Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Januari 2013 Cetakan kelima, Juni 2015
Cetakan kedua, Januari 2014
Cetakan ketiga, Juni 2014
Cetakan keempat, September 2014
Penulis : 1. Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd. 5. Dra. Opih Rofiah Zainal
2. E Leony Tampiomas, S.Pd, M.Pd. 6. Rita Rosmala, S.Pd, M.Si.
3. Malpaleni Satriana, S.Pd, M.Pd. 7. Aprianti Yofita Rahayu,S.Pd, M.Pd.
4. Eriva Syamsiatin, S.Pd, M.Pd.
Penelaah Materi:
1. Drs. Denny Setiawan, M.Ed. 4. Dra. Sri Tatminingsih, M.Pd.
2. Dr. Theo Setiawan 5. Mukti Amini, S.Pd, M.Pd.
3. Della R Javanka, S.Pd, M.Psi. 6. Drs. Untung Laksana Budi, M.M.
Pengembang Desain Instruksional: Drs. Denny Setiawan, M.Ed.
372.21
MAT Materi pokok metode pengembangan kognitif; 1 – 12/ PAUD4101/
4 sks/ Yuliani Nurani Sujiono [et.al], -- Cet.5; Ed 1--
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015.
599 hal.: ill.; 21 cm
ISBN 978-979-011-764-8
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Pandangan Para Ahli dan Pentingnya Pengembangan Kognitif ....... 1.19
Latihan ............................................................................................... 1.30
Rangkuman …………………………………..................................... 1.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.31
Kegiatan Belajar 2:
Program Stimulasi Pengembangan Kognitif ..................................... 2.23
Latihan ............................................................................................... 2.34
Rangkuman …………………………………..................................... 2.34
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.34
Kegiatan Belajar 2:
Pemrosesan Informasi dan Pengetahuan Metakognisi .......................... 3.19
Latihan ............................................................................................... 3.25
Rangkuman …………………………………..................................... 3.26
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.26
Kegiatan Belajar 2:
Implementasi Model Pembelajaran Vygotsky ................................... 4.16
Latihan ............................................................................................... 4.21
Rangkuman …………………………………..................................... 4.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.22
Kegiatan Belajar 2:
Peran Guru dalam Membangun Pengetahuan Anak ........................... 5.24
Latihan ............................................................................................... 5.29
Rangkuman …………………………………..................................... 5.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.31
Kegiatan Belajar 2:
Struktur Program Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini ............ 6.18
Latihan ............................................................................................... 6.35
Rangkuman …………………………………..................................... 6.36
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.37
Kegiatan Belajar 2:
Evaluasi Pengembangan Kognitif ..................................................... 7.14
Latihan ............................................................................................... 7.40
Rangkuman …………………………………..................................... 7.41
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.42
Kegiatan Belajar 2:
Penerapan Media dan APE dalam Pengembangan Kognitif Anak .... 8.20
Latihan ............................................................................................... 8.59
Rangkuman …………………………………..................................... 8.59
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.60
Kegiatan Belajar 2:
Bermain Matematika .......................................................................... 9.22
Latihan ............................................................................................... 9.37
Rangkuman …………………………………..................................... 9.38
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.38
vii
Kegiatan Belajar 2:
Bermain Sains .................................................................................... 10.18
Latihan ............................................................................................... 10.44
Rangkuman …………………………………..................................... 10.45
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 10.45
Kegiatan Belajar 2:
Hubungan antara Keberbakatan, Intelegensi, dan Kreativitas .......... 11.13
Latihan ............................................................................................... 11.39
Rangkuman …………………………………..................................... 11.39
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 11.40
Kegiatan Belajar 3:
Pemicu dan Pemacu Kreativitas ........................................................ 11.43
Latihan ............................................................................................... 11.70
Rangkuman …………………………………..................................... 11.71
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 11.72
viii
Kegiatan Belajar 2:
Pembuatan Profil Kemampuan Anak ................................................. 12.25
Latihan ............................................................................................... 12.93
Rangkuman …………………………………..................................... 12.94
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 12.94
L embaga Pendidikan Anak Usia Dini dalam hal ini Taman Kanak-kanak
(TK), Kelompok Bermain, Pos PAUD dan ataupun bentuk satuan
pendidikan lainnya merupakan lembaga yang memberikan layanan pendidikan
bagi anak berusia sejak lahir sampai enam tahun di Indonesia (Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Selayaknya, para
pendidik di lembaga ini harus dapat memberikan layanan secara profesional
pada anak didiknya dalam rangka peletakan dasar ke arah pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu, agar anak didiknya mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mempersiapkan diri mereka untuk
memasuki pendidikan dasar.
Upaya tersebut tidaklah mudah, oleh sebab itu para pendidik harus
membekali diri mereka dengan kemampuan merancang serta melaksanakan
program kegiatan yang utuh yang dapat dicapai melalui tema-tema yang sesuai
dengan lingkungan dan perkembangan anak.
Mengingat pentingnya kemampuan tersebut, maka pada mata kuliah ini
Anda diajak untuk mengkaji dan berlatih merancang dan menerapkan metode
pengembangan kognitif anak usia dini dengan berlandaskan pada berbagai
pendekatan, teori, prinsip-prinsip perkembangan dan tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan anak yang berbeda satu dengan lainnya. Anda juga
diperkenalkan dengan berbagai upaya yang dapat Anda lakukan untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan anak melalui kegiatan bermain
permainan matematika dan sains serta dapat melakukan evaluasi pengembangan
kognitif secara komprehensif.
Setelah mempelajari mata kuliah Metode Pengembangan Kognitif anak usia
dini, Anda diharapkan memiliki kemampuan:
1. menjelaskan hakikat pengembangan kognitif;
2. menjelaskan teori pengembangan kognitif Piaget;
3. menjelaskan teori perkembangan kognitif Vygotsky;
4. mengidentifikasi tahapan dan karakteristik perkembangan kognitif;
5. menjelaskan cara membangun pengetahuan pada anak;
6. menerapkan pengembangan kognitif pada kurikulum PAUD;
7. menerapkan metode dan evaluasi pengembangan kognitif;
8. mengembangkan media dan sumber belajar dalam pengembangan kognitif;
9. melaksanakan bermain dan permainan matematika;
x
Untuk mencapai tujuan tersebut, materi yang disajikan dalam mata kuliah
ini disusun dalam 12 topik sebagai berikut.
1. Hakikat pengembangan kognitif.
2. Teori pengembangan kognitif Piaget.
3. Teori perkembangan kognitif Vygotsky.
4. Tahapan dan karakteristik perkembangan kognitif.
5. Membangun pengetahuan pada anak.
6. Pengembangan kognitif pada kurikulum PAUD.
7. Metode dan evaluasi pengembangan kognitif.
8. Media dan sumber belajar dalam pengembangan kognitif.
9. Bermain dan permainan matematika.
10. Bermain dan permainan sains.
11. Pengembangan kreativitas anak usia dini.
12. Profil pengembangan kognitif anak usia dini.
Untuk membantu Anda mempelajari materi mata kuliah ini, Buku Materi
Pokok ini di lengkapi dengan CD. Pelajarilah CD tersebut dengan seksama agar
Anda memiliki pengetahuan dan keterampilan secara utuh.
Agar Anda berhasil mempelajari materi mata kuliah ini, pelajari setiap
modul dengan cermat sesuai petunjuk yang ada pada setiap modul serta kerjakan
semua latihan atau tugas serta tes formatif yang ada, tanpa melihat kunci
jawaban terlebih dahulu. Setelah Anda menjawab tes formatif, lihatlah kunci
jawaban. Gunakan rumus yang tersedia di setiap akhir kegiatan belajar dan
ukurlah tingkat penguasaan Anda.
Peta Kompetensi
Metode Pengembangan Kognitif/PAUD4101/4 sks
Profil kemampuan
kognitif
Bermain dan
Bermain dan Pengembangan
permainan
permainan sains kreativitas AUD
matematika
Pengembangan
kognitif pada
kurikulum PAUD
Membangun
pengetahuan anak
Tahapan dan
Teori Teori
karakteristik
perkembangan perkembangan
perkembangan
kognitif Piaget kognitif Vigotsky
kognitif
Hakekat
perkembangan
kognitif
MODUL 1
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
2. Pengertian Inteligensi
Inteligensi adalah kualitas yang bersifat tunggal (unitary), diwariskan
secara genetis, dan dapat diukur. Perkembangan selanjutnya terfokus pada
singularitas dan pluraritas. Spearman percaya bahwa inteligensi mencakup
faktor g (daya penalaran abstrak) yang konsisten, faktor s (spesifik) yang
berbeda pada kinerja yang berbeda. Faktor g lebih banyak mewakili segi
genetis sedangkan faktor s lebih banyak diperoleh melalui latihan dan
pendidikan (Semiawan, 2008). Berdasarkan konsep-konsep fungsional, Binet
menyatakan sifat inteligensi ada 3 (tiga) macam, yaitu sebagai berikut.
a. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan
(memperjuangkan) tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang, semakin
cakap dia membuat tujuan sendiri, mempunyai inisiatif sendiri, tidak
menunggu perintah saja.
b. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud mencapai
tujuan tersebut. Makin cerdas seseorang, maka dia akan semakin dapat
menyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu dengan semestinya dan
semakin dapat bersikap kritis.
c. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
Semakin cerdas seseorang, maka dia akan semakin dapat belajar dari
kesalahannya, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk
mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien.
3. Pengertian Kognisi
Kognisi adalah suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan
(termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha mengenali
sesuatu melalui pengalaman sendiri. Proses kognisi berhubungan dengan
tingkat kecerdasan (inteligensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai
minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Kajian 1
a. Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau
daya untuk memahami sesuatu.
b. Inteligensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau
perwujudan dari daya atau potensi tersebut berupa aktivitas atau
perilaku.
Kajian 2
a. Kognitif adalah suatu proses berpikir, daya menghubungkan serta
kemampuan menilai dan mempertimbangkan.
b. Inteligensi adalah kemampuan mental Intelek yaitu berpikir
c. Inteligensi ialah kemampuan kecerdasan.
4. Bentuk-Bentuk Inteligensi
Thurstone dalam bukunya Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi
Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat menyatakan bahwa inteligensi
bersifat multidimensi, yang mencakup tujuh kemampuan primer (primary
mental abilities) (Munandar, 1999). Howard Earl Gardner (1992) seorang
1.8 Metode Pengembangan Kognitif
Berdasarkan pendapat tersebut, hendaknya orang tua dan guru jeli dan
cermat dalam menilai dan menstimulasi kecerdasan anak dalam sebuah
rancang proses pembelajaran anak usia dini. Jadi dasar pemikiran
pengembangan kecerdasan dalam pembelajaran adalah ”bukan seberapa
cerdasnya seseorang, tetapi dalam hal apa dan bagaimana seseorang
menjadi cerdas”.
2) Watak (kepribadian)
Watak (kepribadian) dalam hal ini lebih mengarah kepada bagaimana
seseorang dapat bergaul dengan orang lain dalam kehidupannya sehari-
1.12 Metode Pengembangan Kognitif
Elemen Kemampuan
Contextual Intelligence Mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan
mengubah dunia (lingkungan) untuk mengoptimalkan
peluang-peluang serta mampu memecahkan masalah.
Experiential Intelligence Mampu merumuskan gagasan-gagasan baru dan
mengombinasikan fakta-fakta yang tidak berhubungan serta
mampu mengatasi masalah baru secara otomatis (cepat).
Componential Intelligence Mampu berpikir abstrak, memproses informasi dan
menentukan kebutuhan-kebutuhan apa yang akan dipenuhi.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C. konsepsi
D. anak berinteraksi dengan lingkungan
Kegiatan Belajar 2
1. Alfred Binet
Potensi kognitif seseorang tercermin dalam kemampuannya
menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut pemahaman dan penalaran.
Perwujudan potensi kognitif manusia harus di mengerti sebagai suatu
aktivitas atau perilaku kognitif yang pokok, terutama pemahaman penilaian
dan pemahaman baik yang menyangkut kemampuan berbahasa maupun yang
menyangkut kemampuan motorik.
Menurut Alfred Binet, terdapat tiga aspek kemampuan dalam inteligensi,
yaitu:
a. Konsentrasi
Kemampuan memusatkan pikiran kepada suatu masalah yang harus
dipecahkan.
b. Adaptasi
Kemampuan mengadakan adaptasi atau penyesuaian terhadap masalah
yang dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah.
c. Bersikap kritis
Kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang
dihadapi, maupun terhadap dirinya sendiri.
1.20 Metode Pengembangan Kognitif
2. Carl Witherington
Menurut Carl Witherington, inteligensi merupakan kesempatan bertindak
sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan atau kegiatan-
kegiatan sebagai berikut.
a. Fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka.
b. Efisiensi penggunaan bahasa.
c. Kecepatan pengamatan.
d. Fasilitas dalam memahami hubungan.
e. Mengkhayal atau mencipta.
4. Guilford
Guilford mengemukakan suatu model struktur intelektual yang dapat
digambarkan sebagai suatu kubus yang terdiri dari 3 dimensi intelektual.
Model struktur ini menggambarkan keragaman kemampuan intelektual
manusia yang sekaligus dapat mengklasifikasikan dan menjelaskan seluruh
aktivitas manusia. Guilford mengembangkan suatu teori atau model tentang
kognitif manusia yang disusun dalam suatu sistem yang disebut “Struktur
Kognitif”. Berdasarkan model ini, aktivitas mental dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
a. Operasi (proses) intelektual yang menyangkut proses pemikiran yang
berlangsung dan terdiri dari 5 kategori, yaitu kognisi, ingatan, berpikir
konvergen, berpikir divergen, penilaian.
b. Content (materi), yang menunjukkan macam materi yang digunakan
terdiri dari 4 kategori, yaitu figural, simbolik, semantik, behavioral
(perilaku).
c. Produk yang merupakan hasil dari operasi (proses) tertentu yang
diterapkan pada konten (materi) tertentu terdiri dari 6 kategori, yaitu
unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi, implikasi.
5. Sternberg
Lima komponen kognitif yang dikemukakan oleh Sternberg adalah:
a. Metakomponen
Proses kendali yang lebih tinggi tingkatnya, yang digunakan dalam
perencanaan pelaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pemecahan
masalah.
1.22 Metode Pengembangan Kognitif
b. Komponen penampilan
Proses yang menjalankan rencana dan melaksanakan keputusan-
keputusan bersama yang dipilih oleh metakomponen.
c. Komponen pencapaian
Proses yang terlibat dalam usaha mempelajari informasi baru.
d. Komponen ingatan
Proses yang terlibat dalam pengingatan informasi yang sebelumnya telah
disimpan dalam ingatan.
e. Komponen alih terap
Proses yang terlibat dalam pemindahan informasi yang diingat dari satu
situasi ke situasi yang lain.
6. Renzulli
Ciri-ciri kemampuan kognitif (untuk anak berbakat kognitif), yaitu
antara lain mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata
luas, penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab
akibat), daya konsentrasi baik, menguasai banyak bahan tentang macam-
macam topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas,
pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi,
cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat
menemukan asas dalam suatu uraian, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk
menangani berbagai hal, mampu membaca pada usia lebih muda.
Ia juga membagi bidang-bidang kognitif antara lain meliputi daya
abstraksi, kemampuan penalaran dan kemampuan memecahkan masalah.
8. Wachs
Perkembangan kognitif dapat ditingkatkan apabila orang tua penuh kasih,
responsif secara verbal dan memberikan lingkungan yang terorganisasi dan
PAUD4101/MODUL 1 1.23
9. Galton
Keunggulan kognitif seseorang tercermin dalam keunggulan kekuatan
fisiknya, misalnya ukuran batok kepala, genggaman tangan, dan lain-lain.
Selain itu Galton juga menghubungkan kecerdasan intelektual dengan
struktur analisis otak.
10. Gagne
Cara-cara mental atau prosedur adalah berpikir tentang bermacam-macam
proses yang telah diperoleh. Misalnya mengoperasikan televisi, cara
mengendarai mobil, berbelanja di toko. Cara-cara tersebut membuat kita
memperoleh kemampuan kognitif. Saat kita telah menguasai cara-cara
tersebut, semakin sedikit waktu yang kita butuhkan untuk melakukannya
karena telah terbiasa. Kita akan melakukannya begitu cepat dan otomatis, dan
tidak perlu memikirkan setiap langkah sebelum mengetahui apa yang harus
dilakukan. Proses itu disebut Proses Otomatisasi yang berasal dari
kemampuan kognitif yang kita miliki sebelumnya.
Gagne mengemukakan bahwa kognitif adalah kemampuan membeda-
bedakan (diskriminasi), konseptual yang riil membuat definisi-definisi,
merumuskan peraturan berdasarkan dalil-dalil dan bagaimana cara individu
bertingkah laku, cara individu bertindak, yaitu cepat lambatnya individu di
dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya.
11. Williams
Ciri-ciri perilaku kognitif adalah:
a. berpikir lancar, yaitu menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang
relevan dan arus pemikiran lancar;
b. berpikir luwes, yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam,
mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang
berbeda-beda;
1.24 Metode Pengembangan Kognitif
c. berpikir orisinal, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain
dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang lain;
d. berpikir terperinci (elaborasi), yaitu mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail dan memperluas
suatu gagasan.
b. Iconic
Tahap ini terjadi pada saat anak telah menginjakkan kakinya di TK. Di
sini anak belajar lewat gambaran mental dan bayangan ingatannya. Pada
tahap ini seorang anak banyak belajar dari contoh yang dilihatnya.
Gambaran contoh dari orang yang dikaguminya menjadi gambaran
mentalnya dan mempengaruhi perkembangan kognitifnya.
c. Penggunaan lambang
Pada saat ini anak telah duduk di SD kelas akhir atau SMP di mana anak
secara prima mampu menggunakan bahasa dan berpikir secara abstrak.
Jika anak berkembang pemikirannya dengan cepat dan baik, maka anak
akan menjadi lebih kognitif.
2. Kecerdasan anak-anak
Kecerdasan kera dengan anak usia satu tahun dibandingkan melalui
percobaan. Anak-anak kecil yang berumur kurang lebih satu tahun dan
belum dapat berbahasa, tingkat kecerdasannya hampir sama dengan kera.
Menurutnya, anak-anak yang sudah dapat berbicara, sudah bekerja
PAUD4101/MODUL 1 1.27
3. Kecerdasan manusia
Ciri-ciri kecerdasan manusia:
a. Penggunaan bahasa. Melalui bahasa, manusia dapat menyatakan isi
jiwanya (fantasi, pendapat, perasaan dan sebagainya). Dengan
bahasa, manusia dapat berhubungan dengan sesama, manusia dapat
membeberkan segala sesuatu yang konkret dan yang abstrak; dan
dengan bahasa, manusia dapat membangun kebudayaan.
b. Penggunaan perkakas. Menurut Bergson, perkataan, perbuatan
cerdas manusia dicirikan dengan bagaimana mendapatkan, membuat
dan mempergunakan perkakas.
c. Mendapatkan perkakas. Kecerdasan manusia mendorong untuk
mendapatkan segala sesuatu yang dapat memudahkan usaha
manusia mencapai kebutuhan-kebutuhan hidup.
d. Membuat perkakas. Pembuatan perkakas selalu membutuhkan
pendapat tentang tujuan “untuk apa alat dibuat?”.
e. Memelihara perkakas. Manusia dapat memelihara dan
mengembangkan perkakas-perkakas untuk keperluan di masa-masa
yang akan datang.
2. Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Dia
berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa.
Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh
lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke tersebut perkembangan
taraf inteligensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang
diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
3. Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
4. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan dapat dibedakan
menjadi pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar/informal). Sehingga manusia berbuat
inteligen untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian
diri.
6. Kebebasan
Kebebasan, yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai
kebutuhannya.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
5) Berikut ini yang merupakan salah satu kategori dimensi kognitif operasi
menurut Guilford adalah ....
A. behavioral
B. hubungan
1.32 Metode Pengembangan Kognitif
C. semantik
D. ingatan
Tes Formatif 1
1) B. Terman.
2) C. Konsepsi.
3) D. Batas maksimal perkembangan intelegensi.
4) B. Pamela Minet.
5) A. Memecahkan masalah dengan cepat.
6) A. Daniel Goleman.
7) D. Kekayaan.
8) A. Daya ingat mendahului penalaran abstrak.
9) C. Perceptual speed.
10) D. Personality.
Tes Formatif 2
1) C. Henmon.
2) B. Internalisasi.
3) D. Henman.
4) B. Besarnya ukuran batok kepala.
5) D. Ingatan.
6) A. Senang bereksplorasi.
7) C. Penyelesaian masalah harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
8) D. Penggunaan lambing.
9) B. Direction.
10) D. Gizi ibu ketika hamil.
PAUD4101/MODUL 1 1.35
Daftar Pustaka
Papalia, Diane E, Sally Wendoks Old dan Ruth Dustin Feldman (2008).
Human Development. Jakarta: Kencana.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
T ahapan dan karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini dari lahir
sampai delapan tahun merupakan suatu proses yang berkesinambungan,
sehingga mempelajarinya harus secara bertahap. Selain itu, ada hal-hal penting
yang harus diketahui oleh pendidik anak usia dini bahwa perkembangan kognitif
sudah dimulai sejak anak dalam kandungan bahkan sejak terjadinya konsepsi
yang merupakan pertemuan antara sel telur dan sel sperma dari sang calon ibu
dan ayah.
Pada awalnya, studi penelitian mengenai psikologi perkembangan
mengabaikan perkembangan anak pra-lahir. Beberapa penelitian dimulai dengan
masa pra-sekolah, yang kemudian diperluas dengan penelitian yang dimulai
sejak masa kelahiran. Seiring dengan berbagai penelitian, para psikolog
perkembangan dan pedagog akhirnya menyadari bahwa perkembangan anak
pada masa pra kelahiran ternyata sangat berpengaruh terhadap kelanjutan
perkembangan pasca kelahirannya.
Pengetahuan tentang perkembangan anak pra lahir sangat penting untuk
diketahui para calon orang tua dan pemerhati anak. Kesalahan dalam memahami
arti perkembangan seorang anak, akan berpengaruh terhadap bagaimana mereka
memberikan stimulasi pada anak. Keterlambatan atau ketidaktahuan orang tua,
dapat mengakibatkan tumbuhkembang anak menjadi tidak optimal.
Oleh karena itu, orang tua perlu mempelajari bagaimana proses
perkembangan anak pra lahir, sehingga dapat bersikap bijak saat merencanakan
kehamilan, merawat dan menjaganya selama kondisi kehamilan, memberikan
stimulasi sesuai dengan perkembangan janin, dan mempersiapkan proses
kelahiran dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dalam paparan berikut ini,
perkembangan kognitif ditinjau sejak dari dalam kandungan, yang dikenal
dengan masa janin.
PAUD4101/MODUL 2 2.3
A. PERKEMBANGAN JANIN
a. Periode germinal
Yaitu periode perkembangan anak pra-lahir yang berlangsung pada 2
minggu pertama setelah pembuahan. Ini meliputi penciptaan zigot, dilanjutkan
dengan pemecahan sel, dan melekatnya zigot ke dinding rahim. Dalam 36 jam
setelah pembuahan, zigot memasuki periode pembelahan dan penduplikasian
kilat, kemudian membelah diri menjadi 16 sampai 32 sel, membelah diri lagi
hingga 64 sel, dan terus membelah diri. Pemisahan sel telah dimulai ketika
lapisan dalam dan lapisan luar organisme terbentuk. Blastocyst adalah lapisan
sel yang berkembang selama periode germinal. Sel-sel ini kemudian
berkembang menjadi embrio. Trophoblast adalah lapisan luar sel dan
menyediakan gizi serta dukungan bagi embrio selama periode germinal.
Implantation atau melekatnya zigot ke dinding rahim berlangsung sekitar 10 hari
setelah pembuahan.
b. Periode embrionis
Yaitu periode perkembangan pra kelahiran yang terjadi dari 2 hingga 8
minggu setelah pembuahan. Selama periode embrionis, angka pemisahan sel
semakin meningkat, sistem dukungan bagi sel terbentuk, dan organ-organ mulai
2.4 Metode Pengembangan Kognitif
tampak. Masa sel sekarang disebut embrio. Lapisan dalam embrio, yang disebut
endoderm, merupakan lapisan embrio yang akan berkembang menjadi sistem
pernafasan dan pencernaan. Sedangkan lapisan luar embrio terbagi menjadi dua
bagian yaitu ectoderm dan mesoderm. Lapisan ectoderm akan berkembang
menjadi sistem syaraf yaitu penerima sensor (misalnya telinga, hidung, mata),
dan bagian kulit (misalnya rambut dan kuku). Mesoderm merupakan lapisan
tengah yang akan berkembang menjadi sistem peredaran darah, tulang , otot,
sistem pembuangan kotoran, dan sistem reproduksi. Setiap bagian tubuh pada
akhirnya akan berkembang dari ketiga lapisan tersebut.
c. Periode fetal
Yaitu periode perkembangan pra kelahiran, dimulai dari 2 bulan setelah
pembuahan hingga lahir. Sepanjang periode ini, janin tumbuh 20 kali lebih
panjang daripada sebelumnya, dan organ serta sistem tubuhnya menjadi lebih
kompleks. Janin bernafas, menendang, berputar, meregangkan tubuh, berjungkir
balik, berkedip, berputar, berjungkir balik, berkedip, menelan, mengepal,
cegukan, dan menghisap jari di dalam rahim. Janin juga merespon suara, detak
jantung, dan getaran tubuh ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka dapat
mendengar dan merasa.
jelas, jangan menepuk terlalu keras sampai si ibu merasa sakit atau tak
nyaman.
Anak usia 12 dan 18 bulan termasuk dalam subtahap reaksi sirkuler tersier,
kesenangan akan sesuatu yang baru dan keingintahuan (tertiary circular
reactions, novelty and curiosity). Pada sub tahap ini, bayi semakin tergugah
minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyaknya
hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.
Reaksi sirkuler tersier adalah skema dimana bayi dengan tujuan tertentu
menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru pada benda-benda dan terus-
menerus mengubah apa yang dilakukannya terhadap benda-benda itu dan
mengamati hasilnya. Piaget mengatakan bahwa tahap ini menandai titik awal
PAUD4101/MODUL 2 2.9
perkembangan bagi keingintahuan dan minat manusia pada sesuatu yang baru.
Contoh perilaku: Tony (bayi) sedang bermain dengan kakaknya. Ketika
kakaknya menyodorkan buku favoritnya ke jeruji tempat tidurnya ia berusaha
meraihnya. Usaha pertamanya gagal karena buku tersebut terlalu lebar.
Beberapa saat setelah itu kakaknya merubah posisi buku tersebut sehingga Tony
mendapatkannya, dan ia gembira dengan keberhasilannya.
Selanjutnya pada usia 18 dan 24 bulan masuk dalam subtahap sensoris
motoris internalisasi skema ( internalization of schemes). Pada sub tahap ini
fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris motoris murni menjadi
suatu taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk
menggunakan simbol-simbol seperti gerak tubuh dan kata dan dapat berpura-
pura. Contoh perilaku, Yeni bermain dengan kotak yang berisi berbagai bentuk
geometri, mencari dengan hati-hati bentuk yang sesuai sebelum mencoba
memasangkannya, dan ia berhasil (Santrock, 2002).
jarak antar lidi yang sempit. Mereka juga tidak dapat mengoperasikan secara
terbalik. Mereka tidak mengerti bahwa jika mereka dapat menambahkan
sejumlah objek pada suatu kelompok dan kemudian mengambilnya lagi dengan
jumlah yang sama akan menghasilkan jumlah yang sama seperti ketika memulai
(belum melakukan apa-apa).
Anak usia dini selalu mengandalkan gerakan dan belajar dari perasaannya.
Tetapi mereka sekarang sudah dapat menggunakan proses pemikirannya pada
kondisi aktivitas sensorimotor. Mereka memiliki pertumbuhan ingatan terhadap
peristiwa yang lalu dan mulai merencanakan dan memprediksikan apa yang
akan terjadi di kemudian hari.Masa ini dikenal sebagai subtahap prakonseptual
dimana pada masa ini ditandai dengan munculnya sistem – sistem lambang atau
simbol bahasa (Conkey, 2006). Pada masa ini anak mengembangkan
kemampuannya untuk menggambarkan dan membayangkan secara mental suatu
obyek yang tidak terlihat dengan obyek yang lain.
Perkembangan Bicara
a. Bicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-
kata untuk menyampaikan maksud.
b. Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya
paling luas dan paling penting.
c. Bahasa merupakan sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan
perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain melalui tulisan,
bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomin dan seni.
anak ini, tentunya akan berakibat bagi perkembangan anak, yaitu dapat
mengendapkan “the hidden potency" yang telah dimiliki oleh anak. Untuk
menghindari hal tersebut, maka perlu dikembangkan program layanan yang
terpadu untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada anak yang
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Piaget menggolongkan anak usia 4-5 tahun ke dalam tahap pra operasional,
karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi
mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Sebenarnya tahap praoperasional
berlangsung kira-kira pada usia 2 hingga 7 tahun (baca kembali modul
sebelumya).
Dalam tahap ini, anak mulai merepresentasikan dunia mereka dengan kata-
kata, bayangan dan gambar-gambar. Karakteristik perkembangan dalam tahap
utama kedua ini adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis atau
kemampuan representasional. Kemajuan dalam pemikiran simbolis diikuti oleh
pertumbuhan pemahaman akan ruang, kausalitas, identitas, kategorisasi dan
angka.
Pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua sub tahap, yaitu sub
tahap simbolis dan sub tahap pemikiran kognitif.
a. Subtahap simbolis
Terjadi kira-kira pada usia 2 hingga 4 tahun. Pada sub tahap ini, anak-anak
mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek
yang tidak ada. Anak-anak menggunakan disain coret-coret untuk
menggambarkan manusia, rumah, mobil, awan, dan lainnya.
Anak-anak mulai menggunakan bahasa dan melakukan permainan pura-
pura. Meski anak-anak membuat kemajuan yang unik dalam sub tahap ini,
kemajuan pemikiran mereka masih memiliki beberapa batasan-batasan yang
penting, yaitu egosentrisme dan animisme.
Egosentrisme adalah ketidakmampuan membedakan perspektif diri sendiri
dan perspektif diri orang lain. Anak-anak prasekolah sering kali menunjukkan
keahlian perspektif terhadap suatu tugas tertentu namun bukan pada yang lain.
Animisme yaitu keyakinan bahwa objek-objek yang tidak bergerak
memiliki kehidupan dan kemampuan bertindak. Mereka menganggap boneka
sebagai benda yang dapat hidup.
2.16 Metode Pengembangan Kognitif
2) Menghitung 1-20.
3) Mengenal bentuk-bentuk sederhana.
4) Memahami konsep makna berlawanan.
5) Mampu membedakan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata
atau gambar.
6) Memasangkan dan menyebutkan benda.
7) Mencocokkan bentuk-bentuk sederhana.
8) Mengklasifikasikan angka, tulisan, buah dan sayur.
9) Mengenal huruf kecil dan besar
10) Mengenal warna-warna.
imajinasi dan fantasinya. Umumnya pada masa anak ini, anak sudah dapat
mengenal nilai tempat, mampu membedakan kata yang hampir sama, mampu
mengenal angka 1-500 secara bertahap serta kemampuan akademis lainnya.
Perkembangan Bahasa dan berkomunikasi (berbicara). Ketika memasuki
sekolah, perbendaharaan kata mereka bertambah dengan cepat. Contoh : anak
mempunyai lebih kurang 14.000 kata; menggunakan kata seperti bahasa orang
dewasa; dapat memperkenalkan diri, nama dan alamat serta keluarganya. Pada
masa awal sekolah ini anak menyukai penggunaan bahasa rahasia (bahasa
kelompok) untuk berkomunikasi dengan sesama teman sebaya (Santrock, 2002).
LAT IH A N
1) Mengapa anak usia 3 tahun sering terlihat bicara sendiri dan suka
membual?
2) Dengan menipisnya daya khayal anak maka kemampuan memahami
realitas akan mulai berkembang. Berikan contoh situasi tersebut dalam
kehidupan anak!
2.20 Metode Pengembangan Kognitif
3) Apa yang dimaksud dengan usia bertanya dan bagaimana sikap orang tua
dalam menghadapi anak pada masa tersebut?
1) Coba Anda baca kembali pada Kegiatan Belajar 1 ini, yang membahas
tentang perkembangan imajinasi anak.
2) Masih ingatkah kapan anak mulai mampu bekerja sama dalam permainan.
3) Kita dapat menjawab pertanyaan itu sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Untuk menjelaskan kehadiran adik kecil misalnya, kita harus dapat
memilih kata-kata yang tepat sehingga dapat dipahami oleh anak.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Usia 3 – 5 tahun disebut juga masa peka, dimana potensi anak menunjukkan
kepekaan untuk berkembang. Pendapat ini dikemukakan oleh ….
A. Elizabeth B. Hurlock
B. John Dewey
C. Maria Montessori
D. Sigmund Freud
6) Di bawah ini yang bukan merupakan ciri-ciri dari anak yang berusia 3 tahun
adalah ….
A. mulai mendekatkan diri kepada teman-temannya
B. memiliki teman imajiner
C. adanya kontrol internal
D. memiliki rasa egosentris yang kuat
7) Dari berbagai sebutan di bawah ini yang bukan merupakan sebutan bagi
masa awal kanak-kanak adalah masa ….
A. menjelajah
B. bermain
C. berkelompok
D. kreatif
2.22 Metode Pengembangan Kognitif
8) Menurut Sigmund Freud, anak yang berumur 3 tahun berada dalam tahap
perkembangan ….
A. falish
B. genital
C. oral
D. anal
9) Salah satu ciri dari tahapan falish menurut Sigmund Freud adalah ….
A. senang meniru tingkah laku
B. sering memperhatikan dan memegang alat kelamin
C. dapat menjelaskan tentang suatu hal dengan menggunakan kalimat
yang lengkap
D. mulai melakukan sosialisasi dengan teman-teman sebaya
10) Menurut Jean Piaget anak yang berumur 4 tahun 7 bulan termasuk ke dalam
tahap perkembangan ….
A. formal operasional
B. sensori motor
C. operasional konkret
D. pra-operasional
Kegiatan Belajar 2
11. Mengenal paling sedikit 6 warna dan menyebutnya satu per satu.
Saran stimulasi:
a. Saat anak bermain balok, ajak anak untuk mengetahui warna apa saja
yang dipergunakannya.
b. Saat anak menggunakan baju dengan beragam warna, ajak anak untuk
mengetahui warna apa saja yang digunakan atau yang ada di bajunya.
c. Saat anak bermain dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, ajak
anak untuk menebak warna apa yang ditunjuk orang dewasa.
19. Mampu menyusun bangun dasar geometri menjadi suatu bentuk bangunan
baru.
Saran stimulasi:
a. Perkenalkan anak dengan berbagai bentuk geometri dengan benda
konkret di sekitar anak, lingkaran - donat, persegi - televisi dan
sebagainya.
2.28 Metode Pengembangan Kognitif
b. Ajak anak membuat gambar rumah dengan bentuk segi tiga, persegi.
c. Berikan berbagai macam bentuk gambar sederhana.
21. Mampu menciptakan suatu bentuk dari kertas, plastisin, beberapa potongan
lidi, bilah kayu, biji-bijian, sedotan atau barang-barang bekas yang lain.
Saran stimulasi:
a. Ajak anak membuat kelompok angka berurutan (1, 2, 3, 4, dan
seterusnya) dengan biji saga.
b. Ajak anak membuat beberapa buah bulatan kecil dengan menggunakan
plastisin.
c. Ajak anak membuat tiga buah burung dengan menggunakan kertas
origami.
24. Mampu menghubungkan konsep bilangan sama dan tidak sama, lebih dan
kurang, banyak dan sedikit.
