DI SUSUN
OLEH :
NIM : 837274864
POKJAR : SAMARINDA
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
Data Bilang,
Menyetujui,
Supervisior 2, Mahasiswa,
Adapun bagian-bagian tertentu dalampenulisan laporan PKP yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Data Bilang,
AMUN LAING
NIM. 837274864
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat TUHAN Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kesehatan dan kemampuan
penulis,sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan S1 PG PAUD Universitas Terbuka.
Penyusunan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini
dibuat dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan
bermain permainan tradisional. Dalam hal ini banyak pihak yang membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas penyusunan laporan ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Hasbi Sjamsir, M.Hum,
sebagai dosen, Ibu Syakilah S.Pd sebagai Supervisor 2, teman sejawat, keluarga
dan semua pihak yang memberikan masukan dan dukungannya.
Penulis menyadari penyusunan Laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) ini masih jauh dari kesempurnaan, karena segala keterbatasan
ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati,penulis mohon maaf atas
segala ketidaksempurnaan laporan ini,semoga laporan ini dapat diterima sebagai
kelengkapan untuk menyelesaikan program S1 PG PAUD dan bisa bermanfaat
bagi kita semua.
AMUN LAING
NIM. 837274864
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Lembar Bebas Plagiat
Kata Pengantar ................................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii
Abstrak ................................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................................... 1
1. Identifikasi Masalah ................................................................................................... 1
2. Analisis Masalah ......................................................................................................... 2
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah ...................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran .............................................................. 4
ABSTRAK
Hasil yang diperolah adalah pada Prasiklus kemampuan anak yang sangat
baik hanya 30%, pada Siklus 1 meningkat menjadi 60% dan pada Siklus 2
menjadi 90%.
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa ahli psikologi dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.4) yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefinisikan intelektual atau kognitif
dengan berbagai peristilahan.
2. Analisis Masalah
B. Rumusan Malasah
Berdasarkan latar belakang dan pokok pikiran yang diuraikan diatas maka
permasalahan yang diajukan adalah :
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori PTK
5
6
mengajar. Guru juga dituntut untuk dapat melakukan penelitian yang akhirnya
menghasilkan karya tulis ilmiah dibidang pendidikan (Yufiarti, Titi Chandrawati,
2011 : 4.28)
Suharsimi Arikunto (2010 :33) juga menjelaskan penelitian tindakan kelas
adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengarahkan agar subjek
penelitian juga melakukan tindakan. Penelitian tindakan bertujuan untuk
menyelesaikan masalah yang telah lama dialami oleh peneliti, dengan demikan
penelitian tindakan selalu berupaya mengambil cara baru yang berbeda dari yang
lama, dengan harapan jika cara yang dilakukannya baik, hasilnya akan baik pula.
Penelitian tindakan dimaksud menguji proses, sehingga keamanan, kelancaran
proses tersebut dirasakan oleh siswa sebagai pembelajaran yang menyenangkan
dan isinya mudah dimengerti.
Pada umumnya suatu penelitian mempunyai peranan penting untuk
membantu seseorang memperoleh pengetahuan baru, memperoleh jawaban atas
suatu pertanyaan, atau untuk memberikan pemecahan atas suatu masalah. Untuk
dapat memenuhi peranan-peranan tersebut, pada setiap penelitian diperlukan
sejumlah data atau informasi yang relevan dengan tujuan pendidikan ( Anna
Poedjiadi, Suwarna 2009 :6). Penelitian yang dilakukan di dalam kelas atau pun
diluar kelas. Penelitian yang dilakukan didalam kelas disebut dengan penelitian
tindakan kelas. Guru adalah orang yang paling banyak mengetahui, memahami,
dan menghayati situasi dikelas sehari-hari sehingga guru memperoleh pengalaman
tentang mengajar dikelas dan partisipasinya secara terus menerus dalam hal
pengambilan keputusan tentang situasi yang dihadapi dikelasnya (Anna Poedjiadi,
Suwarna, 2009 : 6).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa lebih
meningkat.
Self reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri bersifat agak
longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian).
Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
Tujuannya : - Memperbaiki pembelajaran.
- Meningkatkan isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran.
Menumbuh kembangkan budaya meneliti agar lebih proaktif
mencari solusi terhadap permasalahn pembelajaran.
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8
tahun.Beberapa karakteristik untuk anak usia dini menurut Hartati dalam Winda
gunarti, Lilis Suryani, Azizah muis(2010:1.4) sebagai berikut :
Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya, dia ingin
mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekililingnya. Anak mulai
gemar bertanya meskipun dengan bahasa yang sederhana.
Merupakan pribadi yang unik
Meskipun banyak terdapat kesamaan dalam pola umum perkembangan,
setiap anak memiliki keunikan masing-masing, keunikan tersebut berasal
dari faktor genetik dan lingkungan.
