BAB IX
IMPLEMENTASI STRATEGI:
PENYUSUNAN STAF DAN PENGARAHAN
(STRATEGY IMPLEMENTATION: STAFFING AND DIRECTING)
PENDAHULUAN
Dalam mengimplementasikan suatu strategi, program, anggaran, maupun standard
operating procedure (SOP) tidak akan dapat dijalankan tanpa adanya personalia yang ditempatkan
dan diarahkan untuk menjalankannya. Oleh karena itu komponen penting dalam implementasi
strategi selanjutnya adalah penyusunan staf (staffing) dan pengarahan (directing/leading) terhadap
sumber daya manusia dalam rangka mengimplementasikan strategi.
Manajemen Strategis 93
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
Manajemen Strategis 94
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
Manajemen Strategis 95
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
dalam kelompok kerja otonom. Pengarahan mungkin juga dikerjakan secara formal melalui
perencanaan tindakan (action planning) atau melalui program seperti Management by Objective
(MBO) dan Total Quality Management (TQM).
Hal-hal penting yang berkaitan dengan pengarahan adalah:
Pengelolaan Budaya Perusahaan (Managing Corporate Culture)
Budaya organisasi dapat memberikan tekanan pengaruh yang sangat kuat terhadap
perilaku seluruh karyawan, sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat pula
terhadap kemampuan perusahaan untuk mengubah arah strategisnya. Budaya perusahaan
mempunyai kecenderungan yang kuat untuk melawan perubahan.
Pengelolaan budaya perusahaan dapat dilakukan dengan cara:
(1) Penilaian Kesesuaian Strategi-Budaya
Komunikasi merupakan kunci dari manajemen perubahan yang efektif. Pemikiran terhadap
perubahan strategis harus dikomunikasikan kepada para pekerja tidak hanya dalam surat
edaran dan pidato, tetapi juga dalam pelatihan dan program-program pengembangan.
Perusahaan yang sukses melakukan perubahan budaya biasanya memiliki karakteristik
sebagai berikut:
─ CEO dan manajer puncak lainnya memiliki visi strategis tentang mau menjadi apa
perusahaan dan visi ini dikomunikasikan kepada karyawan pada semua tingkatan.
─ Visi diterjemahkan ke dalam elemen kunci yang penting untuk menyempurnakan visi
tersebut. Sebagai contoh, visi perusahaan adalah menjadi pemimpin dalam kualitas atau
pelayanan.
(3) Mengelola Perbedaan Budaya Melalui Akuisisi
Ketika melakukan merger atau mengakuisisi perusahaan lain, manajemen puncak harus
Manajemen Strategis 96
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
menarik
Sangat
Integrasi Asimilasi
Sama sekali
menarik
tidak
Separasi Dekulturasi
Manajemen Strategis 97
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
yang akan dilaksanakan, oleh siapa, selama berapa lama, dan dengan hasil apa yang diharapkan.
Setelah program dipilih untuk melaksanakan strategi tertentu, suatu action plan harus
dikembangkan. Contoh action plan ditunjukkan pada tabel berikut:
Manajemen Strategis 98
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
(4) Orang yang bertanggung jawab untuk memonitor jadwal dan efektivitas setiap tindakan
(5) Perkirakan konsekuensi finansial dan fisik setiap tindakan
(6) Rencana kontingensi.
Action plan sangat penting dibuat karena beberapa alasan berikut:
(1) Berguna sebagai penghubung antara perumusan strategi dengan evaluasi dan pengendalian
(2) Memperjelas apa yang harus dilakukan secara berbeda dibanding kegiatan lain
(3) Selama proses evaluasi dan pengendalian, action plan membantu dalam menilai kinerja dan
mengidentifikasi tindakan perbaikan
(4) Penugasan yang jelas mengenai penanggung jawab atas pelaksanaan dan pemantauan
program dapat menumbuhkan motivasi yang lebih baik.