Saran stimulasi:
a. Berikan anak alat-alat permainan, kemudian kelompokkan, serta hitung
masing-masing jumlahnya untuk membedakan jumlahnya.
b. Bermain kelereng, secara acak anak dibagikan kelereng, kemudian
masing-masing anak diminta membandingkan mana yang mempunyai
lebih banyak dan yang lebih sedikit.
c. Bermain kantong ajaib yang berisi bangun geometri, masing-masing
anak mengambil isi kantong, kemudian buat kelompok yang
mempunyai kesamaan benda-benda geometri yang diambil dari
kantong.
31. Rasa ingin tahunya semakin besar, bahkan diikuti oleh kegemarannya
bereksperimen dengan apa yang ditemukannya di alam sekitar.
Saran stimulasi:
a. Ajaklah anak berjalan- jalan di sekitar lingkungan rumah, ke kebun
atau ke taman. Biarkan anak melihat, menyentuh dan meneliti apa saja
yang ia temukan, orang tua menemani anak sekaligus sebagai
pembimbing.
b. Ciptakan suasana rumah yang penuh/kaya dengan berbagai macam
alat-alat permainan/bahan yang dapat digunakannya anak untuk
melakukan percobaan seperti gelas plastik transparan, timbangan dan
sebagainya.
c. Lakukanlah percobaan kecil-kecilan dengan anak, misalnya percobaan
membuat roket dengan balon, percobaan gunung meletus dan
percobaan-percobaan lainnya.
32. Tertarik mengamati mengapa ada benda-benda di dalam air, mereka cukup
bingung memandangi benda lain yang mengapung di atas permukaan air.
Saran stimulasi:
a. Siapkan peralatan termasuk benda-benda yang akan digunakan untuk
percobaan benda tenggelam/terapung di air. Ajaklah anak untuk
memasukkan benda-benda tersebut ke dalam air yang ditaruh dalam
wadah transparan. Biarkan anak mencari benda-benda yang lain yang
akan ia masukkan dalam air.
b. Ajak anak berjalan-jalan ke kolam ikan/sungai di sekitar rumah (jika
ada), kemudian biarkan anak mengamati dan melihat benda apa saja
yang terapung di atas permukaan air atau biarkan ia mencoba
memasukkan benda ke dalam sungai, sambil mengingatkan anak
jangan membuang sampah ke sungai. Orang tua harus mengawasi dan
menjaga anak pada saat bermain di sekitar sungai/kolam.
c. Ajaklah anak untuk berenang, ajarkan secara perlahan cara terapung di
atas air, biarkan ia mengamati apa yang terjadi pada dirinya ketika
berada di dalam kolam/air.
2.32 Metode Pengembangan Kognitif
34. Mengenal sebab akibat, misalnya mengapa kita sakit gigi? Mengapa kita
lapar?
Saran stimulasi:
a. Jelaskan pada anak bahwa segala sesuatu yang terjadi ada sebabnya,
misalnya dengan melakukan percobaan pada tanaman yang selama 1
Minggu tidak disiram.
b. Buatlah percobaan kecil-kecilan tentang konsep sebab akibat, misalnya
percobaan mencampur air dengan larutan garam atau gula.
c. Ajarkan anak bahwa apa yang ia lakukan nantinya akan ada akibatnya,
seperti misalnya, kalau ia hujan-hujanan ia akan kedinginan dan sakit,
jika ia bermain-main dengan api ia akan terbakar dan panas.
36. Mampu mencoba dan menceritakan apa yang akan terjadi bila:
Saran stimulasi:
a. Ajak anak untuk melakukan percobaan dengan warna/mencampur
warna. Biarkan anak mengamati apa yang akan terjadi setelah warna
dicampur.
b. Dapat pula mengajak anak menanam tanaman, misalnya menanam
tomat.
c. Buatlah percobaan membuat roket dengan menggunakan balon, yang
sudah ditiup lalu dilepaskan.
d. Masukkan benda-benda ke dalam air untuk melihat benda-benda yang
tenggelam dan terapung.
e. Jatuhkan benda-benda dari atas ke bawah sehingga tampak benda yang
melayang di udara.
Taman Kanak-kanak masing-masing. Untuk guru anak usia dini lainnya dapat
dikembangkan program stimulasi yang disesuaikan dengan usia dan tahapan
perkembangan anak.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Hal terpenting yang sangat perlu dilakukan oleh orang tua atau
pendidik anak usia dini lainnya, setelah mengetahui tahapan dan
perkembangan kognitif anak adalah pemberian program stimulasi. Sebelum
memberikan stimulasi hendaknya orang tua atau guru perlu
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan usia kronologis dan mental
anak. Artinya program stimulasi yang diberikan harus sesuai dengan
tahapan dan karakteristik serta kebutuhan anak.
TES F OR M AT IF 2
10) Indra pendengaran sudah berkembang dengan baik bila seorang anak telah
dapat ….
A. menyebut nama binatang sesuai dengan bentuknya
B. menyebut nama binatang sesuai dengan bunyinya
C. membedakan antara anjing dengan kucing
D. membedakan antara siang dengan malam
Tes Formatif 1
1) A. Tidak ada interaksi antar anak yang bermain.
2) B. Memenuhi keinginannya untuk mempelajari hal-hal baru.
3) D. Sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa yang akan datang.
4) C. Maria Montessori.
5) D. 5 – 6 tahun.
6) C. Adanya kontrol internal.
7) C. Berkelompok.
8) A. Falish.
9) B. Sering memperhatikan dan memegang alat kelamin.
10) D. Pra-operasional.
Tes Formatif 2
1) A. Mengikuti ritmik (irama lagu) dengan bertepuk tangan.
2) A. Menggunakan konsep waktu misalnya hari ini.
3) B. Pengamatan.
4) B. Menyusun potongan teka-teki.
5) B. Bermain dengan plastisin.
6) D. Meraba kertas ampelas.
7) B. Aritmetika.
8) A. Geometri.
9) C. Pengembangan sains permulaan.
10) B. Menyebut nama binatang sesuai dengan bunyinya.
PAUD4101/MODUL 2 2.39
Daftar Pustaka
Conkey, Jeffree. (2006). Early Childhood Education. New York: The Center
For Applied Research In Education.
Feldman, Jean R. (1990). A Survival Guide For The Preshool Teacher. New
York: The Center For Applied Research In Education.
Papalia, Diane E, Sally Wendoks Old dan Ruth Dustin Feldman. (2008). Human
Development. Jakarta: Kencana.
Santrock, John W. (2002). Life Span Development. terj. Juda Damanik dan
Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.
PE N DA H UL U AN
Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan baik, ikuti petunjuk belajar
di bawah ini:
1. Bacalah dengan cermat setiap bagian modul hingga Anda dapat memahami
setiap konsep yang disajikan.
2. Kaitkan konsep baru yang Anda peroleh dan pahami dengan konsep-konsep
lain yang telah Anda miliki sebelumnya.
3. Hubungkan konsep-konsep tersebut dengan pengalaman Anda dalam
mengajar sehari-hari, sehingga Anda dapat menangkap kegunaan konsep
tersebut.
PAUD4101/MODUL 3 3.3
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Kognisi,
Proses Perkembangan Kognitif, dan
Tahapan Perkembangan Kognitif
A. PENGERTIAN KOGNISI
Istilah kognitif mulai banyak dikemukakan ketika teori Jean Piaget banyak
ditulis dan dibicarakan lagi pada tahun 1960-an. Piaget mengemukakan bahwa
perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula
pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya. Dalam
pandangan ini organisme aktif mengadakan hubungan dengan lingkungan.
Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur kognitif yang
dipergunakan untuk mengetahui sesuatu. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi
atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang
fundamental dan membimbing tingkah laku anak yang terletak pada pemahaman
bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspek.
Otak manusia bekerja menerima informasi, memprosesnya kemudian
memberi jawaban. Proses jalannya informasi tersebut pada manusia disebut
kognisi. Sehingga kognisi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses
memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau
usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Tedjasaputra (2001)
mengemukakan bahwa kognisi adalah pengetahuan yang luas, daya nalar,
kreativitas (daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Proses kognisi
meliputi aspek-aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan
pemecahan persoalan. Dalam psikologi kognitif, bahasa menjadi salah satu
objek materialnya karena bahasa merupakan perwujudan fungsi-fungsi kognitif.
3.4 Metode Pengembangan Kognitif
1. Skema
Piaget mengatakan bahwa ketika seorang anak mulai membangun
pemahaman tentang dunia, otak yang berkembang pun membentuk skema. Ini
merupakan tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan
pengetahuan. Skema-skema perilaku (aktivitas fisik) mencirikan masa bayi dan
skema-skema mental (aktivitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak.
Skema-skema bayi disusun oleh tindakan sederhana yang diterapkan pada
objek-objek tertentu. Misalnya, seorang bayi memiliki skema sederhana
berkenaan dengan menyedot, akan tetapi beberapa saat kemudian
mengembangkan beragam jenis sedotan untuk payudara, botol, atau jari
(Papalia, 2008).
2. Adaptasi
Adaptasi adalah istilah Piaget untuk cara anak memperlakukan informasi
baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi
meliputi dua langkah, yakni:
a. asimilasi, terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke dalam
skema-skema yang ada;
b. akomodasi, terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema-skema mereka
dengan informasi dan pengalaman-pengalaman baru.
sapi bukan kucing yang berkaki empat, dapat bebas keluar-masuk rumah dan
mengeluarkan suara “..meong..”. Sehingga anak akan menyesuaikan skemanya
dengan menyingkirkan „ayam‟ dan „sapi‟ dari kategori “kucing”.
3. Organisasi
Menurut Piaget (Santrock, 2007) agar anak-anak memahami dunia mereka,
maka anak-anak secara sadar mengorganisasikan pengalaman-pengalaman
mereka. Organisasi adalah pengelompokan perilaku-perilaku dan pemikiran-
pemikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih teratur dan lebih tinggi.
Perbaikan organisasi ini secara terus-menerus merupakan bagian tak terpisahkan
dari perkembangannya. Seorang anak yang hanya memiliki pemikiran samar
tentang cara menggunakan sebuah palu, mungkin saja memiliki pemikiran samar
terhadap alat-alat pertukangan yang lain. Setelah mempelajari bagaimana
menggunakan salah satunya, ia menghubungkan penggunaan-penggunaan ini,
mengorganisasikan pengetahuannya.
4. Ekulibrasi (Equilibration)/Penyeimbangan
Ekulibrasi merupakan suatu mekanisme yang diajukan Piaget untuk
menjelaskan bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahapan pemikiran ke
tahapan pemikiran berikutnya. Perpindahan ini terjadi karena anak mengalami
konflik kognitif atau disequilibrium, dalam usahanya memahami dunia. Pada
akhirnya, anak akan menyelesaikan konflik tersebut dan mencapai suatu
keseimbangan (equilibrium) pemikiran. Seorang bayi yang biasanya mendapat
susu dari payudara ibunya atau botol, mulai menyedot dari gelas bertutup (untuk
latihan minum dari gelas bagi bayi). Hal ini menunjukkan proses asimilasi
(menggunakan skema lama untuk menangani situasi yang baru). Ketika bayi
menemukan bahwa menyedot air dari gelas membutuhkan gerakan mulut dan
lidah yang berbeda dari yang biasa ia lakukan saat menyusu dari ibu atau botol,
maka bayi akan mengakomodasi hal tersebut dengan mengakomodasi skema
lama. Ia telah membuat penyesuaian terhadap skema menghisap yang ia miliki
dalam situasi baru, yaitu gelas. Dengan demikian, asimilasi dan akomodasi
bekerja bersama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan kognitif
(Papalia, 2008).
3.6 Metode Pengembangan Kognitif
Tabel 3.1
Empat Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
Pada uraian berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang keempat tahapan
perkembangan di atas:
1. Tahap Sensorimotor
Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan yang besar
dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensi
melalui gerakan-gerakan dan tindakan fisik-motorik, oleh karena itu disebut
“sensorimotor”. Piaget membagi tahapan sensorimotor menjadi enam sub
tahapan:
Tabel 3.2
Enam Sub-tahapan Sensorimotor Perkembangan Kognitif Piaget
2. Tahap Pra-Operasional
Pemikiran pra-operasional adalah periode penantian yang nyaman untuk
menuju tahapan berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Pra-
operasional menekankan bahwa anak pada tahap ini belum berpikir secara
operasional atau belum menunjukkan suatu operasi. Operasi adalah perangkat
tindakan terinternalisasi yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa
yang telah dilakukan secara fisik sebelumnya. Pemikiran-pemikiran pra-
operasional adalah awal kemampuan menyusun ulang dalam pemikiran hal-hal
yang telah dibentuk dalam perilaku. Pada tahapan ini, anak mulai
merepresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan gambar-
gambar. Pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari
informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran
3.10 Metode Pengembangan Kognitif
Tabel 3.3
Dua Sub-tahapan Pra-operasional Perkembangan Kognitif Piaget
Tabel 3.4
Tahapan Operasional Konkret Perkembangan Kognitif Piaget
Gambar 3.2
Klasifikasi: suatu kemampuan penting dalam pemikiran operational konkret
Tabel 3.5
Tahapan Operasional Formal Perkembangan Kognitif Piaget
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
10) Indera pendengaran sudah berkembang dengan baik bila seseorang anak
telah dapat ....
A. menyebut nama binatang sesuai dengan bentuknya
B. menyebut nama binatang sesuai dengan bunyinya
3.18 Metode Pengembangan Kognitif
Kegiatan Belajar 2
Pemrosesan Informasi
dan Pengetahuan Metakognisi
A. PEMROSESAN INFORMASI
Memori kerja
Visuospasial
Putaran
fonologis
Gambar 3.3
Memori Kerja (Santrock, 2007)
B. PENGETAHUAN METAKOGNISI
Tabel 3.6
Empat Strategi Memori
menyerah untuk menjawab soal dari guru. Berbeda dengan anak usia 8 tahun, ia
tak segan-segan untuk meminta guru mengulangi cerita bila ia merasa bingung.
2. Pemakaian Kaidah
Penerapan kaidah merupakan proses kognitif yang melengkapi urutan
pemecahan masalah. Kaidah memberikan operasi yang harus dilakukan atas
informasi untuk menghasilkan informasi baru. Kaidah ini dapat dihasilkan
melalui inferensi atau dipelajari langsung. Kemampuan untuk menangani kaidah
secara serentak merupakan perubahan yang penting dalam pemecahan masalah.
Penghambat yang ada dalam kehidupan adalah sulit melepaskan kaidah lama
PAUD4101/MODUL 3 3.25
yang bermanfaat pada masa lalu dalam menghasilkan kaidah yang lebih efektif.
Ketika anak berusia 2-3 tahun, anak-anak mulai memahami tiga tahapan mental:
a. persepsi. anak menyadari bahwa orang lain melihat apa yang ada di depan
mata orang itu, bukan semata-mata dari sudut pandang si anak;
b. keinginan. anak memahami bahwa jika seseorang ingin sesuatu ia akan
berusaha mendapatkannya;
c. emosi. anak dapat membedakan antara emosi-emosi positif dan negatif.
Saat berusia 4-5 tahun, anak mulai memahami bahwa pikiran dapat
merepresentasikan objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara akurat. Setelah
melewati tahun-tahun prasekolah, anak memiliki apresiasi yang mendalam
tentang pikiran itu sendiri. Pada pertengahan atau akhir masa kanak-kanak, anak
melihat pikiran sebagai sebuah konstruktor pengetahuan yang aktif atau pusat
pemrosesan informasi, pemahaman anak beralih dari pemahaman bahwa
kepercayaan bisa saja salah menjadi pemahaman bahwa kepercayaan dan
pikiran bersifat “interpretatif”, yakni kesadaran bahwa suatu peristiwa dapat
diinterpretasikan secara berbeda (Santrock, 2007).
LAT IH A N
Agar Anda dapat mengerjakan latihan di atas dengan baik, Anda dianjurkan
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan teman Anda. Kemudian
anda menuliskan sendiri jawaban pertanyaan tersebut. Bila Anda dapat
3.26 Metode Pengembangan Kognitif
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Seorang anak usia 7 tahun merasa takut ketika disuruh menyanyi di depan
kelas. Mengapa hal itu bisa terjadi?
A. Tidak dapat mengendalikan ansietas.
B. Tidak dapat mengendalikan distraksi.
C. Usia anak relatif muda.
D. Usia anak masih tergolong praoperasional.
5) Ada dua orang anak usia 4 tahun dan 8 tahun sedang menonton TV tentang
panggung boneka. Anak yang usia 4 tahun merasa bingung setelah ditanya
cerita dalam panggung boneka. Sedangkan anak yang berumur 8 tahun
dapat menjelaskan dengan jelas. Apa yang menyebabkan perbedaan
pelakuan pada anak tersebut?
A. Anak yang lebih besar lebih konsisten dalam melacak per informasi
yang tengah berlangsung.
B. Perhatian anak berbeda usia, berbeda pula perilakunya.
C. Pemonitoran distraksi anak lebih tinggi usia lebih baik.
D. Anak yang lebih tinggi usia perhatiannya lebih terfokus.
8) Apa arti monitor itu sendiri dalam proses pemecahan masalah? Monitor
berarti ….
A. menemukan dan mencari masalah
B. mendengar, mencatat dan mengingat
3.28 Metode Pengembangan Kognitif
10) Penerapan kaidah merupakan proses kognitif. Kaidah itu sendiri dapat
dihasilkan melalui ….
A. dipelajari langsung
B. mengingat masa lalu
C. berinteraksi dengan teman sebaya
D. memecahkan masalah
Tes Formatif 1
1) D. Kognisi.
2) C. Pemahaman.
3) C. Klasifikasi.
4) D. Pasca operasi.
5) A. Penggunaan simbol dan penyusunan tanggapan internal.
6) B. 5 tahun 1 bulan.
7) C. Fabel.
8) B. Bermain kreatif.
9) D. Perkembangan tentang pengetahuan berkenaan dengan pengalaman
yang dekat dengan dirinya dan gejala yang diamatinya.
10) D. Membedakan antara siang dengan malam.
Tes Formatif 2
1) C. Pemrosesan metamori.
2) B. Menentukan tujuan.
3) D. Jangka panjang.
4) A. Tidak dapat mengendalikan ansietas.
5) A. Anak yang lebih besar lebih konsisten dalam melacak per informasi
yang tengah berlangsung.
6) C. Anak yang selalu mencoba cara lain dalam menyelesaikan masalah.
7) C. Adanya perbedaan usia.
8) B. Mendengar, mencatat, dan mengingat.
9) B. Merasa mudah mengerjakan pekerjaannya karena ia menghilangkan
gangguan yang menghalanginya.
10) A. Dipelajari langsung.
3.30 Metode Pengembangan Kognitif
Daftar Pustaka
Semiawan, Conny. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini
(Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar). Jakarta: Prenhallindo.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan belajar 1: Fungsi Alat Berpikir (tool of the mind) dan Prinsip Dasar
Vygotsky tentang Perkembangan Kognitif.
Kegiatan belajar 2: Tujuan dan Implementasi Model Pembelajaran Vygotsky.
Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan baik, ikuti petunjuk belajar
di bawah ini.
1. Bacalah dengan cermat setiap bagian modul hingga Anda dapat memahami
setiap konsep yang disajikan.
2. Kaitkan konsep baru yang Anda peroleh dan pahami dengan konsep-konsep
lain yang telah Anda miliki sebelumnya.
3. Hubungkan konsep-konsep tersebut dengan pengalaman Anda dalam
mengajar sehari-hari, sehingga Anda dapat menangkap kegunaan konsep
tersebut.
PAUD4101/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
Fungsi alat berpikir (tool of the mind) adalah untuk mempermudah anak
memahami suatu fenomena, memecahkan masalah, mengingat dan berfikir.
Secara spesifik Vygotsky menjelaskan beberapa kegunaan dari alat berpikir,
yaitu sebagai berikut.
3. Memperluas Kemampuan
Melalui keberfungsian dari alat berpikirlah setiap individu akan mampu
memperluas wawasan berpikirnya melalui berbagai aktivitas untuk mencari dan
menemukan berbagai pengetahuan yang ada di sekitarnya. Melalui berbagai
eksplorasi yang dilakukan oleh seorang anak melalui panca inderanya, maka
akan semakin banyak hal yang dapat ia ketahui.
Sebagai contoh, ketika seorang guru membuat program kegiatan belajar
dengan tema binatang “Gajah”, guru mengajak anak berwisata ke kebun
binatang. Pada mulanya anak diminta mengamati bentuk tubuh gajah, kemudian
anak diminta mendengarkan suara gajah dan menirukannya. Setelah itu, bila ada
beberapa anak yang berani boleh meraba tubuh gajah dengan didampingi
pawang. Aktivitas pembelajaran ini dapat menjelaskan perluasan kemampuan
berpikir anak dalam mengenal binatang yang bernama gajah menjadi semakin
baik.
Gambar 4.1
Zone of Proximal Development
c. Private Speech
Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses sosial psikologis
adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator.
Tanda dan lambang tersebut merupakan produk dari lingkungan sosiokultural di
mana seseorang berada. Semua perbuatan atau proses psikologis berupa bahasa,
tanda dan lambang, atau semiotika. Kegiatan pembelajaran anak yang dibimbing
oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten dapat membantu
anak memahami alat-alat semiotik ini. Anak mengalami proses internalisasi di
mana alat-alat semiotik akan berfungsi sebagai mediator bagi proses psikologis
lebih lanjut dalam dirinya. Mekanisme hubungan antara pendekatan
sosiokultural dan fungsi-fungsi mental didasari oleh tema mediasi semiotik.
Artinya, tanda atau lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya
berfungsi sebagai penghubung antara rasionalitas-sosiokultural (intermental)
dengan individu sebagai tempat berlangsungnya proses mental (Wertsch, 1990).
Untuk memperluas pendapat Vygotsky, Bakhtin mengemukakan elemen-
elemen yang terdiri dari ucapan, bunyi suara, tipe percakapan sosial dan dialog,
di mana secara kontekstual elemen tersebut berada dalam batasan sejarah,
kelembagaan, budaya, dan faktor individu. Vygotsky meyakini bahwa bahasa
memainkan peranan besar dalam perkembangan kognisi. Bahasa merupakan alat
mental yang berfungsi sebagai mekanisme aktual untuk berpikir. Bahasa
membuat pemikiran lebih abstrak, luwes dan terbebas dari rangsangan yang
bersifat antara. Melalui bahasa, ingatan dan antisipasi ke masa depan dibawa ke
arah situasi baru. Ketika anak-anak menggunakan simbol dan konsep untuk
berpikir, mereka tidak selamanya membutuhkan kehadiran objek-objek agar
dapat berpikir tentang itu. Bahasa dapat menjadikan anak-anak berimajinasi,
PAUD4101/MODUL 4 4.9
3) Konstruktivisme sosial
Kemampuan kognitif dan pola pikir bukanlah dasar yang ditentukan oleh
faktor bawaan tetapi hasil dari aktivitas atau lingkungan di mana individu
tersebut tinggal. Bahasa adalah alat penting untuk mengetahui bagaimana
anak akan belajar untuk berpikir. Sebab gagasan (ide) yang diperolehnya
akan diteruskan dalam bentuk arti kata.
4) Perkembangan intelektual
Menurut Vygotsky, pengertian yang jelas hubungan antara berpikir dan
bahasa dibutuhkan untuk memahami perkembangan intelektual. Bahasa
tidak hanya berupa ekspresi dari pengetahuan anak yang telah diperoleh.
Ada hubungan yang mendasar antara berpikir dan berbicara dalam tingkat
pertama ketika diadakan penelitian terhadap yang lainnya. Bahasa menjadi
penting dalam membentuk pemikiran dan menentukan kelebihan seseorang.
LAT IH A N
1) Coba cermati kembali empat tahapan ZPD yang telah Anda baca.
Berdasarkan tahapan ZPD itu, cobalah Anda ciptakan permainan menarik
dan mampu meningkatkan kemampuan kognitif anak. Tulislah langkah-
langkah yang akan Anda ambil dan bicarakan dengan teman sejawat Anda!
2) Kembangkanlah permainan yang menggunakan simbol dan bahasa seperti
berbentuk kartu, display, menggunakan papan panel dan sebagainya. Setiap
permainan diupayakan bisa menambah sedikitnya sepuluh kata-kata baru
yang harus dipahami dan dimengerti anak. Gunakan teori Vigotsky untuk
mengembangkan proses pembelajarannya. Hasil ciptaan dan kreativitas
Anda bisa diuji-cobakan di hadapan teman sejawat Anda!
1) Bahan atau alat yang dibutuhkan jangan terlalu mahal atau susah diperoleh
agar permainan tersebut bisa mudah dibuat dan ditiru oleh teman sejawat
Anda.
PAUD4101/MODUL 4 4.13
2) Pilihlah kata-kata yang akan dan sering digunakan dalam permainan dan
pelajaran baru Anda. Jangan pilih kata-kata yang terlalu sukar. Pilihlah kata
yang ada di sekitar kehidupan mereka
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Pemikiran Vigotsky dalam banyak hal diharapkan bisa membantu para ahli
dan praktisi ….
A. pembelajaran di taman kanak-kanak
B. sosiologi anak
C. pendidikan anak
D. organisasi taman kanak-kanak
4.14 Metode Pengembangan Kognitif
4) Kognitif seseorang dari sejak usia dini hingga dewasa bisa terlihat
perkembangannya melalui alat berpikir yang dimiliki ….
A. orangtuanya
B. individu itu sendiri
C. para ahli kognitif
D. saudara kandung
Kegiatan Belajar 2
Implementasi
Model Pembelajaran Vygotsky
P ada bagian berikut ini akan diberikan contoh bagaimana rencana kerja
Vygotsky yang mungkin untuk diterapkan pada aktivitas dalam
pembelajaran di kelas-kelas anak usia dini. Pada dasarnya berbagai
aktivitas dalam semua konteks memerlukan perkembangan termasuk:
1. Aktivitas yang menggunakan otot besar atau kasar
Misalnya kemampuan berlari, menendang, mengangkat, dan lain-lain.
2. Kecerdasan matematika
Misalnya kemampuan mengenal, menyebut dan menjumlahkan-mengurangi
angka-angka atau membedakan berbagai bentuk geometri.
harapan masyarakat pada anak prasekolah akan berbeda dengan anak-anak yang
berada dalam usia sekolah.
Vygotsky menggunakan konsep aktivitas terprogram untuk menentukan
model interaksi antara anak–anak dengan lingkungan sosial yang mendasari
pemenuhan kebutuhan perkembangan. Suatu aktivitas terprogram merupakan
model interaksi yang akan:
1. menghasilkan pemenuhan kebutuhan utama perkembangan;
2. memberikan dasar untuk aktivitas lainnya;
3. mendorong terciptanya proses mental baru dan penataan secara lebih
matang.
3. Manfaatkan lebih banyak teman sebaya yang terampil sebagai guru. Ingat,
bahwa tidak hanya orang dewasa yang mampu membantu anak belajar.
Anak juga mendapatkan manfaat dari dukungan dan bimbingan anak-anak
lain yang terampil (John-Steiner dan Mahn, 2003).
dapat dibuat dengan kriteria tertentu seperti “cukup besar untuk sebuah
mainan gajah“ atau “cukup luas untuk sebuah rumah bagi seekor binatang”.
c. Pemetaan (mapping)
Pemetaan dan perencanaan menunjukkan kemampuan berpikir simbolik
mengembangkan kemampuan bahasa anak serta bertindak sebagai mediator
eksternal. Pemetaan dan perencanaan dapat dikerjakan secara bersama pada
berbagai aktivitas sehingga kemampuan berpikir dan bahasa lebih
meningkat dan terstruktur.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
6) Berikut ini adalah dua hal yang merupakan satu kesatuan dan saling
menentukan menurut Vygotsky adalah ....
A. gizi dan perkembangan
B. belajar dan perkembangan
C. bahan ajar dan belajar
D. bola asuh dan lingkungan sosial
7) Dari beberapa perilaku di bawah ini, manakah yang merupakan contoh dari
tingkat perkembangan potensial?
A. Dapat bekerja dengan baik apabila diawasi oleh guru atau orang tua.
B. Mengerjakan sendiri semua tugas sekolah.
C. Dapat memakai sepatu sekolah sendiri.
D. Dapat makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu.
8) Dari beberapa perilaku di bawah ini, manakah yang merupakan contoh dari
tingkat perkembangan aktual?
A. Meminta bantuan orang tua untuk mengerjakan tugas sekolah.
B. Dapat mandi dan berpakaian sendiri.
C. Dapat melipat sendiri pakaiannya hanya apabila diawasi oleh orang
tua.
D. Dapat menyikat gigi sendiri apabila ditemani oleh orang tua.
C. ZPD
D. perbedaan skor kognitif
10) Di bawah ini adalah empat tahapan ZPD yaitu tindakan ....
A. anak berkembang spontan dan tertanam
B. anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain
C. spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap berpikir abstrak
D. anak didasarkan atas inisiatif sendiri
Tes Formatif 1
1) A. Perkembangan bahasa dan kognitif.
2) B. Psikologi.
3) A. Pembelajaran di taman kanak-kanak.
4) B. Individu itu sendiri.
5) A. Berbagai pengetahuan.
6) D. Secara alami.
7) A. Kehidupan sosialnya.
8) A. Guru.
9) D. Pengetahuan yang dimiliki anak.
10) A. Aktualisasi.
Tes Formatif 2
1) A. Revolusi-sosiokultural.
2) C. ZPD.
3) D. Menyelesaikan suatu masalah dengan jalan keluar yang kreatif.
4) A. Susunan kognitif.
5) D. Strata dalam masyarakat.
6) B. Belajar dan perkembangan.
7) A. Dapat bekerja dengan baik apabila diawasi oleh guru atau orang tua.
8) B. Dapat mandi dan berpakaian sendiri.
9) C. ZPD.
10) D. Anak didasarkan atas inisiatif sendiri.
4.26 Metode Pengembangan Kognitif
Daftar Pustaka
Armstrong, Thomas. (2002). Multiple Intelligences in The Classroom
(terjemahan). Bandung: Kaifa.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
S etiap hari, guru melakukan interaksi pendidikan dengan anak. Hal ini
menyebabkan guru harus berpikir tentang bagaimana cara anak belajar dan
pengetahuan apa yang diberikan dan diharapkan mampu dicapai oleh anak.
Misalnya ketika guru ingin mengajarkan anak tentang pesawat telepon sebagai
suatu alat komunikasi, maka guru dapat memperlihatkan sebuah pesawat telepon
atau gambar telepon. Sambil menunjukkan gambar atau alat tersebut, guru
mengatakan kepada mereka: “Anak-anak inilah bentuk pesawat telepon”. Atau,
“Anak-anak, inilah pesawat telepon sebagai alat komunikasi”. Kegiatan ini
sering dijumpai di berbagai sekolah. Melalui cara ini, anak hanya diberikan
pengetahuan tentang objek/benda, tanpa memberikan kesempatan pada mereka
untuk terlibat atau menyentuh langsung benda tersebut. Akibatnya, mereka tidak
mengetahui betul benda atau gambar yang diberikan guru. Anak tidak dapat
menggunakan seluruh pancaindranya untuk memahami benda atau gambar
tersebut. Seandainya saja setiap anak diberikan kesempatan untuk menyentuh,
menggunakan, serta merasakan kegunaan menggunakan pesawat telepon,
tentunya pelajaran yang mereka terima akan lebih bermakna dan dapat diingat
dengan lebih baik.
Untuk memahami dan mengkaji lebih jauh tentang bagaimana cara anak
membangun pengetahuannya, berikut penjelasan hal tersebut melalui berbagai
sudut teori.
Pengertian awal mengenai pengetahuan adalah apa yang dilihat atau
diperoleh melalui pancaindra. Selain itu, pengetahuan hanya merupakan
pendapat yang benar dan disertai penjelasan tentang sebuah objek. Seiring
dengan berkembangnya pemikiran manusia, pengetahuan pada hakikatnya
merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di
dalamnya adalah ilmu yang telah diuji kebenarannya. Hal yang mendasar dari
pengetahuan adalah pengetahuan selalu terdiri dari unsur yang mengetahui dan
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Oleh karena itu,
pengetahuan bersifat tentatif dan dapat berubah sesuai dengan kondisi dan
situasi yang sedang terjadi. Artinya, pengetahuan dapat berubah dan
berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia.
PAUD4101/MODUL 5 5.3
A. TEORI PENGETAHUAN
B. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
dikatakan bahwa lingkungan fisik merupakan sumber yang sangat kaya untuk
membangun pengetahuan fisik pada anak, dimana anak terlibat langsung dengan
lingkungan fisik selama hidupnya.
penjelasan sesuai dengan apa yang dilihat oleh anak. Artinya, anak memperoleh
input pengetahuan tidak hanya melalui indera penglihatannya tetapi juga indera
pendengarannya.
Untuk mendapatkan sebuah pengetahuan, anak melakukan peniruan
terhadap objek yang dilihat dan diamatinya. Misalnya pada kegiatan makan
bersama di sekolah. Sandi, seorang anak TK kelompok A melihat dan
mengamati guru yang sedang menuangkan sayur sup dengan menggunakan
sendok sayur ke dalam mangkuk. Sandi mengamatinya dengan seksama
bagaimana cara guru mengambil sayur agar tidak tumpah, yaitu dengan
menyendoknya, kemudian mengangkat sendok pelan-pelan, tidak miring dan
menuangkan sendok berisi sup ke dalam mangkuk kecil. Kini tiba giliran Sandi
untuk mengambil sayur sup dari dalam panci. Pada saat ini terjadilah proses
menggunakan pengetahuan yang didapat Sandi, yaitu bagaimana cara
mengambil sayur sup agar tidak tumpah. Cara Sandi mendapatkan pengetahuan
tentang cara mengambil sup agar tidak tumpah adalah dengan cara meniru
berdasarkan hasil pengamatannya.
Dengan arahan, anak akan tahu jumlah A dan B adalah sama, yaitu lima
kelereng.
a. Penampakan vs kenyataan
Adanya kemampuan berpikir tentang perubahan objek menjadikan anak
dapat membedakan penampakan objek dengan objek sesungguhnya. Misalnya,
anak usia 4 tahun selalu berpikir bahwa permen yang disebarkan dalam piring
lebih sedikit dibandingkan pada saat berada di dalam toples. Tetapi jika terus
diberikan pemahaman dengan meletakkan kembali permen ke dalam toples
kemudian tidak terjadi perbedaan jumlah, maka anak akan membangun
pengetahuan, bahwa jumlah keduanya sama, A menjadi A.
2) Menghadirkan benda yang tidak dapat diubah atau benda yang dapat diubah
Jika merujuk pada kemampuan berpikir bagaimana benda dapat berubah,
perlu juga dihadirkan benda statis yang tidak dapat diubah sebagai bahan
perbandingan untuk anak. Pengetahuan yang diberikan adalah tidak semua
benda dapat diberikan perlakuan yang sama atau tidak dapat diberikan
perubahan. Selain itu mengenai tidak terjadi perubahan apapun pada benda,
PAUD4101/MODUL 5 5.9
D. PENGEMBANGAN PENGETAHUAN
2. Pengembangan Logika-Matematika
Istilah kecerdasan logika matematis (math-logical intelligence) merujuk
pada pemahaman paling populer dalam soal logika. Hal tersebut menunjukkan
5.10 Metode Pengembangan Kognitif
a. Pengembangan perilaku
1) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan;
2) mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain;
3) tolong menolong;
4) tertib diri;
5) rapi dalam bertindak;
6) tenggang rasa;
5.12 Metode Pengembangan Kognitif
b. Pengembangan bahasa
Pengembangan bahasa ditekankan pada pengembangan kemampuan anak
untuk berkomunikasi (communication skill) melalui kegiatan-kegiatan:
a) menirukan kembali ucapan;
b) mengikuti petunjuk;
c) dapat menggunakan dan menjawab pertanyaan, apa, mengapa, berapa,
di mana, siapa, dan bagaimana;
d) dapat berbicara lancar;
e) mengenal kata-kata posisi;
f) dapat menyebutkan, menunjukkan, dan memperagakan gerakan;
g) berbicara sederhana;
h) menceritakan kembali;
i) memberikan keterangan;
j) melanjutkan cerita;
k) bercerita sendiri.
kepada anak tidak hanya berupa ilmu pengetahuan dan permainan semata, tetapi
juga kecakapan, ide-ide, dan sebagainya. Hal yang penting diketahui guru
adalah perlunya menguasai materi pembelajaran. Jika mereka kurang
menguasai, maka akan timbul reaksi yang bersifat negatif terhadap apa yang
disajikan guru. Bahkan terhadap guru itu sendiri, padahal pembelajaran yang
dilakukan diharapkan menimbulkan reaksi positif, baik terhadap apa yang
diberikan anak maupun terhadap guru itu sendiri.
