Edisi Kesatu
Cetakan pertama, November 2008 Cetakan ketujuh belas, Juni 2015
Cetakan keempat, November 2009 Cetakan kedelapan belas, September 2015
Cetakan keenam, Agustus 2010 Cetakan kesembilan belas, Maret 2016
Cetakan kesembilan, November 2011 Cetakan kedua puluh, April 2016
Cetakan kesebelas, Agustus 2012 Cetakan keduapuluh satu, November 2016
Cetakan kedua belas, Januari 2013
372.21
NUG NUGRAHA, Ali
m Materi pokok program pelibatan orang tua dan masyarakat; 1 – 12;
PAUD4502/ 4 sks/ Ali Nugraha, Badru Zaman, A.Sy Dina Dwiyana.
-- Cet.21; Ed 1--. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.
578 hal.: ill.; 21 cm
ISBN 978-979-011-383-1
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Hak-hak Anak Usia Dini................................................................... 1.21
Latihan …………………………………………............................... 1.25
Rangkuman ………………………………….................................... 1.26
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.27
Kegiatan Belajar 3:
Konvensi Hak-hak Anak................................................................. 1.29
Latihan …………………………………………............................... 1.47
Rangkuman ………………………………….................................... 1.47
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 1.49
Kegiatan Belajar 2:
Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini Informal ... 2.20
Latihan …………………………………………............................... 2.28
Rangkuman ………………………………….................................... 2.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.31
Kegiatan Belajar 3:
Implikasi Konvensi Hak Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini
pada Jalur Informal.............................................................................. 2.34
Latihan …………………………………………............................... 2.44
Rangkuman ………………………………….................................... 2.44
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 2.45
Kegiatan Belajar 2:
Implikasi Konvensi Hak Anak pada PAUD Jalur Non-Formal.......... 3.36
Latihan …………………………………………............................... 3.53
Rangkuman ………………………………….................................... 3.54
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.54
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 3.57
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 3.59
v
Kegiatan Belajar 2:
Sasaran dan Ruang Lingkup PAUD Formal serta Implikasi
Konvensi Hak Anak pada PAUD Jalur Formal ................................. 4.12
Latihan …………………………………………............................... 4.18
Rangkuman ………………………………….................................... 4.19
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.19
Kegiatan Belajar 2:
Cara-cara Pemanfaatan Lingkungan Masyarakat ke dalam PAUD.... 5.17
Latihan …………………………………………............................... 5.34
Rangkuman ………………………………….................................... 5.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.36
vi
Kegiatan Belajar 2:
Mengenali Anak Usia Dini yang Mengalami Tindak Kekerasan....... 6.13
Latihan …………………………………………............................... 6.22
Rangkuman ………………………………….................................... 6.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.23
Kegiatan Belajar 3:
Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Pencegahan dan
Penanganan Tindak Kekerasan pada Anak Usia Dini 6.25
Latihan …………………………………………............................... 6.45
Rangkuman ………………………………….................................... 6.46
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 6.46
Kegiatan Belajar 2:
Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Pendampingan
Penggunaan Media Cetak................................................................... 7.22
Latihan …………………………………………............................... 7.29
Rangkuman ………………………………….................................... 7.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.30
Kegiatan Belajar 2:
Komunikasi Orang Tua dan Pendidik terhadap Perkembangan Anak 8.18
Latihan …………………………………………............................... 8.26
Rangkuman ………………………………….................................... 8.27
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.27
Kegiatan Belajar 2:
Pengaruh Lingkungan terhadap Perkembangan Anak Usia Dini dan
Peran Orang tua, Masyarakat dalam Menciptakan Lingkungan yang
Sehat .................................................................................................. 9.22
Latihan …………………………………………............................... 9.47
Rangkuman ………………………………….................................... 9.47
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.48
Kegiatan Belajar 2:
Cara Melibatkan Orang Tua dalam Kegiatan di Luar Kelas yang
Mendukung Proses Kegiatan Belajar ................................................. 10.19
Latihan …………………………………………............................... 10.29
Rangkuman ………………………………….................................... 10.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 10.31
Kegiatan Belajar 2:
Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Kegiatan
Pengembangan Anak Berkebutuhan Khusus 11.39
Latihan …………………………………………............................... 11.49
Rangkuman ………………………………….................................... 11.49
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 11.50
Kegiatan Belajar 2:
Cara Merancang Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam 12.27
Kegiatan Kreatif di PAUD ..............................................................
Latihan …………………………………………............................... 12.36
Rangkuman ………………………………….................................... 12.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 12.38
x
Kegiatan Belajar 3:
Contoh Kegiatan Kreatif dalam Pelibatan Orang Tua dan
Masyarakat di Lembaga PAUD ........................................................ 12.42
Latihan …………………………………………............................... 12.46
Rangkuman ………………………………….................................... 12.46
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 12.47
A nak adalah anugerah tertinggi dari Tuhan Yang Maha Kuasa, yang juga
sekaligus sebagai titipan-Nya. Namun, ada satu hal yang disayangkan
dari para orang tua, terkait penerimaan kelahiran anak sebagai ‘Kado Tuhan’,
yaitu sering kali melihatnya secara ‘fisikal’; jarang rasanya yang menerima
kelahiran anak disertai dengan kesadaran penuh bahwa kelahiran anak secara
kodrati diikuti dengan ‘lahirnya’ tuntutan memenuhi hak-haknya secara
optimal. Dampaknya adalah banyak anak-anak di dunia ini setelah
kelahirannya terabaikan, bahkan tidak sedikit yang disia-siakan hak-haknya
begitu saja.
Salah satu sasaran yang perlu dijangkau adalah sasaran penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan pada jalur informal, nonformal dan formal.
Dengan penerapan pendidikan anak usia dini jalur informal berlandaskan
pada rumusan-rumusan yang tertuang dalam KHA maka diharapkan setiap
anak yang dibina dalam pendidikan keluarga dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal
Mata Kuliah PAUD4502 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
merupakan mata kuliah yang diarahkan untuk membatu mahasiswa untuk
lebih memahami program-program pelibatan orang tua dan masyarakat di
lembaga PAUD. Sehingga setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa
dapat merancang program-program untuk melibatkan orang tua dan
masyarakat dalam kegiatan pengembangan di Kelompok Bermain (KB).
Taman Kanak-kanak (TK) dan Taman Penitipan Anak (TPA) sehingga ada
keselarasan pendidikan di rumah dan sekolah.
Secara lebih khusus setelah mempelajari materi mata kuliah PAUD4502
Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat, Anda akan dapat:
1. menjelaskan hak-hak anak usia dini Indonesia;
2. menjelaskan implikasi konvensi hak anak terhadap PAUD jalur informal;
3. menjelaskan implikasi konvensi hak anak terhadap PAUD jalur
nonformal;
4. menjelaskan implikasi konvensi hak anak terhadap PAUD jalur formal;
5. menjelaskan pemanfaatan lingkungan masyarakat ke dalam PAUD;
6. menjelaskan pelibatan orang tua dan masyarakat dalam masalah
kekerasan pada anak usia dini;
xii
Kajian materi pada mata kuliah ini secara khusus adalah pada pelibatan
orang tua dan masyarakat di lembaga PAUD. Penguasaan mahasiswa
terhadap kemampuan yang dikembangkan melalui mata kuliah ini diukur
melalui UAS.
Agar Anda memahami materi mata kuliah PAUD4502 Program
Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat dengan baik maka pelajari semua
uraian materi mata kuliah ini dengan sungguh-sungguh, kemudian
kerjakanlah latihan dan tes formatifnya. Selanjutnya samakan hasil jawaban
tes formatif Anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada setiap akhir
modul.
Selamat belajar, semoga kesuksesan menyertai Anda.
xiv
Peta Kompetensi
Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat/PAUD4502/4 sks
Modul 1
PEND AHULU AN
A nak adalah anugerah tertinggi dari Tuhan Yang Maha Kuasa, yang juga
sekaligus sebagai titipan-Nya. Banyak orang dewasa setelah
melangsungkan pernikahan berharap memiliki anak. Harapan dan doa sering
mereka panjatkan. Hingga akhirnya lahirlah jabang bayi yang mungil dan
menakjubkan. Seiring dengan berjalannya waktu, berangsur-angsur ia
tumbuh menjadi anak-anak yang lucu dan menggemaskan.
Namun ada satu hal yang disayangkan dari para orang tua, terkait
penerimaan kelahiran anak sebagai Kado Tuhan, yaitu sering kali melihatnya
lebih secara fisikal; jarang rasanya yang menerima kelahiran anak disertai
dengan kesadaran penuh bahwa kelahiran anak secara kodrati diikuti dengan
lahirnya tuntutan memenuhi hak-haknya secara optimal. Dampaknya adalah
banyak anak-anak di dunia ini setelah kelahirannya terabaikan, bahkan tidak
sedikit yang disia-siakan hak-haknya begitu saja.
Memang tidak semua fenomena pengabaian hak-hak anak sepenuhnya
mutlak sebagai kesalahan orang tua mereka. Banyak faktor misalkan masalah
ekonomi keluarga, masalah mutu pendidikan orang tua yang berdampak pada
rendahnya tingkat kesadaran akan hak-hak anak, dan sebagainya. Bahkan
lebih jauh lagi karena kurang pedulinya masyarakat di lingkungan sosialnya
sehingga perhatian pemerintah (setempat) terhadap kehidupan dan
pemenuhan hak-hak anak masih rendah. Tetapi apapun alasan dan faktor
penyebabnya tetap akhirnya yang akan menjadi korban adalah anak.
Fenomena seperti di atas seharusnya janganlah diabaikan, apalagi
menjadi tradisi. Perlu dicarikan jalan keluar, karena bangsa ini tidak mungkin
dapat berharap banyak dari generasi yang sebelumnya pernah disia-siakan.
Nah isi tulisan dalam modul ini akan mencoba mengantarkan kepada kita
gambaran dari hak-hak anak, terutama berhubungan dengan hak-hak anak
Indonesia. Anda sebagai salah seorang yang banyak berinteraksi dengan
1.2 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
anak-anak Indonesia, bahkan mungkin sebagai salah satu orang tua dari
mereka dipandang penting memahami keseluruhan isi modul ini dengan baik.
Dikaitkan dengan tugas Anda yang saat ini sebagai mahasiswa, maka secara
umum melalui modul ini diharapkan Anda dapat memahami tentang hak-hak
anak usia dini di Indonesia. Secara lebih khusus, setelah mempelajari modul
ini dengan seksama diharapkan Anda dapat menjelaskan:
1. hakikat hak anak;
2. hak-hak anak usia dini;
3. konvensi hak-hak anak.
Kegiatan Belajar 1
perlu melihat anak sebagai suatu fenomena tunggal saja, yaitu dari batas
umur tertentu ke bawah saja, tanpa perlu memperhitungkan apakah ia
seorang balita atau remaja, dan seterusnya. Misalnya, batas usia legal anak-
anak Indonesia adalah 18 tahun ke bawah.
dalam dinas militer dan disuruh berperang. Tanpa batas umur legal
kedewasaan seksual, seorang anak bahkan jika umurnya masih 3.5 atau
7 tahun, dianggap bisa melakukan perzinahan atas dasar suka-sama-suka.
Dengan kata lain, kita tidak bisa memberikan perlindungan legal secara
definitif dan oleh karena itu, sebenarnya kita cukup tidak terpuji.
Kedua, kekacauan standar batas umur. Batas umur kematangan seksual
misalnya; tanpa ketentuan eksplisit menyangkut batas umur ini, beberapa
ketentuan relevan yang ada sangat bervariasi. Dalam KUHP, batas umur yang
relevan ditetapkan secara ganda antara 12 dan 15 tahun (yang efektif adalah
12 tahun). Sementara dalam UU Perkawinan, batas yang relevan menunjuk
pada umur 16 tahun (perempuan) dan 19 tahun (laki-laki). Dalam variasi
seperti ini, jika pun kelak ditetapkan satu batas eksplisit menyangkut
kematangan seksual, potensi terjadinya kekacauan konseptual masih akan
berlanjut. Kekacauan terang-terangan terdapat pada batas umur legal tentang
keterlibatan dalam pekerjaan. Stbl. 1925 mematok batas umur 12 tahun, UU
Perburuhan (1951) mematok umur 14 tahun, Permenaker (Jaman Menaker
Sudomo) melegalisir buruh anak, dan UU Ketenagakerjaan (1997) mematok
umur 15 tahun. Sementara ketiga peraturan terdahulu masih sama-sama
berlaku, kekacauan baru diciptakan lagi dalam UU 1997, di mana ketentuan
batas umur 15 tahun (Pasal 95) secara efektif dianulir oleh ketentuan
berikutnya (Pasal 96).
Ketiga, diskrepansi yang terlalu besar antara batas umur untuk berbagai
tindakan yang berbeda. Sejauh pengetahuan penulis, batas terendah
ditetapkan untuk tanggung jawab kriminal, yakni 8 tahun. Batas umur
kematangan seksual (implisit) menurut KUHP adalah 12 tahun, batas umur
legal untuk bekerja (UU 1951) 14 tahun, batas umur untuk memilih dalam
pemilu 17 tahun, dan batas umur untuk bertindak perdata (BW) 21 tahun.
Jadi, batas umur yang disebut anak dalam sistem hukum di Indonesia
bervariasi antara 8 hingga 21 tahun. Jarak definisi ini terlalu lebar dan
karenanya membingungkan.
Karena kekacauan definisi dalam penetapan batas umur sebagai anak,
maka penulis cenderung menggunakan batas umur sebagaimana ditetapkan
oleh Konvensi Hak Anak (KHA), kecuali untuk masalah tertentu di mana
batas umur anak telah ditetapkan dalam perundangan nasional, yakni mereka
yang umurnya di bawah 18 tahun.
PAUD4502/MODUL 1 1.9
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik kita mesti
menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status,
golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Implikasi dari rumusan makna HAM di atas, berarti jika melanggar
HAM seseorang akan berhadapan dengan hukum yang berlaku, termasuk
hukum yang berlaku di Indonesia. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja
maupun tidak disengaja, atau kelalaian yang melawan hukum, mengurangi,
menghalangi, membatasi dan/atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Untuk menjamin perlindungan HAM dan tegaknya norma-norma terkait
HAM, biasanya di suatu negara terdapat organisasi yang mengurus
permasalahan seputar hak asasi manusia. Di Indonesia organisasi KOMNAS
HAM, kepanjangan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
yang menjamin pemeriksaan secara objektif oleh hakim yang jujur dan
adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi
Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politik,
mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masing-
masing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa
diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia.
6. Hak atas rasa aman
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta
perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.
7. Hak atas kesejahteraan
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan
masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan
jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan, kehidupan yang
layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan
memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan.
Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan, dengan
langsung atau perantaraan wakil, yang dipilih secara bebas dan dapat
diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
9. Hak wanita
Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan,
profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan
perundang-undangan. Di samping itu wanita berhak mendapatkan
perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya dari
hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
10. Hak anak
Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam
rangka pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya secara
melawan hukum.
1.14 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa anak juga adalah manusia
yang harus diakui hak asasinya secara penuh. Bahkan dalam konstitusi di
Indonesia, hak anak merupakan salah satu jenis hak yang disetarakan dengan
jenis hak asasi manusia lainnya. Pada paparan terdahulu telah dikemukakan
bahwa setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam
rangka pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya secara melawan
hukum. Pada bagian ini akan dipaparkan hak-hak asasi anak secara lebih
khusus. Simaklah paparannya secara seksama!
Hak anak bila dikaitkan dengan konteks hak asasi manusia adalah
bagian integral dari hak asasi manusia. Untuk menyelami tentang hak asasi
anak, kajian yang paling lengkap memang dapat dipelajari dalam Konvensi
Hak Anak (KHA). Hal itu dikarenakan beberapa hal, di antaranya sebagai
berikut.
1. Hak-hak yang tertuang di dalam KHA mencakupi baik hak-hak sipil dan
politik maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
2. Sewaktu dikembangkan (dirumuskan) KHA memang ditujukan untuk
merespons situasi dan kebutuhan anak.
3. KHA dikenal sebagai satu-satunya instrumen HAM internasional yang
secara eksplisit mengakui peran organisasi-organisasi non-pemerintah.
4. Sifat KHA lebih mengedepankan mekanisme kooperatif dan non-
konfrontatif, bahkan dalam kerangka mekanisme internasional.
Untuk mendapat ilustrasi yang lengkap dari isi KHA, Anda dapat
mempelajarinya di Kegiatan Belajar 3 dalam modul ini. Di antara hak-hak
anak yang tertuang dalam KHA secara umum adalah bahwa: 1) setiap anak
berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan terbaik, 2) setiap anak berhak
terlindung dari semua bentuk kekerasan, 3) setiap anak berhak untuk
memperoleh pendidikan, 4) setiap anak berhak untuk dilindungi dari
eksploitasi ekonomi dan pekerjaan yang berbahaya, serta 4) setiap anak
berhak atas tingkat hidup yang layak.
Sumber lain yang dapat menunjukkan tentang hak-hak anak dapat pula
disimak dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam
undang-undang tersebut secara eksplisit menyebutkan, bahwa setiap anak
Indonesia memiliki hak sebagai berikut.
PAUD4502/MODUL 1 1.15
L A T IH AN
R ANG KU MAN
Dalam memahami anak, setidaknya terdapat dua perspektif utama,
yaitu: 1) Anak sebagai fenomena biologis (dan psikologis), dan 2) Anak
sebagai fenomena sosial (dan legal).
Anak sebagai manusia, memiliki hak asasi. Hak Asasi Manusia
diartikan sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapa pun. Adapun bidang dan jenis hak asasi manusia di dunia
secara umum meliputi: 1) hak asasi pribadi (personal rights); 2) hak
asasi politik (political right); 3) hak asasi hukum (legal equality rights);
4) hak asasi ekonomi (property rigths); 5) hak asasi peradilan
(procedural rights); serta 6) hak asasi sosial budaya (social culture
rights). sedang hak-hak asasi manusia Indonesia dituangkan dalam
undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia,
menyebutkan bahwa jenis-jenis hak asasi manusia di Indonesia meliputi:
1) hak untuk hidup; 2) hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
3) hak mengembangkan diri; 4) hak memperoleh keadilan; 5) hak atas
kebebasan pribadi; 6) hak atas rasa aman; 7) hak atas kesejahteraan;
8) hak turut serta dalam pemerintahan; 9) hak wanita; serta 10) hak anak.
Terkait hak anak, terutama yang tertuang dalam KHA (Konvensi
Hak Anak) secara umum adalah bahwa: 1) setiap anak berhak
mendapatkan pemenuhan kebutuhan terbaik, 2) setiap anak berhak
terlindung dari semua bentuk kekerasan, 3) setiap anak berhak untuk
memperoleh pendidikan, 4) setiap anak berhak untuk dilindungi dari
eksploitasi ekonomi dan pekerjaan yang berbahaya, serta 5) setiap anak
berhak atas tingkat hidup yang layak.
Sumber lain yang dapat menunjukkan tentang hak-hak anak dapat
disimak dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam undang-undang tersebut secara eksplisit menyebutkan bahwa
setiap anak Indonesia memiliki hak sebagai berikut.
1. hak untuk hidup;
2. hak anak untuk dilindungi orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara;
3. hak anak untuk beribadah;
4. hak anak untuk dilindungi secara hukum dari tindak kekerasan fisik,
mental, dan penelantaran;
5. hak pendidikan;
6. hak untuk beristirahat dan berekspresi;
7. hak memperoleh kesehatan;
8. hak untuk dilindungi dari eksploitasi sosial.
1.18 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
TES FORMATIF 1
3) Berikut ini termasuk dalam jenis bidang HAM , kecuali hak asasi ....
A. pribadi
B. ekonomi
C. manusiawi
D. sosial budaya
PAUD4502/MODUL 1 1.19
4) Berikut ini yang termasuk dalam hak asasi sosial budaya adalah hak ....
A. menjadi PNS
B. melakukan jual beli
C. mendapat pembelaan hukum di pengadilan
D. mendapat pengajaran
Kegiatan Belajar 2
Apakah hak-hak anak usia dini sama dengan hak anak-anak di usia
lainnya? Tentulah secara substansial sama, yang berbeda adalah tindak lanjut
dan cara memfasilitasinya. Hal ini karena suatu upaya tindak lanjut dan cara
memfasilitasi suatu hak harus berdasarkan pertimbangan objektif dari subjek
yang dimaksudkan. Hal-hal objektif itu terkait dengan anak usia dini pada
berbagai karakteristiknya.
Agar pemahaman tentang hak-hak anak usia dini beserta implikasinya
menjadi lebih terfokus, mari kita bahas satu per satu dengan mengacu kepada
hak-hak sebagaimana yang sudah disimpulkan sebelumnya.
3. Anak Usia Dini Berhak untuk Hidup dalam Komunitas yang Aman,
Damai dan Lingkungan yang Sehat
Harapan kita terhadap anak usia dini adalah mereka semua diharapkan
dapat berkembang secara optimal. Di antara kondisi yang dapat
mengantarkan anak-anak usia dini dapat berkembang dengan baik adalah
tersedianya komunitas yang aman, damai dan lingkungan yang sehat. Oleh
karena itu, kondisi komunitas tersebut merupakan bagian hak-hak dasar anak
usia dini dalam mengembangkan dirinya. Lalu bagaimanakah kriteria
PAUD4502/MODUL 1 1.23
komunitas yang aman, damai dan sehat? Terdapat beberapa hal yang menjadi
ciri-cirinya, di antaranya sebagai berikut.
a. Komunitas dan lingkungan tersebut menerima sepenuhnya keberadaan
dan kondisi anak usia dini, baik secara fisik maupun non-fisik.
b. Komunitas dan lingkungan tersebut bersedia berinteraksi dengan anak
usia dini tanpa kecuali dan dengan tangan terbuka.
c. Komunitas dan lingkungan tersebut memenuhi unsur-unsur yang
mendidik, baik dari sisi interaksi maupun ketersediaan sarana dan
prasarananya.
d. Komunitas dan lingkungan tersebut menjamin bahwa hak-hak sosial-
budaya anak usia tidak terabaikan dan dapat terpenuhi secara memadai.
e. Komunitas dan lingkungan tersebut terbebas dari hal-hal yang akan
membahayakan anak usia dini, baik secara fisik maupun non-fisik.
L A T IH AN
R ANG KU MAN
Anak adalah sosok yang luar biasa dan menakjubkan. Kondisi ini
sering disebut sebagai golden ages (usia emas).
Hak-hak anak usia dini yang cukup penting di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Berhak dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan.
2. Berhak untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai dan
lingkungan yang sehat.
3. Berhak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang
sehat serta aktif.
4. Berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan
mengembangkan potensinya.
5. Berhak untuk diberikan kesempatan bermain dan waktu santai.
6. Berhak untuk dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-nyiaan,
kekerasan dan mara bahaya.
7. Berhak untuk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah.
8. Berhak agar bisa mengekspresikan pendapat sendiri.
PAUD4502/MODUL 1 1.27
TES FORMATIF 2
4) Nolte berpesan jika kita ingin anak terbiasa bersikap adil, maka sejak
kecil anak perlu ....
A. selalu diberi dorongan
B. ditimang tanpa pilih kasih
C. banyak mendapatkan pujian
D. diperlakukan dengan jujur
5) Ciri-ciri komunitas dan lingkungan yang aman, damai dan sehat adalah
berikut ini, kecuali ....
A. menerima sepenuhnya keberadaan dan kondisi anak
B. menjamin tidak terabaikannya hak-hak sosial budaya anak
C. terbebas dari hal-hal yang akan membahayakan anak
D. tercukupi dengan berbagai alat permainan di dalam dan luar ruangan
1.28 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
6) Syarat pemenuhan makanan untuk anak usia dini adalah berikut ini,
kecuali ....
A. dapat dimakan sendiri tanpa bantuan orang lain
B. memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan
C. tersebar dari unsur-unsur yang membahayakan
D. diberikan sesuai tata cara yang layak
7) Anak usia dini perlu dilindungi dari segala bentuk penyiksaan dan
kekerasan, karena hal-hal berikut, kecuali ....
A. akan menimbulkan trauma pada anak
B. anak belum mampu melindungi dirinya
C. dampaknya akan berlanjut hingga dewasa
D. pelakunya dapat diproses secara hukum
Kegiatan Belajar 3
of The Rights of The Child) yang pada tahun 1923 diadopsi oleh lembaga
Save The Children Fund International Union. Kemudian pada tahun 1924
untuk pertama kalinya Deklarasi Hak Anak diadopsi secara Internasional
oleh Liga Bangsa-Bangsa. Deklarasi ini dikenal juga sebagai Deklarasi
Genewa. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tahun 1948 Majelis
Umum PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada
tanggal 10 Desember. Peristiwa ini kemudian setiap tahunnya diperingati
sebagai Hari Hak Asasi Manusia se-dunia. Hal ini menandai perkembangan
penting dalam sejarah HAM. Beberapa hal menyangkut hak khusus bagi
anak-anak tercakup dalam deklarasi ini. Pada tahun 1959 Majelis Umum
PBB kembali mengeluarkan pernyataan mengenai hak anak yang merupakan
deklarasi internasional kedua bagi hak anak. Tahun 1979 saat
dicanangkannya Tahun Anak Internasional, Pemerintah Polandia mengajukan
usul bagi perumusan suatu dokumen yang meletakkan standar internasional
bagi pengakuan terhadap hak-hak anak dan mengikat secara yuridis. Inilah
awal perumusan Konvensi Hak Anak. Tahun 1989, rancangan Konvensi Hak
Anak diselesaikan dan pada tahun itu juga naskah akhir tersebut disahkan
dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB tanggal 20 November.
Konvenan ini kemudian diratifikasi oleh setiap bangsa kecuali oleh Somalia
dan Amerika Serikat.
1. Definisi Anak
Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak sebagai
orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal tersebut juga
mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan
1.32 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
2. Prinsip-prinsip Umum
Ada empat Prinsip yang terkandung di dalam Konvensi Hak Anak,
yakni sebagai berikut.
a. Prinsip non-diskriminasi
Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak
Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun.
Prinsip ini tertuang dalam Pasal 2 Konvensi Hak Anak, yakni: “Negara-
negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang diterapkan
dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah hukum
mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa memandang ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau
pandangan-pandangan lain, asal-usul kebangsaan, etnik atau sosial, status
kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak
sendiri atau dari orang tua atau walinya yang sah”. (Ayat 1). “Negara-
negara peserta akan mengambil semua langkah yang perlu untuk menjamin
agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman yang
didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang dikemukakan atau
keyakinan dari orang tua anak, walinya yang sah atau anggota keluarga”.
(Ayat 2).
panti yang dikelola oleh negara), serta melindungi anak-anak dari tindakan
kekerasan oleh orang tua, keluarga atau keluarga pengganti mereka.
resmi (Konvensi Hak Anak Pasal 51 ayat 3). Pihak yang berkewajiban
mengimplementasikan Konvensi Hak Anak adalah negara yang meratifikasi
Konvensi Hak Anak tersebut, dalam hal ini adalah para penyelenggara
negara, walaupun Konvensi ini menempatkan peranan keluarga dan
masyarakat pada posisi yang sentral dalam pemenuhan hak anak. Langkah-
langkah implementasi umum tersebut adalah langkah-langkah umum yang
seharusnya diambil oleh negara peserta yang bertujuan untuk meningkatkan
kondisi hak anak di negara bersangkutan.
Langkah-langkah implementasi umum antara lain meliputi hal-hal
berikut.
a. Niat untuk menarik reservasi.
b. Upaya menyesuaikan legislasi nasional terhadap prinsip dan ketentuan
Konvensi Hak Anak.
c. Upaya perumusan strategi nasional bagi anak yang secara komprehensif
mengacu pada kerangka Konvensi Hak Anak berikut penetapan tujuan-
tujuannya.
d. Penerjemahan Konvensi Hak Anak ke dalam bahasa nasional dan bahasa
daerah serta penyebarluasan Konvensi.
e. Penyebarluasan laporan yang disiapkan oleh pemerintah berikut
kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan oleh Komite Hak Anak
terhadap laporan pemerintah.
f. dan lain-lain.
Namun, sekalipun Konvensi Hak Anak mengikat secara yuridis , belum ada
mekanisme yuridis untuk pemberian sanksi bagi negara yang melakukan
pelanggaran. Sejauh ini sanksi yang bisa diberikan kepada negara yang
melanggar Konvensi Hak Anak berupa sanksi Moral dan sanksi Politis, bisa
dalam bentuk embargo bantuan ekonomi, pengucilan, mempermalukan di
tingkat Internasional, dll. Jika pelanggaran dilakukan oleh orang tua atau
anggota masyarakat, maka negara berkewajiban menjamin agar anggota
masyarakat tidak melakukan pelanggaran hak anak atau menjamin agar jika
terjadi pelanggaran seperti itu, maka pelaku harus mempertanggungjawabkan
tindakannya dan korban dibantu pemulihannya. Hal ini bisa dilakukan
dengan menyelaraskan perundangan dan peraturan nasional sesuai Konvensi
Hak Anak.
melainkan disuruh bekerja di usia sangat muda. "Anak tidak bisa belajar,
bermain, bersosialisasi dan mengembangkan kepribadian dengan baik,"
Artinya para orang tua di Indonesia cenderung menomorduakan sisi
perkembangan dan kebutuhan anak-anaknya.
Dari sudut pemerintah (Negara), tanggung jawab pemenuhan hak-hak
anak ada pada negara melalui berbagai kebijakan. Namun ironisnya,
kebijakan sektoral belum memprioritaskan hak anak. Koordinasi antar
departemen yang bertanggung jawab menjamin hak anak seperti Kementrian
Pemberdayaan Perempuan, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan,
Departemen Tenaga Kerja belum integratif. Artinya hak-hak anak
sebagaimana tertuang dalam Undang – undang Perlindungan Anak hingga
implementasinya masih terbatas bahkan kedodoran, juga anggaran yang
dibutuhkannya masih minim.
Berdasarkan kelemahan sisi-sisi di atas dalam menangani permasalahan
hak-hak anak, diperlukan kerja keras dan upaya yang serius. Untuk
menyadarkan seluruh pihak dan mengupayakan hak-hak anak Indonesia
dapat terpenuhi; sebaiknya kita harus merenungkan kembali ‘makna
mendasar’ yang tertuang dalam Convention on The Right of Children. Kita
harus memahami bahwa lahirnya konvensi hak berimplikasi pada adanya
semacam tuntutan kewajiban bagi semua orang dewasa agar selalu
memberikan sesuatu yang terbaik bagi anak. Maksud dari pengertian
mendasar ini adalah pada hakikatnya tuntutan memberikan sesuatu yang
terbaik bagi anak adalah sebuah kewajiban bagi para orang tua khususnya
dan kita semua para orang dewasa secara kolektif, untuk mau mewujudkan
segala sesuatunya dalam rangka pemenuhan hak anak.
Walaupun saat ini komitmen tertulis dan dukungan peraturan pemerintah
terhadap pemenuhan hak anak ini sudah muncul dan dideskripsikan dengan
jelas, tetapi realisasinya masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang amat besar
dan tidak diketahui pasti waktu penuntasannya
Sebagai jalan keluar dari sudut pandang keluarga, nampaknya para orang
tua sejak saat ini harus mulai memperbaiki sikapnya kepada anak dengan
sungguh-sungguh. Kebiasaan menomorduakan pemenuhan hak anak mulai
sekarang secara sadar harus dibuang jauh-jauh. Pertanyaannya, dari mana
orang tua mulai membangun kesadaran itu? Terdapat beberapa saran
mendasar untuk itu. Pertama, penuhilah hak anak atas gizi dan kesehatan di
dalam keluarga sebaik-baiknya. Kedua, penuhilah hak anak atas pendidikan
mulai dari keluarga secara baik, lalu hantarkan pada lembaga pendidikan
PAUD4502/MODUL 1 1.43
yang dapat memfasilitasinya secara baik pula. Ketiga, tegakkan rasa aman
dan jangan lakukan kekerasan apapun kepada anak oleh orang tua dan orang
dewasa lainnya. Keempat, penuhilah hak anak untuk tersedianya fasilitas-
fasilitas yang dibutuhkan dunianya.
