Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

UPAYA MENINGKATKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN


TRADISIONAL DI TK TUNAS MEKAR RANTAUPRAPAT

TAHUN AJARAN 2020/2021

DI SUSUN

OLEH :

NAMA : AMUN LAING

NIM : 837274864

PROGRAM STUDI : S1 PGPAUD

POKJAR : SAMARINDA

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

Nama Mahasiswa : AMUN LAING


NIM : 837274864
Program Studi : S-1 PG PAUD
Tempat Mengajar : TK BAKUNG PERMAI
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2 (dua) Siklus
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus 1, Hari Senin 26 April s/d
Jum’at 30 April 2021
Siklus 2, Hari Senin 03 April s/d
Jum’at 07 April 2021

Masalah yang Merupakan Fokus Perbaikan:


Masalahnya pada pengembangan kemampuan kognitif anak melalui bermain
permainan tradisional
Masalahnya pada strategi pembelajaran yang menggunakan metode bermain
permainan tradisional

Data Bilang,

Menyetujui,
Supervisior 2, Mahasiswa,

SYAKILAH S.Pd AMUN LAING


NIM. 837274864
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktik Pemantapan


Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi
mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGPaud Universitas Terbuka (UT)
seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalampenulisan laporan PKP yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Data Bilang,

Yang membuat pernyataan

AMUN LAING
NIM. 837274864
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kesehatan dan kemampuan
penulis,sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan S1 PG PAUD Universitas Terbuka.
Penyusunan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini
dibuat dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan
bermain permainan tradisional. Dalam hal ini banyak pihak yang membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas penyusunan laporan ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Hasbi Sjamsir, M.Hum,
sebagai dosen, Ibu Syakilah S.Pd sebagai Supervisor 2, teman sejawat, keluarga
dan semua pihak yang memberikan masukan dan dukungannya.
Penulis menyadari penyusunan Laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) ini masih jauh dari kesempurnaan, karena segala keterbatasan
ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati,penulis mohon maaf atas
segala ketidaksempurnaan laporan ini,semoga laporan ini dapat diterima sebagai
kelengkapan untuk menyelesaikan program S1 PG PAUD dan bisa bermanfaat
bagi kita semua.

Data Bilang , 20 April 2021


Penulis

AMUN LAING
NIM. 837274864
ii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Lembar Bebas Plagiat
Kata Pengantar ................................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii
Abstrak ................................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................................... 1
1. Identifikasi Masalah ................................................................................................... 1
2. Analisis Masalah ......................................................................................................... 2
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah ...................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran .............................................................. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................... 5

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek,Tempat,dan Waktu serta Pihak yang membantu Penelitian 22
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ................................................................... 23
1. Deskripsi Persiklus ................................................................................................... 23
2. Pelaksanaan ................................................................................................................. 25
3. Pengamatan/Teknik Pengumpulan Data/Instrumen ....................................... 27
C. Teknik Analisis Data .............................................................................................................. 29
D. Daftar Pustaka ..................................................................................................... 36
iii

ABSTRAK

Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk


menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan
pengetahuan tentang apa yang ia lihat, dengar, rasa, raba, cium melalui panca
indra yang dimilikinya di TK dan lembaga pendidikan sejenis lainnya,
pengembangan kognitif dikenal dengan istilah pengembangan daya pikir. Akan
tetapi di TK BAKUNG PERMAI penulis menemukan kurang berkembangnya
kemampuan kognitif anak. Masih banyak anak-anak tidak dapat menyelesaikan
masalah yang diterimanya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan


kognitif anak melalu Permainan Tradisional.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Subjek


penelitiannya adalah 20 anak di TK BAKUNG PERMAI. Teknik pengumpulan
datanya dengan melakukan unjuk kerja, observasi, tes dan observasi. Sedangkan
teknik analisi data dengan deskriftif interperative.

Hasil yang diperolah adalah pada Prasiklus kemampuan anak yang sangat
baik hanya 30%, pada Siklus 1 meningkat menjadi 60% dan pada Siklus 2
menjadi 90%.

Simpulan yang didapat adalah Melalui Permainan Tradisional, kemampuan


kognitif anak berkembang sesuai harapan.

Kata Kunci : Kemampuan Kognitif, Permainan Tradisional, di TK BAKUNG


PERMAI
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Identifikasi Masalah

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) dinyatakan


bahwa “Pendidikan adalah usaha sadara dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Tujuan pendidikan adalah salah satu komponen pendidikan yang berupa


rumusan tentang kemampuan yang harus dicapai peserta didik dan berfungsi
sebagai pemberi arah bagi semua kegiatan pendidikan. Kemampuan yang harus
dicapai tersebut berupa perubahan perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap,
dan keterampilan.

Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan lembaga yang memberikan layanan


pendidikan kepada anak usia dini pada rentangan usia 4-6 tahun. Para pendidik di
lembaga ini harus dapat memberikan layanan secara profesional kepada anak
didiknya dalam rangka peletakan dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan
dan keterampilan, agar anak didiknya mampu menyesuikan diri dengan
lingkungan serta mempersiapkan diri mereka untuk memasuki pendidikan dasar.

Kemampuan Kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan


pengetahuannya tentang apa yang ia lihat, dengar, rasa, raba ataupun ia cium
melalui panca indra yang dimilikinya. Di Taman Kanak-Kanak dan lembaga
pendidikan sejenis lainnya, pengembangan kognitif dikenal juga dengan istilah
pengembangan daya fikir.

Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk


menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
2

Beberapa ahli psikologi dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.4) yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefinisikan intelektual atau kognitif
dengan berbagai peristilahan.

a. Terman mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berfikir


secara abstrak.
b. Colvin mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
c. Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah
dengen pengetahuan.
d. Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses
informasi yang di sediakan oleh indra.

