Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 364

PENGARUH KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU


MENGGANGGU SISWA SMK PERGURUAN ISLAM REPUBLIK INDONESIA
(PIRI) 3 YOGYAKARTA
THE EFFECT OF PEER CONFORMITY TOWARDS DISRUPTIVE BEHAVIOR OF STUDENTS IN
SMK PERGURUAN ISLAM REPUBLIK INDONESIA (PIRI) 3 YOGYAKARTA

Oleh : Fitri Maedita Syarifuddin, program studi bimbingan dan konseling universitas negeri yogyakarta
fitri.maedita@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konformitas teman sebaya terhadap perilaku mengganggu
siswa SMK PIRI 3 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian
merupakan siswa SMK PIRI 3 Yogyakarta dengan sampel sejumlah 80 siswa. Instrumen yang digunakan ialah skala
perilaku mengganggu dan skala konformitas teman sebaya. Uji validitas dilakukan menggunakan penilaian ahli serta
uji reliabilitas dilakukan menggunakan analisis Alpha Cronbach . Nilai koefisien Alpha Cronbach skala perilaku
mengganggu (α = 0,926) dan skala konformitas teman sebaya (α = 0,758). Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya dapat mempengaruhi
perilaku mengganggu secara signifikan. Hasil ini ditunjukkan melalui persamaan regresi Y = 61,842 + 1,350 Х dengan
nilai Sig. 0,000 atau p < 0,05. Nilai RSquare 0,218 yang diperoleh memiliki arti bahwa konformitas teman sebaya
memiliki pengaruh sebesar 21,8% terhadap perilaku mengganggu.
Kata kunci : perilaku mengganggu, konformitas teman sebaya, remaja
Abstract
This study aims to find out the influence of peer conformity to disruptive behavior of students in SMK PIRI 3
Yogyakarta. This study uses quantitative approach. Population in this study were students in SMK PIRI 3 Yogyakarta
with sample of 80 students. The instruments that used are disruptive behavior scale and conformity scale. Validity
tested using expert judgement while reliability tested using Alpha Cronbach. Cronbach’s Alpha coefficient value of
disruptive behavior (α = 0,926) and peer conformity scale (α= 0,758). Data analysis technique used simple linear
regression analysis. The result is shown by regression equation Y = 61,842 + 1,350 Х with Sig. value 0,000 or p <
0,05. The value of RSquare 0,218 means that peer conformity has an effect of 21,8% on disruptive behavior.
Keywords : disruptive behavior, peer conformity, adolescence

PENDAHULUAN remaja ialah perkembangan ciri-ciri seks primer dan


seks sekunder (Yusuf, 2011: 193). Pada
Masa remaja merupakan tahap peralihan yang
perkembangan psikologis, salah satu perkembangan
terletak di antara masa kanak-kanak dan masa
yang dianggap esensial ialah terbentuknya jati diri
dewasa (Papalia, Old, dan Feldman, 2008: 534).
(Santrock, 2011: 297).
Pada masa ini, individu akan mengalami berbagai
Pada proses pembentukan jati diri, remaja akan
bentuk perubahan baik secara fisik maupun
menemukan dan mencoba berbagai peran baru,
psikologis. Secara fisik dan psikologis, remaja akan
identitas baru, maupun gaya hidup baru (Santrock,
mengalami penyesuaian dalam mempersiapkan diri
2011: 297). Berbagai hal baru yang ditemui oleh
menjadi dewasa. Ciri khas perkembangan fisik
365 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 8, Agustus 2018

remaja tersebut dapat berupa hal yang positif namun membentuk norma dan nilai yang dianut oleh
dapat juga berupa hal yang negatif. Peran, identitas, kelompok yang harus diikuti oleh setiap anggotanya.
dan gaya hidup baru yang positif akan menuntun Keberadaan seorang remaja pada suatu
individu pada perilaku yang adaptif. Sebaliknya, kelompok teman sebaya menuntut diri remaja untuk
peran, identitas, dan gaya hidup baru yang negatif selalu berusaha mengikuti harapan kelompok baik
akan menuntun individu pada perilaku maladaptive. secara pola pikir maupun tindakan, hal tersebut
Oakland dan Harrison (2008: 3) disebut sebagai konformitas. Dengan demikian,
mengemukakan bahwa perilaku adaptif sering dapat disimpulkan bahwa konformitas dapat
dianggap sebagai kumpulan keterampilan yang mendorong remaja untuk berperilaku dan
memungkinkan individu untuk melakukan berbagai mengidentifikasi diri sesuai dengan harapan
aktivitas sehari-hari secara efektif baik di kelompok baik positif maupun negatif. Alasan
lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, maupun di seseorang melakukan konformitas adalah keinginan
dalam komunitas. Berdasarkan pengertian tersebut, untuk bertindak benar dan keinginan agar disukai
dapat dipahami bahwa perilaku adaptif merupakan (Taylor, Peplau, & Sears, 2009: 258-260). Apabila
perilaku yang penting guna keberlangsungan hidup individu memiliki keinginan untuk dianggap
sehari-hari. Jika individu dapat melaksanakan berperilaku benar menurut kelompok maka individu
berbagai aktivitas sehari-hari sesuai dengan konsep akan melakukan konformitas dengan perilaku
perilaku adaptif maka hal tersebut akan kelompok yang dianggap benar tersebut. Begitu juga
meningkatkan kemandirian individu dan dengan alasan untuk disukai, apabila individu ingin
mengurangi ketergantungan dalam pemenuhan disukai oleh anggota kelompok maka semakin tinggi
kebutuhan dasar (Oakland dan Harrison, 2008: 74). kecenderungan individu tersebut melakukan
Menurut Yusuf (2011: 75), dasar psikologis konformitas.
seorang remaja ialah lebih tertarik serta Karakteristik remaja yang lebih tertarik pada
mengutamakan kelompok sebagai tempat bermain kelompok, secara tidak langsung akan mengarahkan
dan tempat bersosialisasi. Remaja akan mulai pada perilaku konformitas terhadap kelompok teman
membentuk kelompok-kelompok pertemanan sebaya yang diikuti. Arti penting kelompok
sebagai salah satu pemenuhan tugas pertemanan bagi remaja secara tidak langsung pula
perkembangannya yakni membentuk kelompok dapat mengarahkan perilaku remaja ke arah yang
pertemanan secara selektif. Terbentuknya kelompok positif maupun negatif. Hal ini terjadi karena pada
pertemanan ini mengajarkan remaja hidup secara masa remaja, remaja mengalami kebingunan
sosial. Hidup secara sosial berarti individu hidup identitas. Menurut Teori Psikososial Erikson (1968),
dengan kehadiran orang lain. Oleh karena itu, dalam remaja pasti akan mengalami konflik identitas yang
menjalani kehidupan sosial, remaja akan mulai pada akhir konflik tersebut, individu akan berada
Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 366

