Anda di halaman 1dari 3

Beranda

 Berita

Isu-isu Pengaruh Kelompok Teman Sebaya


Terhadap Perkembangan Remaja
 Sabtu, 05 Mei 2018 11510 kali dibaca

Isu-isu Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Remaja

Oleh: Nurbaiti ( Mahasiswi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala)

Kelompok teman sebaya akan memungkinkan individu untuk saling berinteraksi, bergaul dan
memberikan semangat serta motivasi terhadap teman sebaya yang lain secara emosional. Kehadiran
kelompok teman sebayadapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan remaja.

 Kelompok teman sebayaMemberikan Pengaruh Positif dan Negatif Terhadap Perkembangan


Remaja
 Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Citra Tubuh
 Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif
 Pengaruh Kelompok teman sebaya Terhadap Perkembangan Sosial (Persahabatan dan
Relasi Romantis)

Menurut Erikson (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa pencarian identitas diri, dimana
identitas diri ini dibentuk dari hubungan psikososial remaja dengan individu lain yaitu dengan teman
dan sahabat. psikososial sesama remaja dalam Identifikasi Hubungankan diri dan merasa nyaman
disebut dengan istilah kelompok teman sebaya(Larson & Richard dalam Papalia, 2005).

Ikatan secara emosional dalam kelompok teman sebayaakan pengaruh berbagai besar bagi individu
dalam kelompok. Dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki hubungan kelompok teman
sebaya atau kelompok teman sebaya negatif, remaja yang memiliki hubungan kelompok teman
sebaya yang positif lebih dapat mengatasi stres karena dukungan dari teman-temannya.

Karakter seseorang yang dijadikan teman pun akan sangat berpengaruh pada perkembangan
remaja. Hubungan kelompok teman sebaya yang positif akan memberi hasil pada prestasi akademik
dan keterlibatan dalam kegiatan sekolah. Aspek perkembangan dilihat dari sudut pandang
pendekatan konstruktivis sosial Vygotsky (dalam Santrock, 2011) konteks sosial dari pembelajaran
dan bahwa pengetahuan itu dibangun secara bersama. Keterlibatan dengan orang lain membuka
kesempatan bagi remaja untuk memperoleh informasi, menemukan, dan memperbaiki pemahaman
mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain serta saat mereka berpartisipasi dalam
kelompok.

Sedangkan hubungan kelompok teman sebaya yang negatif akan menimbulkan masalah perilaku dan
perkembangan moral. Masalah yang muncul pada remaja seperti terlibat dalam perilaku perkelahian,
tawuran, penggunaan obat-obatan, seks bebas sampai pada kenakalan remaja (Laursen dalam
Gunarsa, 2004).

Citra tubuhadalah gambaran atau konsep pribadi seseorang akan penampilan fisiknya (Winzeler,
2005). Seseorang akan merasa puas jika kesan fisik yang ditampilkan tidak jauh berbeda dengan
kesan yang diberikan oleh lingkungannya. Persepsicitra tubuh yang terbentuk pada remaja
merupakan pengaruh lingkungan atau kelompok teman sebaya yang mempersepsikan bentuk tubuh
ideal adalah langsing atau kurus, kemudian remaja mengadopsi persepsi kelompok sebayatersebut
menjadi bagian dari persepsi pribadi agar dapat diterima dan menjadi bagian dalam kelompok.

Davidson and Birch (dalam Papalia, 2008) mengatakan bahwa kepedulian terhadap penampilan dan
gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah pada upaya obsesif, seperti mengontrol berat badan.

Persepsi citra tubuh yang salah akan berimbas pada penilaian status gizi remaja. Status gizi dan citra
tubuh yang negatif akan berdampak pada masalah kesehatan (gangguan makan) dan gangguan
perkembangan pada tahap remaja yang berdampak negatif secara psikologis seperti depresi, harga
diri yang rendah (Winzeler, 2005).

Perilaku konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang
diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang berperilaku konsumtif adalah kelompok teman (Dharmmesta & Handoko,
2000). Perilaku konsumtif yang ditunjukkan masalah remaja bersama teman sebaya tidak jauh
dari fashion , mengikuti tren fashion perlu bagi para remaja karena dapat menunjang penampilan,
karena dengan tampil menarik remaja merasa percaya diri, selain itu produk fashion dipilih karena
model yang banyak dan cepat berubah (Nurhayati, 2008).

Perilaku konsumtif berdasarkan keinginan untuk selalu lebih dari pada yang lain, selalu tidak ada
kepuasan dan usaha untuk memperoleh pengakuan serta biasanya diikuti dengan rasa bersaing yang
tinggi. Remaja yang berperilaku konsumtif mengutamakan faktor emosionalnya saja, seperti gengsi.

Menurut Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2011), sahabat menjadi sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan akan intimasi meningkat di masa remaja awal, dan motivasi
remaja untuk mencari sahabat. Ketika remaja tidak mampu membina hubungan persahabatan yang
akrab, maka mereka akan mengalami kesepian dan merasa turunnya harga diri
mereka. Persahabatan menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau
lebih identitas sosial. Ikatan persahabatan akan ditunjukkan oleh perilaku prososial (saling menolong
di antara mereka), saling percaya, dan juga saling setia.

Anda mungkin juga menyukai