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 3
3) Berdasarkan pasal 1 konvensi hak anak, definisi anak adalah orang yang
belum mencapai usia ....
A. 18 tahun
B. 17 tahun
C. 16 tahun
D. 15 tahun
4) Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child) tertuang
dalam ....
A. pasal 2 ayat 1
B. pasal 2 ayat 2
C. pasal 3 ayat 1
D. pasal 6 ayat 1
1.50 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
5) Menurut komite hak anak PBB, berikut ini adalah anak-anak yang
membutuhkan upaya perlindungan khusus, yaitu anak .…
A. yang terlibat narkoba
B. yang dirawat di rumah sakit
C. angkat
D. pejabat
7) Sanksi bagi pelanggar konvensi hak anak adalah berikut ini, kecuali ....
A. membayar denda
B. embargo bantuan ekonomi
C. pengucilan
D. dipermalukan di tingkat internasional
10) Pasal 28 UU No. 20 Tahun 2003 ditetapkan bahwa pendidikan anak usia
dini dapat diselenggarakan melalui jalur-jalur berikut ini, kecuali ....
A. formal
B. khusus
C. nonformal
D. informal
PAUD4502/MODUL 1 1.51
Tes Formatif 1
1) B. 23 Juli.
2) B. 2 – 4 tahun.
3) C. Manusiawi.
4) D. Mendapat pengajaran.
5) A. Ayat 1.
6) B. UU. No. 5 Tahun 2000.
7) C. Advokasi kebijakan.
8) A. Hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh
siapa pun.
9) B. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
10) C. Hidup.
Tes Formatif 2
1) D. Memiliki identitas diri.
2) D. Mahal.
3) C. Mudah lelah.
4) B. Ditimang tanpa pilih kasih.
5) D. Tercukup dengan berbagai alat permainan di dalam dan luar
ruangan.
6) A. Dapat dimakan sendiri tanpa bantuan orang lain.
7) D. Pelakunya dapat diproses secara hukum.
Tes Formatif 3
1) B. 4 bagian.
2) D. Langkah-langkah implementasi umum.
3) A. 18 tahun.
4) C. Pasal 3 ayat 1.
5) A. Yang terlibat narkoba.
6) C. Negara.
7) A. Membayar denda.
PAUD4502/MODUL 1 1.53
8) D. 25 Agustus 1990.
9) A. Menempuh pendidikan.
10) B. Khusus.
1.54 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Daftar Pustaka
Bertens. (1989). Filsafat Barat Abad XX. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Modul 2
P erwujudan atas setiap isi yang terkandung dalam naskah KHA sangatlah
penting untuk segera direalisasikan. Salah satu sasaran yang perlu
dijangkau adalah sasaran penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan
pada jalur informal. Pendidikan usia dini jalur informal secara umum adalah
yang diselenggarakan oleh keluarga-keluarga yang ada di Indonesia. Dengan
penerapan pendidikan anak usia dini jalur informal berlandaskan pada
rumusan-rumusan yang tertuang dalam KHA, maka diharapkan setiap anak
yang dibina dalam pendidikan keluarga dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Untuk dapat memahami maksud dari pernyataan di atas, maka Anda
dianjurkan mempelajari secara seksama modul ini. Kemudian diharapkan
Anda dapat memahami tentang implikasi konvensi hak anak pada PAUD di
jalur informal. Secara lebih khusus, setelah mempelajari modul ini dengan
cermat diharapkan Anda dapat menjelaskannya beberapa hal berikut.
1. Batasan Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Informal.
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini Informal.
3. Implikasi Konvensi Hak Anak Pada Pendidikan Anak Usia Dini pada
Jalur Informal.
Kegiatan Belajar 1
Semakin optimal dan luas orang tua mengembangkan otak anak akan
makin menantangnya untuk belajar dan mencari pengalaman baru. Dengan
demikian sikap dan prilaku orang tua akan sangat menentukan perubahan
pada prilaku dan sikap anak.
Yang perlu dipegang dari nasihat para ahli, khususnya Montessori
tentang cara belajar anak adalah bahwa anak belajar secara alami dan
perlahan dari orang yang berhubungan dengannya. Janganlah orang tua
memaksakan kehendak, lihatlah anak dari sudut anak; bukan dari sudut orang
tua semata. Anak sama halnya dengan orang dewasa, ia tidak akan
berkembang secara leluasa bila berada di bawah tekanan atau ancaman pihak
lain.
Hal lain sebagai pedoman adalah, meskipun orang tua diperkenankan
intervensi pada pertumbuhan dan belajar anak tetapi perlu dicamkan, yaitu
jangan pernah melakukan sesuatu untuk anak, bila dia mampu
mengerjakannya sendiri.
Orang tua juga perlu senantiasa memberikan dorongan positif pada anak,
menurut Colin Rose (Perintis Belajar dipercepat asal Inggris): ‘Apabila anda
menganggap diri Anda sebagai seorang pelajar yang buruk, maka sepanjang
hidup anda akan menjadi pelajar yang buruk’. Riset di AS membuktikan,
bahwa sejak amat dini kebanyakan anak-anak menerima sekurangnya 6
tanggapan negatif untuk setiap tanggapan positif. Komentar-komentar
seperti “Jangan berbuat begitu !”, atau “Engkau tidak melakukannya dengan
baik !”, sering kali muncul. Komentar-komentar tersebut merupakan awal
masalah bagi perkembangan dan pertumbuhan belajar anak yang akan
dibawa hingga dewasa. Yang mungkin akan berdampak pada studi di
sekolahnya kelak. Untuk itu orang tua hendaknya selalu selektif dalam
memilih dan mengembangkan sikap dan prilaku terhadap anak-anaknya.
menguasai pola asuh yang tepat sehingga dapat diterima oleh anak. Kedua
prinsip tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
kondisi yang belum matang, maka setiap anak berhak untuk mencoba dan
melakukan kesalahan. Mencoba dan melakukan kesalahan adalah fitrah anak,
karena merupakan bagian dari proses dan tahapan perkembangan setiap anak.
Bersikaplah bijak kepada anak yang senang mencoba dan kepada anak
yang melakukan kesalahan. Bahkan secara mendasar, dapat disampaikan
berdasarkan kajian perkembangan anak, sebetulnya jika terdapat anak usia
dini yang melakukan satu kesalahan sebetulnya lebih dikarenakan anak
belum tahu salah dan benar secara tepat. Jadi kesimpulannya, kesalahan yang
dilakukan oleh anak usia dini adalah suatu kewajaran.
materinya dapat sama dengan materi yang diberikan oleh jalur lain, yaitu
jalur formal atau nonformal.
b. Pendidikan anak usia dini jalur informal dapat merupakan alternatif bagi
keluarga yang tidak/belum memungkinkan anaknya masuk pendidikan
jalur lainnya. Beberapa alasan yang sering dan diduga menghambat
orang tua belum/tidak dapat memasukan anaknya ke jalur lain
(formal/nonformal), misalkan: 1) permasalahan kesulitan pembiayaan
atau pendanaan, 2) tidak atau belum menemukan jalur pendidikan lain
yang nilai-nilainya dianggap cocok/layak, 3) muncul kekhawatiran
terhadap kondisi dan pelayanan pendidikan dari jalur lain, 4) unsur
keengganan orang memasukkan anaknya ke jalur lain.
L A T IH AN
R ANG KU MAN
Adapun Ragam Pola Asuh yang Dapat Diterapkan Orang Tua, yaitu:
adalah: otoriter, otoritatif, dan laissez-faire (permisif). Pengasuhan yang
otoriter (authoritarian parenting) ialah suatu gaya pengasuhan yang
membatasi dan menghukum serta menuntut anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha.
Pengasuhan yang otoritatif (authoritative parenting), mendorong anak-
anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan
pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Selanjutnya, pengasuhan
yang permissive-indifferent ialah suatu gaya di mana orang tua sangat
tidak terlibat dalam kehidupan anak.
PAUD4502/MODUL 2 2.17
TES FORMATIF 1
2) Dunia anak adalah dunia bermain, apakah maksud dunia bermain itu ….
A. aktivitas yang membuat senang dan ceria setiap anak
B. pendekatan yang membantu tumbuh kembang anak
C. wujud dari gambaran isi dan kehendak seseorang
D. anak-anak yang diberikan kesempatan untuk dapat bereksplorasi
dengan lingkungan
8) Suatu gaya di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak, tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial
khususnya kurangnya kendali diri. Disebut dengan pola pengasuhan ….
A. permissive-indulgent
B. permissive-indifferent
C. laissez-faire (permisif)
D. otoritatif
10) Berikut adalah sikap dan perilaku orang tua pada pola pengasuhan
Authoritarian, kecuali ….
A. suka menghukum secara fisik
B. cenderung emosional dan bersikap menolak
C. bersikap kaku (keras)
D. tidak mempunyai arah masa depan yang jelas
Kegiatan Belajar 2
3. Melibatkan anak
Usahakan untuk selalu melibatkan anak dalam kegiatan dan keputusan
keluarga. Contohnya, saat merencanakan liburan bersama. Anak juga
perlu dilibatkan dalam tugas rumah sehari-hari yang disesuaikan dengan
usianya.
6. Tegakkan disiplin
Melakukan positive parenting bukan berarti orang tua mendiamkan
sesuatu yang salah yang dilakukan anak. Anak perlu belajar atas perilaku
yang bisa diterima, sehingga pendisiplinan perlu diterapkan. Disiplin
harus ditegakkan segera setelah perilaku yang tidak baik dilakukan. Cara
pendisiplinan yang disarankan dapat dengan teknik time out dan
grounded, yang bisa efektif bila diterapkan dengan tepat. Time out bisa
diberikan dengan mendiamkan anak atau orang tua tidak memberi reaksi
apa-apa kepada anak. Tindakan ini merupakan respons orang tua atas
perilaku anak yang tidak diinginkan. Biarkan atau tinggalkan anak
sendiri agar dapat berpikir tentang perbuatannya. Sementara untuk
grounded, anak diharuskan menyelesaikan satu tugas untuk bisa
mendapat kesenangannya lagi. Contohnya, bila anak suka menonton film
Sponge Bob dan ia tidak mau mandi, orang tua bisa melakukan grounded
dengan cara melarangnya nonton film tersebut jika anak belum mandi.
Pendisiplinan ini perlu dilakukan secara konsisten dan harus selalu
didasarkan pada perilaku anak. Orang tua sebaiknya tidak langsung
memberikan sanksi apabila anak baru melakukan perilaku tidak baik
pertama kali dan belum pernah diberitahukan sebelumnya bahwa
perilakunya itu buruk.
Memang, tidak ada orang tua yang sempurna. Yang penting untuk
menjadi orang tua efektif adalah apa yang dilakukan sejalan dengan waktu
dan kondisi yang ada. Artinya dalam penerapan hal-hal tersebut tetap harus
luwes dan bersifat kontekstual. Jika penerapannya tepat, itu pertanda baik
bahwa orang tua bukan hanya berhasil dalam penyelenggaraan pendidikan
informal, tetapi ia pun dapat dianggap berhasil dalam menerapkan hak-hak
anak dalam pengasuhannya.
3. Pola asuh yang dipilih adalah yang memungkinkan kondisi anak dapat
diterima sepenuhnya.
4. Pola asuh yang dipilih adalah yang menjamin anak tidak frustrasi dalam
mengikutinya.
5. Pola asuh yang dipilih adalah yang mampu menjalin terjadinya
hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak.
6. Pola asuh yang dipilih adalah yang dapat meminimalisir dampak-
dampak negatif terhadap anak.
7. Pola asuh yang dipilih adalah yang dapat dijalankan secara konsisten
8. Pola asuh yang dipilih adalah yang memungkinkan ditunjang oleh daya
dukung tersedia di lingkungan keluarga (di rumah).
1. Faktor Bawaan
Faktor bawaan adalah sifat yang dibawa anak sejak lahir seperti
penyabar, pemarah, pendiam, banyak bicara, cerdas, atau tidak cerdas.
Keadaan fisik seperti warna kulit, bentuk hidung, sampai rambut. Faktor
bawaan merupakan warisan dari sifat ibu/bapak atau pengaruh sewaktu anak
berada dalam kandungan, misalnya pengaruh gizi, dan penyakit. Faktor
bawaan dapat mempercepat, menghambat atau melemahkan pengaruh dari
lingkungan. Tidak dapat dibandingkan anak yang satu dengan yang lain tanpa
memperhitungkan faktor ini.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor dari luar diri anak yang mempengaruhi
proses perkembangan anak. Faktor tersebut meliputi suasana dan cara
pendidikan lingkungan tertentu, lingkungan rumah atau keluarganya, dan hal
lain seperti sarana dan prasarana yang tersedia misalnya alat bermain atau
lapangan bermain. Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya
fungsi tertentu dari anak yang dapat menghambat atau mengganggu
kelangsungan perkembangan anak. Pengaruh yang sangat besar dan sangat
menentukan dirinya nanti sebagai orang dewasa adalah ketika anak berusia di
bawah 6 tahun.
PAUD4502/MODUL 2 2.27
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
4) Saat berbicara dengan anak, orang tua harus melakukan kontak mata
dengan mereka, hal tersebut merupakan salah satu cara orang tua saat ....
A. menyelesaikan masalah saat sedang dingin
B. komunikasi dengan anak
C. berkata ”I Love You”
D. menjadi panutan bagi anak
5) Agar model pola asuh sebagai cara dan sasaran pendidikan anak usia dini
dapat tepat sesuai harapan, hendaklah dalam pemilihannya
mempertimbangkan hal-hal tertentu yaitu pola asuh yang dipilih ….
A. memungkinkan anak dapat diterima sepenuhnya
2.32 Program Pelibatan Orang tua dan Masyarakat
9) Suasana keluarga yang harmonis, stabil dan bahagia, pada anak usia
prasekolah sudah terlihat mulai ….
A. melihat adanya perbedaan jenis kelamin
B. menirukan kata-kata dan perilaku
C. mengenal nama-nama di sekitarnya
D. mulai menggolong-golongkan serta membedakan benda berdasarkan
kegunaannya
PAUD4502/MODUL 2 2.33
10) Berikut adalah cara atau model pola asuh sebagai sasaran PAUD
Informal, kecuali ….
A. dapat dijalankan secara konsisten
B. dapat meminimalisasi dampak-dampak negatif terhadap anak.
C. mampu menjalin terjadinya hubungan yang harmonis antara orang
tua dengan anak
D. selalu mendekatkan diri dengan anak
Kegiatan Belajar 3
1. PAUD Jalur Informal yang Menjunjung Hak Lahir, Hak Nama dan
Hak Kewarganegaraan
Kelahiran adalah pintu pertama seseorang tiba di dunia. Oleh karena itu
tidak seorang pun boleh dihalangi untuk datang ke dunia ini secara selamat
dan lancar. Seiring dengan kelahirannya, seseorang membutuhkan identitas
sehingga setiap orang membutuhkan nama. Karenanya nama merupakan hak
asasi setiap anak sejak kelahirannya. Selain itu, ia juga secara legal
membutuhkan pengakuan sebagai bagian dari suatu negara maka anak
tersebut berhak mendapatkan kewarganegaraan sehingga secara hukum ia
memiliki kesetaraan dengan warga negara lainnya. Lalu bagaimanakah
keluarga, terutama orang tua menyelaraskan pola pengasuhannya dengan
hak-hak tersebut? Berikut adalah beberapa anjuran yang dapat dilakukan
oleh orang tua terhadap anak terkait dengan KHA.
a. Mengakui dan menerima anak-anak yang telah lahir dengan sepenuh hati
dalam keluarga. Lapang dalam menerima ‘potensi bawaan’ yang melekat
pada anak baik positif maupun negatif. Sambutlah anak yang baru lahir
dengan senyuman, sapaan dan perawatan yang tulus. Dalam konteks
Islam anak yang baru lahir biasanya diazani dan diqomati, dan
selanjutnya disyukuri dengan akikah. Memperdengarkan suara azan dan
komat di telinga anak yang baru lahir merupakan pendidikan pertama
yang sesuai dengan hak anak.
b. Setelah anak memiliki nama maka dalam berinteraksi, sapalah namanya
dengan benar dan tepat. Hal ini penting karena di samping nama itu
sebagai suatu doa atau harapan, maka dengan menyapa nama secara
benar merupakan latihan dan peniruan berbahasa yang bernilai.
c. Terkait kewarganegaraan biasanya berhubungan urusan legal-formal.
Setelah anak dilahirkan segeralah dibuatkan akta kelahirannya.
sayang yang setulusnya. Sehingga ia akan merasa bahagia; dan akan menjadi
generasi yang berakhlak dan bermoral lebih baik. Cara-cara menerapkan
kasih sayang dalam pendidikan keluarga, di antaranya dengan cara adalah
sebagai berikut.
a. Pendidikan dengan empati
Anak usia dini secara fisik maupun psikis berada pada kondisi yang
lemah. Oleh karena itu, orang tualah yang dapat mengatur dan
menentukan bobot dan beban pendidikan pada setiap anaknya.
Pertimbangan yang paling tepat dan menjadi rambu-rambu terhadap
segala stimulasi dan responsnya adalah perasaan empati sesuai keadaan
anak. Hendaklah orang tua dalam menyampaikan sesuatu pada anak
sesuai dengan kesanggupan fisik atau pikirannya. Sebaiknya tidak
memberikan beban yang melebihi kesanggupan anak, karena dapat
mengakibatkan stres dan trauma berkepanjangan.
b. Pendidikan sentuhan
Sentuhan atau belaian dari seorang ibu atau bapak akan sangat
mendekatkan hubungan anak dengan orang tua. Hal itu bukan hanya
mendekatkan terjadinya stimulus-respons antara anak dengan orang tua,
tetapi akan memperkuat ikatan emosional di antara keduanya, yang akan
berujung pada ikatan kasih sayang antara anak dengan orang tua.
c. Pendidikan tanpa teriakan
Anak dapat dihantar untuk dapat menjadi pendengar yang baik. Untuk
itu sebetulnya orang tua tidak perlu menggunakan teriakan saat
berkomunikasi atau berinteraksi dengan anak. Gunakanlah volume suara
yang wajar, sehingga anak akan menerima pesan nilai dan pengalaman
belajar, dan mendapat pengalaman cara komunikasi yang santun.
d. Pendidikan yang diikuti dengan doa yang tulus
Orang tua hanya berusaha dengan sekuat tenaga dalam mengantarkan
anak-anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tetapi
penentu akhirnya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena tiada
salahnya setiap orang tua senantiasa mendoakan anaknya agar dapat
tumbuh dan berkembang sesuai harapan-harapannya.
mereka buat sendiri. Ketika tidak dihalangi untuk melakukan hal-hal ini,
mereka terus melakukannya secara berulang-ulang untuk mencapai yang
lebih baik lagi. Kreativitas akan terpupuk saat demi saat dan tahap demi
tahap (Holt,1991).
e. Eistein, sebagaimana disitir Hudson (1973), memiliki keyakinan bahwa
“permainan kombinasi” (combinatory play) menjadi bagian penting dari
pikiran kreatif anak. Lebih lanjut Ofsted (1996) menambahkan bahwa
permainan membentuk satu bagian dari enam wilayah pembelajaran
(yang salah satunya disebut wilayah kreatif).
f. Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak.
Menurut Catron & Allen (1999), bermain mendukung perkembangan
sosialisasi dalam hal-hal berikut ini.
1) Interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa
dan memecahkan konflik.
2) Kerja sama, yakni interaksi saling membantu, berbagi, dan pola
pergiliran.
3) Menghemat sumber daya, yakni menggunakan dan menjaga benda-
benda dan lingkungan secara tepat.
4) Peduli pada orang lain seperti memahami dan menerima perbedaan
individu, memahami masalah multibudaya.
g. Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut
Suatu studi melaporkan adanya reaksi sekelompok anak setelah mereka
menyaksikan kecelakaan di taman bermain dan mendeskripsikan
bagaimana melampiaskan tekanan itu melalui bermain (Brown, dkk
dalam Brewer, 1995). Anak-anak dalam kelompok yang berbeda
menggambarkan kecelakaan itu ke dalam kegiatan bermain yang
berbeda, tetapi setiap kelompok mengungkapkan ketakutan mereka dan
mencoba membebaskannya melalui permainan “rumah sakit-rumah
sakitan” atau permainan lain yang menceritakan orang yang kesakitan.
Barnett (dalam Brewer, 1995) menemukan bahwa anak-anak yang
ketakutan akan terkurangi rasa takutnya setelah mereka mengekspresikan
ketakutannya itu dalam kegiatan bermain.
h. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial
Bermain membantu perkembangan emosi yang sehat dengan cara
menawarkan kesembuhan dari rasa sakit dan kesedihan (Cass, 1974)
dalam Catron & Allen, 1999). Melalui bermain anak menyerap,
PAUD4502/MODUL 2 2.41
a. Orang tua dapat berperan dalam memilih tempat, bahan, alat dan media
main yang dianggap cocok, aman dan sesuai kebutuhan perkembangan
anak.
b. Jika orang tua memiliki keyakinan bahwa lingkungan dan sarana
bermain anak cukup aman, orang tua boleh mengizinkan anak untuk
bermain sendiri.
c. Orang tua juga menjadi teman bermain anak. Suasana bermain anak akan
lebih bermakna lebih terjaga keamanannya.
d. Akan sangat baik jika diberi kesempatan bermain dengan berbagai
perabot rumah. Tentunya tetap mempertimbangkan aspek manfaat dan
kelayakannya.
e. Orang tua dapat berperan sebagai pengamat kegiatan main anak sehingga
kemajuan main dan dampak-dampaknya dapat terdeteksi dengan baik.
L A T IH AN
1) Bermain merupakan bagian dari hak anak usia dini, Mengapa demikian?
Jelaskanlah!
2) Dengan bermain yang dilakukan oleh anak usia dini hal apa sajakah yang
mereka peroleh dari kegiatan tersebut!
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 3
10) Ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh orang oleh orang tua dalam
menerapkan kegiatan bermain bersama anak kecuali ….
A. orang tua dapat berperan dalam memiliki tempat, bahan, alat dan
media bermain yang dianggap cocok, aman dan sesuai kebutuhan
perkembangan anak
B. suasana bermain anak akan lebih bermakna, di samping kegiatan
main anak lebih terjaga keamanannya
C. memberi kesempatan bermain dengan berbagai perabot rumah
D. memfasilitasi pendidikan anak usia dini di lingkungan keluarga
hendaklah dalam kondisi emosi yang relatif stabil
2.48 Program Pelibatan Orang tua dan Masyarakat
Tes Formatif 1
1) B. Anak yang perlu diberikan dan dikembangkan nilai-nilai
mendasar yang dapat digunakan secara fungsional dalam
kehidupannya kelak.
2) A. Aktivitas yang membuat senang dan ceria setiap anak.
3) C. Mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan
batas-batas dan pengendalian atas tindakan mereka.
4) A. Perspektif sosio-kultural.
5) C. Tidak seimbangnya perhatian masyarakat dan pemerintah dalam
menangani dan memfasilitasi jalur pendidikan.
6) A. Keabsahan dari kacamata peraturan resmi (formal) yang
bersumber dari UU.
7) A. Otoratif.
8) B. Permissive- indifferent.
9) A. Authoritarian parenting.
10) D. Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas.
Tes Formatif 2
1) A. Membedakan bentuk.
2) C. Memberikan tanggung jawab kepada anak terhadap pekerjaan
rumah.
3) D. Orang tua dapat mengenali anaknya dengan baik.
4) B. Komunikasi dengan anak.
5) A. Memungkinkan anak dapat diterima sepenuhnya.
6) C. Orang tua tidak mendiamkan sesuatu yang salah yang dilakukan
anak.
7) A. Sifat yang dibawa anak sejak lahir.
8) A. Sejak dalam kandungan sudah membiasakan anak hidup serba
teratur, hangat dan penuh perlindungan.
9) A. Melihat adanya perbedaan jenis kelamin.
10) D. Selalu mendekatkan diri dengan anak.
2.50 Program Pelibatan Orang tua dan Masyarakat
Tes Formatif 3
1) C. Komunitas yang aman, damai dan lingkungan yang sehat.
2) D. Membiarkan anak berkembang dengan sendirinya di masyarakat
3) B. Mendekatkan terjadinya stimulus-respons antara anak dengan
orang tua.
4) A. Dapat menerima pesan nilai dan pengalaman belajar.
5) A. Komunitas dan lingkungan bersedia berinteraksi dengan anak usia
dini tanpa kecuali dan dengan tangan terbuka.
6) A. Janganlah melakukan kegiatan pendidikan kepada anak pada saat
anak dalam kondisi lapar atau haus.
7) A. Terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik.
8) B. Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan.
9) C. Dengan teman sebaya, orang dewasa dan memecahkan konflik.
10) D. Memfasilitasi pendidikan anak usia dini di lingkungan keluarga
hendaklah dalam kondisi emosi yang relatif stabil.
PAUD4502/MODUL 2 2.51
Daftar Pustaka
Asbjorn Eide. (2001). Hak Atas Standar Hidup yang Layak Termasuk Hak
Pangan dalam Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya: Esai-esai Pilihan,
Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus Arus (ed.), Jakarta, 2001
Bee, Helen. (1997). The Developing Child (Eighth Ed). New York: Addiso-
Wesley Educational Publishers Inc. 1997
Gautama. (2004). Lebih Jauh tentang Sentra dan Saat Lingkaran. Jakarta:
Depdiknas.
Rachel Hodgkin and Peter Newell. (1998). Implementation Handbook for the
Convention on the Rights of the Child, UNICEF, New York.
Stern, W. (1930). Die Psychology der Fruhen Kindheit. Den Haag: Nijhof.
The White House Summit on Early Cognitive Chilhood Development.
Available at: (http://www.whitehouse.gov/infocus/earlychildhood/sect2.
html).
Yayasan Kusuma Buana. (2005). Komunikasi dan Media Interaksi Orang tua
dan Anak. Jakarta.
Yayasan Surya Kanti. (2000). Perkembangan Emosional pada Bayi dan Anak
(Buku Panduan untuk orang tua).
Young, Mary Eming (ed). (2002). From Early Child Development to Human
Development. Washington, D.C: The World Bank
Sumber Perundangan/Peraturan:
Ordonansi No.9 Tahun 1949 mengenai Perubahan Peraturan tentang
Pembatasan Kerja Anak-anak (Stb. No. 8 Tahun 1949);
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional;
Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO 182
mengenai Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak (LN Tahun
2000 No. 30, TLN No. 3941);
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta:
Setneg;
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Setneg;
Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO 138
mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja (LN Tahun
1999 No. 56, TLN No. 3835);
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (LN
Tahun 1999 No. 60, TLN No. 3839);
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (LN Tahun 1999 No. 72, TLN No. 3848).
Sumber website/internet:
http:// www.crin.org
http://www.bkkbn.go.id
http://www.unicef.org/crc
http://www.pembelajar.com
http://www.stopchildlabor.org
http://www.ohchr.org/english/law/pdf/crc.pdf
PAUD4502/MODUL 2 2.55
http://www.ohchr.org/english/bodies/crc/index.htm
http://www.nakertrans.go.id/newsdetail.php?id=202
http://www.duniaesai.com/pendidikan/didik11.html
http://www.citraaditya.com/detail_buku.php?id=257
http://www.pkpa-indonesia.org/news/pekerjaanak.htm
http://www.ham.go.id/index_HAM.asp?menu=artikel&id=43
http:// www.idp-europe.org/indonesia/docs/KonvensiHakAnak.pdf
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid
=2025
http://www.childdevelopmentinfo.com/development/normaldevelopm
ent.shtml.
http://akhwat.kpii.net/index.php?option=com_content&task=view&id=196&I
temid=43
http://www.acehforum.or.id/gerakan-rakyat-membangun-
t1437.html?s=5e635a35338e1654
http://www.edukasiindonesia.com/index.php?bahasa=indo&mulai=0&hal=1
&mod=artikel&palingatas=3&id=197
http://www.ypha.or.id/information.php?subaction=showfull&id=1178121022
&archive=&start_from=&ucat=2&
Modul 3
PEND AHULU AN
Kegiatan Belajar 1
Pendidikan Anak Usia Dini atau disingkat 'PAUD' adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik-
beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan anak usia dini.
Jika dinyatakan secara tegas dari pernyataan tersebut, sebetulnya
terdapat dua tujuan penting dari diselenggarakannya PAUD yaitu berupa
tujuan utama dan tujuan penyerta. Tujuan utama dari PAUD adalah
membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki
kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan selanjutnya serta
mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta yang diharapkan
adalah dari PAUD dapat membantu menyiapkan anak dalam mencapai
kesiapan belajar (akademik) yang menunjang kebutuhan pendidikan
selanjutnya, terutama pada saat memasuki dunia sekolah kelak.
Jelaslah bahwa semua tujuan PAUD di atas tidak mungkin dapat tercapai
secara baik dan optimal apabila tidak diupayakan dengan kesungguhan. Salah
satu upaya penting yang dapat dilakukan adalah melalui penyelenggaraan
pendidikan non-formal. Hal tersebut mengacu kepada Pasal 28 Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, di mana
menyebutkan bentuk satuan PAUD jalur non-formal merupakan salah satu
lembaga/wadah PAUD sebagai instrumen utama dalam pencapaian tujuan-
tujuan PAUD. Lalu apakah sesungguhnya PAUD jalur non-formal itu?
3.4 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
b. Kelompok Bermain
Kelompok Bermain sering disingkat dengan sebutan KB, yaitu bentuk
pendidikan non-formal yang menyediakan layanan pendidikan bagi anak usia
2-6 tahun. KB berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi
anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Dalam menjalankan
fungsinya, KB dapat berfungsi sebagai layanan semi intensif, karena
biasanya dilaksanakan 3-6 kali/minggu dengan lama waktu yang digunakan
antara 2-3 jam.
Tabel 3.1
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Anak usia 0 – 12 bulan
Tabel 3.2
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Tahap usia 12 – 24 bulan
Tabel 3.3
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 2 – 3 Tahun
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
1. Motorik a. Berjalan sambil berjinjit
Kasar b. Melompat ke depan dan ke belakang dengan dua kaki
c. Melempar dan menangkap bola
d. Menari mengikuti irama
e. Naik-turun tangga dengan berpegangan
2. Motorik a. Meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima jari
Halus b. Melipat kertas meskipun belum rapi/lurus
c. Menggunting kertas tanpa pola
d. Koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda pipih
(sikat gigi, sendok)
3. Kognitif a. Menyebut bagian-bagian suatu gambar (wajah orang, mobil,
binatang, dan sebagainya)
b. Memahami prinsip ukuran (besar-kecil, panjang-pendek)
c. Mengenal kembali bagian-bagian tubuh (lima bagian)
d. Mengenal 3 macam bentuk geometri ( , , )
4. Bahasa a. Hafal beberapa lagu sederhana
b. Memahami cerita/dongeng sederhana
3.12 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
c. Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana,
mengapa, di mana)
d. Memahami perintah sederhana (letakkan pensil di atas meja,
ambil buku dari dalam tasmu)
5. Sosial- a. Memahami hak orang lain (harus antri, menunggu giliran)
Emosional b. Menunjukkan sikap berbagi, membantu, bekerja bersama
c. Menyatakan perasaan terhadap anak lain (suka dengan teman
karena baik hati, tidak suka karena nakal, dan sebagainya)
d. Berbagi peran dalam suatu permainan (menjadi dokter, perawat,
atau pasien; menjadi penjaga toko atau pembeli)
6. Pemahaman a. Meniru gerakan berdoa/sembahyang sesuai agamanya
Moral dan b. Hafal doa pendek sesuai agamanya
Agama c. Memahami kapan mengucapkan salam, terima kasih, maaf, dan
sebagainya.
