Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta
Abstract
This study aims to determine the parenting styles of adolescents who perpetrated “klithih”. This study uses a qualitative
method with a phenomenological approach. The data collection technique used was in-depth interviews, and all
interviews were recorded under the psrticipant’s consent. A semi structure interview guide was employed. The number
of subjects who participated in this study were 8 subjects who were parents of the ‘klithih” perpetrators. Results of this
study were analyzed using content analysis approach, and it was found that the parenting style were permissive
indulgence and neglect. While the factors that influence that parenting style were low educational and socio-ecocnomic
level, obtained through content analysis interpretation. The results showed that there were parenting styles for
adolescent, permissive parenting; and 3) democratic parenting. There are four factors that influence parenting styles for
adolescent adolescents, namely: 1) parental education; 2) environment; 3) economy; and 4) personality.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua pada remaja pelaku klitih dan faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua pada remaja pelaku klitih. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dan observasi tidak
langsung. Subjek penelitian ini adalah 8 orang. Analisis data mengacu model Miles dan Huberman (1994). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua terhadap remaja pelaku klitih secara umum yaitu pola asuh permisif.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada remaja pelaku klitih ada empat, yaitu: 1) pendidikan orangtua; 2)
lingkungan; 3) ekonomi; dan 4) kepribadian.
A. Pendahuluan
Pola asuh merupakan cara yang pribadi yang baik, penuh semangat dalam
dilakukan orang tua dalam mendorong belajar, dan juga prestasi belajar menjadi
anak mencapai tujuan yang diinginkan. meningkat seiring pertumbuhan dan
Pola asuh berasal dari kata asuh (to rear) perkembangan yang dialami (Lestari,
yang mempunyai makna menjaga, merawat 2009). Konsep ini dapat digunakan orang
dan mendidik anak yang masih kecil tua sebagai salah satu metode disiplin
(Hastari, 2015). Ini memberi gambaran terhadap anak (Hurlock, 2012). Dengan
tentang sikap dan perilaku orang tua dan demikian, orang tua terlibat dalam
anak dalam berinteraksi, berkomunikasi pembentukan pribadi anak.
selama mengadakan kegiatan pengasuhan Pembentukan pola asuh orang tua
dengan memberi perhatian, peraturan, dalam keluarga sebagai lingkungan
disiplin, hadiah, dan hukuman, serta seorang anak pertama kali perlu dilakukan
tanggapan terhadap keinginan anaknya secara intens sehingga anak dapat
(Bahri, 2014) sehingga nilai moral sebagai merasakan dampak positif dari pola asuh
dasar berperilaku dan yang diupayakan yang diterapkan orang tua. Dengan kata
kepada anak-anak (Shochib, 2015) dan lain, pola asuh orang tua akan
terbentuk dengan sedini mungkin. mempengaruhi perilaku anak (Berkowitz
Penerapan pola asuh yang tepat (2003), sehingga perkembangan motorik
diharapkan membentuk anak menjadi kasar dan halus, perkembangan bahasa dan
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)
kenakalan remaja dalam hal ini klitih di D.I. Yogyakarta tahun 2018 berjumlah 71.
D.I. Yogyakarta Paling banyak terdapat di Kota Yogyakarta.
Kemudian berturut-turut adalah Kabupaten
B. Penggunaan Metode Penelitian Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Penelitian ini menggunakan Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul.
pendekatan kualitatif dengan jenis Distribusi jumlah geng pelaku Klitih di
fenomenologi. Pendekatan ini digunakan D.I. Yogyakarta tersaji dalam tabel 1.
untuk mengeksplorasi fenomena spesifik
(Creswell, 2016; Willig, 2008) terhadap Tabel 1. Data Geng Pelaku Klitih di DIY
pola asuh orang tua pada remaja pelaku Kota/Kabupaten Jumlah
Kota Yogyakarta 35
klitih dan faktor-faktor yang Kabupaten Sleman 15
mempengaruhinya di D.I. Yogyakarta. Kabupaten Bantul 16
Untuk mendapat informasi tentang Kabupaten Kulon Progo 4
fenomena tersebut digali pelbagai Kabupaten Gunungkidul 1
Total 71
informasi pada orang tua pada tiga
*Sumber: Polda DIY
Kabupaten yang tersebar di D.I.
Yogyakarta.