pada pencapaian identitas atau berada pada pelaku kepemilikan media porno oleh 6 anak,
kebingungan identitas (Sigelman dan Rider, 2008: pelaku kekerasan fisik oleh 23 anak, pelaku
321). kekerasan psikis oleh 4 anak, pelaku kekerasan
Akibat dari kebingungan identitas yang terjadi seksual oleh 32 anak, pelaku pembunuhan oleh 1
pada diri remaja, remaja akan mulai mencari anak, pelaku pencurian oleh 3 anak, pelaku
identitas diri dan salah satunya dapat terbentuk kecelakaan lalu lintas oleh 2 anak, pelaku
secara tidak langsung akibat konformitas terhadap kepemilikan senjata tajam oleh 1 anak, pelaku
kelompok pertemanan sebaya. Konformitas penculikan oleh 1 anak, serta pelaku aborsi oleh 3
memiliki aspek berupa keinginan untuk anak.
mengidentifikasi orang lain dan menirunya, Sejalan dengan data tersebut, berdasarkan hasil
mengikuti kelompok guna menghindari konflik, wawancara yang dilakukan kepada salah satu guru
serta lebih memilih menjadi pengikut (Mehrabian Bimbingan dan Konseling di SMK Perguruan Islam
dan Stefl, 1995: 256). Berdasarkan ketiga aspek Republik Indonesia (PIRI) 3 Yogyakarta pada Rabu,
tersebut dapat diketahui bahwa apabila remaja 11 Oktober 2017 dan Senin, 16 Oktober 2017
mengidentifikasi, meniru perilaku teman sebaya disebutkan bahwa di SMK PIRI 3 Yogyakarta
serta mengikuti kelompok yang positif maka remaja setidaknya terdapat 20% siswa jurusan Multimedia
akan memiliki kecenderungan berperilaku positif. serta 5 % siswa Akutansi dan Administrasi
Akan tetapi sebaliknya, apabila remaja Perkantoran terindikasi melakukan perilaku
mengidentifikasi, meniru perilaku serta mengikuti mengganggu di lingkungan sekolah baik secara
kelompok yang negatif, maka remaja akan memiliki individu maupun kelompok. Perilaku mengganggu
kecenderungan perilaku yang negatif pula. menurut Seeman (2009: 18-19) merupakan perilaku
Melalui data situs Komisi Perlindungan Anak yang menurut orang lain mengganggu, perilaku
Indonesia (KPAI) diketahui data kasus perlindungan yang membahayakan, serta perilaku yang dapat
anak berdasarkan lokasi pengaduan dan pemantauan mencemarkan instansi. Perilaku mengganggu dapat
media wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun berupa perilaku tidak patuh terhadap aturan,
2011-2016 menyebutkan bahwa anak bukan hanya perundungan, perilaku agresif, hingga perilaku
sebagai korban pelanggaran hukum tetapi juga kekerasan dan melanggar hukum. Perilaku
sebagai pelaku pelanggaran hukum. Perilaku mengganggu yang dilakukan oleh siswa SMK PIRI
tersebut diantaranya pengguna NAPZA oleh 16 3 Yogyakarta ditunjukan contohnya perilaku
anak, pengedar NAPZA oleh 2 anak, pelaku tawuran perusakan kaca menggunakan bola basket,
pelajar oleh 8 anak, pelaku kekerasan di sekolah melempari Closed Circuit Television (CCTV), bolos
oleh 24 anak, pornografi dan cyber crime oleh 59 sekolah, menendang bak sampah, memukul dan
anak, pelaku kejahatan seksual online oleh 26 anak, membanting meja-kursi, pacaran di sekolah,
367 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 8, Agustus 2018