Tabel 3.4
Tingkat Perkembangan Anak Usia 3 – 4 Tahun
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
1. Motorik a. Berlari sambil membawa sesuatu yang ringan (bola)
Kasar b. Naik-turun tangga dengan kaki bergantian
c. Melempar bola ke dalam keranjang
d. Melompat turun dari ketinggian kurang lebih 20 cm (di bawah
tinggi lutut anak)
e. Meniru gerakan senam sederhana
2. Motorik a. Menuang air, pasir, atau biji-bijian ke dalam tempat penampung
Halus (mangkuk, ember)
b. Memasukkan benda kecil ke dalam botol (potongan lidi, kerikil,
biji-bijian)
c. Meronce manik-manik yang tidak terlalu kecil dengan benang
yang agak kaku
d. Menggunting kertas
3. Kognitif a. Menempatkan benda dalam urutan berdasarkan ukuran (paling
kecil-paling besar)
b. Menemukan/mengenali bagian yang hilang dari suatu pola
gambar (wajah orang, mobil, dan sebagainya)
c. Mengekspresikan diri
d. Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama
(perbedaan antara buah rambutan dan pisang; perbedaan antara
ayam dan kucing)
PAUD4502/MODUL 3 3.13
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
4. Bahasa a. Menyatakan keinginan dengan mengucapkan kalimat sederhana
(saya ingin main bola)
b. Menceritakan pengalaman yang dialami dengan cerita sederhana
c. “Membaca” cerita bergambar dalam buku dengan kata-kata
sendiri
d. Memahami perintah yang mengandung 2 pengertian (ambil buku
di atas meja lalu berikan kepada ibu pengasuh atau pendidik)
Tabel 3.5
Tahap Usia 4 - 5 Tahun
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
1. Motorik a. Menari menirukan gerakan-gerakan binatang, pohon tertiup
Kasar angin, pesawat terbang, dan sebagainya
b. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut)
2. Motorik a. Mengoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam
Halus melakukan gerakan yang lebih rumit secara baik
b. Memasang dan melepas kancing baju
c. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni (menggambar,
melukis, dan lain-lain)
d. Membuat suatu bentuk dengan lilin/tanah liat (wax, clay)
3. Kognitif a. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna atau
ukuran
b. Menyebutkan beberapa angka dan huruf
c. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi
sebagai mobil)
d. Mengenal sebab-akibat tentang alam sekitar
4. Bahasa a. Mengutarakan sesuatu hal kepada orang lain
b. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau
ketidaksetujuan
c. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal,
3.14 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dan sebagainya)
d. Menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar
5. Sosial- a. Mampu berbagi, menolong, dan membantu teman
Emosional b. Antusias dalam melakukan perlombaan
c. Menahan perasaan dan mengendalikan reaksi (sakit tetapi
tidak menangis; marah tetapi tidak memukul)
d. Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan
6. Pemahaman a. Berdoa sebelum atau sesudah melakukan sesuatu
Moral dan b. Mengenal perilaku baik dan buruk
Agama c. Menangkap tema cerita mengenai perilaku baik dan/ atau
buruk
Tabel 3.6
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 5 - 6 Tahun
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
1. Motorik Kasar a. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam
menirukan tarian atau senam
b. Meniti balok titian
c. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
2. Motorik Halus a. Menggambar – menulis
b. Menggunting
c. Menempel gambar dengan tepat
d. Menyimpulkan tali sepatu
e. Menyikat gigi tanpa bantuan
3. Kognitif a. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi (pisau untuk
memotong, pensil untuk menulis)
b. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan
menyelidik
c. Mencari alternatif dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam suatu aktivitas
d. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan
bersama teman-teman
e. Menunjukkan inisiatif dan kreativitas dalam memilih tema
permainan
4. Bahasa a. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok
kalimat-predikat-keterangan)
b. Terlibat dalam pemilihan dan memutuskan aktivitas yang
akan dilakukan bersama temannya
c. Perbendaharaan kata lebih kaya dan lengkap untuk
melakukan komunikasi verbal
PAUD4502/MODUL 3 3.15
Aspek
Pencapaian Perkembangan
Perkembangan
5. Sosial Emosional a. Bersikap kooperatif dengan teman
b. Menunjukkan sikap toleran
c. Mengekspresikan emosi dalam berbagai situasi (senang-
gembira-antusias dan sebagainya.)
d. Memahami peraturan dan disiplin
e. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai
sosial budaya setempat
6. Pemahaman a. Mengenal agama yang dianut
Moral dan b. Menghormati agama orang lain
Agama c. Mengenal ritual dan hari besar agama
d. Memahami perilaku utama (jujur, penolong, sopan, hormat, dan
sebagainya.)
Tabel 3.7
Standar Kompetensi Guru PAUD
(2) Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan yang berisi pilihan-pilihan
alat permainan maupun jenis permainan yang dapat dilakukan
anak secara individual maupun kelompok. Dalam kegiatan ini
dapat digunakan berbagai metode yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Kegiatan inti meliputi hal-hal
berikut:
(a) Pengembangan kemampuan bahasa melalui berbicara
untuk mengemukakan pendapat atau mengungkapkan
pengalaman, mendengarkan dongeng/cerita, bercerita,
membaca gambar, dan menulis (membuat coretan).
(b) Pengenalan matematika dan sains yang sesuai dengan
lingkungan sekitar.
(c) Pengembangan kepekaan dan seni melalui seni musik, tari,
drama, karya dan lukis.
(d) Keterampilan koordinasi motorik kasar dan halus dalam
berbagai kegiatan fisik.
(e) Pengembangan keterampilan mengurus diri sendiri (self
help skill)
(f) Membentuk kebiasaan-kebiasaan sikap dan perilaku untuk
membangun kepribadian, sosialisasi dan respektasi
terhadap teman yang berkebutuhan khusus.
Kegiatan inti diakhiri dengan istirahat untuk makan bersama
(bekal yang dibawa dari rumah atau disediakan oleh layanan
PAUD). Dalam kegiatan ini diisi dengan memberikan
pengertian kepada anak mengenai gizi, kebersihan, kesehatan,
dan melatih tata cara makan.
(3) Penutup
Kegiatan penutup bertujuan untuk melakukan refleksi dan
merangkum seluruh kegiatan yang telah berlangsung selama
satu hari. Pendidik membacakan atau menyampaikan cerita
sederhana yang bermakna bagi anak memberikan umpan balik
yang positif dan penguatan dalam bentuk pujian kepada anak,
baik secara verbal maupun non-verbal
c) Kelompok usia 4 – 6 tahun
Layanan untuk anak usia 4 – 6 tahun menekankan pada pemberian
stimulasi yang terintegrasi pada seluruh aspek perkembangan anak
3.26 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
L A T IH AN
Cobalah Anda amati salah satu lembaga PAUD yang terdapat di sekitar
Anda. Kemudian silakan Anda analisis!
1) Apakah lembaga PAUD tersebut telah menerapkan kegiatan
pengembangannya yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak?
2) Apakah pendidik pada lembaga PAUD tersebut telah memenuhi/
memiliki kompetensi standar untuk pendidik PAUD. Jika belum cobalah
mencari tahu apa penyebabnya.
3.32 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Pelajari kembali materi dalam modul ini dengan seksama dan Anda
dapat pula melihat/membaca kembali modul Pengelolaan Kegiatan Pengem-
bangan Anak Usia Dini (PAUD4407) dan Kurikulum PAUD (PAUD4409).
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
5) Berikut ini beberapa contoh bentuk SPS yang banyak terdapat dan
dikembangkan masyarakat, kecuali ....
A. Bambim
B. TAAM
C. kursus bahasa inggris
D. sekolah minggu
10) Layanan dan pengasuhan di lembaga PAUD untuk anak kelompok usia
2 – 4 tahun ditekankan pada ....
A. peningkatan fisik dan psikologi anak
B. stimulasi terintegrasi pada seluruh aspek perkembangan anak
C. stimulasi perkembangan koordinasi fisik/motorik dan kemampuan
motivasi
D. peningkatan kemampuan intelektual dan penalaran
PAUD4502/MODUL 3 3.35
Kegiatan Belajar 2
Perlakuan tersebut harus dihindari agar tidak terjadi pada anak sehingga
mereka menjadi generasi yang sehat, cerdas, ceria dan bertakwa demi masa
depan bangsa.
3.38 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
2) Landasan Filosofis
Secara filosofis TAAM mengacu pada:
a) Konsep Dasar Pemikiran Qur’ani (KDPQ).
b) Konsep diri pribadi Rosullulloh (KDPR).
c) Konsep diri pribadi islami (KDPI).
d) Amandemen UUD 1945 Pasal 31.
PAUD4502/MODUL 3 3.39
5) Program Pembelajaran
TAAM melayani kegiatan perawatan, pengasuh selayaknya penitipan
anak dari pukul 08.00-15.30 disesuaikan dengan aktivitas orang tua.
Kegiatan TAAM penitipan anak merujuk pada pedoman Taman
Penitipan Anak (TPA) yang di keluarkan Direktorat PAUD. Adapun
jadwal kegiatan keseharian secara umum mencakup bermain dan belajar
bersama, makan pagi, istirahat atau tidur, makan siang, mandi dan
bermain hingga dijemput keluarga.
Namun demikian bila hal tersebut tidak memungkinkan TAAM dapat
diselenggarakan minimal 2 jam 30 menit setiap harinya, selayaknya
Kelompok Bermain (KB) terintegrasi TK/TKI/TKA. Kegiatan TAAM
bentuk ini merujuk pada pedoman satuan PAUD Sejenis yang
dikeluarkan Direktorat PAUD. Kegiatan ditekankan pada bermain
sambil belajar bersama, makan pagi dan kegiatan sosialisasi di saat main
bersama.
Pola pengasuhan yang dikembangkan di TAAM bersifat menyeluruh,
dan disesuaikan dengan tahap perkembangan dan usia anak. Lingkungan
belajar diusahakan mencerminkan kegiatan di rumah. Dengan demikian
diharapkan anak tumbuh dan berkembang dengan memiliki kepribadian
yang didambakan setiap orang tua. Kemandirian, kemampuan sosialisasi
dan penanaman moral keagamaan merupakan fokus pertimbangan di
samping keterampilan dan kreativitas. Oleh sebab itu, TAAM
mengutamakan para pendidik dan pengasuh handal yang memahami
kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan anak.
6) Kurikulum
Kurikulum ditetapkan pengelola secara terpadu antara kurikulum
Depdiknas yang diperkaya dengan kurikulum LPPK SAKINAH-
BKPRMI dan Panduan LPPKS-BKPRMI. Dengan memfokuskan pada
tiga sasaran pencerahan dan kecerdasan, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a) Mengenal Allah.
b) Mengenal sesama manusia, mampu bersosialisasi dengan seorang
manusia, bertanggung jawab dan mandiri.
PAUD4502/MODUL 3 3.41
(7) Bercakap-cakap
Bercakap-cakap adalah kegiatan di mana dua anak atau lebih,
atau dengan bantuan tenaga pendidik memperbincangkan suatu
topik.
(8) Ekspolasi
Metode ini merupakan salah satu cara untuk mencapai
kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik berkenaan
dengan kemampuan mengenal lingkungan sekitar, misalnya
melalui kegiatan jalan-jalan, darmawisata atau mengamati
kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.
a) Logis
Pengaturan secara logis terdiri dari pemisahan dan pemilihan bahan
yang cocok. Berbagai bagian dicocokkan secara logis, dimulai
dengan bahan-bahan yang diketahui sampai yang belum diketahui.
Hal ini akan memberikan jalur pemikiran yang logis bagi guru dan
muridnya serta menolong menjelaskan kebenaran-kebenaran yang
akan dipelajari.
b) Kronologis
Pernyataan Allah kepada manusia diberikan secara berturut-turut.
Dalam setiap zaman, Dia mengungkapkan lebih banyak tentang
maksud ilahi-Nya kepada para nabi yang berbicara sebagaimana
mereka di dorong oleh Roh Kudus (2 Petrus 1:21). Karenanya,
bagian-bagian besar dari Alkitab dapat dimengerti dan diingat
dengan baik jika disajikan dalam hubungan sejarahnya. Pengaturan
yang sesuai dengan urutan waktu berhubungan dengan persiapan
tiap pelajaran dan dengan seluruh kurikulum pelajaran Alkitab.
c) Psikologis
Metode ini terdiri dari perencanaan pokok pelajaran agar cocok
dengan pengertian dan pengalaman pelajar. Tak ada gunanya
mengajarkan kebenaran yang tak dapat dimengerti oleh pelajar,
meskipun kebenaran itu sangat penting dan dalam. Bahan itu harus
disesuaikan dengan pengertian pelajar, kalau tidak pelajaran itu akan
cepat dilupakan. Bahkan kalaupun diingat, bahan itu akan dirasa
membosankan dan tidak menarik. Baik pendidik Kristen maupun
pendidik non-Kristen perlu menitikberatkan pengaturan bahan
secara psikologis. Namun demikian, metode ini tidak boleh
mengurangi pengajaran isi Alkitab. Harus ada keseimbangan dalam
penerapan dan perolehan pengetahuan akan firman Allah. Bahan
yang berpusat pada Alkitab dapat disajikan dengan memperhatikan
usia dan pengertian pelajar. Anak-anak usia 5 dan 6 tahun
memerlukan bahan dan metode yang berbeda dengan yang
dibutuhkan murid-murid sekolah menengah atas. Dalam setiap hal,
Alkitab adalah sumber bahan pelajaran. Sedangkan langkah-
langkahnya meliputi:
(1) Menentukan Tekanan
Penekanan didasarkan atas pengertian yang jelas dari inti
kebenaran dalam nas atau nas-nas Alkitab yang dikemukakan
PAUD4502/MODUL 3 3.53
L A T IH AN
Pelajari kembali materi dalam modul ini sebagai dasar bagi Anda untuk
menilai apakah lembaga yang ada di sekitar tempat tinggal Anda sudah
sesuai/relevan dan menerapkan nilai-nilai KHA.
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
8) Berikut ini adalah tugas pendidik dalam program BAMBIM, kecuali ....
A. menyusun rencana kegiatan pengembangan
B. memotivasi orang tua anak didik
C. memperhatikan dan mengawasi anak didik
D. menilai kemampuan ekonomi dan sosial orang tua anak
Tes Formatif 1
1) B. Lembaga PAUD bertugas untuk membentuk anak Indonesia yang
berkualitas, yaitu tumbuh dan berkembang sesuai tingkat
perkembangannya hingga memiliki kesiapan menempuh
pendidikan selanjutnya merupakan tujuan utama lembaga PAUD.
2) D. TK tidak termasuk bentuk PAUD jalur non-formal, tetapi
termasuk jalur formal.
3) A. Keluarga adalah lembaga PAUD pada jalur informal.
4) D. KB berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
5) C. Kursus bahasa Inggris tidak termasuk dalam satuan PAUD
sejenis.
6) C. Standar kompetensi/tingkat pencapaian yang ditetapkan oleh
BNSP merupakan standar pencapaian minimum.
7) B. Bersikap sabar, tenang, ceria dan penuh perhatian termasuk dalam
standar kualifikasi kepribadian.
8) B. Perencanaan kegiatan pengembangan yang disusun berdasarkan
kemampuan dan kebutuhan anak sesuai dengan prinsip berpusat
pada anak.
9) A. Kemampuan pendidik PAUD untuk menjalin komunikasi dengan
orang tua demi kepentingan anak termasuk kompetensi sosial.
10) C. Layanan dan pengasuhan di lembaga PAUD untuk anak usia 2
– 4 tahun ditekankan pada pemberian stimulasi perkembangan
koordinasi fisik – motorik dan kemampuan motivasi.
Tes Formatif 2
1) A. Makna dari implikasi KHA pada PAUD jalur non-formal adalah
bahwa KHA harus tercermin dalam konteks dan penyelenggaraan
PAUD jalur non-formal.
2) D. Menyebarluaskan tenaga pendidik PAUD dari pusat ke daerah
tidak termasuk dalam implikasi penerapan nilai-nilai KHA di
lembaga PAUD dalam tataran teknis.
3.58 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Daftar Pustaka
Allan McChesney. (2003). Memajukan dan Membela: Hak-hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya.
Asbjorn Eide. (2001). Hak Atas Standar Hidup yang Layak termasuk Hak
Pangan dalam Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya: Esai-esai Pilihan,
Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus Arus (ed.), Jakarta, 2001.
Bee, Helen. (1997). The Developing Child (Eighth Ed). New York: Addiso-
Wesley Educational Publishers Inc. 1997.
Gautama. (2004). Lebih Jauh tentang Sentra dan Saat Lingkaran. Jakarta:
Depdiknas.
Rachel Hodgkin and Peter Newell. (1998). Implementation Handbook for the
Convention on the Rights of the Child, UNICEF, New York.
Stern, W. (1930). Die Psychology der Fruhen Kindheit. Den Haag: Nijhof.
The White House Summit on Early Cognitive Chilhood Development.
Available at: (http://www.whitehouse.gov/infocus/earlychildhood/
sect2.html).
Yayasan Surya Kanti. (2000). Perkembangan Emosional pada Bayi dan Anak
(Buku Panduan untuk Orang Tua).
Young, Mary Eming (ed). (2002). From Early Child Development to Human
Development. Washington, D.C: The World Bank.
Sumber Perundangan/Peraturan:
Undang-undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO 182
mengenai Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak (LN Tahun
2000 No. 30, TLN No. 3941).
Sumber website/internet:
http:// www.crin.org
http://www.bkkbn.go.id
http://www.unicef.org/crc
http://www.pembelajar.com
http://www.stopchildlabor.org
http://www.ohchr.org/english/law/pdf/crc.pdf
http://www.ohchr.org/english/bodies/crc/index.htm
http://www.nakertrans.go.id/newsdetail.php?id=202
http://www.duniaesai.com/pendidikan/didik11.html
http://www.citraaditya.com/detail_buku.php?id=257
http://www.pkpa-indonesia.org/news/pekerjaanak.htm
http://www.ham.go.id/index_HAM.asp?menu=artikel&id=43
http:// www.idp-europe.org/indonesia/docs/KonvensiHakAnak.pdf
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid
=2025
http://www.childdevelopmentinfo.com/development/normaldevelopm
ent.shtml.
http://akhwat.kpii.net/index.php?option=com_content&task=view&id=196&I
temid=43
http://www.acehforum.or.id/gerakan-rakyat-membangun-
t1437.html?s=5e635a35338e1654
http://www.edukasiindonesia.com/index.php?bahasa=indo&mulai=0&hal=1
&mod=artikel&palingatas=3&id=197
http://www.ypha.or.id/information.php?subaction=showfull&id=1178121022
&archive=&start_from=&ucat=2&
Modul 4
PEND AHULU AN
Kegiatan Belajar 1
1. Kurikulum/Program Di TK/RA
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas
(belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni, untuk siap memasuki pendidikan dasar. Berikut akan
diuraikan tiap bidang pengembangan tersebut.
a. Pengembangan moral dan nilai agama
Melalui pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan
meningkatkan ketakwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi
warga negara yang baik.
b. Pengembangan sosial dan kemandirian
Pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina
anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat
berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan
baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan
hidup.
c. Pengembangan kemampuan berbahasa
Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran
melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi
secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa
Indonesia.
d. Pengembangan Kognitif
Pengembangan ini bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak
untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-
macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengem-
bangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang
PAUD4502/MODUL 4 4.5
2. Pendekatan di TK/RA
Pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK dan RA dilakukan dengan
berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga
seluruh perilaku dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat
dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak
TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak yaitu
sebagai berikut.
1) Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta
merasakan aman dan tenteram secara psikologis.
2) Siklus belajar anak selalu berulang.
3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan
anak-anak lainnya.
4) Minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya.
5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan
individu.
b. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis (intelektual,
bahasa,motorik, dan sosio emosional). Dengan demikian berbagai jenis
kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan
4.6 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
L A T IH AN
1) Fungsi pendidikan anak usia dini jalur formal ada 6 yaitu: mengenalkan
peraturan dan menanamkan disiplin pada anak sejak dini; mengenalkan
anak dengan dunia sekitarnya sejak dini; menumbuhkan sikap dan
perilaku yang baik sejak dini; mengembangkan kemampuan
4.8 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
2) Lembaga pendidikan anak usia dini untuk anak usia 4 – 6 tahun pada
jalur formal yang penyelenggaraannya di bawah pembinaan Departemen
Agama adalah ....
A. Busthanul Athfal
B. Raudhatul Athfal
C. Taman Pendidikan Al Qur’an
D. Taman Kanak-kanak Al Qur’an
7) Stimulasi yang mengarahkan agar anak siap untuk membaca dan menulis
perlu dilaksanakan di TK/RA dengan melihat tingkat perkembangan tiap
anak. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan fungsi
PAUD jalur formal dalam hal ....
A. mengenalkan dunia sekitar
B. menumbuhkan perilaku yang baik
C. mengembangkan kemampuan dan kreativitas
D. menyiapkan pada pendidikan dasar
Kegiatan Belajar 2
1. Penyediaan Lingkungan
Kegiatan pengembangan melalui penyediaan lingkungan yang
dimaksudkan di sini adalah lingkungan yang kondusif bagi perkembangan
dan belajar anak, baik lingkungan fisik maupun nonfisik, juga lingkungan di
dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (out door). Adapun ciri-ciri
lingkungan yang tepat dan sesuai tuntutan hak anak diantaranya sebagai
berikut.
a. Lingkungan tersebut harus aman dan nyaman secara psikologis maupun
fisiologis.
b. Lingkungan tersebut memungkinkan anak dapat melakukan aktivitas
secara optimal.
c. Lingkungan tersebut menarik, memenuhi selera dan merangsang anak
sehingga anak merasa betah dan senang berada di dalamnya.
4.16 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
segala pekerjaan guru yang ditujukan bagi anak menjadi lebih optimal dan
produktif.
Anda sebagai pendidik PAUD harus mampu menguasai prinsip DAP
secara memadai, agar ketika terjun kelak sebagai pendidik dapat
melaksanakan tugasnya dengan memadai.
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
C. konstruktif
D. dramatik
2) Pernyataan yang kurang tepat tentang karakteristik fisik anak usia dini
di bawah ini adalah ....
A. anak membutuhkan waktu istirahat yang cukup setelah melakukan
kegiatan
B. anak laki-laki lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis
C. aktif bergerak dan dapat menguasai tubuhnya
D. motorik kasarnya lebih dulu berkembang dari pada motorik halus
4) Salah satu kegiatan dasar untuk mengakomodasi hak anak usia dini
adalah dengan membekalinya sejumlah kemampuan akademis dengan
cara penyampaian yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan.
Kegiatan ini disebut ....
A. pendidikan
B. pembelajaran
C. pengajaran
D. pergaulan
5) Jika Anda menyia-nyiakan anak, akan membawa cap yang sulit bahkan
tidak dapat dihapus pada diri anak tersebut. Pernyataan ini dikemukakan
oleh ....
A. Frank
B. Bredekamp
C. Piaget
D. Rousscau
Tes Formatif 1
1) D. TK untuk anak usia 4 – 6 tahun.
2) B. Raudhatul Athfal.
3) C. Sosial dan kemandirian.
4) C. Analisis kebutuhan.
5) B. Keamanan dan kenyamanan.
6) C. Mengenalkan peraturan dan disiplin.
7) D. Menyiapkan pada pendidikan dasar.
8) B. Seni.
9) B. Mengembangkan kecakapan hidup.
10) A. Kegiatan utama adalah bermain dengan sedapat mungkin
memasukkan unsur-unsur edukatif yang membelajarkan anak.
Tes Formatif 2
1) A. Bermain asosiatif.
2) B. Anak laki-laki lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis.
3) D. Case study.
4) C. Pengajaran.
5) A. Frank.
6) D. Murah dan perlu dibuat sendiri oleh pendidik.
7) A. Sue Bredekamp.
PAUD4502/MODUL 4 4.23
Daftar Pustaka
Asbjorn Eide. (2001). Hak Atas Standar Hidup yang Layak Termasuk Hak
Pangan dalam Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya: Esai-esai Pilihan,
Ifdhal Kasim dan Johanes da Masenus Arus (ed.), Jakarta, 2001.
Bee, Helen. (1997). The Developing Child (Eighth Ed). New York: Addiso-
Wesley Educational Publishers Inc. 1997.
Gautama. (2004). Lebih Jauh tentang Sentra dan Saat Lingkaran. Jakarta:
Depdiknas.
Rachel Hodgkin and Peter Newell. (1998). Implementation Handbook for the
Convention on the Rights of the Child, UNICEF, New York.
Stern, W. (1930). Die Psychology der Fruhen Kindheit. Den Haag: Nijhof.
The White House Summit on Early Cognitive Chilhood Development.
Available. at: (http://www.whitehouse.gov/infocus/earlychildhood/
sect2.html).
Yayasan Kusuma Buana. (2005). Komunikasi dan media interaksi Orang Tua
dan Anak. Jakarta.
Yayasan Surya Kanti. (2000). Perkembangan Emosional pada Bayi dan Anak
(Buku Panduan untuk Orang Tua).
Young, Mary Eming (ed). (2002). From Early Child Development to Human
Development. Washington, D.C: The World Bank.
Sumber Perundangan/Peraturan:
Ordonansi No.9 Tahun 1949 mengenai Perubahan Peraturan tentang
Pembatasan Kerja Anak-anak (Stb.No. 8 Tahun 1949).
Undang-undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO 182
mengenai Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak (LN Tahun
2000 No. 30, TLN No. 3941).
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta:
Setneg.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Setneg.
Undang-undang No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO 138
mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja (LN Tahun
1999 No. 56, TLN No. 3835).
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (LN
Tahun 1999 No. 60, TLN No. 3839).
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (LN Tahun 1999 No. 72, TLN No. 3848).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sumber website/internet:
http:// www.crin.org
http://www.bkkbn.go.id
http://www.unicef.org/crc
http://www.pembelajar.com
http://www.stopchildlabor.org
http://www.ohchr.org/english/law/pdf/crc.pdf
PAUD4502/MODUL 4 4.27
http://www.ohchr.org/english/bodies/crc/index.htm
http://www.nakertrans.go.id/newsdetail.php?id=202
http://www.duniaesai.com/pendidikan/didik11.html
http://www.citraaditya.com/detail_buku.php?id=257
http://www.pkpa-indonesia.org/news/pekerjaanak.htm
http://www.ham.go.id/index_HAM.asp?menu=artikel&id=43
http:// www.idp-europe.org/indonesia/docs/KonvensiHakAnak.pdf
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid
=2025
http://www.childdevelopmentinfo.com/development/normaldevelopm
ent.shtml.
http://akhwat.kpii.net/index.php?option=com_content&task=view&id=196&I
temid=43
http://www.acehforum.or.id/gerakan-rakyat-membangun-
t1437.html?s=5e635a35338e1654
http://www.edukasiindonesia.com/index.php?bahasa=indo&mulai=0&hal=1
&mod=artikel&palingatas=3&id=197
http://www.ypha.or.id/information.php?subaction=showfull&id=1178121022
&archive=&start_from=&ucat=2&
PAUD4502/MODUL 5 5.1
Modul 5
Kegiatan Belajar 1
merupakan benda yang ada di sekeliling anak yang dapat dimanfaatkan oleh
pendidik dengan mudah, murah dan dapat memberikan manfaat yang sangat
banyak. Pernahkah anda memberdayakan lingkungan jenis ini?
Baiklah, selanjutnya anda akan melihat bagaimana sifat dari lingkungan
fisik ini. Lingkungan alam/fisik sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis
lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai
dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang
terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses
terjadinya. Misalnya mengenai terjadinya perubahan siang dan malam, suhu
udara pagi yang sejuk dan siang hari yang biasanya panas, dan juga
mengamati terjadinya hujan. Masalah kerusakan lingkungan dan
penyebabnya dapat juga dipelajari oleh anak, seperti erosi, hutan gundul,
pencemaran air, udara, tanah, dsb.
Apabila pendidik akan menjelaskan masalah erosi hanya dengan
menceritakannya kepada anak-anak (telling) tentu saja pengalaman belajar
dan informasi yang diperoleh anak sangat terbatas, bahkan jangan-jangan apa
yang kita jelaskan kepada mereka akhirnya verbalistis saja. Lain halnya jika
guru mengajarkan anak - anak dengan menggunakan potensi lingkungan
Gambar 5.1
Pantai Merupakan Lingkungan Alam/Fisik
yang Menarik bagi Anak
5.6 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
yang ada tidak hanya cerita saja misalnya dengan mengajak anak mengamati
tanah longsor yang ada di lingkungan lembaga PAUD (direct experience),
atau kalaupun agak susah ditemukan minimal anak-anak mempraktekkannya
dengan benda tiruan misalnya mengumpulkan tanah yang dibuat seperti
sebuah gunung, ditanami tanaman yang ukurannya kecil kemudian dicoba di
diberi air dan lain sebagainya sehingga menunjukkan seolah-olah terjadi
erosi. Pernahkah Anda melakukan kegiatan ini? Tentu, karena kita ingin
anak-anak yang kita didik memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
kegiatan belajarnya. Tentu saja cara mempelajarinya harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan anak usia dini.
Pemanfaatan lingkungan alam dalam pendidikan anak usia dini
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak untuk:
1. lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya
sehari-hari;
2. dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam; dan
3. mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan
memelihara lingkungan alam.
B. LINGKUNGAN SOSIAL
Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:
1. Mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak
tinggal. Hal ini diperlukan agar anak sebagai anggota masyarakat dapat
bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya sesuai dengan adat
istiadat dan kebiasaan yang dianut. Mengenali adat istiadat tiap
kelompok masyarakat yang beragam akan memperkaya perbendaharaan
pengalaman budaya anak. Sebagai contoh budaya masyarakat pedesaan
dan masyarakat perkotaan, Mungkin banyak pendidik yang mendapat
pertanyaan bertubi-tubi dari anak-anak tentang mengapa di pedesaan
ikatan sosial dan kerja sama antara warga itu betapa kuat dibandingkan
masyarakat perkotaan. Budaya dan kerja sama dan ikatan sosial yang
kuat pada masyarakat pedesaan ini tentunya tidak hanya akan diceritakan
oleh pendidik. Sewaktu-waktu jika ada kesempatan anak-anak dapat kita
bawa ke lingkungan tersebut sehingga mereka dapat merasakan
bagaimana interaksi sosial masyarakat pedesaan dengan mereka. Dengan
mengajak mereka untuk bertandang ke lingkungan pedesaan akan
memberikan pengalaman bermakna bagi anak karena mereka dapat
langsung berinteraksi dengan warga. Demikian juga jika kita ingin
melihat respons anak terhadap budaya masyarakat perkotaan yang
cenderung individualistis.
2. Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sekitar tempat
tinggal dan sekolah, misalnya petani, pedagang, montir mobil/motor,
tukang pangkas rambut, dsb. Mengenali berbagai jenis mata pencaharian
sangat bermanfaat bagi anak-anak karena mereka akan belajar mengenali
dan mengidentifikasi apa saja pekerjaan dari tiap jenis mata pencaharian
ini. Perbendaharaan anak tentang mata pencaharian ini kelak akan sangat
bermanfaat bagi mereka dalam menentukan pilihan kariernya. Setiap
jenis mata pencaharian tentu memiliki keunikan masing-masing. Selain
dapat memotivasi anak untuk mau bekerja keras jika kelak mereka
dewasa dengan profesinya. Manfaat yang lain mereka pun akan
berkembang rasa empatinya terhadap jenis mata pencaharian yang lain.
3. Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar
tempat tinggal dan sekolah, misalnya koperasi unit desa (KUD), dewan
5.8 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Gambar 5.2
Interaksi orang di pasar merupakan
lingkungan belajar bermakna bagi anak
5.10 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
C. LINGKUNGAN BUATAN
Gambar 5.3
Danau sebagai Lingkungan Buatan
dapat Memfasilitasi Kegiatan Belajar Anak
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
C. sosial
D. buatan
Kegiatan Belajar 2
atau pengalaman tertentu bagi anak di kelas. Kedua cara tersebut secara
ringkas dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Karyawisata
Membawa
kelas/anak ke
dalam Berkemah
lingkungan
Cara masyarakat
Pemanfaatan Survey
Lingkungan
Masyarakat
Membawa
lingkungan Manusia
masyarakat ke sumber
dalam kelas
Bagan 5.1
Cara Pemanfaatan Lingkungan Masyarakat ke dalam PAUD
jarak, artinya bisa obyek yang jauh dari sekolah/kota tempat di mana sekolah
itu berada, misalnya mengunjungi museum prangko, kebun binatang, kantor
pos, taman lalu lintas, dan sebagainya, namun bisa juga di tempat-tempat di
sekitar sekolah, seperti halaman sekolah, kebun sekolah, organisasi
kemasyarakatan di dekat sekolah, sawah, kolam ikan, dan sebagainya.
Gambar 5.4
Taman Wisata sebagai Lingkungan Masyarakat yang
Potensial Bagi Anak Usia Dini
Tentu dalam kegiatan ini akan sangat baik jika anak dilibatkan dalam
memilih tujuan dari kegiatan yang diminatinya. Pendidik dapat menggali
minat anak tersebut dengan cara bercakap-cakap dan menanyakan kepada
anak-anak. Anak-anak tentu akan senang jika pendidiknya bersikap terbuka
dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menentukan pilihannya.
Pengalaman seperti ini akan sangat bermanfaat bagi anak kelak di kemudian
hari dalam belajar menentukan keputusannya sendiri sebagai bekal menjadi
insan yang mandiri. Hal lain tentunya kegiatan yang diikutinya pun tidak
merasa menjadi beban tetapi justru sangat bermakna karena sesuai dengan
minat dan keinginannya.
Selanjutnya, apa yang akan dipelajari anak terkait dengan materi ajar
atau informasi apa yang diharapkan diketahui dan dipahami oleh anak.
Contoh terkait dengan hal tersebut adalah dengan anak-anak diajak
berkaryawisata ke kebun sekolah, anak akan mempelajari berbagai macam
jenis tanaman, anatomi atau bagian-bagian tanaman seperti akar, batang,
ranting, dan daun, jenis-jenis ukuran daun (kecil, sedang, dan besar) dan
bentuk dedaunan (bulat, lonjong, dan lain-lain) dan lain sebagainya yang
terdapat di lingkungan kebun sekolah tersebut. Rincian informasi ini penting
ditetapkan sehingga jika dalam pelaksanaannya muncul informasi-informasi
yang kurang relevan dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau bahkan
dihilangkan.
Dengan melaksanakan karyawisata ini, materi atau informasi yang
diperoleh anak semakin variatif dan menarik bagi anak. Hal-hal baru yang
mungkin pada awalnya tidak dicantumkan dalam daftar materi/informasi
5.22 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
yang ingin diperoleh anak sangat terbuka untuk diketahui anak. Tentu anak
akan semakin eksploratif dengan hal-hal yang belum mereka ketahui
sebelumnya meskipun itu tidak menjadi bagian yang diprogramkan dalam
kurikulum atau pedoman pengembangan kegiatan. Karakteristik anak yang
memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi terhadap sesuatu akan
mendorong program kegiatan pengembangan untuk lebih fleksibel terhadap
hal-hal yang secara kontekstual muncul dalam kegiatan anak.
Sebagai contoh, suatu saat pendidik PAUD menentukan bahwa materi-
materi/informasi yang diharapkan diperoleh anak melalui karyawisata itu
misalnya anak mengetahui: bagian-bagian atau anatomi tanaman, ukuran dan
jenis tanaman. Namun dalam pelaksanaannya ada beberapa anak selain
mengetahui hal tersebut juga mengetahui berbagai tekstur tanaman. Dalam
kasus seperti ini program kegiatan pengembangan harus fleksibel, sehingga
materi yang bersifat emergent yang muncul dari anak terakomodasi dengan
baik meskipun tetap membatasi jika hal-hal yang dikemukakan anak memang
tidak berhubungan dengan informasi yang semestinya mereka ketahui.
Namun tentu tidak dengan membatasi secara ketat dan cenderung memaksa.
Aspek yang terkait dengan bagaimana cara mempelajarinya berkaitan
dengan metode mempelajari berbagai objek yang ditemukan di tempat
berkaryawisata, bagaimana langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan
sehingga informasi dapat diperoleh dengan jelas, rinci dan utuh. Jika seorang
anak menemukan suatu tanaman, tentu langkah-langkah untuk
mengeksplorasinya harus jelas misalnya apakah cukup hanya dengan
melihatnya, kemudian pindah ke objek yang lain? Atau ada urutan atau
prosedur kerja dari mulai mengamati dengan mata telanjang terlebih dahulu,
mencatat bagian-bagian pohon yang nampak, mengamati dengan
menggunakan kaca pembesar, mencabutnya untuk melihat akan dari pohon
tersebut, memotong bagian-bagian pohon sehingga anak dapat melihat
perbedaan bagian-bagian pohon, dan lain sebagainya.
Langkah-langkah tersebut harus jelas sehingga anak memperoleh
pengalaman belajar yang banyak, variatif, lengkap, dan bermakna. Cara
mempelajari juga pada sisi yang lainnya berkaitan dengan apakah kegiatan
yang dilakukan perlu menggunakan alat atau tanpa alat.
Aspek lain yang juga penting dipikirkan oleh pendidik adalah terkait
dengan bagaimana pendidik mengetahui bahwa tujuan kegiatan itu dapat
dicapai. Bagian ini merupakan proses penilaian yang penting dilakukan oleh
PAUD4502/MODUL 5 5.23
Gambar 5.5
Alam Terbuka dapat Dimanfaatkan untuk
Memperkenalkan Lingkungan Kepada Anak
Gambar 5.6
Kunjungan Pendidik dan Anak di Tempat Pembuatan Makanan Khas
merupakan Pengalaman Belajar yang Sangat Penting
5.26 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Gambar 5.7
Seorang Dokter dapat Dihadirkan untuk Menambah
Pengalaman Belajar Anak
anak takut atau merasa tidak nyaman dengan kedatangannya. Sikap, bahasa,
dan cara menghadapi anak pun harus diperhatikan apabila akan melibatkan
mereka.
Dalam pemanfaatan lingkungan masyarakat ke dalam lembaga PAUD,
pendidik harus mengetahui, memahami dan terampil dalam melaksanakan
prosedur dan langkah-langkahnya sehingga pemanfaatan lingkungan
masyarakat tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Coba Anda cermati
uraian di bawah ini!
Secara umum prosedur dan langkah-langkah dalam pemanfaatan
lingkungan masyarakat ke dalam PAUD baik karyawisata, berkemah, dan
pengamatan atau survei adalah sebagai berikut:
Penentuan
Tujuan
Kegiatan
Pengembangan
Penentuan
Obyek
Lingkungan
yang akan
Dipelajari
Perumusan
bentuk-bentuk
kegiatan dan
cara belajar
Penyiapan hal-
hal yang
sifatnya teknis
Bagan 5.2.
Langkah-langkah Pemanfaatan Lingkungan Masyarakat ke dalam PAUD
5.34 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
.
PAUD4502/MODUL 5 5.39
Tes Formatif 1
1) B. Lingkungan nyata.
2) D. Lingkungan yang berkenaan dengan interaksi manusia.
3) C. Memiliki sifat alamiah dan relatif menetap.
4) A. Kebiasaan masyarakat nelayan.
5) C. Mengenal bermacam-macam tumbuhan yang ditanam oleh pak tani.
6) D. Mengajak anak mengamati pohon di kebun dekat sekolah.
7) A. Cinta lingkungan.
8) C. Membawa anak ke dalam lingkungan kehidupan yang sebenarnya.
9) D. Dialami dalam kehidupan sehari-hari.
10) A. Dimulai dari lingkungan yang paling dekat dengan anak.
Tes Formatif 2
1) A. Membiarkan anak terus menerus di lingkungan masyarakat.
2) B. Manusia sumber.
3) D. Berkebun di kebun sekolah.
4) C. Anak diberikan pengalaman yang bersifat langsung.
5) B. Filed trip.
6) D. Bagaimana cara melaporkannya.
7) C. 2 – 4 – 3 – 1.
8) B. Keamanan obyek yang dikunjungi harus diperhatikan.
9) C. Perizinan.
10) C. Anak memperoleh informasi langsung dari sumber pertama.
5.40 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Daftar Pustaka
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1990), Media Pengajaran, Sinar Baru,
Bandung.
Kegiatan Belajar 1
a. Physical abuse
Physical abuse adalah bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap fisik
anak. Tetapi perlu ditegaskan bentuk kekerasan tersebut yang sifatnya
bukan kecelakaan yang membuat anak terluka. Sebagai contoh
menendang, menjambak (menarik rambut), menggigit, membakar,
menampar, dan sebagainya.
b. Nutritional abuse
Nutritional abuse adalah jenis kekerasan yang berkaitan dengan
kebutuhan makanan, seperti: tidak memberikan makan-minum pada anak
dalam jangka waktu yang lama dan tidak wajar. Akibatnya anak tersiksa
dan kelaparan, bahkan mungkin dapat menyebabkan kematian.
c. Sexual abuse
Sexual abuse adalah bentuk kekerasan seksual pada anak, pencabulan,
perkosaan. Sebagai contoh: orang tua memerkosa anaknya. Tetapi
sebetulnya segala tingkah laku seksual secara paksa yang dilakukan
orang dewasa terhadap anak. Contoh: pelacuran anak-anak, intercourse,
pornografi, eksibionisme, dan oral sex.
d. Drug abuse
Drug abuse adalah jenis kekerasan yang berkaitan dengan
penyalahgunaan obat. Misalkan pemaksaan kepada anak untuk
mengkonsumsi obat terlarang.
e. Emotional abuse
Emotional abuse adalah jenis kekerasan secara emosi/psikis, dibentak,
dimarahi. Segala tingkah laku atau sikap yang mengganggu kesehatan
mental anak atau perkembangan sosialnya. Contoh: tidak pernah
memberikan pujian yang positif, membandingkannya dengan anak yang
lain, tidak pernah memberikan pelukan atau mengucapkan “aku sayang
kamu“.
6.6 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
cedera kepala (head injury), patah tulang kepala, gegar otak, atau perdarahan
otak. Perlukaan pada badan, anggota gerak dan alat kelamin, mulai dari luka
lecet, luka robek, perdarahan atau lebam, luka bakar, patah tulang. Perlukaan
organ dalam (visceral injury) tidak dapat dideteksi dari luar sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan dalam dengan melakukan otopsi. Perlukaan pada
permukaan badan sering kali memberikan bentuk yang khas menyerupai
benda yang digunakan untuk itu, seperti bekas cubitan, gigitan, sapu lidi,
setrika, atau sundutan rokok. Perlakuan seperti ini biasanya berulang maka
perlukaan yang ditemukan sering kali berganda dengan umur luka yang
berbeda-beda, ada yang masih baru ada pula yang hampir menyembuh atau
sudah meninggalkan bekas (sikatriks). Di samping itu lokasi perlukaan
dijumpai pada tempat yang tidak umum seperti halnya luka-luka akibat jatuh
atau kecelakaan biasa seperti bagian paha atau lengan atas sebelah dalam,
punggung, telinga, langit rongga mulut, dan tempat tidak umum lainnya.
Sedangkan faktor pemicu lainnya dapat berhubungan dengan masalah
ekonomi, disfungsi keluarga dan akibat perilaku anak itu sendiri. Dari sudut
pandang ekonomi, meski dari segi persentase tidak ada perbedaan antara
masyarakat miskin dan menengah dalam melakukan kekerasan pada anak.
Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor pemicu munculnya kekerasan
pada anak. Dengan alasan ekonomi, orang tua merasa berhak
memberdayakan anak-anak mereka untuk bekerja. Dengan demikian hak
perlindungan, hak pendidikan, hak kesehatan, dan sebagainya menjadi
terabaikan. Hal tersebut sebagaimana yang pernah disampaikan Deputi
Perlindungan Anak Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Sumarni Dawam
Rahardjo bahwa kekerasan pada anak terjadi di semua lapisan. Hanya saja,
kemiskinan memang memberikan kontribusi.
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab kekerasan. Berawal dari
pemenuhan ekonomi yang tidak terpenuhi, akan berlanjut dengan terjadinya
kekerasan pada anak menyebabkan disharmoni keluarga.
Di daerah-daerah tertentu banyak orang tua yang menganggap anak
adalah barang miliknya, sehingga bisa diperlakukan sesuai dengan keinginan
orang tua, padahal anak juga memiliki keinginan sendiri. Selain itu orang tua
sering kali mengalami gejala disorder obsession, yaitu rasa memiliki
berlebihan hingga berdampak negatif. Mereka memaksakan kehendaknya
pada anak, sehingga secara tidak sadar ia telah melakukan kekerasan
terhadap anak mereka sendiri.
PAUD4502/MODUL 6 6.9
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
4) Seorang anak yang sakit, namun karena keadaan ekonomi orang tuanya
sehingga tidak mendapatkan perawatan kesehatan, termasuk pada jenis
kekerasan ....
A. emotional abuse
B. physical abuse
C. nutritional abuse
D. medical care abuse
7) Kekerasan pada anak hanya dapat terjadi pada golongan ekonomi lemah
saja. Pernyataan tersebut ....
A. benar, karena golongan ekonomi kuat mempunyai waktu yang
cukup untuk anaknya
B. salah, kekerasan pada anak terjadi di semua lapisan
C. benar, karena golongan ekonomi lemah pengetahuan mendidik
anaknya rendah
D. salah, faktor ekonomi menjadi penyebab utama
6.12 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Kegiatan Belajar 2
Kekerasan pada anak atau child abuse pertama kali dilaporkan oleh
Ambroise Tardieu dari Perancis, seorang ahli patologi dan kedokteran
forensik pada tahun 1860. Kemudian pada tahun 1946, John Caffey
menemukan pula adanya tanda-tanda kekerasan pada anak yang dicurigai
sebagai akibat perlakuan salah oleh orang tuanya. Tetapi baru pada tahun
1952 masyarakat lebih menaruh perhatian terhadap anak, setelah Henry
Kempe menulis mengenai battered child syndrome dalam Journal of The
American Medical Association.
Catatan dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)
menunjukkan adanya peningkatan kasus anak yang mengalami child abuse
dalam kurun waktu tiga tahun. 172 kasus pada tahun 1994, 421 kasus pada
tahun 1995, dan 476 kasus pada tahun 1996. Data yang didapat pada Instalasi
Gawat Darurat RSCM/Pusat Krisis Terpadu, sejak bulan Juli 2000 hingga
Juni 2003 terdapat 720 kasus anak yang mengalami child abuse.
Pengertian kekerasan terhadap anak (child abuse) adalah semua bentuk
perlakuan masyarakat secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan
seksual, pelalaian, eksploitasi komersial atau eksploitasi lain, yang
mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan
anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak, atau martabat anak,
yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau
kekuasaan.
Untuk memahami lebih jauh, sebelumnya harus dikenali beberapa faktor
terkait. Di antara faktor tersebut adalah sebagai berikut.
6.14 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
1. Faktor Risiko
Faktor risiko adalah faktor-faktor yang dapat berkontribusi untuk
terjadinya suatu masalah atau kejadian. Faktor-faktor risiko terhadap kejadian
child abuse dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu sebagai berikut.
a. Faktor masyarakat/sosial seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, layanan
sosial yang rendah, kemiskinan yang tinggi, adat istiadat mengenai pola
asuh anak, pengaruh pergeseran budaya, stres para pengasuh, budaya
memberikan hukuman badan kepada anak dan pengaruh media massa.
b. Faktor orang tua atau situasi keluarga seperti riwayat orang tua dengan
kekerasan fisik atau seksual pada masa kecil, orang tua remaja,
imaturitas emosi, kepercayaan diri rendah, dukungan sosial rendah,
keterasingan dari masyarakat, kemiskinan, kepadatan hunian (rumah
tinggal), masalah interaksi dengan masyarakat sekitar, kekerasan dalam
rumah tangga, riwayat depresi dan masalah kesehatan mental lainnya
(ansietas, skizoprenia, dan lain-lain), mempunyai banyak anak balita,
riwayat penggunaan zat/obat-obatan terlarang atau alkohol, kurangnya
dukungan sosial bagi keluarga, diketahui adanya riwayat child abuse
dalam keluarga, kurangnya persiapan menghadapi stres saat kelahiran
anak, kehamilannya disangkal, orang tua/keluarga, pola dan mendidik
anak dan nilai-nilai hidup yang dianut orang tua serta kurangnya
pengertian mengenai perkembangan anak.
c. Faktor anak seperti prematuritas, berat badan lahir rendah. Anak cacat
atau anak dengan masalah perilaku dan emosi.
2. Evaluasi
Evaluasi perlakuan salah terhadap anak sukar dilakukan karena
kebanyakan orang tua tidak mengaku bahwa trauma terjadi akibat dari
perlakuannya. Banyak orang tua berusaha mengarang cerita tentang
bagaimana trauma tersebut terjadi. Untuk melihat perlakuan salah terhadap
anak kita harus mengetahui umur dan tingkat perkembangan anak saat
kejadian dialami anak, pengalaman anak dalam menghadapinya dan seluruh
lingkungan emosi dari keluarganya.
PAUD4502/MODUL 6 6.15
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati terutama
bila ditemukan adanya luka atau lembam pada bagian-bagian tubuh yang
tidak lazim. Indikator kemungkinan terjadinya perlakuan salah fisik pada
anak yaitu sebagai berikut.
a. Memar atau bilur
1) Pada wajah, bibir/mulut, bagian tubuh lainnya seperti di punggung,
bokong, paha, betis.
2) Terdapat memar atau bilur yang baru maupun yang sudah dalam
proses penyembuhan.
3) Corak memar menunjukkan benda tertentu yang dipakai untuk
kekerasan.
c. Patah tulang
1) Setiap patah tulang pada anak di bawah usia 3 tahun.
2) Patah tulang baru dan lama (dalam penyembuhan) yang ditemukan
bersamaan.
3) Patah tulang ganda.
4) Patah tulang spiral pada tulang-tulang panjang lengan dan tungkai.
5) Patah tulang pada kepala, rahang dan hidung serta patahnya gigi.
d. Luka bakar
1) Bekas sundutan rokok.
2) Luka bakar pada kaki, tangan, atau bokong akibat kontak bagian
tubuh tersebut dengan benda panas.
3) Bentuk luka yang khas sesuai dengan bentuk benda panas yang
dipakai untuk menimbulkan luka tersebut.
f. Lain-lain
1) Dislokasi/lepas sendi pada sendi bahu atau pinggul (kemungkinan
akibat tarikan).
2) Tanda-tanda luka yang berulang.
5. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil wawancara dan pemeriksaan fisik maka dapat dipilih
jenis pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen yang akan dilakukan.
Apabila dicurigai terdapat perdarahan maka evaluasi terhadap faktor
perdarahan harus dilakukan. Uji laboratorium juga dapat dilakukan apabila
terdapat gejala keracunan.
Pencitraan (foto rontgen) memegang peranan penting dalam
menegakkan diagnosis perlakuan salah fisik pada anak. Untuk anak yang
berusia < 2 tahun yang dicurigai telah mengalami child abuse American
Association of Pediatrician (AAP) merekomendasikan dilakukannya survei
tulang. Survei tulang meliputi foto rontgen anteroposterior untuk humerus,
PAUD4502/MODUL 6 6.17
lengan bawah, tangan, pelvis, femur, tungkai bawah dan kaki, sedangkan foto
rontgen lateral untuk toraks dan kepala. Beberapa modalitas pencitraan
lainnya digunakan tergantung indikasi, seperti CT scan yang merupakan
pilihan terbaik untuk mengetahui adanya trauma abdomen dan MRI untuk
menilai cedera jaringan lunak kepala.
7. Pemeriksaan fisik
Indikator kemungkinan terjadinya perlakuan salah seksual pada anak,
yaitu:
a. adanya penyakit hubungan seksual, paling sering terjadinya infeksi
gonokokus;
b. infeksi vaginal rekuren/berulang pada anak di bawah 12 tahun;
c. rasa nyeri atau perdarahan dan atau keluarnya sekret dari vagina;
d. gangguan dalam mengendalikan buang air besar atau buang air kecil;
e. kehamilan pada usia remaja;
f. cedera pada buah dada, bokong, dan perut bagian bawah, paha, sekitar
alat kelamin atau dubur
g. pakaian dalam robek dan atau adanya bercak darah pada pakaian dalam;
h. ditemukannya cairan mani/semen di sekitar mulut genital anus atau
pakaian;
i. rasa nyeri bila buang air besar dan buang air kecil.
1. Cidera kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum
dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai
daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan
6.18 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
(7), Selasa (3/1), ditemukan tewas dalam kondisi terluka dan lebam di kamar
rumahnya. Siswi kelas II SD ini diduga dicekik ibu tirinya yang kini ditahan
polisi. Selain itu, terdapat tanda kekerasan seksual pada diri bocah yang
tinggal di Jakarta tersebut. Penelusuran aparat kepolisian menunjukkan
bahwa pelakunya adalah kerabat dekat korban.
Kejadian-kejadian tersebut menunjukkan masih banyak anak yang
menjadi korban kekerasan orang tuanya atau orang terdekatnya yang
seharusnya melindungi dan menjaga mereka. Menilik dari segi kasus yang
mencuat di media massa, muncul praduga bahwa kekerasan terhadap anak
terjadi di lapisan masyarakat bawah. Padahal, berdasarkan catatan Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) dari 778 kasus kekerasan pada
anak yang terdata sepanjang Maret-Desember 2005, jumlah pelaku dari
keluarga miskin dan keluarga menengah sama besar persentasenya. "Hanya
saja kasus-kasus pada masyarakat atas, biasanya tidak dibuka untuk umum,".
Tabel 6.1.
Indikator fisik dan perilaku pada penganiayaan anak (Child Abuse)
Kerusakan Skeletal
• Fraktur
• Luka pada mulut, bibir, rahang, mata,
perineal
Penelantaran/Pengabaian Penelantaran/Pengabaian
• Kelaparan • Pengemis
• Kebersihan diri kurang • Sendiri tanpa pengasuh pada waktu yang
• Pakaian tidak terurus panjang
• Tidak diurus dalam waktu lama • Penjahat
• Tidak pernah periksa kesehatan • Pencuri
• Datang cepat dan pulang lambat dari sekolah
Aniaya Seksual • Melaporkan tidak ada pengasuh
• Sukar jalan dan duduk • Pasif, agresif
• Pakaian dalam berdarah, bernoda • Penuntut
• Genital (alat kelamin) gatal
• Memar dan berdarah pada daerah Aniaya Seksual
(alat kelamin) • Harga diri negatif
• Penyakit kelamin • Tidak percaya pada orang lain (sukar dekat
• Ketergantungan obat dengan orang lain)
• Pertumbuhan dan perkembangan • Disfungsi kognitif dan motorik
terlambat • Defisit kemampuan personal dan sosial
• Hamil pada usia remaja • Penjahat atau lari dari rumah
• Ketergantungan obat
• Ide bunuh diri dan depresi
• Melaporkan aniaya seksual
• Psikotik
Aniaya Emosional Aniaya Emosional
• gagal dalam perkembangan • Perilaku yang ekstrim: pasif sampai agresif
• pertumbuhan fisik tertinggal • Kebiasaan yang terganggu/destruktif
• gangguan bicara • Neurotik
• Percobaan bunuh diri
6.22 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
L A T IH AN
1) Kontribusi ketiga aspek dalam kejadian child abuse dapat Anda pelajari
pada modul ini, tetapi Anda dapat menambahkan contoh-contohnya
berdasarkan pengamatan dan pengalaman Anda!
2) Simak dan kaji kembali tanda-tanda fisik yang dapat diindikasikan
adanya child abuse.
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
1) Salah satu indikasi adanya kekerasan yang harus diperhatikan pada saat
anamnesis adalah ....
A. keterangan yang diberikan orang tua saling melengkapi
B. perbedaan persepsi orang tua terhadap perlindungan anak
C. orang tua/pengasuh memberikan keterangan secara runtut
D. riwayat terjadinya kekerasan yang berubah-ubah
2) Dislokasi atau lepas sendi pada sendi bahu atau pinggul dapat terjadi
akibat adanya ....
A. tabrakan
B. benturan
C. sodetan
D. tarikan
Kegiatan Belajar 3
kekerasan pada anak dapat dilaksanakan dari dua sisi, yaitu masyarakat dan
pemerintah.
Pemerintah sangat diharapkan memiliki komitmen dasar nasional yang
sungguh-sungguh untuk anak. Sebagai langkah awal dimulai dengan inisiatif
pemimpin atau tokoh nasional untuk ambil bagian untuk mendukung upaya
pencegahan sebagai salah satu usaha penting memerangi kekerasan pada
anak. Tokoh atau pemimpin berkaliber nasional berinisiatif mendukung
upaya ini, dengan kemampuannya bisa mempengaruhi kebijakan baik pada
sektor privat atau publik.
Aksi berikut yang perlu diambil adalah memasukan langkah pencegahan
kekerasan pada anak secara komprehensif ke dalam sistem peradilan. Sistem
hukum yang ada, baik peradilan anak, pidana, dan perdata, seluruh peraturan
dan prosedurnya harus sedemikian rupa sehingga sensitif dengan kebutuhan
anak dan keluarga. Tentu dalam hal ini harus ditunjang pula dengan jumlah
tenaga hakim, pengacara, staf pengadilan terlatih yang memadai.
Sedangkan dari sisi masyarakat, semua komponen masyarakat, keluarga,
atau orang tua diperlukan kebijakan, layanan, sumber daya, dan pelatihan
pencegahan kekerasan pada anak yang konsisten dan terus menerus. Strategi
pencegahan yang dimaksudkan meliputi berikut.
1. Pencegahan primer untuk semua orang tua dalam upaya meningkatkan
kemampuan pengasuhan dan menjaga agar perlakuan salah atau abuse
tidak terjadi. Pencegahan primer ini meliputi perawatan anak dan
layanan yang memadai, kebijakan tempat bekerja yang mendukung, serta
pelatihan life skill bagi anak. Pelatihan life skill meliputi penyelesaian
konflik tanpa kekerasan, keterampilan menangani stres, manajemen
sumber daya, membuat keputusan efektif, komunikasi interpersonal
secara efektif, tuntunan atau guidance dan perkembangan anak, termasuk
penyalahgunaan narkoba.
2. Pencegahan sekunder ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan risiko
tinggi dalam upaya meningkatkan keterampilan dalam pengasuhan,
termasuk pelatihan dan layanan korban untuk menjaga agar perlakuan
salah tidak terjadi pada generasi berikut. Kegiatan yang dilakukan di sini
di antaranya dengan melalukan kunjungan rumah bagi orang tua yang
baru mempunyai anak untuk melakukan self assessment apakah mereka
berisiko melakukan kekerasan pada anak di kemudian hari.
PAUD4502/MODUL 6 6.27
Tabel 6.2
Program Pelayanan Kesehatan yang terkait dengan Individu, Keluarga dan
Komunitas
Individu Keluarga Komunitas
Pendidikan kehidupan ke- Kelas persiapan menjadi Pendidikan kesehatan ten-
luarga di sekolah, tempat orang tua di rumah sakit, tang kekerasan dalam
ibadah dan masyarakat sekolah dan institusi di keluarga
Pendidikan pada anak masyarakat Mengurangi media yang
tentang cara penye- Memfasilitasi jalinan ka- berisi kekerasan
lesaian konflik sih sayang pada orang Mengembangkan
Pendidikan seksual pada tua baru pelayanan dukungan ma-
remaja yang berisiko Rujuk orang tua baru syarakat, seperti: pelayan-
Pendidikan perawatan pada perawat PUSKES- an krisis, tempat penam-
bayi bagi remaja yang MAS untuk tindak lanjut pungan anak/keluarga/usia
merawat bayi (follow up) lanjut/wanita yang dianiaya
Pelayanan referensi ke- Pelayanan sosial untuk Kontrol pemegang senjata
sehatan jiwa keluarga api dan tajam
Pelatihan bagi tenaga Pelayanan masyarakat Semua profesi kesehatan
profesional untuk deteksi untuk individu dan ke- terampil memberikan pe-
dini perilaku kekerasan luarga layanan pada korban
Pengkajian yang lengkap Rujuk pada kelompok dengan menggunakan
pada tiap kejadian ke- pendukung di masyarakat standard prosedur dalam
6.32 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Penekanan untuk anak usia dini adalah aspek pendidikan dan pengertian
dalam disiplin. Seorang anak yang masih berusia dini, diberi hukuman
apabila memang terbukti bahwa ia sebenarnya mengerti apa yang diharapkan
dan terlebih bila ia memang sengaja melanggarnya. Sebaliknya bila saat ia
berperilaku sosial yang baik, ia diberikan hadiah, biasanya ini akan
meningkatkan keinginannya untuk berperilaku yang lebih baik.
salah, namun juga tidak diberi hadiah bila berperilaku sosial yang baik.
Saat ini bentuk disiplin ini mulai ditinggalkan karena tidak mengandung
3 unsur disiplin.
c. Disiplin Demokratis
Disiplin jenis ini, menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa
aturan-aturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan
pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil.
Walaupun anak masih sangat muda, kepatuhan yang dilakukan harus
berdasarkan pada alasan yang dapat dimengerti oleh anak. Hukuman atas
pelanggaran yang dilakukan, disesuaikan dengan tingkat kesalahan, dan
tidak lagi dengan cara hukuman fisik. Sedangkan perilaku sosial yang
baik, dan sesuai dengan harapan, dihargai terutama dengan pemberian
pengakuan sosial dan pujian, seperti kata-kata “anak pintar, bagus!”
a. Perilaku
Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, biasanya akan
sangat patuh bila berhadapan dengan orang-orang dewasa, namun sangat
agresif terhadap teman sebayanya. Sedangkan anak yang orang tuanya
lemah akan cenderung mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan
hak orang lain, agresif dan tidak sosial. Anak yang dibesarkan dengan
disiplin yang demokratis akan lebih mampu belajar mengendalikan
perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.
b. Sikap
Anak yang dibesarkan dengan cara disiplin otoriter maupun dengan cara
yang lemah, memiliki kecenderungan untuk membenci orang yang
berkuasa. Anak yang diperlakukan dengan cara otoriter merasa mendapat
perlakuan yang tidak adil. Sedangkan anak yang orang tuanya lemah
merasa bahwa orang tua seharusnya memberitahu bahwa tidak semua
orang dewasa mau menerima perilakunya. Disiplin yang demokratis
PAUD4502/MODUL 6 6.35
c. Kepribadian
Semakin banyak anak diberi hukuman fisik, semakin anak menjadi
keras kepala, dan negativistik. Ini memberi dampak penyesuaian
pribadi dan sosial yang buruk, yang juga memberi ciri khas dari anak
yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Bila anak dibesarkan
dengan disiplin yang demokratis, ia akan mampu memiliki penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial yang terbaik.
