Anda di halaman 1dari 8

Nama : Falenzhika Indah

Mata Kuliah : Dasar Logika

JENIS-JENIS PROPOSISI

PROPOSISI

BENTUK SIFAT KUALITAS KUANTITAS

Proposisi Proposisi Proposisi Proposisi Proposisi Proposisi Proposisi Proposisi


Tunggal Majemuk Kategorial Kondisional Positif Negatif Umum Khusus

Proposisi Proposisi
Hipotesis DIsyungtif
JENIS-JENIS PROPOSISI

Proposisi Universal Afirmatif

Proposisi Universal Negatif

Prposisi Kategoris
Proposisi Partikular Afirmatif

Proposisi Partikular Negatif

bila A maka B maka A


adalah C
Menurut Bentuk
bila A adalah B maka C
adalah D
PROPOSISI Proposisi Hipotetik

Hubungan Kebiasaan

Menurut Sebab Akibat

Hubungan Keharusan

Modalitas Intensional

Modalitas Epistemik

Proposisi Modalitas Modalitas Deontik

Modalitas Dinamik

Modalitas Aletis
HUKUM-HUKUM PERLAWANAN

Semua Orang Berprestasi Semua Orang tidak Berprestasi

Kontraris

A E

Subaltern Kontradiktoris Subaltern

I O

Subkontraris

Beberapa orang Berprestasi Beberapa orang tidak Berprestasi

Tidak Semua orang Berprestasi

SELALU SELALU TIDAK

PASTI PASTI TIDAK

Kontraris

A E

Subaltern Kontradiktoris Subaltern

I O
Subkontraris

SERING KALI TIDAK SELALU (SERING KALI TIDAK)

MUNGKIN (TIDAK PASTI TIDAK) TIDAK PASTI (MUNGKIN TIDAK)


1. PERLAWANAN KONTRADIKTORIS (A-O; E-I)
Keputusan-keputusan ini tidak dapat sekaligus benar, tetapi juga tidak dapat sama-
sama salah. Dari keempat perlawanan, perlawanan inilah yang paling kuat.
Pernyataan universal dapat dijatuhkan dengan membuktikan kontradiksinya saja.
 Jika yang satu benar, yang lain tentu salah;
 Jika yang satu salah, yang lain tentu benar;
 Tidak ada kemungkinan ketiga

Contoh:

 Kalau “Semua mahasiswa memiliki prestasi” diketahui benar maka lawan


kontradiktorisnya “Beberapa mahasiswa tidak memiliki prestasi” pasti salah.
 Sebaliknya kalau “Beberapa mahasiswa memiliki prestasi” diketahui salah,
maka “Semua mahasiswa tidak memiliki prestasi” adalah benar.

2. PERLAWANAN KONTRARIS (A-E)


 Jika satu benar, yang lain tentu salah;
 Jika yang satu salah, yang lain dapat benar, tetapi juga dapat salah;
 Ada kemungkinan yang ketiga, yaitu keduanya sama-sama salah. Karena,
kedua-duanya adalah ektrem. Antara kedua ekstrem itu masih ada
kemungkinan yang lain.
Dalam perlawanan kontraris, kedua proposisi yang berlawanan tidak dapat
sekaligus benar, tetapi dapat sekaligus salah. Jadi, jika proposisi yang satu
diketahui benar, proposisi yang lain pasti salah, proposisi yang lain bisa benar
bisa salah (tidak pasti).

Contoh :
 kalau “Semua mahasiswa memiliki prestasi”, diketahui benar, maka
lawan kontrarisnya “Semua mahasiswa tidak memiliki prestasi” adalah
salah.
 Sebaliknya kalau “Semua mahasiswa memiliki prestasi” diketahui
salah, maka lawan kontrarisnya “Semua mahasiswa tidak memiliki
prestasi” dapat benar, tetapi juga dapat salah. Jadi ada kemungkinan
bahwa kedua proposisi yang berelasi secara kontraris dapat sama-sama
salah.

3. PERLAWANAN SUBKONTRARIS (I-O)

Dalam perlawanan subkontraris, kedua proposisi yang berlawanan tidak dapat


sekaligus salah, tetapi dapat sekaligus benar. Jadi, jika proposisi yang satu diketahui
salah proposisi yang lain pasti benar; tetapi jika proposisi yang satu diketahui benar,
proposisi yang  lain bisa benar bisa salah (tidak pasti).