mengegas motor hingga menimbulkan kebisingan, individu antara lain faktor temperamental, faktor
hingga membentak siswa lain dan guru. neurologis, serta faktor lingkungan.
Perilaku-perilaku mengganggu yang terjadi di Perilaku mengganggu merupakan perilaku yang
lingkungan SMK PIRI 3 Yogyakarta menurut memberikan dampak negatif baik bagi diri sendiri,
narasumber terjadi karena didasari oleh sifat ingin orang lain, maupun lingkungan. Dampak sosial yang
diperhatikan orang lain serta bentuk agresif akibat diberikan ialah perilaku tersebut sangat mengganggu
perintah, teguran, maupun larangan yang diberikan berlangsungnya rutinitas sekolah. Perilaku
salah satu pihak kepada siswa yang bersangkutan. mengganggu juga menimbulkan stres bagi guru dan
Perilaku-perilaku mengganggu yang dilakukan staf terkait manajemen dan teknik pembelajaran
siswa SMK PIRI 3 Yogyakarta diasumsikan (Gresham, 2015: 5). Dengan adanya perilaku
disebabkan oleh konformitas teman sebaya. Adanya mengganggu yang dilakukan siswa terutama di
perasaan senasib dan sikap menjunjung tinggi kelas, hal tersebut akan sangat mengganggu
kesetiakawanan, akan membuat siswa melakukan pembelajaran. Perilaku tersebut membuat guru tidak
perilaku mengganggu asalkan hal tersebut dilakukan dapat mengajar (Todras, 2007: 77). Walaupun
bersama-sama. Selain itu, guru BK juga demikian, dampak perilaku mengganggu terhadap
menyebutkan bahwa perilaku menganggu yang diri sendiri tidak jauh berbeda dengan dampak yang
dimiliki siswa dilatarbelakangi oleh permasalahan diberikan terhadap guru (Seeman, 2009: 3). Dampak
keluarga dan pengaruh lingkungan pertemanan. negatif pada remaja dengan perilaku mengganggu
Pendapat guru BK tersebut, sejalan dengan pendapat contohnya kegagalan dalam pendidikan dan
yang dikemukakan Tolan dan Leventhal (2013: 14- mengganggu hubungan dengan guru (Gresham,
20) bahwa perilaku mengganggu merupakan 2015: 131).
perilaku yang dilatarbelakangi oleh faktor yang Kegagalan dalam pendidikan yang merupakan
memiliki keterkaitan satu sama lain, faktor tersebut salah satu dampak negatif perilaku terhadap diri
adalah faktor genetik serta faktor interaksi gen – sendiri merupakan hal yang bertentangan dengan
lingkungan. Diketahui bahwa, pengaruh lingkungan undang-undang. Undang-undang Nomor 20 tahun
memiliki pengaruh yang sama besar dengan 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pengaruh genetik terhadap perilaku mengganggu. menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk
Pada masa remaja, pengaruh genetik menjadi lebih berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
kuat pada agresi sedangkan dampak lingkungan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
memiliki pengaruh lebih kuat pada rule – breaking. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
Selain pendapat tersebut, Gresham (2015: 11-15) cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
mengemukakan beberapa hal yang menjadi faktor yang demokratis serta bertangung jawab. Melalui
penyebab timbulnya perilaku mengganggu pada diri tujuan pendidikan tersebut, secara tidak langsung
Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 368

disebutkan bahwa identitas seperti tujuan pengaruh yang positif. Dengan menyadari berbagai
pendidikan tersebutlah yang diharapkan pemerintah pengaruh teman serta berbagai dampak konformitas,
atas peserta didik di Indonesia. siswa diharapkan dapat mengurangi perilaku
Berdasarkan dinamika remaja yang berada pada mengganggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
masa pencarian identitas serta ketertarikan remaja mengetahui pengaruh konformitas teman sebaya
terhadap kelompok sebaya, hal tersebut dapat terhadap perilaku mengganggu.
menuntun remaja pada perilaku konformitas.
Konformitas yang dilakukan remaja akan mengikuti
bagaimana karakteristik kelompok pertemanan METODE PENELITIAN

sebaya. Apabila karakteristik perilaku kelompok Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

merupakan perilaku yang positif misalnya menaati penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif

tata tertib, maka remaja akan melakukan dengan jenis korelasi. Sampel dalam penelitian ini

konformitas dengan mengikuti perilaku taat merupakan siswa SMK PIRI 3 Yogyakarta dengan

terhadap tata tertib. Sebaliknya, apabila karakteristik jumlah 80 siswa yang terdiri dari 33 laki-laki dan 47

perilaku kelompok merupakan perilaku yang negatif perempuan. Teknik pengambilan data yang

misalnya perilaku mengganggu, maka remaja akan digunakan yakni menggunakan teknik sampling

melakukan konformitas dengan melakukan perilaku dengan jenis simple random sampling. Pengambilan

mengganggu. data terhadap 80 sampel dilaksanakan tada tanggal 5

Melihat karakteristik remaja yang demikian, – 12 Mei 2018.

peneliti melihat urgensi untuk meneliti apakah Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

terdapat pengaruh konformitas teman sebaya tingkat perilaku mengganggu dan tingkat

terhadap perilaku mengganggu di SMK PIRI 3 konformitas teman sebaya yang dimiliki siswa ialah

Yogyakarta. Dengan dilakukannya penelitian ini, menggunakan skalah perilaku mengganggu dan

hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai skala konformitas teman sebaya. Kedua skala

sumber acuan dalam pemberian program layanan dikembangkan dengan empat tipe pilihan jawaban

bantuan bagi peserta didik. Penelitian ini juga atas setiap pernyataan. Alternatif tersebut adalah

memiliki kontribusi pada bidang Bimbingan dan sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan

Konseling terutama pada bidang pribadi dan sisial. sangat tidak sesuai (STS). Kedua skala yang

Manfaat penelitian ini bagi siswa ialah sebagai digunakan merupakan skala yang telah diuji

sumber pengetahuan mengenai konformitas dapat validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan

menyebabkan perilaku mengganggu. Siswa juga menggunakan penilaian ahli sedangkan uji

diharapkan dapat lebih menyadari bahwa pengaruh reliabilitas dilakukan menggunakan perhitungan

yang diberikan teman tidak selalu merupakan Alpha Cronbach melalui SPSS For Windows 22.0
369 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 8, Agustus 2018

Version. Uji coba skala sendiri dilakukan di SMK 2. Uji Linearitas


Karya Rini Yogyakarta terhadap 45 siswa yang
Berdasarkan hasil analisa didapatkan nilai Sig.
dipilih secara acak.
Deviation from Linearity 0,897 atau p > 0,05.
Hasil validasi berdasarkan penilaian ahli yakni Melalui data tersebut, dapat disimpulkan bahwa data
pada skala perilaku mengganggu terdapat tujuh butir dari kedua variabel merupakan data yang linier.
pernyataan yang diperbaiki tata bahasanya dan dua
Analisis Data
butir pernyataan digugurkan. Pada skala
konformitas teman sebaya, terdapat satu butir Berdasarkan data yang sebelumnya telah di

pernyataan yang diperbaiki tata bahasanya. Hasil uji input, dilakukan perihitungan untuk menentukan

reliabilitas instrumen ialah pada skala perilaku kriteria dalam pengkategorisasian perilaku

mengganggu nilai koefisien Alpha Cronbach atau α mengganggu dan konformitas teman sebaya.

