Anda di halaman 1dari 14

Acta Psychologia, Volume 2 Nomor 2, 2020, Halaman 108-121

Acta Psychologia
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia

Identitas Sosial Pelajar Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama


Anisa Nur Azizah
Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta; Jl. Colombo
No. 1 Sleman Yogyakarta, 55281
nurazizahanisah@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identitas sosial pada ORMAS Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Terdapat empat informan yang telah
diwawancari secara mendalam. Analisis dari penelitian ini menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan
Huberman. Hasil penelitian dari keempat informan memiliki tujuh poin, yaitu : 1) memiliki kesamaan terkait persepsi
terhadap organisasi lain, 2) adanya pandangan positif dan negatif oranglain terhadap organisasi mereka, 3) terdapat
kerjasama antar pengurus yang saling melengkapi dan membantu, 4) adanya rasa bangga terhadap identitas sosial
mereka, 5) adanya tiga hal yang menjadi daya tarik bagi anggota, yaitu kerabat keluarga, kegiatan organisasi, dan cara
berbicara pengurus di organisasi yang tegas, sopan dan santun, 6) mereka belum sepenuhnya mematuhi peraturan
dan menerapkan nilai-nilai organisasi, serta 7) ditemukan kesamaan dari lingkungan sekolah, tempat tinggal, pola
pemikiran dan kesamaan tujuan berorganisasi dengan pengurus lain.

Kata Kunci : identitas sosial, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, eksploratif.

Abstract
This study aims to find out the social identity of ORMAS (Social Organization) Muhammadiyah and Nahdlatul
Ulama. This study used qualitative method with an exploratory approach. There are four subjects that have been
deep interviewed. The analysis of this study used interactive analysis model from Miles and Huberman. The results
of the four informants had seven points, namely : 1) having similarities regarding their perceptions of other
organizations, 2) theres is positive and negative views of others towards their organization, 3) there is cooperation
between members who complement and helping each other, 4) there is pride on their social identity, 5) there are
three things that became members’ point of interest, namely family relatives, organizational activities, and
organization members’ way of speak that are firm and polite, 6) they have not fully obey the rules and apply
organizational values, and 7) there is similarities from the school environment, residence, way of thinking, and
similar purpose in organization with other members.

Keywords: social identity, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, explorative

Pendahuluan termasuk dalam kelompok sosial (Hogg &


Terry, 2012). Individu yang memiliki
Identitas merupakan hal penting identitas sosial yang tinggi tidak mudah
yang harus dimiliki oleh setiap orang. Hal terpengaruh orang lain dan memiliki
ini penting, karena di dalam kehidupan konformitas yang rendah (Utami & Silalahi,
sehari-hari orang tidak pernah lupa baik 2013), sehingga ia yakin dengan dirinya
secara langsung maupun tidak langsung sendiri. Sementara itu, individu yang
menanyakan “anda siapa” kepada memiliki identitas sosial yang rendah
seseorang yang baru dikenalnya. cenderung mengalami kegelisahan,
Salah satu jenis identitas adalah kebingungan, mudah terpengaruh, seperti
identitas sosial. Identitas sosial adalah penggunaan narkoba, budaya asing
pengetahuan seseorang bahwa mereka (Anonim, 2019), dan menunjukkan
Copyright © 2020, Acta Psychologia - 108
perilaku menyerang atau rejection sensitivity di Indonesia. Kedua organisasi tersebut
(Aisyah, 2018). Individu yang mengalami turut mempengaruhi kehidupan berbangsa
krisis identitas menjadi tidak tahu tujuan dan bernegara, termasuk mempengaruhi
hidup dan mudah berganti keputusan serta identitas sosial sebagai warganya. Mayoritas
bimbang dalam memutuskan sesuatu penduduk Indonesia adalah anggota dari
(Anonim, 2019). kedua ORMAS tersebut dan afiliasi dari
Menurut Joseph S. Roucek dan kedua ORMAS (Ali, 2010). Salah satu
Roland L. Warren (dalam Utami & Silalahi, bagian penting dari organisasi
2013) manusia menurut kodratnya selalu Muhammadiyah adalah IPM (Ikatan Pelajar
ingin hidup berkumpul dan berkelompok, Muhammadiyah) dan NU adalah IPNU
sehingga manusia yang satu dengan lainnya (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan
senantiasa menjalin hubungan dan hidup IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul
bersama-sama. Hubungan antar manusia Ulama). Kedua ORMAS ini memiliki
yang terjalin bersama-sama ini disebut komponen organisasi yang berbeda.
dengan kelompok sosial. Komponen dalam organisasi ini
Idealnya, menurut Jackson dan akan mempengaruhi proses identifikasi
Smith (1999) semakin positif kelompok identitas sosial anggotanya, seperti struktur
dinilai, maka semakin kuat identitas organisasi, nilai-nilai, ideologi, tokoh, dan
kelompok yang dimiliki dan akan sebagainya. Struktur dari organisasi IPM
memperkuat harga diri individu. Selain itu, terdapat 10 bidang (Khoirudin, 2016) dan
individu yang memiliki identitas sosial yang IPNU serta IPPNU memiliki 3 pengurus
tinggi juga tidak mudah terpengaruh orang inti, 15 departemen, 6 lembaga dan dewan
lain dan memiliki konformitas yang rendah. serta badan (Hasan, Ayyub, & Syamwil,
Sementara itu, individu yang memiliki n.d.). Selain itu, tokoh dari dua organisasi
identitas sosial yang rendah cenderung ini pun berbeda, seperti IPM yaitu KH.
mengalami kegelisahan, kebingungan, Ahmad Dahlan dan IPNU serta IPPNU
mudah terpengaruh. yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Menurut Hogg
Steinberg (dalam Anindyajati, 2013) (dalam Hogg & Terry, 2012), identitas
menjelaskan bahwa krisis identitas dimulai sosial adalah individu menerapkan nilai-
dari masa remaja yang merupakan masa nilai organisasi, berpartisipasi aktif dan
pencarian identitas, terutama mengembangkan rasa peduli serta menjadi
perkembangan jati diri. Menurut tahap bangga akan eksistensi kelompoknya.
perkembangan Erikson ke lima, masa Salah satu alumni SMP
remaja yang berlangsung di antara rentang Muhammadiyah di Yogyakarta
usia 10 sampai dengan 20 tahun disebut menjelaskan bahwa terdapat
dengan tahap identity versus identity confusion ketidakselarasan aktivitas yang dilakukan
Pada tahap ini terjadi krisis psikososial dengan identitasnya. Padahal seluruh
antara identitas diri dengan kebingungan pelajar baik SD, SMP, SMA/SMK yang
identitas (Anindyajati, 2013). bersekolah di Muhammadiyah otomatis
Pada realitanya, krisis identitas menjadi anggota IPM. Selain itu, ia juga
sosial dialami para pelajar menyebabkan merasa nilai-nilai keMuhammadiyahan
terjadi kenakalan remaja (tawuran, tidak membekas pada dirinya. Pelajar
narkoba), fanatisme remaja K-Pop, Muhammadiyah belum menerapkan nilai-
membolos, merokok, merusak barang nilai organisasi yang mencerminkan
oranglain, dan seterusnya. Selain itu, keMuhammadiyahan.
kebingungan identitas juga terjadi pada Sementara itu, para anggota IPNU
anggota Muhammadiyah dan NU. awalnya banyak yang mendaftar menjadi
Muhammadiyah dan NU anggota, karena terpengaruh dari teman-
merupakan organisasi keagamaan terbesar temannya. Calon anggota tersebut tidak