Pertanyaan berikutnya adalah apa yang dimaksud dengan kegiatan
pembelajaran bagi anak usia dini? Secara umum, dapat dikatakan bahwa
kegiatan adalah salah satu prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam pengertian tersebut terdapat unsur tujuan. Kegiatan
pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan guru dalam menyajikan suatu
materi pembelajaran atau permainan dengan memperhatikan keseluruhan situasi
belajar dan bermain untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan yang digunakan
adalah kegiatan learning by doing (belajar dengan berbuat) atau active learning.
Kegiatan ini memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi,
memecahkan masalah, bereksperimen dan berkreasi dalam kegiatan belajarnya
sehari-hari. Anak dirangsang untuk aktif berbuat, kreatif, mandiri, dan disiplin.
Mereka pun belajar menghargai pendapat orang lain pada saat berdiskusi dan
belajar menyampaikan pendapatnya dengan baik.
Adapun pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan integrated
study, yaitu sistem pembelajaran yang menghubungkan antara satu pelajaran
dengan pelajaran lainnya. Dengan demikian, waktu pembelajaran lebih
produktif, motivasi belajar anak meningkat, merangsang anak berpikir, dan
memacu guru untuk kreatif dalam mengajar.
Untuk mencapai hasil memuaskan, sebaiknya penyajian materi dan
permainan yang menggunakan kegiatan pembelajaran tertentu dilakukan melalui
tiga fase, yaitu fase pendahuluan, fase menghasilkan, dan fase penurunan. Fase
pendahuluan adalah fase dimana guru menyusun mental set yang
menguntungkan (favorable) guna penyajian materi pembelajaran. Dalam
penyusunan mental set ini, guru menyusun rekapitulasi materi pembelajaran
yang disajikan untuk menghubungkan materi sebelumnya dengan materi baru.
Durasi atau waktu yang diperlukan untuk fase ini cukup secara singkat saja.
Dalam fase kedua, perhatian terhadap materi pembelajaran atau permainan.
Dalam fase ini, anak mulai dikonsentrasikan perhatiannya kepada materi atau
permainan yang akan diajarkan/dijalankan. Nah, dalam penyajian inilah guru
harus mampu memilih kegiatan yang cocok atau sesuai dengan materi atau
5.14 Metode Pengembangan Kognitif
Mendongeng atau bercerita dapat pula dibantu dengan alat peraga, seperti
Toys Puppet, Shadow Puppet, Hand Puppet, Apron Puppet, Masked Story, Roll
Story, Marionette, Panel Puppet, Theatre dan sebagainya. Guru dapat membuat
sendiri alat peraga sesuai dengan cerita yang akan ditampilkan.
Bagi guru yang akan bercerita dengan buku, hal yang perlu diperhatikan
adalah pengaturan tempat duduk anak dan ruangan. Guru yang bercerita sambil
memegang buku yang akan dibacakan kepada anak akan bersifat kurang atraktif
jika dibandingkan dengan menggunakan alat peraga. Oleh karena itu, guru harus
berlatih membacakan cerita itu. Tambahkan berbagai selingan yang dapat
meningkatkan daya tarik cerita seperti suara-suara, gerakan tubuh atau mimik
muka. Jangan lupa improvisasikan karakter dan jiwai isi cerita pada setiap tokoh
cerita tersebut. Apabila memungkinkan, bercerita secara interaktif dengan cara
mengajak anak bertepuk tangan, menyanyikan lagu, memainkan alat musik, dan
lain-lain. Ajaklah anak berpartisipasi, hati-hati jangan sampai out of control.
Jangan panik kalau mereka ragu-ragu, tetapi teruslah bercerita. Jangan lupa
berterima kasih apabila mereka berpartisipasi.
4. Kegiatan Proyek
Kegiatan proyek memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan di sekitar anak dengan menggunakan lingkungan
sebagai proyek belajar anak. Kegiatan ini sekarang sering pula diartikan sebagai
pemanfaatan alam sekitar atau sebagai kegiatan belajar di alam terbuka. Anak
yang bermain pasir di tepi pantai dapat mencoba mengekspresikan pengalaman
hidup dan melakukan percobaan melalui berbagai bentuk kegiatan. Seorang
anak membuat gunung-gunungan, anak yang lain membuat lubang sambil
menceritakan apa yang dilakukan dan tujuannya membuat lubang. Dengan
arahan guru, anak yang dibawa ke hutan atau taman nasional akan dapat
mengeksplorasi kemampuan dan pengalaman mereka selama ini. Alam terbuka
memang sangat cocok untuk belajar bagi siapa pun. Dari alam terbuka banyak
yang dapat diperoleh anak melalui sejumlah pengalaman. Pengalaman tersebut
diterapkan sebagai konsep belajar dan sarana untuk mengeksplorasi diri sendiri.
Konsep inilah yang dianggap mumpuni untuk menstimulasi kegiatan sehari-hari.
Kegiatan ini sebetulnya dapat juga disebut dengan experiential learning (EL).
Secara singkat, Claxton (1987) mengemukakan bahwa yang disebut experiential
learning (EL) adalah proses belajar dimana subjek melakukan sesuatu, bukan
sekedar memikirkan sesuatu. Ditinjau dari pengertian ini, maka apa yang
dilakukan anak didik, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas, dapat disebut
sebagai EL. Kegiatan EL itu tak terbatas pada belajar di alam terbuka.
Cakupannya dapat berupa kegiatan bercocok tanam sampai ke conflict
resolution, dari assessment (psikologis) sampai ke perkembangan remaja, dari
skill training sampai ke model-model teori. Bahkan sebagian besar orang
menyebutkan bahwa semua jenis pendidikan adalah EL.
dimana saja. Seorang anak yang sedang bermain peran akan masuk ke dunia
orang lain dengan jalan mengkreasi sikap dan tindakan orang yang
diperankannya. Maksudnya agar ia dapat memahami orang lain tersebut secara
lebih baik.
Tujuan belajar melalui kegiatan bermain peran di TK dapat bermacam-
macam. Misalnya guru ingin menyajikan informasi kepada anak, mengajarkan
prinsip tertentu, mengubah sikap anak, serta mengembangkan keterampilan
praktis sehubungan dengan tugas atau kewajiban anak sehari-hari. Selain itu
belajar menempatkan diri pada diri orang lain, sehingga dapat memahami orang
lain secara lebih baik, belajar tentang bagaimana orang lain berpikir dan merasa
(empati). Tujuan lainnya adalah mengubah perilaku menjadi lebih baik, seperti
bagaimana agar lebih menjadi spontan, menjadi pendengar yang lebih baik,
menasihati anak secara tidak langsung, dan belajar bagaimana memimpin orang
lain, dan sebagainya.
Melalui kegiatan bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan
sosial mereka. Hal ini dikarenakan anak dituntut untuk mempelajari dan
memperagakan peran yang akan ia mainkan. Melalui kegiatan ini anak harus
dapat mempelajari peran dari tokoh tersebut. Misalnya untuk memerankan tokoh
seorang ibu, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang siapa ibu dan apa
peran ibu.
Dalam kegiatan bermain peran, sebaiknya guru menyajikan masalah yang
realistis dan tidak hipotetis. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan contoh
positif secara langsung kepada anak. Jika menggunakan metode ini, guru perlu
memperhatikan waktu/durasi permainan. Sebaiknya masalah yang dijadikan
tema dalam bermain peran diambil dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Upayakan membuat topik yang hidup dan menarik dengan cara
menarik titik perbedaan, bahkan konflik, atau menggunakan suatu masalah yang
dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Tentukan karakter yang akan
dilibatkan dalam kegiatan bermain tersebut. Berikan nama terhadap karakter
tersebut. Dalam kegiatan bermain peran ini, guru harus mempersiapkan lembar
pengamatan dan lembar pemrosesan. Lembar pemrosesan berisi pertanyaan:
a. Apa yang terjadi dalam bermain peran ini?
b. Apa problem atau konflik yang ditampilkan dalam bermain peran tersebut?
c. Bagaimana hubungan peran anak yang terlibat dalam bermain peran
tersebut?
d. Apakah situasi yang ditampilkan adalah situasi yang realistik? Mengapa?
e. Apakah ada pemecahan masalah dalam konflik yang ditampilkan tadi ?
PAUD4101/MODUL 5 5.19
6. Kegiatan demonstrasi
Kegiatan demonstrasi digunakan untuk membangun pengetahuan pada
anak, yaitu dengan cara menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan
kejadian, proses, dan peristiwa. Misalnya guru ingin membangun pengetahuan
pada anak tentang warna ungu. Warna ungu adalah warna sekunder dari hasil
percampuran warna merah dan biru. Guru melakukan demonstrasi mencampur
warna merah dan biru. Kemudian anak diminta untuk melakukan percobaan
sendiri, sehingga anak membangun pengetahuannya sendiri.
LAT IH A N
1) Pahami atau ulangi pemahaman yang telah Anda kuasai tentang ketiga
domain tersebut. Jika Anda ragu memasukkan suatu jenis permainan ke
dalam salah satu domain tersebut, maka konsultasikan kepada teman
sejawat atau orang yang lebih mengetahui. Pengelompokan yang telah
Anda lakukan dapat Anda analisis dari segi manfaat, kepuasan anak ketika
melakukan permainan, dan pengaruh perkembangan motorik dan jiwa anak.
2) Sebelum mengidentifikasi prinsip rancangan permainan Anda, terlebih
dahulu perhatikan permainan-permainan yang telah ada dari segi
pendidikan, pengembangan motorik, afektif, dan kognitif anak. Perhatikan
pula permainan yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan. Analisis
penyebabnya dan hubungkan dengan rancangan permainan Anda.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
5) Arti menghadirkan benda yang tidak dapat diubah atau sebaliknya adalah
dengan cara menghadirkan ….
A. satu jenis benda
B. dua jenis benda yang memiliki sifat yang sama
C. benda yang tidak dapat diubah keduanya
D. dua benda yang memiliki sifat berbeda
5.22 Metode Pengembangan Kognitif
10) Kegiatan yang digunakan untuk membangun pengetahuan pada anak, yaitu
dengan cara memperagakan suatu tahapan kejadian, proses, dan peristiwa.
Hal ini disebut dengan kegiatan ….
A. diskusi
B. demonstrasi
C. kasus
D. bermain peran
Kegiatan Belajar 2
pertanyaan sekarang adalah dimana peranan guru ketika anak sedang menimba
pengetahuan dan keterampilannya?
Membangun pengetahuan pada anak tidak terlepas dari peran guru. Peran
guru yang diharapkan adalah guru yang mampu membangun pengetahuan pada
anak dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk
bereksplorasi, sehingga anak mampu membangun pengetahuan dari apa yang
dilakukannya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru,
antara lain adalah:
Salah satu peran guru adalah menjadi model atau panutan yang baik untuk
anak. Sebagian besar kegiatan belajar anak di LPAUD termasuk di Taman
Kanak-kanak adalah melalui imitasi atau peniruan. Artinya, seluruh tindak
tanduk guru diperhatikan dengan seksama dan kemudian akan dicontoh oleh
anak. Dalam membangun sikap yang benar, anak belajar melalui pengetahuan
yang diperolehnya melalui indera. Misalnya pada kegiatan makan bersama,
sebagai penerapan pengetahuan sosial tentang berdoa sebelum makan, maka
guru sebaiknya melakukan kegiatan berdoa. Misalnya juga pada kegiatan
bermain balok, langkah pertama yang dapat dilakukan guru untuk menjadi
model yang baik adalah dengan mengambil balok seperlunya, membangun
bangunan dari fondasi hingga atap kemudian membongkar bangunan dari atap
hingga fondasi dan meletakkan kembali balok pada tempatnya. Diharapkan anak
mampu meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, guru
membangun pengetahuan anak tentang cara membangun, cara membongkar, dan
cara berbagi bahan bangunan dengan temannya, yaitu dengan mengambil balok
sesuai dengan kebutuhan.
dengan orang lain. Atau dengan perkataan lain bermain adalah suatu cara bagi
anak-anak dalam mengubah dunia untuk mendapatkan keinginannya.
Bermain sangat penting bagi anak sebab bagi mereka bermain adalah
bekerja. Bermain juga merupakan cara belajar yang bersifat alami. Dunia anak
adalah dunia bermain. Misalnya dengan melihat ibunya yang sedang membuat
kue di dapur, anak dapat bermain dan belajar mengenal bahan adonan kue dan
pura-pura juga membuat kue dengan kompor dan panci mainannya.
Demikianlah anak belajar melalui bermain. Contoh lainnya, dengan bermain
peran sebagai seorang perawat rumah sakit, mereka sebenarnya sedang belajar
mengatasi ketegangan, ketakutan dan mencoba lebih akrab terhadap profesi
perawat.
Banyak orang kurang mengetahui bahwa bermain merupakan bagian
penting dalam kehidupan seorang anak, terutama usia balita dan usia sekolah.
Gejala-gejala umum yang tampak terutama di kota-kota, anak-anak malah
dijejali berbagai kegiatan, baik akademis maupun non-akademis untuk mengejar
prestasi. Akibatnya banyak waktu anak-anak tersita untuk mengerjakan berbagai
tugas sekolah, maupun mengikuti bermacam-macam les yang belum tentu
disukai oleh mereka. Anak mungkin terpaksa melakukan hal tersebut untuk
sekedar memenuhi ambisi orang tuanya. Padahal anak-anak perlu diberi
kesempatan penuh untuk bermain dan berkreasi, yang tujuannya sama penting
dengan belajar. Mereka yang kebutuhan bermainnya terpenuhi, tumbuh dengan
memiliki keterampilan mental yang lebih tinggi untuk menjelajahi dunianya
lebih lanjut dan menjadi manusia yang memiliki kebebasan mental untuk
tumbuh dan berkembang sesuai potensi yang dimilikinya, yaitu menjadi manusia
yang bermartabat dan mandiri (Semiawan, 1991).
Guru harus memberikan dukungan dalam bermain karena bermain secara
aktif melibatkan seluruh anak. Dalam suatu kesempatan bermain, guru dapat
langsung memulai permainan dengan tujuan yang spesifik.
Untuk anak usia prasekolah seperti di TK, kegiatan belajar melalui bermain
ini hendaknya benar-benar diterapkan, agar mereka senang bersekolah. Jangan
sampai mereka merasa tertekan untuk ke sekolah, sebab mengira mereka harus
selalu belajar dan bersikap formal. Anak-anak lebih banyak bermain-main
dengan frekuensi yang lebih tinggi selama tahun-tahun prasekolah dibanding
waktu-waktu lain dalam hidup mereka.
Kunci sukses mendidik anak adalah kita harus menanamkan terlebih dahulu
sikap formal tetapi bersahabat dalam hubungan antara guru dengan anak-anak
didik, sehingga situasi belajar melalui bermain-pun dapat tercipta dalam
PAUD4101/MODUL 5 5.27
suasana yang akrab dan penuh kegembiraan. Hubungan guru dengan anak didik-
pun terbentuk seperti kawan dan sahabat. Jika anak melihat bahwa guru di
lingkungan sekolahnya adalah teman atau sahabat mereka, maka tentu mereka
mau membuka diri dan menunjukkan sikap-sikap yang bersahabat dengan para
guru, serta menjadikan guru sebagai teman bermainnya.
Sikap guru yang dapat menjadi teman bagi anak juga akan membuat
kemampuan anak untuk bersosialisasi lebih cepat terbentuk. Para guru dapat
membantu anak yang kurang percaya diri untuk belajar bermain bersama teman-
temannya. Jadi jelaslah sekarang bahwa seorang guru jangan hanya duduk di
meja guru yang berada di sudut kelas, tetapi guru juga harus ikut terjun dalam
permainan yang sedang dilakukan anak. Ingat, peran guru disini adalah sebagai
teman bermain yang mampu membangun pengetahuan pada anak.
saat anak melakukan sendiri kegiatan menanam biji, guru dapat memfasilitasi
berbagai kemungkinan pertanyaan yang akan dilontarkan anak.
Seorang guru harus dapat mengubah peran mereka yang tadinya pasif
menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa
pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang
semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam
menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning
environment (Semiawan, 1991). Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan,
guru memiliki multifungsi, yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator,
komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan
administrator (Soewondo, 1972 dalam Arifin, 2000).
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
7) Pengetahuan bersifat tentatif dan dapat berubah sesuai dengan kondisi dan
situasi yang sedang terjadi. Pernyataan itu berarti pengetahuan dapat
berubah dan berkembang sesuai dengan ….
A. perkembangan zaman
B. hasil penelitian
C. kebutuhan manusia
D. kajian terdahulu
Tes Formatif 1
1) B. Sosial berasal dari interaksi sosial.
2) C. Pancaindra.
3) B. Kegiatan mengamati dan meniru apa yang telah ia lihat.
4) A. Penampakan vs kenyataan.
5) D. Dua benda yang memiliki sifat berbeda.
6) B. Perilaku.
7) C. Mainannya.
8) D. Menentang ide orang lain.
9) A. Motorik.
10) B. Demonstrasi.
Tes Formatif 2
1) A Belajar.
2) D Menceritakan kembali.
3) A Praktis.
4) B Menyajikan materinya.
5) A Pengetahuan.
6) B Ilmu yang telah diuji kebenarannya.
7) B Hasil penelitian.
8) D Piaget.
9) A Logika-Matematika.
10) D Perubahan.
PAUD4101/MODUL 5 5.35
Daftar Pustaka
Galbreath, J. (1999). Preparing the 21st Century Worker: The Link Between
Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational
Technology Nopember-Desember.
Papalia, Diane E, Sally Wendoks Old dan Ruth Dustin Feldman (2008). Human
Development. Jakarta: Kencana.
Santrock, John W. (2002). Life Span Development, terj. Juda Damanik dan
Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.
PE N DA H UL U AN
Selamat belajar …!
PAUD4101/MODUL 6 6.3
Kegiatan Belajar 1
Kurikulum pada
Pendidikan Anak Usia Dini
I ntervensi perlakuan terhadap anak usia dini menjadi kajian utama dalam
bidang pendidikan pada dasawarsa terakhir ini. Hal ini sangat berkaitan
dengan hasil konferensi UNESCO di Dakkar yang bertemakan “Pendidikan
untuk semua dan semua untuk pendidikan” yang telah mencanangkan
pentingnya memberikan layanan pada anak usia dini.
Intervensi tersebut dirasakan perlu sebagai upaya untuk mempersiapkan
anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan pada usia dini
menjadi strategis manakala ia menjadi tolok ukur keberhasilan pada tahap
selanjutnya. Betapa tidak, pada usia sampai dengan enam tahun merupakan
rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang akan
mewarnai proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. Pada usia
tersebut, merupakan periode kondusif untuk mengembangkan aspek-aspek
fisiologis, intelektual, sosial, dan antropometris manusia.
Proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan
tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi
si anak melalui pengalaman nyata. Pengalaman nyata akan memungkinkan
anak untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara
optimal dan menempatkan posisi guru sebagai pendamping, pembimbing,
serta fasilitator bagi anak. Proses pendidikan seperti ini dapat menghindari
bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang
menempatkan anak secara pasif dan guru menjadi dominan (teacher centre)
sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada anak (student
centre). Sebagai contoh, penggunaan strategi pembelajaran melalui model
sentra merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengalaman nyata
pada anak. Sudut-sudut area dirancang oleh guru untuk memberikan
kebebasan pada anak untuk memilih kegiatan sesuai dengan minatnya. Dalam
model sentra diupayakan berbagai kecerdasan anak (multiple Intelegent)
berkembang secara optimal, mengingat dalam model sentra anak diberikan
berbagai pilihan kegiatan belajar yang sesuai dengan minatnya.
Pada rentang usia ini, anak mengalami masa keemasan (golden years),
yang merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif untuk menerima
6.4 Metode Pengembangan Kognitif
Berkaitan dengan istilah kurikulum bagi anak usia dini terdapat beberapa
peristilahan sejenis yang mengandung makna yang cenderung hampir sama.
Peristilahan yang dimaksud diantaranya adalah program kegiatan belajar
bagi anak TK, menu pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia
dini, dan stimulasi perkembangan bagi anak usia dini (Sujiono, 2009).
Kesemua peristilahan tersebut pada dasarnya mengandung makna yang sama,
yaitu berisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat
memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi perkembangan yang dimilikinya.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas, peristilahan pengembangan
kurikulum adalah istilah yang paling sesuai dengan pengembangan program
kegiatan bermain bagi anak usia dini. Dikarenakan istilah kurikulum terkesan
sangat formal dan terstruktur, maka istilah kurikulum seringkali
ditukarpakaikan dengan istilah program kegiatan bermain.
Unsur utama dalam pengembangan program bagi anak usia dini adalah
bermain. Pendidikan awal di masa kanak-kanak diyakini memiliki peran yang
amat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya.
Wolfgang dan Wolfgang (2000) berpendapat bahwa pengembangan program
kegiatan bermain (kurikulum) bagi anak usia dini seharusnya sarat dengan
PAUD4101/MODUL 6 6.5
4. Sumber belajar tidak terfokus pada guru, tetapi berpusat pada anak.
Pada hakikatnya anak membangun pengetahuannya sendiri, orang tua
dan guru hanya memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada anak untuk bereksplorasi.
Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Pengelolaan
Kegiatan Belajar
Kurikulum Berbasis
Mengajar
Sekolah
LAT IH A N
Untuk menjawab latihan ini, Anda dapat membaca kembali materi yang
relevan, kemudian Anda dapat diskusikan jawaban dengan teman sejawat
Anda.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
2) Bu Ani menyuruh Dio bercerita tentang apa yang dilihat pada waktu
pergi ke Kebun Binatang. Dalam hal ini Bu Ani sedang mengembangkan
kemampuan dasar ….
A. kognitif
B. kemampuan berbahasa
C. psikomotor
D. seni
10) Dio dapat menyebutkan nama-nama hari dalam satu minggu, nama-nama
bulan dalam satu tahun, hasil belajar yang telah dicapai Dio adalah dapat
mengenal….
A. ukuran
B. bilangan
C. waktu
D. konsep matematika
PAUD4101/MODUL 6 6.17
Kegiatan Belajar 2
1. Peristilahan
a. Bidang Pengembangan
Bidang pengembangan mencakup bidang pengembangan pembentukan
perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar. Bidang
pengembangan pembentukan perilaku meliputi nilai-nilai agama dan
moral, sosial, emosional, dan kemandirian. Bidang pengembangan
kemampuan dasar meliputi bahasa, kognitif, dan fisik.
c. Capaian Perkembangan
Capaian perkembangan merupakan pernyataan perkembangan aktual
yang dicapai oleh peserta didik setelah peserta didik melaksanakan
kegiatan pembelajaran dalam aspek bidang pengembangan tertentu.
d. Indikator
Merupakan hasil capaian perkembangan yang lebih spesifik dan terukur
yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian perkembangan.
Apabila serangkaian indikator dalam capaian perkembangan sudah dapat
6.20 Metode Pengembangan Kognitif
a. Fungsi
Fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal adalah:
1) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak;
2) mengenalkan anak pada dunia sekitar;
3) menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik;
4) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi;
5) mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang
dimiliki anak;
6) menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
b. Tujuan
Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis
maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial,
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk
siap memasuki pendidikan dasar.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kurikulum TK/RA meliputi dua bidang pengembangan,
yaitu:
a. Bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan
Pembentukan perilaku melalui pembiasaan merupakan kegiatan yang
dilakukan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari anak
sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan
pembentukan perilaku melalui pembiasaan meliputi pengembangan
moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian. Dari
program pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan
meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
membina sikap anak sebagai dasar menjadi warga negara yang baik.
Program pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk
membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan
dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa
PAUD4101/MODUL 6 6.21
2) Pengembangan Kognitif
Pengembangan ini bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir
anak untuk mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan
bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak
untuk mengembangkan kemampuan logika matematiknya dan
pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan
untuk memilah-milah, mengelompokkan serta mempersiapkan
pengembangan kemampuan berpikir teliti.
3) Pengembangan Fisik/motorik
Pengembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih
gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola,
mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan
keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang
pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
6. Capaian Perkembangan
Capaian Perkembangan yang diharapkan dari pendidikan anak usia dini
adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan
standar yang telah dirumuskan. Aspek-aspek perkembangan yang diharapkan
dicapai meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan
kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni.
Melalui pemberian rangsangan, stimulasi dan bimbingan, diharapkan
akan meningkatkan perkembangan perilaku dan sikap anak melalui
pembiasaan yang baik sehingga akan menjadi dasar utama pembentukan
pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
6) Lingkungan kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian rupa sehingga
menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam
lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan
fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam
bermain. Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak
dalam bermain sehingga dalam berinteraksi, baik dengan pendidik
maupun dengan temannya, dapat dilakukan secara demokratis. Selain itu,
dalam pembelajaran hendaknya memberdayakan lingkungan sebagai
sumber belajar dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
mengekspresikan kemampuan interpersonalnya sehingga anak merasa
senang walaupun antar mereka berbeda (individual differences).
Lingkungan hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai
budayanya yaitu dengan tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di
rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka
terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
b. Penilaian pembelajaran
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui
pengamatan dan pencatatan anekdot. Pengamatan dilakukan untuk
mengetahui perkembangan dan sikap anak yang dilakukan dengan
mengamati tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari secara terus
menerus, sedangkan pencatatan anekdot merupakan sekumpulan catatan
tentang sikap dan perilaku dalam situasi tertentu.
Berbagai alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh gambaran
perkembangan kemampuan dan perilaku anak, antara lain:
6.26 Metode Pengembangan Kognitif
8. Rambu-rambu
a. Kurikulum harus dipahami secara keseluruhan, bukan bagian demi
bagian.
b. Pelaksanaan dari kurikulum ini harus diusahakan untuk mencapai
kompetensi sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
c. Kompetensi yang disiapkan merupakan kompetensi minimal. Pendidik
dapat memberikan pengayaan sejauh tidak membebani anak dan / atau
jika anak telah menunjukkan keberhasilan.
d. Pendidik menciptakan suasana yang penuh perhatian dan kasih sayang
sehingga anak mulai mengembangkan rasa percaya pada dirinya sendiri,
teman, dan orang lain serta dapat bersosialisasi baik dalam keluarga,
kelompok maupun lingkungannya.
e. Dalam pelaksanaan kurikulum tidak bersifat kaku, tetapi perlu
disesuaikan dengan kondisi daerah.
f. Bagi PAUD yang mempunyai kekhasan misalnya dalam agama
dimungkinkan untuk menambah materi kegiatan sejauh tidak
bertentangan dengan tujuan pendidikan di PAUD, dan tidak
menyimpang dari akidah salah satu agama.
g. Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pendekatan pembelajaran dan penilaian.
Berikut akan diberikan contoh untuk kelompok usia 4-5 tahun dan sejumlah
kompetensi dasar bagi anak di kelompok usia 5-6 tahun. Berikut akan
dijabarkan Tingkat Pencapaian Perkembangan, Capaian Perkembangan, dan
Indikator pada masing-masing kelompok usia.
2) Pencapaian
Mengenal lambang bilangan
3) Indikator
Dapat mengenal bilangan.
Indikator:
a) membilang urutan bilangan dari 1 sampai 10;
b) membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan
dengan benda-benda) sampai 5;
c) menunjukkan urutan bilangan sampai 5 dengan benda-benda;
d) menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan
benda-benda sampai 5 (anak tidak disuruh menulis);
e) menunjukkan 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang
tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit;
f) menyebutkan kembali benda-benda yang baru dilihatnya.
b. Pencapaian:
1) Dapat mengenali benda sekitarnya menurut bentuk, jenis dan
ukuran.
6.30 Metode Pengembangan Kognitif
Indikator:
a) mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri–ciri
tertentu. Misal: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dan lain-
lain.
b) menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda, hewan,
tanaman, yang mempunyai warna, bentuk, ukuran atau ciri-ciri
tertentu.
c) mengenal perbedaan kasar-halus, berat-ringan, panjang-pendek,
jauh-dekat, banyak-sedikit, sama-tidak sama, tebal-tipis.
d) membedakan macam-macam suara.
e) memasangkan benda sesuai dengan pasangannya, jenisnya,
persamaannya, dan lain-lain.
f) menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda.
g) menunjukkan kejanggalan suatu gambar.
h) menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya.
Pengembangan Kognitif
Kelompok B
Standar Perkembangan
Pengembangan Kognitif
Kelompok A
Standar Perkembangan
LAT IH A N
terdapat pada standar Pendidikan Anak Usia Dini untuk Taman Kanak-
kanak dan Raudhatul Athfal!
2) Coba kembangkan indikator lainnya untuk memperkaya pembelajaran!
3) Setelah itu coba buat kegiatan belajar yang dapat menunjang pencapaian
indikator tersebut!
4) Diskusikan hasilnya dengan rekan sejawat dan atau orang yang
berkompeten dibidangnya seperti kepala sekolah atau tutor yang selalu
siap membantu Anda!
5) Coba praktikkan rancangan kegiatan belajar tersebut di kelas Anda
masing-masing!
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) A. 510 jam.
2) D. Seni.
3) D. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak.
4) C. Tematik.
5) B. Portofolio.
6) C. Meningkatkan akuntabilitas publik.
7) D. Kompetensi yang disiapkan merupakan kompetensi maksimal.
8) A. Manfaat kurikulum.
9) B. Tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai
standar yang telah dirumuskan.
10) C. Waktu.
Tes Formatif 2
1) A. Teacher-centered.
2) B. Berorientasi pada hasil belajar.
3) B. Masalah.
4) C. Pencapaian.
5) B. Kognitif.
6) D. Sosial.
7) D. Bermain.
8) A. Pilar pendidikan.
9) B. Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
10) C. Perbedaan dalam memperoleh kesempatan.
PAUD4101/MODUL 6 6.41
Daftar Pustaka
Bennet, William J, etc. (1989). The Educated Child: A Parent Guide from
Pre-Scholl Througt Eight Grade. New York : The Free Press.
Catron, Carrol dan Allen, Jo. (1983). Early Childhood Curriculum. 2nd Ed .
New Jersey: Merril Prentice Hall.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks.
PE N DA H UL U AN
Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan baik, ikuti petunjuk belajar
di bawah ini.
1. Bacalah dengan cermat setiap bagian modul hingga Anda dapat memahami
setiap konsep yang disajikan.
2. Sintesiskan konsep yang baru Anda pahami dengan konsep-konsep lain
yang telah Anda peroleh.
3. Hubungkan konsep-konsep tersebut dengan pengalaman Anda dalam
mengajar sehari-hari sehingga Anda dapat menangkap kegunaan konsep
tersebut.
PAUD4101/MODUL 7 7.3
Kegiatan Belajar 1
Penggunaan Metode
dalam Pengembangan Kognitif
A. DEFINISI
B. TUJUAN
C. PENGEMBANGAN KOGNITIF
1. Metode Bermain
Apabila metode diartikan sebagai cara untuk melakukan suatu kegiatan,
maka bermain dapat saja digolongkan kedalam salah satu metode dalam
membelajarkan anak usia dini.
Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa
kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak (Gordon & Browne, 1985). Bermain
merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk
kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada cara daripada hasil yang
diperoleh dari kegiatan tersebut (Dworetsky, 1990). Kegiatan bermain
dilaksanakan secara tidak serius dan fleksibel. Menurut Dearden (Hetherington
& Parke, 1999) bermain merupakan kegiatan yang tidak terlalu mengikat dan
segalanya ada dalam kegiatan itu sendiri, yang dapat memberikan kepuasan bagi
7.6 Metode Pengembangan Kognitif
Oleh karena begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka
pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak usia
dini merupakan syarat mutlak yang tidak bisa diabaikan sama sekali. Bagi anak
usia dini, belajar adalah bermain karena memang mereka belajarnya melalui
bermain (Sujiono dan Sujiono, 2010).
PAUD4101/MODUL 7 7.7
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara memperagakan atau mempertunjukkan
sesuatu, atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa. Guru dituntut
mendemonstrasikan sesuatu dengan jelas. Alat peraga harus dipersiapkan
terlebih dahulu, agar pada saat mendemonstrasikan sesuatu tidak terhambat atau
terganggu.
Metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi.
Pertama, dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan
informasi kepada anak. Melalui metode ini kegiatan menjadi lebih menarik
karena mereka dapat melihat langsung bagaimana suatu proses berlangsung.
Kedua, metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak usia
dini, terutama daya pikir dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat,
berpikir konvergen, dan berpikir evaluatif.
7.8 Metode Pengembangan Kognitif
dipahami anak. Penerapan metode ini secara rinci akan dijelaskan pada Kegiatan
Belajar 2.
6. Metode Percobaan/Eksperimen
Metode percobaan/eksperimen adalah suatu cara yang dilakukan anak
melalui berbagai percobaan yang sesuai dengan usianya. Dalam pelaksanaan
metode ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Alat untuk berbagai percobaan
hendaknya sudah dipersiapkan guru. Melalui metode ini, anak dapat
menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya.
7. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau
memberikan penerangan/penjelasan secara lisan melalui cerita. Dalam hal ini,
guru bukan memberi ceramah pada anak usia dini. Cerita harus menarik, dengan
tujuan yang ingin dicapai, sambil memperhatikan gerak-gerak yang wajar dan
intonasi yang bervariasi. Anak diberi kesempatan untuk bertanya, memberikan
tanggapan, atau kesimpulan.
8. Metode Karyawisata
Metode karyawisata merupakan kunjungan secara langsung ke objek-objek
di sekitar anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru menjelaskan
sesuatu dengan benda/objeknya, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
memperhatikan, meneliti objek tersebut. Diharapkan melalui metode ini anak
menemukan pengalaman baru, berdasarkan pengamatan langsung.
Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak usia dini,
karena dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal, memperluas
informasi, dan dapat pula memperkaya program kegiatan yang tidak mungkin
dihadirkan di kelas.
9. Metode Dramatisasi
Metode dramatisasi adalah cara memahami sesuatu melalui peran-peran
yang dilakukan oleh tokoh atau benda-benda di sekitar anak, sehingga anak
dapat memahami sesuatu sambil berimajinasi. Anak memerankan tokoh sesuai
dengan pilihannya berdasarkan minat. Sebagai contoh akan diilustrasikan pada
penerapannya di dalam kelas.
7.10 Metode Pengembangan Kognitif
L AT IH A N
R A NG KU M AN
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Setiap guru anak usia
dini menggunakan metode sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Sebagai alat untuk mencapai tujuan, tidak selamanya metode berfungsi
secara optimal. Oleh karena itu, dalam memilih metode, guru perlu
memiliki alasan yang kuat dan perlu memperhatikan karakteristik tujuan
dan karakteristik anak yang dibinanya.
Sesuai dengan karakteristiknya, tidak semua metode mengajar cocok
digunakan pada program kegiatan anak di LPAUD. Misalnya metode
ceramah, kurang cocok diterapkan di LPAUD karena menuntut anak
PAUD4101/MODUL 7 7.11
TES F OR M AT IF 1
4) Metode pemberian tugas harus diikuti dengan kejelasan tugas yang harus
dikerjakan dan ….