= 0,926 pada skala perilaku mengganggu dan nilai α Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi
= 0,758 pada skala konformitas teman sebaya. Perilaku Mengganggu
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tersebut dapat
disimpulkan bahwa skala perilaku mengganggu dan

Persentase
Frekuensi
Kategori

Kriteria
skala konformitas teman sebaya merupakan skala
yang reliabel.

Teknik analisis data yang digunakan dalam Rendah Х < 108,45 14 17,5%
penelitian ini ialah uji analisis regresi linear Sedang 108,45 < Х ≤ 144 53 66,25%
sederhana. Sebelum dilakukan uji hipotesis
Tinggi Х > 144 13 16,25%
menggunakan analisis regresi linear sederhana
Jumlah 80 100%
sebelumnya peneliti melakukan uji prasyarat yang
harus dipenuhi dalam melakukan uji hipotesis
tersebut. Uji prasyarat yang dilakukan yakni uji Berdasarkan Tabel 3. diketahui terdapat 14
normalitas dan uji linearitas. siswa dengan perilaku mengganggu kategori rendah,
53 siswa dengan perilaku mengganggu kategori
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sedang, dan 13 siswa dengan perilaku mengganggu
Uji Prasyarat kategori tinggi. Jika dilihat dalam grafik,
1. Uji Normalitas kategorisasi perilaku mengganggu adalah sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai Asymp.
Sig 0,200 atau p > 0,05. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa data terdistribusi normal.
Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 370

80% Tabel 5. Hasil Uji Analisis Regresi Linear


60% S
40% e Coefficientsa
20%
d
Unstandardiz

Standardized
Coefficients
0%
Tinggi Sedang Rendah e
ed
r
Coefficients
h
Gambar 1. Grafik Frekuensi dan Kategorisasi
a Std. Be Sig
Perilaku Mengganggu
n Model B Error ta t .
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi
a
Konformitas Teman Sebaya 1 (Constan 61.8 4.4 .00
13.993
t) 42 20 0
Perse
uensi

ntase
Krite
Kate

Frek
gori

ria

Konform
Rendah Х < 41,652 11 13,75%
itas 1.35 .46 4.6 .00
Sedang 41,652 < Х ≤ .290
57 71,25% Teman 0 7 59 0
54,128
Sebaya
Tinggi Х > 54,128 12 15,00%
Jumlah 80 100% a. Dependent Variable: Perilaku
Mengganggu

Berdasarkan Tabel 4 diketahui terdapat 11


siswa yang memiliki konformitas dengan kategori Berdasarkan hasil uji analisis regresi linear
rendah, 57 siswa memiliki konformitas dengan sederhana diketahui bahwa nilai konstan dari
kategori sedang, dan 12 siswa memiliki konformitas Unstandardized Coefficients (α) adalah sebesar
dengan kategori tinggi. Jika dilihat dalam grafik, 61,842. Nilai ini mengandung arti bahwa apabila
kategorisasi konformitas teman sebaya dapat dilihat tidak ada konformitas teman sebaya (X) maka nilai
sebagai berikut : konsisten perilaku mengganggu (Y) ialah sebesar
80%
61,842. Dalam tabel di atas disebutkan pula nilai
60%
koefisien regresi (β) sebesar 1,350. Nilai koefisien
40%
20%
regresi tersebut bernilai positif yang artinya, setiap
0% penambahan konformitas teman sebaya sebanyak 1
Tinggi Sedang Rendah
satuan maka perilaku mengganggu akan meningkat
sebesar 1,350. Jadi, nilai persamaan yang diperoleh
Gambar 2. Grafik Frekuensi dan Kategorisasi
berdasarkan rumus regresi linear sederhada Y = α +
Konformitas Teman Sebaya
371 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 8, Agustus 2018

β (X) adalah Y = 61,842 + 1,350 Х. Berdasarkan salah satunya dilatarbelakangi faktor lingkungan.
persamaan tersebut, apabila terdapat nilai Adanya pengaruh antara perilaku mengganggu
konformitas teman sebaya (X) sejumlah 50 maka dengan peran teman sebaya juga ditunjukkan dalam
nilai perilaku mengganggu akan meningkat sebesar penelitian Lier, Huizink, dan Vuijk (2011: 51).
129.342. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa anak
yang pernah mencoba tembakau di usia 10 tahun
Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa
memiliki skor PPDB (Preferred Peer Disruptive
nilai Sig. p < 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis
Behavior) yang lebih tinggi daripada anak yang
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara
tidak pernah mencoba tembakau di usia 8, 9, dan 10,
konformitas teman sebaya dengan perilaku
tetapi tidak pada usia 7 tahun.
mengganggu siswa SMK PIRI 3 Yogyakarta” dapat
Berdasarkan hasil dari skala perilaku
diterima.
mengganggu, mayoritas subjek tergolong ke dalam
Sumbangan Efektif perilaku mengganggu kategori sedang. Jika