Manajemen Strategis 99
Bab IX – Implementasi Strategi: Penyusunan Staf dan Pengarahan
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyusunan staf (staffing) dan pengarahan (directing) terhadap sumber daya manusia dalam
perusahaan sangat diperlukan dalam rangka mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan
perusahaan. Staffing meliputi perekrutan orang-orang baru dengan keterampilan yang baru,
pemecatan orang dengan keterampilan yang tidak layak atau di bawah standar, dan/atau pelatihan
bagi karyawan yang telah ada untuk belajar keterampilan baru. Directing atau leading menyangkut
pembinaan personil untuk menggunakan kemampuan dan keterampilan mereka secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Hal-hal yang berkaitan dengan staffing adalah staffing mengikuti strategi serta seleksi dan
pengembangan manajemen. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan leading adalah menyangkut
pengelolaan budaya perusahaan, perencanaan tindakan (action planning), Management By Objective
(MBO) dan Total Quality Management (TQM).
2. Pertanyaan
a. Keahlian apa yang harus dimiliki untuk mengelola unit bisnis yang menerapkan strategi
diferensiasi? Mengapa? Apa yang harus dilakukan oleh perusahaan jika tidak ada orang
memiliki kemampuan itu di dalam perusahaan?
b. Jelaskan cara untuk mengelola budaya perusahaan dan gambarkan matriksnya.
c. Mengapa suatu pemahaman tentang budaya nasional penting dalam manajemen strategis?
3. Praktik/Studi Kasus
Staffing involves finding the person with the right blend of characteristics, such as personality,
training, and experience, to implement a particular strategy. Based on psychologist Carl Jung’s
work, Isabel Myers and Katheryn Briggs developed a way to measure two key dimensions of an
individual’s personality: (1) sensing and intuition and (2) thinking and feeling. Data about the
world are obtained along a continuum with sensing at one end and intuition at the other. A
sensing person strives for logic and order. An intuitive individual works according to inspiration,
flashes of insight, and hunches. Judgments about the world are applied along a continuum with
thinking at one end and feeling at the other. The thinking person makes assessments in a logical
and analytical manner. A feeling person makes assessments based on values and subjective
emotions. Engage in the following exercise to assess these characteristics of your personality and
their impact on your decision making.
a. Fill out the form. Respond to the following 20 items in terms of your personal concerns and
behavior. For each item, indicate which of the two alternative statements (A or B) is most
characteristic of you. Distribute 5 points between each set of two statements. You may put all
5 points on A and none on B, or you may put some points on A and the rest on B. The amount
of points for each item (A and B) should sum to 5.
b. Score the form. Enter the numbers for your response to each item in the appropriate column
of the following chart. Then add each of the four columns to obtain total for each. Circle the
highest of the S or N column totals. Then circle the highest of the T or F column totals. S =
sensation. N = intuitive. T = thinking. F = feeling. This will tell you which of the four decision-
making styles you tend to favor: Sensation – Thinking (ST), Sensation – Feeling (SF), Intuitive –
Thinking (NT), or Intuitive – Feeling (NF).
Item# A B Item# A B
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
Totals
S = Sensation N = Intuitive T = Thinking F = Feeling
c. Form groups to do the exercise. Form into groups of about 4-6 people based on your decision-
making style. Each group should be composed of people with the same decision-making style
(ST, SF, NT, or NF). Your assignment is to form a new business venture. You have 30 minutes
to discuss this in your group. When 30 minutes is over, a spokesperson from each group
should present each group’s ideas.
d. Analyze the group differences. How did the groups differ in terms of their ideas for a new
venture? How did each group handle the assignment? What does this tell you about how
staffing should follow strategy?
BAB X
EVALUASI DAN PENGENDALIAN
(EVALUATION AND CONTROL)
PENDAHULUAN
Setelah strategi diimplementasikan, perusahaan perlu mengetahui apakah hasil dari
implementasi strategi tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya atau tidak.
Untuk itu maka harus dilakukan evaluasi. Evaluasi tidak berdiri sendiri tetapi selalu diikuti dengan
pengendalian yaitu tindakan perbaikan terhadap hasil yang tidak atau belum sesuai dengan yang
tujuan diinginkan atau ditetapkan.
