Anda di halaman 1dari 11

Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I.

Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta

Parent Patterns Of Klitih Teenager In Yogyakarta

Ahmad Riyadi1, Hadi Suyono2, dan Elli Nur Hayati3


Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jl. Kapas No. 9 Yogyakarta, 085292312783,
kangamartimes@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the parenting styles of adolescents who perpetrated “klithih”. This study uses a qualitative
method with a phenomenological approach. The data collection technique used was in-depth interviews, and all
interviews were recorded under the psrticipant’s consent. A semi structure interview guide was employed. The number
of subjects who participated in this study were 8 subjects who were parents of the ‘klithih” perpetrators. Results of this
study were analyzed using content analysis approach, and it was found that the parenting style were permissive
indulgence and neglect. While the factors that influence that parenting style were low educational and socio-ecocnomic
level, obtained through content analysis interpretation. The results showed that there were parenting styles for
adolescent, permissive parenting; and 3) democratic parenting. There are four factors that influence parenting styles for
adolescent adolescents, namely: 1) parental education; 2) environment; 3) economy; and 4) personality.

Keywords: teenager child of the klitih, parenting styles

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua pada remaja pelaku klitih dan faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua pada remaja pelaku klitih. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dan observasi tidak
langsung. Subjek penelitian ini adalah 8 orang. Analisis data mengacu model Miles dan Huberman (1994). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua terhadap remaja pelaku klitih secara umum yaitu pola asuh permisif.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada remaja pelaku klitih ada empat, yaitu: 1) pendidikan orangtua; 2)
lingkungan; 3) ekonomi; dan 4) kepribadian.

Kata Kunci : remaja, pelaku klitih, pola asuh orang tua

A. Pendahuluan
Pola asuh merupakan cara yang pribadi yang baik, penuh semangat dalam
dilakukan orang tua dalam mendorong belajar, dan juga prestasi belajar menjadi
anak mencapai tujuan yang diinginkan. meningkat seiring pertumbuhan dan
Pola asuh berasal dari kata asuh (to rear) perkembangan yang dialami (Lestari,
yang mempunyai makna menjaga, merawat 2009). Konsep ini dapat digunakan orang
dan mendidik anak yang masih kecil tua sebagai salah satu metode disiplin
(Hastari, 2015). Ini memberi gambaran terhadap anak (Hurlock, 2012). Dengan
tentang sikap dan perilaku orang tua dan demikian, orang tua terlibat dalam
anak dalam berinteraksi, berkomunikasi pembentukan pribadi anak.
selama mengadakan kegiatan pengasuhan Pembentukan pola asuh orang tua
dengan memberi perhatian, peraturan, dalam keluarga sebagai lingkungan
disiplin, hadiah, dan hukuman, serta seorang anak pertama kali perlu dilakukan
tanggapan terhadap keinginan anaknya secara intens sehingga anak dapat
(Bahri, 2014) sehingga nilai moral sebagai merasakan dampak positif dari pola asuh
dasar berperilaku dan yang diupayakan yang diterapkan orang tua. Dengan kata
kepada anak-anak (Shochib, 2015) dan lain, pola asuh orang tua akan
terbentuk dengan sedini mungkin. mempengaruhi perilaku anak (Berkowitz
Penerapan pola asuh yang tepat (2003), sehingga perkembangan motorik
diharapkan membentuk anak menjadi kasar dan halus, perkembangan bahasa dan
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