3. Jangan berlebihan
Hukuman yang diberikan secara berlebihan hanya akan membuat anak
merasa disakiti, sementara ia sama sekali tidak mendapat pelajaran apa
pun dari kesalahan yang sudah dilakukannya. Bukan cuma itu. Anak pun
akan merasa diperlakukan tidak adil sehingga memupuk keinginan
memberontak. Dengan kata lain, tujuan akan adanya perubahan perilaku
yang diharapkan dengan pemberian hukuman tersebut jadi tidak tercapai.
4. Tidak bersifat fisik yang menyakitkan
Menyakiti fisik bukan cara yang tepat untuk memberikan motivasi dan
pengarahan. Contohnya dengan memukul tangan anak atau memukuli
kakinya atau mengurungnya dalam kamar mandi. Hukuman seperti itu
sama sekali tidak akan membuat anak jera dan menghentikan aktivitas
negatifnya. Ia hanya akan bertanya-tanya, kenapa saya diperlakukan
seperti itu. Apakah perbuatannya itu salah? Bagaimana bila ayah/ibunya
yang berbuat salah? Ujung-ujungnya, motivasi anak untuk meninggalkan
perbuatannya sulit diharapkan.
5. Tidak mempermalukan anak di depan umum
Kerap terjadi, ketika menghukum anaknya, orang tua atau guru lupa
memperhatikan lingkungan sekitar atau justru menghukumnya dengan
cara mempermalukannya di depan umum. Akibatnya, muncul masalah
baru yakni perasaan rendah diri, sementara masalah yang membuat anak
dihukum malah tidak terselesaikan.
6. Tidak menyerang pribadi
Hukuman harus diberikan secara fokus pada kesalahan yang telah
diperbuatnya agar bisa diperbaiki. Jangan menyerang atau menghakimi
dirinya sebagai pribadi pemalas, nakal, tidak bisa dibilangi, jorok, jelek,
penyakitan, dan sebagainya.
7. Bersifat konstruktif
Hukuman harus mampu membuat anak lebih peka dan terbangkitkan hati
nuraninya. Konkretnya, anak jadi kian paham mana tindakan yang salah
dan perlu dihukum, mana pula yang tidak. Dengan begitu, anak bisa
menghindari kesalahan yang pernah dilakukannya dengan mengontrol
perilakunya.
8. Bisa dikomunikasikan
Sampaikan pada anak apa kira-kira bentuk hukuman yang bakal
diterimanya bila melakukan kesalahan tertentu. Saat/setelah menghukum
anak pun kita harus mengomunikasikan kenapa dia dihukum. Penjelasan
6.40 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
semacam ini sangat dibutuhkan, sehingga anak tahu persis alasan dia
dihukum
9. Pemberian reward
Berikan reward/penghargaan jika anak berperilaku positif agar hukuman
bisa berjalan efektif.
Begitu pula, agar orang tua atau guru terkontrol dalam memberikan
hukuman kepada anak, hendaklah ia mampu menjawab 10 pertanyaan
sebelum memberi hukuman berikut.
1) Akankah hukuman ini mengajarkan anak saya untuk dapat membuat
keputusan yang lebih baik?
2) Apakah hukuman ini dapat merubah perilaku buruk anak saya?
3) Apakah hukuman ini akan mengurangi kebutuhan untuk memberi lebih
banyak lagi hukuman-hukuman?
4) Apakah saya sedang marah pada saat memberikan hukuman?
5) Apakah hukuman ini bagian dari rencana saya?
6) Akankah hukuman ini membuat malu anak saya?
7) Apakah saya telah bersikap konsisten?
8) Akankah saya segera memberikan hukuman kecuali bila saya sedang
marah?
9) Apakah hukuman ini sesuai dan masuk akal?
10) Apakah sebelum memberi hukuman saya telah mencoba cara-cara yang
positif terlebih dahulu
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 3
2) terjadinya tindak kekerasan pada anak tidak terlepas dari adanya masalah
dalam pengasuhan anak. Dengan demikian diperlukan upaya berikut,
kecuali ....
A. informasi yang benar tentang pola asuh yang memenuhi hak anak
B. pencegahan melalui mass media, agar tersebar secara luas
PAUD4502/MODUL 6 6.47
6) Jika anak usia dini mencuri uang, maka hukuman atau tindakan yang
sesuai untuk adalah ....
A. meminta anak mengembalikan uangnya
B. menghukum anak dengan cara fisik
C. meminta anak mengakui dan menyesali perbuatannya
D. menghukum anak dengan cara melarang keluar rumah selama
beberapa hari
6.48 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Tes Formatif 1
1) D. Child abuse adalah segala tindakan yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak.
2) D. Kurangnya perlindungan hukum terhadap anak bukan termasuk
penyebab terjadinya kekerasan pada anak.
3) B. Domestic violence istilah kekerasan dalam rumah tangga.
4) D. Medical Care abuse adalah jenis kekerasan karena adanya
pengabaian perawatan kesehatan.
5) B. Emotional abuse bentuknya dapat berupa pencemoohan.
6) B. Trauma psikis yang dialami orang tua di masa lalu dapat
menjadi penyebab terjadinya kekerasan kepada anak.
7) B. Kekerasan pada anak terjadi di semua lapisan.
8) A. Disorder obsession salah satunya bentuk memperlakukan anak
secara berlebihan.
Tes Formatif 2
1) D. Penjelasan tentang riwayat terjadinya kekerasan yang berubah-
ubah pada saat terjadinya kekerasan merupakan indikasi adanya
sesuatu yang disembunyikan dan dapat dicurigai adanya
kekerasan pada anak.
2) D. Tarikan dapat terjadinya dislokasi atau lepas sendi.
3) B. Foto rontgen lateral diperuntukkan pencitraan di daerah toraks
dan kepala.
4) A. Penarikan rambut dapat menyebabkan kerontokan dan
akumulasi darah di daerah kepala.
5) B. Kuku anak yang tidak terawat merupakan penelantaran.
6) A. Ambroise Tardieu.
7) C. Pemberian tanggung jawab kepada anak bukan termasuk child
abuse.
8) B. Wawancara yang bertujuan untuk menggali informasi adanya
child abuse disebut anamnesis.
6.50 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Tes Formatif 3
1) D. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
2) D. Kerja sama dengan aparat untuk memantau setiap pengasuhan
anak bukan penyebab terjadinya tindak kekerasan.
3) B. Pemberian disiplin yang terlalu keras kepada anak dapat
berpengaruh terhadap perilaku anak yang muncul dalam bentuk
agresif terhadap teman sebaya.
4) A. Hukuman adalah bentuk pertanggungjawaban atas perbuatan
yang melanggar aturan.
5) B. Hukuman yang diberikan pada anak adalah agar terjadi
perubahan perilaku yang diharapkan.
6) A. Jika anak usia dini mencuri uang maka tindakan yang sesuai
adalah meminta anak untuk mengakui dan menyesali
perbuatannya.
PAUD4502/MODUL 6 6.51
Daftar Pustaka
Hobbs CJ, Hanks HGI, Wynne JM. (1999). Violence and Criminality. Dalam:
nd
Child Abuse and Neglect A Clinician’s Handbook. 2 Edition. Churchill
Livingstone, London. 1999.
Keliat, Anna Budi. (1998). Penganiayaan dan Kekerasan pada Anak, FIK
UI.
nd
Meadow R (1993) ABC of child abuse. 2 Edition. BMJ
Schmitt BD. (1991). Physical abuse, sexual abuse. Dalam: Pediatric Decision
nd
making. 2 Edition. Decker Inc, Philadelphia 1991.
Whaley and Wong. (1996). Clinic Manual of Pediatric Nursing, 4th. Edition,
Mosby Company.
Sumber Internet:
http://www.Balipost.com
http://www.e-psikologi.com
http://www.tempointeraktif.com
http://pepak.sabda.org/pustaka/030200/
http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=12836
http://www.leman.or.id/anakku/disiplin-anak.html
Hhttp://www.ri.go.id/produk uu/isi/uu2002/uu22”02.htm
http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan05231-02.htm
http://www.idai.or.id/bi/view.asp?ID=189&IDEdisi=34
Modul 7
Berikut adalah beberapa petunjuk belajar yang dapat Anda ikuti agar
Anda dapat mempelajari modul ini dengan baik.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana
mempelajari modul ini.
2. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul melalui
pemahaman sendiri dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa lain dan
atau dengan tutor Anda.
3. Jika dalam modul ini pembahasan materi masih dianggap kurang,
upayakan Anda mencari informasi tambahan dari sumber lain yang
relevan.
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan
tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat Anda.
5. Jangan lupa, bacalah rangkuman untuk menguatkan pemahaman yang
sudah Anda peroleh. Selanjutnya, kerjakan pula latihan dan tes formatif
yang tersedia. Usahakan untuk tidak melihat kunci jawaban sebelum
Anda selesai mengerjakannya. Sehingga Anda dapat mengukur seberapa
jauh penguasaan Anda.
6. Akhirnya, selamat belajar dan semoga kesuksesan selalu menyertai
Anda.
PAUD4502/MODUL 7 7.3
Kegiatan Belajar 1
P ada bagian pendahuluan modul ini telah dikemukakan bahwa orang tua
dan masyarakat dapat dan harus terlibat dalam pendampingan
penggunaan media cetak dan noncetak sehingga media-media tersebut dapat
mendukung pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak usia dini.
Baik media cetak maupun noncetak pada satu sisi memiliki manfaat yang
banyak, namun di sisi lain ada potensi kerugian yang ditimbulkan media-
media tersebut jika penggunaan atau pemanfaatannya tidak tepat. Sebagai
contoh jika tayangan televisi secara bebas dikonsumsi anak-anak padahal isi
programnya tidak cocok, mengandung unsur kekerasan, pornografi, mistik,
dan lain-lain tentu saja sangat merugikan anak-anak jika terus menerus
ditonton tanpa bimbingan yang benar dan tepat. Pada uraian berikut ini Anda
akan mengetahui peran orang tua dan masyarakat dalam pendampingan
penggunaan media cetak dan noncetak pada AUD.
Media noncetak seperti televisi dewasa ini telah menjadi sahabat yang
menemani anak-anak hampir setiap hari. Dalam keluarga modern yang orang
tuanya sibuk beraktivitas di luar rumah, televisi sering dimanfaatkan sebagai
penghibur/rekreatif, pendamping dan bahkan menjadi "pengasuh" bagi anak-
anak mereka. Sayangnya, peran vital televisi sebagai media hiburan keluarga
tampaknya belum diimbangi dengan menu tayangan yang bermutu. Menurut
penilaian sejumlah pakar, televisi sedang mengalami disorientasi dalam
kontribusinya mendidik penonton terutama anak-anak.
Mengingat pentingnya televisi dalam pendidikan anak, Anda sebagai
pendidik PAUD perlu mengetahui bahwa televisi dapat mempengaruhi
berbagai perilaku dan sikap anak. Vonny Novita (2008) mengemukakan
beberapa hal di antaranya seperti berikut.
7.4 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
terhadap anak dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan pandangan anak
bahwa guru adalah sebagai orang yang pemarah dan kurang perhatian..
4. Aktivitas lain yang mungkin akan terganggu dengan tayangan televisi ini
adalah masalah semangat dan motivasi belajar anak. Coba Anda
perhatikan ketika anak-anak berada di depan televisi. Mereka begitu
serius menonton televisi. Pada umumnya saat menonton televisi anak
mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama karena biasanya televisi
menyampaikan informasi untuk mereka dalam bahasa yang sederhana
dan tayangannya memikat perhatian. Jika hal ini berlangsung dalam
waktu lama dan terus menerus, besar kemungkinan akan mempengaruhi
minat dan motivasi belajarnya. Bahkan kemungkinan besar minat dan
motivasi belajar anak menurun.
Sumber: www.e-smartschool.com
Gambar 7.1
Anak dapat menonton televisi dalam waktu yang cukup lama
Oleh karena itu perlu menjadi pemikiran bersama antara orang tua,
pendidik dan masyarakat luas untuk menyelenggarakan kegiatan
pengembangan atau pembelajaran dalam format dan bentuk yang
menarik bagi anak-anak seperti pada tayangan-tayangan televisi. Namun
pembelajaran ini tetap harus yang selaras dengan minat dan sesuai
dengan karakteristik anak. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi
dampak yang ditimbulkan ketika anak terlalu banyak menonton televisi.
5. Tayangan televisi itu memiliki sifat pasif, artinya informasi yang
disampaikan televisi bersifat satu arah (one way traffic) dari penyedia
7.6 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
tayangan kekerasan di televisi yang pada saat itu memang digemari anak-
anak.
Berdasarkan uraian tersebut sangat jelas bagi kita bahwa tayangan TV
terbukti cukup efektif dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku anak
sebab media ini sekarang telah berfungsi sebagai sumber rujukan dan wahana
peniruan yang paling dekat dengan anak. Tayangan TV akan berdampak
positif bagi pembentukan moralitas anak-anak jika cara pemanfaatannya
dilakukan secara benar dan tayangan TV akan berakibat buruk terhadap
perilaku anak apabila pemanfaatannya kurang tepat atau bahkan salah
Televisi itu sendiri sebagai produk teknologi pada dasarnya bersifat netral,
benda ini dapat berdampak positif atau negatif tergantung penggunaannya.
Di sinilah pentingnya sikap bijak (wisdom) dalam memanfaatkan
televisi. Dalam konteks ini, orang tua dan masyarakat memegang peranan
yang cukup penting. Orang tua harus bersedia membimbing dan memberi
tahu soal rambu-rambu dalam menonton televisi. Hal ini perlu dilakukan para
orang tua agar anak-anak tidak terkontaminasi oleh tayangan-tayangan yang
tidak bernilai edukatif yang terus mengalir lewat teknologi komunikasi
dengan hanya mempertontonkan hiburan yang kurang bermanfaat bagi anak.
Pengawasan orang tua dan masyarakat dalam pemilihan tayangan
televisi dapat menjadi langkah preventif agar anak-anak tidak keliru dalam
memilih acara. Langkah preventif ini secara tidak langsung akan menangkal
efek samping yang akan diterima anak-anak jika mereka dibiarkan menonton
televisi secara bebas. Upaya lain yang juga dapat dilakukan orang tua dan
masyarakat untuk menangkal tayangan yang kurang edukatif tersebut adalah
dengan melayangkan tanggapan bahkan protes terhadap stasiun televisi yang
menayangkan acara-acara yang tidak sesuai dengan perkembangan anak.
Fasilitas komunikasi yang tersedia pada saat ini sangat memunginkan orang
tua dan masyarakat untuk melakukan upaya tersebut. Waktunya pun sangat
luas karena biasanya tiap stasiun televisi memberikan pelayanannya selama
24 jam.
Nah, secara lebih khusus lagi upaya yang dapat dilakukan dalam
mendampingi anak dalam pemanfaatan media noncetak seperti tayangan
televisi adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pendampingan saat anak menonton tayangan televisi.
Dengan cara ini orang tua dapat menjelaskan kepada anak-anak mana
acara yang baik dan layak ditonton dan mana pula yang sebaliknya.
7.10 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
Sumber: www.e-smartschool.com
Gambar 7.2
Menemani anak pada saat menonton televisi penting
dilakukan para orang tua
Dengan demikian anak akan terarahkan dengan baik. Dalam hal ini
orang tua harus melatih diri untuk menjelaskan mengapa suatu acara
boleh ditonton dan yang lain tidak boleh ditonton dengan menggunakan
bahasa dan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak-anak. Cara seperti
ini akan mengembangkan keterampilan berpikir kritis anak. Manfaat lain
yang diperoleh melalui bentuk pendampingan ini adalah dapat
menciptakan suasana yang akrab dalam lingkungan keluarga di mana
orang tua dan anak akan saling berbagi pengalaman dan kebahagiaan
hidup yang dirasakannya.
2. Membuat kesepakatan dengan anak dan anggota keluarga yang lainnya.
Dalam langkah ini orang tua harus sudah memiliki banyak informasi
tentang beragam jenis tayangan untuk anak baik yang bermanfaat
maupun yang kurang baik/tidak layak. Informasi ini penting dimiliki
orang tua pada saat membuat kesepakatan dengan anggota keluarga yang
lain termasuk dengan pihak lain seperti pembantu atau anggota keluarga
lain. Untuk menyampaikan layak atau tidaknya suatu tayangan pada
anak, orang tua harus mampu menjelaskannya dengan baik, memadai
dan dengan bahasa yang sederhana. Sebagai contoh jika orang tua
memandang bahwa suatu sinetron remaja yang ditayangkan kurang baik,
PAUD4502/MODUL 7 7.11
itu, ajaklah anak untuk berdiskusi dan menilai karakter tokoh yang ada
dalam tayangan tersebut. Cara demikian merupakan langkah yang positif
dan lebih bijaksana.
5. Fasilitasi anak dengan alternatif kegiatan lain selain menonton televisi
Jangan membiarkan anak-anak terlalu sering dan berlebihan dalam
menonton televisi. Orang tua dapat mengajak anak-anak untuk
melakukan berbagai kegiatan lain yang lebih bermanfaat seperti jalan-
jalan, bersilaturahmi dengan saudara atau tetangga dekat, olah raga atau
melakukan aktivitas sehari-hari seperti berkebun dan memasak. Kegiatan
ini akan mampu mengalihkan pilihan anak agar tidak terus-menerus
menonton televisi. Adakalanya penyebab berlebihannya anak dalam
menonton televisi adalah karena mereka tidak memiliki kegiatan lain dan
orang tua sendiri tidak menawarkan alternatif pilihan aktivitas yang lain
kepada anak.
6. Sediakan buku sebagai alternatif sumber pengetahuan yang lain untuk
anak
Sumber pengetahuan lain yang biasanya menarik untuk anak selain
televisi adalah buku. Oleh karena itu, orang tua perlu menyediakan
buku-buku yang menarik dan informatif agar anak tidak selalu terfokus
pada televisi dan dapat memilih alternatif kegiatan lain misalnya
membaca. Buku-buku yang dipilih tentu saja yang mengandung unsur
pendidikan untuk anak, mengandung nilai-nilai yang dapat
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. Jadi selain
menambah pengetahuan anak, buku tersebut juga dapat berisi contoh-
contoh perilaku yang baik dan sesuai norma dalam masyarakat. Sumber
informasi lain selain buku, adalah mendengarkan radio, memutar kaset
atau mendengarkan musik.
Gambar 7.3
Mendampingi anak pada saat menggunakan internet
akan memandu anak mengenai informasi yang layak mereka lihat
L A T IH AN
Keterangan
Judul/Nama Tayangan
Layak ditonton Tidak layak ditonton
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
4) Salah satu hal yang dapat menyebabkan anak cenderung berpikir linier
saat melihat tayangan televisi adalah ....
A. tayangan televisi umumnya menarik
B. terbatasnya kesempatan untuk memberikan balikan
C. tayangan televisi lebih sering menayangkan program dua arah
D. tayangan televisi pada umumnya dikemas secara menarik
7) Alternatif kegiatan yang dapat diberikan kepada anak agar tidak terlalu
banyak menonton televisi antara lain, kecuali ....
A. menayangkan VCD pendidikan
B. memberikan buku cerita tentang binatang
C. memberikan alat-alat permainan edukatif
D. menayangkan film anak bernuansa remaja
10) Jenis-jenis informasi berikut ini harus dihindarkan dari anak-anak pada
saat menggunakan internet, kecuali….
A. sadisme
B. iklan
C. pornografi
D. perjudian
Kegiatan Belajar 2
etika terhadap orang tua, berempati terhadap orang yang berjasa kepada
mereka dan sikap-sikap positif yang lain yang diharapkan terbentuk dan
dimiliki oleh anak dalam kehidupannya.
kita memilih buku yang sarat dengan tulisan. Bagi anak pada usia
ini, tulisan sifatnya masih abstrak sehingga susah untuk mereka
mengerti dan mereka pahami. Penyajian gambar akan lebih menarik
dan mudah dipahami oleh anak. Buku yang banyak tulisan dengan
sedikit ilustrasi dan gambar lebih cocok untuk pembaca pada tingkat
yang lebih tua misalnya remaja dan dewasa, karena meskipun tak
dilengkapi gambar mereka pada umumnya telah mampu memahami
hal-hal yang sifatnya abstrak.
b. Selain memilih buku dengan dilengkapi gambar dan ilustrasi yang
lebih banyak, untuk anak usia di bawah lima tahun buku yang
dipilih pun upayakan yang menggunakan sampul tebal agar tidak
mudah robek dan rusak. Ketertarikan anak terhadap gambar atau
informasi tertentu pada buku sering menyebabkan anak kurang
kontrol dan kendali dalam penggunaannya sehingga buku sering
ditarik-tarik, ditekan, dilipat dan sebagainya. Selain itu kemampuan
motorik halusnya juga masih belum sempurna, sehingga
kemampuan merawat buku masih harus dilatih lagi. Hal lainnya
adalah karena anak usia dini cenderung ceroboh dan kurang hati-hati
maka buku untuk anak harus yang tebal sampulnya, kuat dan tidak
mudah sobek/rusak. Jika kita memilih buku dengan sampul tebal
upayakan yang ujung-ujungnya tidak runcing sehingga tidak
berbahaya untuk anak.
5. Lain halnya untuk anak pada usia enam tahun ke atas. Beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
a. Kemampuan membaca anak pada usia ini sudah meningkat pesat
sehingga memungkinkan penambahan tulisan atau teks pada buku
yang dipilih anak, cerita yang disajikan pun dapat lebih luas. Namun
demikian jangan mengabaikan penggunaan gambar karena unsur
tersebut dapat menjadi pemikat bagi minat membaca anak. Selain
itu, juga melalui gambar anak akan lebih mudah menangkap setiap
pengetahuan yang disajikan.
b. Penggunaan teks atau tulisan yang lebih banyak dibanding
sebelumnya pada usia ini tidak ada masalah, namun penyajiannya
harus tetap sederhana artinya tetap disesuaikan dengan taraf
perkembangan anak.
7.26 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
1. Syarat edukatif
Syarat edukatif maksudnya bahwa pembuatan alat permainan edukatif
harus disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku sehingga
pembuatannya akan sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan yang
terdapat di dalam program pendidikan yang disusun. Secara lebih khusus
lagi syarat edukatif ini maksudnya adalah:
a. APE yang dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan
pendidikan (program pendidikan/ kurikulum yang berlaku);
b. APE yang dibuat disesuaikan dengan didaktik metodik artinya dapat
membantu keberhasilan kegiatan pendidikan, mendorong aktivitas dan
kreativitas anak dan sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan
anak).
2. Syarat teknis
Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam pembuatan alat
permainan edukatif berkaitan dengan pemilihan bahan, kualitas bahan,
pemilihan warna, kekuatan bahan. Secara lebih rinci syarat-syarat teknis
dalam pembuatan alat permainan edukatif adalah sebagai berikut.
a. APE dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan
kesalahan konsep) contoh dalam membuat balok bangunan, ketepatan
bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya
tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.
b. APE hendaknya multiguna, walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu
tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan
yang lain.
c. APE dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di
lingkungan sekitar, murah atau dari bahan bekas/sisa.
d. Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya
tajam, beracun dan lain-lain)
e. APE hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya
berubah)
f. mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk
bereksperimen dan bereksplorasi
g. dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.
PAUD4502/MODUL 7 7.29
3. Syarat estetika
Persyaratan estetika ini menyangkut unsur keindahan alat permainan
edukatif yang dibuat. Unsur keindahan/ estetika ini sangat penting
diperhatikan karena akan memotivasi dan menarik perhatian anak untuk
menggunakannya. Hal-hal yang lebih rinci yang berkaitan dengan syarat
estetis ini menyangkut hal-hal sebagai berikut.
a. bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak);
b. keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil);
c. warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.
L A T IH AN
1) Upaya pemilihan buku dan alat mainan sesuai dengan apa yang pernah
Anda lakukan
2) Jumlah judul buku yang Anda pilihkan minimal 5 (lima) buah.
7.30 Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
B. akademis
C. edukatif
D. sederhana
8) Salah satu ciri yang menunjukkan bahwa suatu alat permainan itu dapat
disebut alat permainan edukatif adalah ….
A. mengandung nilai pendidikan untuk guru
B. mengembangkan salah satu aspek perkembangan anak
C. lebih mengutamakan pengembangan aspek fisik-motorik anak
D. bersifat menghasilkan sesuatu/ konstruktif
Tes Formatif 1
1) C. Memunculkan kebiasaan berperilaku konsumtif.
2) D. Meningkatkan agresivitas anak.
3) A. Menghambat kemampuan memahami sesuatu pada anak.
4) B. Terbatasnya kesempatan untuk memberikan balikan.
5) A. Berpikir kurang kritis.
6) B. Memberikan buku cerita yang menarik untuk anak.
7) D. Menayangkan film anak bernuansa remaja.
8) C. Mengajukan pertanyaan kepada anak tentang informasi yang
Mereka peroleh.
9) B. Memfasilitasi dengan alternatif kegiatan yang tepat.
10) B. Iklan.
Tes Formatif 2
1) D. Sederhana.
2) B. Berisi nilai-nilai moral yang baik.
3) A. Mengembangkan pengetahuan anak.
4) C. Buku lebih banyak berisi fakta-fakta.
5) D. Menggambar secara bebas.
6) C. Gunakan gambar agar menarik.
7) C. Alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk
kepentingan pendidikan.
8) D. Bersifat menghasilkan sesuatu/ konstruktif.
9) D. Meningkatkan motivasi dan minat belajar anak.
10) A. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
11) C. Anak memperoleh informasi langsung dari sumber pertama.
PAUD4502/MODUL 7 7.35
Daftar Pustaka
Center for ICT Studies Foundation (2008). Internet Sehat. [Online]. Tersedia:
http://www.chem-is-try.org/internetsehat.pdf[20 Agustus 2008].
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1990), Media Pengajaran. Sinar Baru,
Bandung.
P ada modul sebelumnya Anda telah mempelajari pelibatan orang tua dan
masyarakat dalam pendampingan penggunaan media pada anak usia
dini. Pendampingan tersebut sangat penting dilakukan oleh orang tua dan
masyarakat sehingga nilai kemanfaatan dari media-media tersebut dapat
diperoleh secara optimal dalam rangka mengembangkan aspek-aspek
perkembangan anak. Pada dasarnya pemanfaatan media cetak maupun media
non cetak selalu memiliki dua sisi yaitu manfaat dan kerugian. Manfaat akan
diperoleh jika penggunaan media dilakukan secara tepat. Sebaliknya kerugian
akan timbul jika penggunaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya.
Oleh karenanya pendidik perlu mendampingi anak-anak saat penggunaan
media tersebut. Mudah-mudahan apa yang sudah dipelajari dapat dipahami
secara komprehensif dan lengkap sehingga dapat menambah wawasan Anda,
sehingga dapat membantu anak usia dini mengembangkan seluruh
kemampuannya secara optimal. Baiklah, selanjutnya pada modul ini Anda
mempelajari mengenai pelibatan orang tua dalam penyelarasan pendidikan di
rumah dan di lembaga PAUD. Penyelarasan ini sangat penting dilakukan
sehingga terjalin kerja sama dan kemitraan yang harmonis antara pihak
lembaga dan pendidik, orang tua dan masyarakat sebagai tri pusat kegiatan
pendidikan bagi anak usia dini dan tidak terjadi kesenjangan atau perbedaan
yang terlalu dalam antara pendidikan yang dilakukan di lembaga PAUD dan
pendidikan yang dilakukan di rumah atau sebaliknya. Modul ini bertujuan
membekali Anda agar mampu menjelaskan cara melibatkan orang tua dalam
menyelaraskan antara pendidikan di rumah dengan di lembaga PAUD. Secara
lebih khusus Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan permasalahan dalam penyelarasan antara lembaga PAUD
dan keluarga;
2. menjelaskan upaya membina penyelarasan lembaga PAUD dan keluarga;
8.2 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ada
beberapa petunjuk belajar yang dapat Anda ikuti, yaitu sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana
mempelajari modul ini.
2. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui
pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa lain atau
dengan tutor Anda.
3. Jika dalam modul ini pembahasan materi masih dianggap kurang,
upayakan Anda mencari informasi tambahan dari sumber yang lain yang
relevan.
4. Jangan lupa kerjakan latihan dan soal tes formatif yang tersedia untuk
mengukur tingkat penguasaan terhadap isi modul.
5. Selanjutnya bacalah rangkuman untuk memantapkan penguasaan Anda
terhadap materi dalam modul ini.
PAUD4502/MODUL 8 8.3
Kegiatan Belajar 1
Keselarasan Pendidikan
di Lembaga PAUD dan di Rumah
dan sekolah selama ini dipisahkan. Orang tua mengantarkan anak mereka
sampai di pintu sekolah dan hanya sedikit mengetahui tentang apa yang
terjadi di sekolah. Para pendidik terbiasa memiliki tanggung jawab terhadap
anak-anak selama di sekolah dan beranggapan tidak perlu berinteraksi
dengan keluarga anak-anak ini.
Bagi budaya yang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang wajar,
konsep peran serta aktif dari keluarga mungkin merupakan hal yang sama
sekali asing. Baik pendidik maupun anggota keluarga sama-sama tidak tahu
bagaimana berbagi informasi, bersama-sama membuat rencana, atau bekerja
bersama-sama di kelas. Mereka merasa tidak nyaman dengan berbagai aturan
untuk peran yang baru ini. Persepsi ini sangat bertentangan dengan
pemahaman baru yang menjelaskan bahwa justru kerja sama antara lembaga
pendidikan dengan keluarga sangat penting karena akan menumbuhkan
jalinan yang harmonis yang selaras dan menguntungkan kedua belah pihak.
Berikut ini akan diuraikan pentingnya keselarasan antara lembaga PAUD dan
keluarga dalam pendidikan anak usia dini. Pembahasan tersebut meliputi
permasalahan dalam penyelarasan lembaga PAUD dan keluarga; upaya-
upaya untuk membina penyelarasan lembaga PAUD dan keluarga; dan
dukungan orang tua di rumah terhadap kegiatan pengembangan di lembaga
PAUD.
Sumber: abuafra.wordpress.com
Gambar 8.3
Membimbing dalam kegiatan belajar anak sebagai
bentuk dukungan bagi proses belajar anak
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
4) Salah satu alasan adanya sikap pendidik yang merasa ditantang oleh
orang tua ....
A. pengalaman pendidikannya sama dengan pengalaman pendidikan
orang tua
B. pendidikan orang pada umumnya lebih rendah dari pendidikan para
pendidik
C. terdapat orang tua yang memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih
tinggi
D. kualifikasi pendidikan para orang tua lebih tinggi daripada
kualifikasi pendidik
Kegiatan Belajar 2
1. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung yaitu komunikasi yang penyampaian pesannya
tidak memerlukan bantuan perantara atau media. Penyampai pesan atau
komunikator langsung berhadapan muka (face to face) dengan penerima
pesan atau komunikan, dan biasanya menyampaikan pesannya melalui kata-
kata (verbal) dan atau isyarat (non-verbal).
Komunikasi ini memiliki beberapa keuntungan. Pertama, pesannya
dapat disampaikan secara bebas dan berulang-ulang sehingga komunikator
yakin betul bahwa komunikan telah dapat menerima dan memahaminya. Jika
komunikan belum paham dan mengerti maka pada saat itu juga ia dapat
meminta penjelasan kembali. Kedua, komunikan dapat menyaksikan isyarat-
isyarat yang menyertai pesan yang disampaikan dengan kata-kata oleh
komunikator. Dalam kepentingan dan keadaan tertentu kadang-kadang hal
tersebut sangat membantu terjadinya pengaruh pesan terhadap pikiran, sikap
dan perbuatan komunikan.