Suka berfantasi dan berimajinasi
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan
berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata, anak dapat menceritakan
berbagai hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah dia melihat atau
megalaminya sendiri. Fantasi dan imajinasi itu perlu dikembangkan
melalui kegiatan bercerita atau mendongeng.
Masa paling potensial untuk belajar
Anak usia ini sering disebut golden age atau usia emas karena pada
rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat pada berbagai aspek.
Menunjukan sikap egosentris
Anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut
pandangannya sendiri, bukan dari sudut orang lain. Anak yang egosentris
9
lebih banyak berfikir dan berbicara tentang diri sendiri daripada orang
lain.
Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
Anak usia ini mempunyai rentang perhatian yang sangat pendek, Beg
(1988) mengatakan bahwa rentang perhatian anak usia 5 tahun biasa
dapat duduk tenang untuk memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10
menit.
➢ ➢
Fisik Sangat aktif. Sangat aktif.
➢ ➢
Belajar merangkak, Dapat mengordinasikan mata dan
berjalan, lari, tangan, lempar, tangkap, loncat,
memanjat, makan lompat, gambar,dan menulis.
➢
sendiri, bermain Dapat belajar berbagai
balok, dan keterampilan tangan sederhana.
merangkak.
➢
Belajar kebiasaan ke
toilet.
➢ ➢
Mental Perkembangan Egosentris, belum memahami
bahasa dari pandangan atau perasaan orang
menangis ke lain.
➢
berbicara. Perkembangan bahasa : dapat
➢
Belajar konsep- berbicara dalam bentuk kalimat,
konsep, seperti : perbendaharaan bahasanya sudah
10
➢ ➢
Respons Menanamkan Menanamkan sikap tanggung
Orang kedisiplinan yang jawab dan independen.
➢
Dewasa ringan secara Menjawab pertanyaan anak.
➢
(Orang Tua konsisten. Memberikan berbagai objek fisik
➢
atau Guru) Memberikan untuk dieksplorasi.
➢
perlindungan tanpa Memberikan pengalaman
bersikap”over berinteraksi sosial melalui
protection”. bekerja dengan kelompok kecil.
➢ ➢
Berbicara dengan Membuat program-program
anak dan merespon kegiatan, seperti menyanyi, dan
pembicaraannya. menari.
➢ ➢
Memberikan Melakukan berbagai kegiatan
kesenpatan untuk untuk mengembangkan bahasa
aktif bergerak dan anak, seperti: bercerita tentang
bereksplorasi. kisah-kisah, membuat klasifikasi
➢
Memberikan (benda-benda atau hal lain),
penghargaan kepada mendiskusikan masalah-masalah
prilaku anak yang sederhana, dan membuat
baik. peraturan.
C. Pengertian Kognitif
Teori “ Two Factors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904) dalam Yuliani Nurani
Sujiono, dkk (2007: 1.7) . Dia berpendapat bahwa kognitif meliputi kemampuan
umum yang diberi kode “g” (general factors) dan kemampuan khusus yang diberi
kode “s” (specific factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang
keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.
Teori “Primary Mental Abalities”
Teori ini dikemukakan oleh Thurstone dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk
(2007: 1.7) yang berpendapat bahwa kogniif merupakan penjelmaan dari
kemampuan primer, yaitu kemampuan:
a) Berbahasa (verbal comprehension)
12
Mengingat (memory)
Nalar atau berfikir logis (reasoning)
Pemahaman ruang (spatial factor)
Bilangan (numerical ability)
Menggunakan kata-kata (word fluency)
Mengamati dengan cepat dan cermat (perpectual speed)
dalam menemukan solusi-solusi baru dalam proses yang rutin. Dengan demikian
pendidikan seharusnya membantu anak untuk menemukan harta kreativitas yang
tersembunyi dalam dirinya, danmmembuat dia sungguh-sungguh mampu
menyatakan dan memunculkan kreativitas itu. Dan untuk itu pendidik perlu
memaklumi bahwa kreativitas anak itu sungguh tidak mengenal batas dan kadang
keberanian mereka berkreasi melebihi orang dewasa.
Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli
filsafat Schopenhauer dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.25). Dia
berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang
tidak dapat dipenngaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak faktor lingkungan tak berarti pengaruhnya.
Para ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler dalam Yuliani Nurani
Sujiono, dkk (2007: 1.26)berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan
warisan atau faktor keturunan.
Pembawaan ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak lahir (batasan
kesanggupan). Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-
perbedaan itu masih tetap ada.
2. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau emperisme dipelopori oleh John Locke dalam Yuliani
Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.26). Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan
sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia
sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke
tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
3. Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan
berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kelender).
Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan
sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh
alam/informal).