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 109


tahu atau tidak mengenal mengenai Tabel 1. Identitas Subjek Penelitian
organisasi IPNU terlebih dahulu, namun Subjek Jenis Usia Jabatan Periode
karena teman-teman di sekolahnya Kelamin
mengikuti IPNU akhirnya mereka NR1 P 17 Ketua IPPNU 3 tahun
kebanyakan konformitas untuk mengikuti MM1 L 18 Bendahara
organisasi IPNU tersebut. IPPNU 3 tahun
Berdasarkan beberapa RS2 L 17 Ketua IPM 6 tahun
permasalahan di atas, peneliti membatasi SF2 P 16 Sekretaris IPM 6 tahun
permasalahan pada anggota IPM dan
IPNU yang memiliki permasalahan dengan Peneliti menggunakan anggota atau
identitas sosial mereka, sehingga peneliti pengurus IPM dan IPNU atau IPPNU
tertarik untuk melakukan penelitian tentang karena keduanya merupakan bagian dari
identitas sosial pelajar Muhammadiyah dan pelajar Muhammadiyah dan Nahdlatul
Nahdlatul Ulama. Ulama. NR dan MM merupakan informan
dari IPNU dan IPPNU, sedangkan RS dan
Metode Penelitian SF merupakan informan dari IPM.
Teknik pengumpulan data pada
Penelitian ini menggunakan penelitian ini menggunakan data primer
pendekatan kualitatif dengan jenis yaitu peneliti yang melakukan wawancara
eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan terhadap anggota kedua ORMAS
melalui daring dan luring. Pengambilan data keagamaan. Pada penelitian ini akan
luring dilakukan di IPM Cabang Wirobrajan melibatkan anggota ORMAS dari pelajar
dan IPNU Cabang Pleret serta IPPNU Muhammadiyah dan pelajar Nahdlatul
Cabang Banguntapan di Daerah Istimewa Ulama. Peneliti menggunakan wawancara
Yogyakarta. Pengambilan data daring terstruktur dan mendalam dengan
dilakukan dengan menggunakan menggunakan aspek – aspek dari identitas
WhatsApp. Waktu penelitian dilakukan sosial.
pada bulan Maret hingga Mei 2020. Subjek Pada penelitian ini, instrumen
pada penelitian ini adalah pelajar organisasi penelitiannya adalah peneliti sendiri (human
keagamaan yaitu dari Muhammadiyah ada instrument). Menurut Denzin dan Licoln
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan (2009). menjelaskan bahwa dalam penelitian
Nadlatul Ulama adalah IPNU (Ikatan kualitatif, peneliti bertindak sebagai
Pelajar Nahdlatul Ulama) dan IPPNU instrumen utama, yaitu sebagai pelaksana,
(Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul
cabang di Daerah Istimewa Yogyakarta. data. Peneliti sebagai instrumen utama
Identitas subjek dapat dilihat dalam tabel 1. menggunakan pedoman wawancara
Cara pengambilan subjek pada identitas sosial untuk pengambilan data
penelitian ini menggunakan purposive penelitian. Pedoman wawancara tersebut
sampling dengan syarat sebagai berikut : 1) berisi aspek-aspek dari identitas sosial.
berusia 12-24 tahun. 2) seorang pelajar, 3) Teknik analisis data pada penelitian
anggota atau pengurus IPM dan IPNU atau ini menggunakan Miles dan Huberman
IPPNU. (1992), dimana terdapat tiga langkah
Peneliti menggunakan rentang usia pengolahan data kualitatif, yakni reduksi
12 hingga 24 tahun, karena mengacu pada data (data reduction), penyajian data (data
batasan usia remaja menurut WHO. Lalu, display), dan penarikan kesimpulan
peneliti menggunakan seorang pelajar, (conclusion drawing and verification).
karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu Data yang diperoleh dari wawancara
untuk mengetahui identitas sosial antara dilakukan penyederhanaan, kemudian
pelajar pada ORMAS. disajikan dalam bentuk teks naratif. Peneliti

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 110


akan membentuk tabel hasil wawancara, menyampaikan kita yang berbeda, berbeda tempat
sehingga akan mudah dibaca. Hasil berjuangnya saja. Kalau mereka di daerah kota,
wawancara, dilakukan pembahasan dengan kalau NU masih di daerah tradisional. Jadi, cara
teori dan peraturan mengenai penelitian, penyampaian mereka juga Muhammadiyah
sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan mungkin lebih modern, karena mereka berangkat
dalam penelitian yang menggambarkan dari kota tidak seperti didesa.”
secara detail satu persoalan yang diteliti
yaitu identitas sosial pada ORMAS. NR merasa organisasi lain yang
berawal dari daerah kota menjadi lebih
Hasil Penelitian dan Pembahasan banyak memiliki keuntungan dan lebih
mudah diterima daripada di pedesaan,
Masa remaja identik dengan masa sehingga organisasi lain lebih mudah
pencarian atau pembentukan identitas. berdakwahnya. Hal ini terjadi kesenjangan
Pembentukan identitas ini bersifat sosial, antar pengurus organisasi, di mana ia
karena dipengaruhi oleh interaksi dengan merasa organisasinya tidak memiliki
lingkungan sekitar. Proses pencarian atau peluang yang sama dengan organisasi lain.
pembentukan identitas sosial pada remaja Namun, hal tersebut menunjukkan bahwa
diwadahi lingkungan dengan adanya suatu semakin besar perbedaan yang dirasakan,
kelompok atau komunitas. Pada remaja semakin besar kemungkinan seseorang
pelajar, mereka terfasilitasi dengan untuk mengategorikan diri pada dimensi
organisasi yang ada di sekolahnya atau di yang membedakan dan mengambil identitas
luar sekolahnya. sosial yang terkait dengan dimensi itu (Kite
Pada sebuah organisasi terdapat & Whitley, Jr, 2016).
hubungan antara anggota kelompok dengan NR menilai IPNU memiliki ciri
kelompok perbandingan lainnya (Baron & khas yang membedakan dengan organisasi
Byrne, 2004). Hal ini berguna untuk lain. Ciri khas menurut NR adalah
mengategorikan diri sebagai anggota organisasinya sering melakukan ziarah
kelompok yang dirasakan ketika berada di kubur, organisasinya membedakan antara
lingkungan sosial (Kite & Whitley, Jr, 2016). putra dan putri menjadi organisasi otonom
Hasil penelitian yang didapatkan sendiri-sendiri, organisasinya tidak ada
peneliti adalah keempat subjek memiliki perbedaan gender untuk menjadi
kesamaan terkait persepsi terhadap pemimpin. Selanjutnya, persepsi orang lain
organisasi lain. Persepsi tersebut adalah terhadap organisasi NR dan MM terbagi
mereka menilai bahwa organisasinya menjadi dua, dari pandangan positif dan
dengan organisasi lain sama saja karena pandangan negatif.
gurunya sama dan ajarannya bersumber dari Pendapat positif dari orang lain
agama Islam. Selain itu, mereka menilai terhadap Nahdlatul Ulama adalah bahwa
organisasi lain masing-masing juga memiliki sumber keilmuan sesuai ajaran Rasulullah.
ciri khas. Akan tetapi, tempat Masyarakat luas pun juga menilai positif
berdakwahnya saja yang berbeda. terhadap organisasi MM. Masyarakat
Organisasi Muhammadiyah berdakwah dari menilai positif, karena kegiatan yang
kota, sehingga lebih modern. Sebaliknya, diadakan oleh organisasi MM selalu
organisasi Nahdlatul Ulama dari desa, menarik. Hal tersebut memperkuat identitas
sehingga lebih tradisional. Hal tersebut sosial pada NR dan MM, karena semakin
dipaparkan NR dalam kutipan wawancara positif kelompok dinilai, maka semakin kuat
sebagai berikut, identitas kelompok yang dimiliki dan akan
memperkuat harga diri individu tersebut
“Iya sebenernya sama Mbak. Sebenernya (Jackson & Smith 1999, dalam Absari,
gurunya guru kita tu sama. Cuman cara 2013).