Pelaku Klitih merupakan remaja usia
Sumber data atau informan dalam
10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia
penelitian ini adalah lima (5) orang tua
18 hingga 20 tahun. Remaja merupakan
(ayah dan ibu) remaja pelaku Klitih pada
masa transisi di mana remaja banyak
Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan
mengalami perubahan meliputi perubahan
Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
fisik, kognisi, emosi dan sosial. Perubahan
Informan dipilih secara purposive berdasar
yang paling khas pada remaja adalah
informasi dari Kantor Kepolisian dan
pubertas. Pubertas merupakan sebuah
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) D.I.
proses kematangan fisik yang berlangsung
Yogyakarta yang menangani pelaku tindak
cepat, melibatkan perubahan hormonal dan
Klitih bahwa remaja pada ketiga
tubuh (Santrock, 2012). Data KPAI (2016),
Kabupaten tersebut paling banyak
pelajar yang terlibat dalam perkelahian
melakukan Klitih.
masal/tawuran pada tahun 2013 tercatat
Pengumpulan data menggunakan
sebanyak 126 kasus, dan tahun 2014
panduan wawancara mendalam semi
sebanyak 46 kasus, tahun 2015 sebanyak
terstruktur dan observasi tidak langsung.
126 kasus, dan tahun 2016 sebanyak 41
Wawancara mendalam semi terstruktur
kasus. Sementara itu, pelajar yang terlibat
digunakan untuk menggali lebih mendalam
dalam tindakan kekerasan di sekolah
pola asuh orang tua pada remaja Klitih dan
berupa bullying pada tahun 2013 tercatat
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
sebanyak 63 kasus, tahun 2014 sebanyak
Wawancara mendalam semi terstruktur
67 kasus, tahun 2015 sebanyak 93 kasus,
dilakukan peneliti terhadap sumber data
dan tahun 2016 sebanyak 93 kasus. Hal ini
atau informan yakni terpilih dan observasi
tidak terlepas dari pola asuh orang tua yang
tidak langsung dengan menggunakan check
belum maksimal dalam mengontrol anak
list. Teknik analisis data yang digunakan
remaja pelaku Klitih.
adalah analisis data kualitatif yang
Pola Asuh Orang Tua
mengacu pada model (Miles & Hubermen,
Orang tua sebagai aktor utama
1994), yakni menyajikan data dengan
dalam menggali informasi terkait tujuan
menarasikan dan menginterpretasikan pola
penelitian ini tersaji pada tabel berikut.
asuh orang tuas dan faktor-faktor yang
Tabel 2. Distribusi Informan
mempengaruhinya. Kode Subjek/ Usia Pendi Pekerja Juml Sumber
Orang Tua Dikan an ah Pelaku
C. Karakteristik Subjek Penelitian Anak Klitih
Diketahui
Remaja pelaku Klitih di D.I. Dari
Yogyakarta berdasar data Polisi Daerah S (Suami P) 49 SMA Sopir 3 LBH
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)
sering bertindak berlebihan dan merugikan kalau naik kelas bisa peringkat lima
orang lain bahkan anak dikeluarkan dari besar mau dibelikan PS (play station),
sekolah akibat tindakannya. akhirnya dia belajar terus dan akhirnya
Dengan demikian, dapat dikatakan bisa masuk lima besar. Tapi janjinya gak
bahwa pola asuh orang tua yang diterapkan ditepati sama bapaknya. Anaknya jadi
bagi remaja pelaku Klitih di Kota males-malesan, sekolahnya
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan jadi….awalnya di situ. Pasca itu kan
Kabupaten Bantul merupakan pola asuh pergaulannya sama temen-temennya itu.
tipe permisif. Tipe pola asuh yang ditandai Anak kalau dikerasin semakin keras.