Sehingga manusia berbuat intelijen karena untuk mempertahankan hidup
ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
5. Minat dan Bakat
15
Bermain
Pemberian tugas
Demontrasi
Tanya jawab
Mengucap syair
Percobaan/eksperimen
16
Bercerita
Karya wisata
Dramatisasi
G. Bermain
Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami
hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang
anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak.
Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di
sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman
dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang
cemerlang.
Oleh karena begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka
pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak TK
merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK
belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar (Moeslihatoen, 1999).
H. Karakteristik Bermain
Aspek Fisik
Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak
melibatkan aktivitas fisik terutama motorik kasar, akan membuat tubuh anak
menjadi sehat. Dengan bermain, anak mengasah kekuatan dan keterampilan
fisiknya, seperti mengembangkan kepekaan penginderaan, menguasai
keterampilan motorik kasar dan halus, serta menyalurkan energi fisik yang
terpendam. Hal ini terlibat misalnya pada permainan berguling, melompat,
merangkai manik-manik, menyusun puzzle, kejar-kejaran, dan berenang.
Selain itu, permainan yang melibatkan kemampuan motorik kasar dan
motorik halus akan meningkatkan keterampilan anak. Melalui permainan
mencorat-coret, mewarnai gambar, atau menggunting, anak akhirnya akan dapat
memegang dan menggunakan pensil dengan baik, menulis dengan jelas serta
membantu perkembangan motorik halus anak lainnya.
Sementara dengan bermain bola, sepeda, atau lompat tali akan dapat melatih
koordinasi motoriknya, dan menyalurkan kelebihan-kelebihan energi yang apabila
tidak tersalurkan membuat anak akan gelisah dan cepat tersinggung. Jadi secara
umum, bermain dapat mempengaruhi perkembangan motorik seorang anak.
Aspek Sosial
Keterlibatan anak dengan orang lain dapat membantu anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain. Anak akan belajar berpisah
dengan ibu dan pengasuh, belajar berbagi dengan orang lain, melakukan
pemecahan masalah, meningkatkan perkembangan bahasa baik bahasa ekspresif
maupun bahasa reseptif, dan sebagai sarana bermain peran sosial. Melalui
kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan sikap sosial, seperti: belajar
19
bekerja sama, menunggu giliran, berbagi, dan bersikap sportif. Selain itu, dengan
bermain anak akan belajar berkomunikasi, belajar berorganisasi, belajar
menghargai orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada, serta belajar mencapai
keharmonisan dan kompromi dengan orang lain.
Aspek Perkembangan Intelektual
Manfaat bermain dalam aspek perkembangan intelektual/kognitif dimulai
dari mengenal nama-nama benda yang ada di sekitarnya, mengetahui sifat-sifat
dari benda tersebut (misalnya batu itu keras, bulu halus); melihat adanya
persamaan/perbedaan tertentu (ukuran, bentuk, atau warna), sampai kepada asal
mula, kegunaan/manfaat; serta menciptakan kreasi-kreasi menggunakan benda-
benda tersebut. Melalui bermain anak juga mendapat pengetahuan akan sebab-
akibat, dan hukum gravitasi. Misalnya, kalau ia tidak berhari-hati pada waktu
bersepeda ia akan jatuh, atau setiap benda yang dilempar ke atas pasti jatuh ke
bawah. Dengan demikian, melalui bermain dapat membantu mengembangkan
kemampuan intelektual anak. Anak melatih diri menggunakan nalarnya pada
waktu bermain. Bermain akan meningkatkan pengetahuan dan daya nalar,
menumbuhkan kreativitas, kemampuan berbahasa dan daya ingat anak.
J. Bermain Permainan Tradisional
Menurut James Danandjaja (1987) dalam Keen Achroni (2012 : 45) judul
buku Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional
menyatakan bahwa permainan tradisional adalah salah satu bentuk yang berupa
permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu,
berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai variasi.
Sifat atau ciri dari permainan tradisional anak adalah sudah tua usianya, tidak
diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya, dan dari mana asalnya. Biasanya
disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama
atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan
tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan
yang merupakan pewaris dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-
anak) dengan tujuan mendapatkan kegembiraan.
20
21
22
Pelaksanaan tindakan ini dapat diilustrasikan untuk stipa siklus sebagai berikut:
Permasalahan Pelaksanaan
Perencanaan
Tindakan 1 Tindakan 1
SIKLUS 1
Refleksi I Pengamatan/
Permasalahan Perencanaan Pengumpulan data I
Dari hasil Tindakan 1
refleksi
Pelaksanaan
Apabila Dilanjutkan ke
siklus Pengamatan/
permasalahan
Berikutnya Pengumpulan data
II
Gambar 3.1 Stipa Siklus tindakan
d.Langkah-langkah pembelajaran
Ket;
BS : Baik Sekali
B : Baik
KB : Kurang Baik