Di TK guru merupakan salah seorang yang dapat mempengaruhi


kemampuan perkembangan kognitif anak. Kemampuan kognitif anak dapat dilihat
dari dua aspek yaitu aspek proses dan aspek hasil. Aspek proses dapat dilihat
dengan tingkat partisipasi anak dalam proses belajar dan aspek hasil dapat dilihat
dari portu folio, unjuh kerja dan penugasan. Di TK BAKUNG PERMAI penulis
menemukan kurangnya kemampuan kognitif anak yang penulis bimbing dan
penulis mengindentifikasi masalahnya sebagai berikut:

Minat belajar anak yang masih kurang


Hasil belajar tidak memuaskan
Anak-anak belum bisa memecahkan masalah
Anak cepat merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran
Ada beberapa anak yang tidak termotivasi dengan kegiatan yang
mengembangkan kemampuan kognitif

Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran.

2. Analisis Masalah

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan perbaikan


pembelajaran yang menggunakan strategis yang sesuai dengan karakteristik dan
kemampuan Anak Usia Dini. Perbaikan pembelajaran dilakukan semata-mata
3

berdasarkan pada masalah yang dihadapi di kelas TK BAKUNG PERMAI agar


kemampuan kognitif anak dapat berkembang dengan baik.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak berdasarkan Analisi


Masalah yang ditemukan, penulis berupaya mencari alternatif dan prioritas
pemecahan masalah yaitu dengan membuat rencana perbaikan, membuat media
belajar yang menarik sesuai karakter anak usia dini, menyiapkan alat belajar yang
mendukung proses pembelajaran di TK BAKUNG PERMAI. Bentuk tugas yang
bervariasi akan memotivasi dan menantang anak mengerjakan, serta menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Penulis memilih bermain dengan
menggunakan permainan tradisional sebagai alternatif untuk mengembangkan
kemampuan kognitif anak.

B. Rumusan Malasah

Berdasarkan latar belakang dan pokok pikiran yang diuraikan diatas maka
permasalahan yang diajukan adalah :

Bagaimana meningkatkan kemapuan kognitif anak di TK BAKUNG


PERMAI Kecamatan Long Hubung Kabupaten Mahakam Ulu?
Apakah permainan tradisional dapat meningkatkan kemampuan kognitif
anak di TK BAKUNG PERMAI.
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui kemampuan kognitif anak di TK BAKUNG PERMAI


setelah dilakukan perbaikan.
Untuk mengetahui kegiatan bermain permainan tradisional dapat
mengembangkan kemampuan kognitif anak.
Untuk mengetahui hasil kegiatan bermain permainan tradisional salah
satu alternatif dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat bagi Anak
4

a. Mengembangkan kemapuan anak khususnya pengembangan kognitif


anak
b. Memberi suasana baru dalam kegiatan belajar mengajar
Mengembangkan daya imajinasi dan menambah wawasan anak
Menciptakan keakraban antara anak dan guru
Manfaat bagi Guru
a) Proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan perbaiki
b) Memotivasi agar guru lebih profesional
c) Mempersiapkan kegiatan yang sesuai dengan tujuan mengembangkan
kemapuan kognitif anak TK
Manfaat bagi Sekolah

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori PTK

Pengertian penelitian tindakan adalah bentuk inkuiri atau penyelidikan yang


dilakukan melalui diri. Yang dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi
yang dilteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah dalam situasi sosial
termasuk situasi pendidikan atau bidang sosial lainnya yang bertujuan untuk
melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Carr dan Kemmis (Mcniff 1991, P-2)
dalam IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2011 :1.3). Oleh karena itu
penelitian tindakan kelas amat diperlukan guru-guru bukan hanya mencari solusi
permasalahan tetapi pengembangan profesional. Guru merasa bahwa ada sesuatu
yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini.
Menurut Mills (2000) dalam IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2011
:1.4) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “systematic inquiry” yang
dilakukan guru, kepala sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai
praktik yang dilakukannya.

Kepedulian guru terhadap kwalitas pembelajaran yang dikelolanya


merupakan awal dari munculnya masalah dan dicari jawabannya, sehingga guru
ingin meneliti apa sebabnya kemudian bagaimana cara memperbaikinya.

Menurut Iskandar Agung (2012 : 64) mengatakan penelitian tindakan kelas


adalah salah satu bentuk karya ilmiah yang dilaksanakan oleh tenaga penddidikan
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan non
pembelajaran di kelas secara cermat, sistematis, dan menggunakan kaidah-kaidah
keilmuan yang berlaku.
Seperti dikatakan oleh Schmuck (1997) dalam IGAK Wardhani dan
Kuswaya Wihardit(2011:1.6), kita seperti melihat kedalam cermin tentang
berbagai tindakan yang sudah kita lakukan dan barangkali harapan kita terhadap
tindakan tersebut yang artinya menyempurnakan tindakan yang dianggap sudah
baik.
Melakukan penelitian merupakan tugas guru sebagai seorang yang
profesional, melalui penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki dalam