Pada bagian ini akan dibahas cara mengevaluasi dan mengendalikan pencapaian kinerja
suatu perusahaan. Dalam hal ini akan dijelaskan bagaimana pola untuk melakukan evaluasi dan
pengendalian, bagaimana menentukan indikator dalam menilai kinerja perusahaan, serta bagaimana
umpan balik (feedback) yang perlu dilakukan. Evaluasi dan pengendalian menjamin bahwa
perusahaan mencapai apa yang telah ditetapkan. Proses ini membandingkan kinerja dengan hasil
yang ditetapkan dan memberikan tindak lanjut (feed-back) yang perlu bagi manajemen untuk
mengevaluasi hasil dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
1 2 3 4 5
Tidak
Tentukan Apakah Ambil
Tetapkan Mengukur
apa yang kinerja sesuai tindakan
standard kinerja
akan diukur standard korektif
Ya
Berhenti
Informasi untuk evaluasi dan pengendalian terdiri atas data kinerja dan laporan aktivitas. Jika
kinerja tidak sesuai dengan yang diinginkan karena proses manajemen strategis digunakan secara
tidak tepat, manajer operasional harus mengetahuinya sehingga mereka dapat mengoreksi aktivitas
karyawan. Manajemen puncak tidak perlu dilibatkan. Namun jika kinerja yang tidak diinginkan
tersebut disebabkan oleh kesalahan prosesnya sendiri, manajer puncak bersama-sama dengan
manajer operasional harus mengetahuinya sehingga mereka dapat mengembangkan program atau
prosedur implementasi yang baru. Informasi evaluasi dan pengendalian harus relevan dengan apa
yang sedang dimonitor.
Evaluasi dan pengendalian merupakan suatu proses yang tidak mudah. Salah satu hambatan
untuk mengendalikan secara efektif adalah kesulitan dalam mengembangkan alat pengukuran yang
tepat atas aktivitas dan output yang penting.
mencapai tujuan profitabilitas. Namun jenis ukuran ini tidak tepat untuk mengukur tujuan
tambahan perusahaan seperti tanggung jawab sosial atau pengembangan karyawan.
Walaupun profitabilitas merupakan tujuan utama perusahaan, ROI dan EPS hanya dapat
dihitung setelah laba dihitung pada akhir suatu periode. Ukuran ini menggambarkan apa yang
sudah terjadi, bukan apa yang sedang terjadi atau apa yang akan terjadi. Oleh karena itu,
perusahaan juga harus mengembangkan ukuran yang dapat digunakan untuk memprediksi
profitabilitas yang dinamakan pengendalian pengarah atau steering controls. Rasio perputaran
persediaan (inventory turnover ratio) dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
merupakan contoh steering controls yang dapat diukur setiap saat dan menjadi prediksi atas
profitabilitas yang akan dicapai di masa yang akan datang.
Tipe Pengendalian
Pengendalian dapat dijadikan sebagai alat untuk fokus pada hasil kinerja aktual (output),
aktivitas yang menghasilkan kinerja (perilaku/behavior), atau pada sumber daya yang digunakan
untuk menghasilkan kinerja (input).
(1) Output controls Yaitu apa yang harus diselesaikan dengan fokus pada hasil akhir dari
perilaku melalui penggunaan target tujuan dan kinerja.
(2) Behavior controls Yaitu bagaimana sesuatu dilakukan melalui kebijakan, aturan, SOP, dan
perintah dari atasan.
(3) Input controls Menekankan pada sumber daya seperti pengetahuan, keterampilan,
keahlian, kemampuan, nilai dan motivasi karyawan.