dengan kasih sayang dan keterlibatan emosi Jadi mending kita semua yang leren
antara orang tua dan anak tidak tampak yang ngalah. Karena anaknya gitu,
dalam kehidupan keseharian antara orang kalau dia tersinggung…marah. Misal
tua dan remaja pelaku Klitih. Ini dia gak melakukan terus kita menuduh
menunjukkan bahwa pola asuh orang tua gitu dia marah ” (R, seorang ibu single
berdampak terhadap kenakalan remaja parent). Lebih lanjut dijelaskan informan
berupa tindakan perilaku klitih. Karena T bahwa: “Karena sekarang apa-apa
anak-anak diberi kebebasan untuk bisa sendiri, ya sejak SD kelas 5 semua
melakukan pelbagai tindakan atas saya minta ambil dan menyiapkan
kemauannya tanpa dikontrol orang tua. sendiri. Mulai seragam, buku pelajaran,
dan lain sebagainya. Kalau pagi-pagi
Faktor Pola Asuh pada Remaja Pelaku jam 06.00 kok belum bangun ya saya
Klitih lihat ke kamar, saya bangunkan agar
Berdasar hasil penelitian, terdapat tiga segera mandi dan ke sekolah...” (T,
faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan seorang ibu single parent). Informan N
orang tua terhadap anaknya yang menjadi dan K juga menjelaskan hal yang sama,
pelaku klitih, yaitu : bahwa: “Saya dan isteri tidak pernah
1. Lemah dalam mendidik tanggungjawab menuntut apa-apa dari anak-anak. Yang
Pengalaman orang tua dalam penting rajin sekolah, jangan pernah
mendidik anak mempengaruhi persiapan bolos. Kalau ada PR ya dikerjakan.
mereka menjalankan pengasuhan. Beber Anak sekarang kalau terlalu dikekang
apa cara yang dapat dilakukan untuk me sekolahnya malah bisa nakal mas. Saya
njadi lebih siap dalam menjalankan pera biarkan saja, nanti dia akan berpikir
n pengasuhan antara lain: terlibat aktif sendiri, toh itu semua nanti untuk masa
mengajarkan pendidikan tanggungjawab, depannya sendiri” (N, seorang
mengamati segala sesuatu dengan berori suami/ayah). Sementara informan E
entasi pada masalah, berupaya menyedia menyatakan bahwa “....nek pas anakku
kan waktu dan menilai perkembangan fu tak kon sinau, anakku ngeyel pol.
ngsi keluarga dan kepercayaan. Berdasar Disuruh belajar malah ngamuk, malah
wawancara, orang tua menyatakan dolanan game, nek di marahi terus lungo
bahwa: “...kalau pas sekolah kamu nomahe kancane, ora muleh-muleh,
jangan ke sini, kalau udah pulang pernah, 3 dino ora muleh, ora sekolah,
sekolah gak apa-apa kamu main di sini terus tak goleki. Tak pikir yo tetap
(S, seorang suami/ayah). Ojo kok nyapu, sekolah, mangkat seko omahe kancane,
kamar turu wae gak gelem kok, opo eh ternyata ora” (M, seorang
maneh nyapu, ngepel. Karena sering suami/ayah).
nggak mau ketika disuruh ya akhire Merujuk pada temuan di atas,
males akon aneh....” (P, seorang dapat dijelaskan bahwa pendidikan
isteri/ibu). tanggungjawab dan pengalaman orang
Sementara orang tua yang lain tua dalam perawatan anak-anak
juga menjelaskan bahwa “Dulu pas kelas mempengaruhi persiapan mereka
tiga dijanjikan sama bapaknya, katanya menjalankan pengasuhan. Ini terlihat
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)
dari informan yang tidak mengajarkan Tapi, kadang-kadang dia juga bantu-
pendidikan tanggung jawab kehidupan bantu di warung, nyuci piring dan lain
sehari-hari, dimana orang tua sebagainya…Kalau dia mau ada acara
memanjakan anak dengan mencuci terus kebetulan pakaianya kotor, ya dia
pakaiannya, membersihkan kamar tidur, minta saya untuk nyuci. Sebagai ibu
dan membersihkan rumah. Godfrey berulang kali ngajari nyuci dewe, tapi ya
(2010) menjelaskan bahwa pendidikan itu nggak mau…tapi ya itu nggak mau,
merupakan salah satu pengaruh malah kalau disuruh marah dan keluar
lingkungan atas individu untuk rumah tidak pulang berhari-hari nginap
menghasilkan perubahan-perubahan di rumah temannya” (T, seorang ibu
yang tetap atau permanen di dalam single parent).