5
6

mengajar. Guru juga dituntut untuk dapat melakukan penelitian yang akhirnya
menghasilkan karya tulis ilmiah dibidang pendidikan (Yufiarti, Titi Chandrawati,
2011 : 4.28)
Suharsimi Arikunto (2010 :33) juga menjelaskan penelitian tindakan kelas
adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengarahkan agar subjek
penelitian juga melakukan tindakan. Penelitian tindakan bertujuan untuk
menyelesaikan masalah yang telah lama dialami oleh peneliti, dengan demikan
penelitian tindakan selalu berupaya mengambil cara baru yang berbeda dari yang
lama, dengan harapan jika cara yang dilakukannya baik, hasilnya akan baik pula.
Penelitian tindakan dimaksud menguji proses, sehingga keamanan, kelancaran
proses tersebut dirasakan oleh siswa sebagai pembelajaran yang menyenangkan
dan isinya mudah dimengerti.
Pada umumnya suatu penelitian mempunyai peranan penting untuk
membantu seseorang memperoleh pengetahuan baru, memperoleh jawaban atas
suatu pertanyaan, atau untuk memberikan pemecahan atas suatu masalah. Untuk
dapat memenuhi peranan-peranan tersebut, pada setiap penelitian diperlukan
sejumlah data atau informasi yang relevan dengan tujuan pendidikan ( Anna
Poedjiadi, Suwarna 2009 :6). Penelitian yang dilakukan di dalam kelas atau pun
diluar kelas. Penelitian yang dilakukan didalam kelas disebut dengan penelitian
tindakan kelas. Guru adalah orang yang paling banyak mengetahui, memahami,
dan menghayati situasi dikelas sehari-hari sehingga guru memperoleh pengalaman
tentang mengajar dikelas dan partisipasinya secara terus menerus dalam hal
pengambilan keputusan tentang situasi yang dihadapi dikelasnya (Anna Poedjiadi,
Suwarna, 2009 : 6).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa lebih
meningkat.

Dan PTK dilakukan memiliki karakteristik :


An Inquiry of practice from within ( penelitian berawal dari kerisauan guru
akan kinerjanya).
7

Self reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri bersifat agak
longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian).
Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
Tujuannya : - Memperbaiki pembelajaran.
- Meningkatkan isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran.
Menumbuh kembangkan budaya meneliti agar lebih proaktif
mencari solusi terhadap permasalahn pembelajaran.

Tujuan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)


PTK bertujuan untuk memperbaiki pengelolaan kelas serta memperbaiki
kualitas mengajar. PTK juga merupakan pendekatan praktis dengan penekanan
pada kebutuhan belajar anak, dalam arti Guru dapat menangani permasalahan
yang kritis yang terjadi di kelas dengan melibatkan peran aktif anak. (Yufiarti, Titi
Candrawati, dkk. 2011 : 4.29).
Secara lebih luas tujuan PTK adalah :
a. Untuk memecahkan masalah yang nyata yang telah terjadi didalam kelas
yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang
sedang belajar.
b. Meningkatkan profesionalisme guru dan menumbuhkan budidaya
akademik di kalangan guru.
c. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus –menerus
mengingat masyarakat semakin berkembang.
d. Peningkatan relevansi pendidikan, dalam hal ini dicapai melalui
peningkatan proses pembelajaran.
e. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan (inovatif) terhadap
sistem pembelajaran yang berkelanjutan.
f. Meningkatkan sikap profesionalisme pendidikan dan tenaga
kependidikan. (Kunandar,S.Pd.M.Si. 2010:63-64).
Manfaat PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Manfaat PTK bagi guru
PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan
pembelajaran.
8

b. PTK dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukan


bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya.
c. PTK membuat guru lebih percaya diri,jika PTK mampu membuat guru
sebagai pekerja profesional.
d. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
B. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8
tahun.Beberapa karakteristik untuk anak usia dini menurut Hartati dalam Winda
gunarti, Lilis Suryani, Azizah muis(2010:1.4) sebagai berikut :
Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya, dia ingin
mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekililingnya. Anak mulai
gemar bertanya meskipun dengan bahasa yang sederhana.
Merupakan pribadi yang unik
Meskipun banyak terdapat kesamaan dalam pola umum perkembangan,
setiap anak memiliki keunikan masing-masing, keunikan tersebut berasal
dari faktor genetik dan lingkungan.
Suka berfantasi dan berimajinasi
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan
berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata, anak dapat menceritakan
berbagai hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah dia melihat atau
megalaminya sendiri. Fantasi dan imajinasi itu perlu dikembangkan
melalui kegiatan bercerita atau mendongeng.
Masa paling potensial untuk belajar
Anak usia ini sering disebut golden age atau usia emas karena pada
rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat pada berbagai aspek.
Menunjukan sikap egosentris
Anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut
pandangannya sendiri, bukan dari sudut orang lain. Anak yang egosentris
9

lebih banyak berfikir dan berbicara tentang diri sendiri daripada orang
lain.
Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
Anak usia ini mempunyai rentang perhatian yang sangat pendek, Beg
(1988) mengatakan bahwa rentang perhatian anak usia 5 tahun biasa
dapat duduk tenang untuk memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10
menit.

Sebagai bagian dari makhluk sosial


Anak usia ini mulai suka bergaul, bermain dengan teman sebayanya. Ia
mulai belajar berbagi, mengalah, antri saat bermain. Melalui interaksi
sosial dengan teman sebayanya ini anak terbentuk konsep dirinya.
Yelon dan Weinstein (15-17-1977) mengemukakan karakteristik
perkembangan anak usia dini sebagai berikut :

Tabel 2.1 karakteristik perkembangan anak usia dini

Aspek Usia Usia 1-3 Usia Prasekolah

➢ ➢
Fisik Sangat aktif. Sangat aktif.
➢ ➢
Belajar merangkak, Dapat mengordinasikan mata dan
berjalan, lari, tangan, lempar, tangkap, loncat,
memanjat, makan lompat, gambar,dan menulis.

sendiri, bermain Dapat belajar berbagai
balok, dan keterampilan tangan sederhana.
merangkak.

