Anda di halaman 1dari 14

ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22


Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

POLA PENGASUHAN ORANG TUA DALAM MEMBINA PERILAKU ANAK


DALAM KELUARGA DI KABUPATEN ACEH BESAR

Dzafirah1, Anizar Ahmad2, Fitriana2

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga


Fakultas Keguruan dan Ilmu Prendidikan
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

Email Correspondence : Zhafirah2304@gmail.com

ABSTRAK

Pola asuh merupakan salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pengasuhan orang tua dalam membina
perilaku anak dalam membina perilaku anak dalam keluarga di Desa Meunasah Tutong,
Kabupaten Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskrptif kualitatif. Subjek penelitian ibu-ibu yang memiliki anak usia 10-19 tahun yang masih
mengikuti pendidikan formal berjumlah 4 orang yang berdomisili di Desa Meunasah Tutong.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang tua menerapkan pola asuh campuran yaitu pola asuh
campuran yaitu pola asuh demokratis dan permisif, ada pula pola asuh demokratis dan otoriter,
dan ada yang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif. Perilaku anak di Desa Meunasah
Tutong menunjukkan bahwa anak cenderung bersifat pemberontak, kurang disiplin, kurang
jujur, kurang sopan, nakal, sering ugal-ugalan di jalan raya, bahkan ada menyalahgunakan
fasilitas umum. Lingkungan bermain ternyata dapat mempengaruhi perilaku anak diantaranya
teman sebaya, tidak adanya sarana prasarana bermain, dan tidak adanya fasilitas olah raga juga
mengakibatkan anak-anak menjadikan tempat ibadah, Balai PKK, lembaga pendidikan yang
ada di Desa tersebut sebagai fasilitas bermainnya. Simpulan penelitian ini adalah pada dasarnya
perilaku anak sudah dibina dengan baik, namun karena orang tua kurang konsisten dalam
menerapkan peraturan dalam keluarga menjadikan anak cenderung bersikap pemberontak,
kurang jujur, kurang sopan bahkan ugl-ugalan di jalan raya. Disarankan orang tua agar
mengetahui berbagai macam pola asuh beserta dampak positif dan negatifnya, kepada
perangkat Desa Meunasah Tutong diharapkan agar dapat menyediakan sarana dan prasarana
olah raga di desa sertadapat membentuk berbagai organisasi dari bidang olahraga dan kesenian
sehingga dapat menampung aspirasi remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang buruk.

Kata Kunci: Pola Asuh, Perilaku Anak, Keluarga

9
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

ABSTRACT

Parenting is one of the factors that significantly contributes to shaping the character of the
child. This study aims to describe parenting patterns in fostering children's behavior in
fostering children's behavior in the family in Meunasah Tutong Village, Aceh Besar District.
The approach used in this study is a qualitative descriptive approach. The research subjects of
mothers who have children aged 10-19 who are still attending formal education are 4 people
who live in Meunasah Tutong Village. Data collection was done by using observation,
interview and documentation techniques. The results showed that the parents applied mixed
parenting, namely mixed parenting, namely democratic and permissive parenting, there were
also democratic and authoritarian parenting styles, and there were those who applied
authoritarian and permissive parenting. The behavior of children in Meunasah Tutong Village
shows that children tend to be rebellious, less disciplined, less honest, impolite, naughty, often
reckless on the road, and some even misuse public facilities. The play environment can actually
influence children's behavior including peers, the absence of play infrastructure, and the
absence of sports facilities which also results in children making places of worship, PKK Hall,
educational institutions in the village as their play facilities. The conclusion of this research is
that basically the child's behavior has been well nurtured, but because the parents are not
consistent in implementing the rules in the family, the children tend to be rebellious, less
honest, impolite and even ugly on the road. It is recommended that parents know the various
kinds of parenting styles and their positive and negative impacts, it is hoped that the Meunasah
Tutong Village apparatus can provide sports facilities and infrastructure in the village as well
as be able to form various organizations from the fields of sports and arts so that they can
accommodate the aspirations of teenagers so that they do not fall into social relationships. the
bad one.