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 111


Pendapat negatif dari orang lain untuk saling mengevaluasi, sehingga para
terhadap Nahdlatul Ulama adalah NU anggota dapat lebih termotivasi lagi dalam
jaman sekarang berbeda dengan jaman mengerjakan tugas kelompok dan
dahulu. Menurut NR dari segi amalan dan meningkatkan komitmen mereka terhadap
ketidaksukaan orang lain terhadap organisasi (Forsyth, 2006).
pemimpin organisasi, seperti tahlilan yang Menurut Jackson & Smith, pada sebuah
menjadi amalan bid’ah. Selain itu kelompok membutuhkan rasa keberhargaan
pandangan tokoh senior NU terhadap menjadi bagian dari suatu kelompok
IPNU sekarang liberal dan berjalan tersebut, individu akan mengidentifikasi
mengikuti jaman. Hal tersebut dirinya berdasarkan perasaan yang
menyebabkan identitas sosial yang rendah ditimbulkan dengan anggota lain (Baron &
dan NR serta MM menjadi sempat Byrne, 2004).
mengalami kebingungan identitas sosial. MM sudah mengetahui
Menurut Pemimpin Nahdlatul organisasinya sejak usia SD. Ia tertarik
Ulama memandang pengurus IPPNU dan dengan kegiatan di organisasinya. Kegiatan
IPNU sudah tidak sesuai dengan ajaran NU organisasi yang menarik menurut subjek
pada jaman dahulu. Bagi para pemimpin, seperti Majelis bergilir, kegiatan harian dan
cara berdakwah pada jaman dahulu juga program kerja. Selain itu, organisasinya
lebih baik diterapkan pada jaman sekarang, memiliki event tahunan. MM Sejak SMP,
sehingga terhindar dari fitnah organisasi sudah mengikuti event organisasinya,
lain. Padahal, NR dan pengurus lainnya sehingga identitas sosial mendorong
mengikuti jaman modern agar mudah seseorang melakukan aktivitas yang sesuai
diterima dengan mudah pada masyarakat dengan identitasnya (Haslam, 2004). Ia
luas. Pandangan-pandangan tersebut sesuai merasa senang dan bangga menjadi bagian
dengan Kurt Lewin (1951), di mana terjadi dari organisasinya. Apalagi melihat cara
dinamika kelompok digambarkan sebagai berbicara anggota di organisasinya
cara kelompok dan individu bertindak dan membuat MM semakin tertarik dengan
bereaksi terhadap perubahan keadaan organisasinya.
(Baron & Byrne, 2012). NR tertarik bergabung menjadi
Kelompok yang baik dicirikan bagian dari IPPNU karena saudara
dengan tingginya kuantitas dan kualitas kandungnya yang sebelumnya sudah
interaksi antar anggota kelompok, sehingga menjabat menjadi pengurus IPPNU
penting bagi kelompok untuk membangun Cabang Pleret. Saudara kandung NR
dan menjaga hubungan antar anggota tersebut merupakan pendiri dari IPPNU
kelompok (Forsyth, 2006). Dalam hal ini, Cabang Banguntapan. Saudara kandungnya
MM berbagi ilmu dengan anggota mengajak adik-adiknya untuk turut serta
organisasi lain. Ia menerapkan hal baik yang dalam membantu pendirian organisasi
ada di organisasinya ke organisasi lain, Cabang Banguntapan.
seperti sharing manajemen keuangan Hal tersebut dipaparkan NR dalam
organisasinya kepada organisasi lain. kutipan wawancara sebagai berikut:
Banyak kegiatan dari organisasi MM
yang melibatkan anggota di luar organisasi, “Jujur tu, dulu kan kakak saya pengurus
seperti lomba-lomba di Hari Santri yang IPPNU tapi nggak di Banguntapan tapi di Pleret.
menjadi ciri khas organisasi IPNU. Hari Habis itu beliau setelah jadi ketua, selesai jadi
santri memiliki kegiatan yang berbeda ketua di sana dapet amanat dari yang atas itu buat
tergantung tingkatan organisasinya. Hari diriin di kecamatan Banguntapan. Habis itu kan
santri sudah menjadi ciri khas ORMAS NU kaka saya yang bantu buat bikin itu terus ya adik-
dan Muhammadiyah. Kegiatan tersebut adiknya juga disuruh ikut.”
menjadi cara dari masing-masing ORMAS