Belajar kebiasaan ke
toilet.
➢ ➢
Mental Perkembangan Egosentris, belum memahami
bahasa dari pandangan atau perasaan orang
menangis ke lain.

berbicara. Perkembangan bahasa : dapat

Belajar konsep- berbicara dalam bentuk kalimat,
konsep, seperti : perbendaharaan bahasanya sudah
10

warna, satu dan bertambah banyak, dan sangat


banyak. tertarik dengan kisah-kisah.
➢ ➢
Memandang benda Memiliki kesulitan untuk berpikir
sebagai suatu yang abstrak.
dapat berprilaku.
➢ ➢
Sosial Mulai senang Mulai menghormati otoritas.

bermain di luar Sudah dapat mengikuti aturan.

rumah. Sudah dapat berteman, meskipun

Menyenangi anak- belum mempunyai teman yang
anak yang lain, tetap.
tetapi belum bisa
bermain dengan
mereka.
➢ ➢
Emosional Dapat merespon Dapat merespon terhadap kasih
terhadap kasih sayang dan persetujuan.

sayang dan Mulai memerhatikan tipe-tipe
persetujuan. oaring, baik yang terkait dengan

Masih tergantung jenis kelamin, peranan, maupun
pada orang tua. kemampuannya.
➢ ➢
Berkembangnya Dapat merespon kegiatan rutin
beberapa bentuk dengan baik.

pernyataan perasaan Dapat mengekspresikan semua
dari yang emosinya.
sebelumnya hanya
dengan menangis.
11

➢ ➢
Respons Menanamkan Menanamkan sikap tanggung
Orang kedisiplinan yang jawab dan independen.

Dewasa ringan secara Menjawab pertanyaan anak.

(Orang Tua konsisten. Memberikan berbagai objek fisik

atau Guru) Memberikan untuk dieksplorasi.

perlindungan tanpa Memberikan pengalaman
bersikap”over berinteraksi sosial melalui
protection”. bekerja dengan kelompok kecil.
➢ ➢
Berbicara dengan Membuat program-program
anak dan merespon kegiatan, seperti menyanyi, dan
pembicaraannya. menari.
➢ ➢
Memberikan Melakukan berbagai kegiatan
kesenpatan untuk untuk mengembangkan bahasa
aktif bergerak dan anak, seperti: bercerita tentang
bereksplorasi. kisah-kisah, membuat klasifikasi

Memberikan (benda-benda atau hal lain),
penghargaan kepada mendiskusikan masalah-masalah
prilaku anak yang sederhana, dan membuat
baik. peraturan.

C. Pengertian Kognitif
Teori “ Two Factors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904) dalam Yuliani Nurani
Sujiono, dkk (2007: 1.7) . Dia berpendapat bahwa kognitif meliputi kemampuan
umum yang diberi kode “g” (general factors) dan kemampuan khusus yang diberi
kode “s” (specific factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang
keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.
Teori “Primary Mental Abalities”
Teori ini dikemukakan oleh Thurstone dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk
(2007: 1.7) yang berpendapat bahwa kogniif merupakan penjelmaan dari
kemampuan primer, yaitu kemampuan:
a) Berbahasa (verbal comprehension)
12

Mengingat (memory)
Nalar atau berfikir logis (reasoning)
Pemahaman ruang (spatial factor)
Bilangan (numerical ability)
Menggunakan kata-kata (word fluency)
Mengamati dengan cepat dan cermat (perpectual speed)

Teori “Multiple Intelligence”


Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner. Guilford
dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.7) berpendapat bahwa kognitif dapat
dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu operasi mental,
contect dan produk. Menurut Guilford keterkaitan antara ketiga kategori berfikir
atau kemampuan intelektual tersebut, telah melahirkan 180 kombinasi
kemampuan. Model struktur intelektual Guilford ini telah mengembangkan
wawasan tentang hakikat kognitif dengan menambah faktor-faktor seperti “social
judgment” (evaluasi terhadap orang lain) dan kreativitas (berfikir”divergen).
Sedangkan Gardner membagi kognitif ke dalam tujuh jenis, yaitu
kecerdasan logika matematika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musik, kecerdasan
spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
antarpersonal.
Teori “Triachic of Intelligence”
Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg (1985, 1990) dalam Yuliani
Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.8). Teori ini merupakan pendekatan proses kognitif
untuk memahami kognitif. Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskripsi tiga
bagian kemampuan mental” (proses berfikir, mengatasi pengalaman atau masalah
baru, dan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah
laku kognitif. Dengan kata lain, tingkah laku kognitif itu merupakan produk (hasil)
dari penerapan strategi berfikir, mengatasi masalah-masalah baru secara kreatif
dan cepat, dan penyesuaian terhadap konteks dengan menyeleksi dan beradaptasi
dengan lingkungan.
Dengan demikian, tingkah laku kognitif itu melibatkan kemapuan berfikir
kreatif dalam memecahkan masalah baru dan bersifat otomatis dan kecepatan
13

dalam menemukan solusi-solusi baru dalam proses yang rutin. Dengan demikian
pendidikan seharusnya membantu anak untuk menemukan harta kreativitas yang
tersembunyi dalam dirinya, danmmembuat dia sungguh-sungguh mampu
menyatakan dan memunculkan kreativitas itu. Dan untuk itu pendidik perlu
memaklumi bahwa kreativitas anak itu sungguh tidak mengenal batas dan kadang
keberanian mereka berkreasi melebihi orang dewasa.

D. Pentingnya Pengembangan Kognitif

Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, fikiran,


simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat Piaget adalah
maka pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagai
berikut:

Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa


yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif
Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semuan peristiwa dan
kejadian yang pernah dialaminya
Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam
rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya
Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia
sekitarnya
Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi
secara melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan)
Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya
sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong
dirinya sendiri
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kognitif dapat dijelaskan


antara lain sebagai berikut :
14

Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli
filsafat Schopenhauer dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.25). Dia
berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang
tidak dapat dipenngaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak faktor lingkungan tak berarti pengaruhnya.