Keywords:Parenting, Child Behavior, Family

10
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

PENDAHULUAN untuk mengembangkanseluruh potensi


anak dan mengajarkan mereka peran-peran
Keluarga merupakan lingkungan
social yang dapat dilakukannya
pertama yang sangat menentukan sikap atau
(Megawangi 2000 dalam Fitriana 2006:6).
perilaku anak sebelum anak mengenal
Sebagai orang terdekat, ibu sangat berperan
lingkungan yang lebih luas atau lingkungan
dalam pengasuhan, perawatan dan
masyarakat. Perkembangan dan peradaban
perkembangan anak. Namun karena
perilaku anak sangat dipengaruhi oleh
berbagai situasi dan kondisi yang terjadi,
lingkungan dimana anak bertempat tinggal.
pengasuhan anak tidak mungkin lagi hanya
Menurut Gunarsa dkk (2010:60) “Aspek
dilakukan seorang ibu. Tugas Pengasuhan
moral merupakan sesuatu yang
juga dilakukan oleh ayah, saudara atau
berkembang dan dikembangkan”. Artinya
seseorang yang tidak ada hubungan
bagaimana anak tersebut bertingkah laku
persaudaraan (Fitriana, 2007:12).
sesuai tidak sesuai dengan moral-moral
Penerapan pola asuh anak yang
yang berlaku, semua itu banyak
berbeda atau penerapan yang salah pada
dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan
sebuah keluarga juga akan menyebabkan
anak yang ikut mempengaruhi baik secara
pembentukan kepribadian yang salah pada
langsung maupun tidak langsung.
anak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
Pengasuhan dapat diartikan sebagai
lemahnya pengawasan orang tua terhadap
implementasi serangkaian keputusan yang
jalannya proses pendidikan formal maupun
dilakukann orang tua atau orang dewasa
nonformal, latar belakang pendidikan orang
kepada anak, sehingga memungkinkan
tua, status sosial, ekonomi, adat istiadat,
anak menjadi bertanggung jawab, menjadi
wawasan yang luas dan sebagainya. Pola
anggota masyarakat yang baik, juga
asuh yang salah dalam keluarga juga dapat
memiliki karakter yang baik. Apa yang
menyebabkan kepribadian anak yang
dilakukan orang tua ketika anak sakit,
menyimpang. Oleh karena itu, diharapkan
ketika tidak mau makan, kretika sedih,
setiap orang tua harus mampu dan teliti
ketika menangis, ketika bersikap agresif,
untuk memilih jenis pola asuh yang baik
itulah pengasuhan (Sunarti E, 2004).
yang sesuai diterapkan dalam proses
Orangtua merupakan guru pertama untuk
pengasuhan anaknya dalam keluarga.
anak dalam mempelajari banyak hal, baik
Berdasarkan penjelasan di atas,
secara akademik maupun kehidupan secara
maka orang tua diharapkan dapat
umum. Proses pengasuhan anak bertujuan

11
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

menerapkan pola asuh yang tepat dan ideal mengenai pola asuh orang tua terhadap
bagi anaknya, sehingga anak dapat merasa anak sangat berpengaruh besar dalam
damai pada saat berkomunikasi dengan pembentukan perilaku seorang anak
kedua orang tua. Dapat dilihat dan dilingkungan sosial. Pada umumnya orang
dirasakan kedekatan yang harmonis, tua yang diperdesaan berbeda pandangan
sehingga dapat menumbuhkan perasaan mengenai pola asuh dengan orang tua yang
yang humanis dalam diri seorang anak yang berada di perkotaan. Hal ini disebabkan
akan membentuk perilakunya yang baik kurangnya wawasan mengenai pola asuh
terhadapt berbagai hal. terhadap anak dan juga sering terjadi pola
Anak remaja adalah anak usia 10-19 asuh terhadap anak over protektif dan acuh
tahun yang sedang dalam masa tak acuh terhadap anak.
pertumbuhan dan perkembangan Desa Meunasah Tutong merupakan
emosional. Gunarsa dkk (2010:205) salah satu Desa di Kecamatan Ingin Jaya
mengatakan bahwa masa remaja menjadi Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.
suatu masa pertentangan dan Desa tersebut bukanlah Desa yang terisolir
pemberontakan karena terlalu menitik tetapi sebaliknya sebagai desa yang tidak
beratkan ungkapan-ungkapan bebas dan jauh dari perkotaan, sebahagian besar
ringan dari ketidak patuhan, misalnya ekonomi penduduknya menengah ke atas,
model gunting rambut dan pakaian yang dan lokasinya juga berdekatan dengan
nyentrik. Bacaan, film dan penerangan lembaga pendidikan.
massa lainnya sering menggambarkan para Hasil pengamatan awal, peneliti
remaja sebagai kelompok yang tidak melihat dari dekat hal-hal yang kurang
bertanggung jawab, memberontak, positif yang terjadi pada anak-anak di Desa
melawan dan perilaku mereka sering dinilai Meunasah Tutong seperti kurang sopan,
secara umum dengan kemungkinan nakal, pemberontak, malas, sering ugal-
berakibat sensasional. Sikap dan pandangan ugalan dijalan. Bahakan ada yang sudah
muncul hal yang negatif terhadap remaja merokok dan menyalahgunakan sarana dan
tidak menunjang pemunculan sifat-sifat prasarana di Desa Meunasah Tutong yang
lebih baik dan dewasa dalam masa dinilai tidak bertanggung jawab. Tentunya
peraliahan ini. hal tersebut sangat tidak sebanding dengan
Berdasarkan penjelasan di atas pendidikan yang sudah ditempuh oleh anak
dapat dipahami bahwa pengetahuan tersebut dan hal ini juga sangat tidak sesuai

