Anda di halaman 1dari 13

PERAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM MENGATASI

KENAKALAN ANAK
(Studi Kasus di Dukuh Gorongan, Kelurahan Donohudan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah)
Erna Purnamasari
K8410021

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bentuk pendidikan
yang diberikan orang tua untuk membentengi anak dari perilaku kenakalan, (2)
Untuk mengetahui strategi masyarakat dalam mengatasi kenakalan anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis
penelitian studi kasus tunggal terpancang. Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa atau
aktivitas serta dokumen dan arsip. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi dan pengumpulan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) orang tua menerapkan pola
asuh permisif sebagai bentuk pendidikan kepada anak. Pola asuh permisif ditandai
adanya pembiaran terhadap perilaku anak, (2) berdasarkan analisis teori
Durkheim, masyarakat Dukuh Gorongan menggunakan pendekatan kekeluargaan
untuk mengatasi perilaku kenakalan anak. Pendekatan kekeluargaan adalah salah
satu bentuk sanksi represif yang diterapkan oleh masyarakat Dukuh Gorongan
yang organis.
Kata kunci: kenakalan anak, pola asuh, orang tua, masyarakat organis, sanksi
represif.

ABSTRACT
The objectives of research are: (1) To find out form of education given
by parents to shield their children from delinquency behavior, (2) To find out the
strategies of communities to resolve the juvenile delinquency.
This research used descriptive qualitative approach with case study
research of single embedded. The types of data used were primary and secondary
data. The sources of data was obtained from informants, events or activities,
documents and archives. The sampling technique in this research was purposive
sampling. The techniques of collecting data were in-dept interview, observation
and collecting documentation. The technique of analyzing data used interactive
model of analysis.
The result of research showed that: (1) parents applying permissive
parenting as a form of education for children. Permissive parenting characterized
by the omission of the child's behavior, (2) based on analysis of Durkheim's
theory, hamlet community Gorongan using a family approach to resolve the
delinquency behavior. Family approach is one form of repressive sanction that
applied by the organic community Gorongan Hamlet.
Key words: juvenile delinquency, parenting, parents, organis society, repressive
sanction.