kemampuan sosial anak (Budiarnawan et kecenderungan untuk mengadopsi


al., 2014) menjadi lebih baik. Karenanya, informasi yang diterima oleh teman-
keadaan kehidupan keluarga bagi seorang temannya, tanpa memiliki dasar informasi
anak dapat dirasakan melalui sikap dari yang signifikan dari sumber yang lebih
orang yang sangat dekat dan berarti dapat dipercaya (Sutisna, 2016). Hal ini
baginya, dalam hal ini orang tua. diduga sebagai salah satu bentuk tindak
Pola asuh orang tua berdasar kekerasan yang kerap kali dilakukan
Baumrind. D (1996); Tridhonanto & remaja masa kini. .
Agency (2014) terdiri dari tiga jenis, yaitu Kasus kenakalan remaja di Indonesia
(1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh berdasar data Badan Pusat Statistik (Badan
permisif, dan (3) pola asuh demokratis. Pusat Statistik, 2017) meningkat setiap
Ketiga jenis pola asuh tersebut memiliki tahun. Hal ini merupakan perilaku kriminal
peran yang berbeda-beda serta aspeknya atau antisosial yang dilakukan oleh
masing-masing. Aspek pola asuh orang tua individu dengan usia kurang dari 18 tahun,
menurut Damon & Leaner (2006) terdiri yang jika ditinjau dari perilaku
dari warmth (kehangatan), control dikelompokkan dalam dua tipe, yaitu tipe
(pengaturan), dan communication status offenses dan tipe delinquent offenses
(komunikasi). Ketiganya saling berkorelasi (Regoli et al., 2008). Status offenses yaitu
dalam tumbuh kembang anak, yang perilaku yang dianggap tidak tepat bagi
meliputi keadaan fisik, emosional sosial anak-anak dan remaja, seperti merokok,
dan intelektual. minum alkohol, pergi dari rumah, atau
Masa remaja dimulai pada usia 10 tidak masuk sekolah. Delinquent offenses
hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 yaitu perilaku yang melanggar sistem
hingga 20 tahun. Remaja merupakan masa hukum, seperti mencuri, menganiaya,
transisi di mana remaja banyak mengalami menggunakan senjata tajam, atau perilaku
perubahan meliputi perubahan fisik, vandal.
kognisi, emosi dan sosial. Perubahan yang Yogyakarta sebagai kota pelajar
paling khas pada remaja adalah pubertas. ternyata tidak terlepas dari kasus kenakalan
Pubertas merupakan sebuah proses remaja oleh pelajar yang sudah mengarah
kematangan fisik yang berlangsung cepat, perilaku agresif dan menyebabkan korban
melibatkan perubahan hormonal dan tubuh jiwa. Diantarnya kasus seorang siswa
(Santrock, 2012). Setiap anak yang SMKN 1 Seyegan yang tewas pada
memasuki usia remaja akan cenderung Oktober 2014 karena dikeroyok belasan
conform dan mengikuti sikap atau perilaku pelajar (Kresna, 2014). Kemudian seorang
kelompoknya. Remaja bersama pelajar SMA Bantul disekap dan dianiaya
kelompoknya, remaja akan merasa karena tato Hello Kitty pada Februari 2015
menemukan ”identitas” dan berharap tidak (Kusuma, 2015), dan pelbagai kasus lain
mengalami penolakan dengan konformitas yang sudah menjadi fenomena hingga
nya tersebut. Konformitas adalah sekarang. Fenomena kenakalan remaja
perubahan perilaku atau kepercayaan yang mendapat perhatian masyarakat
seseorang sebagai akibat dari tekanan adalah Klitih.
kelompok (Myers, 2012). Klitih merupakan salah satu bentuk
Pada masa remaja, kedekatannya anarkisme remaja yang dilakukan oleh dua
dengan peer-groupnya sangat tinggi karena orang atau lebih dengan menggunakan
selain ikatan peer-group menggantikan benda-benda tajam seperti pedang,
ikatan keluarga, teman juga merupakan samurai, parang, gir, pisau, dan lain
sumber afeksi, simpati, dan pengertian, sebagainya (Nasaruddin, 2016). Istilah ini
saling berbagi pengalaman dan sebagai banyak digunakan masyarakat di D.I.
tempat remaja untuk mencapai otonomi Yogyakarta untuk menggambarkan
dan independensi. Oleh sebab itu tidak sekelompok remaja yang kelayapan atau
heran apabila remaja mempunyai bepergian tanpa tujuan yang jelas dengan
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

membawa kendaraan dan senjata tajam dengan menggunakan teknologi


untuk melukai orang lain (Ichan, 2016; komunikasi seperti telepon, whatshaap,
Koeswara, 1998). Motif perilaku klitih media sosial, media internet, video call,
bermacam-macam. Ada yang bertujuan dan teknologi telekomunikasi lainnya.
untuk menunjukkan eksistensi di Hasil wawancara peneliti dengan
lingkungan geng namun ada pula yang seorang ayah dari pelaku klitih, inisial WJ,
balas dendam karena permusuhan antar 56 tahun, Warga Kabupaten Sleman
geng/kelompok sekolah. Aksi tersebut memang ada kesalahan pola asuh orang tua
diduga berdampak negatif terhadap citra sehingga membuat putranya berperilaku
remaja di mata masyarakat karena agresif dan melakukan tindak kekerasan
menyebabkan korbannya terluka, bahkan dengan menggunakan senjata tajam atau
meninggal dunia. klitih. Dalam kehidupan sehari-hari, WJ
Aksi tindakan kekerasan dalam 5 mengaku jarang mengontrol pergaulan
tahun terakhir di Provinsi Daerah putranya terutama siapa saja teman-teman
Istimewa Yogyakarta mengalami putranya di luar tempat tinggalnya dengan
peningkatan. Aksi remaja yang alasan sibuk bekerja sebagai buruh
menggunakan senjata tajam dan lain serabutan. Bahkan, WJ sering membiarkan
sebagainya terjadi pada malam hari yang putranya ketika melakukan kegiatan
dilakukan oleh sebagian besar pelaku yang minum-minuman keras bersama teman-
berstatus sebagai pelajar dan putus sekolah. temannya di luar rumah dengan alasan
Data Polda DIY pada tahun 2018 wajar karena usia remaja dan tidak ingin
menyebutkan geng pelaku klitih paling menyakiti perasaan putranya dan teman-
banyak ada di Kota Yogyakarta yaitu 35 temannya. Selain itu, WJ mengaku jarang
geng. Selanjutnya, di Kabupaten Bantul memberikan nasehat kepada putranya
sebanyak 16 geng, di Kabupaten Sleman ketika sering membolos sekolah atau tidak
sebanyak 15 geng, di Kabupaten Kulon berangkat ke sekolah hingga akhirnya
Progo sebanyak 4 geng, dan di Kabupaten dikeluarkan dari sekolah. Pergaulan
Gunungkidul sebanyak 1 geng. Di putranya semakin tidak dapat dikontrol
Kabupaten Sleman, aksi klithih telah pasca putranya minta dibelikan sepeda
terjadi sebanyak 17 kasus selama bulan motor namun dengan alasan tidak memiliki
Januari-Agustus 2017. Pelaku klithih uang WJ tidak dapat membelikan sepeda
merupakan remaja berusia 14-19 tahun dan motor sehingga membuat putranya tidak
sebagian besar berstatus pelajar. mau pulang ke rumah sampai seminggu
Peristiwa aksi klitih yang melibatkan lebih. Dari wawancara tersebut kita bisa
remaja tentu tidak lepas dari pola mengambil asumsi sementara bahwa ada
pengasuhan orang tua dan juga kemajuan kaitan antara pola asuh yang diterapkan
teknologi yang semakin pesat. dengan perilaku klithih di Yogyakarta.
Perkembangan teknologi komunikasi Berdasarkan deskripsi di atas,
membuat hubungan personal antara orang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tua dengan anaknya mengalami penurunan, pola asuh orang tua pada remaja perilaku
terlebih bagi orang tua yang sibuk bekerja klithih dan faktor apa saja yang
dan tinggal di luar kota jauh dari putra- mempengaruhi pola asuh orang tua pada
putrinya. Lestari (2009) mengatakan remaja perilaku klithih. Harapannya, hasil
pembentukan kematangan emosi tidak penelitian ini dapat meningkatkan dan
lepas dari peran pola asuh orang tua, memperluas wawasan ilmu psikologi
karena orang tua adalah yang pertama khususnya psikologi perkembangan serta,
memiliki peran dalam mengatur dan memberi gambaran kepada orang tua
mendidik seorang remaja untuk tentang pola asuh yang tepat bagi anak
memperoleh kematangan yang baik. Akan sebagai upaya preventif dan acuan untuk
tetapi orang tua modern lebih sering peneliti selanjutnya dalam
berkomunikasi dengan putra-putrinya mengembangkan penelitian terkait perilaku
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