12
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

dengan berbagai harapan terhadap remaja Besar yang berjumlah (4) keluarga.
dengan kondisi perilaku remaja yang sangat Pengambilan subjek dalam penelitian ini
memprihatinkan. dilakukan secara purposive sampling.
Seharusnya para remaja dalam masa Kriteria subjek, keluarga yang berdomisili
perkembangan emosional perlunya di Desa Meunasah Tutong yang memiliki
pendekatan, pengawasan, dan perhatian anak remaja laki-laki berusia 10 tahun
khusus untuk dibimbing agar tidak samapi 19 tahun yang berjumlah 4
terjerumus ke dalam hal negatif yang tidak keluarga, karena pada saat pengamatan
diinginkan. Sebagaimana yang diharapkan sebelumnya 4 keluarga yang dipilih sebagai
bahwa remaja merupakan sumber daya subjek ialah orang tua yang terdiri dari ayah
manusia yang sangat berpotensi untuk ibu yang merupakan orang tua kandung dari
membangun bangsa dan dapat memimpin anak laki-laki sedang menempuh
generasi selanjutnya. Sehingga penulis pendidikan formal.
beranggapan bahwa ada sesuatu hal yang pengumpulan data dilakukan
kurang pada pola pengasuhan dalam melalui observasi, wawancara interaktif
keluarga. Sehubungan dengan dengan kedua orang tua dan anak yang
permasalahan di atas perlu dikaji secara terpilih sebagai subjek dan instrumen
lebih mendalam melalui suatu penelitian sederhana untuk memperoleh data dan
tentang Pola Pengasuhan Orang Tua dalam mudah dalam melakukan pengolahan data.
Membina Perilaku Anak dalam Keluarga di
Kabupaten Aceh Besar. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara
Metode yang digunakan dalam dengan responden “A”, MD seorang ibu
penelitian ini adalah metode deskriptif rumah tangga berumur 45 tahun dengan
kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada latar belakang pendidikan terakhir SMA
keluarga yang berdomisili di Desa mengasuh anaknya anak 3 orang anak
Meunasah Tutong Kecamatan Ingin Jaya dengan jumlah anggota keluarga 5 orang
Kabupaten Aceh Besar. Subjek dalam memiliki anak laki-laki dengan inisial MA,
penelitian ini adalah keluarga yang 13 tahun sedang menempuh pendidikan
berdomisili di Desa Meunasah Tutong SMP kelas 1 dengan urutan dalam keluarga
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh anak ketiga.