A. kemampuan menjalankan tugas
B. karakteristik tugas
C. siapa yang memberi tugas
D. batasan tugas
7.12 Metode Pengembangan Kognitif
10) Berikut ini adalah metode yang sesuai untuk diterapkan di LPAUD ,
kecuali ….
A. karyawisata
B. demonstrasi
C. bermain
D. ceramah
PAUD4101/MODUL 7 7.13
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
10
Kegiatan Belajar 2
A. HAKIKAT EVALUASI
2. Tujuan/Fungsi Evaluasi
Apabila dikaitkan antara tujuan dan fungsi dari evaluasi, khususnya untuk
melihat perkembangan kognitif anak usia dini, maka terdapat beberapa tujuan,
sebagai berikut.
a. Menilai kemajuan perkembangan kognitif pada anak.
b. Mengetahui kekurangan anak dalam perkembangan kognitif.
c. Menilai kompetensi yang dicapai anak dalam perkembangan kognitif.
d. Melaporkan perkembangan anak pada orang tua.
e. Sebagai umpan balik.
f. Membuat perencanaan yang lebih baik untuk mengantisipasi segala
hambatan yang dihadapi anak dalam perkembangan kognitif.
4. Alat Evaluasi
Dalam mengevaluasi pengembangan kognitif anak usia dini, terdapat
berbagai macam alat evaluasi yang dapat digunakan, antara lain:
Penilaian di Taman Kanak-kanak ataupun di LPAUD lainnya dilaksanakan
berdasarkan gambaran/deskripsi pertumbuhan dan perkembangan, serta unjuk
kerja peserta didik yang diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, penggunaan berbagai
teknik penilaian ini terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran itu sendiri,
sehingga guru tidak harus menggunakan instrumen khusus untuk anak-anak
yang menunjukkan perkembangan dan perilaku yang khas, dan memerlukan
penanganan secara khusus, diperlukan instrumen yang khusus pula seperti
disajikan dalam lampiran pedoman. Beberapa teknik penilaian yang dapat
dilakukan di Taman Kanak-kanak, diantaranya:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan
alamiah untuk mendapatkan data dan informasi tentang perkembangan anak
dalam berbagai situasi dan kegiatan yang dilakukan. Agar observasi lebih
terarah, guru dapat menggunakan instrumen observasi, baik yang dikembangkan
oleh guru sendiri maupun menggunakan instrumen yang sudah tersedia, dengan
tetap mengacu pada indikator pencapaian perkembangan anak.
b. Catatan anekdot
Catatan anekdot pada dasarnya merupakan bagian dari teknik observasi.
Catatan anekdot lebih memfokuskan pada catatan tentang sikap dan perilaku
anak yang terjadi secara khusus atau peristiwa yang terjadi secara
insidental/tiba-tiba.
c. Percakapan
Percakapan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu hal.
d. Penugasan
Penugasan merupakan cara penilaian berupa pemberian tugas yang harus
dikerjakan peserta didik dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun
kelompok. Misalnya: melakukan percobaan dengan menanam cabe, tomat, dan
kacang-kacangan, membuat berbagai bentuk dengan bahan dasar plastisin, tanah
liat, adonan (playdough) dan jenis penugasan lainnya.
PAUD4101/MODUL 7 7.17
f. Hasil karya
Hasil karya adalah hasil kerja peserta didik setelah melakukan suatu
kegiatan dapat berupa pekerjaan tangan atau karya seni. Hasil karya anak dapat
dipajang dalam bentuk mandiri atau bentuk pameran karya anak yang disajikan
secara bersama-sama.
i. Portofolio
Portofolio pada hakikatnya merupakan kumpulan atau rekam jejak berbagai
hasil kegiatan atau catatan-catatan guru tentang berbagai aspek perkembangan
anak dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam kurun waktu satu semester
atau satu tahun. Berdasarkan data tersebut, guru melakukan analisis untuk
memperoleh kesimpulan tentang gambaran akhir perkembangan anak
berdasarkan semua indikator yang telah ditetapkan setiap semester.
Penilaian yang dilakukan guru menuntut siswa untuk melakukan tugas atau
perbuatan yang dapat diamati dan diukur, baik dalam kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan sehari-hari.
7.18 Metode Pengembangan Kognitif
Hari/Tanggal :
Sangat cepat
Tidak bisa
Dapat Dapat dan terampil
memasuk- Memasukkan
memasuk- memasukkan memasukkan
kan seluruh benda-benda
kan 2 ben seluruh benda dan
Nama benda geometris
da-benda geometris (5 mengeluarkan
No. Anak berbentuk dengan cepat Ket.
geometris ke buah) ke benda-benda
geometris ke ke dalam
dalam kotak dalam kotak geometris ke
dalam kotak kotak pos
pos pos dalam kotak
pos
as
S K C B BS
1.
2.
3.
ASESMEN KINERJA
Pengem- Asesmen
No. Kegiatan Keterangan
Bangan 1 2 3 4 5
1. Fisik Menggunting
Menjiplak
Merobek
Memantulkan Bola
7.20 Metode Pengembangan Kognitif
Bila anak tidak suka, tidak puas, atau tidak berhasil dalam
melaksanakan tugasnya
Catatan:
Asesmen diri dapat menggunakan stempel berbentuk wajah yang sudah
dipersiapkan guru, atau dapat pula anak menggambar sendiri mimik wajah
tersebut, khususnya pada lembar kerja atau hasil kerja anak seperti pada
menggambar, menempel, melipat, mewarnai, mengisi pola, dan lain-lain.
5. Prosedur Penilaian
a. Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada potensi
perkembangan, capaian perkembangan, serta indikator yang hendak dicapai
dalam satu satuan kegiatan yang direncanakan dalam tahapan waktu
tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan.
b. Penilaian dilakukan secara integratif dengan kegiatan pembelajaran.
Artinya guru tidak secara khusus melaksanakan penilaian, tetapi menyatu
dengan aktivitas pembelajaran dan kegiatan bermain yang sedang
PAUD4101/MODUL 7 7.21
Langkah-langkah:
Sebelum guru melakukan penilaian pada anak, harus dipersiapkan
perangkat/instrumen penilaian, yaitu lembar observasi, catatan anekdot,
portofolio, asesmen kemampuan, dan asesmen diri (self assessment).
a. Lembar observasi
Dalam lembar observasi harus dicantumkan:
1) nama anak;
2) hari/tanggal;
3) kegiatan;
4) butir yang dinilai (penjabaran dari indikator);
5) keterangan.
7.22 Metode Pengembangan Kognitif
Contoh penerapannya:
Ardi tidak pernah bermain lego. Dia senang bermain di luar seperti ayunan,
perosotan dan lain-lain, tapi hari ini dia asyik menyusun lego sendirian.
Ardi tidak bermain di luar, beralih minatnya pada lego yang berwarna-
warni. Setelah diadakan tanya jawab, Ardi asyik menyusun lego karena legonya
baru dan warnanya menarik.
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas
3) Hasil mewarnai
4) Menggambar
5) Melipat
6) Menggunting
pengamatan dari perkembangan kognitif siswa, yaitu dari kumpulan hasil kerja
(portofolio), catatan anekdot, asesmen kinerja, dan lain-lain.
Setelah itu, munculkan kemajuan anak dalam laporan untuk memupuk rasa
bangga atas prestasi/kemampuannya. Munculkan yang paling kurang (kurang
sekali) agar anak mendapat bantuan untuk peningkatan selanjutnya, baik di
rumah oleh orang tua, maupun di sekolah oleh guru.
Catatan:
1. Guru melakukan observasi dengan menggunakan alat yang disediakan.
Pelaksanaan penilaian harus secara terus-menerus/berkesinambungan,
bersifat mendidik, melakukan perencanaan perubahan sesuai dengan
kebutuhan serta hasil perkembangan yang dicapai.
2. Seluruh hasil observasi, catatan anekdot, portofolio dan asesmen,
dirangkum dalam mingguan atau bulanan.
3. Hasil rangkuman mingguan atau bulanan, kemudian dimasukkan dalam
buku laporan perkembangan anak dalam bentuk narasi, sebagai hasil
kemajuan perkembangan anak selama mengikuti pelajaran dalam 1
semester.
Pada bagian ini Anda akan mempelajari bagaimana penerapan dari metode
sekaligus mengevaluasi pengembangan kognitif anak usia dini.
PAUD4101/MODUL 7 7.25
2. Ica √ √ √ Cukup
3. Rasya √ √ √ Kurang
2. Pemberian Tugas
a. Kompetensi Dasar
Anak mampu mengenal berbagai konsep sederhana dalam kehidupan
sehari-hari
b. Hasil belajar
Anak dapat memahami benda di sekitarnya, menurut bentuk, jenis, dan
ukuran
c. Indikatornya
Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang
mempunyai warna bentuk atau ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu
d. Sarana/Alat
Macam-macam gambar/kepingan bunga-bungaan yang berwarna.
e. Tugas
Anak melakukan pengelompokan bunga yang sama warnanya.
f. Tujuan aktivitas
1) Anak dapat membedakan warna
2) Anak dapat menyebutkan warna
3) Anak dapat mengelompokkan benda berdasarkan warna
g. Langkah-langkah pelaksanaan
1) Guru menyiapkan berbagai kepingan aneka bunga/mawar, melati,
bunga matahari, kembang sepatu, dan lain-lain, sesuai dengan
bentuk dan warnanya (gambar bunga matahari, melati, mawar,
beraneka warna, anggur, kecapi, dan lain-lain).
2) Guru mengadakan tanya jawab bunga sekitar anak, mengenai
warna, baunya, dan lain-lain.
3) Guru memberi tugas kepada anak-anak untuk mengelompokkan
bunga-bunga berdasarkan warna, misalnya putih, merah, dan
kuning.
a) Anak-anak diberi 1 set kepingan bunga
b) Anak melakukan kegiatan
PAUD4101/MODUL 7 7.27
3. Demonstrasi
a. Kemampuan dasar : anak mampu mengenal berbagai konsep
sederhana dalam kehidupan sehari-hari
b. Hasil belajar : anak dapat mengenal konsep-konsep sains
sederhana: benda-benda dimasukkan kedalam
air akan terapung/tenggelam/melayang.
c. Indikatornya : dapat membedakan benda yang terapung,
tenggelam dan melayang
d. Sarana:
Bola pingpong, batu, plastik, kertas, kayu
e. Tugas:
Anak melakukan kegiatan-kegiatan dengan bak air
f. Tujuan aktivitas:
1) Anak membedakan benda-benda yang terapung, melayang dan
tenggelam.
2) Anak dapat memberikan alasan mengapa terapung atau
tenggelam.
3) Anak dapat memberikan alasan mengapa terapung atau
tenggelam.
7.28 Metode Pengembangan Kognitif
g. Langkah-langkah pelaksanaannya:
1) Guru menyiapkan alat-alat untuk kegiatan tersebut, seperti bak air,
bola pingpong, batu, kayu.
2) Guru mengajak anak-anak keluar ruangan kelas.
3) Guru mendemonstrasikan memasukkan bola ke dalam air.
4) Guru menyuruh salah satu anak untuk memasukkan batu ke dalam
air dan menyebutkan apa yang terjadi.
5) Guru menyuruh anak lain untuk memasukkan benda-benda yang
telah disediakan guru dan anak menceritakan apa yang terjadi.
Saran-saran yang dapat dilakukan:
1) Guru mendemonstrasikan cara membuat sandwich
2) Guru mendemonstrasikan cara membuat playdough
h. Evaluasi : Melalui observasi (pengamatan)
Ulang Tahunku
Ulang Tahunku
Hari ini aku bahagia ................................................... baris 1
Ayah ibu memberiku ciuman ...................................... baris 2
Ucapan selamat dan doa ............................................ baris 3
Pada hari ulang tahunku ............................................ baris 4
Catatan:
(Anak mengucapkan dua baris tersebut tanpa bantuan guru)
11) Guru menyuruh seluruh anak mengucapkan syair bait pertama dari
awal sampai akhir.
12) Guru memenggal 2 baris syair pada bait kedua, anak mengikuti
sampai hafal.
Sekarang umurku bertambah
Mendapat hadiah sepeda
13) Guru melanjutkan 2 baris syair berikutnya pada bait kedua, anak
mengikuti sampai hafal.
Jika aku besar nanti
Ku ingin menjadi pilot
14) Guru menyuruh anak mengucapkan syair seluruhnya (8 baris).
15) Guru menyuruh salah satu anak yang sudah hafal dan berani
mengucapkan syair sendiri ke depan kelas.
16) Guru memberi pujian.
Hari/Tgl.
Mengucapkan Syair Tentang Konsep Waktu
5. Metode Percobaan/Eksperimen
a. Hasil belajar : Anak dapat memahami konsep sains sederhana.
b. Indikator : Proses pertumbuhan bawang merah.
PAUD4101/MODUL 7 7.31
Nama : Ica
Kelompok :B
6. Metode Bercerita
a. Hasil belajar : Anak dapat memahami konsep-konsep sains
sederhana.
b. Indikator : Asal mula terjadinya sesuatu “kupu-kupu ajaib”.
c. Sarana : Gambar ulat, kupu-kupu, dan bunga.
d. Tugas : Anak mendengar cerita dengan baik dan dapat
menjawab pertanyaan guru, setelah selesai
mendengarkan cerita guru.
e. Tujuan aktivitas
1) Anak mengetahui binatang ulat dan kupu-kupu.
2) Anak mengetahui terjadinya kupu-kupu.
3) Anak mengetahui tahap-tahapan terjadinya kupu-kupu.
PAUD4101/MODUL 7 7.33
f. Langkah-langkah
1) Guru mengadakan tanya mengenai gambar kupu-kupu, ulat, dan
bunga. Siapa yang tahu gambar ini (gambar ulat) Dimana ulat
hidup? Apa makanannya?
2) Siapa yang tahu gambar ini (guru memperlihatkan gambar kupu-
kupu) Apa warna kupu-kupu ini?, Mengapa kupu-kupu bisa
terbang?, Apa makanan kupu-kupu? dan seterusnya.
3) Tanya jawab antara guru dan siswa untuk menarik minat anak
pada kegiatan yang akan dilaksanakan.
4) Guru bercerita:
Pada suatu hari di pohon sirsak yang subur dan sedang
berkembang, melayang-layanglah seekor kupu-kupu berwarna
kuning. Si kuning hinggap di bunga sirsak, berpindah-pindah,
kemudian menghisap madunya. Si kuning berkata, aduh segarnya
madu sirsak ini. Keesokan harinya, si kuning membawa teman-
temannya untuk menikmati madu yang ada di bunga sirsak
tersebut. Mereka berpesta ria sambil bernyanyi riang. Suatu hari,
si kuning hinggap di salah satu daun sirsak, kemudian bertelur
banyak sekali. Warnanya putih seperti pasir. Lama kelamaan, telur
itu pecah dan keluarlah ulat-ulat kecil warna hijau keputih-
putihan. Salah satu ulat itu kita beri nama si putih. Si putih dengan
teman-temannya memakan daun sirsak yang muda-muda.
Kata si putih : Aku lapar sekali lho !
Kata teman yang lain : Sama, aku juga lapar.
Si putih berkata : Ayo kita pindah ke dahan
yang lain, di sini daunnya
sudah habis.
Setiap hari si putih dan teman-temannya memakan daun
sirsak. Bertambah hari, si putih badannya bertambah besar,
jalannya cepat sekali, pindah dari daun satu ke daun yang
lain. Makannya semakin rakus, badannya gendut sekali.
Si putih berkata : Sekarang aku kenyang sekali,
aku akan istirahat dan tidur
karena persediaan makananku
sudah cukup, aku mau
berpuasa.
7.34 Metode Pengembangan Kognitif
1. Rumput ? ? ? ? - ? ? ? ? - ? ? ? ? ?
PAUD4101/MODUL 7
Bunga
2. ? ? ? ? - ? ? ? ? - ? ? ? ? ?
Mawar
Pohon ? ? ? ?
3. ? ? ? ? - ? ? ? ? - ?
Pepaya Besar Besar Putih Besar
7.37
7.38 Metode Pengembangan Kognitif
Menyebutkan bagian
Nama/Kel. Melakukan penelitian Mengerti manfaatnya
tanaman
Anak
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Kelompok
Rumput :
Nina
Ririn
Ica
Fadil
Kelompok
Bunga
Mawar :
Rasya
Farid
Nining
Irwan
Dika
Kelompok
Pepaya :
Ricky
Dede
Wildan
Fika
Rika
8. Metode Dramatisasi
a. Hasil belajar : Anak memahami konsep-konsep matematika
sederhana.
b. Indikator : Menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan
dengan benda sampai sepuluh.
c. Sarana : Baju, kebaya, tas sekolah, rambutan 8 buah.
d. Tugas : Anak memerankan tokoh dalam cerita, sesuai
dengan pilihannya.
e. Tujuan : 1) Anak mengerti alur cerita.
2) Anak dapat mengurangi benda-benda.
3) Anak dapat memerankan tokoh disertai
dialognya.
f. Langkah-langkah
1) Guru memperlihatkan berbagai benda, buah-buahan atau permen.
2) Guru berkata, ibu guru punya permen 6 buah.
Sekarang siapa yang mau permen? Angkat tangannya!
PAUD4101/MODUL 7 7.39
3) Guru memberikan dua buah permen kepada salah satu anak yang
mengangkat tangannya (sambil berkata, permen ibu diberikan
pada Fira 2 buah).
- Guru bertanya : sekarang permen Bu Guru tinggal
berapa?
- Anak-anak menjawab : tinggal empat.
- Guru memuji.
4) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, ibu guru akan
bercerita, dengarkan baik-baik, setelah ibu guru selesai bercerita,
anak-anak dapat bermain peran, boleh menjadi ibu, anak dan lain-
lain.
Dengarkan ceritanya.
Ibu Ima tinggal bersama 2 orang anaknya, yaitu Nisa yang sudah duduk di
kelas 1 SD dan Dika, adiknya masih di Taman Kanak-Kanak. Pulang
sekolah Nisa berteriak-teriak memanggil ibunya : Ibu, ibu, ibu
Ibu : Ada apa, Nisa
Nisa : Aku diberi buah rambutan
Ibu : Dari siapa?
Nisa : Dari Mira
Ibu : Berapa jumlahnya
Nisa : Ada 8 buah, Bu, lihat merah-merah sekali warnanya
Ibu : Oh, ya! Pasti manis rasanya
Nah, sekarang anak-anak boleh bermain peran, siapa yang mau menjadi
ibu, siapa yang mau menjadi Nisa, dan siapa yang mau menjadi Dika.
Setelah anak memilih peran sesuai dengan minatnya, guru menugaskan
anak yang memerankan ibu, agar pakai kebaya, dan kerudung (yang sudah
disiapkan oleh guru). Guru menugaskan anak yang memerankan Nisa agar
membawa tas sekolah dan 8 rambutan. Setelah anak menggunakan alat
sesuai dengan perannya, guru menugaskan anak berakting sambil berdialog
sesuai dengan perannya dalam cerita tadi. Setelah selesai berakting, guru
memberikan pujian.
Catatan :
Bila anak dalam berperan serta dialog kurang lancar, guru dapat membantu.
Sebaiknya cerita diulang-ulang sampai hafal agar anak lebih lancar dalam
bermain peran.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Alat evaluasi yang dilakukan sendiri oleh anak didik, terhadap hasil
karyanya sendiri dinamakan ….
A. asesmen diri
B. asesmen kinerja
C. portofolio
D. catatan anekdot
8) Contoh berikut ini adalah penerapan dari tujuan mengadakan evaluasi yaitu
sebagai umpan balik, kecuali ….
A. memberikan tanda bintang pada pekerjaan anak yang dapat
mengerjakan tugas dengan baik
B. memberikan pujian kepada anak yang dapat memimpin doa dengan
lancar
C. memajang hasil karya anak di kelas
D. menugaskan anak untuk memimpin doa
Tes Formatif 1
1) C. Menciptakan alat permainan baru.
2) A. Mengamati.
3) B. Guilford.
4) A. Kemampuan menjalankan tugas.
5) A. Memberikan tugas menghafal doa.
6) A. Dapat memecahkan masalah dan memperbaikinya.
7) D. Antara guru-anak, anak-anak secara monolog dan dialog.
8) B. Karyawisata.
9) A. Yang paling sederhana sampai kepada kemampuan yang kompleks.
10) D. Ceramah.
Tes Formatif 2
1) C. Mengelompokkan anak berdasarkan kemampuannya agar memudahkan
guru.
2) B. Melalui evaluasi pengembangan kemampuan anak menjadi lebih baik.
3) D. Portofolio.
4) A. Asesmen diri.
5) B. Catatan anekdot.
6) A. Percobaan.
7) C. Dramatisasi.
8) D. Menugaskan anak untuk memimpin doa.
9) A. Narasi.
10) A. Demonstrasi.
7.46 Metode Pengembangan Kognitif
Daftar Pustaka
Hildebrand, Verna. (2006). Introduction to Early Chilhood Education 4th ed.
New York: Mac Millan Publishing Company.
PE N DA H UL U AN
D alam setiap proses pembelajaran, guru masih tetap memiliki posisi yang
menentukan keberhasilan suatu pembelajaran, karena fungsi utama guru
ialah merancang, mengelola, mengevaluasi, dan tentunya secara terus menerus
mengembangkan pembelajaran. Disamping itu, guru juga bertugas mengalihkan
seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga terjadi proses
internalisasi pengetahuan atau menjadi bagian dari sistem pengetahuan anak.
Salah satu cara yang dapat membantu proses internalisasi tersebut adalah dengan
menyesuaikan cara anak usia dini belajar. Anak usia dini belajar melalui hal-hal
yang konkrit, yang dapat diamati, didengar, ataupun dirasakan langsung.
Misalnya penggunaan media dalam pembelajaran anak usia dini.
Dengan demikian, untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak,
diperlukan kemampuan seorang guru dalam mengembangkan suatu media
pembelajaran. Kedudukan seorang guru dalam mengembangkan media untuk
pengembangan kemampuan kognitif anak memang sangat strategis dan
menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan
pengembangan media yang dibutuhkan dalam suatu materi pelajaran.
Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang
akan disajikan kepada anak dalam berbagai bentuk media. Oleh karena itu,
seorang guru dituntut untuk mampu merancang media pembelajaran yang
efektif, efisien, menarik. Dengan demikian akan diperoleh hasil pembelajaran
yang bermutu tinggi.
Banyak pengalaman di lapangan, seorang guru jarang memanfaatkan fungsi
ini secara optimal. Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa tugas yang
diemban guru sebagai perancang pembelajaran sangat rumit, karena berhadapan
dengan dua variabel di luar kontrolnya, yaitu cakupan isi pembelajaran yang
8.2 Metode Pengembangan Kognitif
telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dan anak
yang membawa serangkaian kemampuan awal, sikap, dan karakteristik
perseorangan lainnya ke dalam situasi pembelajaran.
Dilihat dari sisi lainnya, hingga saat ini pada umumnya guru
mengembangkan media secara sembarangan dan tidak memahami aturan dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Pengembangan dan penggunaan
media oleh mereka bukan berdasarkan pada analisis kesesuaian antara tipe isi
pelajaran dengan tipe keluaran atau output yang menjadi sasaran belajar.
Padahal keefektifan suatu media pembelajaran sangat ditentukan oleh
kesesuaian antara tipe isi dengan tipe keluaran. Kemp dan Dayton (2009)
mengungkapkan bahwa suatu hasil belajar memerlukan kondisi belajar internal
dan eksternal yang berbeda. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, suatu media
pembelajaran seringkali hanya cocok untuk belajar tipe isi tertentu di bawah
kondisi tertentu. Hal ini berarti bahwa untuk belajar tipe isi yang lain di bawah
kondisi yang lain, diperlukan media pembelajaran yang berbeda.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh guru di Lembaga PAUD (LPAUD)
termasuk didalamnya TK untuk menghasilkan media pembelajaran yang efektif
ialah guru berhadapan dengan materi untuk pengembangan kognitif anak yang
memiliki cakupan sangat kompleks. Hal ini dapat menyulitkan guru untuk
menstruktur dan mensistematisasikan materi pelajaran secara cermat
berdasarkan tipe isi dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran. Menstruktur
dan mensistematisasikan pelajaran secara cermat sesuai dengan sasaran belajar
bukanlah tugas yang mudah. Apalagi dihubungkan dengan kemampuan
mengembangkan media yang dibutuhkan untuk menghasilkan tingkat
kecermatan yang tinggi dalam mencapai sasaran belajar. Hal ini merupakan
tantangan bagi guru LPAUD saat ini dalam mengembangkan berbagai media
untuk mengembangkan tingkat kemampuan kognitif anak.
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu
mengembangkan media pembelajaran untuk mengembangkan kognitif anak
LPAUD.
Secara khusus setelah membahas dan menyelesaikan modul ini, Anda
diharapkan mampu:
1. menjelaskan hakikat media dan sumber belajar;
2. menyebutkan karakteristik media dalam perkembangan kognitif;
3. menyebutkan syarat suatu media dalam perkembangan kognitif;
4. menerapkan berbagai contoh media dalam perkembangan kognitif anak.
PAUD4101/MODUL 8 8.3
Kegiatan Belajar 1
K ata “media ” pasti sering Anda dengar atau tulis di berbagai kegiatan
proses pembelajaran Anda. Bahkan mungkin Anda sudah bosan
mendengar kata itu disebabkan setiap Anda mengajar tentu akan ditanya “Media
apa yang akan Anda gunakan untuk mata pelajaran atau permainan A, B, C
dst.?”. Hal itu memang beralasan sebab media memang bukan komponen
pelengkap dalam proses pembelajaran apa pun dan mana pun. Media juga sangat
menentukan keberhasilan Anda dalam mencapai tujuan belajar yang Anda
tetapkan. Tentu saja Anda tidak harus mempersiapkan media mahal dengan
harga tinggi. Media yang Anda gunakan tidak harus mahal, apalagi untuk
pembelajaran di LPAUD. Media yang akan Anda gunakan juga jangan selalu
diidentikkan dengan kualitas dan kecanggihannya yang hanya dapat dibuat di
pabrik karena terdiri komponen-komponen yang rumit dan biasanya
memerlukan listrik dalam penyajiannya. Anda tentu dapat merancang,
menggunakan, dan memanfaatkan media sederhana yang dapat dibuat sendiri
oleh Anda sebagai guru.
Alat peraga atau alat bermain merupakan kelengkapan yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di LPAUD. Alat peraga/bermain yang dimaksud
adalah semua benda dan alat, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
Alat peraga tersebut dipergunakan untuk menunjang kelancaran
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, bermain, dan bekerja di sekolah agar
dapat berlangsung dengan teratur, efektif, dan efisien sehingga tujuan
pendidikan di L-PAUD dapat tercapai. Alat peraga/bermain tidak dapat
dipisahkan dari kebutuhan anak, karena ketika bermain dengan alat tersebut
anak akan mengingat pengetahuan yang masuk dan membantu memahami
konsep-konsep secara alamiah tanpa dipaksakan
Berbagai definisi dapat Anda temukan dan baca di berbagai buku namun
bagi kita yang terpenting adalah esensi dasar kata media. Menurut Gagne
(2009), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang
8.4 Metode Pengembangan Kognitif
Media instruksional saat ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu
mengajar, melainkan juga mampu berfungsi sebagai pembawa informasi atau
pesan instruksional yang diperlukan anak. Oleh karena itu, fungsi guru saat ini
lebih mengarah kepada proses memberikan bimbingan kepada anak sebagai
individu yang belajar.
Dalam kaitannya dengan pengembangan kognitif anak, media apapun yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran di LPAUD adalah untuk belajar
sambil bermain. Suasana belajar yang penuh tawa dan gerak dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk permainan dan kegiatan-kegiatan kreatif. Yang
menggunakan pendekatan rekreatif edukatif dapat menghadirkan suasana yang
kondusif untuk menggerakkan keakraban anak-anak dengan alam sekitarnya.
Penggunaan media yang menyentuh aspek kognitif juga harus mampu
mengimbangi aspek afeksi. Keseimbangan antara perkembangan afektif dan
kognitif sangat penting bagi perkembangan jiwa anak.
Beberapa kriteria APE penerapan media dalam pengembangan kognitif
anak adalah sebagai berikut.
1. Sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.
2. Dapat memberikan pengertian atau menjelaskan konsep tertentu
3. Dapat mendorong kreativitas anak serta memberi kesempatan kepada anak
untuk bereksperimen dan bereksplorasi
4. Harus memenuhi unsur kebenaran ukuran, ketelitian, dan kejelasan.
Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan konsep atau pengertian
tentang sesuatu yang akan digambarkan atau dijelaskan
5. Tidak membahayakan anak, harus aman, tidak menggunakan zat warna
yang berbahaya bagi kesehatan, tidak menggunakan bahan yang tajam atau
runcing, serta tidak melukai dan membahayakan anak.
6. Menarik, menyenangkan dan tidak membosankan bagi anak.
7. Memenuhi unsur keindahan dalam bentuk ataupun warna/kombinasi
warnanya, serta rapi dalam pembuatannya
8. Harus dapat digunakan dengan baik, baik oleh pendidik maupun anak didik.
2. Bereksperimen
Hakikat seorang manusia sebagai makhluk “coba-coba” sudah nampak dari
manusia itu balita. Coba perhatikan ketika seorang anak belajar berjalan. Ia
mencoba berkali-kali anggota tubuh lainnya agar ia mampu berdiri dan berjalan.
Proses jatuh-bangun sebelum ia mampu betul berjalan membutuhkan waktu dan
keinginan untuk mencoba. Tanpa hal itu tentu ia tidak akan dapat berjalan. Di
dalam permainan sehari-hari, mereka juga melakukan eksperimen atau
percobaan. Mainan yang bagus ia coba bongkar dan ia coba kembalikan seperti
semula. Dan bahkan mainan itu mereka beri tambahan komponen atau asesoris
lainnya seperti warna. Perhatikan pula ketika seorang anak sedang bermain
dengan sejumlah potongan kayu warna-warni berbagai bentuk dan ukuran.
Mereka menyusun, mengubah, menumpuk, memberinya nama dari bentuk yang
mereka buat, hal itu dan terus berulang-ulang hingga akhirnya menemukan
sesuatu yang mereka anggap benar dan memuaskan. Banyak hal yang mereka
lakukan dan berfokus kepada proses coba-coba dan melakukan percobaan. Inilah
yang patut dicermati bagi guru apabila ia ingin mengembangkan berbagai media
untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak.
4. Alat bantu
Dalam berbagai hal, media juga dapat dikatakan sebagai alat bantu untuk
memperlancar proses pembelajaran, seperti pada saat anak bermain dan belajar.
Misalnya, air, tali, ember, alat tulis, kertas, dan sebagainya.
C. KARAKTERISTIK MEDIA
1. Kelebihan
a. Motivasi
Media mampu memenuhi kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar
dan bermain anak sehingga media mampu membantu anak mengerjakan tugas
yang harus diselesaikan secara menyenangkan. Oleh karena media
pembelajaran ini mampu memancing minat atau motivasi anak, maka
pengalaman belajar yang akan mereka alami harus relevan dan berarti bagi
mereka.
b. Perbedaan individual
Media dapat digunakan oleh berbagai anak yang memiliki berbagai faktor
seperti kemampuan intelektual, kepribadian, dan cara belajar kognitif. Hal
tersebut mempengaruhi kesiapan individu dan kemampuan mereka untuk terlibat
dalam belajar dan bermain. Media yang beraneka ragam hendaknya dapat
menyajikan materi untuk berbagai tingkat pemahaman anak yang akan
menggunakan media tersebut.
c. Tujuan belajar
Media mampu mempercepat pencapaian tujuan belajar dan bermain dengan
cara memberi tahu anak tentang apa yang dapat ia harapkan dari proses
belajarnya atau bermainnya. Pernyataan tujuan belajar akan membantu anak
8.10 Metode Pengembangan Kognitif
menyiapkan diri (baik mental, fisik, maupun sarana) dalam belajar dan
membantu guru menyiapkan materi pelajaran dan permainan.
f. Emosi
Disamping intelektual, belajar yang melibatkan kegembiraan, emosi, dan
perasaan pribadi akan sangat mempengaruhi anak dan berkesan lebih lama.
Media pembelajaran mampu menjadi alat yang sangat kuat dalam
membangkitkan respons emosional seperti simpatik, mencintai, dan gembira.
Oleh karena itu, dalam mendisain media pembelajaran diperlukan perhatian
khusus untuk memancing respons emosional dan kepentingan meningkatkan
motivasi belajar anak.
g. Partisipasi
Media mampu membangun tingkat partisipasi anak dengan cara melibatkan
mental atau fisik selama pelajaran dan permainan berlangsung. Melalui
partisipasi, besar kemungkinan anak akan mengerti dan menyimpan informasi
yang dipresentasikan dalam pikirannya.
h. Umpan balik
Media mampu meningkatkan prestasi belajar anak jika anak diberi tahu
tentang kemajuannya dalam belajar secara periodik. Pengetahuan tentang
keberhasilan belajar, penampilan yang baik, atau perbaikan yang diperlukan,
akan meningkatkan motivasi belajar anak. Media pembelajaran interaktif dapat
dirancang untuk memberikan umpan balik yang dibutuhkan anak.
PAUD4101/MODUL 8 8.11
i. Reinforcement (penguatan)
Media dapat digunakan ketika memberikan reinforcement pada anak. Selain
itu, media juga berfungsi untuk meningkatkan motivasi, membangkitkan rasa
percaya diri, dan akan mempengaruhi perilaku positif anak. Ketika anak berhasil
dalam belajarnya, ia akan terdorong untuk melanjutkan pelajaran berikutnya.
k. Aplikasi
Media pembelajaran dapat membantu menggeneralisasikan materi
pelajaran dan permainan yang diberikan kepada anak, sebelum guru
memberikan kesempatan pada anak untuk mengaplikasikannya. Hasil yang
diinginkan dari suatu pembelajaran dengan menggunakan media adalah
menambah kemampuan individual dalam mengaplikasikan atau mentransfer
belajar pada suatu situasi atau masalah baru.
Semua kekuatan media tersebut dapat diaplikasikan secara langsung atau
tidak langsung dalam disain berbagai macam media pembelajaran. Beberapa
prinsip ini juga berhubungan dengan maksud agar media digunakan bersamaan
dengan permainan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Oleh karena itu, tahap
perencanaan dan produksi media tidak dapat dipisahkan dari tahap perencanaan
penggunaannya. Jika faktor-faktor tersebut dipertimbangkan dengan baik, maka
kualitas media serta hasilnya dalam pelajaran dan permainan akan sangat efektif.
2. Keterbatasan
a. Setiap media untuk anak masih membutuhkan penjelasan dari gurunya.
b. Persiapan dan perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin sebelum media
digunakan agar perhatian anak tidak jauh dari media yang akan digunakan.
c. Pengoperasian media yang menggunakan listrik dapat menimbulkan bahaya
yang bersifat laten.
d. Media jadi yang tidak menggunakan listrik biasanya kurang memiliki efek
dinamis.
8.12 Metode Pengembangan Kognitif
Media yang baik adalah media yang secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pembelajaran serta praktis dan mudah digunakan. Berikut ini
akan diuraikan beberapa syarat sekaligus ciri media dan sumber belajar yang
baik.
Bagaimana agar warna yang Anda gunakan menarik? Pikirkan hal-hal yang
tidak biasa. Misalnya Anda membuat suatu display, maka cobalah gunakan
kombinasi yang tidak biasa dari bentuk huruf dan gambar. Warna yang
mencolok atau tidak umum dari suatu suasana dan sebagainya. Perkaya dengan
tekstur yang harmonis dan serasi dengan gambar dan huruf. Kebanyakan media
display merupakan gambar dua dimensi. Kita dapat memberikan objek tiga
dimensi sebagai variasi misalnya dengan menempelkan benda-benda yang
sebenarnya pada display. Atau misalnya kita menempelkan kapas sebagai
bentuk awan putih pada gambar pemandangan.