Para ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler dalam Yuliani Nurani
Sujiono, dkk (2007: 1.26)berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan
warisan atau faktor keturunan.
Pembawaan ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak lahir (batasan
kesanggupan). Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-
perbedaan itu masih tetap ada.
2. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau emperisme dipelopori oleh John Locke dalam Yuliani
Nurani Sujiono, dkk (2007: 1.26). Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan
sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia
sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke
tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
3. Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan
berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kelender).
Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan
sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh
alam/informal).
Sehingga manusia berbuat intelijen karena untuk mempertahankan hidup
ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
5. Minat dan Bakat
15

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan


dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minabt seseorang mendorongnya
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan di latih
agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu maka akan semakin mudah dan
cepat ia mempelajari hal tersebut.
Kebebasan
Kebebasan, yaitu kebebasan manusia berfikir divergen (menyebar) yang
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah, juga bebas dlam memilih masalah sesuai
kebutuhannya.
F. Metode Pengembangan Kognitif

Metode adalah cara menyampaikan/mentransfer ilmu yang tepat sessuai


dengan anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi
anak didik.

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan dan dipilih berdasarkan


strategi kegiatan yang ditetapkan. Setiap guru akan menggunakan metode yang
sesuai dengan tujuan dan gaya melaksanakan kegiatan. Namun pelaksanaannya di
TK mempunyai cara yang khas, yaitu misalnya guru TK jarang menggunakan
metode ceramah, karena metode ceramah menuntut anak memusatkan perhatian
dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat.

Berikut ini adalah macam-macam metode yang dapat digunakan untuk


pengembangan kognitif anak TK.

Bermain
Pemberian tugas
Demontrasi
Tanya jawab
Mengucap syair
Percobaan/eksperimen
16

Bercerita
Karya wisata
Dramatisasi
G. Bermain

Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana


untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan
proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya.

Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami
hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang
anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak.
Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di
sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman
dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang
cemerlang.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan,


tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Jadi apapun kegiatannya, bila
dilakukan dengan senang dapat dikatakan bermain. Contohnya ketika seorang
anak membantu ibunya di dapur memotong sayur, karena dilakukan dengan rasa
senang dan atas inisiatif anak itu sendiri, maka pekerjaan itu baginya dinamakan
bermain. Begitu pula bila inisiatif bermain atas ajakan orang tua, guru atau teman
sebayanya, tetap dikatakan bermain, asalkan anak senag melakukannya.
Sebaiknnya jika anak melakukan kegiatan terssebut dengan terpaksa atau dipaksa,
maka tidak dapat dikatakan bermain.

Theresa Caplan (Hildebrand, 1986: 55-56) dalam Yuliani Nurani Sujiono,


dkk (2007: 7.6) mengemukakan ada enam belas bermain bagi anak:

a. Bermain membantu pertumbuhan anak;


b. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela;
c. Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak;
d. Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai;
17

e. Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya;


Bermain meletakan dasar pengembangan bahasa;
Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan
antarpribadi;
Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik;
Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian;
Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu;
k. Bermain merupakan cara anak untuk mempelajari peran orang dewasa;
Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar;
Bermain menjernihkan pertimbangan anak;
Bermain dapat distruktur secara akademis;
Bermain merupak kekuatan hidup;
Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup
manusia;

Oleh karena begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka
pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak TK
merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK
belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar (Moeslihatoen, 1999).

H. Karakteristik Bermain

Ada 5 karakteristik bermain yaitu sebagai berikut :

Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai


yang positif bagi anak.
Bermain berasal dari motivasi yang muncul dari dalam diri si anak. Anak
melakukan kegiatan tersebut atas kemampuannya sendiri, tanpa harus
disuruh atau diberi imbalan oleh orang lain.
3. Bermain sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban.
Anak bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi
kegiatan bernilainya.
Bermain senantiasa melibatkan peran aktif anak. Anak benar-benar aktif
dalam kegiatan tersebut, baik secara fisik maupun mental.
18

Bermain memilki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang


bukan bermain, seperti kemampuan kreativitas, memecahkan masalah,
masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi dengan
teman sebaya.
Manfaat Bermain

Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak


dan memilki beberapa manfaat bagi perkembangan anak, yaitu sebagai berikut.

Aspek Fisik
Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak
melibatkan aktivitas fisik terutama motorik kasar, akan membuat tubuh anak
menjadi sehat. Dengan bermain, anak mengasah kekuatan dan keterampilan
fisiknya, seperti mengembangkan kepekaan penginderaan, menguasai
keterampilan motorik kasar dan halus, serta menyalurkan energi fisik yang
terpendam. Hal ini terlibat misalnya pada permainan berguling, melompat,
merangkai manik-manik, menyusun puzzle, kejar-kejaran, dan berenang.
Selain itu, permainan yang melibatkan kemampuan motorik kasar dan
motorik halus akan meningkatkan keterampilan anak. Melalui permainan
mencorat-coret, mewarnai gambar, atau menggunting, anak akhirnya akan dapat
memegang dan menggunakan pensil dengan baik, menulis dengan jelas serta
membantu perkembangan motorik halus anak lainnya.
Sementara dengan bermain bola, sepeda, atau lompat tali akan dapat melatih
koordinasi motoriknya, dan menyalurkan kelebihan-kelebihan energi yang apabila
tidak tersalurkan membuat anak akan gelisah dan cepat tersinggung. Jadi secara
umum, bermain dapat mempengaruhi perkembangan motorik seorang anak.
Aspek Sosial
Keterlibatan anak dengan orang lain dapat membantu anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain. Anak akan belajar berpisah
dengan ibu dan pengasuh, belajar berbagi dengan orang lain, melakukan
pemecahan masalah, meningkatkan perkembangan bahasa baik bahasa ekspresif
maupun bahasa reseptif, dan sebagai sarana bermain peran sosial. Melalui
kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan sikap sosial, seperti: belajar
19