PENDAHULUAN dilakukan oleh anak biasa disebut dengan


Berdasarkan Undang-Undang kenakalan anak. Perilaku kenakalan anak
Nomor 23 Tahun 2002 tentang dimaknai sebagai perilaku yang tidak
Perlindungan Anak, anak adalah sesuai dengan norma-norma yang hidup di
seseorang yang belum berusia 18 tahun. tengah masyarakat (Sarwirini, 2011).
Sensus penduduk Badan Pusat Statistik Perilaku kenakalan anak dapat
(BPS) pada tahun 2010 menunjukkan dengan mudah ditemui di berbagai tempat
bahwa 34,20% penduduk Indonesia yaitu dalam masyarakat. Berdasarkan observasi
sebanyak 81,4 juta jiwa adalah penduduk awal, kenakalan anak di Dukuh Gorongan
berusia anak. Pada tahun 2011, jumlah lebih banyak berwujud pelanggaran norma
hampir sama juga ditunjukkan data dari masyarakat daripada pelanggaran norma
Kementerian Pemberdayaan Perempuan & hukum, meskipun juga terdapat beberapa
Perlindungan Anak (KPP&PA) yaitu kasus yang dilimpahkan ke kepolisian.
sebanyak 33,9% atau 82,5 juta jiwa Kenakalan anak di Dukuh Gorongan
penduduk Indonesia berusia anak. Dalam antara lain membolos sekolah, tawuran,
dua tahun berturut-turut diketahui bahwa 1 keluyuran, mabuk-mabukan, mencuri serta
dari 3 orang penduduk Indonesia adalah bergabung dengan geng yang memberikan
penduduk usia anak. pengaruh buruk bagi anak.
Jumlah anak yang mencapai Semakin lama, masalah kenakalan
sepertiga penduduk Indonesia dapat anak dirasakan semakin meningkat baik
menguntungkan Negara dalam hal sosial secara kualitatif maupun kuantitatif
budaya, ekonomi, politik dan (Sudarsono, 2004: 84). Meningkatnya
pembangunan jika dapat dimanfaatkan perilaku kenakalan anak tidak terlepas dari
secara optimal. Namun jika tidak diiringi peran orang tua dan masyarakat dalam
dengan peningkatan kualitas anak, maka membimbing dan mengarahkan anak.
akan memicu lahirnya penyimpangan Keluarga sebagai tempat pengasuhan
sosial. Penyimpangan sosial yang utama sangat memengaruhi perkembangan
seorang anak. Perkembangan perilaku penelitian adalah studi kasus tunggal
anak akan dapat dicapai secara optimal terpancang dengan menetapkan satu lokasi
jika keluarga mampu menciptakan situasi dan tertuju pada satu sasaran yaitu di
yang kondusif dan mendukung melalui Dukuh Gorongan, Kelurahan Donohudan,
penerapan pola asuh yang sesuai bagi anak Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
serta sesuai dengan perkembangan zaman Boyolali, Jawa Tengah. Kasus adalah hal
yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013: yang spesifik (Denzin, 2009: 300). Kasus
12). yang diangkat dalam penelitian hanya
Setelah keluarga, lingkungan ditemukan di Dukuh Gorongan yaitu
masyarakat memegang peranan penting berkaitan dengan keterlibatan anak dalam
dalam perkembangan anak (Simandjuntak, Geng Gondhezs sebagai penyebab
1983). Masyarakat memiliki pengaruh timbulnya kenakalan anak.
besar terhadap kenakalan anak. Peran Penelitian dilakukan dalam waktu
masyarakat adalah melakukan 6 (enam) bulan dari bulan Desember 2013
pengendalian terhadap individu agar dapat hingga Mei 2014. Jenis data yang
berperilaku sesuai dengan norma dan nilai digunakan adalah data primer melalui
yang telah disepakati bersama. Jika norma wawancara dan data sekunder melalui
dan nilai dalam masyarakat tidak dapat observasi. Data wawancara digunakan
menentukan bagaimana ganjaran atau untuk memperoleh informasi tentang pola
penghargaan didistribusikan kepada asuh orang tua, jenis kenakalan anak, dan
individu, maka masyarakat telah strategi masyarakat dalam mengatasi
kehilangan pengendali atas perilaku kenakalan anak. Data observasi digunakan
individu. Akibatnya adalah lahirnya untuk menegaskan maupun mengecek
berbagai bentuk penyimpangan, salah kembali data wawancara.
satunya yaitu kenakalan anak. Sumber data dalam penelitian
adalah informan, peristiwa atau aktivitas,
METODE serta dokumen atau arsip. Informan
Penelitian ini adalah penelitian meliputi anak usia 11-18 tahun, orang tua
kualitatif. Dengan penelitian kualitatif, dari anak berusia 11-18 tahun, serta
peneliti dapat menangkap makna dari masyarakat Dukuh Gorongan. Peristiwa
pernyataan informan sehingga dapat dan aktivitas yang diamati meliputi
diperoleh pemahaman yang komprehensif interaksi orang tua dengan anak, perilaku
