Anda di halaman 1dari 13

Konformitas Teman Sebaya Sebagai Pembentuk Perilaku Individu

Safri Mardison
Email: Safrimardison@gmail.com
IAIN Imam Bonjol Padang

Abstrak: Konformitas merupakan perubahan perilaku remaja sebagai usaha untuk


menyesuaikan diri dengan norma kelompok dengan acuan baik ada maupun tidak ada
tekanan secara langsung yang berupa suatu tuntutan tidak tertulis dari kelompok sebaya
terhadap anggotanya namun memiliki pangaruh yang kuat dan dapat menyebabkan
munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja anggota pada kelompok tersebut. Hasil
dar proses konformitas bisa posistif dan bisa juga negatif. Dalam proses
perkembangannya remaja yang melakukan konformitas mempunyai masalah dalam hal
pergaulan dan penyesuaian diri. Dengan adanya kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan bisa membantu pengembangan konformitas positif terutama untuk layanan
bimbingan dan konseling kelompok.

Kata kunci: Konformitas, Teman Sebaya, Perilaku.

A. Pendahuluan. Aspek-aspek perkembangan pada masa


Salah satu fase yang dilalui oleh remaja berdasarkan standar kompetensi
seseorang dalam rentang kehidupannya kemandirian peserta didik, antara lain:
adalah masa remaja. Masa remaja landasan hidup religius, landasan perilaku
merupakan masa transisi dari masa etis, kematangan emosional, kematangan
kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa intelektual, kesadaran tanggung jawab
remaja ini merupakan fase pencarian jati sosial, peran sosial sebagai pria dan
diri bagi remaja. Biasanya mereka selalu wanita (kesadaran gender), penerimaan
ingin tahu dan mencoba sesuatu yang diri dan pengembangannya, kematangan
baru yang dilihat atau diketahui dari hubungan dengan teman sebaya, perilaku
lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan kewirausahaan atau kemandirian perilaku
keluarga, sekolah, teman sepermainan ekonomi, wawasan dan persiapan karir
dan masyarakat. Semua pengetahuan serta persiapan diri untuk pernikahan dan
yang baru diketahuinya yang bersifat hidup berkeluarga.
positif ataupun negatif akan diterima Salah satu perubahan besar
dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan yang dialami remaja terjadi pula pada
kepribadian masing-masing. Remaja hubungan sosialnya, para remaja
dituntut untuk menentukan dan memiliki minat yang semakin besar untuk
membedakan yang terbaik dan yang terlibat dalam pergaulan dengan
buruk dalam kehidupannya (Sarwono, temannya. Perilaku yang ditunjukkan
2011: 6). oleh remaja adalah perilaku yang lebih
Menurut Sunaryo, dkk. memilih pola pengelompokkan dan
(Depdiknas, 2008: 253) masa remaja kegiatan sosial dengan teman serta
dapat dijalani dengan mulus dan baik, adanya dukungan dari kelompok tersebut
jika seorang remaja melewati tugas sehingga remaja memperkecil
perkembangannya dengan baik pula. kesempatannya untuk mempelajari pola

78 78
perilaku sosial yang lebih matang. Kondisi remaja lebih banyak
Kelompok bagi remaja merupakan bergantung dengan aturan dan norma
sebuah dunia, tempat remaja dapat yang berlaku dalam kelompok. Hal ini
melakukan sosialisasi dalam suasana disebabkan oleh motivasi remaja untuk
dengan nilai-nilai yang berlaku untuk menuruti ajakan dalam kelompoknya
teman-teman seusianya (Hurlock, 1997: yang cukup tinggi. Kebutuhan untuk
214). diterima dalam kelompok menyebabkan
Masa remaja merupakan masa remaja melakukan perubahan dalam
transisi dari masa kanak-kanak menuju sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku
masa dewasa. Masa ini sering disebut anggota kelompoknya (David O. Sears,
juga masa peralihan atau masa pencari dkk., 1991: 80). Perubahan sikap dan
jati diri. Remaja akan dihadapkan perilaku yang ditunjukkan siswa ada yang
berbagai masalah yang mungkin belum sesuai dengan keinginan dan ada yang
pernah di alami masa anak-anak. Pada bertentangan dengan keinginannya
masa ini remaja mengalami rasa ingin sehingga mereka mengalami masalah
tahu yang sangat kuat yang cenderung konformitas.
melakukan segala hal yang dianggapnya Konformitas muncul pada masa
terbaik. Dalam hal ini orang tua memiliki remaja awal yaitu antara 13 tahun sampai
peran yang sangat penting dalam 16 atau 17 tahun yang ditunjukkan
mengawasi tumbuh kembang remaja. dengan cara menyamakan diri dengan
Namun selain itu, banyak faktor lain yang teman sebaya dalam hal berpakaian,
mempengaruhi remaja, seperti bergaya, berperilaku, berkegiatan, dan
lingkungan teman sebaya yang harus sebagainya. Sebagian remaja
dihadapi pada fase anak dalam mengikuti beranggapan bila mereka berpakaian atau
pendidikan formal di sekolah. menggunakan aksesoris yang sama
John W. Santrock (2007: 205) dengan yang sedang diminati kelompok
menjelaskan bahwa kelompok teman acuan, maka timbul rasa percaya diri dan
sebaya memiliki peran penting dalam kesempatan diterima kelompok lebih
perkembangan remaja, berbagai sumber besar. Oleh karena itu, remaja cenderung
informasi dan pengalaman-pengalaman menghindari penolakan dari teman
yang penting didapatkan remaja di luar sebaya dengan bersikap konform atau
keluarganya. Untuk itu remaja dituntut sama dengan teman sebaya (John W.
memiliki kemampuan untuk Santrock, 2003: 222).
menyesuaikan diri untuk hubungan sosial Konformitas merupakan suatu
yang lebih luas. Kemampuan untuk dapat bentuk sikap penyesuaian diri seseorang
menyesuaikan diri tersebut salah satunya dalam mayarakat/kelompok karena dia
memiliki percaya diri yang kuat. terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah
Dalam interaksi sesama dan nilai-nilai yang sudah ada. Adanya
manusia, individu censerung menghindari konformitas dapat dilihat dari perubahan
konflik dan memilih zoba nyaman. Rasa perilaku atau keyakinan karena adanya
aman dan kenyamanan yang diperoleh tekanan dari kelompok, baik yang
oleh individu meruapak cara agar dirinya sungguh- sungguh maupun yang
tetap survive dalam suatu kelompok. dibayangkan saja (John W. Santrock,
Salah satu upaya individu agar dapat 2003: 221).
diterima dalam suatu kelompok
kelompok sosial adalah melakukan B. Konformitas
konformitas. 1. Pengertian Konformitas