Gambar 8.2
Komunikasi Langsung
8.20 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
sikap empati ini pihak orang tua akan merasa nyaman untuk
mengemukakan persoalan-persoalan yang dihadapi diri dan anaknya
secara lebih terbuka. Jika pendidik datang dan langsung mencecar orang
tua dengan berbagai pertanyaan tanpa berusaha memahami apa yang
dirasakan orang tua bahkan cenderung menyalahkan orang tua tentu saja
pihak orang tua pun tidak secara leluasa berusaha mengemukakan
masalah-masalah yang dihadapinya.
c. Mengupayakan suatu sikap yang membuat proses komunikasi berjalan
lancar dengan memberikan dukungan (supportiveness). Dalam hal ini
pendidik perlu memperhatikan upaya-upaya yang dapat membangun dan
mendukung komunikasi yang harmonis. Pendidik mengupayakan
menggali masalah dengan tidak memosisikan orang tua sebagai sumber
masalah (trouble maker) tetapi menganggap orang tua sebagai partner
yang secara bersama-sama akan berusaha memecahkan permasalahan
yang dihadapi oleh anak didik yang menjadi tanggung jawab mereka.
Dapat dibayangkan jika orang tua selalu dianggap sebagai sumber
permasalahan pada anaknya tentu mereka akan merasa untuk apa mereka
menitipkan anaknya ke lembaga pendidikan jika setiap permasalahan
yang dihadapi anak selalu dianggap sebagai akibat dari kelalaiannya
dalam mendidik anak.
d. Membangun rasa positif (positivism) dan menghindari pandangan tidak
baik yaitu suatu sikap yang memandang suatu gejala atau kejadian dari
sudut yang baik (positive thinking). Jika seseorang dalam berbagai hal
memandang segala sesuatu itu dari sisi negatifnya atau belum apa-apa
sudah penuh dengan prasangka tidak baik (stereotip) maka akan sangat
sulit terjadi komunikasi secara efektif. Pendidik perlu menjernihkan
pikiran-pikiran atau prasangka tidak baik terhadap orang tua dalam
memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi anak didiknya.
Memosisikan orang tua sebagai rekan (partner) berpikir dalam mencari
solusi-solusi yang perlu ditemukan tentu akan lebih bijaksana dan
bermanfaat sehingga setiap persoalan yang menimpa anak didik dapat
diselesaikan dengan baik.
e. Membangun suatu sikap bahwa semua pihak yang berkomunikasi itu
sama, yaitu sama-sama membutuhkan atau saling membutuhkan atau
kesamaan (equality). Komunikasi akan efektif jika atribut dan label-label
tertentu yang cenderung membedakan atau tingkatan-tingkatan tertentu
di minimalisasi atau bahkan direduksi sehingga akan terjalin komunikasi
8.22 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
yang efektif dan harmonis. Tidak ada sikap dimana satu pihak merasa
lebih penting dari yang lainnya. Sikap seperti ini akan menghambat
proses komunikasi secara terbuka karena prinsip yang harus dibangun
adalah semangat mencari solusi dan bukan membedakan posisi masing-
masing.
Pendidik
(Komunika
tor)
Pesan
Anak Didik
(Komuni
MEDIA Pesan kan)
Gambar 8.3
Komunikasi Tidak Langsung
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
B. casual visits
C. school visits
D. home visits
Tes Formatif 2
1) B. Langsung.
2) C. Pesan hanya disampaikan secara verbal.
3) D. Kata-kata dan isyarat.
4) C. Empati.
5) A. Equality.
6) A. Sikap yang memandang suatu gejala atau kejadian dari sudut
yang baik.
7) A. Home visits.
8) B. Casual visits.
9) C. Pertemuan secara teratur untuk melibatkan orang tua dan
pendidik untuk bersama-sama melakukan sesuatu terkait
dengan anak.
10) C. The tele conference.
PAUD4502/MODUL 8 8.31
Daftar Pustaka
Beaty, Janice J. (1996). Skills for Preschool Teachers. Fifth Edition. Prentice
Hall. Inc.: New Jersey.
Leeper, S.H., Witherspoon, R.L, Day, B. (1984). Good School for Young
Children. Fifth Edition. Macmillan College Publishing Component, Inc:
USA.
Kegiatan Belajar 1
melekat dan merupakan bagian yang tidak mungkin dilepaskan dari diri
seseorang, termasuk dari diri anak usia dini, artinya lingkungan itu selalu
hadir dan ada di manapun anak berada. Oleh karena itu, lingkungan
hendaklah menjadi bagian yang kita pelajari dan kita kenali dengan baik. Jika
kita abaikan atau tidak menjadi perhatian kita, maka pengaruhnya menjadi
sangat sulit diramalkan terhadap anak, khususnya anak usia dini. Artinya,
jika kita berhasil ‘memaknai lingkungan ‘ untuk pengembangan anak; maka
kita akan mampu membantu tumbuhkembang anak secara baik, sebaliknya
jika gagal maka lingkungan itulah yang akan ‘merusak’ anak, setidaknya
menghambat atau mengganggu perjalanan tumbuhkembang anak. Kalimat
kunci dari penegasan tersebut adalah lingkungan dapat efektif membantu dan
mendukung pengembangan potensi anak, dan sebaliknya dapat merusak
potensinya. Dengan demikian pengenalan atau pendidikan lingkungan itu
sangat penting bagi anak demi perkembangan potensinya (Botkin dalam
Kartono, 2001).
Jika pengertian lingkungan telah kita temukan sebagaimana yang
dipaparkan di atas, lalu apakah yang dimaksud dengan pendidikan
lingkungan itu? Untuk mendapatkan makna yang sempurna, terlebih dahulu
kita harus memahami makna pendidikan. Terdapat beberapa pengertian
pendidikan, di antaranya adalah pendidikan sebagai proses melatih,
membimbing dan mengarahkan seseorang agar menjadi lebih baik
(Langgulung, 1999). Pendidikan juga diartikan sebagai upaya pengembangan
potensi manusia agar menjadi lebih berakhlak, cerdas, sehat dan bertanggung
jawab (Bahyah, 2008). Dari kedua pengertian pendidikan tersebut, maka kita
dapat membentuk rumusan pengertian pendidikan lingkungan, yaitu
pendidikan lingkungan secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya atau
proses melatih, membimbing dan mengarahkan seseorang, dalam hal ini
adalah anak usia dini agar mereka menjadi lebih berakhlak, cerdas, sehat dan
bertanggung jawab dalam menghadapi, berinteraksi dan memanfaatkan
lingkungan yang berada di sekitarnya.
Melalui proses pendidikan lingkungan yang benar, diharapkan anak-anak
usia dini di Indonesia menjadi lebih mengenali lingkungannya secara lebih
baik. Memiliki kebiasaan bertindak dengan arif-bijak terhadap lingkungan
serta memiliki kemauan menjaga dan melestarikannya. Perlu diyakini bahwa,
jika pendidikan lingkungan dilakukan dan ditanamkan secara mendalam
sejak usia dini, maka di samping akan lebih mudah diserap juga akan lebih
cepat diinternalisasi oleh anak sehingga melekat pada dirinya; dibandingkan
9.6 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
jika hal itu dilakukan pada saat seseorang telah beranjak dewasa. Dengan
menanamkan kecintaan pada lingkungan sejak dini, maka kelak mereka akan
menjadi generasi yang betul-betul dapat menempatkan dirinya di lingkungan
yang berada di sekitarnya secara tepat dan benar, lebih jauh dapat berdampak
pada kesehatan dirinya, serta berdampak pada peningkatan mutu lingkungan
yang lebih baik dan bermutu.
1. Agar anak usia dini memiliki pengetahuan tentang lingkungan yang lebih
baik, sehingga sejak dini konsep-konsep dasar dan wawasan tentang
lingkungan melekat pada anak.
2. Agar anak usia dini memiliki kemampuan berinteraksi dengan
lingkungan hidup secara lebih tepat dan lebih baik
3. Agar anak usia dini memiliki kemampuan mengelola lingkungan hidup
lebih tepat dan lebih baik
4. Agar anak usia dini dapat memanfaatkan lingkungan hidup lebih tepat,
wajar dan lebih baik
5. Agar pada diri anak usia dini tumbuh kemauan untuk berbuat sesuatu
yang baik untuk lingkungan.
6. Agar anak usia dini dapat menghindari dampak-dampak buruk dari
lingkungan dan pengaruh-pengaruh lainnya yang lebih luas.
menggunakan sapu tangan atau tisu, bila badan atau tangan kotor
segera mandi atau cuci , dan sebagainya.
e. Mengajak ke dokter atau puskesmas jika mengalami gangguan
kesehatan akibat pencemaran atau dampak negatif alam dan
lingkungan.
4. Keterampilan Mengomunikasikan
a. Melaporkan hasil pengamatan terhadap peristiwa pencemaran,
pendangkalan sungai (oleh sampah) yang ditemukan di sekitarnya,
dan sebagainya.
b. Mengajak teman-temannya untuk berperilaku sehat dan mencintai
alam serta lingkungan, misalnya: mengajak membuang sampah pada
tempatnya, menghindari asap berbahaya, mengajak teman agar tidak
jajan sembarangan, dan lain-lain.
c. Membuat gambar (poster) tentang kelestarian alam dan lingkungan.
d. Gemar membaca buku-buku yang memberikan informasi kelestarian
alam dan lingkungan hidup.
Lingkungan adalah bagian dari anak. Karakteristik anak usia dini yang
bersifat unik (khas), memiliki dorongan yang sangat kuat untuk mengetahui
dan mengalami sesuatu. Hal ini akan mendorongnya untuk tidak ragu-ragu di
dalam berinteraksi dan mengeksplorasi segala sesuatu yang dirasanya
menarik. Berdasarkan karakteristiknya, anak masih belum matang
kemampuan kognitif (berpikir-nalarnya) serta pengendalian emosinya; oleh
karena itu dalam merespons dan mendekati sesuatu yang diminatinya sering
kali dilakukan dengan spontan. Jika lingkungan anak sudah dikelola dengan
baik oleh orang tua atau orang dewasa lainnya ( masyarakat); maka keinginan
anak menjangkau lingkungannya tentulah tidak akan membawa dampak
negatif. Namun jika lingkungan yang ada dan tersedia adalah lingkungan apa
adanya, kita harus peka terhadap hal-hal yang dapat membahayakan anak.
Kita harus siap sedia untuk bertindak dengan segera, sehingga semua hal
yang akan berdampak buruk pada anak dapat diantisipasi dengan baik. Nah,
untuk itulah penerapan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan perlu
menggunakan pendekatan aktual dan emergen. Apakah pendekatan aktual
itu? Pendekatan aktual adalah pendekatan yang menekankan pada kekinian
dan saat ini (here and now) sehingga materi lingkungan yang diterima oleh
anak betul-betul fungsional atau bermanfaat bagi anak dalam kehidupannya.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut: jika kita ingin
mengajarkan cara makan yang sehat, kepada anak yang berada di lingkungan
masyarakat Sunda; maka cara makan yang dapat kita kenalkan adalah cara
makan dengan menggunakan jari-jari tangan. Mengapa? Karena keluarga
dalam masyarakat Sunda pada umumnya tidak menggunakan alat makan
khusus, alias menggunakan jari-jari yang dimilikinya. Jangan mengajarkan
makan dengan menggunakan sendok-garpu secara formal atau menggunakan
garpu dan pisau makan. Mengapa? Karena hal itu menjadi kurang bermanfaat
bagi anak, atau dengan kata lain kurang aktual. Tentunya cara dan urutan
makan dengan jari-jemari perlu diajarkan dengan benar, mulai dari
tangan/jari yang digunakan, cara mencuci tangan, hingga cara memasukan
makanan ke mulut.
Tentu masih banyak contoh lainnya, misalnya dalam mengajarkan toilet
training, jika di keluarga menggunakan WC jongkok, maka hendaklah anak
usia dini diajarkan cara buang hajat dengan menggunakan WC jongkok dan
jangan dipaksakan untuk menggunakan WC duduk; dan sebagainya.
Pendekatan emergen dapat dimaksudkan sebagai pendekatan yang
menekankan pada ‘kepekaan’ dari orang tua atau orang dewasa lain pada saat
PAUD4502/MODUL 9 9.11
and social experiences). Anak usia dini sangat cocok dengan pola pendidikan
lingkungan melalui pengalaman konkret (sentuh dan rasa) yang melibatkan
aktivitas fisik-motorik, interaktif serta hal-hal yang bersifat alamiah (child’s
nature). Secara sederhana, pendidikan lingkungan yang diberikan oleh orang
tua hendaklah mengedepankan pemberian pengalaman langsung yang
bersifat kegiatan nyata. Misalnya, jika kita ingin mengajarkan menyapu
halaman rumah, maka lakukanlah dengan menyapu, belajar mandi lakukanlah
dengan mandi, belajar membuang sampah lakukanlah dengan membuang
sampah, belajar mencuci piring lakukanlah dengan mencuci piring, dan
sebagainya. Jadi janganlah menggunakan pendekatan teoritis-konseptual,
karena manfaat dan dampaknya tidak akan melekat kuat pada anak usia dini.
L A TI H AN
RA N G K U M AN
T ES F OR M A TI F 1
4) Istilah pemanasan global yang saat ini menjadi isu dunia dalam istilah
populernya disebut ....
A. global hot
B. global sun
C. global fire
D. global warming
8) Pendekatan yang menekankan pada kekinian dan saat ini (here and now)
sehingga materi lingkungan yang diterima oleh anak betul-betul
fungsional atau bermanfaat bagi anak dalam kehidupannya dikenal
dengan pendekatan .…
A. atraktif
B. aktif
C. aktual
D. aksi
10) Bila anda mengajarkan cara menyapu kepada anak usia dini, maka
lakukanlah dengan menyapu. Cara pembelajaran tersebut selaras dengan
cara yang anak sukai, yaitu .…
A. CBSA
B. verbalisme
C. hands on
D. aktual
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Kegiatan Belajar 2
Pengaruh Lingkungan
terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
dan Peran Orang tua, Masyarakat dalam
Menciptakan Lingkungan yang Sehat
dalam jumlah besar, sedangkan yang merupakan mikro nutrisi adalah vitamin
dan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
Permasalahan yang muncul adalah meskipun tubuh anak dan juga tubuh
kita memerlukan makanan yang cukup, bahkan mengenyangkan; tetapi
terkadang tidak semua makanan yang ada di lingkungan mengundang selera
untuk disantap atau dinikmati, bahkan terkadang juga tidak bertahan lama
dan nampak kurang bermutu. Dari permasalahan tersebut terkadang muncul
ide-ide untuk menampilkan rupa dan rasa makanan agar terlihat lebih
menarik dan memiliki cita rasa yang lebih lezat serta dapat bertahan lama.
Maka diupayakanlah mencari berbagai upaya pengolahan makanan.
Upaya tersebut biasanya mengarah pada penambahan zat adiktif pada
makanan. Apakah sesungguhnya zat adiktif itu, zat adiktif sebenarnya adalah
zat yang ditambahkan ke dalam makanan yang ditujukan untuk memperbaiki
nilai gizi, meningkatkan mutu, dan membuat makanan lebih menarik. Zat
adiktif yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain
pewarna, pemanis, pengawet, penyedap rasa, antioksidan, pengatur derajat
keasaman, pemberi aroma, pengental, pengemulsi, pemutih, pengeras,
sekuestran, dan pengembang.
Namun terkadang patut disayangkan, niat baik yang dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu makanan justru terjadi sebaliknya, yaitu mutu makanan
menjadi menurun kualitasnya bahkan berpotensi menjadi beracun. Hal ini
tentu akan berujung pada penyesalan, apalagi jika makanan tersebut
dikonsumsi anak usia dini maka dampaknya akan membawa penyesalan yang
besar.
Sebetulnya apa yang menyebabkan makanan menjadi beracun. Terdapat
beberapa penyebab di antaranya sebagai berikut.
1. Zat adiktif yang dipilih tidak tepat, bahkan zat adiktif tersebut bukan
untuk makanan, tetapi untuk keperluan lain, seperti: untuk pewarna
pakaian, dan sebagainya.
2. Kondisi makanan sudah kadaluwarsa atau basi.
3. Makanan tersebut diperuntukkan bagi orang dewasa, dan bukan untuk
dikonsumsi anak.
4. Berbagai jenis obat-obatan.
5. Makanan tersebut terkontaminasi atau tercemar penyakit.
6. Makanan tersebut terkontaminasi racun dan zat berbahaya.
9.24 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
2. Jenis Makanan Beracun Yang Harus Dihindari Oleh Anak Usia Dini
Dalam subjudul ini akan dibahas berbagai jenis makanan yang
berpotensi beracun jika dikonsumsi oleh anak usia dini. Jenis-jenis makanan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Makanan yang menggunakan zat pengawet sintetis, antara lain sebagai
berikut.
1) Asam benzoat atau dalam bentuk garamnya digunakan sebagai zat
pengawet pada saus, kecap, selai, jeli, sirop, minuman ringan, acar
kalengan, margarin, buah kalengan, dan sari buah. Asam benzoat
yang secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti cengkeh
dan kayu manis.
2) Asam sorbat atau dalam bentuk kalium sorbat digunakan sebagai
pengawet pada keju, margarin, acar kalengan, selai dan sari buah.
3) Garam nitrat atau nitrit berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
bakteri Clostridium botulinum pada daging. Selain sebagai
pengawet, garam ini juga menghasilkan warna dan bau yang khas
pada daging olahan seperti kornet dan daging asap. Pada keju
digunakan nitrat untuk mencegah pembentukan gas oleh bakteri
pembentuk asam butirat.
4) Asam propionat digunakan sebagai zat pengawet pada roti atau keju.
b. Zat Penyedap
Penyedap merupakan jenis tambahan makanan yang paling banyak
dipergunakan di pabrik. Jenis penyedap yang digunakan di pabrik
contohnya Sakarin, Vetsin atau MSG (Monosodium Glutamat),
Aspartam, Acesulfame, Siklamat dan Essen. Pembuatan sirup serta kue-
kue biasanya ditambah essen. Essen memberi aroma dan rasa buah.
Sakarin mempunyai ciri khas rasa manis. Sakarin ada yang dinamakan
biang gula. Bahan penyedap buatan atau hasil pabrik jika dipakai
berlebihan akan merusak kesehatan. Berikut adalah macam-macam zat
penyedap yang sering digunakan.
1) Monosodium Glutamat (MSG)
2) Sehari-hari MSG kita kenal dengan sebutan vetsin.
3) Hidrolised Vegetable Protein (HVP)
4) HVP ini menghasilkan jenis bumbu masak berupa kaldu, misalnya
kaldu ayam dan rasa kaldu sapi.
5) Garam Inosinat dan garam guaniat
PAUD4502/MODUL 9 9.25
baru seperti pencemaran air tanah, dan udara; bertambahnya jumlah lalat,
tikus, dan bau yang merusak; pemandangan yang tidak mengenakan.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses
yang wajar dan terjadi sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya,
karena manusia membutuhkan daya dukung lingkungan untuk kelangsungan
hidupnya. Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah ada sejak dahulu.
Masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau
dihadapi oleh negara-negara maju ataupun negara-negara miskin, tapi
masalah lingkungan hidup sudah merupakan masalah dunia dan masalah kita
semua.
Keadaan ini menyebabkan kita berpikir bahwa pengetahuan tentang
hubungan antar jenis lingkungan ini sangat penting agar kita dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas.
Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi,
termasuk kegiatan pembangunan terutama di bidang industri yang telah
banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat. Masalah
lingkungan hidup merupakan masalah yang kompleks dan harus diselesaikan
dengan berbagai pendekatan multidisipliner.
Industrialisasi merupakan “conditio sine quanon” keberhasilan
pembangunan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi
industrialisasi juga mengandung risiko lingkungan. Oleh karena itu
munculnya aktivitas industri di suatu kawasan mengundang kritik dan
sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif
limbahnya yang mengganggu kesehatan lingkungan.
Pembahasan terkait dengan topik lingkungan dan pencemaran sangat
penting untuk dipahami, dan sangat berguna dan untuk memahaminya
dengan lengkap, bacalah dengan seksama paparan selanjutnya.
a. Pencemaran Air
5) Langkah Penyelesaian
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan
cara mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize),
mendaur ulang (recycle), mendaur pakai (reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah
kita. Karena saat ini kita telah menjadi “masyarakat kimia”, yang
menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci,
memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah
nantinya akan menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosi
dan beracun, atau degradable (dapat di degradasi) alam ? Apakah barang
yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan,
atau aman bagi makhluk hidup dan lingkungan ? Teknologi dapat kita
gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih,
instalasi pengolahan air limbah yang dioperasikan dan dipelihara dengan
baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan
bijaksana.
9.32 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
2. Pencemaran Udara
1) Kegiatan manusia
Kegiatan manusia yang mengakibatkan pencemaran udara di antaranya:
kegiatan transportasi, industri, pembangkit listrik, Pembakaran
(perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan
bakar), serta gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti
(CFC)
2) Sumber alami
Sumber alami yang mengakibatkan pencemaran udara di antaranya:
gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, nitrifikasi dan denitrifikasi
biologi
PAUD4502/MODUL 9 9.33
3) Sumber-sumber lain
Sumber lain yang mengakibatkan pencemaran udara di antaranya:
transportasi amonia, kebocoran tangki klor, timbulan gas metana dari
lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah, uap pelarut organik
1) Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam
tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar
dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh
tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi
saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan
gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksik dan karsinogenik.
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang
berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit,
berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998 senilai
dengan 1,8 triliun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 triliun rupiah
di tahun 2015.
3) Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan
asam ini antara lain sebagai berikut.
9.34 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
3. Pencemaran Tanah
b. Pengaruh pencemaran
j) Memiliki empati
Anak dapat memahami perasaan orang lain, bahkan saat anak
beranjak besar sudah dapat memberikan bantuan. Di usia
prasekolah, saat temannya kehilangan mainan, anak bersedia
meminjamkan mainan miliknya, bahkan bagi anak yang sudah lebih
besar, dia tidak hanya meminjamkan mainan tapi juga menghibur
temannya itu. Empati merupakan salah satu tanda emosi yang sehat.
L A TI H AN
RA N G K U M AN
Upaya meningkatkan rupa dan rasa makanan, sering kali
menggunakan zat adiktif. Namun terkadang zat tersebut malah
membawa dampak negatif yaitu menjadikan makanan berpotensi
beracun, khususnya makanan yang sering dikonsumsi anak-anak.
Misalnya pewarna buatan, dapat mengakibatkan kanker, kerusakan
ginjal, kandung kemih dan lain-lain. Penggunaan BHA atau BHT dalam
jangka panjang menyebabkan kelainan kromosom bagi orang yang alergi
terhadap aspirin. Bagi penderita asma, sulfit dapat menyebabkan sesak
napas, gatal-gatal dan bengkak. Zat adiktif yang digunakan dapat berupa
pengawet, pewarna, pemanis, dan lain-lain. Pencemaran lingkungan
yang terjadi di sekitar kita sangat mencemaskan karena berhubungan
dengan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh perilaku masyarakat yang
menentukan gaya hidup tersendiri dan menciptakan lingkungan sesuai
dengan yang diinginkannya sehingga timbullah penyakit yang sesuai
dengan perilakunya tadi. Pencemaran air, udara, dan tanah, berakibat
buruk, khususnya bagi anak usia dini yang masih rentan penyakit.
9.48 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
T ES F OR M A TI F 2
C. asam sorfat
D. asam benzoot
9) Akibat menghirup asap hitam dari knalpot, selain ISPA, akibat buruk
bagi anak usia dini adalah ....
A. terhambat pertumbuhan fisiknya
B. sering terkena diare
C. menurun daya tahan tubuhnya
D. menderita penurunan IQ
Tes Formatif 2
1) B. Vitamin dan mineral.
2) C. Menaikkan harga jual.
3) D. Asam benzoot.
4) A. Monosodium Glusamat (MSG).
5) B. Sakarin.
6) C. Pewarna buatan.
7) B. Pendapatan berkapita.
8) C. Udara.
9) D. Menderita penurunan IQ.
10) C. Lingkungan sehat untuk anak.
9.52 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Daftar Pustaka
Beaty, Janice J. (1996). Skills for Preschool Teachers. Fifth Edition. New
Jersey: Prentice Hall. Inc.
Leeper, S.H., Witherspoon, R.L, Day, B. (1984). Good School for Young
Children. Fifth Edition. USA: Macmillan College Publishing
Component, Inc.
PEND AHULU AN
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ada
beberapa petunjuk belajar yang dapat Anda ikuti, yaitu sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana
mempelajari modul ini.
2. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini baik melalui
pemahaman sendiri maupun melalui tukar pikiran dengan mahasiswa
lain atau dengan tutor Anda.
3. Jika dalam modul ini pembahasan tentang pelibatan orang tua dalam
pelaksanaan kegiatan pengembangan di lembaga PAUD masih Anda
anggap kurang, upayakan mencari informasi tambahan dari sumber lain
yang relevan.
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan
tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat sesama pendidik
anak usia dini.
PAUD4502/MODUL 10 10.3
Kegiatan Belajar 1
pada saat berada di rumah. Namun pada saat anak berada di lembaga
pendidikan, maka seolah-olah tanggung jawab mengasuh dan mendidik
anak beralih begitu saja kepada pihak lembaga khususnya pendidik.
Kondisi seperti ini tentunya kurang begitu baik bagi perkembangan anak
karena sangat memungkinkan terjadinya ketidakselarasan antara apa
yang diperoleh anak di rumah dengan apa yang didapatkannya di
lembaga pendidikan. Sebagai contoh, pada saat di lembaga pendidikan
anak diperkenalkan bagaimana cara menjaga kebersihan, namun pada
saat berada di rumah, orang tua tidak mengarahkan cara menjaga
kebersihan bahkan cenderung mengabaikannya. Tentu saja hal ini akan
membuat anak bingung untuk menentukan perilaku mana yang harus
dipilihnya. Dengan keterlibatannya dalam lembaga pendidikan, orang tua
akan tahu, paham, dan mempunyai rasa memiliki program yang
berwujud partisipasi aktif dalam mensukseskan program.
2. dapat mengamati bagaimana anak berhubungan dengan orang lain.
Apabila orang tua tidak terlibat dalam kegiatan pengembangan di
lembaga PAUD tentu saja mereka tidak akan pernah tahu apa yang
dilakukan dan terjadi pada anak mereka. Dengan keterlibatan tersebut
terbuka kesempatan bagi para orang tua untuk melihat bagaimana anak-
anaknya bersosialisasi dengan orang lain. Bersosialisasi adalah salah
satu keterampilan yang mutlak dimiliki anak sebagai bagian dari
masyarakat. Dengan mengamati apa yang dilakukan anaknya, orang tua
dapat merefleksikan apa yang dilihat dengan stimulasi yang selama ini
dilakukan kepada anak-anaknya. Orang tua akan semakin bijak dalam
mengawal tahap demi tahap perkembangan anak dengan ulet dan sabar.
3. memperoleh pemahaman yang memadai tentang perkembangan anak.
Orang tua terkadang hanya memandang hal-hal yang nampak dalam
perilaku anaknya tanpa mampu memaknai apa yang sebenarnya sedang
dilalui anak dalam perkembangannya. Keterlibatan orang tua akan
mengarah pada semakin luasnya dimensi dan pandangan orang tua
terhadap perkembangan anak. Jika mereka pada saat ini memberikan
stimulasi perkembangan seadanya, dengan intensifnya komunikasi yang
dijalin dengan pendidik, yang juga merupakan orang tua yang lain di
lembaga pendidikan, maka wawasan dan pemahamannya tentang
perkembangan anak semakin baik.
4. paham dan mengapresiasi tim pendidik. Ada kelompok orang tua yang
memandang bahwa tugas para pendidik di lembaga PAUD itu ringan dan
PAUD4502/MODUL 10 10.5
tua. Orang tua akan dapat bertukar pikiran, berbagi pengalaman, saling
membantu dan memperteguh peranannya dalam memberikan bimbingan
dan perawatan terbaik bagi anak-anaknya. Beragam latar dan
pengalaman orang tua akan berpadu menghasilkan gagasan, ide, karya,
dan program-program kreatif bagi peningkatan program pendidikan di
lembaga pendidikan anak usia dini.
8. dapat mendukung pembelajaran di rumah. Terlibatnya orang tua di
lembaga pendidikan memungkinkan mereka memperoleh banyak
informasi terkait dengan bagaimana upaya yang paling tepat dalam
memfasilitasi perkembangan anak mereka. Informasi yang mereka
peroleh tentu akan memberikan pemahaman dan kesadaran bahwa apa
yang dilaksanakan di lembaga pendidikan tidak akan memberikan
pengaruh yang berarti pada anak jika pada saat ia di rumah tidak
memperoleh fasilitasi dan stimulasi yang semestinya. Hal ini akan
mendorong orang tua untuk mencari cara dan upaya yang efektif dalam
membantu proses tumbuh kembang anak secara optimal.
Jika pendidikan anak usia dini dapat mendorong anggota keluarga untuk
bertanya atau mengekspresikan kepedulian mereka, maka akan berkembang
iklim merencanakan dan memecahkan masalah bersama-sama antara orang
tua dan pendidik. Di lain pihak, anak-anak akan menyadari bahwa kehadiran
orang dewasa dapat membantu mengindividualisasi kegiatan dan
memperkaya kelas. Kontak komunikasi yang berlangsung, di antara mereka
membentuk hubungan kekeluargaan yang dapat membantu menghadapi
tantangan dan menjembatani hubungan antara rumah dan sekolah.
10.8 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Cara melibatkan orang tua di kelas bukanlah hal yang mudah. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan langkah-langkah dan prinsipnya sehingga
benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana kita ketahui
bahwa sangat banyak faktor yang menyebabkan tidak mudahnya keterlibatan
orang tua dan lembaga pendidikan terjalin. Faktor budaya dan sosial
ekonomi disinyalir menjadi penyebab kegagalan terlibatnya orang tua dalam
pelaksanaan pendidikan di lembaga PAUD.
Sebagian masyarakat atau keluarga memandang keluarga dan lembaga
pendidikan memiliki tanggung jawab yang berbeda. Di lain pihak faktor
sosial ekonomi yaitu rendahnya level ekonomi dan sosial orang tua
mempengaruhi kepercayaan diri dari mereka untuk berkolaborasi dengan
para pendidik.
Apabila ada orang tua yang merasa canggung untuk datang sendirian ke
lembaga PAUD, aturlah supaya mereka bekerja sama dengan orang tua lain
yang sudah tidak merasa canggung atau lebih berpengalaman.
Menghubungkan satu keluarga dengan keluarga lain merupakan cara yang
baik untuk memperkenalkan orang tua yang baru mengikuti program
pelibatan ini.
Hal lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan, adalah ada anak-
anak yang keluarganya tidak dapat berperan serta di kelas tetapi terlibat di
PAUD4502/MODUL 10 10.13
bagian lain dalam program pelibatan orang tua ini, untuk itu anak perlu diberi
tahu tentang hal ini. Anak sangat perlu mengetahuinya sehingga ia tidak
bertanya-tanya mengapa orang tuanya tidak terlibat seperti yang lain
sehingga ia tidak merasa dikucilkan dan diabaikan.
4. Menunjukkan Penghargaan
Melibatkan orang tua di lembaga PAUD dan di kelas bukanlah hal yang
mudah apalagi jika dikaitkan dengan kondisi keluarga yang sangat beragam.