mengenai peran orang tua dan masyarakat kenakalan anak, serta respon masyarakat
dalam mengatasi kenakalan anak. Jenis terhadap kenakalan anak. Dokumen yang
digunakan berupa surat pernyataan hasil perilaku terhadap anak sehingga perilaku
musyawarah masyarakat Dukuh Gorongan kenakalan anak di Dukuh Gorongan
dalam mengatasi kenakalan anak. dianggap sebagai sebuah kewajaran.
Teknik sampling dalam Pembiaran perilaku anak disebabkan
penelitian ini adalah purposive sampling adanya persepsi yang salah tentang
dengan cara memilih informan yang pengasuhan karena tingkat pendidikan
dianggap mengetahui permasalahan yang orang tua yang rendah. Pendidikan orang
diteliti secara mendalam dan dapat tua adalah tamat SMP, tamat SD dan tidak
dipercaya untuk menjadi sumber data pernah menempuh pendidikan formal.
yang baik. Pengumpulan data dilakukan Orang tua memiliki persepsi bahwa
melalui wawancara mendalam, observasi mengasuh adalah memenuhi kebutuhan
dan mencatat dokumen. material anak. Sehingga orang tua
Validitas data diperoleh dengan menghabiskan sebagian besar waktunya
melakukan triangulasi sumber atau data untuk bekerja mencari uang guna
dan triangulasi metode. Triangulasi data memenuhi kebutuhan tersebut. Bapak
dilakukan dengan mengecek dua atau Supardi bekerja sebagai sopir armada es
lebih informan yang berbeda mengenai batu dari pukul 05.30 hingga 18.00 WIB.
data yang sama yaitu antara informan Ibu Sutarmi bekerja sebagai penjual
kunci dan informan pendukung. makanan keliling dari pukul 05.30 hingga
Triangulasi metode dilakukan dengan 14.00 dan suami bekerja sebagai sopir bus
membandingkan data wawancara dengan karyawan pabrik dari pukul 04.30 hingga
data observasi. 18.00 WIB. Ibu Suratmi bekerja sebagai
Penelitian ini menggunakan ibu rumah tangga dan suami bekerja
teknik analisis data model analisis sebagai tukang kayu dari pukul 07.00
interaktif yang dimulai dari pengumpulan hingga 18.00 WIB.
data melalui wawancara, observasi dan Kesibukan bekerja membuat orang
mencatat dokumen. Data yang terkumpul tua tidak memiliki waktu yang cukup
lalu direduksi. Setelah direduksi, data-data untuk berinteraksi dan berkomunikasi
disajikan dalam bentuk narasi lalu ditarik dengan anak. Sehingga orang tua kurang
suatu kesimpulan. mengetahui tumbuh kembang anak.
Informan Wiwik merasa tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN memperoleh kasih sayang dan perhatian
Hasil penelitian menunjukkan dari ayahnya karena kurang tercukupinya
bahwa orang tua melakukan pembiaran intensitas waktu bersama. Akibatnya
adalah Wiwik mencari perhatian dengan dapat ditiru oleh anak. Saat Dika tidak
cara melanggar berbagai peraturan baik di menjalankan sholat, Ibu Suratmi berusaha
lingkungan rumah, masyarakat maupun untuk menegurnya namun tidak pernah
sekolah. Pelanggaran dilakukan Wiwik diperhatikan oleh Dika. Ibu Suratmi tidak
tanpa sepengetahuan sang ayah, karena memberikan upaya lanjutan agar Dika mau
ayahnya jarang berada di rumah. menjalankan sholat karena menurut Ibu
Kesibukan Ibu Sutarmi dan suami juga Suratmi, yang terpenting adalah ia telah
menimbulkan pembiaran perilaku terhadap memberikan teguran, entah itu
anak. Ibu Sutarmi dan suami menyerahkan diperhatikan Dika atau tidak.
pengawasan perilaku Cyndi kepada anak Perilaku kenakalan anak di Dukuh
keduanya yaitu Bustar, sedangkan perilaku Gorongan dipengaruhi oleh keberadaan
Bustar tidak mendapatkan pengawasan orang yang memiliki modal untuk
dari siapa pun. Bustar membebaskan mendanai aktivitas berkumpul disertai
perilaku Cyndi karena Bustar merasa mabuk-mabukan. Orang-orang tersebut
bahwa perilakunya juga dibebaskan oleh adalah Darta, Joko dan Widi. Orang tua,
orang tua. Hal serupa juga terjadi di seperti Ibu Suratmi, membiarkan Dika
keluarga Ibu Suratmi. Kesibukan suami bergaul dengan ketiga orang tersebut
Ibu Suratmi bekerja membuat ia tidak karena adanya rasa segan dan takut. Rasa
mengetahui aktivitas Dika sehari-hari. Hal segan ditujukan kepada Darta dan Joko
ini ditambah dengan tidak adanya yang sering berkontribusi dalam setiap
keterbukaan dari Ibu Suratmi sebagai ibu acara di Dukuh Gorongan dengan modal