79
Pengertian konformitas harapan-harapan masyarakatnya,
menurut beberapa ahli: sejalan dengan kecenderungan
a. Menurut David O’Sears, manusia dalam kehidupan
konformitas adalah bahwa kelompok membentuk norma
seseorang melakukan perilaku sosial.
tertentu karena disebabkan orang g. Menurut Kiesler, konformitas
lain melakukan hal tersebut. mengarah pada suatu perubahan
b. Menurut Shelly dkk, konformitas tingkah laku ataupun kepercayaan
adalah tendensi untuk mengubah seseorang sebagai hasil dari
keyakinan atau perilaku seseorang tekanan kelompok baik secara
agar sesuai dengan perilaku orang nyata maupun tidak nyata.
lain. Dari beberapa penjelasan para
c. Menurut Baron dan Byrne, ahli diatas, dapat diambil tiga hal
konformitas adalah suatu bentuk pokok dari konformitas, yaitu :
pengaruh sosial dimana individu a. Penyesuaian. Penyesuaian ini
mengubah sikap dan tingkah laku dilakukan individu terhadap
mereka agar sesuai dengan norma norma yang berlaku dalam
sosial yang ada. kelompok tertentu.
d. Menurut Prayitno, konformitas b. Perubahan. Perubahan yang
merupakan pengaruh sosial dalam terjadi sebagai hasil dari
bentuk penyamaan pendapat atau penyesuaian individu terhadap
pola tingkah laku seseorang suatu norma kelompok tertentu.
terhadap orang lain yang Perubahan meliputi keyakinan,
mempengaruhinya. sikap maupun perilaku.
e. Menurut Myres, konformitas c. Tekanan kelompok. Tekanan
merupakan perubahan perilaku kelompok ini sebagai penyebab
sebagai akibat dari tekanan individu melakukan penyesuaian.
kelompok. Ini terlihat dari Tekanan kelompok ini dapat
kecenderungan remaja untuk bersifat nyata maupun imajinasi.
selalu menyamakan perilakunya Dari uraian pendapat diatas
dengan kelompok acuan sehingga dapat disimpulkan bahwa konformitas
dapat terhindar dari celaan merupakan perubahan perilaku
remajasebagai usaha untuk
maupun keterasingan. Orang yang menyesuaikan diri dengan norma
biasanya berpenampilan berbeda kelompok dengan acuan baik ada
yang tidak sesuai dengan maupun tidak ada tekanan secara
kelompok cenderung terasingkan langsung yang berupa suatu tuntutan
oleh teman-temannya atau tidak tertulis dari kelompok sebaya
lingkungan disekitarnya. terhadap anggotanya namun memiliki
pangaruh yang kuat dan dapat
f. Menurut M. Sherif, konformitas
menyebabkan munculnya perilaku-
berarti keselarasan, kesesuaian perilaku tertentu pada remaja anggota
perilaku individu-individu pada kelompok tersebut.
anggota masyarakat dengan 2. Jenis-Jenis Konformitas