kenakalan remaja dalam hal ini klitih di D.I. Yogyakarta tahun 2018 berjumlah 71.
D.I. Yogyakarta Paling banyak terdapat di Kota Yogyakarta.
Kemudian berturut-turut adalah Kabupaten
B. Penggunaan Metode Penelitian Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Penelitian ini menggunakan Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul.
pendekatan kualitatif dengan jenis Distribusi jumlah geng pelaku Klitih di
fenomenologi. Pendekatan ini digunakan D.I. Yogyakarta tersaji dalam tabel 1.
untuk mengeksplorasi fenomena spesifik
(Creswell, 2016; Willig, 2008) terhadap Tabel 1. Data Geng Pelaku Klitih di DIY
pola asuh orang tua pada remaja pelaku Kota/Kabupaten Jumlah
Kota Yogyakarta 35
klitih dan faktor-faktor yang Kabupaten Sleman 15
mempengaruhinya di D.I. Yogyakarta. Kabupaten Bantul 16
Untuk mendapat informasi tentang Kabupaten Kulon Progo 4
fenomena tersebut digali pelbagai Kabupaten Gunungkidul 1
Total 71
informasi pada orang tua pada tiga
*Sumber: Polda DIY
Kabupaten yang tersebar di D.I.
Yogyakarta.
Pelaku Klitih merupakan remaja usia
Sumber data atau informan dalam
10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia
penelitian ini adalah lima (5) orang tua
18 hingga 20 tahun. Remaja merupakan
(ayah dan ibu) remaja pelaku Klitih pada
masa transisi di mana remaja banyak
Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan
mengalami perubahan meliputi perubahan
Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
fisik, kognisi, emosi dan sosial. Perubahan
Informan dipilih secara purposive berdasar
yang paling khas pada remaja adalah
informasi dari Kantor Kepolisian dan
pubertas. Pubertas merupakan sebuah
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) D.I.
proses kematangan fisik yang berlangsung
Yogyakarta yang menangani pelaku tindak
cepat, melibatkan perubahan hormonal dan
Klitih bahwa remaja pada ketiga
tubuh (Santrock, 2012). Data KPAI (2016),
Kabupaten tersebut paling banyak
pelajar yang terlibat dalam perkelahian
melakukan Klitih.
masal/tawuran pada tahun 2013 tercatat
Pengumpulan data menggunakan
sebanyak 126 kasus, dan tahun 2014
panduan wawancara mendalam semi
sebanyak 46 kasus, tahun 2015 sebanyak
terstruktur dan observasi tidak langsung.
126 kasus, dan tahun 2016 sebanyak 41
Wawancara mendalam semi terstruktur
kasus. Sementara itu, pelajar yang terlibat
digunakan untuk menggali lebih mendalam
dalam tindakan kekerasan di sekolah
pola asuh orang tua pada remaja Klitih dan
berupa bullying pada tahun 2013 tercatat
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
sebanyak 63 kasus, tahun 2014 sebanyak
Wawancara mendalam semi terstruktur
67 kasus, tahun 2015 sebanyak 93 kasus,
dilakukan peneliti terhadap sumber data
dan tahun 2016 sebanyak 93 kasus. Hal ini
atau informan yakni terpilih dan observasi
tidak terlepas dari pola asuh orang tua yang
tidak langsung dengan menggunakan check
belum maksimal dalam mengontrol anak
list. Teknik analisis data yang digunakan
remaja pelaku Klitih.
adalah analisis data kualitatif yang
Pola Asuh Orang Tua
mengacu pada model (Miles & Hubermen,
Orang tua sebagai aktor utama
1994), yakni menyajikan data dengan
dalam menggali informasi terkait tujuan
menarasikan dan menginterpretasikan pola
penelitian ini tersaji pada tabel berikut.
asuh orang tuas dan faktor-faktor yang
Tabel 2. Distribusi Informan
mempengaruhinya. Kode Subjek/ Usia Pendi Pekerja Juml Sumber
Orang Tua Dikan an ah Pelaku
C. Karakteristik Subjek Penelitian Anak Klitih
Diketahui
Remaja pelaku Klitih di D.I. Dari
Yogyakarta berdasar data Polisi Daerah S (Suami P) 49 SMA Sopir 3 LBH
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