rumah tangga yang mengetahui perilaku yang mereka miliki. Rasa takut ditujukan
kenakalan Dika, sehingga sang suami kepada Widi. Larangan Ibu Suratmi
menganggap bahwa perilaku Dika baik- kepada Dika untuk bergaul dengan Widi
baik saja dan tidak menyimpang. dapat menimbulkan kesalahpahaman pada
Selain itu, orang tua juga tidak pihak Widi, sehingga memicu Widi
menampilkan keteladanan yang baik bagi melakukan ancaman-ancaman fisik
anak. Ibu Suratmi menyuruh Dika untuk terhadap Ibu Suratmi.
menjalankan sholat, namun Ibu Suratmi Kenakalan anak di Dukuh
sendiri tidak melaksanakannya. Demikian Gorongan dapat dibedakan menjadi
juga Bapak Supardi yang menegur Wiwik kenakalan anak yang biasa terjadi di
untuk sholat, namun Bapak Supardi juga Dukuh Gorongan dan kenakalan anak yang
tidak menjalankan sholat. Orang tua tidak masuk ke ranah kepolisian. Perbedaan
memberikan keteladanan positif yang jenis kenakalan berpengaruh pada
perbedaan strategi masyarakat untuk Lokasi mabuk-mabukan di antaranya yaitu
mengatasinya. di sepanjang jalan Wisma Haji
Kenakalan anak yang biasa terjadi Donohudan, di pos ronda RT. 02, di pos
di Dukuh Gorongan mencakup perilaku ronda RT. 03, di teras rumah Widi, di teras
membolos sekolah, pulang larut malam rumah Joko dan di teras rumah Ibu
serta aktivitas mabuk-mabukan. Perilaku Dalinem.
membolos dilakukan Ervan dan Bowo. Saat menjumpai Bowo sedang
Bowo sering membolos sekolah hingga mabuk-mabukan di sepanjang jalan Wisma
mendapatkan kunjungan dari pihak Haji Donohudan, tindakan yang dilakukan
sekolah sebanyak 4 kali. Ibu Dalinem warga yaitu memulangkan Bowo ke rumah
berpendapat bahwa perilaku Bowo dengan tujuan agar keluarga mengetahui
disebabkan orang tua yang terlalu perilaku Bowo di luar rumah sehingga
memanjakan anak sehingga Bowo keluarga dapat mengambil tindakan untuk
berperilaku sesuka hati. mengatasinya.
Selanjutnya terdapat perilaku Untuk perilaku mabuk-mabukan
pulang larut malam. Perilaku ini dilakukan yang sering dilaksanakan di teras
oleh Wiwik yang pulang pukul 02.30 dini rumahnya, Ibu Dalinem menyatakan tidak
hari saat perayaan malam tahun baru, lalu pernah memberikan teguran. Selain Ibu
Dika setiap hari pulang antara pukul 02.00 Dalinem, masyarakat juga tidak berani
04.00 dini hari, serta Bustar yang sering untuk menegur atau membubarkan. Orang
pulang pukul 06.00 pagi karena pergi ke tua dari anak yang mabuk-mabukan pun
rumah teman sekolahnya. Sanksi yang tidak ada yang datang untuk menegur
diberikan masyarakat menurut Wiwik anaknya. Menurut Ibu Dalinem, salah satu
adalah adanya perbincangan kasak-kusuk alasan anak sering mabuk-mabukan adalah
dari tetangga. Kasak-kusuk itu lama- adanya kebebasan serta tidak adanya
kelamaan terdengar oleh keluarga, lalu tuntunan dari orang tua mereka.
Wiwik akan dimarahi oleh keluarganya. Aktivitas mabuk-mabukan
Di Dukuh Gorongan juga sering berdampak pada munculnya perilaku
diadakan aktivitas mabuk-mabukan yang kenakalan lain, yaitu mencuri. Ketika tidak
melibatkan hampir semua anak laki-laki. ada dana dari Joko dan Darta, anak tidak
Informan Sami menyebutkan anak laki- bisa melakukan aktivitas mabuk-mabukan
laki usia sekolah yang sering terlibat pesta karena tidak ada uang untuk membeli
minuman keras adalah Usman, Didit, minuman keras. Hal itu memicu anak
Dika, Agus, Dicky, Anton dan Bowo. melakukan pencurian untuk mendapatkan
uang. Perilaku pencurian dilakukan oleh mengancam korban; pelaku akan
Suranto yang sering mencuri pisang melaporkan keberadaan Widi kepada
tanaman warga dan Catur yang beberapa pihak Polsek Ngemplak; serta jika pelaku
kali mencuri ayam milik bibinya sendiri. tidak menepati kesepakatan maka pelaku
Selain kenakalan di atas, di Dukuh sanggup diproses menurut hukum yang
Gorongan juga terdapat kenakalan anak berlaku. Surat pernyataan dibuat dengan
yang sampai ke ranah kepolisian. Kasus disaksikan korban dan keluarga korban,
pertama melibatkan Widi dalam kasus keluarga pelaku, saksi kejadian, serta ketua
penganiayaan terhadap Rian. Kasus ini RT 02 Dukuh Gorongan.
dapat diselesaikan melalui jalur
kekeluargaan, meskipun berkas laporan PEMBAHASAN
telah sampai ke pihak kepolisian. Penerapan Pola Asuh dalam Keluarga
Masyarakat meminta Widi membuat surat sebagai Bentuk Pendidikan Terhadap
pernyataan yang berisi bahwa Widi tidak Anak
akan mengulangi kembali perbuatannya Perilaku kenakalan anak di Dukuh
yang merugikan masyarakat Dukuh Gorongan dianggap sebagai suatu
Gorongan. Apabila Widi melanggarnya, kewajaran karena adanya pembiaran
Widi bersedia diproses secara hukum. perilaku anak oleh orang tua. Pembiaran
Surat pernyataan dibuat dan perilaku anak disebabkan adanya persepsi
ditandatangani dengan disaksikan oleh yang salah tentang pengasuhan sebagai
korban, orang tua pelaku, ketua RT 02 dan akibat tingkat pendidikan orang tua yang
03 Dukuh Gorongan, serta beberapa orang rendah. Orang tua beranggapan bahwa
saksi. mengasuh adalah memenuhi kebutuhan
Kasus kedua melibatkan Hendrik material anak sehingga orang tua
sebagai pelaku penganiayaan terhadap menghabiskan sebagian besar waktunya
Warsido dan Warsidi atas perintah Widi. untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan
Kasus ini juga diselesaikan melalui jalan tersebut. Kesibukan orang tua bekerja
kekeluargaan dengan membuat surat menyebabkan tidak terpenuhinya aspek
pernyataan. Surat pernyataan berisi bahwa pengasuhan yang lain yaitu responding
kedua belah pihak sepakat untuk preventing, monioring, mentoring dan
menyelesaikan masalah melalui jalan modelling.
kekeluargaan dengan beberapa ketentuan, Upaya responding (menanggapi)
yaitu pelaku tidak akan mengulangi tidak dilakukan oleh orang tua karena
perbuatannya; pelaku tidak akan orang tua cenderung lebih sering
memberikan reaksi atas perilaku anak. keluarga yang dapat menimbulkan
Dalam mereaksi, orang tua tidak mampu terjadinya perilaku kenakalan anak
memikirkan jalan terbaik yang harus (Santrock, 2003: 525). Pemantauan Ibu
dilakukan untuk mencapai hasil terbaik Suratmi kepada Dika yang sangat longgar
bagi anak. Reaksi yang diberikan Ibu memperbolehkan Dika bergaul dengan
Suratmi kepada Dika saat Dika tidak siapa pun, termasuk dengan Darta, Widi
menjalankan sholat tidak dapat mencapai dan Joko. Pergaulan Dika dengan orang-
hasil yang optimal. Hal ini dikarenakan orang tersebut secara langsung maupun
ketika Dika tidak menggubris teguran dari tidak langsung akan membawa pengaruh
Ibu Suratmi, Ibu Suratmi tidak tidak negatif bagi Dika.
memberikan upaya lanjutan untuk Untuk dapat melakukan mentoring
mencapai hasil yang diinginkan.. (pendampingan) kepada anak, hal yang
Upaya preventing (pencegahan) perlu dilakukan orang tua hanyalah
dilakukan sebelum perilaku kenakalan menghabiskan waktu bersama anak
anak terjadi dengan cara orang tua terlibat (Eunice Kennedy Shriver NICHD, hlm.
secara aktif dalam kehidupan anak. 17). Pendampingan anak bertujuan untuk
Hubungan positif antara orang tua dan mendukung dan mendorong perilaku anak
anak dapat memberikan lingkungan yang yang sesuai dengan aturan serta melarang
stabil bagi anak untuk tumbuh dan perilaku yang tidak sesuai. Bapak Supardi
berkembang. Dalam hubungan itu, orang melarang anaknya untuk berteman dekat
tua menerapkan peraturan secara konsisten dengan laki-laki, namun karena intensitas
beserta sanksi-sanksinya. Hal ini dilakukan waktu yang dihabiskan bersama Wiwik
agar anak mengetahui perilaku mana yang sangat terbatas menyebabkan Bapak
sesuai dan tidak sesuai dengan aturan. Supardi tidak mengetahui bahwa Wiwik
Hubungan positif tidak dapat diciptakan berulang kali melanggar larangan itu.
orang tua, karena kesibukan orang tua Akibatnya, orang tua tidak dapat
bekerja menyebabkan komunikasi dan menentukan tindakan yang harus diambil
interaksi orang tua dengan anak menjadi untuk mengatasi perilaku kenakalan anak
terbatas. agar tidak berkelanjutan.
Kesibukan orang tua bekerja juga Upaya modelling (pemodelan)
menghambat upaya monitoring dapat dilakukan orang tua dengan cara
(memantau) lingkungan pergaulan anak. menggunakan kata-kata dan tindakannya
Pengawasan orang tua yang longgar atau sendiri sebagai teladan positif bagi anak.
tidak memadai adalah faktor utama dalam Sebagai contoh, jika Bapak Supardi
menginginkan Wiwik menjalankan sholat, mereka sendiri (Herien Puspitawati, 2009:
maka Bapak Supardi juga harus rajin 11).
sholat. Anak melihat orang tua sebagai Ketergantungan dalam masyarakat
teladan dan menganggap perilaku mereka organis lebih mengarah pada hubungan
harus ditiru. Jika sang teladan melakukan ekonomi daripada hubungan emosional.
pelanggaran aturan, maka anak akan Sehingga ketika masyarakat tidak
melakukan hal yang sama. memiliki suatu hubungan tertentu dengan
Tidak adanya upaya RPM3 dalam seorang individu, mereka lebih memilih
aktivitas mengasuh anak akan mendorong untuk bersikap acuh. Ketidakacuhan
orang tua melakukan pembiaran perilaku masyarakat mencakup permasalahan
terhadap anak. Pembiaran perilaku anak kenakalan anak. Selama kenakalan anak
menandakan lemahnya kontrol dari orang tidak mengganggu dan merugikan
tua. Hurlock (dalam Aisyah, 2010: 6) masyarakat, masyarakat cenderung
mengemukakan bahwa pola asuh permisif menaruh ketidakpedulian terhadapnya.
bercirikan adanya kontrol dan bimbingan Keterlibatan anak-anak Dukuh Gorongan
yang kurang dari orang tua serta orang tua dalam aktivitas berkumpul dan mabuk-
bersikap longgar atau bebas terhadap anak. mabukan tidak mendapat perhatian yang
serius dari masyarakat karena aktivitas itu
Pendekatan Kekeluargaan Sebagai tidak merugikan masyarakat. Aktivitas
Strategi Penanganan Kenakalan Anak mabuk-mabukan hanya merugikan diri
Masyarakat Dukuh Gorongan anak sendiri baik dalam hal finansial
adalah salah satu bentuk masyarakat maupun kesehatan, sehingga hal itu tidak
organis dengan berbagai spesialisasi menjadi urusan publik.
individu di dalamnya. Dalam bidang Jika merujuk pada konsep Emile
pekerjaan, data statistik penduduk Durkheim, bentuk masyarakat Dukuh
menunjukkan bahwa di Dukuh Gorongan Gorongan yang organis idealnya memiliki
terdapat berbagai jenis mata pencaharian hukum restitutif untuk mengatasi perilaku
masyarakat antara lain buruh, karyawan kenakalan anak. Penerapan hukum
swasta, wiraswasta, pedagang serta restitutif akan melibatkan Negara, karena
Pegawai Negeri Sipil. Adanya pembagian Negara adalah pemilik kekuasaan dan
kerja menciptakan ketergantungan yang perwujudan dari kesadaran kolektif
mengikat antara satu individu dengan masyarakat. Setiap pelanggaran atas
individu lain, karena individu tidak peraturan perundang-undangan yang
mampu memenuhi seluruh kebutuhan disahkan oleh Negara dianggap sebagai
pelanggaran terhadap nurani kolektif yang pendekatan kekeluargaan bukan sebagai
dapat mengancam solidaritas sosial (Ken penentu hukuman yang akan dijatuhkan
Thompson, 2002: 61). Jika terdapat kepada pelaku seperti dalam hukum
seorang individu atau anak yang terbukti restitutif. Peran polisi adalah sebagai
melakukan pelanggaran hukum maka anak mediator, fasilitator atau pun pengawas.
akan berhadapan dengan negara melalui Penentu hukuman kepada pelaku atau jalan
aparatur penegak hukumnya. Masyarakat keluar terbaik bagi kedua belah pihak
organis menganggap bahwa penyelesaian adalah masyarakat. Hadi Supeno (2010:
kasus pelanggaran atau kenakalan anak 222) menjelaskan bahwa dalam
adalah melalui jalur hukum pidana. musyawarah kekeluargaan, pelaku dan
Konsep ideal Emile Durkheim korban beserta keluarga dan masyarakat
mengenai masyarakat mekanis dan hukum berada pada posisi yang sejajar untuk
represif serta masyarakat organis dan menentukan jalan keluar terbaik yang
hukum restitutif tidak ditemukan pada harus ditempuh setelah pelaku menyadari
masyarakat Dukuh Gorongan. Jika dilihat kesalahannya.
dari struktur dan sifat masyarakat, Tujuan utama pendekatan
masyarakat Dukuh Gorongan kekeluargaan yang menganut hukum
merepresentasikan masyarakat organis. represif adalah perbaikan luka yang
Akan tetapi dalam menghadapi perilaku diderita korban, pengakuan pelaku
kenakalan anak, masyarakat Dukuh terhadap luka akibat perbuatannya, serta
Gorongan cenderung menggunakan hukum konsiliasi dan rekonsiliasi di kalangan
represif yang menjadi ciri khas masyarakat korban, pelaku dan masyarakat (Hadi
mekanis. Supeno, 2010: 202). Upaya ini akan
Dalam hukum represif, setiap melahirkan rasa malu dan tanggung jawab
perilaku pelanggaran berada di bawah dalam diri pelaku dan keluarga atas
pengawasan masyarakat secara langsung, kesalahan pelaku, serta memotivasi pelaku
bukan di bawah pengawasan lembaga beserta keluarganya untuk
penegak hukum seperti dalam hukum memperbaikinya. Hal itu sesuai dengan
restitutif. Pendekatan yang ditempuh pendapat Soetandyo Wignjosoebroto
masyarakat bukan melalui pendekatan (2002) bahwa hukuman bagi pelaku
hukum pidana, melainkan melalui pelanggaran menurut hukum represif tidak
pendekatan kekeluargaan dengan harus mencerminkan pertimbangan
melibatkan korban, pelaku dan ketua RT rasional mengenai jumlah kerugian secara
sebagai saksi. Peran polisi dalam obyektif, juga bukan penyesuaian
hukuman dengan kejahatannya, melainkan pengasuhan sebagai akibat tingkat
hukuman tersebut menggambarkan dan pendidikan orang tua yang rendah. Orang
menyatakan kemarahan kolektif yang tua beranggapan bahwa mengasuh adalah
muncul. Fungsi hukum represif dalam memenuhi kebutuhan material anak.
pendekatan kekeluargaan adalah untuk Sehingga orang tua menghabiskan
menekan penyimpangan-penyimpangan sebagian besar waktunya untuk bekerja
terhadap nurani kolektif yang lainnya. guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas Kesibukan bekerja menyebabkan tidak
dapat diketahui bahwa konsep Emile terpenuhinya aspek pengasuhan lain yaitu
Durkheim mengenai pembagian responding (menanggapi), preventing
masyarakat antara mekanis dan organis (mencegah), monitoring (memantau),
beserta hukum represif dan restitutifnya mentoring (mendampingi) dan modelling
tidak dapat secara tegas dipisahkan antara (meladani).
keduanya. Masyarakat Dukuh Gorongan Strategi masyarakat Dukuh
adalah salah satu contoh masyarakat Gorongan untuk mengatasi kenakalan anak
peralihan dari masyarakat mekanis menuju adalah melalui pendekatan kekeluargaan.
organis. Proses peralihan yang belum Pendekatan kekeluargaan adalah salah satu
sempurna menyebabkan beberapa sisi perwujudan hukum represif. Masyarakat
masyarakat sudah menunjukkan ciri khas Dukuh Gorongan adalah masyarakat
masyarakat organis namun beberapa sisi organis jika dilihat dari bentuk
yang lain masih menggunakan ciri khas masyarakatnya yang memiliki spesialisasi
masyarakat mekanis yang belum dapat dan tingkat individualitas tinggi. Akan
dihilangkan. Akibatnya, masyarakat tidak tetapi masyarakat Dukuh Gorongan juga
dapat digolongkan menjadi masyarakat merupakan masyarakat mekanis karena
mekanis atau masyarakat organis seperti hukum yang diterapkan masih didominasi
konsep Emile Durkheim. oleh hukum represif.
Saran yang dapat diberikan kepada
PENUTUP orang tua antara lain hendaknya:
Bentuk pola asuh yang diterapkan menambah wawasan mengenai
oleh orang tua untuk mendidik anak adalah pengasuhan dengan cara memperbanyak
pola asuh permisif. Hal ini dikarenakan membaca maupun melihat liputan
orang tua melakukan pembiaran perilaku mengenai pengasuhan anak, serta dengan
anak. Pembiaran perilaku anak disebabkan cara saling berbagi pengalaman antar
adanya persepsi yang salah tentang sesama orang tua mengenai pengasuhan
dan tumbuh kembang anak; membangun php/daftar-buku/profil-
anak?download=510%3Aprofilanak
komunikasi positif dengan anak dengan
2012
cara memperbanyak waktu dan Denzin, Nourman K & Lincoln, Yuanna S.
(2009). Handbook of Qualitative
perbincangan bersama anak; mengawasi
Research. Yogyakarta: Pustaka
lingkungan pergaulan anak karena Belajar
lingkungan sangat berpengaruh dalam
Eunice Kennedy Shriver National Institute
pembentukan perilaku anak; dapat menjadi of Child Health and Human
Development. (NICHD). --.
sosok panutan yang dapat diteladani anak
Adventures In Prenting: How
dengan cara menampilkan perkataan dan Responding, Preventing, Monitoring,
Mentoring and Modelling Can Help
perilaku yang baik kepada anak seperti
You Be A Successful Parent. US: U.S
tidak berbicara kasar, tidak melanggar Department of Health and Human
Services. Diperoleh 3 April 2014
aturan serta menjalin hubungan yang baik
dari
dengan individu lain. Sedangkan saran https://www.nichd.nih.gov/publicati
ons/pubs/adv_in_parenting/documen
untuk masyarakat adalah hendaknya peduli
ts/adventures_in_parenting_rev.pdf
terhadap lingkungan anak dengan cara
Hadi Supeno. (2010). Kriminalisasi Anak:
memberikan teladan yang baik bagi anak
Tawaran Gagasan Radikal
serta memberikan teguran dan pengarahan Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
ketika anak melakukan pelanggaran.
Utama