80
Bentuk konformitas seseorang menyantap makanan yang
terhadap orang yang disuguhkan nyonya rumah
mempengaruhinya berbeda-beda walaupun tidak suka.
bergantung pada siapa dan bagaimana
b. Penerimaan (Acceptance), adalah
proses pengaruh sosial itu dilakukan.
Ada beberapa tipe konformitas konformitas yang disertai perilaku
menurut Prayitno (2009:72-73) yaitu: dan kepercayaan yang sesuai
a. Tipe konformitas membabi buta. dengan tatanan social, misalnya
Jenis konformitas ini diwarnai berganti agama sesuai
sikap masa bodoh dalam arti kepercayaan sendiri.
meniru atau mengikuti apa yang 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
menjadi kemauan orang lain tanpa Konformitas
pemahaman ataupun penghayatan, Menurut David O’Sears
tanpa pertimbangan, pemikiran menyebutkan ada empat faktor dalam
dan/atau perasaan. konformitas, antara lain:
a. Kekompakan kelompok
b. Tipe konformitas identifikasi.
Konformitas juga
Jenis konformitas ini diwarnai
dipengaruhi oleh eratnya
dengan kharisma dari orang yang hubungan antara individu dengan
mempengaruhi sehingga kelompoknya. Yang dimaksud
seseorang yang dipengaruhi dengan istilah anggota kelompok
percaya, mengakui, menerima, itu adalah jumlah total kekuatan
tanpa rasa takut akan sanksi atas yang menyebabkan orang tertarik
pada suatu kelompok dan yang
sikap non-konformitasnya, dan
membuat mereka ingin tetap
juga tanpa harapan akan imbalan menjadi anggotanya.
atas sikap konformitasnya Kekompakan yang tinggi
c. Tipe konformitas internalisasi. menimbulkan konformitas yang
Jenis konformitas ini diwarnai semakin tinggi.
sikap kebebasan untuk b. Kesepakatan kelompok
menentukan konformitas atau Faktor yang sangat penting
non-konformitas dengan bagi timbulnya konformitas
adalah kesepakatan pendapat
didasarkan pertimbangan rasio,
kelompok. Orang yang
perasaan , pengalaman, hati dihadapkan pada keputusan
nurani, dan semangat untuk kelompok yang sudah bulat akan
menentukan pilihan-pilihan dalam mendapat tekanan yang kuat
bersikap dan bertingkah laku. untuk menyesuaikan pendapatnya.
Sedangkan Sarwono Namun, bila kelompok tidak
mengatakan bahwa terdapat dua jenis bersatu, akan tampak adanya
konformitas yaitu: penurunan tingkat konformitas.
a. Menurut (compliance), adalah c. Ukuran kelompok
konformitas yang dilakukan Serangkaian eksperimen
secara terbuka sehingga menunjukkan bahwa konformitas
akan meningkat bila ukuran
terlibat`oleh umum walaupun
mayoritas yang sependapat juga
hatinya tidak setuju. Misalnya,

81
meningkat, setidak-tidaknya tertentu. Norma-norma ini
sampai ukuran tertentu. mempengaruhi tingkah laku
d. Keterikatan pada penilaian bebas dengan cara memberi tahu kita
Keterikatan sebagai mengenai apa yang umumnya
kekuatan total yang membuat dianggap efektif atau adaptif pada
seseorang mengalami kesulitan
untuk melepas suatu pendapat. situasi tersebut. Sebaliknya,
Orang secara terbuka dan norma injungtif menetapkan apa
sungguh-sungguh terikat suatu yang harus dilakukan, tingkah
penilaian bebas akan lebih enggan laku apa yang diterima atau tidak
menyesuaikan diri diterima pada situasi tertentu.
terhadapperilku kelompok yang 4. Sebab-Sebab Timbulnya Konformitas
berlawanan.
Menurut David O’Sears pada
Sedangkan menurut Baron dan
dasarnya, orang melakukan perilaku
Byrne, ada tiga faktor yang
konformitas terhadap kelompoknya
mempengaruhi konformitas, antara
karena dua alasan, yaitu:
lain:
a. Perilaku orang lain (kelompok)
a. Kohesivitas (cohesiveness), yang
memberikan informasi yang
dapat didefinisikan sebagai
bermanfaat.
derajat ketertarikan yang dirasa
Orang lain merupakan
oleh individu terhadap suatu
sumber informasi yang penting.
kelompok. Ketika kohesivitas Seringkali mereka mengikuti
tinggi, ketika kita suka suatu yang tidak kita ketahui,
mengagumi suatu kelompok dengan melakukan apa yang
orang tertentu, tekanan untuk mereka lakukan kita akan
munculmelakukan konformitas memperoleh manfaat pengetahuan
bertambah besar. mereka. Tingkat konformitas
yang didasarkan pada informasi
b. Ukuran kelompok, Asch dan
ditentukan oleh dua aspek situasi,
peneliti pendahulu lainnya antara lain :
menemukan bahwa konformitas 1) Kepercayaan terhadap
meningkat sejalan dengan kelompok.
bertambahnya jumlah anggota Semakin besar kepercayaan
kelompok, namun hanya hingga individu terhadap kelompok
sekitar tiga orang anggota sebagai sumber informasi
tambahan. Lebih dari itu yang benar, semakin besar
pula kemungkinan untuk
taampaknya tidak akan
menyesuaikan diri terhadap
berpengaruh atau bahkan kelompok.
menurun. 2) Kepercayaan yang lemah
c. Norma sosial deskriptif atau terhadap penilaian sendiri.
norma injungtif. Norma Sesuatu yang meningkat
deskriptif/himbauan (descriptive kepercayaan individu terhadap
norms) adalah norma yang hanya penilaiannya sendiri akan
mendeskripsikan apa sebagaian menurunkan konformitas,
besar orang lakukan pada situasi begitu juga sebaliknya. Karena