Dari hasil analisis yang diperoleh pula besaran kategorisasi perilaku mengganggu dikategorikan

nilai Rsquare 0,218. Nilai Rsquare mengandung arti sesuai dimensi, pada dimensi perilaku

bahwa konformitas teman sebaya memiliki ketidaksabaran, ketidakpatuhan, dan agresif,

pengaruh sebesar 21,8% terhadap perilaku mayoritas subjek tergolong dalam kategori sedang.

mengganggu siswa SMK PIRI 3 Yogyakarta Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

sedangkan faktor lain yang tidak disebutkan dalam Tolan dan Leventhal (2013: 111), remaja dikatakan

penelitian ini mempengaruhi sebesar 79,2%. berperilaku mengganggu berdasarkan dimensi


ketidaksabaran apabila memiliki emosi yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
meledak-ledak dalam menanggapi suatu permintaan.
pengaruh yang signifikan antara konformitas teman
Menurut dimensi ketidakpatuhan, remaja dikatakan
sebaya terhadap perilaku mengganggu siswa SMK
berperilaku mengganggu apabila remaja tersebut
PIRI 3 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
berperilaku tidak taat terhadap aturan yang ada.
bahwa konformitas terhadap teman sebaya
Menurut dimensi agresif, remaja dikatakan
meningkatkan perilaku mengganggu. Meningkatnya
berperilaku mengganggu apabila melakukan
perilaku mengganggu siswa akibat konformitas
perundungan.
menuntun pada kesimpulan bahwa konformitas yang
Berdasarkan hasil penelitian, butir pernyataan
diikuti siswa ialah konformitas terhadap teman
yang mendapat pilihan mayoritas ialah butir yang
sebaya ke arah yang negatif.
dalam skala perilaku mengganggu mencerminkan
Hasil tersebut sesuai dengan Marceau dan
indikator emosional, berbicara ketika orang lain
Neiderhiser (Tolan dan Leventhal, 2013: 18-20)
tengah berbicara, banyak permintaan dan tuntutan
yang mengemukakan bahwa perilaku mengganggu
Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 372

kepada guru, menarik diri dari proses pembelajaran, Perilaku dapat berbentuk verbal, fisik, menantang,
membuat kebisingan dengan memainkan alat tulis, amoral, dan berkaitan dengan tugas.
serta menggunakan peralatan elektronik tidak sesuai Berbagai perilaku mengganggu yang terjadi di
dengan kebutuhan pembelajaran. Indikator-indikator lingkungan sekolah dapat mempengaruhi siswa atau
tersebut merupakan indikator yang dikembangkan individu lain. Pengaruh ini menurut Wicaksono
berdasarkan ciri-ciri perilaku mengganggu menurut (2013: 77) timbul dari reaksi siswa terhadap teman
Seeman (2009: 18-19). Ciri-ciri tersebut antara lain yang melakukan perilaku mengganggu di kelas.
tidak menghormati hak orang lain dalam Reaksi atau tanggapan siswa lain terhadap teman
berpendapat, memonopoli diskusi, menyela yang berperilaku mengganggu di kelas yakni ikut
pembicaraan orang lain, mengajukan pertanyaan- melakukan perilaku mengganggu. Apabila perilaku
pertanyaan yang mengganggu, menarik diri dari mengganggu yang ditunjukkan teman adalah
pembelajaran, makan di kelas, membuat kebisingan, perilaku dengan dimensi ketidaksabaran, maka
datang terlambat, menggunakan peralatan elektronik sesuai penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak sesuai pembelajaran, banyak menuntut, siswa lain memiliki kemungkinan untuk ikut
kebersihan diri yang buruk, serta mengirim pesan melakukan perilaku tersebut. Begitu juga dengan
ketika pembelajaran. Selain ciri-ciri tersebut, perilaku mengganggu dengan dimensi
terdapat pula ciri-ciri perilaku mengganggu yang ketidakpatuhan, berdasarkan penelitian tersebut,
termasuk dalam kategori berbahaya. Ciri-ciri siswa lain memiliki kemungkinan untuk ikut
tersebut diantaranya menggunakan bahasa senonoh, melakukan perilaku tidak patuh. Pengaruh yang
menggunakan ataupun menjual NAPZA, melakukan demikian mengisyaratkan bahwa perilaku
pelecehan verbal, mencontek, plagiarisme, mengganggu tidak dapat dipisahkan dari peran
mengancam untuk menyakiti diri sendiri ataupun konformitas.
orang lain, melakukan kekerasan fisik, melakukan Individu dikatakan memiliki konformitas
kekerasan seksual, serta minum minuman keras. terhadap teman sebaya apabila memiliki perilaku
Ciri-ciri perilaku yang banyak terjadi di lokasi yang sesuai dengan aspek-aspek yang telah
penelitian tidak jauh berbeda dengan berbagai ditentukan. Aspek-aspek tersebut menurut
perilaku mengganggu yang terdapat dalam Mehrabian dan Stefl (1995: 256) yakni memiliki
penelitian Todras. Menurut Todras (2007: 64) guru keinginan untuk mengidentifikasi orang lain dan
menjadi saksi dari perilaku mengganggu yang menyamainya, mengikuti kelompok guna
terjadi di kelas. Bentuk-bentuk perilaku menghindari konflik, serta memilih menjadi
mengganggu tersebut antara lain agresifitas, pengikut kelompok.
perilaku tidak bermoral, membangkang otoritas, Berdasarkan aspek memiliki keinginan untuk
mengganggu kondusifitas kelas, dan bergurau. mengidentifikasi orang lain dan menyamainya,
373 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 8, Agustus 2018