kebiasaan tingkah laku, pikiran dan Informan N, menyatakan “Anak
sikap. Orang tua yang sudah mempunyai sekarang kalau terlalu dikekang
pengalaman sebelumnya dalam sekolahnya malah bisa nakal mas. Saya
mengasuh anak akan lebih siap biarkan saja, nanti dia akan berpikir
menjalankan peran asuh, selain itu orang sendiri, toh itu semua nanti untuk masa
tua akan lebih mampu mengamati tanda- depannya sendiri” (N, seorang
tanda pertumbuhan dan perkembangan suami/ayah). Sedangkan informan M dan
yang normal (Supartini, 2004). E menjelaskan bahwa“... terus terang
saya jarang ketemu dengan anak,
2. Lingkungan dan teman sebaya apalagi ngobrol. Saya berangkat dari
Lingkungan mempengaruhi perke rumah jam 06.30an dan sampai rumah
mbangan remaja, baik secara fisiologi m jam 17.00. Kalau hari Minggu kerja
aunpun psikologis. Lingkungan yang bai bangunan memang libur, cuma saya cari
k akan menjadikan anak yang baik, seme uang tambahan dengan ngojek online.
ntara itu lingkungan yang buruk akan me Kadang, selesai kerja di bangunan saya
njadikan anak bertingkah laku yang buru tidak langsung pulang, saya langsung
k. Berdasar wawancara ditemukan ngojek, ya lumayan dapat uangnya bisa
bahwa “....Tapi aku yo gak iso nesu mas, nambah-nambah. Makanya jarang
nek nesu anakku iso lungo adoh maneh. ketemu anak-anak, kalau ktemu ngobrol
Dadi yo tak nengke wae.....” (S, seorang ya sebelum sekolah atau pas saya
suami/ayah).“....iya minum-minum keras pulang kerja anak-anak sudah di rumah
di rumah, saya marahi betul itu. Tapi belum pada tidur” (M, seorang
masih saya beri kelonggaran, karena suami/ayah).
lingkungan saya dan kakak-kakaknya Kondisi di atas menunjukkan
dulu juga gitu di rumah itu....” “Saya bahwa lingkungan dan teman sebaya
pagi sampai siang ngajar di SMP ...., turut mempengaruhi perkembangan
bapaknya jadi sopir di ..... Terus terang remaja, baik secara fisiologi maupun
saya tidak tahu kenapa anak saya bisa psikologis. Lingkungan yang baik akan
seperti itu..” (P, seorang isteri/ibu) menjadikan anak yang baik, sedangkan
Hal serupa juga dijelaskan lingkungan yang buruk menjadikan anak
informan R bahwa: “.... Gak ada temen bertingkah laku yang buruk, seperti yang
anak kampung sini malahan, temennya dijelaskan informan bahwa anak mereka
ya anak-anak geng itu. Ya dia tu pulang tumbuh di lingkungan yang kurang baik
pergi pulang pergi gitu lo. Dan dan teman sebaya yang membawa
temannya itu gak sebaya dia, pasti lebih mereka melakukan tindakan yang
besar daripada dia...” (R, seorang ibu melanggar norma yang ada.
single parent). Sementara itu, informan
T menyatakan, “Yang namanya anak ya 3. Kondisi ekonomi keluarga
tak biarkan saja. Mau dimarahi Secara tidak langsung, kondisi
percuma, kadang malah balek marah. ekonomi berpengaruh terhadap
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)
pengasuhan orang tua kepada anaknya. setiap hari ada mas, rata-rata ya kasih
Hal ini terkait dengan dukungan yang setiap hari minimal Rp. 5.000. Ya
bersifat material untuk kelangsungan sebenarnya uang segitu tidak cukup,
hidup keluarga, baik untuk pendidikan wong anak jaman sekarang, senengnya
dan kebutuhan sehari-hari. Kondisi nongkrong. Tapi mau bagaimana lagi,
ekonomi subjek dalam penelitian ini, mau kasih banyak uang dari mana. Tapi,
semuanya mengharuskan mereka untuk saya sodara saya ngasih uang agak
bekerja penuh waktu, baik dalam banyak ya anak saya kasih uang jajan
mengelola warung ataupun di luar lebih buat beli makan atau nongkrong di
rumah, yang menyebabkan sangat luar sama temen-temennya.” (T, seorang
kurangnya waktu mereka untuk ibu single parent).