82
salah satu faktor yang sangat (normative social influence),
mempengaruhi rasa percaya karena pengaruh sosial ini
diri dan tingkat konformitas meliputi perubahan tingkah laku
adalah tingkat keyakinan kita untuk memenuhi harapan
orang tersebut pada orang lin. Jika kecenderungan kita
kemampuan sendiri untuk untuk melakukan konformitas
menampilkan suatu reaksi. terhadap norma sosial berakar,
paling tidak sebagian pada
b. Rasa takut terhadap celaan sosial. keinginan kita untuk disukai dan
Alasan utama konformitas diterima oleh orang lain, maka
yang kedua adalah demi masuk akal jika apapun dapat
memperoleh persetujuan atau meningkatkan rasa takut kita akan
menghindari celaan kelompok. penolakan oleh orang lain, maka
Tingkat konformitas yang masuk akal jika apapun yang
didasarkan pada rasa takut dapat meningkatkan rasa takut
terhadap celaan sosial ditentukan kita akan penolakan oleh orang-
oleh rasa takut terhadap orang ini juga akan meningkatkan
penyimpangan. Rasa takut konformitas kita.
dipandang sebagai orang yang b. Pengaruh sosial informasional
menyimpang merupakan faktor Kita menggunakan opini
dasar hampir pada semua situasi dan tindakan mereka sebagai
sosial. Kita ingin agar kelompok panduan opini dan tindakan kita.
tempat kita berada menyukai kita, Ketergantungan terhadap orang
memperlakukan kita dengan baik lain semacam ini, pada gilirannya
dan bersedia menerima kita. Rasa sering kalimenjadi sumber yang
takut dipandang sebagai orang kuat atas kecenderungan untuk
yang menyimpang ini diperkuat melakukan konformitas. Tindakan
oleh tanggapan kelompok dan opini orang lain menegaskan
terhadap perilaku menyimpang. kenyataan social bagi kita, dan
Orang tidak mau mengikuti apa kita menggunakan semuanya itu
yang berlaku dalam kelompok sebagai pedoman bagi tindakan
akan menanggung resiko dan opini kita sendiri. Dasar dari
mengalami akibat yang tidak konformitas ini dikenal sebagai
menyenangkan. pengaruh sosial informasional
Sedangkan menurut Baron dan (informational social influence).
Byrne menyatakan bahwa untuk dapat Hal tersebut didasarkan pada
mengerti mengapa seseorang bisa kecenderungan kita untuk
konformitas terhadap kelompok, perlu bergantung pada orang lain
diamati dua bentuk pengaruh sosial sebagai sumber informasi tentang
yaitu: aspek dunia social.
a. Pengaruh sosial normatif. 5. Aspek-Aspek konformitas
Konformitas karena Konformitas sebuah kelompok
pengaruh sosial normatif, berarti dengan acuan dapat mudah terlihat
bagaimana kita membuat orang melalui adanya ciri-ciri yang khas.
lain menyukai kita. Sumber David O’Sears mengemukakan secara
konformitas yang dikenal sebagai eksplisit bahwa konformitas remaja
pengaruh sosial normatif ditandai dengan hal sebagai berikut:

83
a. Kekompakan. sering menyimpang saat-saat
Kekuatan yang dimiliki yang penting diperlukan, tidak
kelompok acuan menyebabkan menyenangkan, dan bahkan
seseorang tertarik dan ingin tetap bisa dikeluarkan dari
menjadi anggota kelompok. kelompok. Semakin tinggi
Eratnya hubungan seseorang perhatian seseorang dalam
dengan kelompok acuan kelompok semakin serius
disebabkan perasaan suka antara tingkat rasa takutnya terhadap
anggota kelompok serta harapan penolakan, dan semakin kecil
memperoleh manfaat dari kemungkinan untuk tidak
keanggotaannya. Semakin besar menyetujui kelompok
rasa suka anggota yang satu b. Kesepakatan
terhadap anggota yang lain, dan Pendapat kelompok acuan
semakin besar harapan untuk yang sudah dibuat memiliki
memperoleh manfaat dari tekanan kuat sehingga seseorang
keanggotaan kelompokserta harus loyal dan menyesuaikan
semakin besar kesetiaan mereka, pendapatnya dengan pendapat
maka akan semakin kompak kelompok. Kesepakatan tersebut
kelompok tersebut. Kekompakan dapat dipengaruhi oleh hal-hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh sebagai berikut :
hal-hal sebagai berikut : 1) Kepercayaan.
1) Penyesuaian Diri Penurunan melakukan
Kekompakan yang tinggi konformitas yang drastis
menimbulkan tingkat karena hancurnya kesepakatan
konformitas yang semakin disebabkan oleh faktor
tinggi. Alasan utamanya kepercayaan. Tingkat
adalah bahwa bila orang kepercayaan terhadap
merasa dekat dengan anggota mayoritas akan menurun bila
kelompok lain, akan semakin terjadi perbedaan pendapat,
menyenangkan bagi mereka meskipun orang yang berbeda
untuk mengakui kita, dan pendapat itu sebenarnya
semakin menyakitkan bila kurang ahli bila dibandingkan
mereka mencela kita. anggota lain yang membentuk
Kemungkinan untuk mayoritas. Bila seseorang
menyesuaikan diri akan sudah tidak mempunyai
semakin besar bila kita kepercayaan terhadap
mempunyai keinginan yang pendapat kelompok, maka hal
kuat untuk menjadi anggota ini dapat mengurangi
sebuah kelompok tertentu. ketergantungan individu
2) Perhatian terhadap kelompok terhadap kelompok sebagai
Peningkatan konformitas sebuah kesepakatan.
terjadi karena anggota enggan 2) Persamaan Pendapat
disebut sebagai orang yang Bila dalam suatu kelompok
menyimpang. Seperti yang terdapat satu orang saja tidak
telah kita ketahui, sependapat dengan anggota
penyimpangan menumbulkan kelompok yang lain maka
resiko ditolak. Orang terlalu konformitas akan turun.

84
Kehadiran orang yang tidak konformitasnya akan tinggi juga.
sependapat tersebut Ketaatan tersebut dapat
menunjukkan terjadinya dipengaruhi oleh hal-hal sebagai
perbedaan yang dapat berikut :
berakibat pada berkurangnya 1) Tekanan karena Ganjaran,
kesepakatan kelompok. Jadi Ancaman, atau hukuman
dengan persamaan pendapat Salah satu cara untuk
antar anggota kelompok maka menimbulkan ketaatan adalah
konformitas akan semakin dengan meningkatkan tekanan
tinggi terhadap individu untuk
3) Penyimpangan terhadap menampilkan perilaku yang
pendapat kelompok. diinginkan melalui ganjaran,
Bila orang mempunyai ancaman, atau hukuman
pendapat yang berbeda karena akan menimbulkan
dengan orang lain dia akan ketaatan yang semakin besar.
dikucilkan dan dipandang Semua itu merupakan insentif
sebagai orang yang pokok untuk mengubah
menyimpang baik dalam perilaku seseorang.
pandangan sendiri maupun 2) Harapan Orang Lain
dalam pandangan orang lain. Seseorang akan rela
Bila orang lain juga memenuhi permintaan orang
mempunyai pendapat yang lain hanya karena orang lain
berbeda, dia tidak akan tersebut mengharapkannya.
dianggap menyimpang dan Dan ini akan mudah dilihat
tidak akan dikucilkan. Jadi bila permintaan diajukan
kesimpulan bahwa orang yang secara langsung. Harapan-
menyimpang akan harapan orang lain dapat
menyebabkan penurunan menimbulkan ketaatan,
kesepakatan merupakan aspek bahkan meskipun harapan itu
penting dalam melakukan bersifat implisit. Salah satu
konformitas. cara untuk memaksimalkan
c. Ketaatan. ketaatan adalah dengan
Ketaatan atau kepatuhan menempatakan individu dalam
adalah fenomena yang mirip situasi yang terkendali,
dengan penyesuaian diri. dimana segala sesuatunya
Perbedaaanya terletak pada segi diatur sedemikian rupa
pengaruh legitimiasi (kebalikan sehingga ketidaktaatan
dengan paksaan atau tekanan merupakan hal yang hampir
sosial lainnya), dan selalau tidak mungkin timbul.
terdapat suatu individu yakni si Sedangkan Sarwono
pemegang otoritas(orang yang mengatakan bahwa ada enam ciri
berwenang).Tekanan atau yang menandai konformitas, yaitu :
tuntutan kelompok acuan pada a. Besarnya kelompok, semakin
seseorang membuatnya rela besar kelompok yang berpengaruh
melakukan tindakan walaupun dalam konformitas, semakin besar
remaja tidak menginginkannya.
pula pengaruhnya.
Bila ketaatannya tinggi maka