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 112


NR cenderung menurut Teori identititas sosial menjelaskan
dengan saudara kandungnya sehingga bahwa karyawan memaknai identitas dirinya
ajakan dari saudara kandungnya untuk ke dalam berbagai kategori sosial seperti
turut berpartisipasi tersebut menjadi salah keanggotaan dalam suatu kelompok atau
satu daya tarik NR terhadap organisasi organisasi berdasarkan peran sosial dan
IPPNU. Dalam kesehariannya, NR sering hubungan peran (Hogg & Terry, 2012).
melihat saudara kandungnya berorganisasi. NR setelah terjun di organisasi dan
Saudara kandungnya yang sering melakukan turut berjuang dalam mendirikan IPPNU
banyak kegiatan membuat NR merasa ingin Cabang Banguntapan, kata-kata mutiara
seperti dirinya. dari tokoh Nahdlatul Ulama menjadi
Pada hal ini NR melakukan teori motivasi NR dalam berorganisasi. Sejarah
belajar sosial (Santrock J. W., 2004), di mana berdirinya Nahdlatul Ulama menjadi
ia memberikan perhatian pada setiap penyemangat NR dalam berorganisasi,
aktivitas saudara kandungnya, lalu terjadi sehingga ia merasa bangga menjadi bagian
secara berulang hingga tersimpan di dari IPPNU Banguntapan. Jika individu
memori dan mereproduksi perilaki yang merasa bangga terhadap organisasinya,
sama di organisasi NR sendiri. NR diberi maka fungsi identitas sosial baginya
penguat atau motivasi berupa dorongan dari terpenuhi. Sebab, individu memakai
keluarga dan adanya pengaruh dari teman- identitas sosialnya sebagai sumber
temannya yang mengajaknya pula untuk kebanggaan diri dan harga diri (Jackson &
bergabung ke dalam organisasi IPPNU. Smith 1999, dalam Absari, 2013).
Selain saudara kandungnya, orangtua NR NR merasa berat berjuang di
pun juga menjadi bagian dari organisasi organisasinya selama proses awal di
ranting Nahdlatul Ulama. Namun, hanya organisasi. Realita NR di organisasi yang
saja ibunya yang tidak terlalu aktif di sistem tidak seperti ekspetasinya. Menurut NR,
organisasinya. organisasi membutuhkan sesuatu yang
Menurut NR kegiatan-kegiatan di menarik untuk mengajak orang lain gabung
Nahdlatul Ulama itu juga menjadi daya tarik di organisasinya. Sempat NR merasa malu
sendiri. Sejak kecil ia pun sudah mengikuti di awal keanggotaannya, sebab mayoritas
kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan- teman sekolah NR ada orang
kegiatan tersebut merepresentasikan dari Muhammadiyah. NR mengalami identitas
identitas sosial kelompok (Nahdlatul sosial kronis. Identitas sosial kronis ini
Ulama) (Baron & Byrne, 2004), sehingga terjadi ketika individu sebagai anggota
NR merasa bahwa organisasinya juga kelompok minoritas merasa berbeda di
memberikan wadah bagi pelajar untuk lingkungan yang sebagian besar situasi antar
mengembangkan dirinya. kelompok sama (Kite & Whitley, Jr, 2016).
Hal ini dipaparkan NR dalam kutipan Status kelompoknya yang minoritas ini
wawancara sebagai berikut, membuat NR merasa cemas terlepas dari
identitas lain.
“Hmm kalau menurutku, iya dari Kepribadian dan nilai-nilai yang
kegiatannya misalnya kayak hadrohan, berbeda-beda pada setiap orang dapat
sholawatan kemarin itu kayak udah kan dulunya mempengaruhi identitas sosialnya.
aku pas waktu kecil sering ikut pengajian Beberapa orang mungkin memiliki
yahusyan atau apa yang sholawat-sholawat kayak kecenderungan untuk mengidentifikasi
gitu.. habis itu juga ada wadah. Ibaratnya ada lebih kuat dengan kelompok-kelompok
wadah dikalangan pelajar jadinya juga bisa ikut yang mereka miliki terlepas dari faktor
dan dengerin jadi ya kayak tertarik dan gitu sama situasional apa pun yang mungkin
dilihat dari kegiatan ekstranya gitu kayak outbond beroperasi (Kite & Whitley, Jr, 2016).
gitu kan jadi kayak seru ya jadi tertarik buat ikut
nih ya udah jadi daftar aku mbak.”

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 113


NR mengakui ajaran Nahdlatul NR dan MM bersama pengurus lain
Ulama adalah ajaran yang benar. Pengakuan memiliki keyakinan yang saling terkait di
tersebut ia dapatkan melalui kegiatan dalam organisasi. Ia meyakini bahwa
kaderisasi yang berisi penyampaian materi- organisasinya sebagai sumber berpikir dan
materi mengenai ber-Nahdlatul Ulama. bertindak terhadap Tuhan. Hal tersebut
Materi tersebut menjadi dasar utama NR dipaparkan MM dalam kutipan wawancara
untuk tetap bertahan di organisasi apapun sebagai berikut,
masalahnya. Seperti daya tarik MM yang
berawal dari dirinya menyukai hal baru baik “Diniyyah/Keagamaan: Tauhid (al-tauhid)
pengalaman dan teman. MM merasa setiap merupakan keyakinan yang kokoh terhadap
muslim wajib memiliki ilmu. Ia tertarik Allah SWT sebagai sumber inspirasi berpikir dan
belajar ilmu sosial dan agama di organisasi. bertindak.”
Hal tersebut membuat NR dan MM merasa
NR memiliki keyakinan terhadap
yakin dengan identitas sosialnya.
nilai-nilai organisasi, seperti toleransi,
NR merasa antar anggota saling
tabayyun, keadilan, kerjasama,
memiliki ikatan. Ia mendapat sistem
kekompakan, kepedulian. Nilai lain dalam
pendukung di organisasi dan menjadi
organisasi juga terdapat nilai kemanusiaan.
memiliki banyak relasi setelah bergabung di
Walau tidak seiman tetap menjalin
IPPNU. Organisasi IPPNU memberikan
hubungan baik seperti lingkungan sekolah
wawasan dan pemahaman terkait perbedaan
NR1 yang lebih banyak orang-orang non
individu kepada NR, sedangkan MM
Muslim. Akan tetapi, NR1 merasa belum
mendapat banyak manfaat dari
bisa maksimal menerapkan nilai
keikutsertaan organisasi daripada tidak ikut.
kemanusiaan.
Salah satu manfaatnya adalah di organisasi
Salah satu contoh kegiatan dari nilai
MM dapat turun langsung ke masyarakat
kemanusiaan yaitu kegiatan bantu donasi, ia
setiap bulan Ramadhan. Dengan demikian,
merasa belum bisa membantu orang lain
kohesi kelompok meningkat sebab terjadi
secara finansial. Selain nilai kemanusiaan,
ikatan interpersonal anggota yang mengikat
NR1 kurang bisa menerapkan nilai keadilan
suatu kelompok untuk bersama-sama
pada dirinya dan orang lain. Berbeda
(Forsyth, 2006).
dengan MM yang meyakini nilai-nilai
Norma dan nilai-nilai organisasi
organisasi yang menurutnya merupakan
akan menghasilkan perilaku anggota
penjabaran dari prinsip organisasi.
kelompok ketika mereka berusaha
Kejujuran, beriman, menjadi
mencapai tujuan dan berbagi keyakinan
makhluk sosial, dan berbuat baik adalah
yang sama (Baron & Byrne, 2004). Para
penjabaran dari nilai tauhid. Selain itu, MM
anggota dan pengurus yang tentunya perlu
merasa setiap muslim wajib memiliki ilmu,
menerapkan nilai-nilai organisasi dan
sehingga keilmuan mendorongnya untuk
mematuhi norma yang berlaku di organisasi,
berprestasi dan menjadi pelopor.
sehingga mereka akan memiliki keyakinan
Keikutsertaan MM dalam turun
terhadap organisasinya. Bentuk keyakinan
langsung ke masyarakat merupakan
tersebut dimanifestasikan ke dalam sebuah
keyakinannya pada nilai organisasi. Nilai
tindakan.
organisasi tersebut adalah nilai sosial
Pada penelitian ini ditemukan
kemasyarakatan yang mendorong MM
keyakinan yang saling terkait baik terhadap
untuk bertoleransi dan bermanfaat untuk
organisasi maupun antar pengurus. Pertama
masyarakat.
yang akan dibahas adalah keyakinan
Keyakinan NR dan MM tersebut
terhadap organisasi melalui representasi
sesuai dengan teori Baron yang
keyakinan NR1, MM1 terhadap nilai-nilai
menunjukkan bahwa identitas sosial
organisasi.
mendukung organisasi yang