Ketiga tipe pengendalian ini tidak dapat dipertukarkan. Output controls (kuota penjualan,
pengurangan biaya tertentu, target laba, dan survey kepuasan pelanggan) merupakan ukuran
yang paling tepat jika ukuran output yang spesifik sudah disetujui, tapi hubungan sebab-akibat
antara aktivitas dan hasil tidak jelas. Behavior controls (mematuhi prosedur perusahaan,
hubungan telepon yang dilakukan dengan pelanggan potensial, dan bekerja tepat waktu)
merupakan ukuran yang paling tepat jika hasil kinerja sulit diukur, tapi hubungan sebab-akibat
antara aktivitas dan hasil jelas. Contoh ukuran kinerja berdasarkan perilaku yang populer adalah
ISO 9000 (ukuran standarisasi kualitas operasi) dan ISO 14000 (ukuran dampak lingkungan).
Activity-Based Costing
Activity-based costing (ABC) merupakan metode akuntansi yang terbaru yang
dikembangkan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung dan biaya tetap kepada produk
individual atau lini produk berdasarkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah (value-added activities)
yang dimasukkan ke dalam suatu produk. Metode akuntansi ini sangat berguna dalam melakukan
analisis rantai nilai (value-chain analysis) terhadap aktivitas perusahaan untuk pengambilan
keputusan outsourcing.
Metode ABC membebankan biaya lebih akurat dari pada metode tradisional sebab metode
ini mengalokasikan biaya overhead jauh lebih presisi, yaitu berdasarkan aktivitas yang menyerap
biaya, bukan berdasarkan taksiran seperti pada akuntansi biaya tradisional. Dalam ABC, pertama-
tama fungsi manufaktur atau produksi dirinci berdasarkan aktivitasnya. Dengan demikian akan
terlihat dengan mudah bahwa aktivitaslah yang menjadi pemicu timbulnya biaya. Setelah itu
dihitung biaya dari masing-masing aktivitas (berdasarkan pemicunya masing-masing) untuk
dibebankan sebagai biaya produk.
a. Economic Value Added (EVA) menjadi suatu metode yang sangat terkenal untuk
mengukur nilai pemegang saham sebagai pengukuran kinerja perusahaan atau divisi. EVA
mengukur perbedaan antara nilai sebelum strategi dengan nilai setelah strategi bagi
suatu bisnis. Secara sederhana, EVA adalah laba operasi setelah pajak (after-tax
operating profit) dikurangi biaya modal tahunan keseluruhan.
b. Market value added (MVA) adalah selisih antara nilai pasar perusahaan dan kontribusi
modal oleh pemegang saham dan kreditor. MVA mengukur estimasi net present value
atas pasar saham dan memperkirakan proyek investasi modal.
(4) Pendekatan Balanced Scorecard (Balanced Scorecard Approach)
Balanced scorecard merupakan suatu alternatif pengukuran kinerja perusahaan dengan
mempertimbangkan aspek keuangan maupun aspek non keuangan. Balanced scorecard
mengombinasikan ukuran keuangan yang menjelaskan hasil dari tindakan yang telah diambil
dengan ukuran operasional atas kepuasan pelanggan, proses internal, dan aktivitas inovasi
dan perbaikan perusahaan – pengendali kinerja keuangan di masa yang akan datang.
Manajemen mengembangkan tujuan dalam empat bidang yaitu:
a. Keuangan (financial): Bagaimana kita melihat para pemegang saham?
b. Pelanggan (customer): Bagaimana pelanggan memandang kita?
c. Persfektif bisnis internal (internal business perspective): Apa yang harus kita
tonjolkan/unggulkan?
d. Inovasi dan pembelajaran (innovation and learning): Dapatkah kita terus menerus
memperbaiki dan menciptakan nilai?
Setiap tujuan pada setiap bidang kemudian diberi satu atau lebih ukuran (indikator) sebagai
target. Ukuran-ukuran ini dapat dianggap sebagai ukuran kinerja utama (key performance
measures), ukuran yang perlu untuk mencapai pilihan strategis yang diinginkan. Sebagai
contoh, suatu perusahaan menetapkan indikator arus kas (cash flow), pertumbuhan
penjualan kuartalan, dan ROE sebagai ukuran keberhasilan dalam bidang keuangan.