bekerja sama, menunggu giliran, berbagi, dan bersikap sportif. Selain itu, dengan
bermain anak akan belajar berkomunikasi, belajar berorganisasi, belajar
menghargai orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada, serta belajar mencapai
keharmonisan dan kompromi dengan orang lain.
Aspek Perkembangan Intelektual
Manfaat bermain dalam aspek perkembangan intelektual/kognitif dimulai
dari mengenal nama-nama benda yang ada di sekitarnya, mengetahui sifat-sifat
dari benda tersebut (misalnya batu itu keras, bulu halus); melihat adanya
persamaan/perbedaan tertentu (ukuran, bentuk, atau warna), sampai kepada asal
mula, kegunaan/manfaat; serta menciptakan kreasi-kreasi menggunakan benda-
benda tersebut. Melalui bermain anak juga mendapat pengetahuan akan sebab-
akibat, dan hukum gravitasi. Misalnya, kalau ia tidak berhari-hati pada waktu
bersepeda ia akan jatuh, atau setiap benda yang dilempar ke atas pasti jatuh ke
bawah. Dengan demikian, melalui bermain dapat membantu mengembangkan
kemampuan intelektual anak. Anak melatih diri menggunakan nalarnya pada
waktu bermain. Bermain akan meningkatkan pengetahuan dan daya nalar,
menumbuhkan kreativitas, kemampuan berbahasa dan daya ingat anak.
J. Bermain Permainan Tradisional

Menurut James Danandjaja (1987) dalam Keen Achroni (2012 : 45) judul
buku Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional
menyatakan bahwa permainan tradisional adalah salah satu bentuk yang berupa
permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu,
berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai variasi.
Sifat atau ciri dari permainan tradisional anak adalah sudah tua usianya, tidak
diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya, dan dari mana asalnya. Biasanya
disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama
atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan
tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan
yang merupakan pewaris dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-
anak) dengan tujuan mendapatkan kegembiraan.
20

Sebagai salah satu wujudnya budaya yang wariskan secara turun-temurun


dari satu generasi ke generasi berikutnya, permainan tradisional memiliki berbagai
kelebihan dan manfaat. Berbagai kelebihan dan manfaat dari permainan
tradisional antara lain sebagai berikut :

Tidak memerlukan biaya untuk memainkannya


Melatih kreativitas anak
Mengembangkan kecerdasan sosial; dan emosional anak
Mendekatkan anak-anak pada alam
Sebagai media pembelajaran nilai- nilai
Mengembangkan kemampuan motorik anak
Bermanfaat untuk kesehatan
Mengoptimalkan kemampuan kognitif anak
Memberikan kegembiraan dan keceriaan
Dapat dimainkan lintas usia
Mengasah kepekaan seni anak

Beberapa permainan tradisional yang dapat mengembangkan kognitif anak


diantaranya, bermain Congklak, Bola Bekel (Serimbang), Kelereng, Ular Tangga,
Paatok Lele, dan masih banyak lagi permainan tradisional yang dapat
mengembangkan kemampuan kognitif anak dan semua kemampuan dasar anak
usia dini.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Serta Pihak Yang Membantu


Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah murid TK BAKUNG PERMAI yang berjumlah
20 orang, laki-laki 5 orang dan perempuan 15 orang.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dikelompok TK BAKUNG PERMAI.
3. Waktu penelitian
Waktu Penelitian ini telah dijadwalkan sebagaimana tabel berikut;
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu Siklus I No Kegiatan Waktu Siklus II
(WIB) (WIB)
1 Bermain 08.00- Senin 2 Bermain 08.00- Senin
permainan 10.30 26-30 permainan 10.30 3-7
Tradisional April Tradisional April
mengguna- 2021 mengguna 2021
kan alat-alat kan alat-
permainan alat
tradisional permainan
dengan tema tradisional
Binatang dengan
tema
binatang

4. Pihak Yang Membantu Penelitian


Adapun pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah:
Kepala sekolah TK BAKUNG PERMAI
Supervisor 1 sebagai penilai
Guru sebagai kolabolator
Peserta didik berperan sebagai subjek

21
22

B. Desain Prosedur Perbaikan


Pembelajaran 1. Deskripsi Persiklus
Rencana
Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu
harus melaksanakan pembelajaran prasiklus. Hal ini dimaksudkan sebagai survey
awal untuk mencari berbagai masalah yang akan diperbaiki pada siklus 1.
Dalam melaksanakan prasiklus ini, peneliti pertama-tama merancang
pelaksanaan pembelajaran dengan membuat rencana kegiatan harian (RKH)
sesuai dengan tujuan penbelajaran atau indikator yang ingin dicapai.
Setelah prasiklus selesai dilaksanakan, dilakukan pula evaluasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran, baik evaluasi terhadap kemajuan anak, maupun
evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Setelah evaluasi dilakukan, selanjutnya guru sebagai peneliti,bersama-sama
dengan kolaborator dalam hal ini supervisor 1 melakukan refleksi dan diskusi
terhadap masalah-masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Karena dalam refleksi telah ditemukan masalah pembelajaran yang dapat
menghambat pengembangan kemajuan anak , maka antara peneliti dan supervisor
secara bersama-sama bersepakat mengangkat atau mengambil masala yang akan
dipecahkan dalam siklus 1 .
Sebelum menetapkan rencana tindakan, saya mengkomunikasikan tindakan
ini kepada kepala sekolah tempat saya melaksanakan kegiatan, dibantu dengan
arahan supervisor 1 sekaligus sebagai penilai dan juga komunikasi dengan
supervisor 1.