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 114


merepresentasikan identitasnya (Baron & terjadi. Hal tersebut membuat resah NR,
Byrne, 2004). karena anggota yang tidak tahu apa-apa
Kedua, NR dan MM berusaha menjadi turut ikut tidak menyukai kebijakan
mematuhi peraturan organisasi. Salah satu organisasi.
cara NR mematuhi peraturan organisasi Pengaruh masalah pribadi lain yang
adalah berbicara sopan santun dan terjadi adalah jika ada satu anggota (A)
menggunakan seragam batik Nahdlatul sebagai contoh atau panutan di organisasi
Ulama dan PDH yang menjadi identitas dari memiliki masalah dengan satu anggota lain
IPPNU. Menyanyikan lagu mars organisasi (B) di dalam organisasi. Hal tersebut
sebelum dimulai rapat rutin, sedangkan MM mempengaruhi permasalahan di organisasi.
mematuhi peraturan dengan mengusahakan Misalnya, si A mau datang rapat atau
berangkat rapat tepat waktu, jika kegiatan di organisasi jika si B tidak hadir
berhalangan hadir meminta ijin dan rutin dan begitu sebaliknya, sehingga para
membayar iuran kas organisasi. anggota atau pengurus kelompok saling
Menurut Forsyth, para anggota atau memiliki ketergantungan satu sama lain
pengurus kelompok saling memiliki (Forsyth, 2006).
ketergantungan satu sama lain. Setiap Apabila si A pada akhirnya tidak
anggota mempunyai pengaruh kepada datang menyebabkan teman-teman si A
anggota lainnya (Forsyth, 2006). Pada yang juga anggota turut tidak datang juga.
realitanya, waktu pada setiap kegiatan masih Hal ini membuat NR tidak menyukai jika
saja berjalan molor. Saat satu pengurus ada masalah pribadi dibawa ke organisasi.
terlambat datang atau masih sedikit Pengaruh permasalah tersebut juga terjadi
pengurus yang datang rapat maupun pada MM, namun MM lebih memilih untuk
kegiatan, maka akan mempengaruhi bersikap ikhlas, setia, dan memaafkan
jalannya rapat atau kegiatan itu berlangsung. sesama pengurus. Bagi MM, masalah
Pada saat kegiatan rapat rutin, tidak internal sebagian orang harus kembali lagi
ada pembagian tugas sebelum dimulainya ke tujuan awal mereka masuk organisasi.
rapat. Hal ini dapat menyebabkan rapat Apalagi setelah dilantik, mereka harus
berjalan tidak teratur dan tidak efektif. bertanggung jawab dengan masalah
Padahal, suatu kelompok penting dalam pribadinya.
membagi peran kepada tiap pengurusnya. Menurut Haslam (2004), dalam
Peran-peran ini berkaitan dengan tugas dan identitas sosial anggota atau pengurus harus
memungkinkan kelompok untuk bekerja memiliki kesamaan antar anggota dalam
lebih efektif (Forsyth, 2006). suatu kelompoknya. NR memiliki kesamaan
Pengaruh antar anggota yang terjadi dengan pengurus lain dalam hal pola
pada IPNU dan IPPNU juga terjadi pada pemikiran terhadap suatu hal. Salah satu
permasalahan pribadi. Permasalahan contoh dari pemikiran yang sama adalah
pribadi bisa mempengaruhi organisasi, persiapan regenerasi organisasi.
tergantung orang yang memiliki masalah Kesamaan lain antar pengurus
tersebut. Sebagai contoh masalah yang adalah subjek yang suka membicarakan
dialami NR, kalau ada oknum yang orang yang tidak menyukai organisasinya.
bermasalah di organisasi mempengaruhi MM dan pengurus lainnya memiliki
anggota yang lainnya. kesamaan tempat sekolah dan tempat
NR merasa ada satu anggota yang tinggal. Mayoritas pengurus memiliki
tidak menyukai kebijakan organisasi. Satu tempat tinggal di daerah yang sama. Ia
anggota tersebut mempengaruhi anggota- menilai dirinya berperan sekali untuk
anggota lain yang tidak tahu apa-apa. Jadi organisasinya.
anggota yang terpengaruhi tersebut
mempertanyakan kepada NR, mengapa bisa

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 115


NR merasa masih ada perbedaan meningkatkan identifikasi MM terhadap
antara nilai pribadi dengan nilai organisasi. identitas sosialnya.
Perbedaan antara nilai pribadi dengan nilai NR memandang dirinya sebagai
organisasi membuat dirinya merasa tidak bagian dari IPPNU adalah individu yang
nyaman. Ia memandang dirinya masih mudah bergaul, ramah dan tidak membeda-
egois, padahal organisasinya mengutamakan bedakan. Selain itu, NR adalah orang yang
kebersamaan. pemaaf. Namun, ia kurang bisa mengatur
NR masih saja terus memikirkan waktu. Ketika hari esok itu jadwal ujian,
organisasi sendiri. Padahal di organisasinya malamnya NR masih ikut acara organisasi.
apapun pekerjaannya ditanggung bersama. Seharusnya, waktu malam digunakan untuk
NR juga selalu memikirkan dahulu belajar tetapi untuk memikirkan organisasi.
gagasannya sebelum disampaikan ke forum Menurut Turner (1975, dalam
organisasi. Akan tetapi, NR menginginkan Haslam, 2004) identitas sosial mendorong
jika semua keinginan dan permintaannya itu seseorang melakukan aktivitas yang selaras
disetujui oleh semua pengurus. Namun, NR dengan identitasnya. MM memandang
sadar bahwa seharusnya tidak seperti itu. dirinya mengamati kinerja pengurus lain. Ia
Hal tersebut menunjukkan bahwa belajar cara menghadapi masalah di saat
NR telah mengategorisasi dirinya terhadap tidak memiliki banyak waktu dari pengurus
lingkungan sosial. Salah satu hasil lain. MM berusaha untuk meminta bantuan
kategorisasi diri adalah bahwa dengan jika tidak bisa dikerjakan sendiri.
meningkatnya identitas sosial dan Cara MM mengevaluasi dirinya pun
penurunan identitas pribadi, identitas dengan masukan dari pengurus lain. Lalu,
kelompok, tujuan kelompok, dan pengaruh NR mengevaluasi dirinya dengan minta
anggota grup lain menjadi lebih penting pendapat dari pengurus atau anggota lain.
daripada identitas pribadi, tujuan pribadi, NR menyaring masukan dari orang lain dan
dan motif-motif pribadi dalam mencari solusi terbaik untuk dirinya.
membimbing keyakinan dan perilaku (Kite Evaluasi diri tersebut dapat meningkatkan
& Whitley, Jr, 2016). komitmen terhadap kelompok (Forsyth,
MM juga cenderung bersikap 2006).
tidak peduli dengan anggapan Sementara itu pada RS, ia ragu-ragu
keberadaaannya di organisasi dan tidak ketika ditanya memiliki teman di luar
peduli dengan penilaian orang lain di organisasinya. Ia merasa ruang lingkupnya
organisasinya. MM merasa setiap orang hanya di daerah asrama dan sekolah
punya haknya masing-masing. Hal ini Muhammadiyah saja. Namun, ia menilai
dipaparkan MM dalam kutipan wawancara organisasi lain bagus. Baginya, setiap
sebagai berikut, organisasi memiliki ciri khas masing-
masing. Seperti, ciri khas organisasi RS ada
“Kalau aku gak mikir ini sih. Di pada pakaian jasnya dan organisasi RS
organisasi ya ada kumpul ya ikut. Jangan mikirin merupakan satu satunya organisasi pelajar di
itu nek aku soalnya hal kek gitu kembali ke setiap ORMAS Muhammadiyah. Hal ini berguna
orang masing masing.” untuk mengategorikan diri sebagai anggota
kelompok yang dirasakan ketika berada di
MM merasa kesal terhadap lingkungan sosial (Kite & Whitley, Jr, 2016).
keberadaannya di organisasi. Ia merasa ada RS menilai setiap organisasi lain
saja pengurus yang tidak menganggap juga memiliki hak untuk berdakwah. Tiap
keberadaannya di organisasi. Kadang MM organisasi sudah punya tempatnya sendiri
juga kesal terhadap pengurus yang jarang untuk berdakwah, sehingga sangat
terlihat di rapat rutin, namun terlihat saat diperlukan untuk menjaga toleransi
pelaksanaan kegiatan. Perasaan tersebut antar umat beragama.