Sembada marah”. Temuan tersebut ini sejalan


P (Isteri S) 34 S1 Guru 3 LBH
Sembada
dengan observasi peneliti, yang mana anak
R (Janda) 39 SMA Admin 4 LBH enggan bersalaman dengan peneliti ketika
Klinik Sembada sang ibu memintanya untuk bersalaman
T (Janda) 39 SD Juru 1 Polresta saat peneliti sedang melakukan wawancara
Masak Yogyakarta
Warung (P, observasi. Sleman, 12 Januari 2020
Makan pukul 10.15 WIB).
N (Suami K) 53 SMA Satpam 3 Polresta Sementara pola asuh yang serupa
Yogyakarta
K (Isteri N) 49 SMP Buruh 3 Polresta juga dijelaskan informan R, yang berstatus
Laudry Yogyakarta sebagai janda. Diakui bahwa “....Iya wong
M (Suami E) 49 SMP Tukang 2 LBH saya juga jarang ketemu. Dulu ketika saya
banguna Sembada
n pulang kerja, dia belum pulang sekolah.
E (Isteri K) 45 SMP Buruh 2 LBH Ketika saya pulangnya malem, dia kadang
rumah Sembada wis main. Jarang kalau nonton TV,
tangga
Pokoknya kalau di rumah di itu nge-game.
*Sumber: Data olahan 2021
Temen-temennya juga bilang kalau anak
Berdasar hasil wawancara kan sekarang nge-game terus Bu”. Hal
ditemukan bahwa pola asuh yang serupa juga dinyatakan informan T bahwa
dilakukan orang tua terhadap remaja “Saya sibuk di warung, masak, jaga
pelaku Klitik berdasar hasil wawancara warung, dan lain sebagainya.” (T, seorang
termaktub tipe pola asuh permisif. Ini ibu, single parent). “Saat SD dulu sampai
ditandai dengan kasih sayang dan kelas 5, seragam dan buku ya saya yang
keterlibatan emosi antara orang tua dan menyiapkan. Tapi setelah saya anggap
anak. Informan dengan inisial S dan P besar ya saya lepas sendiri, buku
menyatakan bahwa “...ya kalau di rumah pelajarannya, seragamnya, sepatunya dan
cuma tiduran, kadang ada inisiatif nyuci lain sebagainya” (R, seorang ibu, single
piring setelah dipaksa ikut mencuci piring. parent).
Dia kalau mau makan apa yang dipingin Kedua orang tua diatas sangat
juga masak sendiri kadang. Tapi masih memanjakan anak mereka dalam
manja juga, kadang tidur sama mamakne. kehidupan sehari-hari. Terlihat dari sering
Karena anak bontot juga, jadi manja. mencuci pakaian sang anak. Ini merupakan
Kadang mak e bikinin ini, mak e dulang tindakan keliru yang seharusnya tidak
gitu haha....” dilakukan orang tua terhadap anak yang
Lebih lanjut dijelaskan bahwa “kalau sudah memasuki usia remaja. Orang tua
dia mau keluar pas mau maghrib gitu, ya seharusnya tegas dalam memberi arahan
saya bilang dek kowe keno metu tapi bar terhadap anaknya.
maghrib, sholat o dhisik, tapi dia gak Informan N dan K mengaku hal yang
menghiraukan”. Ini menjadikan anak berbeda. Dalam keseharian, tidak ada
menjadi manja karena orang tua mengikuti waktu khusus untuk saling berbicara dan
kemauan anaknya. Terbukti dari bertukar pikiran. Karena kedua aktor
pernyataan informan P bahwa “klambine memiliki kesibukan masing-masing. Baik
kabeh sek kotor ya aku sek nyuci. Yang orang tua maupun anak sama-sama sibuk
nyetrika dan naruh di lemarine. Sama dengan dunianya. “Kalau keseharian
sekali nggak mau nyuci baju, kaos, dengan anak sih biasa-biasa saja mas.
celananya sendiri termasuk dalemannya yo Terus terang memang saya jarang bareng,
nggak mau. Dia nggak malu, jare wong ketemu dengan anak-anak apalagi yang
bok’ne dewe sek nyuci kok malu”, “Lha sudah remaja itu. Mereka sering main ke
yang kecil ini dia nggak mau nyuci piring luar rumah bareng teman-temannya. Kalau
blas, kalau mau makan kok nggak ada untuk makan anak-anak yang ngurusi ya
piring ya sudah nggak jadi makan. Saya ibunya. Saya hanya ngasih uang belanja,
mau marah, percuma marah, buat apa yang masak dan belanja ya ibunya. Urusan
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