13
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

Berdasarkan hasil wawancara anak laki-laki dengan inisial B, berumur 13


dalam penelitian ini dengan responden A tahun sedang menempuh pendidikan SMP
dapat disimpulkan bahwa responden adalah kelas 1 dengan urutan dalam keluarga anak
sosok orang tua yang harmonis dalam pertama.
mendidik anaknya, responden bersifat Berdasarkan wawancara dengan
terbuka dan memberikan didikan yang baik responden C, dapat dilihat bahwa
untuk anaknya. Responden juga mampu responden menggunakan pola asuh otoriter,
menyesuaikan diri dengan kemampuan dapat terlihat pada saat responden
anak dan menyadari kesiapan anak tentang mengambil keputusan yang mutlak di ambil
tanggung jawab. oleh orangtua saja, dan jarang memberikan
Hasil wawancara dengan responden nasihat-nasihat kepada anaknya.
B, (RS) adalah seorang ibu rumah tangga Selanjutnya wawancara dengan
berumur 46 tahun dengan riwayat responden D, (MT) adalah seorang ibu
pendidikan terakhir SPG mengasuh anak 6 rumah tangga berumur 40 tahun dengan
orang anak dengan jumlah anggota riwayat pendidikan terakhir SD mengasuh
keluarga 8 orang memiliki anak laki-laki anak 4 orang anak dengan jumlah anggota
berinisial AZI berumur 17 tahun. keluarga 6 orang memiliki anak laki-laki
Berdasarkan hasil wawancara berinisial FA, berumur 16 tahun sedang
dalam penelitian ini dengan responden B menempuh pendidikan SMA kelas 1
dapat disimpulkan bahwa responden orang dengan urutan dalam keluarga anak ketiga.
tua yang selalu memahami tingkat dan jam bermain yang diluar kontrol.
perkembangan perilaku anaknya dan Berdasarkan wawancara dalam
mampu menyesuaikan diri dengan anaknya. penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Responden mengasuh anaknya dengan gaya pola pengasuhan yang diterapkan oleh
penuh kasih sayang dan juga tegas dan responden adalah gaya pengasuhan
konsisten dalam mendidik anaknya. permisif tidak peduli dimana keluarga
Hasil wawancara dengan responden sangat tidak ikut campur dalam kehidupan
C, (FR) adalah seorang ibu rumah tangga remaja. Hal ini berkaitan dengan perilaku
berumur 28 tahun menjadi orang tua sosial remaja yang tidak cakap, terutama
tunggal dengan riwayat pendidikan terakhir kurangnya pengendalian diri. Keluarga
SD mengasuh anak 1 orang anak dengan yang tidak peduli bisa saja memulai dengan
jumlah anggota keluarga 2 orang, memiliki mencintai dan tegas, tetapi dalam

14
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

perjalanannya mereka kurang mengontrol maupun dari luar keluarga, misalnya di


perilaku anak. lingkungan sekolah, lingkungan teman
bermain dan sebaya, serta lingkungan
Pembahasan masyarakat tempat tinggal. Dari berbagai
Gunarsa (2010:44) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
bahwa Pola Asuh merupakan metode atau perkembangan dan pertumbuhan tersebut,
cara yang dipilih pendidik dalam mendidik orang tua merupakan wahana yang paling
anak-anaknya yang meliputi bagaimana utama yang bertindak sebagai pemerhati
pendidik memperlakukan anak didiknya. perkembangan dan pertumbuhan anak-anak
Dalam keluarag fungsi pola asuh orang tua mereka khususnya pada usia remaja.
yaitu: 1) Membentuk kepribadian anak, 2) Cara atau pola pengasuhan yang
Membentuk karakter anak, 3) Membentuk responden A terapkan merupakan pola asun
kemandirian anak, 4) Membentuk akhlak demokratis sesuai analisa data responden,
anak. Untuk lebih jelasnya dikemukakan responden memberikan pandangan positif
dalam pembahasan berikut dan didukung terhadap perilaku anak dan mengizinkan
dengan pendapat para ahli sehingga anak belajar kelompok diluar rumah dengan
memperkuat pernyataan yang diuraikan memberikan kepercayaan penuh kepada
oleh peneliti. anak sehingga tidak menghiraukan
Selaras dengan pendapat Wibowo pengaruh lingkungan dan pergaulan negatif
(2012:75) yang mengatakan: “Pola asuh terhadap anak. Pada kenyataannya
merupakan adalah salah satu faktor yang lingkungan dan pergaulan para remaja
secara signifikan turut membentuk karakter dapat membentuk kepribadian dan
anak hal ini didasari bahwa pendidikan kelakuan remaja dengan sangat cepat. Hal
dalam keluarga merupakan pendidikan itu ditambah lagi dengan adanya
utama dan pertama bagi anak, yang tidak perkembangan teknologi pengiriman
bisa digantikan oleh lembaga manapun, informasi yang makin pesat, seperti
keluaraga yang barmonis rukun dan damai internet, televisi, atau handphone.
akan tercermin kondisi psikologis dan Menurut hasil wawancara diatas
karakter anak-anaknya”. diperoleh jawaban dari responden A
Adapun faktor-faktor yang menyatakan bahwa, perilaku anak didalam
mempengaruhi perilaku anak ada yang rumah sudah dibina sedemikian rupa akan
datang dari dalam keluarga itu sendiri tetapi pada saat anaknya bermain atau