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 116


Hal ini dipaparkan SF dalam berpengaruh penting terhadap
kutipan wawancara sebagai berikut, perkembangan psikososial anak.

“Biasa aja sih. Yaa sama organisasi tadi, RS merasa kecewa yang ditolak di
kalau aku sih paham aku punya meja sendiri, aku organisasi kedua Kakaknya, padahal
juga paham mereka punya meja sendiri. Boleh kakaknya menjabat sebagai ketua dan
berdakwah, boleh saling mempengaruhi tapi jangan sekretaris organisasi. Perasaan kecewa
sampe rebut sendiri gitu. Jadi kalau mau tersebut membuat RS tidak menyerah
berdakwah gitu mau mempengaruhi gitu yaudah, dengan keadaan, namun menjadi gigih
cuman kalau sampe akhirnya bikin konflik, bikin dalam menggapai keinginannya untuk
rebut ya jangan sampe gitu lah. Maksudnya kita menjadi bagian dari IPM. Ia ingin
tau punya batasan, punya ruang lingkup sendiri- menunjukkan kepada kedua kakaknya
sendiri gitu.” bahwa dirinya tetap bisa berperan penting di
organisasi, sehingga ia menerima tawaran
Berbeda dengan SF yang memiliki menjadi Kepala Departemen dan sekarang
pandangan terhadap organisasi lain bahwa menjadi Ketua Umum IPM Wirobrajan.
mereka lebih fokus pada kegiatannya RS yang menjadi anak ketiga dari
saja, sehingga cakupan tiga bersaudara tentunya merasa harus
kebermanfaatannya kurang luas. Akan menjadi lebih baik daripada kedua saudara
tetapi SF menilai antar organisasi saling kandungnya. Hal ini terjadi sibling rivalry
membantu dan saling menolong. antara RS dan kedua saudaranya. Mereka
Banyak teman SF yang menjadi berlomba-lomba untuk menjadi yang
aktivis di organisasi lain, sehingga SF terbaik. Namun, RS merasa IPM berperan
juga terpengaruh dengan lingkungan banyak kepada pondoknya, sehingga
teman sebayanya. SF bersama teman- kontribusi dan tanggung jawab MM
temannya saling bertukar cerita antar membuat dirinya bangga atas
organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaiannya. Ia berusaha melampaui
organisasi SF baik, karena membangun batas kemampuan dirinya. Hal tersebut
dan menjaga hubungan antar angota menunjukkan bahwa kemampuan efikasi
kelompok (Forsyth, 2006). RS baik. Jika suatu kelompok memiliki
Pada aspek ini ditemukan efikasi kelompok yang tinggi, maka tingkat
mengenai rasa keberhargaan individu motivasi untuk bekerja juga meningkat
ketika individu tersebut menjadi bagian (Forsyth, 2006).
dari suatu kelompok (Baron & Byrne, SF mengalami masa kecil yang
2004). Pada aspek akan dijelaskan latar buruk di saat duduk di bangku Sekolah
belakang SF dan RS yang menjadi landasan Dasar (SD) sempat menjadi korban
mereka tertarik dengan organisasi IPM. bullying. Hal tersebut membuat dirinya
RS dan SF memiliki daya tarik yang menjadi individu yang pendiam dan
sama dengan organisasi mereka. Kesamaan menarik diri dari lingkungan. Padahal, SF
daya tarik tersebut adalah adanya pengaruh sangat ingin menjadi seperti ayahnya.
dari kerabat keluarga mereka masing- Impian SF bisa bergabung menjadi
masing. RS ingin menjadi seperti kedua bagian dari IPM menjadi motivasi
Kakaknya yang memiliki jabatan tinggi di tersebar untuk menunjukkan kepada
organisasi IPM namun beda tingkatan, teman-temannya bahwa dirinya juga bisa
sedangkan SF juga ingin menjadi seperti seperti mereka yang memiliki banyak
Ayah dan Omnya yang menjadi pengurus di teman.
organisasi Muhammadiyah yang sama Pengalaman-pengalaman masa kecil
namun beda tingkatan. Hal tersebut ini tersimpan di dalam long term memory
menunjukkan bahwa peran keluarga SF, sehingga terbawa hingga usia remaja.