Cara lain yang dapat membuat media menjadi menarik adalah dengan
menyediakan kesempatan berinteraksi bagi anak dan guru. Misalnya anak
diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang gambar apa yang kurang dari
suatu display. Display yang gambarnya dapat dipindah-pindah seperti pada
magnetic board atau flannel board sangat memungkinkan guru untuk
mengundang partisipasi anak.
5. Dapat Dimanipulasi
Setiap media dan alat permainan yang akan diberikan kepada anak
sebaiknya dapat dimanipulasi, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan
kemampuan kognitif anak. Sebagai guru, Anda juga dapat lebih leluasa
memanfaatkan media yang Anda kembangkan. Misalnya, bak pasir yang
biasanya digunakan sebagai tempat bermain, maka di lain kesempatan pasir
tersebut dapat digunakan untuk belajar dan bermain dengan melakukan
percobaan menyaring air kotor.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
5) Salah satu kendala yang dihadapi oleh guru anak usia dini untuk
menghasilkan media pembelajaran yang efektif ialah ….
A. materi dengan cakupan sangat kompleks
B. ketiadaan sumber belajar di sekolah
C. kurangnya gagasan dan ide para guru
D. latar belakang anak yang heterogen
6) Tantangan bagi guru anak usia dini saat ini dalam mengembangkan
berbagai media untuk mengembangkan tingkat kemampuan kognitif anak
adalah ….
A. kemampuan mengembangkan sumber belajar yang dibutuhkan
B. menstruktur dan mensistematisasikan pelajaran secara cermat
C. tingkat kemampuan anak yang cukup beragam
D. cakupan materi yang sangat kompleks
7) Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Definisi ini diberikan oleh ….
A. Gagne and Briggs
B. Briggs
C. Gagne
D. Ausubel
Kegiatan Belajar 2
A. BALOK/KOTAK BANGUN
Berbagai kotak dan balok yang akan diperkenalkan kepada anak dapat
dalam berbagai bentuk. Berikut ini adalah contoh-contoh bentuk dan ukurannya.
Setiap bentuk tersebut dapat Anda beri warna sama ataupun berbeda. Pilihlah
kayu yang ringan, lembut, dan dapat dibentuk sesuai keinginan kita.
1. Kotak bangun
Kotak bangun terdiri dari:
a. Persegi panjang
- panjang 6 cm
- tebal 3 cm
- jumlah 15 buah
b. Kubus - sisi 6 cm
- jumlah 8 buah
d. Balok panjang 12 cm
- lebar 6 cm
- tebal 3 cm
- jumlah 20 buah
f. Persegi panjang salah satu ujung runcing membentuk segitiga sama kaki
- panjang 12 cm
- lebar 6 cm
- tinggi 14 cm
- tebal 3 cm
j. Persegi panjang di tengah berlubang dua dan salah satu ujungnya runcing
dan ujung yang lainya diiris menyudut ke dalam
- panjang 21 cm
- lebar 6 cm
- tebal 3 cm
- garis tengah berlubang
3,5 cm
- jumlah 4 buah
rumah, sekolah, mesjid, gereja, stasiun, terowongan, dan perabot rumah tangga
yang membutuhkan bangun balok yang telah mereka kenal.
B. KOTAK MERJAN
Kotak merjan terdiri dari merjan berbentuk kubus, bola, roda bentuk tong,
dan bentuk silinder. Agar benda tersebut tidak cepat hilang, sebaiknya disimpan
ke dalam kotak yang terbuat dari papan yang ada tutupnya atau wadah berbentuk
kotak dari plastik yang mempunyai tutup.
8.26 Metode Pengembangan Kognitif
Spesifikasi alat:
1. Unsur
a. Kotak
- panjang 38 cm
- lebar 12,5 cm
- tinggi 7 cm
- tebal 1 cm
b. Tutup
- panjang 37 cm
- lebar 11,5 cm
- tebal 0,4 cm
c. Isi merjan
1) Merjan berbentuk kubus ukuran sisi 1,5 cm; warna hijau
2) Merjan berbentuk bola, ukuran garis tengah 2,2 cm; warna kuning
3) Merjan bentuk tong ukuran panjang 2,5 cm; tebal 1,3 cm; warna biru
4) Merjan bentuk tong ukuran panjang 2,5 cm; garis tengah 2 cm; warna
putih
PAUD4101/MODUL 8 8.27
5) Merjan berbentuk silinder panjang 2,5 cm; garis tengah 2,2 cm; warna
merah
2. Bahan-bahan
a. Kotak dari triplek
b. Merjan-merjan dari kayu
c. Benang kasar
d. Jarum besar tumpul tidak berkarat
3. Jumlah
Tiap jenis merjan 15 buah, jarum 2 buah, benang 1 gulung
4. Fungsi/kegunaannya
a. Mengenal 5 bentuk merjan dan warnanya.
b. Meronce/menyusun pola sesuai dengan tugas guru/kemauan sendiri
c. Memperjelas pengertian konsep bilangan
d. Melatih konsep berkurang dan bertambah
e. Melatih memprediksi (menerka)
f. Melatih kesabaran anak
8.28 Metode Pengembangan Kognitif
5. Contoh penerapannya
a. Meronce
Langkah-langkah:
1) Guru mengenalkan isi kotak serta nama-nama bentuk merjan
2) Guru memperagakan cara meronce merjan
3) Guru menugaskan anak untuk meronce 2 buah merjan berbentuk
bola kemudian 1 merjan berbentuk kubus, 2 buah merjan
berbentuk bola kemudian 1 buah merjan berbentuk kubus, dan
seterusnya
4) Anak diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan meronce
secara bebas
5) Guru memberi kesempatan pada anak untuk meronce berpola
sesuai dengan tugas guru atau sesuai dengan minat anak
C. KOTAK-KOTAK HURUF
Fungsi/kegunaannya:
a. untuk menarik minat baca;
b. mengenalkan huruf dengan bunyi huruf;
c. mengelompokkan huruf yang sama;
d. menyebutkan 2 buah huruf yang bergandengan/suku kata;
e. menyusun huruf dalam kata yang bermakna.
2. Spesifikasi Alat
Kartu Huruf
a. terbuat dari triplek, karton, atau karton manila (dibuat guru) atau dibeli;
b. bentuk dan ukurannya harus sama;
c. jumlah setiap huruf 5sampai 10 buah;
d. tiap huruf ukurannya 3 cm 4cm.
Contoh penerapan
Mengelompokkan huruf yang sama
a. Guru mengenalkan huruf "a" pada kata yang berarti, seperti: anggur, angsa,
ayam, andong.
8.30 Metode Pengembangan Kognitif
Spesifikasi:
1. Papan penampang 9 lubang berbentuk setengah lingkaran.
2. 9 kepingan setengah lingkaran yang terbuat dari triplek yang terdiri warna
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, unggu, putih, dan hitam yang diberi
tangkai.
Langkah-langkahnya:
1. Guru mengenali warna dengan memperlihatkan kepingan warna satu demi
satu. Anak harus menjawab dengan benar.
2. Guru membantu menyebutkan warna bila dalam satu kelas tidak ada yang
tahu.
PAUD4101/MODUL 8 8.31
E. PAPAN FLANEL
Papan flanel terdiri dari papan triplek tebal 1,2 cm ukuran 75cm 60cm
yang dilapisi kain flanel. Ukuran dapat disesuaikan dengan keadaan. Papan
flanel dapat diberi kaki sebagai sandaran atau diberi lubang di bagian atasnya.
1. Fungsi/kegunaan
a. Memperkenalkan konsep bilangan
b. Menanamkan pengertian tentang banyak, sedikit, sama banyak
c. Alat untuk menanamkan pengertian penambahan dan pengurangan
d. Latihan membilang
e. Mengenalkan lambang bilangan
f. Bercerita dengan menggunakan papan flanel
2. Spesifikasi
Papan flanel
a. Panjang papan 75 cm
b. Lebar 60 cm
c. Tebal 1,2 cm
Contoh penerapannya:
a. Mengenalkan konsep bilangan tiga
Langkah-langkahnya
1) Guru menempelkan 2 buah bunga di papan flanel, lalu bertanya
“Berapa jumlahnya? ". Anak menjawab “dua".
2) Guru menempelkan satu buah bunga lagi berdekatan dengan dua bunga
yang tadi, lalu guru bertanya “Sekarang ada berapa bunganya?”
mungkin ada anak yang menjawab “tiga”. Kalau tidak ada yang
menjawab, guru membantu menyebutkan "tiga". Guru membilang
sambil menunjuk bunga yang ditempel di papan flanel. Satu, dua, tiga
anak disuruh mengulang, kemudian guru bertanya "Bunganya ada
berapa"?. Anak menjawab "tiga".
2) Guru melepas salah satu dari 5 buah benda yang ada di papan flanel,
sambil guru berkata "Ibu ambil satu buah, ada berapa sekarang?”. Anak
disuruh membilang sisa pengurangan satu, dua, tiga, dan empat.
Pagi sekali ibu Wati sudah bangun (sambil meletakkan gambar Ibu Wati di
papan flanel). Ibu Wati memanggil Wati.
"Wati, bangun, hari sudah siang!, nanti kesiangan ke sekolah".
Wati segera bangun (Guru meletakkan gambar Wati di papan flanel).
"Malam ini tidur nyenyak sekali, Bu. Kakak sudah bangun, Bu?" "Sudah,
sedang mandi", kata Ibu.
"Sekarang giliran Wati mau mandi ya, Bu", (Guru mengambil gambar Wati
di papan flanel).
lbu menyiapkan sarapan pagi, di meja makan, kemudian Dodi datang (Guru
menempelkan gambar Dodi di papan flanel.
"Bu, sarapan pagi dengan apa?", tanya Dodi.
"Nasi uduk dan dadar telur, enak sekali", kata lbu. Bapak datang (Guru
meletakkan gambar Bapak di papan flanel). Mereka sarapan pagi bersama-
sama.
F. PAPAN GEOMETRIS
Fungsi/kegunaannya
1. Mengenalkan bentuk-bentuk geometris
2. Meletakkan keping-keping bentuk geometris kedalam penampang dengan
tepat
8.38 Metode Pengembangan Kognitif
Spesifikasi
1. Unsur : Papan penampang, 9 potongan bentuk geometris
2. Bahan : triplek
3. Warna : Papan penampang abu-abu
Potongan-potongan geometris berwarna kuning yang diberi
angka
4. Jumlah : 5 set (dapat disesuaikan dengan keadaan setempat)
Langkah-langkah
1. Guru melepaskan kepingan geometris dari penampangnya.
2. Guru memasukkan kepingan geometris ke penampangnya.
3. Anak disuruh mencoba membongkar dan memasangnya kedalam
penampangnya.
4. Bila anak kurang bisa memasangkannya, guru boleh membantu.
5. Guru memperkenalkan nama-nama bentuk geometris
6. Pada pertemuan berikutnya, anak ditugasi membentuk sesuatu benda secara
mendatar dari bentuk geometris
G. KOTAK POS
Spesifikasi
Unsur: Kotak bentuk kubus 1 buah.
1. Tutup kotak yang berlubang, dengan bentuk lubang bujur sangkar, persegi
panjang, setengah lingkaran, lingkaran, segitiga sama sisi.
2. Isi kotak bentuk geometris dengan penampang.
3. Bujur sangkar 4 buah.
4. Persegi panjang 4 buah.
5. Lingkaran 4 buah.
6. Setengah lingkaran 4 buah.
7. Segitiga sama sisi 4 buah.
Langkah-langkahnya
1. Membuka tutup dan mengeluarkan isi kotak.
2. Menutup kotak kembali dan mengamati bentuk geometris dari isi kotak.
3. Memasukan kembali bentuk-bentuk geometris yang sesuai dengan
penampangnya.
H. BONEKA
Spesifikasi
1. Unsur
a. Kepala boneka sebanyak 5 buah dengan wajah boneka anak laki-laki,
anak perempuan, perempuan dewasa, perempuan tua/nenek, laki-laki
dewasa/ayah, dan laki-laki tua (kakek).
b. Pakaian dari masing-masing boneka.
c. Rak kayu untuk menempatkan boneka.
Catatan : wajah boneka harus sesuai dengan usianya
2. Bahan
a. Kepala boneka dari fiber glass.
b. Pakaian dari bahan yang tidak tembus pandang dan tidak luntur.
c. Rak kayu.
3. Warna baju
Warna/corak baju disesuaikan dengan selera
Langkah-langkah
a. Mengenalkan boneka-boneka dari bagian-bagiannya.
b. Mengenalkan cara memegang/memainkan boneka. Boneka dimainkan
dengan menggunakan tangan yang dimasukkan kedalam baju boneka.
c. Memainkan boneka dengan dialog oleh guru.
d. Dapat dibantu juga dengan panggung (pemainnya tidak terlihat).
Catatan: Selain yang disebut di atas, dapat juga menggunakan boneka dengan
bentuk-bentuk binatang. Contohnya penerapan sandiwara boneka
PAUD4101/MODUL 8 8.41
dengan 2 buah boneka. Isi cerita yang berkaitan dengan sains dan
daya pikir, menjumlah atau mengurang, dan lainnya sebagai berikut
Contoh:
Prolog (suara guru/boneka belum dimainkan):
Nina dan Ririn baru sampai di sekolah, sekeliling sekolah masih sepi karena
masih pagi sekali.
Guru memainkan boneka Nina dan Ririn muncul, guru berdialog dengan
membedakan suara Nina dan Ririn.
I. LOTTO
1. Lotto Sejenis
1 buah papan penampang terdiri dari kotak-kotak yang telah ditempel
gambar, alat dapur (wajan), buah pepaya, piring (alat makan), kotak dibawahnya
masih kosong dan gambar yang terlepas, panci, dandang, jeruk, mangga,
sendok, gelas.
PAUD4101/MODUL 8 8.43
Ukuran
Papan penampang : Panjang 12 cm, tinggi 16 cm, Kartu lotto : 4 6 cm
6 cm
4 cm
Spesifikasi
Fungsi/Kegunaannya
a. Untuk mengembangkan imajinasi anak
b. Untuk bereksplorasi
Papan penampang terdiri dari tripleks tebal 1/2 cm terdiri dari 3 kotak
kesamping dan 3 kotak kebawah (jumlah kotak dapat disesuaikan dengan
kondisi)
Gambar yang terlepas dari tripleks yang tipis, ukuran dan jumlah
disesuaikan kondisi.
8.44 Metode Pengembangan Kognitif
a. Unsur
Langkah-langkah
1) Guru memperkenalkan papan penampang yang ada gambarnya dan
menanyakan gambar apa, dan kegunaannya.
2) Guru menerangkan kepingan gambar-gambar yang terlepas, sambil
menanyakan gambar dan kegunaannya.
3) Guru memberi kesempatan mencoba memasang kepingan gambar terlepas
ke bawah penampangnya, kalau ada anak yang belum dapat guru membantu
menempelkan/memasang kepingan gambar yang sejenis dengan gambar
yang ada di penampang.
2. Lotto Berpasangan
a. Satu buah penampang terdiri dari kotak-kotak yang telah ditempel gambar
sepatu, odol, pensil, cangkir, kail, vas bunga.
PAUD4101/MODUL 8 8.45
Langkah-langkah
1. Guru menanyakan gambar yang ada pada papan penampang serta
kegunaannya.
2. Guru memperkenalkan dan menanyakan gambar benda-benda yang terlepas
dengan kegunaannya.
3. Guru menanyakan dan menyuruh anak untuk memasangkan gambar yang
terlepas kedalam penampangnya, begitu seterusnya. Anak diberi
kesempatan secara bergantian.
4. Kegiatan dilakukan secara kelompok kecil.
8.46 Metode Pengembangan Kognitif
Kepingan gambar yang dibatasi dengan garis, yaitu sebelah kiri garis dan
sebelah kanan garis, serta gambarnya berlainan.
1. Spesifikasinya
a. Kepingan gambar dibuat duplek
2. Fungsi / Kegunaannya
a. Guru memperlihatkan gambar buah pepaya dan angka satu sambil bertanya
"Siapa yang tahu ini gambar apa?. Anak menjawab "pepaya dan satu".
b. Guru memperlihatkan gambar gambar satu dan gambar bunga mawar
sambil bertanya “Ini gambar apa?”. Anak menjawab satu dan bunga mawar.
c. Guru mendekatkan kedua gambar, seperti di bawah ini
Guru bertanya siapa yang dapat mendekatkan gambar pada deretan 2 keping
gambar yang sudah didekatkan tadi. Jika ada anak yang belum
mampu/memahami permainan tersebut, guru membantu mendekatkan gambar
bunga mawar.
Begitu seterusnya, sambung menyambung sampai benar-benar habis dan
benar menyusunnya.
Catatan: Keping gambar diberi perekat sebanyak 1 set sebagai contoh untuk
diperagakan di papan panel. Yang lain (5 set) tidak perlu memakai
perekat, agar anak dapat melakukan kegiatan di meja dalam
kelompok kecil. Domino atau kepingan kepingan gambar dapat
dikombinasikan dengan huruf dan benda-benda lain atau suku kata
dengan benda lain, untuk mengenalkan huruf dalam rangka
merangsang minat baca anak.
8.48 Metode Pengembangan Kognitif
K. GELAS UKUR
Alat yang ada pada gambar di atas adalah gelas/plastik transparan. Bentuk
dan ukuran gelas tergantung dari kondisi dan keperluan. Selain itu menggunakan
sendok dari kayu.
Fungsi/kegunaannya
1. Untuk mengukur sama banyak.
2. Lebih banyak, lebih sedikit.
3. Mengenalkan konsep bilangan.
4. Untuk percobaan mencampur warna.
Untuk menunjukkan proses pencampuran benda cair dengan benda padat (air,
gula), contohnya proses pembuatan air teh dengan air panas.
Langkah-langkahnya
Guru menyiapkan air panas dalam termos dan sebungkus teh.
1. Guru mendemonstrasikan cara membuat air teh. Pertama-tama air panas
dimasukkan ke dalam gelas ukuran, kemudian masukkan sebungkus teh ke
dalamnya.
2. Guru berkata : "Lihat apa yang terjadi?"
3. "Airnya jadi merah", anak-anak menjawab
4. "Warna merah dari mana?", guru bertanya
5. "Dari teh, bu guru", kata anak-anak
6. Bu guru memberikan pujian atas jawaban anak
7. Siapa yang mau memasukkan gula ke dalam air tehnya?
8. Salah satu anak diminta untuk memasukkan gula ke dalam gelas ukuran,
lalu mengaduk campuran tersebut
9. Guru berkata, "Gula dalam air tehnya masih ada atau sudah larut?" Kalau
masih belum larut anak disuruh mengaduk hingga gula larut dalam air teh.
PAUD4101/MODUL 8 8.49
Anak diminta memindahkan air teh manis ke dalam cangkir, lalu mencicipi
teh manis tersebut.
L. UKURAN PANJANG/PENDEK
Fungsi/Kegunaannya
1. Mengukur tinggi/lebar/panjang
2. Membedakan tinggi dan pendek
3. Sama tinggi/pendek
4. Lebih tinggi/pendek
Contoh penerapannya
Langkah-langkahnya
1. Guru mengeluarkan tongkat berbentuk segi empat atau tongkat berbentuk
lingkaran. Tongkat berukuran 10 cm.
8.50 Metode Pengembangan Kognitif
M. KOTAK KUBUS
Spesifikasi
Fungsi/Kegunaannya
1. Membentuk suatu benda dari kubus secara mendatar
Spesifikasi:
Duplex/tripleks yang dilapis berbagai tekstur untuk mengenalkan indera
peraba, seperti ampelas, beludru, sutra, kain kasa, dan kain biasa.
1.
4 buah baskom atau lebih
2. Pasir, kacang ijo, kerikil, batu
3. Air hangat, air es, air agak panas, air dari sumur.
Fungsi/kegunaannya
1. Mengenalkan permukaan kasar dan halus
2. Mengenalkan permukaan keras dan lembut
8.52 Metode Pengembangan Kognitif
Catatan: Alat tersebut dapat juga untuk mengenalkan permukaan halus, kasar
melalui alat peraba tangan. Alat ini juga dapat memperkenalkan
permukaan kasar halus, panas dingin dengan mengunakan kaki.
Contoh penerapan:
Langkah-langkahnya
1. Guru menyiapkan alat-alat yang lengkap. Anak disuruh memasukkan ke
dua kaki ke dalam setiap baskom yang berisi suhu air yang berlainan. Anak
harus menyebutkan apa yang mereka rasakan, yaitu panas, dingin, biasa
atau hangat, dan lain-lain. Begitu juga pada benda yang halus dan kasar
melalui alat peraba tangan dan kaki.
Spesifikasi
Dapat dibuat bak dari semen, bak dari fiber glass ukurannya 150cm 90cm
atau kira-kira untuk 6 orang anak
Fungsi/kegunaannya
1. Melakukan berbagai percobaan “tenggelam, terapung, melayang, menyerap
dan lain-lain”.
PAUD4101/MODUL 8 8.53
P. BAK PASIR
Spesifikasi
Bak dapat dibuat dari semen, bak dari fiber glass ukurannya 150cm x 90cm
atau tergantung kondisi (kira-kira untuk 6 orang). Selain itu, menggunakan alat
seperti sekop, cetakan berbentuk kue dan binatang, sendok, botol berisi air dan
lain-lain.
Spesifikasi
Ukuran panjang : 21 cm
Lebar : 28 cm
Jumlah halaman : 12
Huruf berukuran : 16
Kalimat tidak terlalu panjang dan gambar harus menarik
Fungsi/kegunaannya
1. Merangsang minat baca
2. Merangsang kepekaan berpikir melalui gambar-gambar yang ada di buku
3. Menceritakan isi cerita secara sederhana
4. Menyimpulkan cerita dalam buku
Langkah-langkah
1. Guru memperkenalkan buku
2. Guru menyebutkan judul buku
3. Guru menanyakan gambar yang ada di sampul buku
4. Guru membaca buku cerita dengan jelas dan tertib, dari halaman ke
halaman buku sambil menunjukkan kata demi kata sampai selesai
5. Guru bertanya sekitar cerita dalam buku
8.54 Metode Pengembangan Kognitif
3. Jungkat jungkit
4. Peluncur
5. Papan Titian
6. Tangga
PAUD4101/MODUL 8 8.55
1. Mencocokkan huruf
a. Fungsi:
1) Membedakan huruf yang digunakan dalam kata-kata dan memperkaya
perbendaharaan kita.
2) Membedakan kata-kata sebagai persiapan membaca dan menulis.
3) Membedakan dan menirukan kembali bunyi/suara tertentu.
b. Bahan Alat:
1) Papan/karton dupleks
2) Gunting
3) Pensil warna atau krayon
4) Gambar-gambar dari majalah, brosur, dan sebagainya
8.56 Metode Pengembangan Kognitif
d. Langkah kegiatan
1) Berikan kotak huruf dan gambar kepada anak, lengkap dengan nama
benda yang tertulis di bawahnya
2) Mintalah anak mengambil huruf berdasarkan kata yang ada pada
gambar
3) Kembangkan permainan ini sesuai dengan kebutuhan
4) Bila anak sudah menguasai permainan, berikan kotak kecil yang berisi
potongan gambar benda yang memiliki 4 huruf. Mintalah mereka untuk
meletakkan benda-benda tersebut satu persatu di atas meja. Dengan
menggunakan huruf-huruf itu, anak diminta menuliskan nama benda-
benda itu disampingnya.
2. Gambar Seri
a. Fungsi:
1) Mengembangkan kemampuan berbahasa
2) Meningkatkan dayaa pikir dan kreativitas
3) Melatih dan mengamati urutan peristiwa
b. Bahan alat:
1) Gambar dari majalah dll
2) Karton
3) Lem, gunting, spidol
4) Papan Panel
c. Cara membuat:
Gunting gambar seri yang ada di majalah kemudian tempelkan pada karton
(gambar dapat dibuat sendiri)
PAUD4101/MODUL 8 8.57
d. Langkah kegiatan:
Anak mengamati gambar dan menceritakan apa yang dilihatnya. Selain itu
anak diminta untuk mengurutkan gambar dan menceritakan isi ceritanya
3. Boneka Tangan
a. Fungsi:
1) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
2) Mengembangkan kerjasama jika dimainkan lebih dari satu anak.
3) Mengembangkan daya pikir dan kreativitas.
b. Bahan alat:
1) Handuk/kain
2) Benang jahit yang sewarna dengan handuk/kain
3) Manik-manik/kancing kecil
4) Kancing hitam besar
5) Kain flanel berwarna merah
6) Jarum, benang, gunting
c. Cara membuat:
1) Bentuklah pola-pola boneka yang akan dibuat
2) Jahitlah pola tersebut secara rapi
3) Berilah manik-manik atau kancing untuk membentuk tampilan boneka
yang lebih bagus
d. Langkah kegiatan
Bercerita sesuai dengan tema, sambil memperagakan boneka-boneka
tersebut. Kegiatan bercerita ini dapat dikembangkan melalui bercakap-
cakap dan tanya jawab.
b. Bahan alat:
1) Karton
2) Kantong plastik
8.58 Metode Pengembangan Kognitif
3) Tali, selotip
4) Spidol/pensil warna
c. Cara membuat:
1) Gunting karton dengan ukuran 70 30 cm
2) Tulis konsep hari, kemarin-hari ini-besok-lusa
3) Gunting karton ukuran 12 cm sebanyak 7 lembar dan tuliskan nama
hari dalam seminggu
4) Beri tali pada karton agar dapat digantung
5) Tempelkan plastik tepat dibawah konsep hari, dengan selotip pada
ketiga sisi, kecuali bagian atas
d. Langkah kegiatan:
1) Menerangkan konsep hari
2) Anak mengambil sesuai dengan konsep hari yang ada
LAT IH A N
1) Pilihlah gambar yang telah familiar dengan umur atau usia anak!
Gunakan bahan pembuat kotak yang tidak mudah rusak dan tidak
membahayakan anak didik. Masukkan hasil pekerjaan anak didik untuk
melihat perkembangan kemajuan mereka!
2) Sebelum membeli, diskusikan dengan teman sejawat tentang
penggunaannya!
Pilihlah bahwa yang berwarna warni!
Buatlah dan pilihlah kotak bangun yang mudah disimpan!
R A NG KU M AN
maksimal. Oleh karena itulah guru masih memiliki peranan dominan dalam
menarik minat belajar serta mendukung perkembangan anak.
Pembelajaran di Lembaga PAUD memang membutuhkan berbagai alat
peraga, media, permainan, dan alat bantu lainnya karena memang sesuai
usianya anak masih membutuhkan hal itu semua. Oleh karena itu guru anak
usia dini harus lebih kreatif, imajinatif, dan komunikatif dalam menciptakan
atau menemukan berbagai alat permainan dan media untuk anak didik
mereka.
Masalah aplikasi dalam penggunaan media di Lembaga PAUD adalah
masalah yang harus berdasarkan dengan kehidupan yang sesungguhnya dan
harus membantu anak-anak menyadari bahwa pelajaran dan permainan
yang mereka peroleh merupakan satu proses yang berguna dan penting.
Apabila suatu masalah diberikan, anak-anak dapat melihat manfaatnya.
TES F OR M AT IF 2
2) Tidak ada media yang sempurna dan dapat memenuhi semua keperluan.
Pernyataan ini dibuat oleh ….
A. De Porter
B. Gagne
C. Briggs
D. Gagne and Briggs
5) Jika Anda memiliki permainan, media, dan alat peraga apapun yang
mungkin setelah diuji coba ternyata efektif maka ….
A. gunakanlah hasilnya
B. digunakan setelah tidak ada pilihan
C. jangan pernah menggunakannya
D. komunikasikan dengan kepala sekolah
6) Berbagai kotak dan balok yang akan diperkenalkan kepada anak dapat
dalam berbagai bentuk dengan jenis kayu ….
A. kasar
B. ringan
C. mahal
D. papan
7) Spesifikasi bahan dasar yang diperlukan untuk membuat balok dan kotak
bangun adalah ….
A. tripleks
B. bambu
C. kayu
D. besi
9) Langkah penting pertama yang dalam menggunakan media balok dan kotak
bangun adalah ….
A. memperkenalkan
B. membagikan
C. mengelompokkan
D. memilah
8.62 Metode Pengembangan Kognitif
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
10
Tes Formatif 1
1) A. Merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran.
2) B. Kedalaman dan keluasan pengembangan media.
3) C. Cakupan isi pembelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
4) D. Output yang menjadi sasaran belajar.
5) A. Materi dengan cakupan sangat kompleks.
6) B. menstruktur dan mensistematisasikan pelajaran secara cermat.
7) C. Gagne.
8) D. Self-instruction.
9) A. Biayanya mahal.
10) B. Mudah dibaca dan dilihat oleh anak.
Tes Formatif 2
1) A. Fisik, intelektual dan emosional.
2) B. Gagne.
3) C. Masih yang dapat diciptakan sendiri.
4) D. Bambu.
5) A. Gunakanlah hasilnya.
6) B. Ringan.
7) C. Kayu.
8) D. Tidak membahayakan.
9) A. Memperkenalkan.
10) D. Mengenalkan ukuran liter.
8.64 Metode Pengembangan Kognitif
Daftar Pustaka
Bronson, Martha B (1995). The Right Stuff for Children Birth to 8: Selecting
Play Material to Support Development. Washington, DC: NAEYC.
Heinich R., Molenda M., Russell J. D. (1999). Instructional Media , 3rd ed. New
York: Macmillan.
Kemp J.E., Dayton D.K. (1999). Planning and Producing Instructional Media ,
6th ed. New York: Harper & Row.
Orlich, Donald C. et al. (1985). Teaching Strategies. Canada: D.C. Heath and
Company.
Rose, Colin dan Malcolm J. Nicholl. (1997). Accelerated Learning for The 21st
Century. New York: Bantam Doubleday Dell.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
B elajar matematika terjadi secara alami seperti pada saat anak bermain.
Anak usia dini menemukan, menguji, serta menerapkan konsep
matematika secara alami hampir setiap hari melalui kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan. Kegiatan belajar matematika secara sederhana terjadi dalam
kehidupan anak sehari-hari, seperti pada saat orang tua menghitung jumlah
balok yang digunakan untuk membangun jembatan bersama Banni, anaknya
yang berumur empat tahun. Atau pada saat Bannu yang berumur lima tahun
diminta menjawab pertanyaan, "Berapa umurmu?” dengan cara mengangkat
lima jari tangannya. Bahkan dalam usia yang lebih muda, anak yang berumur
satu tahun mampu mulai mengenal angka satu dari lilin ulang tahun yang
diletakkan di atas kue ulang tahunnya.
Anak usia dini juga melakukan kegiatan bermain matematika, seperti pada
saat mereka mendiskusikan cangkir siapa yang lebih besar atau ember mana
yang dapat memuat pasir lebih banyak. Mereka juga mengembangkan keahlian
untuk menyelesaikan masalah saat bermain, seperti pada saat menentukan balok
mana yang ukurannya paling sesuai untuk dijadikan atap bangunan.
A. DEFINISI MATEMATIKA
berarti bila ada garis lain yang diletakkan di dekatnya, kemudian kita dapat
mulai membandingkan panjang dari kedua garis tersebut.
Matematika memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahasa verbal.
Matematika mampu mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sebagai contoh: secara verbal kita
dapat mengatakan bahwa gajah lebih besar daripada semut, namun jika kita
ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan semut maka kita
akan kesulitan dalam mengemukakan hubungan tersebut. Di sinilah matematika
berperan dalam mengembangkan konsep pengukuran dari kualitatif menuju
kepada kuantitatif yang lebih bersifat eksak, tepat, dan cermat.
Konsep matematika modern sekarang ini tidak lagi hanya pada konsep
bilangan, tetapi lebih berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran
matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis dengan menggunakan
pembuktian deduktif. Matematika sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-
hubungannya memerlukan simbol-simbol untuk membantu memanipulasi
aturan-aturan melalui operasi yang ditetapkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sesuatu
yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan permainan
matematika pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah kegiatan belajar
mengenai konsep matematika melalui aktivitas belajar melalui bermain dalam
kehidupan sehari-hari dan bersifat alamiah.
Orang dewasa, baik orang tua di rumah atau guru di sekolah seharusnya
tidak merasa khawatir ketika harus membelajarkan matematika pada anak.
Kebanyakan orang dewasa sering merasa tidak mampu dan takut dengan berkata
"Kemampuan matematika saya tidak bagus ...”!. Hal ini mungkin disebabkan
oleh pengalaman masa lalu di mana matematika selalu dihubungkan dengan
suatu hal yang sulit dan menakutkan. Padahal yang dibutuhkan anak dari orang
dewasa adalah dorongan dan ketertarikan mereka terhadap matematika. Mereka
membutuhkan seseorang yang dapat menguji ide mereka dan tetap berbagi
kepercayaan dan jaminan bahwa hal itu akan diterima, apapun yang terjadi... !.
Anak tidak membutuhkan guru untuk mengetahui semua jawaban. Dalam
praktik lebih baik jika guru tidak mengetahuinya, karena dengan begitu guru dan
anak dapat menikmati proses pembelajaran dan menemukan jawaban dari
konsep matematika secara bersama-sama.
Hal-hal yang perlu diingat untuk ketrampilan menyusun pola atau gambar ini
adalah sebagai berikut.
a. Pola dimulai dengan susunan yang sangat sederhana antara dua benda (AB),
sebelum mengembangkan yang lebih sulit antara tiga atau lebih benda yang
dapat disusun (ABC, AAB, AABB).
b. Memasukkan/menyisipkan perkembangan auditori dalam tahapan
penyusunan pola. Misalnya dengan mengajak anak bertepuk tangan,
permainan jari-jari, mengikuti kata-kata dari cerita, hingga menyusun
gerakan. Supaya lebih mudah anak harus mencoba secara langsung melalui
dirinya sendiri.
c. Meningkatkan kegiatan menyusun pola dari yang mudah ke yang sulit
dengan memperkenalkan, memadankan, menjalin/merangkai,
menyampaikan, dan mengkreasikan susunan.
Hal-hal yang perlu diingat pada permainan menyortir dan mengelompokkan ini
adalah sebagai berikut.
a. Anak sering berpikir dan berkreasi tentang cara-cara mengelompokkan.
b. Mengelompokkan benda-benda merupakan kualitas pemikiran anak
sehingga anak akan menjadi lebih mampu dalam mengelompokkan dan
menyortir.
Hal-hal yang perlu diingat untuk mengajak anak mengenali konsep angka:
PAUD4101/MODUL 9 9.11
5. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah kegiatan mempraktekkan matematika dengan
cara bekerja. Pemecahan masalah dengan menggunakan konsep terjadi di mana
saja, yaitu pada waktu santai dengan bahan-bahan seperti kotak, sudut, meja air,
dan lain-lain.
Inti dari kemampuan memecahkan masalah terletak pada proses
pengambilan tindakan yang dilakukan melalui hubungan bahasa.
Mempraktekkan kemampuan matematika dengan konsep yang diyakini anak
terjadi ketika matematika berhubungan dengan situasi permasalahan yang
dihadapi, yaitu pada saat anak mampu menjawab/memecahkan masalahnya
dengan menggambar/mengekspresikan konsep tersebut. Dalam situasi ini, anak
telah menemukan solusi yang sangat berarti bagi dirinya.
Pengalaman memecahkan masalah juga memberikan kesempatan pada anak
untuk membagi pemikiran dan ide mereka dengan anak lain. Pengalaman
keberhasilan dalam memecahkan masalah akan membuat mereka menjadi lebih
percaya diri atas kemampuan yang mereka miliki.
Salah satu cara memecahkan masalah matematika adalah pendidik
diharapkan tidak terlalu cepat membantu memecahkan masalah untuk anak.
Sebaiknya dorong anak untuk menjelajah dan mengamati dengan cara mereka
sendiri, karena situasi atau masalah akan berkembang setiap waktu.