15
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

belajar diluar rumah hal itu masih diluar diri. Keluarga semacam ini gagal
jangkauan orangtua, orang tua sudah memberikan bimbingan dan dukungan
mengizinkan apabila anaknya belajar emosional yang cukup bagi anak-anak
kelompok diluar rumah dan bermain mereka. Keluarga yang tidak peduli bisa
dengan teman dalam konteks positif. Akan saja memulai dengan mencintai dan tegas,
tetapi untuk mengecek kembali anaknya tetapi dalam perjalannya mereka kurang
orangtua masih terlalu sibuk dengan tugas mengontrol perilaku anak.
masing-masing sehingga anak dapat Orang tua memberikan tuntutan
terpengaruh perilaku temannya yang yang rendah terhadap perilaku anaknya,
kurang baik. Dari pendapat tersebut artinya sehingga mereka memiliki tingkat
orangtua sudah cukup percaya terhadap kebebasan yang tinggi untuk melakukan
anaknya dan pada kenyataannya bentuk tindakan yang diinginkannya. Orangtua
perilaku anak diluar rumah jauh dari dengan tipe permisif biasanya percaya
harapan dan didikan orangtua. bahwa kontrol terhadap anaknya hanya
Dengan demikian dari jawaban akan membatasi kebebasan dan kreativitas
responden A disimpulkan bahwa orangtua anak dan akan mengganggu perkembangan
mendidik anak dengan pola asuh anak yang semestinya. Dengan arti lain
demokratis dan pola asuh permisif. Dari orangtua tidak pernah menuntut tanggung
penelitian ini peneliti menemukan pola jawab anak dan bahkan mungkin tidak
asuh gabungan yaitu pola asuh yang pernah menghukum anak saat berbuat
harmonis damai, kurang dalam mengawasi masalah.
pergaulan anak dan terlalu mempercayai Pola asuh demokratis adalah pola
perilaku baik anaknya didalam rumah asuh yang mengutamakan kepentingan
sehingga anak sangat menikmati kebebasan anak dan ragu-ragu mengendalikan mereka.
diluar rumah yang pada kenyataannya Orangtua dengan pola asuh demokratis
lingkungan diluar rumah biasa membawa bersikap rasional, selalu mendasari
anak kepada perilaku negatif. Orang tua tindakannya pada rasio atau pemikiran-
dengan tipe pola asuh permisif tidak peduli pemikiran. Orangtua dengan pola asuh ini
dimana keluarga sangat tidak ikut campur tentunya bersikap nyata terhadap
dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan kemampuan anak dan tidak berharap yang
dengan perilaku sosial remaja yang tidak berlebihan terhadap kemampuan anak.
cakap, terutama kurangnya pengendalian