Selanjutnya, pangsa pasar (market share) sebagai tujuan posisi bersaing, dan persentase
penjualan dari produk baru sebagai tujuan penerimaan pelanggan yang kesemuanya
mengukur persfektif pelanggan. Selanjutnya, waktu siklus (cycle time) dan biaya per unit
sebagai tujuan keunggulan produksi untuk mengukur perspektif bisnis internal. Dan terakhir,
waktu untuk mengembangkan produk generasi berikutnya sebagai tujuan keunggulan
teknologi yang merupakan ukuran perspektif inovasi dan pembelajaran.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Evaluasi dan pengendalian merupakan bagian dari elemen manajemen strategis yang
berfungsi untuk menjamin pencapaian kinerja yang diinginkan oleh perusahaan. Proses ini
membandingkan kinerja dengan hasil yang ditetapkan dan memberikan tindak lanjut (feed-back)
yang perlu bagi manajemen untuk mengevaluasi hasil dan mengambil tindakan korektif yang
diperlukan.
Hal-hal penting yang berkaitan dengan pengukuran kinerja adalah ketepatan ukuran, tipe
pengendalian, activity-based costing (ABC), dan ukuran utama kinerja perusahaan. Ukuran utama
kinerja perusahaan terdiri dari ukuran keuangan tradisional, ukuran pemangku kepentingan, nilai
pemegang saham, pendekatan balanced scorecard, evaluasi manajemen puncak, serta ukuran kinerja
divisi dan fungsi.
2. Pertanyaan
a. Berikan contoh output controls, behavior controls, dan input controls.
b. Apakah proses evaluasi dan pengendalian cocok diterapkan pada perusahaan yang
menekankan kreativitas? Apakah pengendalian dan kreativitas sejalan? Jelaskan dan berikan
contoh.
3. Praktik/Studi Kasus
Have you ever heard a person say that something “was built like a Mack truck?” The Mack name
and bulldog mascot are among the most recognized trademarks in the world. As recently as 1980,
Mack held more than 20% of the North American heavy-duty truck market and employed 17,000
people. By the late 1980s, however, its well-known slogan was beginning to ring hollow. Market
share dipped to 13% in 1989 and employment fell to 6,500 people. The company lost $185 million
in that year-followed by four more years of losses. According to Elios Pascual, Chairman,
President, and Chief Executive Officer of Mack Trucks Inc., of Allentown, Pennsylvania, “Our
quality was suffering, but we didn’t know how badly because we weren’t really measuring it. Our
pride had deteriorated into an arrogance that blinded us to the severity of the situation.”What
had happened to such as well-known and previously successful company?
In analyzing the situation, Chairman Pascual felt that the most important reason for this drop was
the disappearance of the kind of teamwork that had built the company.”Mack had become tied
into a segregated, departmental organization that discouraged people from talking to one
another. The disconnection and frustration were apparent everywhere-from suppliers to
employees.” Coordination processes fell apart. For example, some 1,200 partially assembled
trucks at the company’s Winnsboro, South Carolina, plant had to be parked in nearby fields while
the plant waited for needed parts. Relations with labor (represented by the United Auto Workers
union) became so bad that when the new general manager of Mack’s Macungie, Pennsylvania,
assembly plant visited the operation in 1990, an angry employee threw a bolt at him!
Pascual reported ,”By 1991 the company was hovering near bankruptcy and we needed
teamwork more than ever. It was at that point that we decided that unless we got everyone
involved in the game, it would soon be over.”
1) What could have been some of the causes of the problems at Mack Trucks?
2) If you were the CEO of Mack Trucks in 1991, what would you do to improve the situation and
stop the string of losses?
DAFTAR PUSTAKA
Freddy Rangkuti. 1999. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Jauch, Lawrence R. dan William F. Glueck. 1999. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan.
Edisi Ketiga. Alih Bahasa: Murad dan AR. Henry Sitanggang. Jakarta: Erlangga.
Pearce, John A. dan Robinson, Jr.R.B. 2008. Edisi Ke-10. Buku 1. Manajemen Strategis: Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Wheelen, Thomas L. dan J. David Hunger. 2010. Strategic Management and Business Policy. Seventh
Edition. New Jersey: Prentice-Hall.