Hal-hal yang perlu diingat dalam mengajak anak memecahkan masalah adalah
sebagai berikut.
a. Berkonsentrasi, merupakan cara yang bermanfaat untuk mengukur dan
membuat perkiraan.
b. Latihan rutin, akan menjadikan anak aktif mengukur dan membuat
perkiraan sehingga anak tidak pasif.
c. Gunakan contoh kata yang menunjukkan perkiraan seperti kira-kira, sedikit,
lebih kurang, dekat, dan antara.
9.12 Metode Pengembangan Kognitif
Selain itu, matematika juga mengajarkan anak tentang makna bekerja sama
dan berbagi. Pada saat bekerja sama mereka akan berdiskusi agar pembagiannya
sama rata. Seperti pada saat mereka membagi permainan tanah liat, mereka
membagi lagi tanah liat tersebut sampai setiap orang mempunyai jumlah yang
sama.
2. Perkembangan Kreativitas
Permainan matematika memberikan kesempatan pada anak untuk
menggunakan pikiran secara kreatif. Kemajuan dalam matematika telah sering
dibuat oleh individu-individu yang menemukan cara baru berpikir mengenai
masalah yang familiar bagi anak. Anak harus diberi kesempatan untuk mencoba
cara berpikir baru juga dalam cara memecahkan masalahnya (Sujiono dan
Sujiono, 2010).
3. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik berhubungan dengan keterampilan motorik halus, yaitu
permainan material yang membantu mengembangkan konsep matematika
seperti puzzle atau kotak unit yang digunakan untuk berhitung. Secara tidak
langsung, kegiatan ini dapat menguatkan jari dan otot tangan. Saat motorik halus
anak berkembang, maka anak dapat mengontrol gerakannya dan mereka akan
lebih siap untuk menulis.
Cara yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan motorik halus anak
adalah sebagai berikut.
a. Sediakan kesempatan yang luas bagi anak untuk kegiatan yang menekankan
pada manipulasi bahan-bahan seperti papan pasak, bongkar pasang, dan
lain-lain.
9.14 Metode Pengembangan Kognitif
5. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif berhubungan dengan keterampilan memecahkan
masalah. Pemecahan masalah dengan menggunakan konsep matematika terjadi
setiap hari, misalnya ketika 4 anak memikirkan bagaimana membagi dua buah
apel. Hal ini juga akan membantu memecahkan masalah.
Cara yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan kognitif anak adalah
sebagai berikut.
a. Mengupayakan agar pemecahan masalah dibuat sesuai pengalaman.
b. Tidak menyepelekan solusi dari anak yang terlihat kurang logis.
c. Anak usia 2 dan 3 tahun hanya memprediksi hal sebab akibat, misalnya
"Apa yang terjadi jika ...?”
d. Anak usia 4 dan 5 tahun mulai dapat dilatih memecahkan masalah yang
lebih logis.
Apabila berhubungan dengan konsep dasar ilmu pasti, maka setiap waktu
anak-anak akan menggabungkan pikiran matematisnya ke dalam kata-kata untuk
berbagi dengan yang lain.
Cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak menyampaikan pikirannya ke
dalam kata-kata adalah sebagai berikut.
a. Sabarlah ketika anak-anak berjuang untuk menggunakan pikiran ke dalam
bahasa. Mereka membutuhkan waktu untuk menjelaskan suatu obyjek.
b. Gunakan literatur untuk mendorong anak-anak agar dapat mengucapkan
konsep matematis.
c. Untuk anak yang berusia 2 dan 3 tahun, model kata-kata dapat membantu
mereka berbicara matematis.
d. Untuk anak yang berusia 4 dan 5 tahun, mereka cenderung agak verbal.
d. Anak usia 4 dan 5 tahun dapat memberikan alasan akan perasaannya walau
kurang logis.
e. Alasan anak-anak muncul melalui perubahan yang menyertai pertumbuhan
mental, dan membenarkan logika anak, walau dia memberikan jawaban
"benar" tidak akan mengubah caranya beralasan sampai dia mencapai titik
perkembangan mentalnya.
Selama ini banyak anak-anak yang merasa tidak mampu atau menganggap
pelajaran matematika sangat sulit. Mungkin hal ini disebabkan oleh ucapan
orang dewasa/orang tuanya bahwa matematika itu sulit.
Dalam ruangan yang ditata secara kondusif untuk pembelajaran matematika
ternyata berkhayal tentang matematika sulit dilakukan. Demikian juga, sulit
membedakan di mana wilayah matematika yang sebenarnya karena akan selalu
teringat pembelajaran matematika bila berada dalam ruang tersebut.
Contoh: dua orang anak yang menghitung dan menyeleksi tanaman,
kemudian membuat grafik. Mereka bekerja di ruang yang diberi nama "Daerah
Manipulasi Matematika", tetapi mungkin orang tidak akan menyangka bahwa di
ruangan tersebut terdapat pembelajaran matematika.
Anak akan merasa senang belajar matematika dengan menggunakan
pendekatan masalah sehari-hari yang sederhana.
d. Dimana rak yang besar untuk buku yang besar? Berpikir keras tentang
permasalahan sederhana yang dapat anak Anda pecahkan.
e. Satu, dua, tiga langkah ke pintu. Terus membuat matematika menjadi
bagian aktivitas setiap hari.
LAT IH A N
Agar dapat mengerjakan latihan ini dengan baik, kaji kembali konsep-
konsep tersebut pada Kegiatan Belajar 1 dan cobalah untuk mendiskusikannya
dengan teman sejawat Anda.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Bermain Matematika
S elama ini banyak anak-anak yang merasa tidak mampu atau menganggap
pelajaran matematika sangat sulit. Mungkin hal ini disebabkan oleh ucapan
orang dewasa/orang tuanya bahwa matematika itu sulit.
Dalam ruangan yang ditata secara kondusif untuk pembelajaran matematika
dan berkhayal tentang matematika ternyata sulit dilakukan. Sulit membedakan di
mana wilayah matematika karena bila berada dalam ruangan itu akan selalu
teringat pembelajaran matematika. Misalnya, dua orang anak yang menghitung
dan menyeleksi tanaman, kemudian membuat grafik. Mereka bekerja di pusat
yang diberi nama "Daerah Manipulasi Matematika", tetapi orang tidak akan
menyangka bahwa di ruangan tersebut terdapat pembelajaran matematika.
Anak akan merasa senang belajar matematika dengan menggunakan
pendekatan masalah sederhana yang ada sehari-hari.
A. TUJUAN
B. PENATAAN DASAR
2. Ruang Balok
a. Permainan balok merupakan cara yang sangat alami bagi anak untuk
belajar tentang hubungan antarberbagai bentuk-bentuk yang sesuai.
b. Pengalaman matematika berkembang saat mereka menentukan bahwa
2 balok besar dapat dijadikan gedung yang berukuran sama dengan 4
balok-balok kecil.
c. Untuk melihat minat anak dalam area bermain, berikan balok-balok
dengan ukuran berbeda dari unit balok yang terkecil sampai terbesar.
d. Sediakan balok dengan bentuk-bentuk geometri yang menarik seperti:
silinder, kurva, papan, atau balok-balok yang bertautan satu sama lain.
4. Ruang Memasak
a. Memasak merupakan salah satu cara yang alami untuk belajar
keterampilan dan konsep matematika.
b. Mengukur secangkir terigu sesuai resep sampai akhir pembuatan kue
merupakan kegiatan yang melibatkan konsep matematika.
c. Selain itu, anak-anak mulai membaca simbol yang ada pada resep,
misalnya ½ dan ¼, sehingga anak mampu memecahkan masalah
yang mereka temukan. Contoh lainnya 4 setengah cangkir sama
dengan 2 gelas.
d. Mereka mulai memperoleh satu konsep tentang temperatur (suhu)
ketika mereka mengukur suhu oven pada 200 0C dan konsep tentang
waktu pada saat menunggu selama 15 menit untuk memanggang kue.
e. Kunci untuk mendorong pembelajaran matematika dalam memasak
adalah membiarkan anak-anak mengerjakan sendiri dan memecahkan
masalah bersama-sama.
5. Ruang Seni
a. Pada saat anak-anak bereksperimen dengan bahan-bahan seni, seperti
cat, kertas, kuas dan tanah liat, mereka mulai melihat hubungan yang
mengarah pada pemikiran matematika.
b. Pada saat mereka memilih dan membentuk tanah liat menjadi bentuk-
bentuk seperti donat, mereka sedang mengenal dan menampilkan
kembali makanan tersebut dalam bentuk kemampuan visual spasial dan
geometris.
c. Carilah cara-cara untuk membangun pengalaman dan
mengklasifikasikan dengan meletakkan spidol merah pada kaleng
merah dan spidol biru pada kaleng biru.
1. Konsep Ganjil/Genap
Tujuan : Memperluas konsep bilangan ganjil/genap.
Alat dan bahan : Potongan-potongan kertas ukuran 24 4, popcorn, lem,
spidol warna merah dan biru.
Petunjuk:
1. Berilah tiap anak 1 kertas putih seperti gambar di bawah ini.
2. Menyortir Benda
Tujuan : Memilih dan mengelompokkan benda-benda yang
mempunyai kesamaan.
Bahan : 2 hula hoop, benda-benda bulat (seperti kelereng, roda, bola),
benda-benda warna merah (lego warna merah, krayon warna
merah, mobil warna merah, spidol warna merah) benda benda
bulat/merah (apel, bola merah)
Petunjuk:
1. Letakkan 2 hula hoop di lantai.
2. Letakkan benda benda merah dalam 1 hula hoop dan benda benda bulat
dalam hulahoop yang lain.
3 Benda-benda yang bulat dan warnanya merah harus diletakkan secura
terpisah.
4. Hula hoop diletakkan saling menutupi sebagian dan diletakkan benda-
benda tersebut didalamnya.
3. Merangkai Gambar
Tujuan : Meletakkan gambar pada urutan berikutnya.
Bahan : Alat pelubang, pita, kertas, krayon, gunting.
Petunjuk :
1. Berilah tiap anak 4 buah kertas ukuran 4 6 inchi yang telah ada
angkanya.
2. Anak mewarnai angka 1 sampai dengan 4 pada tiap kartunya.
3. Buat 2 lubang pada 2 tepi kartu
4. Anak menyusun kartu-kartunya secara berurutan dan mengikatnya
dengan pita merangkaikan semua kartu menjadi satu rangkaian yang
berurutan.
Pengayaan:
1. Anak-anak menggambar benda-benda lain pada urutan selanjutnya.
2. Pasanglah rangkaian kartu di sekitar ruang kelas.
3. Buatlah rangkaian lainnya sesuai dengan tema yang Anda ajarkan.
9.30 Metode Pengembangan Kognitif
4. Menyortir Kancing
Tujuan : Memisahkan kancing sesuai jenis.
Bahan : Kancing-kancing yang berbeda bentuk, ukuran, warna,
tekstur, dan berbagai lubang pada kancing, spidol, dan
karayon.
Petunjuk :
1. Susunlah setumpuk kancing pada tiap meja anak. Anak
memisahkan/mengelompokkan ke dalam ukuran kecil, sedang, dan
besar.
2. Anak memisahkan kancing sesuai warna-warnanya.
3. Anak mengelompokkan kancing sesuai bentuk (persegi, bulat, oval,
segitiga).
4. Anak mengelompokkan kancing sesuai teksturnya (licin, kasar
terbungkus).
5. Anak memisahkan kancingnya sesuai jumlah lubang pada kancing.
Pengayaan:
Secara kelompok, pajanglah hasil kerja anak.
5. Menyortir Kerang
Tujuan : Mengembangkan ketrampilan membandingkan ,
Bahan : Mengatur kulit kerang sesuai ukuran, bentuk, dan warna.
Petunjuk :
1. Susunlah 7 kulit kerang yang bervariasi menurut ukuran, bentuk dan
warnanya pada piring kertas.
2. Pastikan ada kerang yang berpasangan (sama) pada tiap piring.
3. Dengan menggunakan spidol, anak memberi tanda pada sekitar tepi
tiap kerang di piringnya.
4. Terakhir tiap anak mewarnai kerang yang telah ditandai dengan kerang
pasangannya yang ada di piring masing-masing.
6. Besar/Kecil
Sasaran : Membuat perbandingan antara binatang yang besar dan yang
kecil
Bahan : Kertas gambar, kerayon
Petunjuk : Beri masing-masing anak sehelai kertas gambar. Peragakan
bagaimana untuk melipat kertas menjadi setengah. Pada salah
PAUD4101/MODUL 9 9.31
7. Tertinggi/Terendah
Sasaran : Mengurutkan para murid dari yang tertinggi sampai yang
terendah
Petunjuk : Diskusikan dengan anak-anak bagaimana orang dilahirkan
dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Salah satu cara
untuk memperbandingkan anak adalah membandingkan tinggi
badan mereka. Tanyakan pada mereka siapa yang mereka
anggap yang tertinggi di antara mereka di kelasnya. Tanyakan
pada mereka siapa yang mereka anggap orang yang
terpendek. Kemudian bandingkan anak-anak yang lain di
antara di tengah-tengah mereka berdua. Harus peka terhadap
perasaan anak-anak apabila ada anak-anak yang merasa tidak
yakin tentang ukuran mereka. Tekankan bahwa semua orang
adalah unik.
9. Permainan Memancing
Tujuan : Memasangkan jumlah dengan lambang bilangan.
Bahan : Magnet, spidol, benang, meteran dengan kayu, mangkok kaca
kecil, bak air, kertas lipat, steples, kertas laminating, gunting,
patrun hiu, dan ikan.
Pemasangan:
1. Ikat benang pada ujung meteran.
2. Letakkan magnet pada ujung benang untuk bisa menangkap ikan.
3. Potong kurang lebih 20 bentuk Hiu dengan kertas lipat.
4. Tuliskan angka dari 1 sampai 10 pada tiap Hiu.
5. Lapisi Hiu dengan menggunakan kertas laminating.
6. Tempel steples di tengah-tengah badan tiap Hiu.
7. Buat ikan-ikan kecil dengan kertas yang berbeda-beda warnanya.
8. Laminating dengan baik.
Petunjuk :
1. Letakkan Hiu di bak air.
2. Pilih satu anak untuk mencoba menangkap Hiu dengan pancingan yang
sudah di buat (magnet itu akan menempel pada staples yang ada di
Hiu).
3. Anak menyebut angka yang telah tertulis pada Hiu yang dia tangkap.
4. Anak meletakkan ikan pada mangkok yang nomornya sama untuk
memberi makan Hiu.
5. Setelah mengembalikan Hiunya ke kolam/ bak, anak boleh memilih
calon pemancing berikutnya.
5. Pada terminal ke-3, isilah wadah dengan benda yang jumlahnya kurang
dari 2 wadah yang lain.
6. Beri tanda tiap wadah pada tiap terminal dengan A, B, atau C.
7. Siswa menggunakan tabel pada halaman selanjutnya untuk menuliskan
apa yang mereka temukan.
terbesar sampai yang terkecil, terlebar sampai tertipis, atau terpendek sampai
terpanjang. Masing-masing anak mengukur kakinya dengan gambar
guntingan menggunakan penggaris. Para siswa akan menuliskan panjang
kaki mereka di belakang guntingan gambar. Perlihatkan gambar guntingan
sepatu dalam urutan sekuensial menurun di ruang masuk sekolah.
Gambar 11.2
LAT IH A N
Agar dapat mengerjakan latihan ini dengan baik, kaji kembali konsep-
konsep tersebut pada Kegiatan Belajar 2 dan cobalah untuk mendiskusikannya
dengan teman sejawat Anda.
9.38 Metode Pengembangan Kognitif
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Berikut ini adalah alat ukur matematika yang bersifat alamiah, kecuali ….
A. langkah kaki
B. jengkalan tangan
PAUD4101/MODUL 9 9.39
C. kepalan tangan
D. gelas ukuran
Tes Formatif 1
1) B. Menghindari ketakutan matematika sejak dini.
2) D. Guru yang pandai matematika.
3) C. Pararelisasi.
4) D. Memberikan waktu kepada anak untuk berpikir.
5) A. Mewarnai.
Tes Formatif 2
1) D. Membangun kreativitas dan imajinasi.
2) A. Menyortir atau pengelompokan.
3) B. Menyortir atau pengelompokan.
4) A. Langkah kaki.
5) D. Seni.
PAUD4101/MODUL 9 9.41
Daftar Pustaka
Barron, M dan Young, Karen Romano. (1995). Ready, Set, Count. New York:
A Skylight Press Book.
PE N DA H UL U AN
A nak adalah ilmuwan alamiah, karena melalui panca indranya anak mampu
mengamati fenomena alam di sekelilingnya. Untuk mendorong hal ini
banyak cara yang dapat dilakukan orang dewasa dalam membantu anak agar
dapat tumbuh menjadi ilmuwan muda yang kreatif dan inovatif.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin canggih saat ini, maka diperlukan berbagai kegiatan yang dapat
dilakukan untuk memahami gejala alam agar memiliki kebermaknaan bagi anak
didik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan sains belum sepenuhnya dapat
dilakukan dan belum sepenuhnya memperoleh dukungan baik dari orang tua
maupun pendidik.
Setelah mempelajari dengan seksama Modul 10 ini, Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan hakikat pengembangan sains;
2. menjelaskan proses penemuan ilmiah pada anak;
3. mengkaji pengaruh permainan sains terhadap kehidupan anak;
4. menjelaskan tahapan usia dalam permainan sains;
5. menjelaskan kegiatan dalam pengembangan sains;
6. menerapkan konsep sains pada kegiatan belajar anak usia dini.
Kegiatan Belajar 1
Pengembangan Sains
dalam Pembelajaran Anak
1. Definisi Sains
Sains yang diartikan sebagai ilmu pengetahuan adalah suatu subjek bahasan
yang berhubungan dengan bidang studi tentang kenyataan atau fakta dan teori-
teori yang mampu menjelaskan tentang fenomena alam.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, yang menjadi pertanyaan adalah
“Bagaimanakah cara seorang Ilmuwan mencari tahu tentang dunia?”. Tentu saja
jawabannya adalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
teknik atau cara yang dilakukan oleh ilmuwan dengan cara mempelajari dan
melakukan eksperimen atau percobaan melalui observasi (pengamatan),
penelitian (penyelidikan) dan eksperimen (percobaan). Observasi dan
Eksperimen perlu dilakukan secara terus-menerus sampai menemukan fakta
atau kenyataan. Melakukan eksperimen dan meningkatkan pertanyaan-
pertanyaan adalah elemen yang merangsang ilmuwan untuk selalu dan tim
melakukan, karena penemuan selalu berada di tiap sudut di sekelilling kita.
Pertanyaan selanjutnya adalah “Bagaimana ilmu pengetahuan mulai
diperkenalkan di sekolah?”. Beberapa tahun yang lalu para ahli pendidikan
mengembangkan nilai “Mari kita cari tahu bersama…” melalui pendekatan
PAUD4101/MODUL 10 10.3
dengan para ahli pendidikan anak. Mereka mengajarkan pada anak usia dini
tentang bagaimana caranya mencari tahu dan bagaimana mencari informasi yang
benar tentang bahan pembuktian terhadap suatu gejala. Dengan perkataan lain,
bagaimana dan apa yang dilakukan oleh ahli ilmu pengetahuan adalah membuat
program-program yang memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
pengamatan. Untuk kasus di Indonesia, guru-guru Taman Kanak-kanak dan
pendidik di Lembaga PAUD lainnya dapat bekerja sama dengan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan instansi sejenis atau juga dengan perguruan
tinggi yang memiliki fakultas yang mengkaji tentang sains.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hakikat pengembangan sains
adalah kegiatan belajar melalui pengamatan, penyelidikan dan percobaan untuk
mencari tahu atau menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada di dunia
sekitar, yang dilakukan dengan menyenangkan dan menarik dilaksanakan
melalui bermain.
dengan memperhatikan apa yang cenderung disukai atau diminati anak pada saat
kegiatan berlangsung. Biarkan anak untuk selalu menjelajahi, menemukan dan
mempelajari sesuatu berdasarkan pada apa yang ia ingin ketahui.
Pada dasarnya guru dan orang tua juga harus menjadi nara sumber untuk
anak, tetapi sekali lagi bukan berarti kita harus tahu semua jawabannya. Pada
kenyataannya, harus lebih banyak memberikan pengertian dan selalu
merangsang mereka dengan bertanya pada anak tentang apa yang mereka
pikirkan. Lebih dari itu, beri tahu mereka apa yang harus mereka ketahui. Jika
mereka datang dengan jawaban yang “salah”, pengalaman akan menuntun
mereka mencari tahu dengan sendirinya, atau dengan mencari tahu bersama-
sama.
Sebenarnya, keterlibatan orang dewasa merupakan modal utama untuk
memotivasi anak yaitu dengan cara menunjukkan rasa ingin tahu dan hasrat
mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Orang dewasa
mempunyai peran besar dalam memotivasi anak menyenangi dan melakukan
eksplorasi sains. Caranya adalah dengan banyak bertanya tentang apa yang
sedang dilakukan anak, selalu mendorongnya untuk bereksplorasi dan sesering
mungkin melakukan percobaan-percobaan sederhana. Suasana yang penuh
kegembiraan biasanya akan menyebabkan anak terus menerus mau melakukan
kegiatan sains
Sikap positif guru dan orang tua melalui berbagai pendekatan akan
memberikan dorongan awal yang kuat pada diri anak untuk kegiatan belajar
selanjutnya.
1. Perkembangan Sosial
Melalui berbagai permainan sains anak mendapat kesempatan untuk saling
berbagi atau bertukar bahan-bahan, alat-alat, ide-ide dan pengamatan-
pengamatan dengan anak-anak yang lain. Pada banyak aktivitas dalam
penjelajahan dan penemuan sains, diperlukan kemampuan kerja sama dengan
orang lain. Pada umumnya, kemampuan anak untuk bekerja sama muncul secara
alamiah ketika mereka terlibat dalam aktivitas kelompok.
2. Perkembangan Emosional
Aktivitas dalam penjelajahan dan penemuan ilmu pengetahuan sangat
berpotensi mengembangkan rasa bangga dan saling menghargai, misalnya pada
saat anak-anak mampu menemukan jawaban ataupun berhasil dalam kegiatan
penjelajahan ilmu pengetahuan yang dilakukannya.
Belajar tentang fenomena alam atau makhluk hidup terkadang dapat terlihat
“menakutkan”, tetapi sebaliknya dapat juga membantu anak-anak mengalahkan
ketakutan mereka sendiri. Misalnya, saat anak belajar tentang terjadinya petir.
Selama ini anak takut mendengar suara petir yang menggelegar karena
menganggap dewa sedang marah, tetapi setelah terlibat langsung dalam
percobaan terjadinya petir bersama gurunya, maka anak tidak lagi menjadi takut.
Melalui penjelajahan sains akan muncul berbagai rasa keheranan dan atau
menambah rasa kegembiraan anak-anak sebagai ungkapan sepenuhnya rasa
keingintahuan mereka.
3. Perkembangan Fisik
Anak kecil yang berusia antara 4-5 tahun mulai mampu menggunakan dan
menggerakkan koordinasi motorik halus mereka. Misalnya ketika anak
bereksplorasi dengan magnet-magnet, mengisi wadah-wadah dengan air dan
pasir, dan atau melakukan gerakan-gerakan lebih kompleks yang merupakan
bagian dari proses percobaan.
4. Perkembangan Kognitif
Melalui aktivitas sains anak akan menggunakan kemampuan kognitifnya
dalam memecahkan masalah, matematika dan bahasa pada saat mereka sedang
mengamati, memprediksi, menyelidiki, menguji, menyatakan jumlah dan
berkomunikasi.
PAUD4101/MODUL 10 10.9
5. Perkembangan Kreativitas
Aktivitas dalam penemuan sains pada dasarnya dapat melatih dan
mendorong daya imajinasi anak. Melalui proses pencarian dan penemuan, anak
akan mencoba-coba atau meneliti dengan menggunakan ide-ide atau cara-cara
baru dengan bahan dan alat yang sederhana. Seperti untuk mencari jawaban:
“Apa yang terjadi jika ….”. Penjelajahan ilmu pengetahuan dapat mengundang
semangat anak untuk melakukan proses kreatif yang apabila dilakukan dengan
penuh kegembiraan, anak dapat menikmatinya sehingga terlibat aktif di
dalamnya.
a. Observasi
Observasi merupakan kunci bagi semua aktivitas ilmu pengetahuan. Anak
dapat menjadi pengamat yang baik jika kita mampu menolong mereka
memanfaatkan kemampuannya. Coba tanyakan apa yang mereka lihat, dengar,
cium, coba dan rasakan! Fokuskan pengamatan dengan mengajak mereka untuk
mengidentifikasi objek yang spesifik. Lalu bantu mereka melihat berbagai
bentuk atau karakteristik dari objek tersebut, seperti ukuran, bentuk, tekstur,
warna dan sebagainya. Ajaklah anak untuk selalu melihat benda-benda lain yang
memiliki bentuk dan karakteristik yang sama. Salah satu keunggulan dari
seorang ilmuwan adalah selalu melihat dan mengamati.
b. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kemampuan yang sangat penting untuk mengerti dan
memahami tentang isi dunia baik tumbuhan maupun teknologi. Anak belajar
mengklasifikasi dengan cara yang mudah, seperti saat mencari persamaan dan
perbedaan. Kebanyakan anak kecil bisa mencocokkan bentuk yang sama dari
suatu objek atau gambar, bahkan mereka hanya dapat mempelajari objek
sederhana yang sama tetapi tidak identik. Contohnya adalah benda dengan
bentuk atau warna yang sama. Ketika anak mulai berpikir, mereka mulai
mengerti bahwa setiap objek memiliki lebih dari satu kategori.
c. Mengukur
Keterampilan mengukur dapat diperoleh anak melalui aktivitas saat mereka
bereksplorasi. Beri kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan mengukur
seperti mengidentifikasi mana yang lebih besar dan lebih kecil, mana yang lebih
panjang dan lebih pendek, mana yang lebih tinggi dan lebih rendah sampai ke
tingkat yang lebih sulit seperti berapa panjang tali ini …?, berapa jauh jarak
antara satu pohon dengan pohon lainnya …? Biasanya semakin bertambah usia
anak, maka akan semakin baik keterampilan mengukurnya.
PAUD4101/MODUL 10 10.13
d. Perkiraan
Perkiraan merupakan kemampuan memprediksi suatu objek berdasarkan
pengalaman yang pernah dialami anak. Dimulai dari kegiatan-kegiatan yang
sederhana seperti “Apa yang dapat terjadi jika saya menyentuh gelembung?”
atau juga membuat dugaan-dugaan seperti “apa yang akan terjadi bila balon
ditiup secara terus menerus ?”. Selanjutnya pada tingkat kemajuan yang lebih
tinggi anak akan dapat memilah-milah objek yang berbeda, misalnya mana yang
lebih cepat terbakar antara benda yang terbuat dari kertas atau dari logam.
e. Eksperimen
Eksperimen merupakan keterampilan yang banyak dihubungkan dengan
sains (ilmu pengetahuan). Eksperimen dilakukan melalui berbagai percobaan
yang dilakukan anak bersama guru dan pada akhirnya anak dapat melakukannya
secara mandiri tanpa diperintahkan oleh guru. Kegiatan eksperimen dapat
dilakukan dengan dan atau tanpa alat khusus. Sebagai contoh eksperimen yang
dilakukan dengan alat bantu adalah kegiatan mencampur warna; sedangkan yang
dilakukan tanpa alat khusus seperti kegiatan menyentuhkan tangan ke benda
dingin seperti es.
f. Komunikasi
Komunikasi merupakan kemampuan menggunakan kata-kata untuk
menggambarkan, menerangkan atau menyimpulkan hasil diskusi tentang
aktivitas sains yang telah mereka lakukan. Perkenalkan berbagai kosakata sains
yang sesuai untuk mengungkapkan pengalaman mereka. Untuk kepentingan
tersebut ajaklah anak untuk selalu mengingat atau merekam (dengan bantuan
kaset audio) tentang apa yang telah diamatinya. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan cara melakukan demonstrasi di hadapan teman-temannya ataupun
mengadakan pameran hasil karya anak.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
2) Proses atau cara yang dilakukan oleh ilmuwan dengan cara mempelajari
dan melakukan percobaan disebut dengan metode ….
A. alamiah
B. ilmiah
C. deduktif
D. induktif
3) Berikut ini adalah sikap yang harus dibangun oleh guru dalam
membelajarkan konsep sains kepada anak, kecuali….
A. adanya keterbukaan
B. langsung dari guru
PAUD4101/MODUL 10 10.17
C. spontanitas
D. otoriter
4) Kegiatan yang dilakukan anak saat ia mencampurkan warna merah dan biru
sehingga menjadi warna ungu adalah penerapan dari keterampilan ….
A. eksperimen
B. ekspedisi
C. klasifikasi
D. mengukur
Kegiatan Belajar 2
Bermain Sains
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar sains pada anak sangat
tergantung pada pengalaman, usia dan tingkat perkembangannya. Untuk itu
perhatikan beberapa indikator berdasarkan kelompok atau usia seperti di bawah
ini.
1. Usia 3 - 4 tahun
a. Mulai menjelajah dan melakukan penelitian terhadap apa yang ia lihat di
sekitarnya.
b. Lebih menyukai aktivitas fisik dan penjelajahan melalui pancaindra.
Bagaimanapun mereka sudah mulai mampu menerima informasi yang
berhubungan langsung dengan pengalaman yang diperoleh melalui
percakapan atau buku-buku dengan tulisan sederhana.
c. Mulai menyukai ilmu pengetahuan dan mau bekerja sama dengan orang
dewasa.
d. Banyak bertanya tentang apapun tetapi tidak pernah puas dengan jawaban
yang diberikan. Mereka mulai menghubungkan atau mempertanyakan
tentang hubungan sebab akibat dengan pertanyaan mengapa begini,
mengapa begitu atau bagaimana terjadinya siang dan malam.
e. Mulai berkembangnya kemampuan berbahasa. Mereka mulai mau
berhubungan dan melakukan diskusi, tetapi masih sulit dalam pengucapan
kata-kata. Mereka memerlukan orang dewasa untuk selalu mendengarkan
dan “mengerti” apa yang mereka ucapkan.
f. Belajar jadi lebih mudah karena mereka sudah mulai mengerti aktivitas
yang akan dia kerjakan dan mulai percaya pada guru, orang tua atau
pengasuhnya.
2. Usia 4 - 5 tahun
a. Mulai mengerti tentang banyak hal seperti informasi yang berhubungan
dengan kejadian di dunia sekitarnya. Mereka acap kali bermain pura-pura
serta masih sulit membedakan antara fakta dan fantasi.
PAUD4101/MODUL 10 10.19
3. Usia 5 - 6 tahun
a. Anak mampu merencanakan penelitian yang berhubungan dengan
pemecahan masalah, seperti ketika mencari jawaban bagaimana cara hewan
berkembang biak.
b. Dapat mengikuti tiga tahap tujuan dan menikmati beberapa penelitian
langsung dari guru.
c. Memiliki perhatian yang intens untuk berbagai aktivitas sains, mereka
mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu
beberapa hari. Misalnya saat anak mengamati dan mengukur panjang
batang tumbuhan dari hari pertama, kedua, ketiga dan setelah lewat dari
seminggu.
d. Bekerja sama dengan lima atau enam anak. Mampu mengikuti aturan-
aturan yang ditetapkan dalam kelompok dan mau mendengar ide yang
diucapkan oleh anggota kelompok lainnya.
10.20 Metode Pengembangan Kognitif
Membuat jet
Lomba manik-manik
Besar/Kecil
empat benang lebih pendek dari lebar papan. Steple benang pada
papan buletin seperti ditunjukkan di bawah ini. Gunakan pola-
pola di bawah ini dan, gunting pola bentuk-bentuk kepingan
pada kertas konstruksi. Laminating bentuk-bentuk itu dan
tempelkan sepotong velcro di belakang setiap kepingan. Beri
judul papan buletin “silakan membuat pola”. Tempelkan bentuk-
bentuk pada pola sepanjang tali-tali yang ada. Biarkan anak-anak
mengatur polanya sendiri. Lakukan perubahan sesering yang
dikehendaki.
Gelembung Kesenangan
Sihir Magnet
Prosedur :
- beri anak masing-masing suatu magnet lingkar kecil.
Sudahkah anak-anak membuat magnet mereka menjadi suatu
makhluk kreatif.
- sediakan materi tersebut di atas untuk menciptakan makhluk
ciptaan mereka.
- ceritakan kepada anak-anak itu dan tunjukkan bagaimana
mereka dapat membuat gerakan secara magis. Ketika
mereka sudah selesai, bentuklah suatu kelompok dan pilih
dua anak untuk memegang dengan ketat potongan poster.
- suruh seorang anak untuk pindah dengan menempatkan
makhluk di atas poster dan memegang magnet ladam di
bawah poster.
- sudahkah anak menyeret magnet itu sepanjang alas/pantat
poster. Ketika magnet sudah menarik, anak dapat
menggerakkan makhluk di sekitar poster secara magis.
Menanam pohon
Taman Batu
bebatuan.
Prosedur :
- Pertama, bawa anak-anak berjalan kaki untuk
mengumpulkan batu-batu karang yang menarik dan
beraneka macam warna, bentuk dan tekstur yang menarik.
Ingatkan mereka untuk mengambil batu-batu yang kecil.
Sudahkah masing-masing nak mengisi kantong cokelat
1
mereka dengan batu-batuan.
4
- Sekembali di sekolah, minta anak-anak menyusun batu-
batuan mereka secara bagus. Diskusikan pola
penyusunannya, bentuk geometris, tumpukan atau manapun
pola yang tidak beraturan.
- Minta anak-anak menempatkan batu karang mereka ke
dalam kotak plastik transparan. Minta mereka
menambahkan air ke dalam kotak. Kecantikan batu alami
akan bertambah.
- Minta anak-anak menguji batu dengan menggunakan kaca
pembesar. Matikan semua cahaya/lampu dan sorot setiap
taman anak-anak dengan senter. Ini akan membuat efek
yang menarik.
Seni Geologi
Prosedur :
- Sediakan masing-masing anak dengan suatu cangkir
plastik dan penutup. Jelaskan bahwa mereka sedang
melakukan suatu ekspedisi untuk mencari berbagai bahan
yang berhubungan dengan geologi untuk diletakkan di
dalam cangkir.
- Ingatkan bahan-bahan yang sudah terdapat di atas untuk
selalu dipikirkan oleh murid. Pada perjalanan kaki di
alam, minta anak-anak mengisi cangkir mereka dengan
lapisan-lapisan dari lahan yang berbeda, batu karang,
tongkat, daun-daun. Diskusikan apa yang terjadi pada
bahan di bagian lapisan atas.
- Jelaskan bahwa lapisan-lapisan itu adalah contoh dari
lapisan/permukaan bumi. Campuran warna dan lapisan
menciptakan sesuatu yang sangat memuaskan untuk
dipajang. Tempatkan cangkir itu]di sekitar ruangan dan
nikmati sebagai kecantikan aesthetic.
Terrarium Dunia
Eksperimen Matahari
Tujuan : Untuk membuktikan kalori yang diserap oleh warna gelap dari
matahari dan warna putih bersifat memantulkan kalori
10.30 Metode Pengembangan Kognitif
tersebut.
Media : Sebuah T-Shirt gelap, sebuah T-Shirt putih, satu lembar kertas
berkonstruksi putih, lem isolasi.
Prosedur :
1. Di saat hari yang cerah dan panas, tempelkan satu lembar
kertas hitam dan satu lembar kertas putih pada sisi
jalan/trotoar. Biarkan lembar-lembar tersebut diterpa sinar
matahari untuk sedikitnya satu jam.
2. Perintahkan anak-anak untuk merasakan kedua lembaran
tersebut. Tanyakan kepada mereka mengapa mereka
merasakan lembaran yang hitam lebih hangat dibanding
lembaran yang putih.