menu makan ya ibunya, saya terima apa Sedangkan informan E sebagai


adanya saja. Ya kadang anak-anak ada seorang isteri/ibu menyatakan bahwa
permintaan, kalau pas lagi pegang uang ya “Karena setiap hari saya juga harus
dibelikan sesuai maunya anak-anak. bekerja dadi otomatis waktu bareng anak-
Termasuk untuk piring dan alat dapur yang anak berkurang, biasane iso kumpul
kotor, yang nyuci ya ibunya. Anak jaman keluarga ya malem. Pakaian semuanya
sekarang mana ada mas yang mau nyuci yang nyuci ya saya, pakaian bapaknya,
piring setelah makan” (N, sebagai sumai, punya saya, ya punya anak-anak semua
ayah). Kondisi ini menggambarkan bahwa yang nyuci ya saya termasuk dalem-
hubungan orang tua dan anak tidak saling daleman kui mas”. Informan juga mengaku
bertemu. tidak menasihati anak karena susah diatur
Sementara informan K sebagai Istri dan diarahkan.
Informan N menyatakan bahwa “Karena Peran orang tua dalam memberi
saya sering pulang sore maka kami asuhan kepada anak-anaknya yang
sekeluarga jarang ngobrol. Paling saya memasuki usia remaja sangat penting agar
sering ngobrolnya sama anak perempuan tidak terjerumus ke hal yang tidak diingini.
karena kebetulan tidurnya sama saya. Yang Orang tua seharusnya menjadi role model
pertama tidur di kamar sendiri, kadang bagi anak-anaknya. Karena jika orang
sama adiknya. Tapi, yang SMP ini sering terlalu otoriter maka anak juga akan
tidur di ruang tamu karena memang dia meniru (Anisah, 2011). Pola pengasuhan
belum punya kamar sendiri. Malah dia yang diterapkan orang tua cenderung sama,
sering tidur di rumah temanya”. Ini baik bersifat memanjakan maupun yang
merupakan gambaran keseharian orang tua membiarkan/mengabaikan. Secara umum,
dan anak ketika berada di rumah, dimana orang tua banyak membiarkan dan
anaknya yang terlibat Klitih jarang tidur di memanjakan anak serta tidak mengawasi
rumah karena keterbatasan ruang tidur. aktifitas keseharian anaknya, baik itu
Terkait pemenuhan kebutuhan sehari-hari ketika berada di lingkungan rumah dan di
dijelaskan bahwa “Kalau mengenai makan lingkungan sekolah, serta tidak mengenal
sih semua saya serahkan kepada anak. dengan siapa saja dan di mana anak-
Kalau anak mau makan ya makan kalau anaknya bergaul ketika berada di luar
nggak makan ya saya diam saja. Nanti rumah dan di luar sekolah sehingga para
kalau lapar lak makan sendiri. “Kami orang tua tidak mengetahui bagaimana
memang jarang makan bersama, kalau pun perilaku anak-anaknya. Akibatnya anak-
makan bersama itu ketika kami ada anak mengalami kesulitan dalam
hajatan dan itu jarang sekali. Anak yang mengendalikan diri sendiri atau mudah
pertama dan yang kedua sering di luar emosi, tidak terampil dalam pergaulan
rumah, mereka sering main keluar sama dengan teman dan sekitarnya, tidak dapat
teman-temannya. Nggak tahu main kemana mengatur diri sendiri, cenderung
saja. Ketika saya pulang ke rumah kok bermasalah dengan teman atau orang lain,
mereka tidak ada, baru saya telepon. kalau egois, serta pendendam.
siang saya jarang telepon mereka, gimana Selain itu, anak-anak mencari
mau telepon pekerjaan di laudry numpuk aktualisasi diri di luar dari lingkungan
nggak sempat mikirin mereka”. Berdasar keluarganya, orang tua yang cenderung
hasil observasi ditemui pada hari Minggu membiarkan serta membebaskan segala hal
atau hari lain yang libur kerja di proyek. aktivitas yang dilakukan lebih leluasa
Saat peneliti datang tidak sesuai hari janji, mendapatkan stimulus pergaulan dari luar
subjek M tidak ada di rumah. Rumah yang tidak terkontrol oleh orang tuanya,
tertutup rapat tidak ada aktifitas orang. (M, sehingga berdampak pada pendidikan anak-
observasi, Bantul. 15 Januari 2020 pukul anak. Orang tua kewalahan dengan tingkah
14.20) laku putra-putrinya yang memasuki usia
remaja. Tidak heran apabila anak-anak
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