indikator dengan butir yang paling banyak dipilih (Chaplin, 2006: 28). Dengan demikian, dapat
subjek ialah meniru nilai dan meniru ide/pemikiran. disimpulkan bahwa individu yang lebih memilih
Identifikasi menurut Suharso dan Retniningsih mengikuti keputusan kelompok guna menghindari
(2016: 223) diartikan sebagai proses psikologi yang konflik sebenarnya juga untuk menghindari
terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar kemarahan orang lain. Menurut Seeman (2009: 108)
individu tersebut membayangkan sebagai orang lain rasa takut terhadap kemarahan orang lain
yang dikagumi hingga kemudian meniru tingkah merupakan salah satu faktor yang melemahkan
laku tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, ketegasan. Ketegasan sendiri merupakan
dapat disimpulkan bahwa keterkaitan aspek kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan
keinginan untuk mengidentifikasi orang lain dan percaya diri tanpa memiliki keinginan bertindak
menyamainya dengan perilaku mengganggu terletak pasif, agresi, atau memanipulasi tingkah laku
pada proses identifikasi yang dilakukan individu. (Bishop, 2010: 1). Dari pendapat tersebut dapat
Apabila individu melakukan identifikasi nilai dan disimpulkan bahwa ketidaktegasan individu akan
pemikiran yang termasuk dalam perilaku membuat individu tidak dapat mengekspresikan diri
mengganggu, maka individu tersebut juga akan dengan percaya diri. Ketidaktegasan yang dimiliki
memiliki nilai dan pemikiran yang termasuk dalam individu akan membuat individu berkata setuju
perilaku mengganggu. walaupun sebenarnya tidak setuju. Keterkaitan
Berdasarkan aspek mengikuti kelompok guna aspek mengikuti kelompok guna menghindari
menghindari konflik, indikator dengan butir yang konflik ialah remaja yang cenderung tidak tegas
paling banyak dipilih subjek ialah menuruti apabila dihadapkan dengan keputusan kelompok
keinginan kelompk guna menghindari konflik. yang mengarah pada perilaku mengganggu, maka
Konflik menurut Suharso dan Retniningsih (2016: remaja tersebut akan mengikuti perilaku tersebut
301) adalah percekcokan, perselisihan, maupun agar tidak menimbulkan konflik.
pertentangan. Percekcokan, perselisihan, dan Berdasarkan aspek memilih menjadi pengikut
pertentangan merupakan perilaku yang mengarah daripada menjadi pemimpin suatu ide, nilai, maupun
pada perkelahian. Perkelahian berdasarkan KBBI perilaku, indikator dengan butir yang paling banyak
diartikan sebagai bertengkar dengan disertai adu dipilih oleh subjek ialah mengikuti perilaku
kata-kata dan tenaga. Individu yang terlibat dalam kelompok, mengikuti ide/pemikiran kelompok, serta
percekcokan, perselisihan, dan pertentangan mengikuti nilai dalam kelompok. Seorang pemimpin
memicu timbulnya rasa marah dalam diri. Rasa merupakan seseorang yang mengatur, membimbing,
marah merupakan reaksi emosional yang dan mengontrol kegiatan orang lain (Chaplin, 2006:
ditimbulkan oleh sejumlah situasi seperti ancaman, 272). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
agresi fisik maupun verbal, juga kekecewaan disimpulkan bahwa individu yang menjadi pengikut
Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 374

merupakan individu yang diatur, dibimbing, serta Menanggapi hasil penelitian dimana terdapat
dikontrol oleh pemimpin. Zollman (2010: 336) perilaku mengganggu siswa yang disebabkan
menjelaskan bahwa struktur sosial akan berdampak konformitas, bentuk layanan pemberian bantuan
pada konformitas. Hal ini terjadi karena jika yang dapat diberikan guru BK salah satunya adalah
seseorang memiliki sekolompok individu yang akan bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal dapat
tunduk pada beberapa tekanan sosial, individu yang diberikan dengan memberikan pengetahuan dan
memiliki kemampuan memberikan tekanan akan pemahaman mengenai perilaku mengganggu yang
mengharapkan bahwa anggota lain dipengaruhi dapat disebabkan konformitas.
sebanyak mungkin. Keterkaitan memilih menjadi Berbagai teknik dan pendekatan yang dapat
pengikut suatu ide, nilai, maupun perilaku dengan digunakan guna menangani perilaku mengganggu
perilaku mengganggu adalah jika ide, nilai, maupun menurut McCart dan Sheidow (2016: 19-20)
perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin kelompok didasarkan pada jenis dan/atau tingkatan perilaku
termasuk ke dalam jenis perilaku mengganggu, mengganggu yang dimiliki subjek. Beberapa teknik
maka individu akan mengikuti perilaku tersebut. dan/atau pendekatan yang dapat diberikan antara
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui lain assertive training, konseling kelompok, terapi
bahwa perilaku mengganggu disebabkan oleh buku, serta intervensi konseling. Latihan ketegasan
konformitas teman sebaya. Mayoritas siswa dapat diberikan kepada siswa dengan perilaku
memiliki konformitas teman sebaya dengan kategori mengganggu sebagai akibat ketidakmampuan diri
sedang, dan mayoritas siswa berperilaku untuk menolak keputusan kelompok dan
mengganggu dengan kategori sedang. Berdasarkan menghindari konflik. Hal ini sesuai dengan salah
hasil penelitian tersebut pula, dapat disimpulkan satu aspek konformitas yang dapat mengakibatkan
bahwa guru BK memiliki peran penting yang harus individu berperilaku mengganggu yakni mengikuti
dilaksanakan. Sesuai dengan yang tertulis dalam kelompok guna menghindari konflik.
Permendikbud Nomor 111 tahun 2014 tentang Bruks dan Stefflre (Komalasari, Wahyuni, dan
Bimbingan dan Konseling, tujuan Bimbingan dan Karsih, 2011: 7) mengemukakan bahwa konseling
Konseling adalah membantu konseli mencapai merupakan hubungan professional dari seorang
kerkembangan optimal dan kemandirian secara utuh konselor kepada seorang konseli yang bersifat
dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karier. individual dan dapat pula bersifat kelompok.
Layanan pemberian bantuan yang dapat diberikan Konseling dalam menangani perilaku mengganggu
guru BK meliputi empat tipe layanan yakni layanan akibat konformitas dapat dilakukan secara
bimbingan klasikal, layanan responsif, layanan individual maupun kelompok. Melalui proses
perencanaan individual, dan layanan dukungan konseling individual, konselor atau guru BK dapat
sistem. mencari akar permasalahan yang menjadi inti
375 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 8, Agustus 2018