Untuk keluarga yang status ekonominya memadai sangat mudah dilibatkan di
lembaga PAUD karena pada umumnya mereka telah memiliki perencanaan
pendidikan anak yang cukup matang. Tetapi di pihak lain bagi mereka yang
status ekonomi dan sosialnya ada di level bawah tidak mudah untuk
dilibatkan mengingat sering kali mereka lebih terkonsentrasikan pada
pemenuhan kebutuhan lain yaitu kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, jika
orang tua itu telah dengan sukarela menyambut program ini ada hal yang
penting dilakukan yaitu memberikan penghargaan dan apresiasi kepada
mereka. Mereka telah mempergunakan waktu mereka yang berharga untuk
berkontribusi pada program, oleh karena itu layak mendapatkan ucapan
terima kasih dan penghargaan.
Ada beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk menjaga semangat,
motivasi, dan keikutsertaan orang tua dalam program ini yaitu:
1. Ucapkan terima kasih kepada anggota keluarga secara perorangan karena
telah membantu.
2. Panggillah nama mereka dan ingatlah untuk menyebutkan nama anak.
3. Rencanakanlah kegiatan yang bermakna untuk dilakukan keluarga.
4. Gali harapan mereka terhadap program yang telah dilaksanakan. Beri
kesempatan bertanya jika mereka menginginkannya.
5. Tawarkan berbagai alternatif program yang dapat memfasilitasi mereka
untuk menjalankan perannya di kelas.
6. Bersiaplah menginvestasikan waktu untuk melatih orang tua di kelas.
Ajaklah mereka berkeliling, terangkan hal-hal yang perlu mereka
ketahui, perkenalkan mereka kepada petugas dan beri tahu di mana
mereka akan membantu.
7. Sediakanlah tempat untuk duduk, beristirahat dan menyimpan barang-
barang pribadi.
8. Sediakanlah makanan yang cukup sehingga mereka dapat makan
bersama anak-anak.
10.14 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
5) Berikut ini adalah manfaat pelibatan orang tua bagi pendidik, kecuali ….
A. mempelajari budaya yang berbeda-beda
B. mempelajari bagaimana orang tua memotivasi anak-anaknya
C. memberikan pelayanan lebih maksimal kepada anaknya sendiri
D. melihat bagaimana anggota keluarga menolong anak memecahkan
masalah
PAUD4502/MODUL 10 10.17
8) Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat orang tua bersama anak-anak
dan pendidik di kelas antara lain orang tua ….
A. berdiri memperhatikan anak tanpa berkata apapun
B. menafsirkan hasil karya seni anak berdasarkan pemahamannya
C. menanyakan hal-hal yang tidak dipahaminya kepada pendidik
D. mendiskusikan anak tertentu dengan pendidik di kelas
Kegiatan Belajar 2
A. KEGIATAN KARYAWISATA
jawab pihak lembaga PAUD akan tetapi orang tua dapat berkontribusi secara
aktif.
Demikian pula dalam pengadministrasian kegiatan karyawisata, orang
tua dapat membantu pendidik dalam hal sebagai berikut.
1. Mengadministrasikan surat-surat untuk pelaksanaan kegiatan. Tentu
dalam hal ini yang memiliki kewenangan utamanya adalah pihak
lembaga PAUD karena secara kelembagaan lembaga PAUD lah yang
berwenang mengeluarkan surat-surat tersebut terutama terkait dengan
legalitas pengadministrasiannya. Namun untuk hal-hal teknis yang dapat
dibantu oleh para orang tua, misalnya mengetik isi surat, mengelem
sampul surat, menempel prangko, tentu dapat dilakukan melalui bantuan
para orang tua.
2. Memintakan izin kepada pihak-pihak atau pengelola objek karyawisata
yang akan dikunjungi pun dapat dibantu oleh para orang tua. Banyak
cara yang dapat dilakukan orang tua misalnya dengan cara membantu
menelepon, mengirimkan surat, atau melalui utusan secara langsung.
3. Membantu pendidik dalam mengadakan pembagian pekerjaan di antara
anak-anak dalam kelompok sehingga ada pembagian tugas yang merata.
Para orang tua dengan beragam latar belakang pekerjaannya, dalam hal
tertentu, sangat potensial dilibatkan untuk membantu kegiatan belajar anak
melalui pembuatan perlengkapan atau penyediaan bahan-bahan belajar anak.
Sebagai contoh, orang tua yang memiliki keterampilan dalam dunia
pertukangan, dengan keterampilannya memotong kayu, memilih berbagai
jenis kayu, menggunakan cat kayu, membuat bentuk-bentuk bangunan benda
tertentu, menghaluskan kayu, sampai dengan mengemas kayu menjadi
berbagai barang kebutuhan yang dijual di pasaran, dapat dilibatkan oleh
pendidik PAUD untuk membantu mengembangkan media dan alat-alat
permainan edukatif misalnya pembuatan flip chart, puzzle, papan display, dan
lain sebagainya yang berbahan utama kayu.
Bentuk kerja sama yang dapat dikembangkan antara lain pihak pendidik
yang membuat rancangan media dan alat-alat permainan tersebut sementara
yang membuatnya adalah orang tua anak. Rancangan atau desain ini sangat
penting dikembangkan pendidik dengan alasan para pendidik pada umumnya
mengetahui syarat-syarat dalam pengembangannya dari mulai kriteria
edukatif, teknis dan estetisnya. Kriteria edukatif terkait dengan ketentuan
bahwa media atau alat permainan harus terkait dengan program kegiatan
pengembangan yang telah disusun. Artinya membuat media atau alat
permainan untuk anak itu tidak bisa asal jadi akan tetapi harus diawali dari
analisis pengembangannya terhadap tujuan yang tertera dalam program yang
telah ada. Kita memahami betul bahwa nilai edukatif dalam media atau alat
permainan tersebut didasarkan pada pertimbangan apakah pengembangan
alat permainan dan media memperhatikan program atau tidak.
PAUD4502/MODUL 10 10.25
Dalam pengembangan media atau alat permainan ini para pendidik harus
mencantumkan nama alat permainan, manfaat atau kegunaan, bahan-bahan
yang dibutuhkan, cara atau teknik penggunaan, termasuk gambar
rancangannya. Kriteria teknik terkait dengan bagaimana secara teknis
pembuatan media dan alat permainan tersebut dikembangkan dengan sebaik-
baiknya dari mulai pemilihan bahan, pemberian warna, dan hal-hal teknis
lainnya. Mungkin Anda pernah menemukan alat permainan pohon hitung
yang terbuat dari tripleks, sedangkan paku yang ditancapkan pada tiangnya
tidak rapi sehingga jika terkena tangan anak, akan dapat merobek tangannya.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa secara teknis pembuatan media atau
alat permainan ini harus diperhatikan dengan baik. Contoh yang lain jika
pendidik membuat puzzle dengan bahan dasar tripleks maka ujung-ujungnya
tidak boleh terlalu runcing karena jika jatuh dan mengenai anggota tubuh
anak, akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka pada anak.
Adapun kriteria estetis terkait dengan aspek keindahan media dan alat
permainan sehingga alat permainan yang dibuat, dapat menarik minat anak
untuk memainkannya. Kriteria ini akan sangat terkait dengan desain,
pemilihan warna, komposisi, dan bentuk dari media yang dibuat. Alat
permainan dan media untuk anak harus dikemas dengan menggunakan
berbagai warna yang menarik. Anda mungkin pernah menemukan alat
permainan yang dibuat dengan hanya satu warna dengan warna yang gelap.
Kemasan seperti itu tentu kurang menarik bagi anak. Nah, pembuat media
dan alat permainan untuk anak harus memahami ini sebagai bagian penting
sehingga media yang dibuat diminati oleh anak.
Hasil desain tersebut selanjutnya diserahkan kepada para orang tua yang
memiliki keterampilan dalam membuatnya. Sering kali dalam prosesnya, ada
masukan dari orang tua terhadap rancangan yang diberikan oleh pendidik.
Dalam batas-batas tertentu yang dapat dipahami dan diterima, masukan
tersebut perlu untuk diperhatikan. Namun jika tidak, pendidik seyogianya
membimbing dan mengarahkan secara langsung sehingga alat yang dibuat
sesuai dengan desain yang dirancang.
Selain peralatan atau media seperti yang dikemukakan tersebut, orang
tua pun dapat terlibat dalam menyediakan bahan-bahan atau alat-alat
permainan yang sederhana yang terbuat dari kertas misalnya dalam bentuk
kapal-kapalan, mobil-mobilan, dan lain sebagainya. Roncean yang terbuat
dari plastik pun dapat dikembangkan oleh orang tua. Media atau alat
permainan yang memerlukan alat-alat pertukangan, biasanya harus
dikerjakan di rumah, sedangkan yang berbahan dasar kertas dan plastik
10.26 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
biasanya dapat dikerjakan di ruang khusus yang disediakan untuk orang tua
oleh lembaga PAUD. Ruangan tersebut dapat kita sebut dengan ruang
keluarga.
Ruangan keluarga ini seyogianya memiliki karpet dan sofa atau kursi
yang empuk. Jika memungkinkan, kudapan sederhana serta teh atau kopi
sebaiknya juga tersaji. Gambar hasil karya anak dan proyeksi lainnya,
sebaiknya menghiasi dinding. Jika ruangan ini digunakan untuk acara
kelompok seperti pertemuan, kursi lipat tambahan juga sebaiknya tersedia.
Kolaborasi atau kerja sama seperti ini tentunya sangat menguntungkan
kedua belah pihak. Orang tua memiliki kedekatan secara psikologis kepada
para pendidik anak-anaknya dan dapat berkontribusi demi kemajuan kegiatan
pengembangan anak-anaknya di lembaga PAUD. Adapun guru dapat
menambah wawasan tentang pembuatan media atau alat permainan tertentu
yang selama ini tidak mampu dibuatnya sendiri. Selain itu dengan kegiatan
ini pendidik dapat berkomunikasi tentang anak didiknya, langsung kepada
orang tua anak sehingga memiliki laporan otentik tentang perkembangan
anak pada saat bersama orang tuanya di rumah.
Selintas bentuk pelibatan ini sangat sederhana, namun jika dilihat dari
pengalaman dan kontribusi yang diberikan orang tua, kegiatan akan sangat
luar biasa. Orang tua akan memiliki kebanggaan karena dapat berkontribusi
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan anaknya di lembaga
PAUD.
perbaikan. Jika perawatan dan perbaikan ini semuanya harus dilakukan oleh
pihak lembaga rasanya cukup memberatkan. Namun lain halnya jika beban
tersebut dijadikan sebagai media pelibatan orang tua, pihak lembaga dapat
meminta bantuan para orang tua untuk memperbaiki peralatan dan alat
permainan tersebut.
Alat-alat permainan di luar kelas seperti ayunan, jungkitan, sering kali
mengalami kemacetan karena sering dipakai atau terkena hujan dan panas
sehingga membutuhkan perawatan yang intensif dengan mengoleskan oli
atau stempet pada bagian putaran tumpuannya. Karat yang menempel pada
alat permainan tersebut harus dibersihkan sehingga alat tersebut dapat
berfungsi kembali dengan normal. Alat-alat yang lain seperti tangga
majemuk, papan luncur yang catnya sudah terkelupas dan berkarat, tentu
tidak akan nyaman bahkan dapat membahayakan bagi anak. Anak sering kali
menggunakan alat-alat tersebut dengan tidak berhati-hati. Alat-alat seperti ini
perlu segera diampelas dan dicat lagi sehingga selain bisa digunakan
kembali, tampilannya pun akan menjadi bagus lagi sehingga menarik bagi
anak untuk memainkannya.
Pekerjaan perawatan dan perbaikan seperti itu sangat mungkin dilakukan
oleh orang tua yang ingin berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan
pengembangan anak di lembaga PAUD. Anak-anak tentu akan senang jika
alat-alat permainannya dapat berfungsi kembali dengan warna yang cerah
sebagaimana waktu pertama kali alat ini ada di lembaga PAUD.
Buku adalah salah satu media atau sumber belajar yang sangat digemari
anak, apalagi jika kemasannya menarik dan penuh warna. Ketersediaan buku
di lembaga PAUD tidak selamanya memadai sehingga perlu tambahan
koleksi buku. Buku-buku ini sangat penting keberadaannya untuk
menstimulasi dan mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
Keterbatasan koleksi buku yang dialami lembaga PAUD dapat diatasi
dengan melibatkan orang tua untuk membawakan buku-buku. Tidak jarang
ada orang tua anak yang di rumahnya memiliki koleksi buku yang cukup
banyak. Selain jumlahnya banyak, buku-buku tersebut pada umumnya relatif
baru sesuai dengan tuntutan anak. Lain halnya dengan buku-buku yang
dimiliki lembaga PAUD yang pengadaannya juga sangat terbatas sehingga
koleksinya pun kurang baru.
10.28 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
L A T IH AN
Coba Anda kemukakan bentuk upaya lain yang dapat dilakukan untuk
melibatkan para orang tua dalam kegiatan di luar kelas dalam proses belajar
anak!
Untuk memudahkan Anda dalam mengerjakan latihan di atas, coba
perhatikan rambu-rambu mengerjakan latihan berikut.
10.30 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Upaya yang Anda kemukakan harus hal-hal yang belum diuraikan dalam
paparan di atas yang terkait langsung dengan karakteristik dan kondisi
lembaga PAUD tempat Anda mengabdikan diri.
Setelah mengerjakan latihan tersebut, pelajari kembali rangkuman di
bawah ini.
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
5) Berikut ini adalah hal yang tidak merupakan bentuk keterlibatan orang
tua dalam kegiatan pengadministrasian karyawisata ….
A. menandatangani semua surat untuk pelaksanaan karyawisata
B. membantu pendidik dalam mengatur jenis kegiatan untuk anak
C. memintakan izin kepada pihak pengelola objek karyawisata
D. menyusun surat-surat untuk kegiatan
10.32 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
8) Yang dapat dilakukan orang tua jika ingin membantu dalam perbaikan
peralatan dan alat permainan di lembaga PAUD adalah sebagai
berikut ....
A. mengganti alat permainan yang terbuat dari tembok dengan besi
B. mengecat semua alat permainan dengan warna putih agar cerah
C. mendaftar nama-nama alat permainan yang rusak untuk dilaporkan
D. mengecat alat permainan berbahan dasar besi dengan warna menarik
Tes Formatif 1
1) B. Memiliki rasa memiliki program.
2) D. Mengetahui kelemahan pendidik dalam pembelajaran.
3) A. Orang tua akan tahu tahap-tahap perkembangan sosial anaknya
secara nyata.
4) C. Dapat memberikan pelayanan individu kepada anak.
5) C. Memberikan pelayanan lebih maksimal kepada anaknya sendiri.
6) A. Suku.
7) B. Orang tua tidak tahu bahwa mereka mungkin berbuat
kesalahan.
8) C. Orang tua menanyakan hal-hal yang tidak dipahaminya kepada
pendidik.
9) B. Memperbaiki ruang pimpinan lembaga yang rusak.
10) D. Merencanakan kegiatan yang bermakna bersama keluarga/orang
tua.
Tes Formatif 2
1) B. Belajar.
2) D. Menikmati pemandangan alam.
3) C. Terlibat dalam perencanaan karyawisata.
4) C. Anak diberikan pengalaman yang bersifat langsung.
5) A. Menandatangani semua surat untuk pelaksanaan karyawisata.
6) A. Etika.
7) B. Mengolesi ayunan yang macet dengan menggunakan oli/
stempet.
8) D. Mengecat alat permainan berbahan dasar besi dengan warna
menarik.
9) B. Sesuai usia anak.
10) C. Membiarkan yang meminjam tanpa batas waktu.
PAUD4502/MODUL 10 10.35
Daftar Pustaka
Beaty, Janice J. (1996). Skills for Preschool Teachers. Fifth Edition. New
Jersey: Prentice Hall. Inc.
Leeper, S.H., Witherspoon, R.L, Day, B. (1984). Good School for Young
Children. Fifth Edition. USA: Macmillan College Publishing
Component, Inc.
PENDAHULU AN
Kegiatan Belajar 1
2. Tujuan Identifikasi
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi
apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak
normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program
pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Dalam rangka pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, yang sangat
populer dengan sebutan pendidikan inklusif, kegiatan identifikasi anak
dengan kebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:
(1) penjaringan (screening), (2) pengalihtanganan (referal), (3) klasifikasi,
(4) perencanaan pembelajaran, dan (5) pemantauan kemajuan belajar.
a. Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan Alat
Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (AI AKB) terlampir. Pada tahap ini
identifikasi berfungsi menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala-
gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami
kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong anak dengan kebutuhan
khusus. Dengan AI ALB guru, orang tua, maupun tenaga profesional terkait,
dapat melakukan kegiatan ini secara baik dan hasilnya dapat digunakan untuk
bahan penanganan lebih lanjut.
b. Pengalihtanganan (referral)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan,
selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.
PAUD4502/MODUL 11 11.7
Pertama, ada anak yang tidak perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional)
dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk layanan
pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain
terlebih dulu (referal) seperti psikolog, dokter, orthopedagog (ahli PLB),
dan/atau terapis, baru kemudian ditangani oleh guru. Proses perujukan anak
oleh guru ke tenaga profesional lain untuk membantu mengatasi masalah
anak yang bersangkutan disebut proses pengalihtanganan (referal). Jika
tenaga profesional tersebut tidak tersedia dapat dimintakan bantuan ke tenaga
lain yang ada seperti Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) atau Konselor.
c. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan
apakah anak yang telah dirujuk ke tenaga profesional benar-benar
memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan
pendidikan khusus. Apabila berdasarkan pemeriksaan tenaga profesional
ditemukan masalah yang perlu penanganan lebih lanjut (misalnya
pengobatan, terapi, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru
tinggal mengomunikasikan kepada orang tua anak yang bersangkutan. Jadi
guru tidak mengobati dan/atau memberi terapi, melainkan sekedar
meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak yang bersangkutan. Guru
hanya akan membantu anak dalam hal pemberian pelayanan pendidikan
sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-tanda yang cukup
kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut,
maka anak dapat dikembalikan ke kelas semula untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan khusus.
Kegiatan klasifikasi ini memilah-milah mana anak dengan kebutuhan
khusus yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan mana yang langsung
dapat mengikuti pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler.
d. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan
penyusunan program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI).
Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi (tingkat
kelainan) anak dengan kebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran
yang berbeda satu sama lain.
11.8 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
3. Pelaksanaan Identifikasi
a. Sasaran identifikasi
Secara umum sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah
seluruh anak usia dini yang berada dalam lembaga PAUD, seperti Taman
Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak (TK), atau
lembaga PAUD sejenis lainnya seperti Posyandu, BKB, dan lain-lain.
b. Petugas identifikasi
Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah tergolong anak dengan
kebutuhan khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh: guru kelas; orang tua
anak; pembimbing dan/atau tenaga profesional terkait.
c. Pelaksanaan identifikasi
Ada beberapa langkah dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak
berkebutuhan khusus. Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum
bersekolah atau drop out sekolah, maka sekolah yang bersangkutan perlu
melakukan pendataan ke masyarakat sekitar kerja sama dengan Kepala
Desa/Lurah, RT, RW setempat. Jika pendataan tersebut ditemukan anak
berkelainan, maka proses berikutnya dapat dilakukan pembicaraan dengan
orang tua, komite sekolah maupun perangkat desa setempat untuk
mendapatkan tindak lanjutnya.
PAUD4502/MODUL 11 11.9
d. Untuk anak yang sudah masuk dan menjadi peserta didik pada sekolah
tertentu, identifikasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghimpun data tentang anak. Pada tahap ini petugas (guru)
menghimpun data kondisi seluruh anak di kelas (berdasar gejala
yang nampak pada anak) dengan menggunakan Alat Identifikasi
Anak dengan kebutuhan khusus (AI ALB).
2) Menganalisis data dan mengklasifikasi anak. Pada tahap ini
tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak
dengan kebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan
khusus). Buatlah daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan
sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang telah ditetapkan. Jika
ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi
adanya kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka
dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang berindikasi
kelainan sesuai dengan format khusus yang disediakan seperti
terlampir (Lihat Format 4). Sedangkan untuk anak-anak yang tidak
menunjukkan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu
dimasukkan ke dalam daftar khusus tersebut.
3) Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah. Pada
tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru
dilaporkan kepada Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran
pemecahan atau tindak lanjutnya.
4) Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference). Pada tahap
ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak
dengan kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala
Sekolah dapat melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2) Dewan
Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga profesional terkait, jika
tersedia dan dimungkinkan; (5) Guru Pembimbing Khusus (Guru
PLB) jika tersedia dan memungkinkan.
5) Materi pertemuan kasus adalah membicarakan temuan dari masing-
masing guru mengenai hasil identifikasi untuk mendapatkan
tanggapan dan cara-cara pemecahan serta penanggulangannya.
6) Menyusun laporan hasil pertemuan kasus. Pada tahap ini, tanggapan
dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu
dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus.
11.10 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
4. Alat Identifikasi
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan
perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Alat-alat yang terdiri dari 3, yaitu
alat yang mampu mengungkap informasi tentang:
a. riwayat perkembangan anak;
b. data orang tua anak/wali siswa;
c. profil kelainan anak.
e. Tunagrahita:
1) penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/
besar;
2) tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia;
3) perkembangan bicara/bahasa terlambat;
4) tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan
(pandangan kosong);
5) koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali);
6) sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Juga, penting diingat bahwa anak berkebutuhan khusus terus belajar dan
berkembang, meskipun mungkin lebih lambat daripada anak lainnya. Dengan
terus diajari keterampilan utama untuk belajar, seperti pengenalan membaca
dan menulis, kebutuhan mereka untuk jenis-jenis akomodasi tertentu lambat
laun akan berkurang. Sebagian besar akomodasi, sebaiknya dianggap hanya
sementara. Anda dapat membantu anak agar semakin tidak tergantung pada
akomodasi dan semakin mengandalkan kemampuannya sendiri. Meskipun
anak berkebutuhan khusus mungkin memerlukan bantuan dan bimbingan
selagi mereka masih mempelajari keterampilan bagaimana cara belajar,
tujuan utamanya adalah membawa mereka menjadi lebih mandiri.
Juga, sebagian besar akomodasi yang dianjurkan berikut ini sebenarnya
merupakan praktik mengajar yang baik. Semua dapat bermanfaat bagi semua
anak di kelas Anda.
informasi ini, tetapi penting bahwa Anda memahami apa tepatnya yang
ingin Anda ajarkan kepada anak didik Anda.
Untuk menolong anak yang memiliki masalah ini, ada beberapa cara
untuk dicoba:
a. lakukan pemecahan tugas yang harus dikerjakan dalam waktu lama
menjadi bagian-bagian kecil, setiap bagian diberi tenggat waktu;
b. ajari anak bagaimana caranya mengatur jadwal pengerjaan tugas;
c. berikan daftar tanggung jawab individu, memuat daftar hal-hal yang
harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas kepada anak;
d. berikan pilihan tugas atau pekerjaan kepada anak;
e. berikan akses kepada anak untuk mempelajari sumber dan materi
instruksi di luar kelas;
f. gunakan alarm atau jam untuk mendefinisikan berapa lama waktu yang
harus dihabiskan anak untuk bekerja;
g. kurangi jumlah pekerjaan, tetapi pilihlah tugas-tugas atau hal-hal utama
yang diperlukan untuk menyelesaikan objek pelajaran;
h. mintalah anak untuk memiliki jurnal atau catatan pekerjaan rumah yang
memuat instruksi dan jadwal pekerjaan;
PAUD4502/MODUL 11 11.25
i. beri tahu orang tua tentang pekerjaan rumah dan harapan tentang
pekerjaan tersebut sehingga jika diperlukan mereka dapat membantu.
Setelah tes selesai, anak harus mengulas kembali apa yang mereka
lakukan dan mengidentifikasi daerah masalah yang harus dikoreksi. Cobalah
hal-hal berikut ini.
a. Mengulang tes-tes yang sudah diperiksa dan membahas tanggapannya
dengan anak-anak.
b. Sudahkah para anak mengevaluasi hasil pekerjaannya sendiri pada hasil
tes?
c. Sudahkah saya mempelajari hal yang benar?
PAUD4502/MODUL 11 11.29
Berikut ini adalah aktivitas dalam kelompok kecil atau aktivitas pembelajaran
kooperatif.
a. Pastikan anak memiliki kemampuan komunikasi dan sosial yang
diperlukan untuk interaksi kelompok.
b. Berikan tugas peran khusus dan tanggung jawab kepada anak ketika
beraktivitas di dalam kelompok.
c. Biarkan anak beraktivitas dengan teman sekelas yang terlatih untuk
membantunya mengerjakan tugas di dalam situasi kelompok.
d. Izinkan partisipasi terbatas di dalam kelompok kerja sama. Untuk kerja
mandiri, perlu belajar dan latihan.
e. Biarkan anak menggunakan pusat pembelajaran (learning center) dengan
bahan dan alat-alat yang pantas.
f. Biarkan anak menggunakan bahan-bahan pemeriksaan-mandiri atau
instruksi dengan bantuan komputer untuk melatih kemampuan mereka.
g. Identifikasi anak lain sebagai ’’teman belajar’’ yang dapat mengulang
dan menjelaskan petunjuk.
p. Ingatlah bahwa perhatian yang tulus sering kali lebih efektif dari pada
pujian. tampilkan perhatian yang murni dan terdalam pada diri anak.
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
5) Ketika anak lambat dalam menyalin tulisan, sering salah dalam menulis
huruf b dengan p, p dengan a, dan v dengan u sehingga hasil tulisannya
sulit dibaca maka anak tersebut dapat dinyatakan mengalami kesulitan
belajar ....
A. membaca (disleksia)
B. menulis (dusgrafia)
C. berhitung
D. diskusi
PAUD4502/MODUL 11 11.37
Kegiatan Belajar 2
5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah,
sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis.
Dalam ayat ini dapat berarti bahwa masyarakat diharapkan dapat
memberikan bantuan baik berupa dana, wakaf, hibah, sumbangan,
pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis, untuk kepentingan
pendidikan inklusif bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
11. Pemberian bantuan dan kerja sama dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan
Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan dan/
atau kerja sama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan
pendidikan inklusif.
a. Komite sekolah
Komite sekolah inklusif ditetapkan untuk pertama kali dengan Surat
Keputusan kepala satuan pendidikan, dan selanjutnya diatur dalam Anggaran
Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Untuk kekuatan hukum
maka Komite Sekolah inklusif dapat dikukuhkan oleh pejabat pemerintah
setempat seperti Kepala Dinas Kabupaten, bupati atau walikota.
11.46 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
b. Dewan Pendidikan
Dewan Pendidikan adalah suatu badan yang bersifat mandiri dan otonom
yang menganut asas kebersamaan yang diatur oleh AD dan ART.
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
C. komite sekolah
D. anggaran rumah tangga
Tes Formatif 1
1) B. Tuna grahita.
2) A. Kesulitan dalam penyesuaian diri.
3) A. Komunikasi.
4) D. Mengklasifikasi.
5) B. Menulis (dusgrafia).
6) A. Menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala tertentu.
7) A. Orang tua/wali siswa.
8) D. Menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
9) A. Menggunakan petunjuk lisan atau tertulis untuk mengingatkan
anak apa yang harus dilakukan.
10) A. Anak tidak mampu mengantisipasi sumber-sumber dan materi
yang diperlukan.
Tes Formatif 2
1) A. Tingkah laku dan keyakinan.
2) B. Mendukung sampai menentang.
3) D. Mengembangkan (developing).
4) A. Pengadaan dan pengelolaan sarana-prasarana.
5) D. Penentu pelaksanaan kebijakan pendidikan di sekolah.
6) A. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan inklusif.
7) A. Perwakilan dari komite sekolah.
8) A. Melembagakan hubungan timbal balik sehingga hubungan itu
tidak hanya terjadi secara insiden.
9) D. Pemberian pemikiran berkenaan penentuan kebijakan.
10) D. Mensosialisasikan kepada masyarakat.
11.54 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Daftar Pustaka
Arma Abdoellah. (1996). Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Ditjen Dikti,
Depdikbud.
Adamson, D.R., Matthews, P., & Schuller, J. (1990). Five Ways To Bridge
The Resource Room to Regular Classroom Gap. Teaching Exceptional
Children, 22 (2).
APA. (1994). DSM-IV, 4th ed. Washington DC: The American Psychiatric
Association
Baker, E.T., Wang, M.C. & Walberg, H.J. (1994/1995). The effects of
Inclusion on Learning. Educational Leadership. 52(4).
Corn & Koenig. (1996). Foundation of Low Vision: Clinical and Functional
Persfectives. New York: American Foundation for the Blind Press.
Friend, M., & Cook, L. (March, 1992). The new mainstreaming: How it
really works. Instructor, 101.
Giangreco, M.F., Chigee, J.C., & Iverson, V.S. (1993). Choosing Options
And Accommodations For Children: A Guide To Planning Inclusive
Education. Baltimore: Paul H. Brookes.
Heather Mason and Stephen Mc. Call. (1991). Visual Impairment. London:
David Fulcon Publisher Ltd.
Hoeksema, S.N. (2004). Abnormal Psychology. 3rd ed. New York: McGraw-
Hill Companies. Inc.
Irham Hosni. (1995): Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Ditjen
Dikti, Depdikbud.
Lyytinen, P., Dikkens, A. M., dan Laakso, M.L. (1997). Language and
Symbolic Play in Toddlers. International Journal of Behavior
Developmental Psychology. Vol. 21. No. 2, 289-302.
Staub, D. & Peck, C.A. (1994/1995). What are the outcomes for nondisabled
students? Educational Leadership. 52 (4) 36-40.
Sugiarto, S, Prambahan, D.S., & Pratitis, N.T. (2004). Pengaruh Social Story
terhadap Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Anak Autis. Anima,
Vol. 19, N0. 3, 250-270.
Vaughn, S., Bos, C.S. & Schumn, J.S. (2000). Teaching Exceptional,
Diverse, and at Risk Students in the General Educational Classroom.
Boston: Allyn Bacon.
PEND AHULU AN
P endidikan anak usia dini yang berkualitas tidak lahir dengan sendirinya,
tetapi merupakan usaha dan kerja keras semua pihak, baik orang tua
maupun masyarakat pada umumnya. Makna bermutu dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini adalah semua kegiatan yang dijalankan
berdasarkan perencanaan yang matang dan didukung upaya kreatif dalam
menjalankannya. Upaya-upaya kreatif sangat penting digali secara terus-
menerus, terutama dalam melibatkan orang tua dan masyarakat, sehingga
keterlibatan mereka betul-betul dilakukan dengan penuh semangat dan
tumbuh rasa memiliki yang tinggi.
Materi ini tentulah sangat penting bagi para pendidik, karena pelibatan
orang secara kreatif merupakan sasaran kunci dalam program PAUD. Nah,
melalui modul ini secara umum diharapkan Anda dapat memahami tentang
bentuk-bentuk kegiatan kreatif pelibatan orang tua dalam pendidikan anak
usia dini. Secara lebih khusus, setelah mempelajari modul ini dengan
seksama diharapkan Anda dapat memiliki kemampuan berikut:
1. menjelaskan ragam kegiatan kreatif dalam pelibatan orang tua dan
masyarakat di PAUD;
2. menjelaskan cara pelibatan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan
kreatif di PAUD;
3. menyebutkan contoh-contoh kegiatan kreatif dalam pelibatan orang tua
dan masyarakat di PAUD.
Kegiatan Belajar 1
Pada waktu awal adanya Program PAUD, tradisi untuk bekerja sama
antara orang tua (masyarakat) dan pendidik belum terjalin. Orang tua dan
pendidik masing-masing memiliki pemahaman yang spesifik dan sendiri-
sendiri tentang tanggung jawab terhadap pendidikan anak.
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya di
rumah. Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik atau mengasuh anak-
anaknya agar menjadi lebih matang, berkelakuan baik, memahami nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat serta memiliki wawasan yang luas. Di samping
itu orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar mereka
mampu menjalani kehidupan yang lebih baik kelak.