85
b. Suara bulat. Dalam hal harus dengan tingkah laku sebagai
dicapaisuara bulat, satu orang atau konformitas yang negatif yaitu
minoritas yang suaranya paling dengan menggunakan bahasa yang
asal-asalan, mencuri, mencoret-coret,
berbeda tidak dapat bertahan
dan mempermainkan orang tua dan
lama. Mereka merasa tidak enak guru. Namun, banyak konformitas
dan tertekan sehingg akhirnya pada remaja yang tidak ngatif dan
mereka menyerah pada pendapat merupakan keinginan untuk terlibat
kelompok mayoritas. dalam dunia teman sebaya, misalnya
c. Keterpaduan (cohesiveness), berpakaian seperti teman-temannya
adalah perasaan “kekitaan” antara dan ingin menghabiskan waktu
dengan anggota perkumpulan.
anggota kelompok. Semakin kuat
Keadaan seperti itu, dapat melibatkan
rasa keterpaduan atau “kekitaan” aktivitas sosial yang baik, misalnya
tersebut, maka semakin besar pula ketika suatu perkumpulan
pangaruhnya pada perilaku mengumpulkan uang untuk alasan
individu. yang benar (John W. Santrock,2003:
d. Status. Semakin tinggi status 221)
orang yang menjadi contoh, maka Mengikuti organisasi atau
ekstrakulikuler disekolah karena
semakin besar pengruhnya bagi
banyak teman dan mayoritas dikelas
orang lain untuk konformitas atau yang mengikutinya adalah bentuk
patuh. konformitas yang membawa siswa ke
e. Tanggapan umum. Perilaku yang arah hal yang positif. Misalnya, ikut
terbuka yang dapat didengar atau OSIS dalam kegiatan Bakti Sosial dan
dilihat lebih mendorong membagikan sembako kepada warga
kurang mampu atau mengikuti
konformitas dari pada perilaku
ekstrakulikuler tari untuk mengasah
yang hanya dapat didengar dan bakat tari. Hal negatif pula dapat
diketahui oleh orang tertentu saja. terjadi akibat dari mayoritas dikelas
f. Komitmen Umum. Orang yang dan teman terdekat siswa. Misalnya,
tidak mempunyai komitmen apa- siswa bersama-sama tidak
apa kepada masyarakat atau orang mengerjakan tugas dan membolos
lain lebih mudah konformitas sekolah karena diajak teman.
Masyarakat akan berfungsi
daripada yang sudah pernah
lebih baik ketika orang-orang tahu
mengucapkan suatu pendapat. bagaimana berperilaku pada situasi
6. Sisi Positif dan Negatif Konformitas tertentu, dan ketika mereka memiliki
Konformitas memiliki sisi kesamaan sikap dan tata cara
positif dan sisi negatif dalam berperilaku yang akan membawa hal
penyesuaian yang terjadi didalam positif dan membawa hasil yang
lingkungan kelompok. Menurut positif jugabagi dirinya maupun
Camerena d.k.k dalam buku karangan orang lain. Sedangkan dari sisi
John W. Santrock yang berjudul negative konformitas bisa
Adolescence mengemukakan bahwa menghambat kreativitas berfikir
konformitas terhadap tekanan kritis, pengaruh bahasa yang asal-
kelompok pada remaja dapat menjadi asalan, mencuri, mencoret-coret, dan
positif dan negatif. Remaja terlibat mempermainkan orang tua atau guru.

86
C. Konformitas dan Bimbingan Konseling Esensi dari bimbingan pada
Peranan bimbingan dan dasarnya terletak dari pemberian bantuan
konseling dalam dunia pendidikan kepada individu. Bantuan-bantuan yang
merupakan satu kesatuan yang tidak diberikan umumnya berkaitan dengan
dapat dipisahkan. Perkembangan kebutuhan individu yang dibimbing
pendidikan tanpa didampingi peranan untuk mencapai perkembangan diri yang
bimbingan dan konseling tentunya akan optimal. Sesuai dengan contoh dari
menghadapi banyak masalah dalam beberapa tujuan bimbingan dan konseling
mencapai tujuan dari pendidikan di yang terkait dengan aspek pribadi sosial
negara kita, yang salah satunya yaitu individu menurut Yusuf & Nurihsan
mengembangkan manusia Indonesia (2005) yaitu membantu siswa memiliki
seutuhnya, dan membentuk manusia yang kemampuan melakukan pilihan secara
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan sehat, serta memiliki kemampuan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berinteraksi sosial (Human Relationship)
memiliki pengetahuan dan keterampilan, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan
kesehatan jasmani dan rohani, serta persahabatan, persaudaraan, atau
memiliki kepribadian yang mantap dan silahturahmi dengan sesama manusia.
mandiri serta rasa tanggung jawab Kemampuan melakukan pilihan yang
kemasyarakatan dan kebangsaan. sehat dalam pertemanan dan memiliki
Menurut Giyono (2010: 1) kemampuan yang baik dalam berinteraksi
layanan bimbingan dan konseling dalam dalam pertemanan merupakan faktor
sistem operasional pendidikan di sekolah pendukung yang baik dalam menciptakan
merupakan bagian yang integral. Hal ini konformitas positif siswa pada teman
memberikan makna bahwa layanan sebayanya. Dapat disimpulkan
bimbingan dan konseling merupakan bahwasanya konformitas termasuk
bagian yang tak terpisahkan dengan dalam bahasan bidang bimbingan pribadi
bagian yang lain dalam sistem dalam bimbingan dan konseling.
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di Salah satu tujuan khusus dari
sekolah. Kegiatan layanan bimbingan dan layanan bimbingan dan konseling di
konseling merupakan kegiatan sekolah sekolah menurut Giyono (2010: 10) yaitu
yang menjadi tanggung jawab bersama peserta didik mampu memahami tentang
dari semua tenaga kependidikan yang ada siapa sebenarnya dirinya. Hal ini
di sekolah. Depdiknas (2009: 7) memiliki pengertian bahwa peserta didik
menjelaskan bahwa pelayanan konseling mampu mengenal kelebihan (kekuatan)
di sekolah/madrasah merupakan usaha dan kelemahan (kekurangan) yang ada
membantu peserta didik dalam pada dirinya sendiri. Peserta didik
pengembangan kehidupan pribadi, sosial, diharapkan dapat memahami potensi
kegiatan belajar, serta perencanaan dan yang ada di dalam dirinya dan peserta
pengembangan karir. Pelayanan didik mampu memecahkan berbagai
konseling memfasilitasi pengembangan kesulitan yang dihadapi secara mandiri.
peserta didik secara individual, kelompok Hal tesrsebut bertujuan agar siswa tidak
atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, memiliki ketergantungan kepada orang
potensi, bakat, minat, perkembangan, lain dalam pemecahan masalah yang ada
kondisi, serta peluang-peluang yang di hidupnya. Peserta didik merupakan
dimiliki. Pelayanan ini juga membantu obyek tujuan dari pemberian layanan
mengatasi kelemahan dan hambatan serta bimbingan dan konseling, pelaksana dari
masalah yang dihadapi peserta didik. kegiatan layanan bimbingan dan
konseling harus bisa memahami fase-fase

87
perkembangan yang terjadi pada diri perkembangan ini remaja berusaha
peserta didik. mencari jati diri dan peran sosial untuk
Di dalam fase-fase mencapai kematangan pribadinya yang
perkembangan siswa remaja sering ditandai dengan perubahan emosional-
terjadi penyimpangan perilaku yang tidak sosial, dan fisik.
sesuai dengan tugas perkembangannya. Pada masa remaja awal dialami
Remaja yang juga termasuk bagian dari oleh anak pada usia 11 tahun ke atas yang
peserta didik, terutama pada sekolah dimana pada masa ini anak telah
menengah tingat pertama dan atas (SMP memasuki tahap operasional formal.
dan SMA) perlu mendapatkan perhatian Individu remaja awal telah mampu
khusus dari pelaksana layanan bimbingan mewujudkan suatu keseluruhan dalam
dan konseling, tenaga pendidik, pekerjaannya yang merupakan hasil dari
pemerintah dan khususnya orangtua berpikir logis. Aspek perasaan dan
siswa. Peralihan masa dari sekolah dasar moralnya juga telah berkembang
ke SMP dan SMA ini merupakan langkah sehingga dapat mendukung penyelesaian
yang cukup berarti dalam kehidupan tugas-tugas perkembangannya. Menurut
remaja, karena remaja akan banyak Piaget (Ali & Asrori, 2006: 26) remaja
mengalami perubahan pada diri sendiri melakukan interkasinya dengan
pada masa ini. Rentang usia remaja pada lingkungannya sudah sangat luas,
masa SMP termasuk dalam masa remaja menjangkau banyak teman sebaya dan
awal yaitu rentang umur antara 12/13 bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi
tahun sampai 17/18 tahun. dengan orang dewasa. Oleh karena itu,
Menurut Winkel & Hastuti remaja awal memiliki kecenderungan
(2010: 142) kebutuhan siswa selama untuk menyesuaikan diri dengan teman
rentang umur lebih kurang 12-15 tahun sebayanya dan orang dewasa untuk
sangat dominan pada kebutuhan yang mendapatkan penerimaan bahwasanya
sifatnya psikologis. seperti mendapat mereka bukanlah anak kecil lagi.
kasih sayang, menerima, pengakuan Untuk mendapatkan penerimaan
terhadap dorongan untuk semakin di dalam lingkungan sosialnya remaja
mandiri, memperoleh prestasi di berbagai perlu menyesuaikan diri mereka.
bidang yang dihargai oleh orang dewasa Penyesuaian diri remaja merupakan salah
dan teman sebayanya, mempunyai satu tugas yang paling penting dan sulit
hubungan persahabatan dengan teman bagi tugas perkembangan masa remaja
sebaya, merasa aman dengan perubahan seiring meningkatnya pengaruh
kejasmaniannya sendiri dan hal ini terjadi kelompok sebaya di dalam kehidupan
pada masa remaja. Masa remaja adalah sosialnya. Piaget (dalam Ali & Asrori,
suatu masa peralihan yang sering 2006 : 30) memiliki pandangan dasar
menimbulkan gejolak di dalam transisi bahwa setiap individu memiliki
perubahannya. Sesuai dengan pendapat kecenderungan inheren untuk
Hurlock (1994 : 206) yang menyesuaikan diri dengan lingkungan.
mendefinisikan bahwa remaja berasal Karena individu atau remaja itu sendiri
dari istilah adolescence yang memiliki lebih banyak menghabiskan waktu di luar
arti tumbuh untuk mencapai kematangan, rumah bersama dengan teman-teman
baik mental, emosional, sosial, dan fisik. sebayanya sebagai suatu kelompok
Dapat disimpulkan bahwa masa remaja dibanding dengan waktu bersama dengan
adalah masa dimana seorang anak anggota keluarganya. Jadi mudah
berkembang dari masa anak-anak menuju dipahami jika pengaruh teman-teman
masa dewasa, dan di dalam masa sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,