b. Tindakan yang akan dilaksanakan / alternative


perbaikan
pembelajaran
1) Melaksanakan peningkatan kemampuan kognitif melalui kegiatan
bermain permainan Tradisional
Kegiatan bermain permainan Tradisional yang disesuaikan dengan tema
yang diawali dengan kegiatan motorik kasar agar anak-anak lebih
bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran.
23

Menyiapkan media-media permainan Tradisional yang menarik sehingga


anak-anak termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran.
Mengelolah kelas secara menyeluruh, pengaturan kelas ditata sedemikian
rupa baik meja dan kursi disusun berbeda dari biasanya sehingga dalam
perbaikan pembelajaran tercipta kelas yang benar-benar kondusif.
Memberikan kesempatan penguatan yang menunjukan penghargaaan
hasil kerja anak yang mampu menimbulkan rasa senang dan bahagia pada
anak.
Langkah-langkah perbaikan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah;
Mendiskusikan permasalahan yang terjadi dikelas dengan supervisor
Menentukan upaya-upaya perbaikan yang dapat dilakukan
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 1
Meminta supervisor 2 untuk mengamati terlaksananya proses
pembelajaran
Menemui kepala sekolah untuk memberitahu rencana guru untuk
memperbaiki proses kegiatan pembelajaran
Menyepakati mekanisme pelaksanaan kegiatan pembelajaran bersama
supervisor 2
Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran sesuai dengan RKH
yang dibuat
Menyepakati tata cara pengamatan dan tempat duduk pengamat
Membuat lembaran pengamatan
Melaksanakan pengelolaan kelas
Meminta pengamat mengisi lembar pengamatan yang sudah disiapkan,
serta catatan-catatan yang diperlukan untuk perbaikan pembelajaran.
Membuat pengumpulan data hasil belajar.
Pelaksanaan
Pelaksanaan Tindakan Perbaikan
Dalam penelitian tindakan kelas yang direncanakan berdasarkan 2 siklus
yaitu siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 yang akan dilaksanakan merupakan hasil
pelaksanaan refleksi prasiklus. Untuk pelaksanaan siklus 2 tergantung pada
24

pelaksanaan siklus 1 . Jika hasil refleksi pada siklus 1 tercapai tujuan


pembelajaran yang telah ditetapkan, maka siklus 2 tidak perlu dilaksanakan. Jika
siklus 2 harus dilaksanakan, hasil perbaikan pembelajaran yang diharapkan harus
lebih menunjukan peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya, dengan
melakukan langkah- langkah yang sama.

Prosedur Pelaksanaan Perbaikan


Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini meliputi;
Perencanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan
Pengamatan
Refleksi

Pelaksanaan tindakan ini dapat diilustrasikan untuk stipa siklus sebagai berikut:

Permasalahan Pelaksanaan
Perencanaan
Tindakan 1 Tindakan 1

SIKLUS 1
Refleksi I Pengamatan/
Permasalahan Perencanaan Pengumpulan data I
Dari hasil Tindakan 1
refleksi
Pelaksanaan

SIKLUS 2 Refleksi II Tindakan II

Apabila Dilanjutkan ke
siklus Pengamatan/
permasalahan
Berikutnya Pengumpulan data
II
Gambar 3.1 Stipa Siklus tindakan

c. Informasi langkah-langkah pembelajaran


Dengan rencana harian yang telah disusun
Mengkondisikan anak untuk pembelajaran kelompok
25

Guru memberikan apersepsi /informasi tentang pembelajaran yang akan


dilaksanakan
Model pembelajaran kelompok pada kegiatan bermain permainan
tradisional
Guru memperlihatkan media yang akan digunakan untuk kegiatan
bermain permainan tradisional
Guru meminta anak memperhatikan cara bermain permainan tradisional
Guru meminta anak bermain permainan tradisional dengan benar
Guru mendokumentasikan saat anak bermain permainan tradisional
Guru memberikan semangat dan penghargaan berupa penguatan terhadap
kemampuan anak

d.Langkah-langkah pembelajaran

Guru bercakap-cakap dengan anak seputar tema binatang


Guru mengajak anak bersama-sama menirukan gerakan binatang sesuai
tema
Model pembelajaran klasikal diawal kegiatan dan kelompok pada
kegiatan inti
Guru meminta anak-anak mendengarkan materi pembelajaran yang
disampaikan
Guru meminta anak memperhatikan cara bermain permainan tradisional
Guru meminta anak memainkan permainan dengan benar
Guru memberi penguatan pada kemampuan anak dalam bermain
permainan tradisional
Guru mendokumentasikan dengan foto.

Pengamatan/Teknik Pengumpulan Data/Instrumen


Teknik Pengumpulan Data
Setelah tahapan pelaksanaan tindakan, tahapan berikutnya adalah tahap
observasi atau tahapan pengamatan. Tahapan ini dilakukan observasi secara
langsung dengan memakai format observasi yang telah disusun dan melakukan
penelitian terhadap hasil tindakan dengan menggunakan format evaluasi yang ada.
26

Proses pembelajaran berlangsung, penilai yang bertindak sebagai observer


melakukan pengamatan dan mencatat perkembangan yang terjadi dalam kegiatan,
baik pada anak didik dalam megikuti kegiatan pembelajaran maupun guru dalam
memimpin kegiatan pembelajaran.Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh guru dalam kegiatan pembelajarannya
yang mencakup;
Penguasaan guru dalam pengembangan kegiatan bermain permainan
tradisional yang dilakukan pada siklus 1
Untuk mengetahui daya serap dan kemampuan kognitif anak dalam
mengikuti kegiatan bermain permainan tradisional

Beberapa aspek yang diamati pada anak didik adalah:


Melakukan kegiatan bermain permainan tradisional
Kemampuan anak bermain permainan tradisional
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian yang dilaksanakan peneliti
dengan kolaorator selama proses pembelajaran berlangsung adalah;
Observasi
Peneliti melakukan observasi kemampuan anak bermain permainan
tradisional
Tes/Penugasan
Teknik ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak bermain
permainan tradisional, tindakan ini dilakukan sebelum dan sesudah
tindakan perbaikan.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan menggunakan catatan
lapangan yang berupa foto-foto kegiatan perbaikan pembelajaran yang
sedang berlangsung.