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 117


Hal tersebut dipaparkan SF dalam kutipan mencapai tujuan dan berbagi keyakinan
wawancara sebagai berikut, yang sama (Baron & Byrne, 2004). RS
menyebutkan nilai organisasi yang ia yakini
“Nah dari TK sampe SD tu aku korban ada 3 hal. Tiga hal tersebut adalah berakhlak
bully mbak, rata-rata mandang aku terlalu mulia, berilmu, terampil. Tiga hal nilai
pendiem dan alim jadi kek susah bergaul, padahal organisasi ini dimanifestasikan menjadi
ya enggak. Ya pas SD aku punya impian harus bidang PIP (Pengkajian Ilmu Pengetahuan),
bisa di IPM karna aku pikir dengan aku di KDI (Kajian dan Dakwah Islam) dan
organisasi aku bisa buktiin kalo aku ni juga bisa Pengkaderan. Lalu, RS menyebutkan tujuan
kok bergaul dengan siapapun, bukan untuk pamer IPM tidak jauh beda dari Muhammadiyah
atau cari muka, tapi dengan IPM aku bisa yaitu lebih ke kembali ke masyarakat dan SF
ngerasain bener-bener lika likunya, apalagi di meyakini bahwa nilai-nilai organisasinya ada
ranting kan di sekolah ada nakal ada yang anteng, lima.
ya aku berusaha bisa memposisikan diriku di Lima nilai yang diyakini SF adalah
lingkungan mana pun.” keislaman, kekeluargaan, kepedulian sosial,
pendidikan dan kebudayaan. RS berpikir
SF saat bergabung di organisasi, ia bahwa nilai-nilai organisasi perlu diperbaiki.
merasa hidupnya menjadi lebih bermakna. Setiap organisasi otonom Muhammadiyah
SF merasa masyarakat memandang tidak bisa disamakan karena kondisi
buruk pada pelajar, sehingga melalui organisasi yang berbeda dan fleksibel. Pada
organisasi bisa menjadi generasi yang faktanya, di lapangan tidak berjalan sesuai
cerdas. Hal ini sesuai dengan nilai dengan nilai-nilai organisasi.
kemasyarakatan Muhammadiyah, di mana SF memiliki penilaian yang sama
mewujudkan masyarakat Islam terlebih dengan RS, ia merasa ada yang kurang
pelajar yang sebenar-benarnya atau dinilai-nilai organisasinya. SF mengatakan
the real Islamic society (Anonim, bahwa tidak semua kegiatan atau program
1997). kerja mencerminkan nilai- nilai organisasi.
RS berterimakasih kepada Padahal, di dalam dinamika kelompok
organisasinya sudah menerima dirinya dan membutuhkan pekerjaan yang memuaskan.
bersyukur berada di IPM. Selanjutnya, SF Pekerjaan yang memuaskan ini akan
merasa organisasinya memberikan warna menimbulkan rasa kebermaknaan dan
baru bagi kehidupannya, sehingga ia tanggung jawab terhadap capaian serta
bisa berubah menjadi dirinya sendiri dan pengetahuan terhadap hasil pada masing-
bahagia serta bangga berada di masing pengurus (Forsyth, 2006). Jika RS
organisasinya. Hal tersebut membuktikan dan SF merasa kurang bermakna kegiatan
bahwa individu tidak mudah terpengaruh atau program kerja dari organisasi sendiri,
dari orang lain dan memiliki konformitas maka hal tersebut tidak akan sampai pada
yang rendah, sehingga menunjukkan tujuan organisasi.
identitas sosial yang tinggi (Utami & Kelompok yang baik dicirikan
Silalahi, 2013). dengan tingginya kuantitas dan kualitas
RS meyakini bahwa organisasinya interaksi antar anggota kelompok, sehingga
mencerminkan keislaman pada umumnya. penting bagi kelompok untuk membangun
Ajaran Islam berarti juga menerapkan nilai- dan menjaga hubungan antar anggota
nilai organisasi. RS pun juga mengajak kelompok (Forsyth, 2006). RS bersama
pengurus lain untuk menegakkan pengurus lainnya dalam bekerja di
kebenaran. organisasi saling membantu dan saling
Menurut Baron, norma dan nilai- melengkapi. Begitu pun juga antar bidang di
nilai organisasi akan menghasilkan perilaku organisasi. Sementara itu, SF juga menjadi
anggota kelompok ketika mereka berusaha lebih peduli pada orang lain, menjadi lebih

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 118


tepat waktu dalam beribadah, berhati-hati diterima di lingkungan sekitarnya. Bahkan,
dalam berbicara, bersikap sopan terhadap ia juga takut pengurus atau anggota lain
pengurus lain dan saling mengingatkan tidak menyukainya. Sama halnya dengan SF,
sesama pengurus. ia peka terhadap perubahan sikap di sekitar
RS meyakini bahwa hubungan antar lingkungan organisasinya. Ia selalu menjaga
senior dan junior di organisasi sikap untuk dapat diterima di lingkungan
mempengaruhi perilaku RS. Baginya, organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa RS
hubungan interpersonal non formal di dan SF mengategorikan diri mereka dengan
organisasi itu penting. Hubungan mengurangi nilai pribadi dalam
interpersonal itu yang membuat dirinya meningkatkan identitas sosial mereka (Kite
tahu keadaan sebenarnya teman-teman & Whitley, Jr, 2016).
pengurus organisasi. Setiap anggota SF merasa menjadi bagian dari
mempunyai pengaruh kepada anggota organisasi ketika melihat pengurus lain ada
lainnya (Forsyth, 2006). Akan tetapi, RS yang berprestasi. Ketika ada pengurus lain
merasa seorang pimpinan pun masih ada yang berprestasi baik nasional maupun
yang tidak menjalankan nilai-nilai internasional, SF menjadi sangat bangga
organisasi, sehingga ia merasa kurang sesuai menjadi bagian dari organisasi.
dengan nilai-nilai organisasi. Hingga saat ini, RS merasa biasa saja jika ada
RS belum berperilaku sesuai nilai-nilai perbedaan antara nilai pribadi dengan nilai-
organisasi. Padahal Identitas sosial adalah nilai organisasi. Namun, ia memiliki nilai
individu menginternalisasikan atau pribadi yang tidak ada di organisasinya
menerapkan nilai-nilai organisasi (Hogg & seperti pendekatan interpersonal dan
Terry, 2012). pemikiran untuk organisasi ke depannya.
Menurut Jackson & Smith, individu Hal ini menunjukkan pengoptimalisasi ciri
perlu memandang dirinya sendiri sebagai khas, di mana RS mengidentifikasi dengan
bagian dari organisasi dan mengevaluasi kelompok yang memberikan keseimbangan
untuk meningkatkan komitmen terhadap paling memuaskan antara identitas pribadi
kelompok (Baron & Byrne, 2004). RS dan identitas kelompok (Kite & Whitley, Jr,
memandang dirinya memang memiliki 2016).
keinginan untuk masuk di organisasinya. Menurut Haslam (2004), dalam
Namun, ia hanya bisa pasrah dengan identitas sosial anggota harus memiliki
lingkungannya. Sementara itu, SF merasa kesamaan antar anggota dalam suatu
mendapat keluarga kedua di organisasinya. kelompoknya. RS merasa memiliki
SF merasa antara pengurus junior kesamaan dengan pengurus lain terlebih
dan senior pun juga saling mengayomi dan faktor lingkungan sekitarnya. RS menjadi
membimbing. Tidak hanya itu, kenyamanan bagian dari organisasinya, karena berada di
yang dirasakan SF juga dari kesamaan mayoritas lingkungannya pelajar
tujuan berorganisasi dengan pengurus lain. Muhammadiyah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin RS dan SF sering intropeksi diri.
individu menilai tinggi keanggotaan mereka Saat evaluasi perjalanannya di organisasi
dalam kelompok, semakin termotivasi IPM, ia juga membutuhkan pengurus atau
mereka untuk bekerja dalam kelompok, anggota lain untuk menilai dirinya. Selain
sehingga kohesi kelompok menunjuk pada itu, meminta senior memberikan masukan.
ikatan interpersonal anggota yang mengikat Evaluasi diri tersebut dapat meningkatkan
suatu kelompok untuk bersama-sama komitmen terhadap kelompok (Forsyth,
(Forsyth, 2006). 2006).
RS merasa takut tidak dianggap
lingkungan sekitarnya, sehingga ia
mengurangi nilai-nilai pribadinya agar