88
penampilan, dan perilaku remaja lebih menjadi peserta kegiatan kelompok.
besar daripada pengaruh keluarga Dengan menggunakan layanan
terhadap perkembangan dirinya. bimbingan dan konseling kelompok
Pada masa awal remaja, remaja diharapkan dapat meningkatkan
memiliki kebutuhan untuk bergabung konformitas positif siswa pada teman
dalam pertemanan kelompok sebaya. sebaya, yang merupakan permasalahan
Sebagian remaja mengetahui bahwa bila aktual (hangat) pada masa remaja saat ini.
mereka memakai model pakaian yang Melalui dinamika kelompok yang intensif
sama dengan pakaian anggota kelompok di dalam bimbingan dan konseling
terpopuler, maka besar kesempatan kelompok, pembahasan topik-topik itu
baginya untuk diterima di dalam mendorong pengembangan perasaan,
kelompok tersebut. Hal tersebut pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
dilakukan untuk memenuhi tugas yang menunjang diwujudkannya tingkah
perkembangannya untuk mencapai laku yang lebih efektif sesuai dengan
hubungan baru yang lebih matang dengan tujuan khusus dari pelaksanaan layanan
teman sebaya baik pria maupun wanita bimbingan dan konseling kelompok
dan juga peran sosialnya. Kelompok (Prayitno, 2004: 3).
teman sebaya memiliki aturan tertentu
yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai
anggota kelompoknya. Penyesuaian DAFTAR PUSTAKA
remaja terhadap norma dengan
berperilaku sama dengan kelompok Carole Wade dan Carol Tavris. 2007.
teman sebaya itulah yang disebut dengan Psikologi. Jakarta: Erlangga.
konformitas (Mőnks, 2004 : 282). David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L.
Perilaku yang muncul dari Anne Peplau. 1991. Psikologi Sosial.
rendahnya konformitas positif siswa pada Jakarta: Erlangga.
teman sebaya tersebut juga menimbulkan Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
kesulitan bagi tenaga pendidik karena Rambu-Rambu Penyelenggaraan
perilaku negatif yang muncul dari Bimbingan dan Konseling dalam
rendahnya konformitas positif siswa pada Jalur Pendidikan Formal. ABKIN:
teman sebaya akan mempengaruhi Bandung.
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas Hurlock, E. 1997. Psikologi Perkembangan.
seperti sulit mengarahkan siswa selama Jakarta: Erlangga.
proses pembelajaran karena siswa lebih John W. Santrock.2003. Adolescence:
mengutamakan pertemanan mereka Perkembangan Remaja. Jakarta :
dibandingkan mengikuti proses Erlangga.
pembelajaran. Berkaitan dengan masalah Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praktis
tersebut maka perlu dilakukan upaya Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
untuk meningkatkan konformitas positif Robert A. Baron, Donn Byrne. 2005.
siswa dengan teman sebayanya dengan Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
memberikan perlakuan berupa layanan Santrock, John.W. 2007. Perkembangan
bimbingan dan konseling kelompok. Anak (Alih bahasa Mila Racmawati
Layanan bimbingan dan & Anna Kuswanti). Jakarta : Erlangga
konseling kelompok yang mengaktifkan Sarlito Wirawan Sarwono. 2005. Psikologi
dinamika kelompok digunakan untuk Sosial: Psikologi Kelompok dan
membahas berbagai hal yang berguna Psikologi Terapan. Jakarta: Balai
bagi pengembangan, pribadi dan Pustaka.
pemecahan masalah individu yang

89
Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja.
Jakarta: Rajawali Press.
Shelly E. Taylor, Letina Anne Peplau, David
O. Sears. 2009. Psikologi Sosial.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

90

Anda mungkin juga menyukai