 Jika yang satu salah, yang lain tentu benar;


 Jika yang satu benar, yang lain dapat salah tetapi juga dapat benar;
 Ada kemungkinan yang ketiga, yakni tidak dapat keduanya sama-sama salah.
Keduanya dapat sama-sama benar.
Contoh:
 Kalau “Beberapa mahasiswa memiliki prestasi” diketahui salah maka lawan
sub-kontrarisnya “Beberapa mahasiswa tidak memiliki prestasi” adalah benar.
 Tetapi apabila “Beberapa mahasiswa memiliki prestasi” adalah benar, maka
lawan sub-kontrarisnya “Beberapa mahasiswa tidak memiliki prestasi” dapat
benar tetapi dapat juga salah. Jadi ada kemungkinan keduanya dapat sama-
sama benar.

4. PELAWANAN SUBALTERN (A-I; E-O):


 Jika yang universal benar, yang partikular juga benar;
 Jika yang universal salah, yang partikular dapat benar, tetapi juga dapat salah;
 Jika yang partikular benar, yang universal dapat salah, tetapi juga dapat benar;
 Jika yang particular salah, yang universal juga salah;
 Kedua-duanya dapat benar, tetapi kedua-duanya juga dapat salah; mungkin
pula yang satu benar, dan yang lain salah.

Contoh :

 Kalau “Semua mahasiswa memiliki prestasi” diketahui benar, maka


“Beberapa mahasiswa memiliki prestasi” pasti benar.
 Atau kalau “Semua mahasiswa tidak memiliki prestasi” benar, maka
“Beberapa mahasiswa tidak memiliki prestasi” pasti benar.
 Tetapi kalau proposisi “Semua mahasiswa memiliki prestasi” diketahui salah,
maka beberapa mahasiswa memiliki prestasi” dapat benar atau salah.
 Begitu juga “Semua mahasiswa tidak memiliki prestasi “diketahui salah, maka
“Beberapa mahasiswa tidak memiliki prestasi” bisa benar, bisa juga salah.
 Tetapi kalau “Beberapa mahasiswa tidak memiliki prestasi” diketahui salah
maka “Semua mahasiswa memiliki prestasi” diketahui salah maka “Semua
mahasiswa memiliki prestasi” atau “Semua mahasiswa tidak memiliki
prestasi” pasti salah.
DASAR LOGIKA

Pola Hubungan Sebab-Akibat dalam Kegiatan Ilmiah

 Contoh: Seorang wanita diketahui sedang menjalani tugas skripsi, kemudian esoknya
ditemukan meninggal didalam kos. Para tetangga menyimpulkan bahwa wanita
tersebut meninggal karena stress menggarap skripsi. Kesesatan: padahal saat
didiagnosa dokter, wanita tersebut memiliki asam lambung yang akut karena sering
telat makan.

Kesesatan Bahasa:

1. Kesesatan Aksentuasi, dimana salah satu suku kata tidka diberi tekanan, sehingga
menyebabkan salah arti.
 Aksentuasi Verbal, contoh: Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting).
Tahu (masakan, makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu).
 Aksentuasi non-Verbal, contoh: pernyataan “dengan satu juta rupiah anda bisa
kuliah.” Kenyataannya uang sebesar itu hnaya untuk cicilan pertama saat
masuk kuliah sebagai mahasiswa, untuk selanjutnya pada semester-semester
selanjutnya mahasiswa harus membayar uang kuliah sesuai dengan jumlah
yang ditentukan
2. Kesesatan Ekuivokasi, adalah adanya kesamaan bunyi yang memiliki arti berbeda
 Ekuivokasi Verbal, contoh: ‘menjilat’ coklat dengan ‘menjilat’ dalam arti
membesar-besarkan/mengharumkan seseorang dengan maksud dan tujuan
yang ingin dicapai.
 Ekuivokasi non-Verbal, contoh: menggunakan kemeja atau baju yang serba
putih diasumsikan orang sebagai orang yang memiliki kebersihan secara
religius, namun di India wanita yang memakai pakaian putih menjadi tanda
bahwa ia telah bercerai dengan suaminya/ janda
3. Kesesatan Amfiboli, atau kesesatan secara gramatikal yang memiliki makna ganda
hingga menyebabkan penafsiran yang berbeda.
Contoh: Andi mencintai kekasihnya, dan demikian pula saya!
 Arti 1: Ali mencintai kekasihnya, dan saya juga mencintai kekasih Ali.
 Arti 2: Ali mencintai kekasihnya dan saya juga mencintai kekasih saya
4. Kesalahan Metaforis, merupakan kesalahan campuran antara makna kiasan dengan
makna yang sebenarnya.
Contoh:
Pembicara 1: Binatang apa yang haram?
Pembicara 2: Babi
P 1: Binatang apa yang lebih haram dari binatang yang haram?
P 2: ?
P 1: Babi hamil! Karena mengandung babi. Nah, sekarang binatang apa yang
paling haram? Lebih haram daripada babi hamil?
P 2: ?
P 1: Babi hamil di luar nikah! Karena anak babinya anak haram.