Herien Puspitawati. (2009). Teori


DAFTAR PUSTAKA Struktural Fungsional dan
Aplikasinya Dalam Kehidupan
Keluarga. Bogor: Departemen Ilmu
Aisyah. (2010). Pengaruh Pola Asuh Keluarga dan Konsumen Fakultas
Orang Tua Terhadap Tingkat Ekologi Manusia IPB. Diperoleh 19
Agresivitas Anak. Jurnal Meditek, 2 Januari 2014 dari
(1), 1-7. Diperoleh 23 Januari 2014 http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/12
dari http://ft- 3456789/40279/3/Pages%20from%2
unm.net/medtek/Jurnal_Medtek_Vol 0TEORI%20STRUKTURAL%20F
.2_No.1_April_2010/ARTIKEL%20 UNGSIONAL%20DAN%20APLIK
IBU%20ICHA%20PKK.pdf ASINYA%20DALAM%20KEHIDU
PAN%20KELUARGA%20(51-
Badan Pusat Statistik, Kementerian 118).pdf
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak. (2012). Profil Jonaidi. (2013). Analisis Sosiologis
Anak Indonesia 2012. Jakarta: Terhadap Perilaku Menyimpang
Kementerian Pemberdayaan Siswa Pada SMA Pembangunan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Malinau. E-Journal
(KPP&PA). Diperoleh 11 Januari Sosiatri-Sosiologi, 1(3), 11-24.
2014 dari Diperoleh 27 Desember 2013 dari
http://www.menegpp.go.id/v2/index. http://ejournal.sos.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2013/09/ejournal%2
0(09-09-13-07-49-38).pdf
Santrock, John W. (2003). Adolescence:
Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga

Sarwirini. (2011). Kenakalan Anak


(Juvenile Delinquency): Kausalitas
dan Upaya Penanggulangannya.
Perspektif, XVI (4), 244-251.
Diperoleh 14 Januari 2014 dari:
http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/20
1209442514478516/5.pdf

Simandjuntak, B. (1983). Latar Belakang


Kenakalan Remaja. Bandung:
Penerbit Alumni

Soetandyo Wignjosoebroto. (2002).


Hukum: Paradigma, Metode dan
Masalah. Jakarta: Lembaga Studi
dan Advokasi Masyarakat. Diperoleh
19 Januari 2014 dari
http://www.elsam.or.id/downloads/1
369625641_HukumParadigmaMetod
eDanMasalah-Soetandyo-
ELSAM.pdf

Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja.


Jakarta: PT. Rineka Cipta

Thompson, Ken. (2002). Emile Durkheim


Revised Edition. New York:
Routledge. Diperoleh 19 Januari
2014 dari
http://swauop.yolasite.com/resources
/Durkheim%20-
%20key%20sociologists.pdf

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.


Diperoleh 21 Januari 2014 dari
http://riau.kemenag.go.id/file/dokum
en/UUNo23tahun2003PERLINDUN
GANANAK.pdf

Anda mungkin juga menyukai