16
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

Selanjutnya hasil wawancara yang memberi peringatan dan ganjaran apabila


diperoleh dari jawaban responden B mendapati anak sedang merokok, ugal-
menyatakan bahwa orangtua menerapkan ugalan dan menyalahgunaka sarana dan
pola asuh demokratis yang menunjukkan prasarana.
responden B mengasuh anaknya dengan Dari hasil penelitian dapat
penuh kasih sayang dan berusaha agar dikatakan bahwa pola asuh demokratis
dapat menyesuaikan diri dengan anaknya, mempunyai ciri seperti : orangtua selalu
kemudian responden B juga menunjukkan melibatkan anak didalam proses
pola asuh otoriter dimana orangtua pengambilan keputusan, sikap orangtua
menunjukkan sikap tegas dan konsisten tegas, komunikasi antara anak dengan
dalam mendidik anaknya. orangtua berjalan baik dan hubungan yang
Dari penjelasan tersebut secara teori sangat harmonis antara orangtua dan anak.
pola pengambilan keputusan yang Selanjutnya hasil wawancara yang
berhubungan dengan anak cenderung diperoleh dari jawaban responden C
bersifat demokratis. Artinya orangtua menyatakan bahwa orangtua menerapkan
bersikap menghargai dan memberikan pola asuh otoriter. Dari penjelasan diatas,
ruang yang cukup untuk saling berpendapat dapat dikatakan bahwa orangtua lebih
antara anak dan orangtua merupakan suatu cenderung menghukum anaknya apabila
hal yang sangat penting. Hal ini bermaksud melanggar peraturan. Dalam pergaulan
anaknyalah yang akan menjalani proses sehari-hari adalah hal yang wajar apabila
dari pengambilan keputusannya tersebut. anak bermain melebihi waktu dari yang
Sikap orangtua tegas apabila anaknya ditentukan oleh orangtua. Karena remaja
melakukan tindakan negatif bermain seperti adalah masa dimana anak bertumbuh dan
berkelahi, merokok, ugal-ugalan dan berkembang. Hasil penelitian menunjukkan
menyalahgunakan sarana dan prasarana orangtua cenderung menghukum jika anak
yang merupakan fenomena yang wajar bermain melebihi waktu, hal ini dilakukan
terjadi dan selanjutnya sikap orangtua akan karena orang tua tidak ingin anaknya
memberikan hukuman. Menurut responden melanggarnya, tanpa memberikan arahan.
A dan B apabila ada suatu hal yang tidak Orangtua selalu memberikan kesempatan
diinginkan terajdi diluar rumah dan segera keapada anak untuk mengemukakan
ditindak lanjuti dengan memberikan nasihat pendapat tetapi keputusan tetap ada
atau pun ganjaran. Responden A menegur, ditangan orangtua. Sikap orangtua sudah

17
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

sangat baik yaitu memberikan peluang kebesan terhadap anak untuk berbuat apa
untuk anaknya mengeluarkan pendapat dan saja, tentu saja tidak kondusif bagi anak.
orangtua selalu mendengarkan pendapat Karena itu anak masih memerlukan
anak namun menurut orangtua anaknya bimbingan untuk mengenal dan
memberikan pendapat hanya dengan membedakan mana yang baik dan mana
mengikuti egonya saja dan keputusan dari yang salah. Jika kebebasan diberikan
orangtualah yang mempertimbangkan kepada anak secara berlebihan tanpa
kebutuhan anaknya. menanggapi serius tingkah dan
Dari hasil penelitian ini dapat ketidakjujuran dari anak maka akan
disimpulkan Pola Pengasuhan Otoriter. Hal membuat mereka berpotensi salah arah.
ini sesuai dengan pendapat Santrock Dengan pola asuh seperti ini anak mendapat
(2007:167) yang menjelaskan pola kebebasan sebanyak mungkin dari
pengasuhan otoriter adalah “gaya yang keluarganya. Mereka cenderung tidak
membatasi dan menghukum, di mana orang menegur atau memperingatkan anak
tua mendesak anak mengikuti arahan dan apabila anak sedang dalam bahaya, dan
menghormati pekerjaan mereka, orangtua sangat sedikit bimbingan yang diberikan
otoriter menerapkan batas dan kendali yang oleh mereka.
tegas pada anak dan sangat sedikit tawar Orang tua memiliki kehangatan dan
menawar yang diperoleh”. Pola menerima apa adanya. Kehangatan,
Pengasuhan Otoriter memiliki ciri-ciri cenderung memanjakan, dituruti
sebagai berikut: orangtua cenderung keinginannya. Sedangkan menerima apa
bersikap seperti atasan adanya akan cenderung memberikan
(memerintahkan/mengharuskan tanpa kebebasan kepada anak untuk berbuat apa
kompromi), orangtua cenderung kaku dan saja sesuka dan sesenang sang anak. Pola
bersikap keras, orangtua suka menghukum asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif,
secara fisik. tidak patuh pada orang tua, sok kuasa,
Selanjutnya hasil wawancara yang kurang mampu mengontrol diri.
diperoleh dari jawaban responden D Pola asuh permisif yang cenderung
menyatakan bahwa orangtua menerapkan memberi kebebasan terhadap anak untuk
pola asuh permisif. Dari hasil penelitian ini berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi
dapat disimpulkan bahwa Pola asuh pembentukan karakter anak. Bagaimana
permisif yang cenderung memberikan pun anak tetap memerlukan arahan dari