penyebab individu melakukan konformitas hingga sebagai akibat konformitas yang dilakukan dapat
berakibat pada perilaku mengganggu. Begitu pula berkurang.
dengan melalui konseling kelompok. Konseling
Dengan mengoptimalkan peran guru BK dalam
kelompok dapat diberikan kepada siswa dengan
memberikan program bantuan, diharapkan siswa
perilaku mengganggu akibat konformitas. Melalui
yang melakukan perilaku mengganggu sebagai
konseling kelompok tersebut, konselor atau guru BK
akibat konformitas dapat berkurang. Melalui
dapat mencari akar permasalahan yang menjadi inti
berbagai program bantuan yang diberikan guru BK
penyebab individu melakukan konformitas hingga
pula, diharapkan siswa dapat mengembangkan
berakibat pada perilaku mengganggu. Setelah
perilaku-perilaku yang termasuk dalam perilaku
menemukan akar permasalahan rersebut, guru BK
adaptif.
dapat melakukan treatment untuk membantu
menyelesaikan akar permasalahan tersebut. Dengan
menyelesaikan akar permasalahan terkait SIMPULAN DAN SARAN

konformitas, diharapkan perilaku mengganggu yang Simpulan

menjadi akibat konformitas dapat berkurang. Konformitas teman sebaya dapat meningkatkan

Teknik lain yang dapat menjadi alternatif dalam perilaku mengganggu siswa secara signifikan. Hal

menangani permasalahan perilaku mengganggu ini ditunjukkan melalui persamaan regresi linear

akibat konformitas yakni terapi buku. Teknik terapi sederhana Y = 61,842 + 1,350 Х dengan nilai Sig.

buku yang tepat diberikan kepada siswa dengan 0,000 atau p < 0,05. Persamaan tersebut memiliki

perilaku mengganggu akibat konformitas adalah arti bahwa jika tidak ada konformitas teman sebaya

dengan memberikan buku yang menjelaskan atau (X) maka nilai konsisten perilaku mengganggu (Y)

menceritakan mengenai perilaku mengganggu dan adalah 61,842. Persamaan tersebut dapat diartikan

konformitas. Melalui membaca buku, secara tidak pula bahwa apabila terdapat penambahan

langsung individu akan merefleksi materi bacaan konformitas teman sebaya (X) sebanyak 50 maka

bahwa terdapat keterkaitan antara perilaku nilai perilaku mengganggu (Y) = 61,842 + 1,350

mengganggu dengan konformitas. Melaui refleksi (50). Nilai signifikansi yang diperoleh (0,000 atau p

tersebut, siswa diharapkan dapat menyadari < 0,05) menandakan bahwa perilaku mengganggu

berbagai dampak konformitas. Meningkatnya akan meningkat secara signifikan dengan

pengetahuan siswa tentang konformitas akan peningkatan konformitas teman sebaya. Selain

menuntun individu menjadi lebih hati-hati dalam persamaan tersebut, diketahui pula bahwa

melakukan perilaku tersebut. Ketika siswa dapat konformitas teman sebaya memiliki pengaruh

lebih selektif dalam melakukan konformitas, sebesar 21,8% terhadap perilaku mengganggu.

diharapkan perilaku mengganggu yang muncul


Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 376

Sumbangan efektif ini dapat dilihat melalui RSquare lanjut terkait perilaku mengganggu maupun
yang diperoleh yakni sebesar 0,218. konformitas. Selain itu, penelitian selanjutnya
diharapkan lebih memperluas jangkauan penelitian
Saran
agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan secara
Melalui penelitian ini, diharapkan peserta didik lebih luas.
dapat menyadari bahwa pengaruh yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
teman sebaya tidak selalu pengaruh yang positif
namun pengaruh yang negatif. Begitu juga dengan Babad, E. (2009). The social psychology of the
perilaku konformitas yang dilakukan remaja, classroom. New York : Routledge Taylor &
perilaku konformitas tidak hanya dapat menuntun Francis Group.
siswa pada perilaku adaptif namun dapat menuntun
Bordens, K. S & Horowitz, I.A. (2008). Social
pula pada perilaku mengganggu. Melalui penelitian
psychology (third edition). United States of
ini, diharapkan pula bagi siswa untuk dapat turut
America: Freeload Press.
serta dalam berbagai layanan bimbingan dan
konseling terkait usaha menanggulangi perilaku Chaplin, J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi.

mengganggu akibat konformitas. Bentuk layanan (Terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT.

dalam menanggulangi perilaku mengganggu akibat RajaGrafindo Persada. (Edisi asli diterbitkan

konformitas dapat berupa konseling individu, tahun 1968 oleh Dell Publishing Co., Inc.,

konseling kelompok, assertive training, serta terapi New York).

buku. Desmita. (2016). Psikologi perkembangan. Bandung

Melalui hasil penelitian ini, guru BK : PT. REMAJA ROSDAKARYA.