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 119


Simpulan dan Saran masing. Mereka sempat mengurangi
nilai-nilai pribadi untuk dapat diterima di
Berdasarkan penelitian yang sudah lingkungan organisasinya, namun
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: mereka juga menambahkan nilai-nilai
pribadi mereka yang belum ada di
1. Hasil penelitian yang didapatkan peneliti organisasi. Selain itu, walau mereka
adalah keempat subjek memiliki belum maksimal, mereka tetap berusaha
kesamaan terkait persepsi terhadap untuk mematuhi dan mengamalkan nilai-
organisasi lain. Persepsi tersebut adalah nilai organisasi.
organisasinya dengan organisasi lain 6. Kesamaan tersebut adalah tempat
sama saja memiliki ajaran yang sekolah, tempat tinggal, pola pemikiran
bersumber dari agama Islam. Akan dan kesamaan tujuan berorganisasi
tetapi, mereka menilai setiap organisasi dengan pengurus lain.
masing- masing memiliki ciri khas, 7. Keempat subjek mengidentifikasi dan
seperti tempat berdakwahnya yang mengategorikan diri mereka ke dalam
berbeda. Organisasi Muhammadiyah lingkungan sosial yang memberikan hasil
berdakwah dari kota, sehingga lebih bahwa mereka bangga terhadap
modern. Sebaliknya, organisasi organisasi mereka.
Nahdlatul Ulama dari desa, sehingga
lebih tradisional. Berdasarkan kesimpulan dari
2. Persepsi orang lain terhadap organisasi penelitian yang sudah dilakukan, maka saran
keempat subjek terbagi menjadi dua, dari yang dapat diberikan sebagai berikut:
pandangan positif dan pandangan
negatif. Pandangan positifnya adalah 1. Bagi informan dapat mematuhi
kegiatan yang diadakan oleh organisasi peraturan organisasi, memaksimalkan
selalu menarik. Sementara itu, nilai-nilai organisasi untuk diterapkan
pandangan negatifnya adalah dalam kehidupan sehari-hari, dan tetap
ketidaksukaan orang lain dari segi mempertahankan hubungan yang baik
amalan dan pimpinan organisasi. dalam in-group maupun out-group.
3. Keempat subjek memiliki latar belakang 2. Bagi organisasi dapat menjadi acuan
yang sama terkait daya tarik terhadap literatur dalam mengembangkan
organisasi. Daya tarik terbesar terdapat organisasi mereka. Selain itu, penelitian
pada pengaruh dari kerabat keluarga dan ini dapat digunakan untuk menyesuaikan
juga ketertarikan terhadapkegiatan- kembali kegiatan-kegiatan atau program
kegiatan yang diselenggarakan dari kerja di organisasi dengan nilai-nilai
masing-masing organisasi mereka. Selain organisasi yang berlaku.
itu, kedua subjek dari IPNU dan IPM 3. Bagi peneliti yang akan melakukan
menyukai cara berbicara pengurus di penelitian serupa, peneliti selanjutnya
organisasi yang tegas, sopan dan santun. dapat melakukan pengambilan semua
4. Keempat subjek bersama pengurus data secara luring, sehingga peneliti juga
lainnya dalam bekerja di organisasi saling dapat melakukan observasi.
membantu dan saling melengkapi, lebih
peduli pada orang lain, saling Daftar Pustaka
mengingatkan sesama pengurus, dan
berbagi ilmu dengan anggota organisasi Absari, A. (2013). Identitas Sosial
lain. Penggemar K-Pop: Perbandingan
5. Keempat subjek menyadari bahwa antara Penggemar K-Pop yang
mereka belum sepenuhnya menerapkan Tergabung dalam Komunitas KFM
nilai-nilai organisasi mereka masing- dan Penggemar K-Pop yang tidak

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 120


Tergabung dalam Komunitas Hogg, M., & Terry, D. (2012). Social
KFM. Malang: Etheses UIN Malang. Identity Processes in Organizational
Contexts. New York: Psychology
Aisyah, B. (2018). Pengaruh Agama
Press, Taylor & Francis Group.
sebagai Identitas Sosial terhadap
Rejection Sensitivity pada Khoirudin, A. (15 Mei 2016). IPM. Retrieved
Mahasiswa Beragama Minoritas. from ipm.or.id: ipm.or.id
Psychopreneur Journal, 19-29. Ali, H.
(2010). Kite, M. E., & Whitley, Jr, B. (2016).
Jumlah Anggota Muhammadiyah dan Psychology of Prejudice and Discrimination:
Nahdlatul Ulama. Lembaga 3rd Edtion. New York: Routledge,
Survei Nasional. Taylor & Francis Group.

Anindyajati, P. D. (2013). Status Identitas Miles, M., & Huberman, A. (1992). Analisis
Remaja Akhir: Hubungannya Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
dengan Gaya Pengasuhan Orangtua
dan Tingkat Kenakalan Remaja. Muslim, A. (2013). Interaksi Sosial dalam
Character, 1, 1-5. Masyarakat Multietinis. Jurnal
Diskursus Islam, 484-494.
Anonim. (1997). IPM. Diakses pada tanggal
28 Oktober 2019 dari Rudi, A. (2013). Selain Tradisi Kekerasan, Ini
m.muhammadiyah.or.id: Penyebab lain Tawuran Pelajar.
m.muhammadiyah.or.id Retrieved from Kompas.com.
Anonim. (14 Mei 2019). Krisis Identitas pada Santrock, J. W. (2004). Psikologi
Remaja. Diakses pada tanggal 28 Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia
Oktober 2019 dari Kompasiana.com. Group.
Baron, R., & Byrne, D. (2004). Psikologi
Utami, F. N., & Silalahi, B. Y. (2013).
Sosial Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hubungan Antara Identitas Sosial
Creswell, J. (2014). Research Design: dan Konformitas pada Anggota
Qualitative, Quantitative, and Komunitas Virtual Kaskus Regional
Mixed Methods Approaches. London: Depok. Proceeding PESAT, 93-98.
SAGE.
Denzin, N., & Lincoln, Y. (2009). Handbook
of Qualitative Research (terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Erik. H, E. (1974). Identity: Youth and
Crisis. London: Faber & Faber, 3
Queen Square.
Forsyth, D. R. (2006). Group Dynamics.
United State: Wadsworth.
Hasan, Ayyub, & Syamwil. (n.d.). IPNU.
Diakses pada tanggal 17
November 2019 dari IPNU.or.id.
Haslam, S. A. (2004). Psychology in
Organizations, "The Social
Identity Approach". London: SAGE.

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 121

Anda mungkin juga menyukai