Sedangkan lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk
melindungi anak-anak mereka di lembaga, memberikan pengalaman belajar
dan beraktivitas kepada anak sesuai dengan kurikulum serta mendidik
perilaku anak ketika mereka berada di lembaganya.
Seiring dengan perjalanan waktu dan dinamika sosial-budaya dalam
masyarakat, di mana salah satunya adalah perubahan dalam pola hidup dan
ragam pekerjaan, maka keadaan tersebut membuat orang tua menjadi sangat
khawatir terhadap masa depan anak-anaknya. Di samping itu, dari sudut
12.4 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
tidak muncul dengan cara yang biasa. Kesimpulannya kreatif atau kreativitas
adalah kemampuan untuk mencipta yang diterjemahkan dari suatu pemikiran
menjadi sesuatu yang bersifat baru, unik dan orisinal.
Dalam rangkaian penciptaannya, kreatif atau kreativitas dapat ditinjau
dari empat segi, yakni segi pribadi, pendorong, proses dan produk. Keempat
dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Segi pribadi, kreativitas adalah hasil keunikan pribadi dalam
interaksinya dengan lingkungan dan merupakan penggambaran adanya
berbagai ciri khusus dalam tiap individu. Cirinya antara lain berupa rasa
ingin tahu, daya imajinasi yang kuat, tertarik pada hal-hal yang baru,
mempunyai minat yang luas, berani mengambil risiko, mempunyai
prakarsa dan kepercayaan diri, serta tekun dan ulet dalam mengerjakan
tugas yang diminati dan diyakini.
2. Segi Pendorong, merupakan suatu kondisi yang memotivasi seseorang
pada perilaku kreatif. Pendorong kreativitas ini dapat berupa hasrat yang
kuat pada diri individu, dan dapat pula berupa penghargaan dari orang
lain (orang tua, pendidik), serta tersedianya sarana dan prasarana
penunjang sikap kreatif.
3. Segi Proses, kreativitas adalah hasil dari tahapan pengalaman seseorang
dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kreativitas ditinjau dari
segi proses yaitu sebagai suatu kemampuan untuk membentuk
kombinasi-kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah ada
dalam pikiran.
4. Segi Produk, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau
menghasilkan produk-produk baru, atau kombinasi dari hal sebelumnya
yang sudah ada.
keseluruhan baru atau merupakan kombinasi dari kegiatan lama yang pernah
ada sebelumnya. Unsur kegiatan yang bersifat inovatif juga dapat ditinjau
dari dua sudut pandang. Pertama, pihak lembaga baru menyadari bahwa
kegiatan yang dimunculkan adalah sesuatu yang kreatif dan baru, padahal
kegiatan tersebut sebetulnya telah ada sebelumnya. Jadi, lembaga baru
tersadarkan bahwa yang ada selama ini ternyata sangat membantu dalam
melibatkan orang tua maupun masyarakat, bahkan membuat mereka antusias
mengikutinya. Kelompok kegiatan kreatif ini, sering dinamakan hasil
‘diskoveri’ atau penemuan yang telah ada selama ini. Selanjutnya, yang
kedua sesuatu dinyatakan baru dan inovatif, jika kegiatan kreatif yang
dimunculkan merupakan hasil temuan dan penciptaan pihak lembaga itu
sendiri (pendidik, pengelola) yang sebelumnya tidak pernah ada. Inilah
sebetulnya yang sering disebut sebagai kreativitas murni. Kegiatan kreatif
model ini biasanya merupakan hasil dari suatu pengalaman, bahkan
penelitian yang cukup panjang dari orang-orang yang kreatif. Jenis kegiatan
kedua ini, biasanya sering dinamakan sebagai kegiatan kreatif yang bersifat
‘invensi’.
Kedua jenis kegiatan inovatif tersebut semuanya baik, asalkan memenuhi
dan sesuai dengan kebutuhan lembaga dan dapat diikuti oleh orang tua,
bahkan lebih jauh dapat dinikmati oleh para orang tua dengan sepenuh hati.
Secara sederhana ragam kegiatan inovatif yang bersifat ‘diskoveri’
misalnya dari hasil membaca atau kunjungan studi banding, pihak lembaga
melihat efektivitas suatu kegiatan pelibatan orang yang digunakan oleh suatu
lembaga dengan menggunakan kegiatan keseharian, padahal kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang sebenarnya banyak ditemukan di
lingkungan. Contoh, pelibatan orang tua dalam kegiatan tarik tambang,
lomba balap karung, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan lomba tersebut
sangat populer di masyarakat, terutama pada saat 17-agustusan, tetapi
sebelumnya tidak terpikir oleh pihak lembaga bahwa kegiatan tersebut akan
diminati oleh orang tua anak. Nah, kegiatan-kegiatan tersebut, jika
sebelumnya tidak pernah digunakan; maka mulai saat itu akan digunakan.
Maka sejak digunakannya kegiatan pelibatan orang tua dalam lomba tarik
tambang dan balap karung, kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai
kegiatan inovatif bagi lembaga PAUD tersebut. Contoh-contoh lainnya tentu
amat banyak, misalnya: kegiatan memasak sebetulnya merupakan kegiatan
keseharian, tetapi bila lembaga belum pernah mencobanya untuk kegiatan
12.8 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
pelibatan orang tua, maka pada saat kegiatan tersebut digunakan, dapat
dimasukkan sebagai kegiatan inovatif.
Selanjutnya, yang termasuk ragam kegiatan ‘invensi’ misalnya dengan
melihat kegiatan sebelumnya, ternyata kegiatan yang dilaksanakan
menjemukan. Maka pihak lembaga mencoba berpikir keras untuk
memodifikasinya, sehingga kegiatan tersebut betul-betul menjadi dan sesuatu
yang sangat baru. Contoh, dengan inspirasi dari lomba balap karung
dimodifikasi menjadi lomba balap estafet; atau lomba balap karung beregu
dengan menggunakan karung yang dijalin sesuai jumlah kelompoknya, misal
3–5 orang; atau lomba balap karung sambil membawa seekor belut/lindung
supaya tidak jatuh/lepas, dan modifikasi-modifikasi lain yang akan
menjadikan sesuatu yang lama tersebut menjadi betul-betul baru. Bahkan
dapat saja dari inspirasi lomba balap karung tersebut, ditemukan kegiatan
kreatif yang bukan modifikasi lagi, tetapi betul-betul murni. Dapatkah Anda
mengemukakan contohnya? Silakan pikirkan secara matang, dan hasil kerja
Anda dapat merupakan bagian dari latihan modul ini.
4. Kegiatan Bermanfaat
Unsur kebermanfaatan merupakan hal kunci dalam suatu kegiatan kreatif
yang ditawarkan dan melibatkan para orang tua. Unsur kebermanfaatan dapat
dipertimbangkan keberadaannya dalam arti baik bermanfaat bagi orang tua,
pihak lembaga (pendidik, pengelola), maupun bagi anak atau program PAUD
secara keseluruhan. Tingkatan kebermanfaatan, dapat dipertimbangkan dari
kualitas maupun kuantitasnya. Dari aspek kualitas, artinya bahwa kegiatan
yang di rancang dan dilaksanakan hendaklah tidak asal-asalan, tetapi harus
dengan kesungguhan; sehingga nilai manfaatnya menjadi lebih tinggi. Dari
aspek kuantitas, hendaklah dipertimbangkan bahwa manfaat kegiatan yang
diciptakan hendaklah bersifat multimanfaat, atau mengandung banyak
manfaat. Mengapa hal ini sangat penting dipertimbangkan? Semuanya
dipertimbangkan agar semua tenaga, biaya dan dukungan yang diberikan
menjadi lebih berarti dan tidak sia-sia atau mubazir, sehingga semua
kegiatan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Memunculkan unsur
12.10 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
disajikan dengan apik dan memadai, pastilah akan menjadi kegiatan yang
layak untuk digunakan. Pelibatan orang tua dapat secara perseorangan
pasangan ibu-bapak, atau sekeluarga bersama anak. Kegiatan dapat berupa
perlombaan atau lainnya. Misalnya lomba meronce keluarga, latihan praktek
menyajikan menu makan anak usia dini, lomba membuat media sederhana,
lomba mendandani anak, dan sebagainya.
8. Kegiatan Menarik/Mengasyikkan
Menarik adalah kata yang mudah diucapkan tetapi sulit diwujudkan.
Mengapa? Karena menarik erat hubungan dengan ‘rasa’ atau ‘selera’
seseorang. Karena hubungannya dengan selera/rasa, maka makna menarik
sering kali sangat individual. Oleh karena itu, pemaknaannya menjadi sangat
beragam. Pada konteks pelibatan orang tua; perlu dipikirkan ‘sesuatu’ yang
menarik yang bersifat homogen, maksudnya adalah cenderung diterima oleh
semua orang tua. Sulitkah? Tentu jika kita menyimak pembahasan
sebelumnya, sesuatu yang menarik di antaranya harus ‘unik’, harus ‘dianggap
inovatif’, dan ‘bermanfaat’. Nah bagaimanakah caranya agar ketiga unsur
utama yang membuat menarik secara homogen tersebut muncul? Silakan
Anda pelajari kembali pembahasan sebelumnya! Tetapi untuk membantu
langkah Anda, terdapat beberapa saran berikut.
a. Kegiatan yang ditawarkan secara teknis dan penampilan mengundang
orang tua untuk ‘menjamahnya’. Maksudnya dengan melihat kegiatan
tersebut sekilas saja, ada sesuatu yang merangsang untuk disentuh,
dicoba atau dirasakannya.
b. Kegiatan yang ditawarkan nampak ‘sederhana’, dan menunjukkan
mampu dilakukan siapa pun yang hadir sehingga mengundang para
orang tua untuk berani atau tidak ragu untuk mencobanya.
c. Kegiatan yang ditawarkan dapat memenuhi harapan orang tua, minimum
dari satu aspek, misalnya akan mendapat manfaat, akan mendapat
penghargaan, akan mendapatkan pengakuan, dan sebagainya.
9. Kegiatan Menantang
Menantang adalah ungkapan yang mengundang seseorang untuk
mencobanya dengan segera. Sesuatu akan dianggap menantang apabila
kegiatan tersebut di samping merangsang juga dianggap memiliki nilai
petualangan dan beberapa kesulitan. Nah, orang tua akan sangat antusias jika
kegiatan yang ditawarkan lembaga mampu mengundang dan menantangnya.
PAUD4502/MODUL 12 12.13
Walaupun, sesuatu hal dapat menjadi suatu yang menantang atau tidak masih
membutuhkan deskripsi dan motivasi lebih lanjut dari yang
menyelenggarakannya. Terdapat beberapa cara untuk dapat menyajikan
kegiatan pelibatan orang tua yang menantang, di antaranya sebagai berikut.
a. Sajikan kegiatan yang benar-benar baru, hindari kegiatan yang bersifat
rutin.
b. Tawarkan kepada orang tua yang belum pernah mencobanya atau
mengikutinya sama sekali.
c. Paparkan oleh Anda atau pemandu, bahwa dalam kegiatan yang akan
diikutinya penuh dengan tantangan yang membuat peserta harus
waspada. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti dan dukungan emosi
dalam pendeskripsiannya.
d. Rancang tenggat waktu penyelesaian, peralatan penunjang yang
meningkatkan daya tantangan: kostum, bahan, alat, dan/atau media.
e. Pilih cara menyelesaikan permasalahan dengan cara yang berbeda, unik
dan mungkin menyulitkan.
dari sisi ini, setidaknya terdapat tiga jenis kegiatan pelibatan orang tua
apabila, yaitu jenis kegiatan yang diperuntukkan untuk peningkatan
kemampuan orang tua, jenis kegiatan yang bersifat perlombaan dan games,
serta jenis kegiatan dalam upaya peningkatan layanan PAUD itu sendiri.
Misalnya orang tua yang berprofesi dokter atau bidang kesehatan dapat
berpartisipasi dalam peningkatan mutu layanan kesehatan, orang tua yang
berprofesi pendidik dapat berpartisipasi dalam bercerita, dan sebagainya.
Kegiatan perlibatan perlu disesuaikan dengan kesanggupan para orang tua
dalam menyumbangkan kemampuannya itu. Kegiatan ini tetap harus
dilaksanakan dengan fleksibel, agar orang tua dapat memilih partisipasinya
secara lebih leluasa. Beberapa bentuk keterlibatan orang tua dalam kegiatan
layanan PAUD antara lain sebagai berikut.
1) Membantu memeriksa kesehatan anak, terutama kesehatan gigi dan
kesehatan umum
2) Menyajikan cerita atau dongeng yang menarik.
3) Mengajarkan dan menyajikan budaya dan kesenian yang dikuasainya,
misalnya menyajikan wayang atau pencak silat.
4) Melatih anak dalam menghadapi situasi darurat, misalnya: bencana
gempa, kebakaran, tsunami, banjir, tanah longsor, atau angin kencang.
5) Melatih anak dalam kecakapan hidup sederhana, seperti: menyapu
rumah, memasak, mencuci baju, dan sebagainya.
6) Ikut dalam kegiatan ruang atau sentra kegiatan anak.
7) Menjadi pendamping (helper) kegiatan anak di kelas dan luar kelas.
8) Membantu kegiatan keagamaan di lembaga PAUD
9) Melatihkan keterampilan khusus yang dibutuhkan anak, seperti:
menggambar, melipat, dan sebagainya
10) Membantu penyiapan administrasi lembaga PAUD
11) Membantu penyusunan proposal pengembangan lembaga PAUD
a. Terprogram
Pelaksanaan pengembangan melalui kegiatan pelibatan orang tua secara
terprogram maksudnya adalah kegiatan tersebut dikembangkan dengan
terencana menjadi sasaran utama saat program itu dilaksanakan. Secara
sederhana, terprogram maksudnya adalah kegiatannya menjadi agenda dan
dirancang secara seksama serta merupakan bagian dari agenda program
lembaga PAUD dalam kegiatannya. Jadi kegiatan ini dikembangkan dengan
12.18 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
b. Spontan
Kegiatan pertemuan dan aktivitas pihak lembaga PAUD atau pendidik-
pengelola dengan para orang tua meskipun dapat diprogramkan secara
khusus sebetulnya bersifat dinamis dan tidak terlepas dari unsur
kontekstualitasnya. Untuk meningkatkan dinamika agar tidak monoton, tidak
menjenuhkan dan terkesat sangat ‘formal’; maka pada saat kegiatan
berlangsung dapat pula dilakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat spontan.
Kegiatan bersifat spontan penting dimunculkan agar para orang tua yang
terlibat lebih bergairah atau antusias dalam mengikutinya serta tetap terjaga
staminanya.
Untuk memunculkan kegiatan yang bersifat spontanitas, para pendidik-
pengelola yang bertindak sebagai panitia atau penanggung jawab hendaklah
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Peka terhadap respons para orang tua pada saat mengikuti kegiatan, baik
pada respons umum maupun respons yang bersifat khusus. Respons
PAUD4502/MODUL 12 12.19
umum maksudnya adalah yang terlihat atau tampak pada sebagian besar
orang tua. Sedangkan respons khusus adalah yang muncul pada sebagian
kecil orang tua saja. Semua respons tersebut penting untuk menjadi titik
tolak atau titik awal dalam memunculkan kegiatan spontan sebagai
pelengkap dari kegiatan yang sedang dijalani.
2) Kemampuan memilih kegiatan spontan yang tepat dan dapat diterima
oleh peserta. Dalam hal memunculkan kegiatan yang bersifat spontan
atau kontekstual, biasanya terdapat dua pilihan kegiatan utama. Pertama
kegiatan untuk menguatkan, memperjelas, dan relevan dengan materi-
praktek yang sedang dijalani atau diikuti oleh orang tua. Dalam hal ini
biasanya ditujukan untuk memperluas contoh dan keragaman ‘deskripsi’
materi yang sedang disajikan atau dicerna oleh para orang tua. Kedua
adalah kegiatan spontan yang memiliki tujuan untuk menghangatkan
suasana, mencairkan kebekuan, kebuntuan, atau kekakuan, serta
menciptakan suasana yang lebih rileks, akrab, dan nyaman. Kegiatan
kedua ini sering disebut dengan kegiatan yang bersifat ice breaking,
yaitu menurunkan suasana dari tegang-panas menjadi suasana yang
dingin atau sejuk kembali. Ragam kegiatannya cukup banyak, dan dapat
mengundang partisipasi sebagian atau seluruh peserta. Jenis kegiatannya
dapat berupa pelibatan gerak anggota badan, bernyanyi, bermain teka-
teki/tebak-tebakan, demonstrasi kegiatan serta mengkreasi ekspresi dan
peran-peran tertentu.
orang tua harus diberikan pencerahan tentang kesehatan anak. Nah, untuk
memberikan pencerahan kepada para orang tua agar lebih memadai maka
membutuhkan tenaga ahli medis atau dokter. Jika di lembaga PAUD tidak
ada dokter, atau di antara para orang tua tidak ada yang berprofesi dokter;
maka penyelesaiannya melalui pengadaan dari luar lembaga. Hal ini sering
dikenal dengan sebutan outsourcing.
Kesanggupan terkait dengan pendanaan atau pembiayaan, biasanya
berhubungan dengan kemampuan lembaga PAUD dalam memenuhi
kebutuhan biaya untuk kegiatan pelibatan orang tua yang akan
diselenggarakan. Ketidaksanggupan itu dapat sebagian saja atau pun secara
keseluruhan. Yang jelas, jika ingin berjalan sukses setiap kegiatan pelibatan
orang tua yang telah dicanangkan haruslah dicukupi kebutuhan
pendanaannya. Jika dengan kemampuan sendiri tidak mencukupi, maka
hendaklah mencari sumber-sumber dari luar lembaga. Tentu dalam pencarian
dan haruslah menggunakan cara-cara yang dianggap sah dan sesuai dengan
perundangan (peraturan) yang berlaku. Janganlah menggunakan cara-cara
yang dilarang, apalagi dengan melanggar norma-norma agama.
Begitu pula berkaitan dengan kesanggupan dan kemampuan mengadakan
secara material berbagai perangkat penunjang kegiatan. Jika lembaga PAUD
tidak mampu menyediakan sesuai dengan kebutuhan yang memadai, maka
harus diupayakan jalan lain untuk memenuhinya. Hal ini senada dengan
pemenuhan kebutuhan sebelumnya. Jika potensi internal lembaga tidak
tersedia maka diusahakan menggali potensi eksternal. Tetapi perlu diingat,
pengadaannya tidak melanggar norma-norma yang ada.
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, maka secara umum jenis
penyelenggaraan kegiatan pelibatan orang tua ke dalam lembaga PAUD,
berdasarkan kesanggupan dan kemampuannya dapat dibagi menjadi dua
bagian utama, yaitu : 1) jenis kegiatan kreatif bersifat mandiri, serta 2) jenis
kegiatan kreatif bersifat kerja sama/kemitraan. Kedua jenis kegiatan tersebut
dapat dipaparkan sebagai berikut.
mengisolasi diri atau menolak potensi di luar lembaganya. Hal itu dijalani
dan dilakukan demi memupuk kemandirian lembaga dan memberdayakan
keseluruhan potensi yang dimiliki dengan seefektif mungkin, sehingga semua
sumber daya potensi benar-benar digali dan dimanfaatkan untuk
menyukseskan program. Apakah keuntungan dari penyelenggaraan kegiatan
kreatif secara mandiri ini? Keuntungan yang utama adalah menumbuhkan
kepercayaan diri tentang potensi internal dan cara-cara memberdayakannya.
Sedangkan keuntungan lainnya adalah tidak memiliki ketergantungan dengan
pihak lain, yang akan berdampak pada beban moral yang harus disandang,
yang terkadang melekat cukup lama atau berefek jangka panjang.
Keuntungan pemberdayaan semua potensi secara terencana dan
berkesinambungan juga akan melahirkan buah manis berupa kepercayaan diri
pada lembaga PAUD yang bersangkutan serta kemampuan daya tahan yang
cukup tinggi. Sedangkan dari sisi moral, dari kemandirian yang dijaga akan
melahirkan SDM dan lembaga yang handal tahan banting, militan dan lebih
berkarakter.
Bagaimanakah caranya agar lembaga PAUD dapat menyiapkan kegiatan
kreatif secara mandiri dan bertumpu pada potensi internal? Terdapat
beberapa langkah yang harus dipersiapkan, di antaranya sebagai berikut:
1) Biasakanlah setiap pendidik dan pengelola menyadari dan memahami
semua potensi yang ada di lembaga PAUD.
2) Biasakan setiap kegiatan kreatif yang diselenggarakan direncanakan
jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga kesalahan dapat diminimalisasi
sebaik mungkin.
3) Biasakan semua pendidik, staf dan pengelola bersedia menyumbangkan
potensinya dalam berbagai kegiatan yang ada.
4) Biasakan dari kegiatan yang pernah dilakukan dievaluasi secara
menyeluruh, sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara bertahap dan
terus-menerus supaya mengarah kepada kesempurnaan.
5) Biasakan melakukan sharing potensi antar semua SDM yang ada,
sehingga kemampuan antar pendidik dan pengelola menjadi terjaga
secara seimbang dan memadai.
L A T IH AN
pelibatan orang tua yang dianggap cocok untuk lembaga PAUD yang
ada di sekitar Anda.
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 1
9) Kegiatan pelibatan orang tua cukup beragam, di bawah ini dilihat dari
jenisnya, kecuali jenis kegiatan kreatif berdasarkan .…
A. tinjauan latar belakangnya
B. tinjauan dari sisi tujuannya
C. tinjauan sifat programnya
D. kemampuan menyelenggarakan
Kegiatan Belajar 2
arah, yaitu proses yang memiliki arah vertikal dan proses yang memiliki arah
horizontal. Apakah maksudnya dari sifat kedua jenis arah proses tersebut?
Arah proses vertikal maksudnya adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui
dalam suatu proses yang geraknya bersifat atas-bawah atau sebaliknya, yaitu
bawah-atas. Sedangkan maksud dari arah proses bersifat horizontal yaitu
tahapan yang harus ditempuh dalam proses dengan arah gerak mendatar, bisa
dari kiri ke kanan atau sebaliknya dari kanan ke kiri.
Untuk mempermudah pemahaman Anda akan diilustrasikan sebagai
berikut. Jika tahapan kegiatan secara vertikal meliputi: merumuskan tujuan,
menentukan materi, menentukan strategi, serta menentukan penilaian. Maka
secara horizontal, keseluruhan proses dalam merumuskan setiap tahapan
haruslah benar. Misalnya dalam merumuskan tujuan, terdapat sejumlah
tahapan di antaranya: menentukan subyek/sasaran, menentukan kemampuan,
menentukan kualifikasinya. Ketiga tahapan horizontal dalam merumuskan
tujuan tersebut harus dijalankan dengan baik. Selanjutnya dalam tahap
vertikal menentukan materi juga secara horizontal harus dilalui dengan baik,
hingga ke seluruh tahapan dijalani sampai proses itu dianggap sempurna.
Selanjutnya kita harus menentukan tingkat efektivitas dan keberhasilan
dari setiap proses yang dijalani. Untuk menentukan apakah efektivitas
kegiatan sesuai dengan yang diharapkan, kita dapat mengetahui tingkat
keberartian dari jumlah kualitas maupun kuantitas yang berasal dari proses.
Terdapat beberapa indikator kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan
apakah suatu proses kegiatan dianggap berjalan dengan baik efektif, di
antaranya:
INDIKATOR PROSES
Timbangan Kuantitatif Timbangan Kualitatif
1. Setiap komponen yang dibutuhkan dapat 1. Setiap komponen yang disiapkan
disediakan tanpa kecuali merupakan yang terpilih dan terbaik.
2. Setiap komponen dapat berfungsi sesuai 2. Fungsi dari setiap komponen berjalan
dengan yang diperhitungkan/diprediksi sesuai dengan yang diharapkan dan
sebelumnya efektif mencapai sasaran
3. Setiap komponen dapat bekerja secara 3. Setiap komponen bekerja secara
efisien efektif
4. Setiap komponen menghasilkan produk 4. Setiap komponen menghasilkan
yang jumlahnya banyak, bahkan produk yang sangat baik sesuai yang
melebihi dugaan diinginkan
PAUD4502/MODUL 12 12.29
tentang evaluasi. Secara etimologis evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
evaluation yang berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu.
Sedangkan berdasarkan pandangan para ahli secara umum dapat
dikemukakan di antaranya, sebagai berikut.
1. James E. Johnson (1991): evaluation is the proccess of selecting,
gathering, and interpreting information to make personal decisions
(evaluasi adalah suatu proses memilih, mengumpulkan, dan menafsirkan
informasi untuk membuat keputusan.
2. Mahrens & Lehman (Ngalim, 1984): evaluasi adalah suatu proses
merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
3. Wiersma dan Jurs (1985): evaluasi diartikan sebagai suatu proses yang
sistematis dalam memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti
sesuatu.
Tabel 12.2.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi dalam Pelibatan Orang Tua di Lembaga PAUD
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 2
3) Tahapan-tahapan yang harus dilalui atau terjadi dalam suatu proses yang
geraknya bersifat atas-bawah atau sebaliknya dalam pengembangan
program pelibatan orang tua dinamakan arah proses .…
A. horizontal
B. diagonal
C. kros
D. vertikal
9) Berikut adalah pendapat Robert Reiser and Walter Dick (1996) tentang
hal utama yang prinsip dalam mengembangkan suatu perencanaan,
kecuali .…
A. perencanaan dimulai dengan membuat latar belakang atau rasional
kegiatan yang akan dilaksanakan
B. proses perencanaan dimulai dengan mengidentifikasi secara jelas
tujuan yang diharapkan dan ingin dicapai
C. rencanakan alternatif kegiatan dan daya pendukungnya yang
dianggap paling membantu dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
D. tinjaulah kembali ketepatan tujuan dan cara pencapaiannya secara
seksama
10) Berikut adalah hal yang berkaitan kegiatan evaluasi menurut James E.
Johnson (1991), kecuali ....
A. membuat tabel
B. memilih
C. mengumpulkan
D. menafsirkan
PAUD4502/MODUL 12 12.41
Kegiatan Belajar 3
bantuan dukungan kepada orang tua, hal ini akan didasarkan pada hubungan
yang baik antara orang tua secara individual dengan pendidik.
Sedangkan keterlibatan formal merujuk pada kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan untuk orang tua dalam suatu kelas atau mungkin juga orang
tua secara keseluruhan kelas. Kegiatan formal, memerlukan undangan bagi
orang tua untuk mengikuti suatu kegiatan tertentu. Bagi pendidik, untuk
kegiatan jenis ini diperlukan perencanaan yang baik untuk
menyelenggarakannya. Dalam hal ini harus ditentukan waktu yang tepat
sehingga seluruh orang tua diharapkan dapat memenuhi undangan resmi
tersebut.
Sebelum waktu kegiatan formal dilaksanakan, pendidik dan pengelola/
staf PAUD harus mendiskusikan terlebih dahulu tujuan diadakan kegiatan
tersebut. Apakah undangan ini berkaitan dengan suatu perayaan tertentu,
atau hal lain. Pendidik juga harus mendiskusikan mengenai program/
kurikulum untuk orang tua.
Mengacu pada jenis-jenis kegiatan pelibatan yang telah dipaparkan
sebelumnya, di bawah ini akan disajikan berbagai contoh konkret kegiatan
pelibatan orang tua.
oleh pendidik atau orang tua. Kegiatan informasi dapat berupa kegiatan pojok
(mading) informasi untuk orang tua. Mading tersebut dapat dirancang dan
disiapkan oleh para orang tua. Kegiatan yang lebih terstruktur untuk
meningkatkan kemampuan orang tua dalam mendidik anak dapat
diselenggarakan melalui berbagai kegiatan pelatihan, demonstrasi, dan
pencerahan kepada orang tua. Misalnya saja dalam bentuk seminar, warkshop
dan sebagainya. Keseluruhan kegiatan dapat dipersiapkan dan dilaksanakan
oleh orang tua maupun berkolaborasi dengan para pendidik dan pengelola.
Materinya dapat berupa: cara memberikan perawatan pada anak usia dini di
rumah, cara mendukung kegiatan pembelajaran anak di rumah, cara
menyiapkan makanan bergizi untuk anak di rumah, dan cara mengatasi anak
yang bermasalah.
pendidikan anak usia dini pada lembaga PAUD tersebut. Berbagai bentuk
kegiatan yang bersifat santai dengan tujuan mendekatkan komunitas,
biasanya dirancang dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan seperti dalam
bentuk perlombaan dan games. Berbagai kegiatan dapat melibatkan orang tua
semata, maupun melibatkan orang tua bersama anak. Contoh-contoh
kegiatannya di antaranya sebagai berikut.
a. Lomba menyiapkan dan menata makanan sehat untuk anak usia dini
b. Lomba merangkai atau mendekorasi bunga
c. Lomba yang bersifat hiburan: lomba memecahkan balon, memindahkan
balon, meniup balon, dan sebagainya
d. Lomba menari orang tua dan anak
e. Lomba bernyanyi orang tua dan anak.
f. Lomba menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu: lomba teka-teki, lomba
puzzle, dan sebagainya.
g. Lomba merias wajah anak atau orang tua.
h. Lomba membuat tas anak dari berbagai media bekas.
L A T IH AN
R ANG KU MAN
TES FORMATIF 3
2) Hubungan dan kedekatan antara orang tua dan pendidik merupakan hal
yang sangat mendasar untuk semua tingkatan kedekatan dan pelibatan.
Hubungan tersebut berbentuk ....
A. informal
B. sempurna
C. terpadu
D. kekeluargaan
6) Kegiatan pelibatan orang tua yang lebih bertujuan untuk bersantai dan
saling mengenal, dikelompokkan dalam kegiatan bentuk .…
A. perlombaan dan games
B. peningkatan kompetensi
C. peningkatan pelayanan
D. kegiatan terpadu
Tes Formatif 1
1) B. Standar kuantitatif.
2) A. Dimensi proses.
3) D. Arah proses vertikal.
4) A. Arah proses horizontal.
5) B. Produk.
6) D. 50% keberhasilan kegiatan dinyatakan sudah tercapai.
7) A. Perencanaan.
8) D. Menghambat pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pelibatan
orang tua di Lembaga PAUD.
9) A. Perencanaan dimulai dengan membuat latar belakang atau rasional
kegiatan yang akan dilaksanakan.
10) A. Membuat tabel.
Tes Formatif 2
1) C. Parents involvement program.
2) C. 30 tahun.
3) B. Kreatif.
4) A. Berdaya guna.
5) D. Penilaian.
6) A. Pribadi.
7) D. Profit.
8) C. Unik.
9) A. Tinjauan latar belakang.
Tes Formatif 3
1) A. Bentuk informal.
2) A. Bentuk informal.
3) C. Peminjaman material lembaga PAUD oleh orang tua.
4) B. Kegiatan informasi dan pendidikan orang tua.
5) D. Konferensi pendidikan dan orang tua.
6) A. Perlombaan atau games.
12.50 Program Pelibatan Orang Tua Dan Masyarakat
Daftar Pustaka
Bee, Helen. (1997). The Developing Child (Eighth Ed). New York: Addiso-
Wesley Educational Publishers Inc.
Bateman. C.F. (1990). Empowering Your Child: How To Help Your Child
Succed In School and in Life. Norfolk, V.A: Hampton Roads.
Leeper, Sarah (1982), Good School for Young Children, New York:
Macmillan Pub. Company.
Lickona, T. (1992). Educating for Character: How our School Can Teach
Respect and Responsibility, New York: Bantam.
Long Street, W.S and Shane, HG. (2003). Curriculum for a New Millenium.
USA: Allyn & Bacon.
Welton, David A & Mallon, John T. (1981). Children and Their World,
Strategies For Teaching. Boston: Houghton Milton Company.