3. Jelaskan, bahwa bahan yang berwarna gelap itu dapat
menyerap energi panas dari matahari, sedangkan bahan
yang berwarna terang tidak menyerap energi panas
matahari/bersifat memantulkan.
4. Lakukan percobaan lagi tetapi kali ini dengan
membandingkan T-Shirt (kaos) putih dan kaos hitam.
Tanyakanlah pada anak-anak pakaian jenis apakah yang
cocok untuk dipakai pada saat musim panas dan mengapa
mereka membuat pilihan tersebut.
5. Tanyakan tentang tempat lain di mana kamu (anak-anak)
memilih mengenai mana terang atau gelap oleh adanya
karena proses penyerapan kalori sinar matahari (seperti
permukaan tempat duduk kereta api atau mobil, padang
pasir, handuk, pantai dan lain-lain).
AIR
Tujuan :
1. Membedakan air kotor dan air bersih
2. Mengamati benda-benda lain yang ada dalam air
3. Berhati-hati jika ingin meminum sesuatu
PAUD4101/MODUL 10 10.31
Media :
1. Gelas bening
2. Air got, air kran, air matang, air yang sudah diendapkan
selama 2 minggu
3. Kaca pembesar, piring ceper kecil dan sendok makan
Prosedur :
1. Guru mempersiapkan dua jenis air (air kotor dan air
bersih).
2. Anak mengamati air yang ada di sekelilingnya.
3. Guru menjelaskan air yang ada di sekeliling dunia anak.
4. Guru mengarahkan anak-anak untuk mencari air yang
sudah ditunjukkan guru, misalnya air got, air kran, air
matang, air dari bak terbuka yang sudah lama.
5. Anak memberi tanda masing-masing pada air yang kotor
dan air yang bersih.
6. Anak mengamati apa yang terjadi pada air dalam gelas
secara langsung melalui penglihatan dan penciuman
(berbau dan tidak berbau).
7. Anak menuangkan air ke dalam piring ceper, dan dengan
kaca pembesar mengamati apa yang terjadi.
Tujuan :
1. Menebak benda-benda yang meresap dan tidak meresap
air.
2. Memberikan keterangan/informasi tentang benda-benda
yang meresap.
3. Menjawab pertanyaan apa, mengapa, bagaimana suatu
benda dapat meresap atau tidak meresap
Media :
1. Kapas, kertas, kain, plastik, daun talas, dan daun pisang
2. Air dengan wadahnya
10.32 Metode Pengembangan Kognitif
Prosedur :
1. Guru mengadakan tanya jawab dengan anak tentang
alat dan bahan yang dibawa. Mana yang dapat meresap
dan mana yang tidak dapat meresap.
2. Anak mengelompokkan benda-benda yang diperkirakan
dapat meresap dan tidak meresap.
3. Anak-anak mencoba mencelupkan satu persatu bahan
ke dalam air dan mengelompokkannya.
4. Anak membandingkan hasil perkiraan dan hasil
percobaan.
5. Anak menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan hasil
pengamatan.
Tujuan :
1 Memiliki keterampilan observasi, membandingkan,
mengukur untuk memperkirakan volume air.
2. Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan suatu
benda.
3. Mengenal ukuran panjang, berat, dan isi suatu benda.
4. Membilang dengan benda-benda.
5. Memelihara lingkungan
Media :
1. Tempat dengan berbagai ukuran dan bentuk
2. Karton besar dan spidol
3. Gelas kecil dan gelas ukur
4. Air dalam wadah besar
Prosedur :
1. Guru menyediakan air di tempat yang besar dan bahan-
bahan lain yang dibutuhkan. Kegiatan ini dilakukan di
halaman/di luar ruang kelas.
2. Anak keluar ke halaman sekolah.
3. Anak menceritakan pengetahuannya tentang air.
4. Anak diminta mengambil tempat yang tersedia
PAUD4101/MODUL 10 10.33
Tujuan:
1. Menyebutkan macam-macam benda cair
2. Mengamati percampuran benda-benda cair
3. Mengetahui ada beberapa cairan yang tidak dapat
tercampur
Media:
1. Minyak goreng
2. Minyak tanah
3. Sirup
4. Air
5. 6 gelas bening
Prosedur:
1. Guru beranya pada anak apa yang terjadi kalau susu/air
dicampur dengan sirup.
2. Anak membentuk kelompok dan melakukan percobaan
mencampurkan dua benda cair dalam wadah yang
10.34 Metode Pengembangan Kognitif
bening:
a. air dicampur sirup
b. air dicampur minyak goreng
c. air dicampur minyak goreng
d. air dicampur minyak tanah
e. minyak goreng dengan minyak tanah
f. minyak goreng dengan sirup
3. Anak menyimpulkan bahwa ada benda cair yang dapat
dicampur dan ada yang tidak dapat dicampur.
4. Kemudian mereka mencampur tiga benda cair yaitu
sirup, minyak goreng dan minyak tanah atau variasi dari
ketiga benda cair lain.
5. Anak-anak mencoba dan mengamati apa yang terjadi
pada ketiga cairan tersebut.
6. Anak mencoba menyimpulkan mengapa benda cair
diurutkan seperti di atas.
Tujuan:
1. Mengetahui terjadinya hujan
2. Berbicara lancar tentang hujan
3. Mengetahui bahwa air jika dipanaskan akan menguap
Media :
1. Panci dan tutup transparan
2. Air
3. Kompor
4. Cerita tentang hujan
Prosedur :
1. Guru menceritakan tentang “Titik-Titik Air”.
2. Anak mengamati proses terjadinya hujan
a. Panci yang berisi air ditutup dan dipanaskan di
atas kompor (guru sambil bercerita bahwa air di
panci diibaratkan air sungai, api kompor
diibaratkan matahari)
PAUD4101/MODUL 10 10.35
AKU
Tujuan:
1. Membandingkan tinggi tubuh di antara anak lainnya
2 Mengenal konsep sama, lebih/paling tinggi dan lebih
pendek, tertinggi/terpendek
3. Menggunakan kata ganti aku atau saya
4. Berbicara lancar dengan kalimat sederhana
5. Menggunakan motorik halus
Media:
1. Spidol/krayon
2. Koran bekas
Prosedur :
1. Anak bercakap-cakap tentang ciri-ciri tubuh yang
dimiliki oleh masing-masing anak.
2. Anak menunjukkan dan menyebutkan siapa yang
paling tinggi dan paling pendek yang ada di
kelompok mereka.
3. Hasil pengukuran ditandai guru dengan nama anak.
4. Anak mendiskusikan hasil pengukuran. Siapa yang
paling pendek/terpendek? Siapa yang tertinggi/lebih
10.36 Metode Pengembangan Kognitif
CAHAYA
Media :
1. lilin
2. korek api
3. lampu senter, lampu ruangan atau lampu meja
Prosedur:
1. Anak-anak duduk bersama-sama di atas tikar.
Sebelum menyalakan lampu, guru bertanya apa yang
terjadi kalau tekan tombol.
2. Kemudian guru menyalakan lampu.
3. Anak-anak melihat guru menyalakan lilin, sambil
menunjukkan korek apinya yang sudah digosokkan,
sehingga menyala. Anak-anak diminta menyebut
perbedaan di antara menyala lampu dan menyala lilin.
4. Guru bertanya, apakah anak tahu bahaya bermain-
main dengan korek api.
5. Anak berdiskusi tentang bahayanya.
6. Di sini guru memberi pengarahan, bahwa mereka
sebaiknya jangan menyalakan korek api sendiri.
7. Guru menyalakan lampu senter. Apa yang terjadi ?
8. Lalu guru mengambil baterainya dari dalam lampu
senter, waktu ditekan tombolnya, ternyata lampu
tidak menyala. Mengapa ? Anak-anak bercerita apa
yang mereka simpulkan.
PAUD4101/MODUL 10 10.37
GEJALA ALAM
Banjir
Tujuan:
1. Menemukan sebab-sebab terjadinya banjir
2. Menceritakan kejadian di sekitarnya secara sederhana
3. Mengenal sebab akibat
4. Bereksplorasi dengan tanah dan air
5. Mengerti bahwa sebagian besar banjir berdasarkan
perubahan lingkungan oleh manusia
Media:
1. Tanah
2. Tanaman rumput
3. Air
4. Alat penyiram air
Prosedur :
1. Anak menyampaikan pengalaman dan
pengetahuannya tentang banjir.
2. Guru mendata pendapat/alasan anak tentang penyebab
banjir dengan menggunakan gambar.
3. Anak berkelompok di luar kelas (3 – 5 anak) untuk
membuat bukit dari tanah.
4. Guru mengambil tanah yang sudah ada tanaman dan
tanah yang tidak ada tanamannya.
5. Pada masing-masing kelompok anak mencoba
menyiramkan air dari alat penyiram air secara
perlahan.
10.38 Metode Pengembangan Kognitif
Kalender Cuaca
Tujuan :
1. Mengetahui perbedaan cuaca
2. Membandingkan cuaca tiap hari dalam seminggu atau
lebih lama
3. Mengetahui apa termometer
Media :
1. Sehelai kertas yang cukup besar untuk tabel dengan
hari, jam, dan suhu
Prosedur:
1. Setelah jam pelajaran guru menyiapkan sehelai kertas
dengan kalender yang besar.
2. Anak-anak mengamati gambar tabel yang digantung
di dinding kelas. Mereka memberi terkaan apa itu,
dan berusaha membacanya.
3. Guru mengarahkan anak-anak. Untuk apa tabel itu,
dengan bertanya bagaimana tampaknya di luar kelas
hari ini (misalnya: terang, matahari bersinar atau:
gelap, mau hujan) ?
4. Anak-anak menggambar pada kertas kecil (ukuran 5
x 5 cm), misalnya: hujan rintik-rintik, atau hujan
deras, berawan, matahari bersinar atau matahari
bersembunyi di balik awan.
5. Gambar tersebut dimasukkan ke dalam satu kotak.
6. Tiap hari satu kelompok melekatkan gambar yang
menunjukkan cuaca yang benar hari itu, pada kolom
di tabel pada tempat yang benar.
7. Sebagai tambahan pada Taman Kanak-kanak yang
mempunyai termometer dapat juga mengukur suhu di
dalam kelas dan di luar kelas tiap hari pada jam 08.00
dan 11.00 dan tiap kelompok atau tiap anak
menuliskannya pada tempat yang benar di tabel.
PAUD4101/MODUL 10 10.39
Media :
1. Air
2. Semprotan air
3. Cermin
4. Kaca
Prosedur :
1. Anak berbicara tentang pelangi yang mereka lihat
(mungkin mereka sudah sadar di mana posisinya
terhadap pelangi).
2. Mereka menerka bagaimana pelangi itu terjadi.
3. Anak membentuk kelompok (3 – 5 anak) dan keluar
ke halaman sekolah (hanya kalau matahari bersinar)
4. Anak menyemprot air di bawah panas matahari.
5. Anak mengamati pelangi di dalam butiran air.
6. Kemudian anak mencoba membuat pelangi dengan
menggunakan bahan yang lain, seperti cermin, kaca,
gelas dan semua berkaitan dengan air. Kalau ada
hasil, semua anak boleh mencoba.
7. Guru bersama anak bernyanyi lagu pelangi.
10.40 Metode Pengembangan Kognitif
MATAHARI
Media :
1. 3 (atau lebih) gelas bening
2. Kertas bungkus warna hitam, warna putih, dan warna
yang lain.
3. Air
Prosedur :
1. Anak ditanya apa yang terjadi kalau wadah berisi air
diletakkan di bawah sinar matahari.
2. Kemudian mereka menyiapkan beberapa gelas bening
(minimum 3 buah gelas) berisi air
3. Kemudian gelas dibungkus dengan kertas berwarna:
kertas putih dan kertas hitam dan beberapa warna
lainnya.
4. Gelas tersebut diletakkan di bawah sinar matahari
selama kurang lebih satu jam.
5. Setelah satu jam, anak membuka bungkusan kertas
dan mencoba dengan mencelupkan jari mereka di
dalam gelas dengan warna apa yang paling panas dan
paling dingin.
6. Mereka mencoba menyimpulkan apa yang terjadi.
7. Mungkin guru dapat menjelaskan fenomena yang
terjadi secara sederhana.
TANAMAN
Media :
1. Kertas gambar A4
2. Krayon/spidol/cat warna
3. Isolasi
4. Gunting
5. Kantung plastik
Prosedur:
1. Anak berjalan-jalan ke taman sekolah atau kebun di
sekitar.
2. Anak bercakap-cakap bersama mengenai isi kebun.
3. Anak mengumpulkan daun-daunan yang dimasukkan
ke dalam plastik sambil bernyanyi lagu kebunku.
4. Anak membawanya ke dalam kelas untuk
dikelompokkan berdasarkan bentuk.
5. Anak menempelkan daun di kertas gambar
berdasarkan kelompok bentuk yang sama.
6. Anak mencap berbagai bentuk daun dengan cat air
warna yang telah disediakan guru.
7. Anak dapat pula menjiplak berbagai bentuk daun di
kertas gambar lalu diwarnai.
8. Kegiatan penenangan dapat dilakukan dengan
mengajak anak menari mengikuti gerakan daun
ditiup angin dengan diiringi lagu.
10.42 Metode Pengembangan Kognitif
Media :
1. Kembang sedap malam
2. Vas bunga
3. Pewarna makanan
4. Air
Prosedur :
1. Anak-anak membentuk kelompok kerja, masing-
masing kelompok, mendapat dua tangkai kembang
sedap malam berwarna putih.
2. Anak-anak bersama guru bercakap-cakap mengenai
bagian-bagian tanaman (akar, batang dan bunga),
termasuk mengamati penampang/bagian dalam
batang dengan cara membelah tangkai tersebut.
3. Anak-anak mengisi air dalam gelas/vas bening
dengan diberi zat pewarna. Air dalam vas menjadi
berwarna sesuai dengan warna yang diberikan.
4. Tangkai bunga tersebut diletakkan di dalam vas kira-
kira dalam waktu 60 menit.
5. Anak-anak mengamati perubahan yang terjadi pada
bunga yang sebelumnya berwarna putih menjadi
berwarna sesuai dengan warna cairan dalam vas.
6. Anak-anak bercakap-cakap tentang mengapa warna
bunga berubah.
PAUD4101/MODUL 10 10.43
UDARA
Mencari Angin
Tujuan:
1. Menemukan angin dengan keterampilan berbahasa,
observasi, dan berpikir kreatif
2. Mengenal kata yang menunjukkan posisi seperti di
dalam, di luar, di bawah, di atas dan pertanyaan yang
sesuai
3. Menciptakan sesuatu dengan menggunakan gunting
4. Menciptakan gerakan-gerakan untuk menggambar-
kan sesuatu tanpa bercakap-cakap
Media :
1. Pita dari kain
2. Kertas krep
3. Tape recorder
4. Gunting
5. Kaset instrumental
Prosedur :
1. Anak bercakap-cakap tentang angin sesuai
pengalamannya masing-masing, misalnya:
a. Dapatkah kamu melihat angin?
b. Bagaimana kamu tahu kalau angin bertiup?
c. Di mana kita biasa menemukan banyak angin?
2. Anak bersama-sama guru menggunting pita atau
menggunting kertas krep menjadi sebuah pita.
3. Setelah menjadi pita, guru mengajak anak ke kebun
sekolah dan anak-anak diminta untuk mengikatnya di
ranting pohon yang ada di kebun.
4. Setiap anak diberi pita dari kertas krep, suruh anak
mencoba dan melihat dari mana datangnya angin.
Caranya biarkan anak menemukan sendiri. Ada anak
10.44 Metode Pengembangan Kognitif
LAT IH A N
Untuk dapat memantapkan latihan Anda, cobalah amati apa yang terjadi
selama kegiatan latihan yang Anda rancang, kemudian bandingkan dengan
materi yang ada pada Kegiatan Belajar 2.
PAUD4101/MODUL 10 10.45
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
1) Pada tahapan usia … tahun, anak akan mulai melakukan aktivitas fisik dan
penjelajahan melalui pancaindra.
A. 4 – 5 tahun
B. 3 – 4 tahun
C. 5 – 6 tahun
D. 2 – 3 tahun
Tes Formatif 1
1) A. Ilmuwan ilmiah.
2) B. Ilmiah.
3) D. Otoriter.
4) A. Eksperimen.
5) D. Mengomunikasikan.
Tes Formatif 2
1) B. 3 – 4 tahun.
2) A. 4 – 5 tahun.
3) C. Penyelidikan.
4) D. 2 – 3 tahun.
5) B. Gambar.
10.48 Metode Pengembangan Kognitif
Daftar Pustaka
Docket, Sue dan Marlyn Fleer (2004). Play and Pedagogy in Early Childhood –
Bending the Rules. Sidney: Harcourt.
PE N DA H UL U AN
kreatif, agar dapat “survive” atau bertahan diri dan tidak kalah dalam
persaingan. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas sejak usia dini, tinjauan
dan penelitian-penelitian tentang proses kreativitas, kondisinya serta cara-cara
yang dapat memupuk, merangsang dan mengembangkannya menjadi sangat
penting untuk diketahui dan dipelajari.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) baik di TK, Kelompok Bermain, Pos PAUD dan lainnya,
diselenggarakan dengan memberikan fasilitas belajar yang sesuai dengan tingkat
berpikir anak. Proses belajar pada Lembaga PAUD ditekankan pada
pengembangan proses berpikir dan proses berkreasi disesuaikan dengan tingkat
kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Salah satu proses yang penting
dikembangkan pada PAUD adalah pengembangan kreativitas.
Setelah menyelesaikan modul ini Anda diharapkan mampu memahami
pengembangan kreativitas pada anak usia dini dalam sebuah kegiatan belajar
mengajar di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.
Setelah mempelajari dengan seksama modul 11 ini, Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan konsep dasar kreativitas;
2. menjelaskan tentang pengembangan kreativitas dalam kegiatan belajar
melalui bermain;
3. memahami kaitan antara keberbakatan, intelegensi dan kreativitas;
4. menganalisis pemicu dan pemacu kreativitas guru dan anak.
Kegiatan Belajar 1
S epanjang rentang kehidupan manusia, sejak dahulu kala hingga saat ini,
kreativitas dalam semua aspek kehidupan tetaplah dibutuhkan. Hanya
orang-orang yang kreatiflah yang mampu menaklukkan dunia dengan berbagai
peradabannya. Para ahli meyakini bahwa kreativitas adalah suatu karunia dari
Yang Maha Pencipta pada makhluk berakal yang namanya manusia. Berbagai
ide kreatif akan muncul manakala manusia mulai menggunakan akal budinya
untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan hasrat dalam hidupnya; Sehingga
manusia yang kreatif tidak pernah berhenti berpikir dan berpikir, selalu ada saja
ide-ide yang lahir dari benaknya setiap kali mereka melihat, mendengar atau
merasakan suatu yang mereka alami.
Kreativitas dalam berbagai bentuk selalu akan dibutuhkan untuk
menjadikan hidup ini menjadi lebih baik. Hasrat manusialah menyebabkan
proses kreatif seolah tidak pernah berhenti. Hal ini sejalan dengan teori
hedonisme yang beranggapan bahwa tujuan hidup manusia di dunia ini adalah
untuk mencari kesenangan, sesungguhnya tidak ada manusia yang ingin
hidupnya susah. Dengan berbagai cara setiap orang selalu ingin mencari jalan
keluar dari problema yang dihadapi, mulai dari pemenuhan kebutuhan
biologisnya, mewujudkan rasa aman, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang
lain sampai dengan kebutuhan akan harga diri dan akhirnya ingin mencapai
suatu hierarki tertinggi yaitu aktualisasi diri. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, manusia perlu memikirkan berbagai cara (berpikir divergen) dan
mencari berbagai alternatif untuk memecahkan problema yang dihadapi. Atau
dengan perkataan lain, kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan hidup dan melanjutkan kehidupannya.
A. PENGERTIAN KREATIVITAS
bahwa kreativitas adalah cara berpikir dan bertindak atau menciptakan sesuatu
yang original dan bernilai/berguna bagi orang tersebut dan orang lain;
(3) Angelou (2006) berpendapat bahwa kreativitas ditandai dengan adanya
kemampuan untuk menciptakan, mengadakan, menemukan suatu bentuk baru
dan atau untuk menghasilkan sesuatu melalui keterampilan imajinatif;
(4) Munandar (2004) mengutip pendapat Gallagher menyatakan bahwa
kreativitas berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, yang belum ada sebelumnya; dan Moustakas menyatakan bahwa
kreativitas berhubungan dengan pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain.
Selanjutnya Semiawan dalam Munandar (2004) berpendapat bahwa
kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru
dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Secara umum karakteristik dari
suatu bentuk kreativitas tampak dalam proses berpikir saat seseorang
memecahkan masalah yang berhubungan dengan:
1. kelancaran (fluency), berupa kemampuan dalam memberikan jawaban dan
atau mengemukakan pendapat atau ide-ide;
2. kelenturan (flexibility,) berupa kemampuan untuk mengemukakan berbagai
alternatif dalam memecahkan masalah;
3. keaslian (originality), berupa kemampuan untuk menghasilkan berbagai
ide atau hasil karya yang bersifat asli atau original hasil pemikiran sendiri;
4. memperinci (elaborasi), berupa kemampuan untuk memperluas ide dan
aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat oleh orang lain.
Selain itu, kreativitas memiliki ciri-ciri non aptitude seperti rasa ingin tahu,
senang mengajukan pertanyaan, bersifat imajinatif, merasa tertantang dengan
kemajemukan, berani mengambil risiko, sikap menghargai, percaya diri, terbuka
dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Pernyataan ini didukung
oleh pendapat Munandar (2004) menyatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi dan
unsur-unsur yang ada. Kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengelaborasi suatu gagasan yang meliputi kemampuan mengembangkan,
memperkaya dan memperinci. Selanjutnya kreativitas juga berhubungan dengan
proses berpikir yang dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini kemampuan
berpikir menyebar (divergent thinking) dan bukan berpikir yang menyempit
PAUD4101/MODUL 11 11.5
B. INDIKATOR KREATIF
Maslow dan Roger dalam Kitano dan Kirby (1992) menjelaskan bahwa
kreativitas sebagai salah satu aspek kepribadian sangat berkaitan dengan
aktualisasi diri. Selanjutnya pendapat Maslow yang dikutip oleh Semiawan
(2006) menyatakan bahwa orang yang mampu mengaktualisasikan diri adalah
orang yang kreatif, orang yang sangat peduli (lebih banyak) terhadap proses
daripada klimaks keberhasilan dan kebanggaan terhadap sukses tersebut. Titik
puncak penghayatan pengalaman (peak-experience) terkait dengan kemampuan
mengintegrasikan diri dengan apa yang dihayatinya (a oneness where there was
a twoness … a detachment from time and places).
Berhubungan dengan aktualisasi diri sebagai suatu bentuk perwujudan
kreativitas, Catron dan Allen (1999) menjelaskan 12 (dua belas) indikator kreatif
pada anak usia dini, yaitu:
1. anak berkeinginan untuk mengambil risiko berperilaku berbeda dan
mencoba hal-hal yang baru dan sulit;
2. anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian;
3. anak berpendirian tegas/tetap, terang-terangan, berkeinginan untuk bicara
secara terbuka dan bebas;
4. anak adalah nonkonfermis, yaitu melakukan hal-hal dengan caranya sendiri;
5. anak mengekspresikan imajinasi secara verbal, contoh, membuat kata-kata
lucu atau cerita fantastis;
6. anak tertarik pada berbagai hal, memiliki rasa ingin tahu dan senang
bertanya;
PAUD4101/MODUL 11 11.7
LAT IH A N
Agar dapat mengerjakan latihan ini dengan baik, kaji kembali konsep-
konsep tersebut pada Kegiatan Belajar 1 dan cobalah untuk mendiskusikannya
dengan teman sejawat Anda.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Fase persiapan, fase pematangan , fase iluminasi, dan fase verifikasi, fase-
fase tersebut dinamakan fase proses untuk memecahkan masalah, yang
disebut fase berpikir .…
A. konkret
B. imitasi
C. kreatif
D. imajinasi
10) Contoh kegiatan kreatif yang berkaitan dengan ciri kelancaran dalam
bidang bahasa, yaitu …
A. membuat kata-kata lucu dan fantastis
B. melukis
C. mencari jejak
D. menyusun puzzle
11.12 Metode Pengembangan Kognitif
Kegiatan Belajar 2
A nak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi sebagai anak yang mampu
mencapai prestasi tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan
unggul. Anak berbakat merupakan individu yang memiliki kemampuan superior
di dalam suatu bidang yang dinilai oleh masyarakat. Salah satu kemampuan dari
anak berbakat adalah kemampuan berpikir kreatif produktif. Clark muncul
dengan suatu konsep kreativitas sebagai ekspresi tertinggi dari keberbakatan dan
yang bersifat terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia
(Semiawan, 2008).
Keberbakatan mempunyai hubungan langsung dengan intelegensi.
Intelegensi merupakan kemampuan mental, pikiran atau intelektual manusia.
Intelegensi sebagai bagian dari proses-proses kognitif pada urutan yang lebih
tinggi. Intelegensi dapat dikembangkan walaupun pada prinsipnya faktor
keturunan mempunyai potensi yang besar. Potensi keberbakatan dapat menjadi
sia-sia bila tidak diidentifikasikannya potensi tersebut sebagai keberbakatan
yang perlu ditumbuhkembangkan. Kemubaziran potensi yang ada pada manusia
berbakat ini berarti sumbangan, tenaga dan pikiran mereka yang mungkin akan
membawa berbagai pembaruan dalam bidang ilmu ataupun perubahan ke arah
perbaikan berbagai kehidupan masyarakat pada umumnya tak pernah
terealisasikan. Bukan saja bagi bangsanya, mereka anak berbakat sendiri
mungkin akan menderita, bahkan akan timbul hal-hal yang kurang sehat dari
ketidakterwujudan potensi yang dimiliki. Fakta menunjukkan beberapa di antara
mereka telah menjadi anak nakal, mencari pelarian ke obat terlarang dan
perilaku menyimpang yang lain (Semiawan, 2008).
Program-program khusus untuk anak berbakat harus ada karena: (1) konsep
kesempatan yang sama berlaku untuk anak berbakat sebagaimana berlaku pada
anak yang lemah dalam pendidikan; (2) anak berbakat membutuhkan dukungan
lebih dan seringkali gagal dalam mencapai potensi bila dia melakukannya
sendiri tanpa dukungan orang lain; (3) anak berbakat mendapatkan keuntungan
dari layanan-layanan khusus; (4) apabila dilayani dengan baik, anak berbakat
dapat memberikan keuntungan pada umat manusia; kegagalan untuk memenuhi
kebutuhan mereka dapat mengakibatkan kehilangan besar tidak hanya untuk
11.14 Metode Pengembangan Kognitif
A. KEBERBAKATAN
pada skor IQ tinggi dan diasosiasikan hanya dengan golongan masyarakat putih,
kota, kelas menengah dan atas.
Pada awal tahun 1950-an Guilford, seorang psikolog yang diakui karena
karyanya dalam bidang menganalisis dan mengkategorikan proses mental,
menantang bidang ini untuk melihat melampaui konsep-konsep tradisional
tentang inteligensi dan untuk melihat skor IQ sebagai sampel kecil dari
kemampuan-kemampuan mental Guilford (Heward dan Orlansky 2008). Sejak
saat itu konsep keberbakatan telah berkembang dalam berbagai arah yang
melibatkan banyak bentuk dari aktivitas intelektual.
Pada tahun 1960-an perhatian beralih pada kreativitas dan alternatif-
alternatif lain dari skor IQ tradisional untuk identifikasi anak berbakat. Beberapa
usaha dimulai untuk mengidentifikasi dan mengembangkan bakat antara
bermacam-macam budaya; gerakan ini terus berkembang selama tahun-tahun
berikutnya. Selama tahun 1970-an keberbakatan pada wanita dan murid-murid
cacat lebih diakui (Frierson, Torrance, Fox, Maker dalam Heward dan Orlansky
2008).
Definisi sekarang telah berkembang dari kesadaran bahwa IQ saja tidak
mendefinisikan semua wilayah keberbakatan. Kita menyadari bahwa beberapa
orang memiliki bakat tinggi dalam usaha-usaha yang dihargai secara sosial yang
tidak dapat diukur dengan tes inteligensi; bahwa tes inteligensi, seperti yang
dikatakan Guilford, hanya merupakan sampel kecil dari aktivitas intelektual
dalam wilayah terbatas dari usaha manusia. Konsep keberbakatan telah
berkembang dengan memasukkan banyak bakat yang berkontribusi besar dalam
kualitas kehidupan bagi individu dan masyarakat (Heward dan Orlansky, 2008:
409).
B. PENGERTIAN KEBERBAKATAN
tipe keberbakatan yang diterima oleh negara-negara bagian dan (b) konsep-
konsep keberbakatan yang legal dan yang inheren.
3. Kategori-kategori Keberbakatan
Seperti yang ditunjukkan oleh survey Zettel (1980), sebagian besar negara
bagian mengakui keberbakatan intelektual, akademik, dan kreatif. Lebih sedikit
negara bagian memasukkan dalam definisi keberbakatan mereka anak-anak yang
menunjukkan potensi tinggi dalam seni visual dan pertunjukan. Perhatian besar
berkenaan dengan kategori-kategori keberbakatan yang diterima adalah
kegagalan untuk mengakui dan melayani anak berbakat artistik dan sosial dapat
mengakibatkan kehilangan bakat yang tidak dapat dipertukarkan lagi bagi
masyarakat dan anak-anak yang bakatnya tetap tidak dikembangkan. Rintangan-
rintangan terhadap inklusi nasional terhadap keberbakatan artistik dan anak
dengan potensi kepemimpinan timbul dari (a) keengganan yang dapat dipahami
dari pihak pembayar pajak untuk mendukung musik, tari, atau pelajaran-
pelajaran seni, yang secara tradisional telah dijamin orangtua masing-masing
melalui kursus-kursus privat, dan (b) kesulitan dalam mengidentifikasi secara
objektif anak berbakat dalam bidang-bidang ini, terutama saat berusaha untuk
mengukur potensi yang berbeda dengan kemampuan yang ditunjukkan. Akan
tetapi, makanan spiritual yang dibawa oleh Aaron Copland atau Charles Ives
dan kedamaian dan kehendak baik yang dibuat oleh Martin Luther King, Jr,
dapat dipertimbangkan sama berharganya bagi umat manusia sebagaimana
kontribusi Enrico Fermi tentang pemanfaatan kekuatan nuklir
Perhatian kedua berkenaan dengan kategori-kategori keberbakatan yang
dimasukkan dalam berbagai definisi adalah kategori-kategori tersebut mungkin
terlalu terbatas dan dipilih terlalu sewenang-wenang. Getzels dan Dillon yang
dikutip oleh Kitano dan Kirby (1996) mencatat bahwa banyak kualitas seperti
kasih sayang, kemampuan untuk mengatasi, dan cinta secara menyolok tidak
hadir dari taksonomi khusus keberbakatan:
Yang mencolok tentang bakat-bakat terdaftar ini bukan karena perbedaan
mereka yang nyata tapi persamaan mereka; bukan karena mereka tidak berguna
dan diterima secara sosial tapi sangat banyak bakat yang berguna dan diterima
oleh sosial tidak dimasukkan. Bakat-bakat yang terdaftar bermanfaat dan
operasional; mereka adalah bakat-bakat untuk melakukan atau menunjukkan
dalam fungsi, yang dapat dipasarkan. Bakat-bakat lain yang diakui secara
universal dalam kehidupan sehari-hari hampir sepenuhnya dilupakan (Getzels
dan Dillon, 1973 dalam Kitano dan Kirby (1996).
11.20 Metode Pengembangan Kognitif
Definisi awal yang diakukan oleh Witty mencakup secara luas semua
keberbakatan yang dihargai oleh masyarakat ”kita mempertimbangkan semua
anak berbakat yang memiliki prestasi luar biasa, dalam kegiatan manusia yang
bermakna”. Akan tetapi, konsepsi Witty tentang keberbakatan melampaui
zamannya. Pendidik yang pragmatis terhadap identifikasi dan pelayanan tidak
dapat menggunakan definisi tersebut dalam penggunaan praktis (Witty, 1958
dalam Kitano dan Kirby 1996)
a. Keberbakatan intelektual
Sebagian besar yang kita tahu tentang karakteristik anak berbakat
intelektual berasal dari penelitian jangka panjang Terman terhadap 1.528 anak
dengan IQ di atas 130 (IQ rata-rata adalah 150). Berdasarkan temuan Terman
dan lainnya, beberapa ceklis telah dikembangkan yang mencatat karakteristik
anak berbakat intelektual. Karakteristik-karakteristik tersebut diringkas sebagai
berikut.
1) Kosakata yang maju untuk umurnya.
2) Minat awal terhadap buku dan membaca.
3) Kemampuan membaca yang awal; mengajari diri membaca pada usia dini
(dua sampai tiga tahun).
4) Membaca sendiri, lebih sering memilih buku-buku tingkat dewasa.
5) Membaca cepat dan penyebutan kembali informasi faktual dengan mudah.
6) Persepsi cepat terhadap hubungan sebab-akibat.
7) Keingintahuan tinggi yang dibuktikan dengan banyak pertanyaan
“bagaimana” dan “mengapa”.
8) Kesenangan untuk berada dengan anak-anak yang lebih tua.
9) Pencarian ketertarikan dan mengoleksi benda-benda.
10) Rentang perhatian yang panjang untuk usianya.
11) Menentukan sendiri standar-standar tinggi.
12) Pengertian humor yang matang untuk usianya.
13) Preferensi untuk pengalaman-pengalaman baru dan menantang.
14) Penyimpanan informasi.
15) Tingkat tinggi dalam merencanakan, memecahkan masalah, dan pemikiran
abstrak dibandingkan teman sebaya.
16) Kemampuan untuk membuat generalisasi secara cepat dari prinsip-prinsip
dan untuk mencari persamaan dan perbedaan.
17) Memiliki penyimpanan informasi yang luar biasa luas tentang beragam
topik.
PAUD4101/MODUL 11 11.23
b. Keberbakatan akademik
Keberbakatan akademik mengacu pada bakat istimewa dalam bidang
akademik tertentu, seperti sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, atau ilmu
sastra (Kitano dan Kirby, 1996).
Memperhitungkan dari temuan-temuan Bloom dan dari pengamatan
peneliti-peneliti lain, karakteristik dari individu berbakat dalam bidang
akademik spesifik meliputi sebagai berikut.
1) Rentang perhatian yang panjang terhadap kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan bidang akademik spesifik.
11.24 Metode Pengembangan Kognitif
c. Keberbakatan kreatif
Individu-individu yang sangat kreatif dapat didefinisikan sebagai mereka
yang menunjukkan kemampuan kuat dalam menghasilkan ide-ide baru yang
memiliki nilai potensial bagi masyarakat (Kitano dan Kirby, 1996).
Secara umum, penelitian Taft dan Gilchrist, juga penelitian lain,
berpendapat bahwa anak-anak dengan potensi kreatif tinggi dapat menunjukkan
karakteristik berikut.
1) Keingintahuan.
2) Kecenderungan untuk melakukan hal-hal dengan caranya sendiri.
3) Preferensi untuk bekerja sendiri.
4) Melakukan eksperimen dengan apapun yang ada di tangannya.
5) Imajinasi aktif.
6) Kemampuan untuk berpikir dengan banyak cara untuk mencapai tujuan atau
untuk menyelesaikan masalah.
7) Kecenderungan untuk merespon dengan jawaban-jawaban yang tak terduga
dan pintar.
8) Menghasilkan ide-ide orisinal.
9) Ekspresi yang tidak terhambat dalam mengutarakan pendapat-pendapat
yang mungkin tidak sesuai.
10) Sangat berani dan mau menerima risiko.
11) Memiliki rasa humor yang hebat
12) Kepekaan terhadap keindahan.
13) Ketidaksesuaian dan kurangnya minat terhadap perincian.