Kesesatan Relevansi:

1. Argumentum ad Hominem, terjadi apabila seseorang berusaha menerima atau menolak


suatu gagasan atau ide bukan berdasarkan faktor penalaran yang ada dalam gagasan
tersebut, tetapi berdasarkan dengan pribadi dari orangyang melontarkan gagasan
tersebut.
 Tipe I (abusif) contoh: seorang juri ajang pencarian bakat memilih kandidat
yang lolos berdasarkan pada parasnya yang cantik, padahal banyak kontestan
lain yang memiliki bakat lebih bagus.
 Tipe II (sirkunstansial) contoh: suka-tidak suka, seperti saat dalam rapat
umum RT sedang terjadi musyawarah mufakat, kemudian ada salah satu yang
memberikan saran, tetapi saran tersebut tidak diterima atau ditolah oleh
sebagian besar dikarenakan orang tersebut terkenal suka mabuk-mabukan di
lingkungan setempat.
2. Argumentum ad Baculum, argumen yang mendesak orang untuk menerima suatu
konklusi tertentu, jika menolak maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan.
Contoh: Pengendara motor yang berhenti pada lampu merah bukan karena ia menaati
peraturan tetapi karena ada polisi yang mengawasi dan takut ditilang.
3. Argumen ad Misericordiam, merupakan kesesatan berpikir yang sengaja diarahkan
untuk mendapatkan belas kasihan lawan bicara agar memperoleh keinginannya.
Contoh: ada pengemis sambil menggendong bayi dengan baju yang lusuh agar
mendapatkan belas kasihan dari orang sekitar yang melewatinya
4. Argumentum ad Populum, menilai bahwa suatu pernyataan adalah benar karena
disetujui oleh banyak orang.
Contoh: lebih dari satu juta orang menggunakan apliasi B612, maka dapat dipastkan
bahwa aplikasi tersebut bagus
5. Argumentum Auctoritatis, kesesatan berpikir dimana nilai penalaran ditentukan oleh
keahlian atau kewibawaan orang yang mengemukakannya.
Contoh: apa yang dikatakan oleh ustad A itu sudah pasti benar
6. Appeal to Emotion, argumen yang sengaja diberikan dengan sengaja tidak terarah
kepada persoalan yang sesungguhnya.
Contoh: pemuda yang baik dan berbudi luhur, sudah semestinya ikut serta dalam
berdemonstrasi
7. Ignoratio Elenchi, kesesatan yang terjadis saat menarik kesimpulan yang tidak
relevan dengan premisnya.
Contoh: Felia adalah anak pertama pasti dia keras kepala
8. Argumentum ad Ignoratiam, kesesatan saat suatu pernyataan dinyatakan benar karena
kesalahannya tidak terbukti slaah atau mengatakan sesuatu itu salah karena
kebenarannya tidak terbukti ada.
Contoh: karena tuhan itu tidak terlihat, maka tuhan itu tidak ada
9. Petitio Principii, kesesataan dalam kesimpulan atau pernyataan pembenaran dimana
premis digunakan sebagai kesimpulan, dan sebaliknya.
Contoh: Belajar logika berarti mempelajari cara berpikir tepat, karena di dalam
berpikir tepat ada logika.
10. Kesesatan karena Aksidensi, kesesatan penalaran pada seseorang bila memaksakan
aturan-aturan yang bersifat umum pada suatu keadaan.
Contoh: nasi baik karena merupakan sumber karbohidrat, maka nasi juga baik untuk
penderita diabetes.
11. Kesesatan karena komposisi dan divisi, kesesatan yang terjadi apabila seseorang
berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar bagi individu atau beberapa individu
dari suatu kelompok tertentu pasti juga benar bagi seluruh kelompok kolektif.
Contoh: Umumnya pasangan artis-artis yang baru menikah pasti lalu bercerai. Dona
Agnesia dan Darius adalah pasangan artis yang baru menikah, pasti sebentar lagi
mereka bercerai.
12. Kesesatan karena pertanyaan yang kompleks, kesesatan yang bersumber pada
pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa hingga sepintas tampak
sederhana, namun bersifat kompleks.
Contoh: pertnayaan yang memiliki jawaban ya atau tidak, “apakah kamu mengambil
bolpoinku?”

Anda mungkin juga menyukai