sering bertindak berlebihan dan merugikan kalau naik kelas bisa peringkat lima
orang lain bahkan anak dikeluarkan dari besar mau dibelikan PS (play station),
sekolah akibat tindakannya. akhirnya dia belajar terus dan akhirnya
Dengan demikian, dapat dikatakan bisa masuk lima besar. Tapi janjinya gak
bahwa pola asuh orang tua yang diterapkan ditepati sama bapaknya. Anaknya jadi
bagi remaja pelaku Klitih di Kota males-malesan, sekolahnya
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan jadi….awalnya di situ. Pasca itu kan
Kabupaten Bantul merupakan pola asuh pergaulannya sama temen-temennya itu.
tipe permisif. Tipe pola asuh yang ditandai Anak kalau dikerasin semakin keras.
dengan kasih sayang dan keterlibatan emosi Jadi mending kita semua yang leren
antara orang tua dan anak tidak tampak yang ngalah. Karena anaknya gitu,
dalam kehidupan keseharian antara orang kalau dia tersinggung…marah. Misal
tua dan remaja pelaku Klitih. Ini dia gak melakukan terus kita menuduh
menunjukkan bahwa pola asuh orang tua gitu dia marah ” (R, seorang ibu single
berdampak terhadap kenakalan remaja parent). Lebih lanjut dijelaskan informan
berupa tindakan perilaku klitih. Karena T bahwa: “Karena sekarang apa-apa
anak-anak diberi kebebasan untuk bisa sendiri, ya sejak SD kelas 5 semua
melakukan pelbagai tindakan atas saya minta ambil dan menyiapkan
kemauannya tanpa dikontrol orang tua. sendiri. Mulai seragam, buku pelajaran,
dan lain sebagainya. Kalau pagi-pagi
Faktor Pola Asuh pada Remaja Pelaku jam 06.00 kok belum bangun ya saya
Klitih lihat ke kamar, saya bangunkan agar
Berdasar hasil penelitian, terdapat tiga segera mandi dan ke sekolah...” (T,
faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan seorang ibu single parent). Informan N
orang tua terhadap anaknya yang menjadi dan K juga menjelaskan hal yang sama,
pelaku klitih, yaitu : bahwa: “Saya dan isteri tidak pernah
1. Lemah dalam mendidik tanggungjawab menuntut apa-apa dari anak-anak. Yang
Pengalaman orang tua dalam penting rajin sekolah, jangan pernah
mendidik anak mempengaruhi persiapan bolos. Kalau ada PR ya dikerjakan.
mereka menjalankan pengasuhan. Beber Anak sekarang kalau terlalu dikekang
apa cara yang dapat dilakukan untuk me sekolahnya malah bisa nakal mas. Saya
njadi lebih siap dalam menjalankan pera biarkan saja, nanti dia akan berpikir
n pengasuhan antara lain: terlibat aktif sendiri, toh itu semua nanti untuk masa
mengajarkan pendidikan tanggungjawab, depannya sendiri” (N, seorang
mengamati segala sesuatu dengan berori suami/ayah). Sementara informan E
entasi pada masalah, berupaya menyedia menyatakan bahwa “....nek pas anakku
kan waktu dan menilai perkembangan fu tak kon sinau, anakku ngeyel pol.
ngsi keluarga dan kepercayaan. Berdasar Disuruh belajar malah ngamuk, malah
wawancara, orang tua menyatakan dolanan game, nek di marahi terus lungo
bahwa: “...kalau pas sekolah kamu nomahe kancane, ora muleh-muleh,
jangan ke sini, kalau udah pulang pernah, 3 dino ora muleh, ora sekolah,
sekolah gak apa-apa kamu main di sini terus tak goleki. Tak pikir yo tetap
(S, seorang suami/ayah). Ojo kok nyapu, sekolah, mangkat seko omahe kancane,
kamar turu wae gak gelem kok, opo eh ternyata ora” (M, seorang
maneh nyapu, ngepel. Karena sering suami/ayah).
nggak mau ketika disuruh ya akhire Merujuk pada temuan di atas,
males akon aneh....” (P, seorang dapat dijelaskan bahwa pendidikan
isteri/ibu). tanggungjawab dan pengalaman orang
Sementara orang tua yang lain tua dalam perawatan anak-anak
juga menjelaskan bahwa “Dulu pas kelas mempengaruhi persiapan mereka
tiga dijanjikan sama bapaknya, katanya menjalankan pengasuhan. Ini terlihat
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

dari informan yang tidak mengajarkan Tapi, kadang-kadang dia juga bantu-
pendidikan tanggung jawab kehidupan bantu di warung, nyuci piring dan lain
sehari-hari, dimana orang tua sebagainya…Kalau dia mau ada acara
memanjakan anak dengan mencuci terus kebetulan pakaianya kotor, ya dia
pakaiannya, membersihkan kamar tidur, minta saya untuk nyuci. Sebagai ibu
dan membersihkan rumah. Godfrey berulang kali ngajari nyuci dewe, tapi ya
(2010) menjelaskan bahwa pendidikan itu nggak mau…tapi ya itu nggak mau,
merupakan salah satu pengaruh malah kalau disuruh marah dan keluar
lingkungan atas individu untuk rumah tidak pulang berhari-hari nginap
menghasilkan perubahan-perubahan di rumah temannya” (T, seorang ibu
yang tetap atau permanen di dalam single parent).
kebiasaan tingkah laku, pikiran dan Informan N, menyatakan “Anak
sikap. Orang tua yang sudah mempunyai sekarang kalau terlalu dikekang
pengalaman sebelumnya dalam sekolahnya malah bisa nakal mas. Saya
mengasuh anak akan lebih siap biarkan saja, nanti dia akan berpikir
menjalankan peran asuh, selain itu orang sendiri, toh itu semua nanti untuk masa
tua akan lebih mampu mengamati tanda- depannya sendiri” (N, seorang
tanda pertumbuhan dan perkembangan suami/ayah). Sedangkan informan M dan
yang normal (Supartini, 2004). E menjelaskan bahwa“... terus terang
saya jarang ketemu dengan anak,
2. Lingkungan dan teman sebaya apalagi ngobrol. Saya berangkat dari
Lingkungan mempengaruhi perke rumah jam 06.30an dan sampai rumah
mbangan remaja, baik secara fisiologi m jam 17.00. Kalau hari Minggu kerja
aunpun psikologis. Lingkungan yang bai bangunan memang libur, cuma saya cari
k akan menjadikan anak yang baik, seme uang tambahan dengan ngojek online.
ntara itu lingkungan yang buruk akan me Kadang, selesai kerja di bangunan saya
njadikan anak bertingkah laku yang buru tidak langsung pulang, saya langsung
k. Berdasar wawancara ditemukan ngojek, ya lumayan dapat uangnya bisa
bahwa “....Tapi aku yo gak iso nesu mas, nambah-nambah. Makanya jarang
nek nesu anakku iso lungo adoh maneh. ketemu anak-anak, kalau ktemu ngobrol
Dadi yo tak nengke wae.....” (S, seorang ya sebelum sekolah atau pas saya
suami/ayah).“....iya minum-minum keras pulang kerja anak-anak sudah di rumah
di rumah, saya marahi betul itu. Tapi belum pada tidur” (M, seorang
masih saya beri kelonggaran, karena suami/ayah).
lingkungan saya dan kakak-kakaknya Kondisi di atas menunjukkan
dulu juga gitu di rumah itu....” “Saya bahwa lingkungan dan teman sebaya
pagi sampai siang ngajar di SMP ...., turut mempengaruhi perkembangan
bapaknya jadi sopir di ..... Terus terang remaja, baik secara fisiologi maupun
saya tidak tahu kenapa anak saya bisa psikologis. Lingkungan yang baik akan
seperti itu..” (P, seorang isteri/ibu) menjadikan anak yang baik, sedangkan
Hal serupa juga dijelaskan lingkungan yang buruk menjadikan anak
informan R bahwa: “.... Gak ada temen bertingkah laku yang buruk, seperti yang
anak kampung sini malahan, temennya dijelaskan informan bahwa anak mereka
ya anak-anak geng itu. Ya dia tu pulang tumbuh di lingkungan yang kurang baik
pergi pulang pergi gitu lo. Dan dan teman sebaya yang membawa
temannya itu gak sebaya dia, pasti lebih mereka melakukan tindakan yang
besar daripada dia...” (R, seorang ibu melanggar norma yang ada.
single parent). Sementara itu, informan
T menyatakan, “Yang namanya anak ya 3. Kondisi ekonomi keluarga
tak biarkan saja. Mau dimarahi Secara tidak langsung, kondisi
percuma, kadang malah balek marah. ekonomi berpengaruh terhadap
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