Instrument Pengamatan/Pengumpulan Data

Adapun instrument pengamatan/pengumpulan data yang dilakukan dapat


dilihat pada tabel berikut:
27

Tabel 3.2 Pengumpulan Data


Kegiatan /Uraian yang Nilai
No Indikator
diamati BS B KB
1 Perencanaan kegiatan • Menyusun rencana kegiatan
• Media yang digunakan
• Kegiatan awal, inti, akhir
• Pengaturan waktu
• Pengaturan kelas
• Alat penilaian
• Teknik /metode pembelajaran

2 Pelaksanaan Kegiatan • Kesesuaian rencana dengan


pelaksanaan
• Penampila guru
• Cara guru memotivasi anak
• Minat anak melakukan kegiatan
• Kemampuan anak
• Penilaian yang dilakukan guru

Ket;
BS : Baik Sekali
B : Baik
KB : Kurang Baik

Refleksi Pelaksanaan Perbaikan Untuk


Prasiklus Kekuatan Jika
Kegiatan dan indikator sesuia dengan tingkat perkembangan anak
Materi yang disajikan sesuai dengan kemampuan anak
Alat penilaian sesuai dengan tingkat perkembangan anak
Metode yang digunakan bervariasi dan sesuai materi yang menunjukan
ketertarikan anak pada kegiatan
Anak senang atas hasil karyanya
Kelemahan Jika
a. Penjelasan guru yang kurang dapat diterima anak terlihat dari hasil
kerjanya.
b. Media permainan tradisional
c. Pada umumnya minat anak tidak menunjukan kemauan bermain
permainan tradisional
28

d. Pengelolaan waktu tidak optimal


Berdasarkan hasil refleksi analisis dari hasil kerja anak dalam prasiklus,
maka dapat saya simpulkan bahwa kegiatan bermain permainan tradisional anak
belum berkemabang dengan baik. Untuk itu saya memutuskan untuk
merencanakan siklus 1 karena berdasarkan kemampuan kognitif anak tidak
menunjukan kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.

C. Teknik Analisis Data


Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) , dimana data
yang diperoleh berasal dari pengamatan yag dilaksanakan selama proses
pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Teknik/analisis data dalam PTK adalah
interpretif data mengenai fenomena yang diteliti dilapangan kemudian
merefleksikannya untuk melakukan tindakan yang lebih baik lagi.
Selain teknik diatas, penelitian ini juga menggunakan teknik analisis data
yang dikemukakan oleh Miles Dan Huberman(1992) denggan langkah-langkah
sebagai berikut:
Reduksi data
Penyajian data
Menarik kesimpulan
Verifikasi
Reduksi data dalam penelitian ini akan digunakan dalam bentuk proses
pemilihan,pengeditan, pemusatan pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.Selanjutnya data yang
merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dalam penelitian ini akan
disajikan dalam bentuk matriks, format matriks merupakan abstraksi atau
penyederhanaan dari data kasar yang diperoleh dari catatan
dilapangan.Penyusynan matriks beserta penemuan data kasar yang masuk akan
dilakukan berdasarkan kasus atau topik bahasan , Selanjutnya dari dari data yang
29

disusun dalam matriks tersebut kemudian dilakukan penarikan kesimpulan yang


dideskripsikan secara normative .
Teknik dalam penelitian ini juga menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif tindakan kelas dengan dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari
beberapa tahapan yaitu :perencanaan pelaksanaan observasi, dokumentasi, dan
refleksi yang menggunakan data.Subjek penelitian guru dan anak-anak didik di TK
BAKUNG PERMAI dengan peserta didik berjumlah 20 orang, laki-laki 5 orang
dan perempuan 15 orang dibagi menjadi 3 kelompok/kelas. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 26 April sampai 8 April 2021. Teknik pengumpulan data
yang digunakan meliputi observasi kegiatan dan unjuk kerja.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan peningkatan kemampuan
bermain permainan tradisional, dengan media-media yang menarik pada tiap-tiap
siklus. Pada siklus 1 ke siklus 2 kemampuan anak mengalami peningkatan .
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar guru dapat menerapkan
langkah-langkah metode pembelajaran yang inovatif, menarik dan menyenangkan
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari dikelas untuk mencapai hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Agung Iskandar, (2012).Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru,


Jakarta : Bestari Buana Murni

Arikunto Suharsimi (2010).Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta : Aditiya Widiya Publishing.

Asmawati, Luluk, dkk. (2011). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak


Usia Dini. Jakarta:Universitas Terbuka.
Gunarti, Winda, Lilis Suryani, Azizah Muis.(2010). Metode Pengembangan
Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta:Universitas
Terbuka.
Masitoh, dkk. (2009). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:Universitas Terbuka.

Montolalu, B.E.F, dkk.(2009). Bermain dan Permainan Anak.


Jakarta:Universitas Terbuka.

Nugraha, Ali, A.Sy Dina Dwiyana. (2010). Dasar-Dasar Matematika dan


Sains. Jakarta:Universitas Terbuka.
Sujiono, Yuliani Nuraini, dkk. (2007). Metode Pengembangan Kognitif .
Jakarta:Universitas Terbuka.
Wardhani, IGAK, Kuswaya Wihardit. (2011). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai