Edisi kesatu
Cetakan pertama, Juli 2008 Cetakan kesebelas, Juni 2013
Cetakan kedua, Februari 2009 Cetakan keduabelas, Januari 2014
Cetakan keenam, April 2010 Cetakan keempat belas, April 2014
Cetakan kedelapan, November 2011 Cetakan kelima belas, Juni 2014
Cetakan kesepuluh, Agustus 2012 Cetakan keenam belas, September 2014
Penulis:
1. Prof. Dr. I.G.A.K. Wardani 6. Dra. Etty K, M.Pd.
2. Prof. Dr.Udin S.Winataputra 7. Teguh. P, S.Pd, M.Hum.
3. Dra. Siti Julaeha, M.A. 8. Della. R.J, S.Pd.
4. Dra. Andayani, M.Ed. 9. Drs. Prastito
5. Dra. Ngadi Marsinah, M.Pd.
Penelaah Materi:
1. Dra. Andayani, M.Ed. 3. Dra. Ngadi Marsinah, M.Pd.
2. Prof. IG. A.K. Wardani 4. Drs. Prastito
Pengembang Desain Instruksional : Drs. Hanafi
373
MAT MATERI pokok perspektif pendidikan SD; 1- 12/ PDGK4104 /
4 sks/ I G.A.K Wardani [et.al]. -- Cet. 16; Ed 1--.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
558 hal: ill.; 21 cm.
ISBN: 978-979-011-319-0
1. perspektif pendidikan
I. Wardani, I G A K [et.al.]
Daftar Isi
Sebagai mahasiswa UT, Anda harus dapat belajar dengan gaya mandiri,
sehingga untuk menguasai seluruh kompetensi dari mata kuliah ini, Anda
harus berupaya belajar mandiri. Caranya dengan membaca materi modul
secara bertahap, mengerjakan latihan dan tes formatif yang ada. Namun, jika
Anda mengalami kesulitan untuk memahami materi mata kuliah ini, hubungi
UPBJJ-UT tempat Anda meregistrasi dan Anda dapat meminta layanan
bantuan belajar berupa tutoral on line atau tutorial tatap muka atas
permintaan sendiri.
Nah Selamat Belajar Semoga Berhasil!
Modul 1
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Pada bagian ini kita akan membahas pendidikan Sekolah Dasar dari
sudut pandang filosofis, psikologis-pedagogis, dan sosiologis-antropologis.
Yang dimaksud dengan pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan
dasar dari hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis
yang akan kita bahas adalah untuk apa pendidikan Sekolah Dasar
dikembangkan. Sementara itu cara pandang psikologis-pedagogis atau psiko-
pedagogis adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses
pendidikan dasar dalam pengembangan potensi individu sesuai dengan
karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-pedagogis yang
relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya? Sedangkan cara
pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan
proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik
yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan. Pertanyaan pokok
dalam kedua proses tersebut adalah bagaimana pendidikan dasar meletakkan
dasar dan mengembangkan secara kontekstual sikap sosial dan nilai-nilai
kebudayaan untuk kepentingan peserta didik dalam hidup bermasyarakat dan
berkebudayaan? Namun demikian dalam pembahasannya kita akan melihat
pendidikan dasar itu secara utuh, tidak secara ketat memisah-misahkan cara
pandang itu.
Mengapa Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)? Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) merupakan salah satu bentuk pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dalam jalur pendidikan formal di Indonesia
pada saat ini. Bentuk pendidikan ini secara operasional dilaksanakan sebagai
satuan pendidikan masing-masing sekolah, misalnya SD Negeri Ciputat, SD
PDGK4104/MODUL 1 1.5
a. Teori Kognitifisme
Teori Kognitifisme, yang lebih dikenal sebagai teori perkembangan
kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, dan diakui sebagai salah satu pilar
atau tonggak konseptual dan sumber pengetahuan tentang perkembangan
kognitif anak (Maier,1978: 12). Piaget menegaskan bahwa pengetahuan
bukanlah duplikat dari objek, dan bukan pula sebagai tampilan kesadaran dari
bentuk yang ada dengan sendirinya dalam diri individu. Pengetahuan
sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk, karena secara
biologis adanya interaksi antara organisme dengan lingkungan, dan secara
kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan objek. (Bell-Gredler, 1986:
191). Contohnya, konsep rumah, mobil, gunung yang ada di benak kita
bukanlah copy dari rumah, mobil, gunung yang sesungguhnya tetapi
merupakan konstruksi mental kita tentang rumah, mobil, dan gunung, sebagai
hasil interaksi pikiran kita dengan rumah, mobil, dan gunung atau tiruannya,
sebagai objek penginderaan kita secara langsung. Karena itu pengetahuan
merupakan suatu proses, bukanlah benda karena terbentuk melalui interaksi
sinambung antara individu dengan lingkungan. (Bell-Gredler,1986:194).
Contohnya, kemampuan kita untuk memecahkan masalah penghijauan,
adalah kemampuan pikiran kita untuk menaksir waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan kayu yang cukup tua, dengan kecepatan penebangan kayu yang
ada. Untuk itu perlu mengatur siklus penebangan kayu dengan penanaman
kembali bibit kayu sebagai penggantinya. Konsep inilah yang kemudian
PDGK4104/MODUL 1 1.7
Tabel 1.1
Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
c. Teori Humanistik.
Konsep humanistik dalam pendidikan memiliki banyak pengertian,
antara lain bahwa suatu sekolah atau kelas atau guru dapat dinilai humanistik
bila memenuhi berbagai kriteria: menekankan pada potensi manusia sebagai
ciri utama; hubungan yang hangat, kepercayaan, penerimaan, kesadaran akan
perasaan orang lain, kejujuran antar pribadi, dan pengetahuan
kemasyarakatan. Pendidikan humanistik adalah pendidikan manusia secara
utuh dan menyeluruh, yang memusatkan perhatian pada proses pendidikan
yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar menikmati kehidupan
PDGK4104/MODUL 1 1.13
Pada bagian ini kita akan membahas pendidikan Sekolah Dasar dari
sudut pandang sosiologis-antropologis. Cara pandang sosiologis-
antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar
dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan
proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta
didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan. Pertanyaan
pokok dalam kedua proses tersebut adalah bagaimana pendidikan dasar
meletakkan dasar dan mengembangkan secara kontekstual sikap sosial
dan nilai-nilai kebudayaan untuk kepentingan peserta didik dalam
hidup bermasyarakat dan berkebudayaan? Namun demikian dalam
pembahasannya kita akan melihat pendidikan dasar itu secara utuh, tidak
secara ketat memisah-misahkan cara pandang itu.
Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa
Indonesia sangatlah heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu,
walaupun kita secara konstitusional menganut konsepsi satu sistem
pendidikan nasional, instrumentasi atau pengelolaan sistem pendidikan itu
tidaklah mungkin dilakukan secara homogen penuh. Masyarakat dan bangsa
Indonesia memiliki fenomena yang bersifat pluralistik atau berbhinneka
tetapi terikat oleh komitmen satu kesatuan tanah air, kebangsaan, dan bahasa
persatuan. Itulah semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi seloka
kehidupan kita dan semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Keadaan
itu yang merupakan suatu conditio sine quanon atau kenyataan yang
merupakan keniscayaan yang secara nyata akan mempengaruhi praksis atau
kehidupan nyata pendidikan nasional kita, termasuk pendidikan Sekolah
Dasar. Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional kita menganut prinsip
diversifikasi dalam pengembangan kurikulumnya, sebagai bentuk
perwujudan kelenturan atau fleksibilitas dan adaptabilitas sistem pendidikan
terhadap kondisi sosiologis dan antropologis Indonesia. Contohnya,
1.16 Perspektif Pendidikan SD
sebagai individu putra putri Indonesia dan memberi landasan yang kuat untuk
melanjutkan pada pendidikan SMP dan sejenisnya sebagai manifestasi
program wajib belajar pendidikan dasar.
Secara antropologis Indonesia merupakan masyarakat multietnis dan
multiras. Dari Sabang sampai Merauke dan dari Talaud sampai Kupang di
dalam 13.000 pulau itu hidup ratusan etnis/suku yang memiliki tradisi yang
unik dan berbicara dalam bahasa daerah setempat, serta keturunan bangsa
lain yang karena proses sejarah dan/atau proses yuridis menjadi warga
negara Indonesia. Ke semua itu merupakan kenyataan yang perlu
terakomodasi dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional, belum lagi ada
sebagian kecil masyarakat Indonesia yang karena menempati taraf kehidupan
ekonomi yang lebih baik sebagai hasil usahanya atau karena kedudukannya,
memerlukan kesempatan pendidikan bagi anak-anaknya yang melampaui
standar nasional pendidikan, misalnya dalam bentuk kelas internasional atau
sekolah yang bertaraf internasional. Sementara itu keunggulan lokal pun
memperoleh peluang untuk dikembangkan. Untuk itulah dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas digariskan ketentuan perlu dikembangkannya
pendidikan SD yang berstandar nasional, tetapi juga pendidikan SD dengan
orientasi keunggulan lokal atau SD dengan orientasi internasional dalam
kurikulumnya. Namun demikian perlu diwaspadai jangan sampai
pengembangan sekolah bertaraf internasional itu secara pelan menggerus
semangat kebangsaan Indonesia.
Terkait erat dengan keberagaman masyarakat dan bangsa Indonesia,
sistem pendidikan nasional menerapkan prinsip pendidikan yang demokratis,
berkeadilan dan tidak diskriminatif, pendidikan terbuka dan multimakna,
pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan sepanjang hayat,
dan pendidikan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat.
Kesemua prinsip tersebut merupakan wahana programatik yang
memungkinkan sistem pendidikan nasional mampu mengakomodasikan
keberagaman sosial dan budaya masyarakat dan bangsa Indonesia.
PDGK4104/MODUL 1 1.19
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
tahun, sebagai sekolah Bumi Putera kelas pertama. Selain itu ada
Sekolah Peralihan dari Volks School ke Sekolah Dasar berbahasa
Belanda yang dikenal Schakelshool dengan lama belajar lima tahun,
sama dengan HIS, yang diperuntukkan bagi Bumi Putera.
4. Pada masa perjuangan kemerdekaan, yakni antara tahun 1908
Kebangkitan Nasional dan masa Pendudukan Jepang sampai Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 berkembang berbagai gerakan
pendidikan yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat yang sudah
tercerahkan sebagai komponen bangsa sang sadar akan pentingnya
pembangunan bangsa. Gerakan pendidikan yang di dalamnya tercakup
pendidikan setingkat Sekolah Dasar dilakukan oleh Perguruan Taman
Siswa dengan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh utamanya; Perguruan
Muhammadiyah dengan Kyai Haji Achmad Dahlan sebagai tokoh
sentranya, dan Pendidikan Maarif dengan Kyai Haji Masmansur sebagai
salah seorang tokohnya. Sekolah Dasar dalam konteks Perguruan Taman
Siswa disebut Taman Muda dengan masa belajar empat tahun, Dalam
konteks Perguruan Muhammadiyah Sekolah Dasar disebut Volksschool
dengan masa belajar tiga tahun, Sultaanatschool, juga tiga tahun yang
dikelola oleh Kesultanan, Vervolgsschool dengan masa belajar dua
tahun serta HIS Muhammadiyah. dengan masa belajar empat tahun.
Dalam konteks pendidikan Maarif pendidikan setingkat Sekolah Dasar
disebut Madrasah, yang sampai saat ini kita kenal adanya Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dengan masa belajar bervariasi dan belum memasukan
pendidikan umum tetapi dominan pendidikan agama. Berbagai
organisasi Islam lainnya di seluruh Indonesia melakukan kiprah
pendidikan serupa dengan ketiga organisasi kemasyarakatan tersebut.
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (ayat 2).
Yang dimaksud dengan …yang sederajat dengan SD/MI adalah program
seperti Paket A dan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program
seperti Paket B. Secara lebih spesifik penjabaran tujuan pendidikan pada
SD/MI, dalam Pasal 11 RPP Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Versi 21 Februari 2007) dikemukakan sebagai berikut.
1. Pendidikan dasar berfungsi menanamkan nilai-nilai, sikap, dan rasa
keindahan, serta memberikan dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan
kecakapan membaca, menulis, dan berhitung serta kapasitas belajar
peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan menengah dan/atau untuk
hidup di masyarakat, sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
2. Pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab untuk mengikuti pendidikan
lebih lanjut sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Sementara itu dalam Pasal 19 RPP Wajar tersebut diatur tentang peserta
didik dalam program Wajar sebagai berikut.
1. Setiap warga negara berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program
wajib belajar.
2. Setiap warga negara berusia 7 (tujuh) sampai dengan 15 (lima belas)
tahun wajib mengikuti program wajib belajar pada pendidikan dasar.
3. Peserta didik program wajib belajar yang berusia di atas 15 (lima belas)
tahun yang belum lulus pendidikan dasar dapat menyelesaikan
pendidikannya sampai lulus di luar tanggungan Pemerintah Daerah .
LAT IH A N
Sebagai Latihan cobalah Anda tuliskan persoalan apa saja yang Anda
alami dalam menyelenggarakan pendidikan di SD masing-masing dalam
kaitannya dengan ketentuan perundangan yang ada. Misalnya, seberapa besar
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pendidikan SD tempat Anda
bertugas, melalui Komite Sekolah sebagai perwujudan manajemen berbasis
sekolah. Kemukakan pula cara yang telah Anda lakukan untuk mengatasinya
secara bersama-sama.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Daftar Pustaka
Karakteristik
Pendidikan Sekolah Dasar
Prof. Dr. IG.A.K Wardani, M.Sc. Ed.
PEN D A HU L UA N
Selamat belajar!
PDGK4104/MODUL 2 2.3
Kegiatan Belajar 1
K egiatan Belajar 1 (KB 1) ini akan secara khusus mengajak Anda untuk
mengkaji fungsi, tujuan, dan ciri-ciri pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Sebagaimana yang barangkali sudah tersirat dalam pikiran Anda, ketiga
materi ini merupakan dasar untuk melakukan pengkajian lebih lanjut
mengenai berbagai aspek pendidikan SD. Sebagai guru SD, Anda tentu sudah
paham benar tentang ketiga materi tersebut karena ketiganya sebenarnya
sudah menyatu dalam pekerjaan Anda sebagai guru SD. Oleh karena itu,
Anda perlu mengingat berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran yang
setiap hari Anda laksanakan karena semuanya bertumpu pada fungsi dan
tujuan pendidikan SD serta seharusnya memunculkan ciri-ciri pendidikan SD
yang dapat diamati oleh orang luar. Di samping itu, fungsi, tujuan, dan ciri-
ciri pendidikan SD berkembang sesuai dengan kebijakan pemerintah yang
tertuang dalam berbagai ketetapan, baik dalam bentuk undang-undang,
peraturan pemerintah (PP), maupun dalam bentuk lain seperti peraturan
menteri atau surat edaran. Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni juga mempengaruhi pendidikan SD.
Penguasaan terhadap kompetensi yang dituntut dalam KB 1 ini akan
memungkinkan Anda melakukan pengkajian terhadap berbagai aspek
pendidikan SD, di samping akan membuat Anda lebih percaya diri dalam
melaksanakan tugas sebagai guru SD. Sehubungan dengan itu, setelah
menyelesaikan KB 1 ini, Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan fungsi pendidikan SD;
2. menjelaskan tujuan pendidikan SD;
3. mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan SD; serta
4. membedakan pendidikan SD dengan pendidikan TK dan SMP.
1
Hasan, M. T. (2007). Program Wajib Belajar dalam Bayang Keraguan. Kompas, No. 268,
Tahun ke-42. Senin, 2 April 2007, halaman 14.
PDGK4104/MODUL 2 2.5
a. Siswa SD
Siswa SD adalah anak-anak yang berusia 6 -12 tahun, yang tentu saja
berbeda dengan usia siswa pada satuan pendidikan lainnya. Di samping dari
segi usia, siswa SD juga mempunyai karakteristik fisik dan mental yang
berbeda. Dari segi kemampuan kognitif, siswa SD berada pada tahap pra-
operasional, operasi konkret, dan pada awal operasi abstrak; sedangkan siswa
SMP dan SMA sudah berada pada tahap operasi abstrak. Sehubungan dengan
itu, siswa SD, lebih-lebih siswa kelas awal, masih berpandangan holistik.
Mereka melihat dunia ini sebagai satu keseluruhan yang terpadu, serta belum
mampu melihat sesuatu sebagai bagian yang terpisah-pisah.
Kemampuan para siswa pasti beragam. Di SD, keragaman tersebut lebih
besar dari di SMP atau SMA. Coba Anda pikirkan, mengapa seperti itu. Anda
pasti setuju, bahwa dalam rangka penuntasan wajib belajar, siswa SD pada
umumnya langsung diterima tanpa seleksi, sedangkan siswa SMP, lebih-lebih
siswa SMA, penerimaannya tentu melalui seleksi, yang mungkin sangat
ketat. Sehubungan dengan itu, tidak mengherankan bahwa variasi
kemampuan siswa SD jauh lebih besar dari variasi kemampuan siswa SMP
2.10 Perspektif Pendidikan SD
atau SMA. Demikian pula dengan latar belakang sosial budaya siswa, variasi
di SD lebih besar dari variasi di SMP dan SMA. Coba Anda tanyakan kepada
guru SMP dan SMA apakah hal ini terjadi di sekolah mereka.
b. Guru
Sebagai guru SD, Anda pasti sangat
paham dengan tugas-tugas dan fungsi, yang
hampir setiap hari Anda laksanakan. Coba
cocokkan pemahaman Anda tersebut dengan
uraian berikut.
Meskipun dengan terbitnya Undang-
undang Guru dan Dosen (UU No. 14
Tahun 2005) kualifikasi akademik guru SD
sama dengan kualifikasi guru SMP dan SMA, yaitu Sarjana (S1)
Kependidikan yang relevan, namun tugas guru SD berbeda dari tugas guru
SMP dan SMA. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima
mata pelajaran di SD, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Selain lima mata pelajaran tersebut, tidak mustahil
pula guru SD mengajarkan mata pelajaran lain, kecuali Agama dan
Pendidikan Jasmani. Sehubungan dengan tugasnya sebagai guru kelas, guru
SD bertanggung jawab penuh pada kelas yang dipegangnya, mulai dari
kehadiran siswa sampai pemberian rapor. Selain itu, guru SD juga harus
mengerjakan administrasi kelas, bahkan kadang-kadang juga ditugaskan
untuk mengerjakan administrasi sekolah.
Apakah deskripsi di atas sesuai dengan pengalaman Anda? Atau
barangkali sudah ada yang berubah. Anda dapat menambahkan deskripsi
tersebut dengan pengalaman Anda sendiri sebagai guru SD. Sementara itu,
berbeda dari guru SD, gambaran tentang guru SMP dan SMA menunjukkan
beberapa perbedaan dengan guru SD. Coba pikirkan perbedaan tersebut dan
cocokkan pemikiran Anda dengan uraian berikut.
Dari segi jumlah guru di satu sekolah, guru SMP dan SMA jumlahnya
lebih banyak dari jumlah guru SD. Hal ini terjadi karena guru SD adalah
guru kelas, sehingga di satu SD cukup ada enam guru dan kepala sekolah, di
samping guru Agama dan guru Pendidikan Jasmani. Sementara itu, di SMP
dan SMA berlaku sistem guru mata pelajaran. Seorang guru hanya mengajar
mata pelajaran yang menjadi bidang keahliannya atau mata pelajaran lain
PDGK4104/MODUL 2 2.11
yang dikuasainya. Dengan demikian, jumlah guru di SMP dan SMA, minimal
sama dengan jumlah mata pelajaran untuk semua jenjang kelas. Apakah
uraian tersebut sesuai dengan pemikiran Anda?
c. Kurikulum
Kurikulum SD merupakan bagian dari kurikulum Pendidikan Dasar,
yang mempunyai tujuan yang khas yaitu mengembangkan kemampuan dasar
anak SD. Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 37, kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat:
1) pendidikan agama;
2) pendidikan kewarganegaraan;
3) bahasa;
4) matematika;
5) ilmu pengetahuan alam;
6) ilmu pengetahuan sosial;
7) seni dan budaya;
8) pendidikan jasmani dan olahraga;
9) keterampilan/kejuruan; dan
10) muatan lokal.
d. Pembelajaran
Sebagai seorang guru SD, Anda pasti sangat akrab dengan ciri khas
pembelajaran di SD. Jika Anda bandingkan dengan pembelajaran di SMP dan
SMA, Anda tentu melihat dengan jelas perbedaannya. Perbedaan ini terutama
disebabkan oleh tujuan dan fungsi SD sebagai pendidikan yang menanamkan
kemampuan dasar, yang memungkinkan tamatan SD mampu hidup secara
wajar dalam masyarakat pada era globalisasi ini serta mampu melanjutkan
pendidikannya ke jenjang SMP. Jika dikaitkan dengan empat karakteristik
utama pendidikan SD (kemelekwacanaan, komunikasi, pemecahan masalah,
dan kemampuan bernalar) serta karakteristik anak usia SD, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa pembelajaran di SD seyogianya berbeda dari
pembelajaran di SMP, lebih-lebih di SMA.
Di samping itu, pembelajaran di SD seyogianya menghargai cara
pandang anak yang masih bersifat holistik, terutama di kelas-kelas awal.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan bernalar, cara pandang holistik
tersebut akan berkembang menuju pada pemahaman tentang adanya saling
ketergantungan. Sehubungan dengan itu pembelajaran di SD, lebih-lebih
untuk kelas awal haruslah mengakomodasi pandangan holistik anak serta
perkembangan kognitif anak yang masih dalam tahap akhir praoperasional
dan operasi konkret. Pembelajaran terpadu atau tematik, kegiatan konkret,
kegiatan manipulatif berupa pemberian kesempatan untuk mengutak-atik
benda-benda tertentu, serta pengalaman langsung (hands-on experiences),
merupakan ciri utama pembelajaran di SD. Coba Anda diskusikan dengan
teman-teman Anda, bagaimana cara Anda mendeskripsikan ciri-ciri tersebut
dan berikan contoh-contohnya.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Berbeda dari guru SMP, guru SD adalah guru kelas yang berkewajiban
mengajarkan mata pelajaran ....
A. Bahasa Indonesia, IPA, Kerajinan Tangan, IPS, dan Matematika
B. IPA, Matematika, Olah Raga, Kesenian, dan Muatan Lokal
C. Matematika, Bahasa Indonesia, Kerajinan Tangan, IPS, dan
Pendidikan Kewarganegaraan
D. Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn
Kegiatan Belajar 2
1. Pengelolaan
Pasal 24
1. Pengelolaan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip kemandirian dan
manajemen berbasis sekolah/madrasah.
2. Pengelolaan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat mencakup
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan pertanggung-
jawaban yang meliputi komponen:
a. kurikulum;
b. proses dan hasil pembelajaran;
c. administrasi dan manajemen satuan pendidikan;
d. organisasi kelembagaan satuan pendidikan;
e. sarana dan prasarana;
f. ketenagaan;
g. pembiayaan;
h. peserta didik;
i. peran serta masyarakat; dan
j. lingkungan/budaya sekolah.
3. Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disusun oleh
sekolah/madrasah dengan memperhatikan pertimbangan dan arahan dari
komite sekolah/madrasah.
4. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan
oleh kepala sekolah/madrasah kepada masyarakat melalui komite
sekolah/madrasah.
5. Untuk keperluan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) di bidang keuangan komite sekolah/madrasah dapat menunjuk
akuntan publik atas beban pembiayaan sekolah/madrasah.
6. Ketentuan mengenai pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sampai dengan ayat (5) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
tentang tanggung jawab pengelolaan dan pendanaan pendidikan sebagai
pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003.
2.24 Perspektif Pendidikan SD
Pasal 25
Pengelolaan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat dapat digabungkan
dengan SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat dalam satu atau dua
satuan pendidikan.
Departemen Departemen
Pendidikan Nasional Dalam Negeri
Dinas Pendidikan
Propinsi
Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Ranting Dinas
Diagram 1
Organisasi Pengelolaan SD
5. Program Paket A
Program Paket A merupakan program pendidikan nonformal setara
SD/MI yang diperuntukkan bagi para peserta didik yang berusia 15-44 tahun.
2.30 Perspektif Pendidikan SD
6. Sekolah Rumah
Sesuai dengan namanya, Sekolah Rumah atau lebih terkenal dengan
sebutan home schooling, adalah sekolah yang diselenggarakan di rumah. Jika
Anda tinggal di kota besar, Anda pasti tidak asing dengan istilah ini karena
sekolah seperti ini umumnya berkembang di kota-kota besar seperti Jakarta.
Namun, jika Anda tinggal di kota kecil atau di daerah terpencil, mungkin
Anda belum akrab dengan istilah ini, meskipun berita tentang sekolah ini
sering dipaparkan di koran atau televisi. Agar kita mempunyai wawasan yang
sama tentang Sekolah Rumah, Anda perlu mengikuti berbagai berita tentang
sekolah rumah yang banyak disiarkan di media massa.
Direktorat Pendidikan Kesetaraan (2006) mendefinisikan Sekolah
Rumah sebagai layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah
dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau tempat-tempat lain di mana
proses belajar berlangsung secara kondusif dengan tujuan agar potensi anak
yang unik dapat berkembang secara optimal. Jika seperti itulah sekolah
rumah, mengapa kira-kira orang memilih sekolah rumah dibandingkan
dengan sekolah yang sudah dikenal secara umum? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, cobalah baca cuplikan berikut, kemudian diskusikan
dengan teman-teman, alasan-alasan yang memungkinkan anak/ orang tua
memilih sekolah rumah.
2.32 Perspektif Pendidikan SD
serius. Isu tersebut antara lain tentang sosialisasi dan respon negatif dari
para guru sekolah formal, seperti yang terjadi di Amerika, yang dimuat
dalam Home school Issues and News (http://homeschooling.about.com/
od/issues/Homeschool_Issues-and_News.htm). Terkait dengan isu sosialisasi,
masalah yang menjadi diskusi hangat adalah bahwa mengisolasi anak dari
kelas, tempat bermain, dan kantin sekolah, dengan mendidiknya sendiri di
rumah, bukanlah merupakan cara yang sehat untuk membesarkan anak,
sebagaimana diungkapkan dalam Socialization–The Home School Advantage
(http://homeschooling.about.com/cs/faqs/a/socialjacobs.htm).
Sekolah Rumah dapat diklasifikasikan menjadi: Sekolah Rumah
Tunggal, Sekolah Rumah Majemuk, dan Komunitas Sekolah Rumah.
Sekolah Rumah Tunggal adalah sekolah rumah yang diselenggarakan oleh
orang tua satu keluarga dan tidak bergabung dengan keluarga lain.
Selanjutnya, Sekolah Rumah Majemuk adalah sekolah yang diselenggarakan
oleh orang tua dari dua atau lebih keluarga lain yang menerapkan Sekolah
Rumah. Dapat Anda bayangkan bahwa dalam sekolah seperti ini,
kemungkinan anak berinteraksi dengan temannya lebih tinggi dibandingkan
dengan Sekolah Rumah Tunggal. Akhirnya, Komunitas Sekolah Rumah
adalah gabungan dari beberapa Sekolah Rumah Majemuk.
LAT IH A N
1) Jika kita cermati berita-berita di koran, radio, dan televisi, begitu banyak
gedung SD yang tidak memenuhi standar minimal. Ada gedung yang
atapnya nyaris jatuh, sehingga membuat guru dan murid merasa was-
was, ada pula yang meja kursinya tidak mencukupi, sehingga anak-anak
terpaksa duduk di lantai. Berdasarkan berbagai ketentuan dalam
perundang-undangan, cobalah diskusikan siapa yang bertanggung jawab
dengan kondisi SD seperti itu. Berikan alasan, mengapa seperti itu
jawaban kelompok!
2) Coba bandingkan tugas komite sekolah sebagaimana yang tercantum
dalam undang-undang, serta kenyataan yang ada di sekolah tempat Anda
mengajar. Buat kesimpulan dari perbandingan tersebut!
2.34 Perspektif Pendidikan SD
sumber, seperti koran, televisi, dan internet. Secara garis besar kekuatan
dan kelemahan sekolah rumah dapat ditinjau dari aspek interaksi sosial
dan pemenuhan kebutuhan peserta didik; sedangkan kekuatan dan
kelemahan dapat ditinjau dari kesempatan berinteraksi sosial dan
menyadari keragaman dunia, di samping pandangan orang tua siswa
normal/masyarakat terhadap dampak perbauran ini.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
9) Sekolah Rumah dipilih oleh orang tua atau anak-anak karena berbagai
alasan berikut, kecuali ....
A. biaya sekolah yang lebih murah
B. anak tidak perlu menempuh perjalanan ke sekolah formal
C. suasana belajar yang lebih kondusif
D. menghindari berbagai tindak kekerasan yang sering terjadi
10) Berikut ini adalah berbagai kelemahan yang mungkin muncul dalam
Sekolah Rumah, kecuali ....
A. anak mungkin kurang disiplin dalam belajar
B. kompetensi yang diharapkan tidak akan dikuasai
C. terbatasnya interaksi sosial antaranak
D. anak hidup secara terisolasi
Tes Formatif 1
1) A Jawaban ini yang paling benar/esensial, meski jawaban lain juga
benar.
2) D Kemampuan membuat kue tidak termasuk dalam kemampuan
dasar yang harus dibentuk di SD.
3) A Latihan berpikir kritis melibatkan kemampuan bernalar karena
berpikir kritis hanya terjadi jika seseorang memiliki daya nalar.
4) C Pembelajaran tematik dikembangkan berdasarkan asas keterkaitan
antartopik, sehingga sangat sejalan dengan pandangan yang masih
bersifat holistik.
5) C Siswa hanya mendengarkan penjelasan, tidak menghayati atau
melihat langsung sebab-sebab terjadinya banjir, sehingga mereka
tidak mungkin melakukan verifikasi.
6) D Tugas guru kelas sudah jelas, yaitu mengajarkan lima bidang studi
pada nomor D.
7) A Jumlah ruang kelas atau ruang belajar di SD atau SMP tidak
terlalu berbeda karena biasanya disesuaikan dengan jumlah kelas
yang ada, yaitu di SD 6 kelas dan di SMP minimal 3 kelas.
8) B Ini bertentangan dengan perkembangan anak usia SD.
9) D Sudah jelas
10) B Sumber daya manusia (SDM) tidak merupakan faktor yang
menentukan kurikulum karena SDM yang tidak tersedia dapat
didatangkan dari tempat lain.
Tes Formatif 2
1) D Sudah jelas
2) A Standar nasional pendidikan memang ditentukan oleh Pemerintah
Pusat.
3) D SD terkait bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan
pendidikan di SD tersebut.
4) C Menentukan persyaratan kelulusan merupakan wewenang sekolah
berdasarkan standar nasional, bukan wewenang Komite Sekolah.
5) B. Jawaban A dan C juga benar, tetapi tujuan utama adalah
menuntaskan wajib belajar.
PDGK4104/MODUL 2 2.41
Daftar Pustaka
Perkembangan
Pendidikan Sekolah Dasar
Prof. Dr. Udin S. Winataputra, M.A.
PEN D A HU L UA N