diharapkan lebih memahami bahwa perilaku Dewi, C.K. (2015). Pengaruh konformitas teman
mengganggu dapat disebabkan oleh konformitas sebaya terhadap perilaku bullying pada siswa
teman sebaya. Selain itu, guru BK juga bisa SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta. Diambil
melaksanakan layanan bimbingan konseling yang pada 5 Februari 2018, dari
diasumsikan sebagai penanggulangan perilaku http://eprints.uny.ac.id/26174/1/CINTIA%20
mengganggu akibat konformitas. Layanan yang KUSUMA%20DEWI_11104241065.pdf
dapat dilaksanakan guru BK berupa konseling
Fitriah, E.A (2014). Psikologi sosial terapan.
individu, konseling kelompok, assertive training,
Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.
serta terapi buku.
Gresham, F.M. (2015). Disruptive behavior
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan
disorders evidence-based practice for
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi sehingga dapat dilakukan penelitian lebih
377 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 8, Agustus 2018

assessment and intervention. New York : Mehrabian, A. & Stefl, C.A. (1995). Basic
Guilford Publication Inc. temperament components of loneliness,
shyness, and conformity. Social Behavior
Komalasari, G., Wahyuni, & Karsih. (2011). Teori
and Personality, 1995, 23 (3), 253-264.
dan teknik konseling. Jakarta: PT. Indeks
Diambil pada tanggal 13 maret 2018, dari
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (17 Juli https://doi.org/10.2224/sbp.1995.23.3.253.
2016). Data kasus perlindungan anak
Myers, D.G. (2014). Psikologi sosial – social
berdasarkan lokasi pengaduan dan
psychology (edisi 10 – buku 1). (Terjemahan
pemantauan media se-indonesia tahun
Aliya Tusyani dkk.). Jakarta : Salemba
20011-2016 wilayah D.I Yogyakarta. Diambil
Humanika. (Edisi asli diterbitkan tahun 2012
pada 16 Oktober 2017, dari
oleh McGraw-Hill Education, Inc. New
http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-
York).
kasus-se-indonesia/data-kasus-perlindungan-
anak-berdasarkan-lokasi-pengaduan-dan- Kemendikbud. (2014). Permendikbud Nomor 111,
pemantauan-media-se-indonesia-tahun-2011- Tahun 2014, tentang Bimbingan dan
2016#yogyakarta. Konseling.

Lier, P.A.C.V, Huizink, A., & Vuijk, P. (2010). The Kemendikbud. Diambil pada tanggal 4 Juli 2018,
role of friend’s disruptive behavior in the dari
development of children’s tobacco https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/perkela
experimentation: Result from a preventive hian.
intervention study. Journal Abnorm Child
Suharso & Retniningsih, A. (2016). Kamus bahasa
Psychology (2011) 39 : 45-57. Diambil pada
Indonesia lengkap. Semarang: Wayang
tanggal 11 Oktober 2017, dari
Karya.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC3035805/ Rachmawati, L. (2016). Faktor-faktor penyebab
disruptive behavior (perilaku mengganggu)
McCart, M.R. & Sheidow, A.J.. (2016). Evidence-
saat pembelajaran di kelas III MI
based psychosocial treatments for
Muhammadiyah Taskombang. Diambil pada
adolescents with disruptive behavior. Journal
5 Februari 2018, dari http://digilib.uin-
of Clinical Child & Adolescent Psychology,
suka.ac.id/21609/1/12480054_BAB-I_IV-
00(00), 1-35. Diambil pada tanggal 5 Juni
atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
2018, dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/271 Santrock, J.W. (2011). Masa perkembangan anak –

52911/ children (edisi 11 – buku 2). (Terjemahan


Pengaruh Konformitas Teman… (Fitri Maedita Syarifuddin) 378

Verawaty Pakpahan & Wahyu Anugraheni). Todras, P. (2007). Teachers’ perspectives of


Jakarta : Salemba Humanika. (Edisi asli disruptive behavior in the classroom.
diterbitkan tahun 2009 oleh McGraw-Hill, dissertation. Faculty of The Chicago School
Inc.. United States of America). of Professional Psychology.

----------------. (2011). Life-span development Tolan, P.H & Leventhal, B.L. (Eds). (2013).
(thirteen edition). United State of America : Advances in development and
McGraw-Hill. psychopathology : Brain research foundation
symposium series (disruptive behavior
Sarwono, S.W & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi
disorder). New York : Springer
sosial. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
Science+Business Media.
Seeman, H. (2010). Preventing disruptive behavior
Depdikbud. (2003). Undang-Undang Nomor 20,
in colleges (A campus and classroom
Tahun 2003 tentang, Sistem Pendidikan
management handvook for higher education).
Nasional.
New York : Rowman & Littlefield
Publishers, Inc. Wicaksono, T.H. (2013). Identifikasi perilaku
mengganggu siswa Madrasah Aliyah Negeri
Sigelman, C.K. & Rider, E.A. (2008). Life span
1 Magelang. Diambil pada 5 Februari 2018,
human development sixth edition. USA :
dari
WADSWORTH CENGAGE Learning.
http://eprints.uny.ac.id/15999/1/SKRIPSI.pdf.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian pendidikan –
Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak &
pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d.
remaja. Bandung : PT. REMAJA
Bandung : Alfabeta.
ROSDAKARYA.
-----------. (2012). Metode penelitian kuantitatif,
Zollman, K.J.S. (2010). Social structures and the
kualitatif, dan kombinasi (mixed methods).
effects of conformity. Journal Synthese (2010)
Bandung : Alfabeta.
172: 317-340. Diambil pada tanggal 11
Taylor, S.E., Peplau, L.A, & Sears, D.O. (2015). Oktober dari
Psikologi sosial (edisi ke-duabelas). https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs
(Terjemahan Tri Wibowo B.S). Jakarta : 11229-008-9393-8.
Prenadamedia Group. (Edisi asli diterbitkan
tahun 2009 oleh Pearson Eduation Inc.. Los
Angeles).

Anda mungkin juga menyukai