berinteraksi secara intens dengan anak- Informan N dan K memberi
anaknya. informasi bahwa “Kebetulan saya
Hasil wawancara dengan informan bekerja sebagai pegawai swasta. Jadi
pasangan suami isteri S dan P, diperoleh satpam hotel di Jogja. Masuk kerjanya
pernyataan bahwa:“…saya kerja jadi tidak tentu karena model shif. Kadang
sopir di ....…Setiap hari saya sibuk stan masuk pagi, kadang masuk sore, kadang
by nyopir. Jadi waktu bersama keluarga masuk tengah malam karena di kantor
kurang.....” (S, soerang dibagi menjadi shif. Kalau masuk pagi,
suami/ayah).“....Dadi lek ditukokke ora setelah jaga saya ngojek mas, untuk
dadi kekarepan, lek diwehi duwit dewe- tambah-tambah. Kalau masuk malam,
dewe ngko mesti beda karo sing tak siangnya setelah tidur saya juga ngojek.
karepke. Tak kongkon tuku klambi sering Kalau nggak kerja sampingan ya nanti
duwite orang ditukokne klambi, malam kebutuhan keluarga tidak cukup apalagi
entek gawe tuku werno-weno, tuku anak saya tiga, dan sudah ada dua yang
bensin, ban e bocor wis macem-macem masuk remaja.” (N, seorang
alasane. Tapi ketika saya yang belikan suami/ayah). Informan menyatakan
emoh gah wis dadi mereka ke mengambil bahwa “....setiap hari bekerja. Kerja di
kesempatan lek diwehi terus dienggo rumah orang, rumah tangga, ya mulai
liyane, sering banget kayak gitu. Nek wis masak, nyuci, bersih-bersih rumah
ngono, yo tak nengke wae, piye maneh. juaraganku...Karena setiap hari saya
Arep nesu, paling besok begitu lagi....” juga harus bekerja dadi otomatis waktu
(S, soerang suami/ayah). bareng anak-anak berkurang, biasane
Sementara informan P sebagai iso kumpul keluarga ya malem...” (E,
isteri/ibu menyatakan bahwa ““...Setiap seorang isteri/ibu).
hari, dia selalu dapat uang jajan mas. Ya Faktor ekonomi memberi dampak
minimal Rp 10 ribu, belum termasuk terhadap pola asuh orang tua. Hal ini
uang bensinya....” (P, seorang terkait dengan dukungan yang bersifat
isteri/ibu).“....Namanya juga anak ya, material untuk kelangsungan hidup
biar dia gelem sekolah ya sama keluarga, baik untuk pendidikan dan
bapaknya dibelikan sepeda motor. kebutuhan sehari-hari. Temuan yang
Sepeda motor yo kudu sesuai selerane, menarik bahwa sebagian besar subjek
jaluke anyar Vario puteh....” (P, seorang memiliki tingkat ekonomi menengah ke
isteri/ibu). Sedangkan informan R atas. Segala kebutuhan dan keinginan
menjelaskan bahwa “…Iya wong saya anak-anaknya cenderung di penuhi,
juga jarang ketemu…ketika saya pulang namun kontrol terhadap apa yang
kerja, dia belum pulang sekolah. Ketika dipenuhi kepada anak sangat rendah.
saya pulangnya malem, dia kadang wis
main..” (R, seorang ibu single parent). D. Penutup
Sementara informan T menyatakan Kesimpulan: Penelitian ini menemukan
bahwa “......Kalau untuk jajan anak ya bahwa (1) secara umum informan
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)
Offset.
Lestari. (2009). Hubungan pola asuh orang
tua dengan prestasi belajar anak.
Kencana.
Miles, M. B., & Hubermen, A. M. (1994).
Qualitative data analysis. Sage
Publications Ltd.
Myers, D. . (2012). Psikologi sosial. Salemba
Humanika.
Nasaruddin, E. H. (2016). Kriminologi.
Pustaka Setia.
Regoli, R. ., Hewitt, J. ., & Delisi, M. (2008).
Delinquency in society: Youth crime in
the 21st century (7th ed). McGraw-Hill,
Inc.
Santrock, J. . (2012). Life-span development
(perkembangan masa hidup edisi 13 Jilid
1, Penerjemah: Widyasinta,B). Erlangga.
Shochib, M. (2015). Pola asuh orang tua
dalam membantu anak mengembangkan
disiplin diri. Rineka Cipta.
Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. WHO.
Sutisna, I. (2016). Pengaruh pola asuh orang
tua terhadap perilaku agresi anak. Jurnal
Pendidikan Nonformal, 1(2).
Tridhonanto, A., & Agency, B. (2014).
Mengembangkan pola asuh demokratis.
Gramedia.
Willig, C. (2008). Introducing qualitative
research in psychology. McGraw Hill.