14) Kurang perhatian terhadap penerimaan sosial.
Ketekunan dan sikap mengarah pada tujuan yang dimiliki oleh murid-murid
berbakat dalam seni visual dan pertunjukan dapat menghasilkan penolakan
terhadap interupsi dan kurangnya minat terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak
berhubungan dengan bidang keberbakatan. Pendidikan membutuhkan yang lain
dari instruksi spesifik pada bidang keberbakatan yang meliputi dorongan untuk
mengembangkan pengetahuan dalam bidang lain dan bantuan untuk
menggabungkan kemampuan-kemampuan dan kepekaan terhadap aspek-aspek
kehidupan lain. Walaupun didebatkan dalam pendidikan umum, kebutuhan
semua anak mungkin kesempatan untuk mengembangkan keahlian dalam satu
atau lebih dalam bidang-bidang artistik. Kurangnya kesempatan tersebut akan
mengakibatkan banyak potensi anak dalam seni visual dan pertunjukkan dapat
menjadi tidak dikenali. Tampak bahwa prestasi dalam seni membutuhkan tidak
hanya kemampuan tapi juga pengalaman dan dorongan dalam suatu bidang yang
mana kesempatan sering dibatasi dengan kurangnya ekspos terhadap seni dan
oleh ketiadaan sumber-sumber di rumah dan di sekolah (Kitano dan Kirby,
1996).
PAUD4101/MODUL 11 11.29
f. Pertimbangan lain
Tidak semua anak berbakat menunjukkan keberbakatannya atau bahkan
sebagian besar karakteristik yang dibahas di atas. Ciri-ciri positif biasanya
dipertimbangkan sebagai tanda-tanda kemungkinan keberbakatan, namun dapat
tidak disadari dengan adanya perilaku negatif yang lebih menyolok (yang juga
merupakan karakteristik keberbakatan). Individu-individu yang bertanggung
jawab untuk mengidentifikasi murid-murid berbakat harus menyadari kedua ciri
tersebut, misalnya seorang anak berbakat berusia lima tahun dapat menjadi
bosan terhadap kegiatan-kegiatan khas TK dan menunjukkan penarikan diri atau
perilaku menyimpang yang menutupi perkembangannya yang maju. Pada
sebuah kelas yang tidak menstimulasi, anak berbakat seringkali belajar untuk
bersikap seperti murid rata-rata untuk menghindari pekerjaan ekstra
(penghargaan yang sering diberikan saat menyelesaikan tugas lebih awal) atau
menjaga diri dari menjadi berbeda. Potensi tinggi murid-murid ini mungkin
tidak akan pernah dikenali.
Selain itu, anak berbakat dari latar kebudayaan yang berbeda juga dapat
tidak dikenali bila mereka mengekspresikan bakat mereka dengan cara yang
berbeda dari anak-anak yang berasal dari budaya mayoritas. Pertimbangan lain
memperhatikan tentang keunikan semua anak, baik berbakat ataupun tidak.
Diskusi kita tentang karakteristik bertujuan untuk membantu mereka yang
bertanggung jawab dalam penyerahan awal anak berbakat, bukan untuk
menciptakan stereotipe atau mitos baru. Setiap anak berbakat berbeda dari yang
lain dan karakteristik mereka dapat atau mungkin tidak konsisten dengan yang
dijelaskan di sini. Saat karakteristik anak memberi kesan akan potensi
keberbakatan, permulaan dari penyerahan-prosedur penempatan dapat dilakukan
dengan tepat.
C. INTELEGENSI
Binet dan Simon mengembangkan item tes potensi dan kemudian dievaluasi
mereka terhadap sejumlah kriteria, antara lain definisi kata, permasalahan
aritmatika, alasan verbal tugas, pertanyaan tentang informasi umum, dan tugas-
tugas yang memerlukan pemahaman tentang hubungan spasial kompleks. Dalam
setiap jenis item pertanyaan yang ditempatkan dalam urutan dari yang paling
mudah ke yang paling sulit. (Sroufe dkk, 1996).
Tahun 1916 Lewis Terman mempublikasikan dalam versi english Binet's
Test atau dikenal dengan Stanford-Binet yang didesain untuk usia 3 sampai 18
tahun. Skornya dengan mengukur MA (mental age) yakni mengukur
perkembangan intelektual yang telah dicapai anak, misalnya, jika seorang anak
dengan benar menjawab sebanyak mungkin pertanyaan yang rata-rata 12 tahun,
anak yang akan dikatakan memiliki mental yang berusia lebih dari 12. MA
kemudian dibagi dengan CA (choronological age) dan dikalikan dengan 100
untuk memproduksi sebuah intelegensi, or IQ(MA/CAx100)=IQ (Sroufe dkk,
1996)
Guilford (1961), intelegensi dengan sifat pluralistik menyebutkan ada 150
kemampuan intelek manusia. Gardner menjelaskan intelegensi sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang
dihadiri dalam satu kebudayaan atau lebih. Viealle 1995 juga menegaskan
bahwa intelegensi bukan bersifat tunggal seperti yang dikonsepsikan
(Munandar, 1999). Pada konteks masyarakat selalu menyebutkan intelegensinya
baik atau tinggi dan ada yang intelegensinya yang rendah atau buruk. Albert
Einstein salah satu ilmuwan yang memiliki intelegensi yang baik dan sering kita
menemukan individu-individu yang memiliki intelegensi rata-rata. Dengan
demikian konsep intelegensi dapat diukur dari masing-masing individu. Definisi
intelegensi adalah kemampuan individu berpikir abstrak terhadap problem yang
dihadapi.
David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif
(Fanny, 2001). Kecerdasan (intelegensi) secara umum dipahami pada dua
tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi
yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan
untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang dihadapi dapat
dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.
Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk
mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien.
PAUD4101/MODUL 11 11.31
2. Faktor Lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir,
ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Inteligensi tentunya tidak dapat terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat
dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,rangsangan-rangsangan yang
bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat
penting (Zuhana, 2001)
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Intelegensi).
Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang
tuanya memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya,
tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk
mencapai keunggulan. Tingkat kecerdasan (Intelegensi) bawaan ditentukan baik
oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya)
maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan
yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan
mempunyai dampak kuat terhadap kecerdasan seseorang).
11.32 Metode Pengembangan Kognitif
3. Bentuk-bentuk Intelegensi
Menurut Piaget, baru-baru ini mencoba untuk menentukan intelegensi lebih
luas merupakan gagasan yang memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri
dengan sukses ke situasi baru. Teori ini ditujukan untuk adaptasi kemampuan
yang tidak hanya pada akademis formal meliputi pengaturan pemecahan
masalah, namun dalam berbagai konteks yang lainnya juga. Outputnya,
beberapa psikolog percaya itu, karena kegunaannya untuk membuat perbedaan
antara jenis intelegensi masing-masing individu, yang memungkinkan untuk
dilakukan secara baik di sekolah maupun di tes IQ. Selain itu, jenis intelegensi
yang memungkinkan seseorang untuk pengaturan memecahkan masalah dalam
sehari-hari, masalah pribadi yang relevan sering terbuka untuk berbagai
kemungkinan solusi, yang pertama disebut intelegensi akademik dan yang kedua
disebut praktek intelegensi. Hal itu tidak jelas untuk apa memperpanjang
akademik yang praktis intelijen dan berkaitan, tinggi tingkat satu tidak
menjamin tinggi tingkat dari yang lain. Informasi umum ini adalah penting
untuk semua teori baru dari intelijen yang mencoba memperluas cara intelijen
didefinisikan. Tingkat intelegensi yang berada dalam salah satu cara tidak selalu
berarti bahwa seseorang akan sangat cerdas lain, fakta ini dikatakan Howard
Gardner‟s (Sroufe dkk, 1996)
Thurstone (1938) dalam buku Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi
Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat menyatakan bahwa intelegensi bersifat
multidimensi, yang mencakup tujuh kemampuan primer (primary mental
abilities) (Munandar, 1999)
Gardner (1983) menyebutkan intelegensi dengan konsep pluralistik dalam
Multiple Intelegensi (MI), dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of
Multiple intelegences, ada tujuh jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu
yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal,
interpersonal, intrapersonal. Melalui tujuh jenis kecerdasan ini, setiap individu
mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya.
Ciri-ciri dari masing-masing Multiple Intelegensi:
Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain (a) suka menulis
kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat
hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang,
(e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang,
(f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran
bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
11.34 Metode Pengembangan Kognitif
Keterampilan emosi
a. Mengidentifikasi dan memberi nama (labeling) perasaan.
b. Mengungkapkan perasaan.
c. Menilai intensitas perasaan.
d. Menghadapi dan mengolah perasaan.
e. Menunda pemuasan kebutuhan sesaat.
f. Mengendalikan dorongan-dorongan.
g. Mengurangi ketegangan (stres).
h. Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
Keterampilan kognitif
a. Dialog dengan diri sendiri sebagai cara untuk menghadapi suatu masalah,
mengatasi atau menguatkan perilaku diri sendiri.
b. Membaca dan menafsirkan isu-isu sosial.
c. Mengungkapkan langkah-langkah dan mengambil keputusan.
d. Memahami perspektif orang lain.
e. Memahami norma-norma perilaku.
f. Sikap positif terhadap hidup.
g. Kesadaran diri.
Keterampilan perilaku
a. Non verbal: berkomunikasi melalui kontak mata, ekspresi muka, nada
suara, gerak-gerik tangan dan sebagainya.
b. Verbal: mengajukan permintaan atau tuntutan yang jelas, merespon secara
efektif terhadap kritik, menolak pengaruh negatif, mendengar orang lain,
membantu orang lain, berpartisipsi dalam kelompok sebaya yang positif.
(Munandar, 1999: hal 268-269).
11.36 Metode Pengembangan Kognitif
b. Guru
Sekalipun di dalam suatu daerah tidak ada sekolah formal untuk anak
berbakat, guru dapat saja mengidentifikasikan siapa yang dapat bekerja secara
efektif dengan anak berbakat dan menikmati bekerja dengannya.
c. Pendukung pribadi
Pendukung pribadi adalah pendiagnostik, psikolog, sebagai contoh seorang
psikolog atau pendiagnostik dapat memberi saran untuk program asesmen yang
tepat dan prosedur pengidentifikasian.
d. Orangtua
Orangtua dari anak berbakat sering menjadi pendukung kuat dalam usaha
pembuatan program untuk anak berbakat. Dari beberapa orangtua yang aktif
membuat perkumpulan “Asosiasi Orangtua Anak Berbakat”, anggota komunitas
penasehat orangtua atau pemimpin pada organisasi orangtua-guru.
PAUD4101/MODUL 11 11.39
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
5) Keberbakatan terdiri dari interaksi antar tiga ciri dasar dari ciri manusia, ciri
tersebut adalah kemampuan umum di atas rata-rata, komitmen tinggi
terhadap tugas, dan kreativitas yang tinggi, hal tersebut merupakan
pernyataan dari ....
A. Goleman
B. Gardner
C. Renzulli
D. Munandar
Kegiatan Belajar 3
Saran terakhir ini mendorong aspek penting lainnya dalam kreativitas anak,
yaitu seni bertanya suatu pertanyaan. Bagaimana pun sebuah pertanyaan
merupakan ungkapan atau kalimat untuk jawaban kreatif, sebagai contoh:
pertanyaan, “deskripsikan (atau beritahu saya) tentang langit …” tentu saja akan
memperoleh jawaban yang berbeda daripada “apa warna langit?”. Pada
pertanyaan pertama, pertanyaan dengan jawaban akhir yang lebih terbuka, anak
didorong untuk berbagi perasaan dan pengalaman pribadi mereka tentang langit.
Dapat berupa warna, atau bentuk awan, atau bahkan bagaimana jet, burung, dan
helikopter sewaktu-waktu dapat melewatinya. Pertanyaan kedua merupakan
sebuah kalimat sedemikian rupa yang hanya membutuhkan jawaban 1 kata, atau
bahkan lebih buruk, dapat saja terlihat oleh anak bahwa ada 1 dan hanya 1
jawaban yang benar.
Ada 3 cara untuk membantu perkembangan situasi yang kreatif untuk anak,
yaitu:
1. menciptakan pertanyaan-pertanyaan yang kreatif untuk anak;
2. menciptakan keterampilan memotivasi untuk guru;
3. menciptakan lingkungan yang kreatif untuk anak.
Ketiga cara di atas, satu sama lain saling berkaitan, sehingga dapat
digunakan untuk meningkatkan kreativitas pada anak.
PAUD4101/MODUL 11 11.45
Kelima teknik pertanyaan kreatif ini akan dijelaskan lebih lanjut satu
persatu pada bagian berikut ini.
a. Menggunakan imajinasi untuk membantu anak berpikir lebih kreatif
Menurut Edward kreativitas adalah “the proactive purposeful impulse to
extend beyond the present characterized by originality, imagination, and
fantasy” (Brewer, 2007). Menurut teori Edward ini salah satu bentuk kreativitas
adalah imajinasi. Imajinasi merupakan salah satu cara untuk membantu anak
berpikir lebih kreatif, pertanyaan diarahkan pada hal-hal yang membuat anak
berimajinasi. Contoh pertanyaan dari jenis ini:
1) Apakah rasa yang lebih baik, jika sesuatu itu lebih manis?
2) Apakah yang lebih baik jika sesuatu lebih kecil?
3) Apakah yang lebih menyenangkan, jika sesuatu itu lebih cepat?
4) Apakah yang lebih baik jika keadaan lebih tenang?
PAUD4101/MODUL 11 11.47
b. Menyesuaikan (Adapt)
Apa lainnya yang seperti ini? Gagasan-gagasan lain apakah yang dapat
disarankan?
Contoh: apa saja yang dapat digunakan sebagai tempat duduk?
c. Mengubah (Modify)
Mengubah arti, warna, gerakan, suara, aroma, rasa, bentuk, ukuran?
perubahan lain? contoh apa saja yang dapat kamu pikirkan agar pergi ke
dokter gigi lebih menyenangkan?
d. Memperbesar (Magnify)
Apa yang perlu ditambah atau diperbesar/ditingkatkan? frekuensinya?
kekuatannya? ukurannya? tambah bahannya? perlu digandakan? contoh:
bagaimana bila ulang tahun dirayakan tiga kali dan tidak hanya sekali
setahun?
e. Memperkecil (Minify)
Apa yang perlu dikurangi? dihilangkan, diperkecil, dipadatkan,
diperpendek?, dibuat lebih ringan? diperlambat? dibagi? contoh:
Bagaimana jika sekolah hanya satu jam sehari? bagaimana jika orang hanya
30 sentimeter tingginya?
f. Mengganti (Substitute)
Menggantikan apa atau siapa? bahan lain? proses lain? tempat, waktu atau
pendekatan lain?
Contoh: Apa yang akan terjadi jika sepeda dapat terbang di udara dan
berlayar di laut?
g. Menyusun kembali (Rearrange)
Adakah unsur-unsur yang perlu diubah susunannya? pola, tata letak, urutan
lain? contoh: Bagaimana jika kamu belajar di sekolah pada malam hari dan
tidur siang hari ?
h. Membalik (Reverse)
Melakukan yang sebaliknya, yang bertentangan. Memutarbalikkan; yang
atas jadi bawah, yang dalam jadi luar, contoh: Bagaimana rasanya jika
setiap orang selalu berjalan ke belakang?
i. Menggabung (Combine)
Menggabung tujuan? menggabung gagasan? menggabung fungsi?
menggabung dana? dipadukan? contoh: Penemuan apa yang dapat kamu
hasilkan jika lemari es radio, dan jendela di gabung?.
Penggunaan teknik ini menunjukkan bermacam-macam kemungkinan dan
meningkatkan kelenturan pemikiran peserta didik. Daftar pertanyaan
11.50 Metode Pengembangan Kognitif
a. Kebutuhan fisik
Yakinkan anak beristirahat dan fit secara fisik. Anak yang mengantuk,
lapar, atau sakit, tidak akan peduli terhadap kreativitas. Kebutuhan fisik
mereka harus diperhatikan sebelum belajar dapat menjadi sesuatu yang
menarik.
b. Minat
Cobalah untuk menemukan, dan kemudian gunakan, apa secara alami
menarik perhatian anak. Anak-anak tidak hanya ingin melakukan sesuatu
PAUD4101/MODUL 11 11.55
c. Teman
Izinkan anak untuk bekerja bersama teman mereka. Hal ini tidak berarti
setiap waktu, namun untuk sesekali tidak apa-apa. Bagaimanapun, beberapa
guru menghindari menempatkan anak-anak bersama dengan temannya
dalam situasi bekerja. Mereka khawatir bahwa anak-anak ini hanya akan
“bermain-main” atau mengganggu yang lain.
e. Tujuan
Izinkan anak untuk menetapkan dan mencapai tujuan. Sebagian besar
kegembiraan dalam mencapai suatu tujuan adalah dalam meraihnya. Anak
harus diberikan kesempatan untuk merencanakan proyek. Mereka
seharusnya diizinkan untuk terlibat dalam kegiatan yang mempunyai
sesuatu pada akhirnya di mana mereka dapat bekerja keras. Contoh: Pada
film kartun Dora The Explorer, ketika ia berhasil mencapai suatu tujuan, ia
11.56 Metode Pengembangan Kognitif
f. Keanekaragaman
Ubah isi dan gaya dari apa yang dapat anak lakukan., adalah bijaksana
untuk mempertimbangkan tidak hanya apa yang akan terjadi kemudian,
tetapi bagaimana itu akan dapat dilakukan. Sebagai contoh, guru menyuruh
anak untuk duduk dan menonton sebuah film, kemudian mereka duduk dan
menggambar, dan kemudian mereka duduk dan mendengarkan sebuah
cerita. Ini adalah tiga kegiatan yang berbeda, tetapi pada setiap kegiatan
mereka, anak-anak sedang duduk. Isi dari kegiatan telah berubah, tetapi
bukan gayanya. Hal ini dapat jadi membosankan. Anak yang bosan akan
menjadi anak yang resah dan dapat mendatangkan permasalahan pada
tingkah lakunya.
g. Tantangan
Tantanglah anak-anak. Ini berarti membiarkan mereka tahu bahwa apa yang
mereka baru saja lakukan adalah sesuatu yang mereka tidak akan mungkin
sanggup untuk melakukan, tetapi itu akan menyenangkan untuk dicoba.
Contoh dalam hal ini adalah dengan membiarkan anak-anak tahu bahwa
kegiatan mereka berikutnya mungkin saja penuh jebakan, penuh
petualangan, atau misterius.
h. Penguatan
Perkuat anak-anak. Kebutuhan mendasar di sini adalah untuk sesuatu pada
akhir kegiatan yang memungkinkan anak merasakan mereka akan
melakukan pekerjaan itu lagi di lain waktu. Itu dapat berupa senyuman
guru, sebuah pujian, baik ketika berhasil mencapai tujuan, ataupun hanya
sekedar menyelesaikan kegiatan tersebut. Hal yang utama adalah bahwa
anak-anak merasa dihargai dan terpuaskan atas upaya mereka.
i. Perasaan anak-anak
Usahakan untuk memastikan anak merasa nyaman terhadap apa yang
mereka lakukan. Hal terpenting bukanlah apa yang dilakukan anak, tetapi
bagaimana perasaan mereka terhadap apa yang mereka lakukan. Jika anak
merasa tidak baik terhadap diri mereka sendiri atau kegiatan yang mereka
lakukan, hal ini adalah suatu peringatan. Jika anak dibiarkan terus
PAUD4101/MODUL 11 11.57
j. Strategi mengajar
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi
khusus yang dapat meningkatkan kreativitas (Munandar, 1999),
diantaranya:
1) Penilaian
Penilaian guru terhadap pekerjaan murid menurut Amabile (1989)
mungkin merupakan pembunuh kreativitas paling besar. Apa yang
dapat dilakukan guru? Pertama, memberikan umpan balik yang berarti
daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas. Kedua, melibatkan
peserta didik dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari
kesalahan mereka. Ketiga, penekanannya hendaknya pada “Apa yang
telah kamu pelajari?” dan bukan pada “Bagaimana kamu
melakukannya?”
Menurut model pendidikan tradisional, guru memberikan tugas dan tes
kepada peserta didik yang dikoreksi dan dikembalikan dengan nilai
angka dan tanda-tanda pada jawaban yang salah. Pada waktu-waktu
tertentu peserta didik membawa pulang buku rapor dengan nilai untuk
setiap subjek. Kemudian setahun sekali orangtua datang untuk
pertemuan dengan guru guna membicarakan kemajuan peserta didik.
Dalam kelas yang menunjang kreativitas, guru menilai pengetahuan
dan kemajuan peserta didik melalui interaksi yang terus-menerus
dengan peserta didik. Pekerjaan peserta didik dikembalikan dengan
banyak catatan dari guru, terutama menampilkan segi-segi yang baik
11.58 Metode Pengembangan Kognitif
dan yang kurang baik dari pekerjaan peserta didik. Secara berkala guru
memberikan catatan tentang kemajuan peserta didik untuk orang tua.
Sebelum menulis laporan untuk orang tua, guru membicarakan secara
perorangan dengan setiap peserta didik, dengan tidak hanya
memberikan pendapat guru tetapi juga meminta pandangan peserta
didik. Catatan tertulis untuk orang tua dan pembicaraan secara lisan
hendaknya juga melibatkan pandangan peserta didik.
Sistem ini membuat evaluasi lebih bersifat memberi informasi daripada
mengawasi. Peserta didik melihat komentar guru tidak sebagai hadiah
atau hukuman untuk mengawasinya tetapi sebagai informasi yang
berguna bagi belajar dan kinerjanya.
Dalam memberi penilaian, guru hendaknya menghindari kalimat yang
bernada negatif ketika peserta didik berbuat kesalahan. Yang penting
adalah bahwa peserta didik memahami makna dari membuat
kesalahan, sehingga dari kesalahan kita dapat belajar. Seyogianya anak
tidak perlu menyembunyikan kesalahan-kesalahannya atau merasa
terganggu karenanya.
2) Hadiah
Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan segala
sesuatu untuk memperolehnya, dan itu masalahnya. Cukup banyak
penelitian menunjukkan bahwa jika perhatian anak terpusat untuk
mendapat hadiah sebagai alasan untuk melakukan sesuatu, maka
motivasi intrinsik dan kreativitas mereka akan menurun.
Hadiah untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik tidak harus
berupa materi (intangible). Yang terbaik justru berupa senyuman atau
anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan
mempresentasikan pekerjaan sendiri, dan pekerjaan tambahan. Jika
iklim kelas sedemikian rupa sehingga belajar menjadi menarik dan
menyenangkan, pekerjaan tambahan dapat merupakan hadiah. Hadiah
yang diberikan hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya, misalnya
mendeklamasikan sajak yang dibuat, atau membacakan di depan kelas
karangan yang dibuat dengan baik, sehingga meningkatkan motivasi
intrinsik dan kreativitas.
PAUD4101/MODUL 11 11.59
3) Pilihan
Sedapat mungkin, berilah kesempatan kepada anak untuk memilih,
misalnya boleh memilih topik karangannya sendiri, atau diperkenankan
memilih eksperimen mana yang akan dilakukan dalam pelajaran sains.
Kreativitas tidak akan berkembang jika anak hanya dapat melakukan
sesuatu dengan satu cara. Anak sebaiknya diberi kegiatan belajar yang
bersifat bebas dalam batas struktur tertentu, misalnya anak diberi tugas
mengarang tentang “kegiatan di waktu luang” namun judul karangan
boleh dipilih sendiri. Anak memerlukan arah tujuan. Mereka
memerlukan batasan dan garis besar dalam mengerjakan suatu tugas.
Tetapi, dalam batas-batas ini, hendaknya mereka dimungkinkan untuk
membuat pilihan.
b. Pemberian perhatian
Pemberian perhatian yang cukup terhadap anak dengan segala potensi yang
dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak
yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya
perhatian. Sebagaimana yang dijelaskan Dimyati dan Mudjiono (2002:42)
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi pembelajaran
yaitu perhatian merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tidak mungkin adanya pembelajaran. Perhatian akan timbul pada
anak apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan
pelajaran dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk
belajar lebih lanjut atau diperlukan sehari-hari akan membangkitkan
1
http://educare.e-fkipunla.net
11.60 Metode Pengembangan Kognitif
c. Ajakan berpartisipasi
Pada diri manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan
pada sesuatu kegiatan yang dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus
selalu mengajak dan mengulurkan tangan bagi anak untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran guna lebih bergairah dalam belajar dan
memperkaya proses interaksi antar potensi anak dalam proses
pembelajaran.
Selain hal-hal di atas, untuk membangkitkan motivasi yang efektif adalah
melalui prinsip-prinsip motivasi dalam belajar. Setiap anak memiliki rasa
ingin tahu, oleh karena itu guru memberikan penguatan bahwa mereka pasti
dapat. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut.
d. Kebermaknaan
Anak akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan dan materi belajar dirasa
bermakna bagi dirinya. Keberadaan lazimnya terkait dengan bakat, minat,
pengetahuan, dan tata nilai peserta didik.
f. Model
Anak akan menguasai keterampilan baru dengan baik jika guru memberikan
contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
PAUD4101/MODUL 11 11.61
g. Komunikasi terbuka
Anak akan termotivasi untuk belajar jika penyampaian dilakukan secara
terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak sehingga
pesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
j. Penilaian tugas
Anak akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas dibagi
dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi
pengulangan yang tinggi.
l. Keragaman pendekatan
Anak akan belajar jika mereka diberi kesempatan untuk memilih dan
menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar. Pengalaman belajar
tidak hanya berorientasi pada buku teks tetapi juga dapat dikemas dalam
berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama dan atau
penelitian/pengujian.
lingkungan dunia sekitar mereka, baik yang positif dan negatif. Anak secara
langsung mengalami keterbatasan di lingkungan. Kemudian bagaimana
mengoperasikan pemahaman bagian-bagian secara sempurna. Guru dapat
merubah dan membentuk lingkungan dalam pembelajaran supaya terbuka untuk
mengeksplorasi dalam memiliki maknanya dalam sebuah proses pengembangan
kreativitas.
Menurut Maxim menyatakan ada beberapa kondisi lingkungan yang dapat
menstimulasi tingkah laku kreatif anak (Mayesky, 1999):
a. waktunya terbatas dari aktivitas anak-anak tersebut;
b. lingkungan yang bebas dan terbuka dalam mengekspresikan potensinya;
c. anak dapat menyusun berbagai gagasan untuk menstimulasi pemikirannya;
d. menghilangkan dari kondisi lingkungan yang stres dan menyediakan
beberapa variasi bahan-bahan yang bersifat konkret.
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang kedua. Pada
lingkungan ini kreativitas anak sebaiknya dikaitkan dengan pelajaran. Porsi
di sekolah lebih banyak mengajar daripada mendidik. Guru mempunyai
dampak yang besar tidak hanya prestasi pendidikan anak tetapi juga pada
sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umumnya. Guru
dapat melumpuhkan kemelitan (rasa ingin tahu) alamiah, merusak,
motivasi, harga diri dan kreativitas anak. Guru dapat melatih keterampilan
bidang pengetahuan dan keterampilan teknis dalam bidang khusus, seperti
bahasa, matematika, atau seni. Pada umumnya orang melihat ini sebagai
PAUD4101/MODUL 11 11.65
pekerjaan dan tugas guru. Sampai batas tertentu, guru juga dapat
mengajarkan keterampilan kreatif cara berpikir menghadapi masalah secara
kreatif, atau teknik untuk memunculkan gagasan-gagasan orisinal.
Keterampilan seperti ini dapat diajarkan secara langsung, tetapi paling baik
disampaikan melalui contoh.
Sekolah yang bagus dan ideal adalah sekolah yang tenang dan
menyenangkan bukan menakutkan. Tingkat kreativitas akan selalu
meningkat sesuai dengan tingkat pendidikan anak, hal ini seiring dengan
tingkat kematangan, kecerdasan dan pengalaman anak.
c. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat lebih luas dan kompleks, sehingga agak sulit
mengawasinya. Namun demikian lingkungan ini memberi kesempatan yang
sangat luas bagi anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Pada
lingkungan masyarakat dibedakan menjadi empat macam:
1) tempat tinggal;
2) tempat kerja;
3) organisasi;
4) tempat bergaul.
Pada umumnya kelas terbuka mempunyai struktur yang tidak kaku, kurang ada
tekanan terhadap kinerja peserta didik, dan lebih banyak pada perhatian
individual. Gerakan kelas terbuka yang diprakarsai seputar tahun 1960
dinyatakan sebagai cara yang baik untuk memupuk belajar yang bermakna dan
kreativitas pada anak. Manfaat penting dari kelas terbuka adalah penekanannya
pada pembelajaran Individualized. Anak akan belajar lebih baik jika tingkat dan
kecerdasan kurikulum disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan anak. Gaya
belajar anak pun berbeda-beda.
Pembelajaran yang diindividualisasikan didasarkan pada minat dan
pengalaman unik peserta didik. Di samping itu, ruang kelas hendaknya
merangsang secara visual, tanpa mengganggu perhatian. Ruangan kelas penuh
dengan berbagai produk hasil karya anak yang beragam. Ada lukisan foto,
karangan, patung, dan karya-karya lain. Bahan pendidikan yang beragam
tersedia dalam jumlah yang banyak. Pusat sains di dalam kelas mengandung
berbagai material yang memungkinkan melakukan banyak kegiatan dan
eksperimen. Pusat membaca menampilkan buku dan artikel untuk tingkat
membaca yang berbeda-beda. Terutama untuk anak kecil ”pusat aktivitas”
dimana mereka dapat bermain dan bereksprerimen dengan macam-macam
bahan, akan sangat merangsang kreativitas. Anak-anak dapat mengusahakan
bahan-bahan untuk kelas mereka. Mereka dapat membawa objek-objek dari
rumah, atau berbagi material. Pengaturan ruang kelas yang luwes dan tidak
konvensional merupakan tantangan bagi peserta didik untuk mewujudkan bakat
dan kemampuannya secara kreatif. (Munandar, 1995).
Dalam merencanakan lingkungan pada pembelajaran, perlu diperhatikan
penyusunan ruangan dan penyediaan perlengkapan. Lingkungan dibuat oleh
guru secara refleks filosofi dengan adanya tujuan. Secara umum tujuan program
yang termasuk menolong peserta didik sebagai berikut.
a. Belajar dengan guru yang mempunyai kemampuan, mereka dapat memilih
dan menentukan ide-idenya.
b. Belajar dan keterampilan mengaplikasikan makna dalam sebuah konteks
c. Menyediakan berbagai bahan-bahan (material).
d. Adanya kemampuan kebutuhan komunikasi dan perasaan.
e. Belajar menggunakan berbagai informasi dari: orang, bahan-bahan cetak
dan bahan-bahan visual.
f. Dapat mengekspresikan kreativitasnya.
PAUD4101/MODUL 11 11.67
d. Menarik
APE sebaiknya didesain sedemikiam rupa sehingga anak tertarik untuk
mengambil, dan kemudian memainkannya. Pada umumnya APE dibuat
dengan warna-warna yang mencolok, kemudian pada bentuk dibuat
semenarik mungkin, serta cara bermain yang mudah digunakan oleh anak
usia dini.
b. Biaya
Umumnya program pendidikan memperoleh biaya yang terbatas. Sebaiknya
guru dapat menentukan mana yang lebih penting. Walaupun dana terbatas,
guru juga diharapkan mampu menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
sehingga tujuan pendidikan tetap tercapai.
LAT IH A N
2) Ajak anak untuk melakukan kegiatan berpikir divergen tentang sebuah tema
sederhana, misalnya pelangi?
3) Apa pendapat Anda, jika Penilaian dan Hadiah dapat menghambat
kreativitas anak? Berikan contohnya!
4) Diskusikan dengan teman sejawat, tentang penerapan falsafah mengajar
dalam pengembangan kreativitas yang terjadi di sekolah Anda ! Berikan
contohnya!
Agar dapat mengerjakan latihan ini dengan baik, kaji kembali konsep-
konsep tersebut pada Kegiatan Belajar 3 dan cobalah untuk mendiskusikannya
dengan teman sejawat Anda.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
1) D. Jean Piaget.
2) C. Kreativitas.
3) C. Fleksibel.
4) D. Senang mengajukan pertanyaan.
5) A. Eksplorasi.
6) C. Kreatif.
7) B. Persiapan.
8) B. Kreativitas.
9) A. Anak tertarik pada berbagai hal, memiliki rasa ingin tahu dan senang
bertanya.
10) A. Membuat kata-kata lucu dan fantastis.
Tes Formatif 2
1) D. Intelegensi.
2) B. Kecerdasan jamak.
3) C. Galton.
4) C. Simon.
5) A. Goleman.
6) A. Kosakata yang maju untuk umurnya.
7) D. Menstimulus perilaku positif dengan orang lain
8) B. Kreatif.
9) D. Munandar.
10) A. Bahasa.
Tes Formatif 3
1) B. Menciptakan keterampilan memotivasi untuk guru.
2) D. Mengolah dan memanfaatkan.
3) C. Maslow.
4) A. Membebaskan anak untuk memperhitungkan cara sendiri dalam
melakukan sesuatu.
5) C. Kreatif.
6) D. KBBI.
11.76 Metode Pengembangan Kognitif
7) C. Penghargaan.
8) C. Evaluator.
9) A. Keluarga.
10) D. Mudah didapat.
PAUD4101/MODUL 11 11.77
Daftar Pustaka
Dodge, Diane Trister dan Laura J. Colker (2000). Creative Curriculum for Early
Chilhood. Washington DC: Teaching Strategies.
Herr, Judy (2009). Creative Resource for the Early Childhood Classroom.
Thomson Delmar Learning.
Mayesky, Mary (1999). Creative Activities for Young Children 4th Ed: Play,
Development, and Creativity. New York: Delmar Publishers Inc.
http://educare.e-fkipunla.net
http://intanghina.wordpress.com
Sroufe, L. Alan. (1996). Child Development Its Nature and Course, 3rd Edition.
USA: McGraw-Hill.
PE N DA H UL U AN
M anusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang
istimewa karena manusia memiliki akal dan pikiran. Kedua hal
tersebutlah yang membedakan manusia dari makhluk ciptaan Tuhan yang
lainnya, seperti: hewan dan tumbuhan. Melalui akal dan pikiran inilah manusia
memiliki kemampuan untuk berpikir, yang disebut juga kemampuan kognitif.
Kognitif adalah suatu proses berpikir sehingga seorang individu memiliki
kemampuan untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi) yang dimiliki oleh seorang individu. Intelegensi adalah
kemampuan yang dibawa oleh individu sejak lahir. Pada anak usia dini,
kemampuan ini dibutuhkan oleh anak dalam rangka mengembangkan
pengetahuannya berdasarkan apa yang dia lihat, dia dengar, dia rasa, dia raba,
ataupun dia cium melalui stimulasi yang diterima panca inderanya.
Potensi kognitif yang dimiliki oleh anak ditentukan pada saat konsepsi,
namun pengembangannya tergantung pada lingkungan dan kesempatan yang
diberikan oleh orang dewasa di sekitar anak. Hal ini menyebabkan adanya
perbedaan pada kemampuan kognitif tiap-tiap anak.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan kognitif yang telah
dimiliki oleh anak usia dini bukanlah hal mudah tetapi juga hal mungkin untuk
diketahui. Diperlukan suatu klasifikasi berdasarkan teori kognitif tertentu
sehingga kita bisa mendapatkan tentang profil kemampuan kognitif seorang
anak.
Pemahaman mengenai karakteristik dan klasifikasi pengembangan kognitif
perlu dimiliki oleh setiap pendidik anak usia dini agar dapat memberikan
stimulasi yang tepat dalam pengembangan kemampuan kognitif pada anak.
Setelah mempelajari dengan seksama Modul 12 ini, Anda diharapkan dapat:
12.2 Metode Pengembangan Kognitif
Kegiatan Belajar 1