pengasuhan orang tua kepada anaknya. setiap hari ada mas, rata-rata ya kasih
Hal ini terkait dengan dukungan yang setiap hari minimal Rp. 5.000. Ya
bersifat material untuk kelangsungan sebenarnya uang segitu tidak cukup,
hidup keluarga, baik untuk pendidikan wong anak jaman sekarang, senengnya
dan kebutuhan sehari-hari. Kondisi nongkrong. Tapi mau bagaimana lagi,
ekonomi subjek dalam penelitian ini, mau kasih banyak uang dari mana. Tapi,
semuanya mengharuskan mereka untuk saya sodara saya ngasih uang agak
bekerja penuh waktu, baik dalam banyak ya anak saya kasih uang jajan
mengelola warung ataupun di luar lebih buat beli makan atau nongkrong di
rumah, yang menyebabkan sangat luar sama temen-temennya.” (T, seorang
kurangnya waktu mereka untuk ibu single parent).
berinteraksi secara intens dengan anak- Informan N dan K memberi
anaknya. informasi bahwa “Kebetulan saya
Hasil wawancara dengan informan bekerja sebagai pegawai swasta. Jadi
pasangan suami isteri S dan P, diperoleh satpam hotel di Jogja. Masuk kerjanya
pernyataan bahwa:“…saya kerja jadi tidak tentu karena model shif. Kadang
sopir di ....…Setiap hari saya sibuk stan masuk pagi, kadang masuk sore, kadang
by nyopir. Jadi waktu bersama keluarga masuk tengah malam karena di kantor
kurang.....” (S, soerang dibagi menjadi shif. Kalau masuk pagi,
suami/ayah).“....Dadi lek ditukokke ora setelah jaga saya ngojek mas, untuk
dadi kekarepan, lek diwehi duwit dewe- tambah-tambah. Kalau masuk malam,
dewe ngko mesti beda karo sing tak siangnya setelah tidur saya juga ngojek.
karepke. Tak kongkon tuku klambi sering Kalau nggak kerja sampingan ya nanti
duwite orang ditukokne klambi, malam kebutuhan keluarga tidak cukup apalagi
entek gawe tuku werno-weno, tuku anak saya tiga, dan sudah ada dua yang
bensin, ban e bocor wis macem-macem masuk remaja.” (N, seorang
alasane. Tapi ketika saya yang belikan suami/ayah). Informan menyatakan
emoh gah wis dadi mereka ke mengambil bahwa “....setiap hari bekerja. Kerja di
kesempatan lek diwehi terus dienggo rumah orang, rumah tangga, ya mulai
liyane, sering banget kayak gitu. Nek wis masak, nyuci, bersih-bersih rumah
ngono, yo tak nengke wae, piye maneh. juaraganku...Karena setiap hari saya
Arep nesu, paling besok begitu lagi....” juga harus bekerja dadi otomatis waktu
(S, soerang suami/ayah). bareng anak-anak berkurang, biasane
Sementara informan P sebagai iso kumpul keluarga ya malem...” (E,
isteri/ibu menyatakan bahwa ““...Setiap seorang isteri/ibu).
hari, dia selalu dapat uang jajan mas. Ya Faktor ekonomi memberi dampak
minimal Rp 10 ribu, belum termasuk terhadap pola asuh orang tua. Hal ini
uang bensinya....” (P, seorang terkait dengan dukungan yang bersifat
isteri/ibu).“....Namanya juga anak ya, material untuk kelangsungan hidup
biar dia gelem sekolah ya sama keluarga, baik untuk pendidikan dan
bapaknya dibelikan sepeda motor. kebutuhan sehari-hari. Temuan yang
Sepeda motor yo kudu sesuai selerane, menarik bahwa sebagian besar subjek
jaluke anyar Vario puteh....” (P, seorang memiliki tingkat ekonomi menengah ke
isteri/ibu). Sedangkan informan R atas. Segala kebutuhan dan keinginan
menjelaskan bahwa “…Iya wong saya anak-anaknya cenderung di penuhi,
juga jarang ketemu…ketika saya pulang namun kontrol terhadap apa yang
kerja, dia belum pulang sekolah. Ketika dipenuhi kepada anak sangat rendah.
saya pulangnya malem, dia kadang wis
main..” (R, seorang ibu single parent). D. Penutup
Sementara informan T menyatakan Kesimpulan: Penelitian ini menemukan
bahwa “......Kalau untuk jajan anak ya bahwa (1) secara umum informan
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

menerapkan pola pengasuhan permisif. penelitian ini dapat selesai dilaksanakan.