18
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

orang tua untuk mengenal mana yang baik Pola asuh yang kedua adalah pola
mana yang salah. Dengan memberi asuh otoriter. Pola asuh otoriter ini
kebebasan yang berlebihan, apalagi utamanya adalah orang tua membuat
terkesan membiarkan, akan membuat anak hampir semua membuat keputusan. Anak-
bingung dan berpotensi salah arah. anak mereka dipaksa tunduk, patuh, dan
Berdasarkan kesimpulan hasil tidak boleh bertanya apalagi membantah.
penelitian dan pembahasan diatas sesuai Iklim demokratis dalam keluarga sama
dengan pendapat Hurlock, Hardy dan sekali tidak terbangun. Secara lengkap pola
Heyes dalam Agus Wibowo (2012:6), jenis asuh otoriter memiliki ciri khas diantaranya
pola asuh ada tiga yaitu pola asuh : kekuasaan orangtua amat dominan, anak
demokratis pola asuh otoriter dan pola asuh tidak diakui sebagai pribadi, kontrol
permisif. terhadap tingkah laku anak sangat ketat dan
Pola asuh yang pertama adalah pola orangtua akan sering menghukum jika tidak
asuh demokratis. Pola asuh demokratis patuh.
ialah pola asuh dimana orangtua Pola asuh yang ketiga adalah pola
memberikan kebebasan terhadap anak- asuh permisif. Pola asuh ini memiliki ciri-
anaknya untuk berpendapat menentukan ciri sebagai berikut: orangtua memberikan
masa depannya masing-masing. Secara kebebasan penuh pada anak, sikap longgar
lengkap, pola asuh demokratis ini atau kebebasan dari orangtua, tidak ada
mempunyai ciri sebagai berikut: orangtua bimbingan dan pengarahan dari orangtua,
senantiasa mendorong anak untuk dan kontrol dan perhatian orangtua
membicarakan apa yang dicita-citakan, terhadap anak sangat kurang, bahkan tidak
harapan dan kebutuhan mereka, pada pola ada. Pola asuh permisif ini lawan dari pola
asuh demokratis ada kerja sama yang asuh otoriter. Sebaiknya kita dapat
harmonis antara orangtua dan anak, anak mengkombinasikan ketiga pola asuh
diakui sebagai pribadi, sehingga segenap tersebut dan disesuaikan dengan situasi dan
kelebihan dan potensi mendapat dukungan kondisi yang ada. Misalnya saat sang anak
serta dipupuk dengan baik, karena sifat ingin melakukan hal-hal yang buruk,
orangtua yang demokratis mereka akan orangtua harus bisa melarang dengan tegas
membimbing dan mengarahkan anak-anak atau dengan menggunakan pola asuh
meeka dan ada kontrol dari orangtua yang otoriter, namun juga harus tetap diberikan
tidak kaku. pengertian alasan kenapa hal tersebut

19
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

dilarang. Dan juga cara penyampaian Mubiar (2011: 88) : “Sebaiknya aturan
larangan harus dengan kata-kata yang halus diberikan secara bertahap, peraturan
dan bisa diterima oleh nalar sang anak. diberikan secara tegas dan jelas, peraturan
Sehubungan dengan uraian diatas dan batasan yang wajar diberikan kepada
orangtua hendaknya berusaha mampu remaja, peraturan dapat dilaksanakan
mengamati dan mengawasi perilaku langsung oleh remaja, perintah diberikan
remaja, baik dirumah, dilembaga dengan cara yang positif dan menekankan
pendidikan maupun dilingkungan kepada apa yang harus dikerjakan, bukan
masyarakat sehingga merasa berada dalam kepada apa yang harus dihindarkan, waktu
lensa pemantauan orangtua. Hendaklah tambahan diberikan apabalia remaja tidak
orangtua mengamati gerak-geriknya, dapat melaksanakan tugas yang
ucapan, dan tindakannya, perilaku dan dikehendakai, menjadikan hubungan dua
akhlaknya. Jika melihat kebaikan dari arah yang baik antara remaja dengan guru
tindakannya, berilah penghargaan dan ataupun orangtua, dan memberikan
dorongan untuk lebih baik dan jika melihat kesempatan kepada remaja dalam memilih
keburukan darinya, segeralah cegah dan dan berbicara”.
jelaskan akibatnya yang bruk serta hasilnya
yang membahayakan. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas Hasil penelitian menunjukkan
dapat diketahui bahwa remaja akan dapat bahwa orang tua menerapkan pola asuh
hidup dengan baik apabila adanya bervariasi sesuai situasi dan kondisi, yaitu
kebiasaan yang baik dan aturan, sehingga ada diantaranya menerapkan pola asuh
segalanya dapat berlangsung secara teratur campuran yaitu pola asuh demokratis dan
dan baik. Perkembangan kepribadian dan permisif, ada pula pola asuh demokratis.
tingkah laku remaja dapat baik apabila Perilaku anak di Desa Meunasah Tutong
terdapat keseimbangan antara kasih sayang ternyata pada dasarnya sudah dibina dengan
dengan pengawasan dan pengamatan dari baik akan tetapi karena orang tua yang
orang dewasa disekitarnya. Berikut cara bersifat kurang konsisten baik dalam
efektif yang dapat orangtua lakukan untuk mengasuh maupun menerapkan peraturan
memberikan aturan sebagai bentuk dalam keluarga menjadikan anak
pengawasan dan pengamatan kepada cenderung bersifat pemberontak, kurang
remaja menurut pendapat Ahmad dan disiplin, kurang jujur, kurang sopan, nakal,

