e-mail: surrotulhasanah.1807416@students.um.ac.id 1,
idrismuhammad234@gmail.com2
Abstrak
Orang tua terutama ibu berperan penting terhadap pembentukan perilaku anak.
Perkembangan fisik, psikis, dan perilaku harus diperhatikan dengan baik untuk
kelangsungan hidup anak. Akan tetapi, apabila seorang ibu bekerja menjadi TKW
tentu anak membutuhkan figur peran pengganti yang akan mendidik dan
mendampinginya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis penerapan pola asuh
pada anak TKW dan dampak pola asuh terhadap perilaku anak TKW. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Pengumpulan data
melalui wawancara semi terstruktur dengan sembilan informan yaitu ayah, nenek, dan
tante anak TKW. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles Huberman
meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi data. Temuan penelitian adalah
pengasuh dari anak TKW memiliki kecenderungan menggunakan pola asuh
demokratis daripada otoriter dan permisif. Pengasuhan demokratis ditandai dengan
memberi dorongan dan dukungan setiap kegiatan positif yang dilakukan anak.
Pengasuhan otoriter lebih menekankan anak untuk patuh sedangkan pengasuhan
permisif dengan memberi kasih sayang berlebihan tanpa adanya panduan. Ketiga
pola asuh tersebut berdampak positif dan negatif pada anak. Adapun dampak positif
yang diterima anak TKW seperti semangat dalam sekolah, belajar, beribadah, perilaku
sosial yang baik, mencintai dan menjaga lingkungan sekitar. Dampak negatif pada
beberapa anak TKW memiliki perilaku manja, tidak mandiri, dan tidak memiliki
keberanian. Dengan demikian, penerapan pola asuh demokratis sebagai pilihan tepat
yang digunakan pengasuh memberi dampak positif kepada perilaku anak TKW.
Abstract
Parenting styles, especially from mothers, take a significant part in the children's
character establishment. Children's physical, psychological, and behavioral
development must be properly considered for survival. However, if the mother works
as a migrant worker (TKW), the children need someone to educate and accompany
them on behalf of the mother. This study aims to explore the parenting style and how
it affects the behavior of TKW's children. Semi-structured interviews were conducted
with nine informants including fathers, grandmothers, and aunts of the TKW's children.
This study employed the Huberman and Miles interactive model for the data analysis,
including data collection, data reduction, data display, and verification. This study
found that the parenting style used in the family is a democratic parenting rather than
authoritarian or permissive parenting. Democratic parenting encourages and supports
children in their constructive endeavors, authoritarian parenting places a strong
115
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022)
116
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022)
Perhatian dan kasih sayang yang diberikan sampai 70 tahun. Pengambilan informan
pengasuh tidak jauh berbeda dari orang tua didasarkan pada pertimbangan kriteria dari
anak TKW. Penerapan pola asuh segi geografis, ekonomi, dan personal
sendiri sebagai perilaku bersifat relatif yang ada pada diri pengasuh sebagai
konsisten dan akan menjadi kebiasaan orang tua pengganti anak TKW dengan
anak (Badriah & Fitriana, 2018). Pemilihan memberikan informasi yang dibutuhkan
pola asuh penting untuk diperhatikan peneliti. Selain itu, peneliti juga bertindak
dalam membentuk perilaku anak. sebagai human instrument. Teknik
Pembentukan perilaku yang baik akan pengumpulan data lain yang digunakan
menghasilkan output yang baik pula seperti adalah observasi dan dokumentasi.
kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan Analisis data menggunakan model
pada anak. Nadhifah et al (2021) interaktif Miles dan Huberman yaitu
menemukan bahwa penerapan pola asuh pengumpulan data, reduksi data, penyajian
demokratis mampu meningkatkan motivasi data, dan kesimpulan (Sugiyono, 2015).
belajar anak dengan membiasakan anak Pemilihan dan penyederhanaan data kasar
untuk disiplin belajar, taat beribadah, dan hasil penelitian sebagai proses reduksi
pendampingan belajar yang maksimal. data. Display data dilakukan melalui bentuk
Mardiah & Ismet (2021) menemukan teks naratif. Data yang telah direduksi dan
bahwa penerapan pola asuh asuh otoriter terkumpul kemudian dianalisis secara
berdampak buruk kepada kemampuan mendalam dan dideskripsikan.
sosial anak seperti tidak percaya diri dan Selanjutnya, setelah proses reduksi dan
malu serta cenderung menutup diri. display data, kemudian penarikan
Makagingge et al (2019) menemukan kesimpulan dibuat. Adapun uji keabsahan
bahwa pola asuh permisif berpengaruh data pada penelitian ini adalah melalui uji
negatif terhadap perilaku anak seperti anak kredibilitas menggunakan teknik triagulasi
bersikap semaunya sendiri, tidak mau sumber dengan mengecek antar satu
mengalah, dan egois. Berdasarkan hasil informan dengan informan lain untuk
temuan penelitian sebelumnya berfokus memastikan kebenaran dari data yang
membahas pola asuh yang digunakan diperoleh. Uji transferability juga dilakukan
orang tua dan pengaruhnya terhadap dalam rangka memastikan data yang
perilaku anak, maka tujuan penelitian ini diperoleh sudah sesuai dengan yang
adalah untuk mengeksplor lebih dalam dan dilapangan seperti melakukan pengamatan
terfokus pada anak TKW tentang lebih cermat. Data kemudian disajikan dan
penerapan pola asuh oleh orang tua dikonfirmasi kepada dosen pembimbing
pengganti dan dampaknya terhadap untuk memastikan bahwa data memang
perilaku anak TKW. akurat. Pada tahap berikutnya dilakukan uji
dependability, yaitu peneliti meninjau
METODE kembali data-data yang diperoleh dari
Penelitian ini menggunakan keseluruhan aktivitas untuk menghasilkan
pendekatan kualitatif dengan jenis data yang valid. Kemudian yang terakhir,
deskriptif. Pengumpulan data diperoleh data diuji confirmability agar data dapat
dari orang tua pengganti sebagai pengasuh dipercaya.
anak TKW di Desa Pulau Mandangin, Kec.
Sampang, Kab. Sampang. Data diperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui wawancara secara langsung Penerapan Pola Asuh Anak TKW
dengan menerapkan protokol kesehatan. Penerapan pola asuh pada anak
Bentuk wawancara yang digunakan berupa tentu berbeda dari setiap orang tua.
wawancara semi terstruktur yang dilakukan Baumrind (2022) mengungkapkan bahwa
secara cermat, teliti, menulis, dan orang tua dengan pola asuh permisif
merekam jawaban informan. Informan berusaha berperilaku tidak menghukum,
penelitian melibatkan ayah, nenek, dan menerima keinginan dan tindakan anak.
tante dari anak TKW. Adapun informan Orang tua dengan pola asuh otoriter
berjumlah 9 orang dengan rentang usia 25 berusaha membentuk, mengontrol, dan
117
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022)
mengevaluasi perilaku anak sesuai dengan untuk bersalaman setiap kali berangkat
standar yang telah ditetapkan. Orang tua sekolah maupun ngaji.
dengan pola asuh demokratis berusaha Puspita Sari (2020)
mengarahkan aktivitas anak, memberi mengungkapkan bahwa penerapan pola
dorongan pada setiap keinginan maupun asuh sebagai salah satu faktor penting
kemauan anak, dan tetap memberi kontrol. membangun perilaku sosial dan
Orang tua pengganti di Desa Pulau kepribadian anak karena lingkungan
Mandangin sebagai pengasuh dari anak keluarga pertama kali ditemui anak.
TKW cenderung menerapkan pola asuh Pengasuh juga kerap kali memberi nasehat
demokratis daripada otoriter dan permisif. melalui cerita religi dengan menyelipkan
Sutiana et al (2018) mengungkapkan nilai-nilai yang bisa diaplikasikan dalam
bahwa pola asuh yang digunakan kepada kehidupan sehari-hari anak dan memberi
anak TKW tidak mutlak. Kecenderungan apresiasi berupa hadiah kecil seperti
pengasuh menerapkan pola asuh mengabulkan permintaan serta menambah
demokratis dibuktikan dengan pemenuhan uang saku ketika anak rajin sekolah
terhadap hak-hak anak TKW berupa kasih maupun memperoleh prestasi. Pola asuh
sayang, perhatian, dan bimbingan yang mempengaruhi perilaku baik dan buruk
dicurahkan pada anak. Selain itu, anak sehingga sangat penting bagi
pemenuhan terhadap sandang, pangan, pengasuh memahaminya. Putri et al (2020)
tempat tinggal, dan pendidikan yang layak. menemukan bahwa pola asuh demokratis
Hal tersebut didasarkan pada rasa iba yang diterapkan pada anak mampu
pengasuh kepada anak karena telah mendorong minat dan belajar anak
ditinggal ibunya bekerja sebagai TKW dan sehingga bisa memperoleh hasil belajar
adanya keterikatan keluarga antara anak yang baik. Dalam hal ini, pola asuh
TKW dan pengasuh sehingga menciptakan demokratis menjadi pilihan tepat dalam
hubungan yang akrab. membangun dan membentuk perilaku anak
Implementasi pola asuh demokratis TKW karena anak dapat melakukan
pada anak TKW dilakukan melalui keinginannya sendiri dengan bimbingan,
kebiasan sehari-hari anak dalam pengawasan, dan kontrol dari pengasuh.
melakukan aktivitas positif seperti mendidik Septiani et al (2021) menemukan bahwa
anak berperilaku jujur, mendorong anak pola asuh demokratis meningkatkan
rajin sekolah, belajar, beribadah dan motivasi belajar anak sesuai dengan
mengaji, serta membiarkan anak bermain perlakuan dan didikan yang diberikan.
di waktu luang. Pengasuh juga Akan tetapi, beberapa pengasuh terkadang
mengajarkan anak untuk menjaga dan juga menggunakan pola asuh otoriter dan
merawat lingkungan sekitar seperti permisif.
menyiram tanaman, dilarang merusak Orang tua pengganti dalam
pagar, tidak membuang sampah menerapkan pola asuh otoriter lebih keras
sembarangan, menyapu, dan bersih-bersih dalam mengambil tindakan dengan
rumah. Berawal dari kegiatan lingkungan menghukum anak ketika melakukan
sebagai upaya melalui pembiasaan dan kesalahan seperti memukul, mencubit,
latihan, penanaman kecakapan dalam memarahi, dan melarang anak bermain.
bertindak dan berbuat, serta mengucapkan Mardiana (2020) mengungkapkan bahwa
sesuatu (Framanta, 2020). Hal tersebut anak tidak diizinkan bermain bersama
sebagai upaya membentuk perilaku anak temannya dan dihadapkan pada pilihan
melalui contoh konkrit yang bisa dirasakan lebih baik di rumah atau tidur siang.
indra dan pengalaman langsung pada Padahal, lingkungan mempengaruhi
anak. Adapun upaya pengasuh dalam perkembangan anak sebagai tempat
membentuk sikap sosial dengan mendidik bergaul dan berperan aktif untuk
anak untuk menghargai dan menghormati keberlangsungan hidup anak (Latifah,
orang yang lebih tua darinya, berbagi, 2020). Pengasuh biasanya memberi
menolong, bersikap sopan, tidak nakal dan hukuman pada saat anak tidak mau
berkata kasar, serta membiasakan anak sekolah, belajar, mengaji, beribadah, dan
118
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022)
bermain berlebihan sehingga orang tua lingkungan seperti merawat dan menjaga
mengambil tindakan tegas dengan tanaman, bersih-bersih rumah, dan tidak
menghukum anak. Hal tersebut terkadang membuang sampah sembarangan.
membuat anak memberontak seperti Kusmiati et al (2021) menemukan bahwa
marah-marah tidak jelas, menangis, dan orang tua dengan pola asuh demokratis
mengancam tidak sekolah karena membentuk anak bersikap disiplin, menaati
sebenarnya anak tidak bisa dikasari. aturan, dan rasa percaya diri. Nurfitri (2021)
Pengasuh dalam mendidik dengan tegas menemukan bahwa pola asuh demokratis
seperti anak tidak boleh membantah, sebagai pilihan baik untuk diterapkan
melawan, dan meninggikan suara kepada dalam membentuk kepribadian anak.
orang yang lebih tua terutama orang tua. Dengan demikian, pola asuh demokratis
Adapun, pada saat menghukum anak lebih condong berdampak pada perilaku
sebenarnya pengasuh lebih memilih positif anak.
memarahi daripada memukul anak kecuali Dampak pola asuh otoriter
dalam keadaan terpaksa karena anak sulit membuat anak kaku dan tidak memiliki
dididik maupun diberitahu. keberanian. Nafiah & Imsiyah (2018)
Pola asuh permisif yang diterapkan menemukan bahwa pola asuh otoriter yang
orang tua pengganti ditandai lebih diterapkan kepada anak berpengaruh
memanjakan anak dengan memenuhi kurang baik seperti menutup diri, pemilih
setiap permintaan dan keinginannya dalam berteman, dan anak kurang inisiatif
meskipun sebenarnya tidak begitu penting dalam memecahkan masalah. Oleh karena
seperti meminta dibelikan mainan, gadget, itu, baik dan buruknya perilaku anak
uang jajan lebih, dan pulsa. Pengasuh juga tergantung dari cara orang tua mengasuh.
memanjakan anak dengan menyiapkan Pada waktu tertentu, beberapa anak TKW
segala kebutuhan dan keperluannya terkadang memberontak sebagai akibat
karena beberapa anak dianggap belum dari penerapan pola asuh yang kurang
bisa mandiri. Saleh et al (2021) tepat karena anak tertekan seperti marah-
mengungkapkan bahwa peningkatan marah tidak jelas, mengancam, dan
kemandirian anak tergantung pada tingkat menangis sejadi-jadinya. Hal tersebut
pengasuhan yang ditetapkan karena berdampak pada perilaku negatif anak.
ucapan serta tindakan orang tua Akan tetapi, perilaku negatif tersebut
mempengaruhi keputusan anak sehingga terbilang dapat ditoleransi karena anak
anak nyaman berada didekatnya. masih bisa diawasi dan dikontrol sehingga
tidak sampai melakukan perilaku
Dampak Pola Asuh terhadap Perilaku menyimpang yang berakibat fatal dan
Anak TKW merugikan orang lain.
Pola asuh erat kaitannya dengan Dampak pola asuh permisif
pembentukan perilaku anak. Muhaemin membuat anak berperilaku manja dan tidak
(2019) mengungkapkan bahwa seorang mandiri karena rasa kasih sayang yang
ibu yang bekerja menjadi TKW berdampak berlebih dari pengasuh. Asma Fadhilah et
pada perubahan sikap anak di sekolah al (2021) menemukan bahwa pola asuh
seperti tidak fokus belajar, suka permisif berdampak negatif pada
menyendiri, lebih mandiri, dan terkadang perkembangan secara emosional maupun
berkata kasar dengan temannya. sosial karena kebiasaan yang diterapkan
Penerapan pola asuh terhadap anak TKW pada anak kurang baik. Anak yang
berdampak pada perilaku anak. Dampak cenderung dimanjakan apabila permintaan
pola asuh demokratis yaitu anak memiliki dan keinginannya tidak dipenuhi
kebiasaan teratur dalam beraktivitas, sikap menyebabkan ledakan emosi seperti
sosial yang baik, dan mencintai lingkungan, marah-marah, tidak mau sekolah,
Perilaku sosial baik anak meliputi sopan, mengurung diri di kamar, menangis sambil
jujur, menghargai orang lain, dan gemar menendang yang ada disekitarnya sampai
berbagi dengan teman-temannya. keinginannya terpenuhi maupun tercapai.
Sedangkan perilaku anak terhadap
119
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022)
120
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 4 Nomor 3 Tahun 2022)
121