Para orang tua pelaku klitih membiarkan Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
dan memanjakan anaknya dan tidak kepada Rektor Universitas Ahmad Dahlan
mengawasi aktivitas keseharian anaknya, Yogyakarta beserta jajarannya, pembimbing,
baik itu ketika berada di lingkungan rumah Polresta Yogyakarta dan Polsek Umbulharjo
maupun di lingkungan sekolah, serta tidak Kota Yogyakarta, dan seluruh pihak yang
mengenal dengan siapa saja dan di mana terlibat.
anak-anaknya bergaul ketika berada di luar
rumah dan di luar sekolah sehingga para Pustaka Acuan
orang tua tidak mengetahui bagaimana
perkembangan perilaku anaknya. Orang Anisah, B. (2011). Teori Belajar Orang
tua pelaku klitih membiarkan, Dewasa. PT Remaja Rosdakarya.
memanjakan, dan tidak mengawasi Badan Pusat Statistik. (2017). STATISTIK
pergaulan aktivitas keseharian anaknya, KRIMINAL 2017. Badan Pusat Statistik,
baik itu ketika berada di lingkungan rumah Indonesia.
maupun di lingkungan sekolah, serta tidak Bahri, S. (2014). Pola asuh orang tua dan
mengenal dengan siapa saja dan di mana komunikasi dalam keluarga. Rineka
anak-anaknya bergaul ketika berada di luar Cipta.
rumah dan di luar sekolah sehingga para Baumrind. D. (1996). Effect of authoritative
orang tua tidak mengetahui bagaimana parental control on child behavior. Child
perilaku anaknya. Pengasuhan Development, 37(4), 887–907.
mengabaikan dapat dilihat pula dari Berkowitz, A. (2003). Applications of social
kurangnya perhatian orang tua dalam norms theory to other health and social
mengawasi pergaulan anak di luar rumah justice issues. Chapter 16 in H. W.
dan dalam memilih teman-temannya di Perkins (Ed.). The social norms approach
luar rumah, (2) dalam pengasuhan orang to preventing school and college age
tua terhadap anak ditemukan tiga faktor substance abuse: A handbook for
yang mempengaruhi seorang anak educators, counselors, clinicians. San
melakukan tindakan Klitih, yakni Francisco: Jossey-Bass.
pendidikan, lingkungan, teman sebaya, dan Budiarnawan, Kt Antari, & N.N.M Rati, N. .
ekonomi. Kesemuanya faktor ini (2014). Hubungan antara konsep diri dan
berdampak terhadap pola asuh orang tua pola asuh orang tua terhadap hasil belajar
terhadap remaja pelaku Klitih. IPA siswa kelas V SD di Desa Selat.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas
Rekomendasi: Bagi peneliti selanjutnya Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD,
diharapkan mampu mengkaji secara lebih 2(1).
spesifik dan komprehensif mengenai Creswell, J. W. (2016). Research Design:
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
tindakan klithih, selain pola asuh orang Mixed. Pustaka Pelajar.
tua. Bagi orang tua, diharapkan mampu Damon, D., & Leaner, R. . (2006). Handbook
menerapkan pola asuh yang sesuai dengan fo child psychology. Sixth edition. Hohn
kondisi psikologis anak, sehingga dengan Wliley & Son.
pola asuh yang tepat diharapkan mampu Godfrey, J. (2010). Accounting Theory (7th
memacu potensi anak untuk keberhasilan ed.). McGraw Hill.
dalam sekolah maupun kehidupan di Hastari, C. (2015). Kematangan emosi. Lindu
masyarakat. Pustaka.
Hurlock. (2012). Perkembangan anak jilid 2.
Ucapan Terima Kasih Erlangga.
Puji syukur pertama kami ucapkan Ichan. (2016). Nilai-nilai Budaya Bangsa
Kepada Allah Tuhan Yang Esa karena berkat Indonesia. Rineka Cipta.
rahmat dan hidayah yang beliau berikan maka Koeswara. (1998). Agresi manusia. Rosda
Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Pelaku Klitih di D.I. Yogyakarta (Ahmad Riyadi, Hadi Suyono, Elli Nur Hayati)

Offset.
Lestari. (2009). Hubungan pola asuh orang
tua dengan prestasi belajar anak.
Kencana.
Miles, M. B., & Hubermen, A. M. (1994).
Qualitative data analysis. Sage
Publications Ltd.
Myers, D. . (2012). Psikologi sosial. Salemba
Humanika.
Nasaruddin, E. H. (2016). Kriminologi.
Pustaka Setia.
Regoli, R. ., Hewitt, J. ., & Delisi, M. (2008).
Delinquency in society: Youth crime in
the 21st century (7th ed). McGraw-Hill,
Inc.
Santrock, J. . (2012). Life-span development
(perkembangan masa hidup edisi 13 Jilid
1, Penerjemah: Widyasinta,B). Erlangga.
Shochib, M. (2015). Pola asuh orang tua
dalam membantu anak mengembangkan
disiplin diri. Rineka Cipta.
Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. WHO.
Sutisna, I. (2016). Pengaruh pola asuh orang
tua terhadap perilaku agresi anak. Jurnal
Pendidikan Nonformal, 1(2).
Tridhonanto, A., & Agency, B. (2014).
Mengembangkan pola asuh demokratis.
Gramedia.
Willig, C. (2008). Introducing qualitative
research in psychology. McGraw Hill.

Anda mungkin juga menyukai