20
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

sering ugal-ugalan dijalan, bahkan ada yang aspirasi remaja agar tidak terjerumus
sudah merokok dan menyalahgunakan kedalam pergaulan yang buruk.
sarana dan prasarana. Selain itu, lingkungan
bermain juga sangat berpengaruh yaitu DAFTAR PUSTAKA
teman sebayanya dan tidak adanya sarana
Ahmad dan Mubiar. 2011. Dinamika
prasarana bermain ataupun olahraga di
Perkembangan Anak dan Remaja.
Desa tersebut mengakibatkan anak-anak Bandung : Refika Aditama.
menjadikan tempat ibadah, balai PKK,
Fitriana, Hartoyo, Amini Nasoetion. 2007.
lembaga pendidikan yang ada di Desa Hubungan Pola Asuh, Status Gizi
dan Status Kesehatan Anak Balita
sebagai fasilitas bermainnyas
Korban Gempa dan Tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam. Media
Gizi & Keluarga, Volume 31.
Saran
Diakses Juni 2017.
Melalui hasil penelitian ini maka https://repository.ipb.ac.id/handle/1
23456789/58052
peneliti memberikan beberapa saran :
Agar orang tua tidak salah dalam Fitriana. 2006. Pola asuh, Status Gzi dan
Perkembangan Sosial Anak Balita
memberikan pola asuhan terhadap anak
Korban Gempa dan Tsunami di
maka disarankan orang tua harus Provinsi Nannggroe Aceh
Darussalam. Tesis, Institut
mengetahui berbagai macam pola asuh
Pertanian Bogor.
beserta dampak positif dan dampak https://www.worldagroforestry.org/
publication/pola-asuh-status-gizi-
negatifnya. Kepada masyarakat Desa
dan-perkembangan-sosial-anak-
Meunasah Tutong diharapkan saling balita-korban-gempa-dan-tsunami-
di
menjaga peduli terhadap lingkungan dan
pergaulan reamaja, sekiranya ada hal yang Gunarsa, Singgih, dkk. 2010. Psikologi
Perkembangan Anak Dan Remaja.
tidak diinginkan terjadi masyarakat dapat
Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
segera melaporkan kepada orang tua anak
Herupurnomo, 2000, Faktor-faktor Yang
yang bersangkutan. Kepada perangkat Desa
Mempengaruhi Perilaku Remaja.
Meunasah Tutong diharapkan dapat Http://
Blogdetik.Com/2014/12/29/Faktor-
menyediakan sarana dan prasarana
Faktor-Yang-Mempengaruhi-
olahraga didesa setempat dan dapat Perilaku_Remaja/ (Diakses 10
Desember 2015 10.20 Wib)
membentuk organisasi dari bidang olahraga
dan kesenian sehingga dapat menampung Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi
Perkembanagn Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.

21
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 4 NOMOR : 4 NOVEMBER 2019 hal : 9-22
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 516

Nuhrisan, Juntika A., dan Agustin, M.


2011. Dinamika Perkembangan
Anak Dan Remaja. Bandung: PT
Refika Aditama.

Santrock, W. John. 2007. Perkembangan


Anak. Jakarta : Erlangga.

Sjarkawi. 2008. Pembentukan kepribadian


anak peran moral, intelektual,
emosional, dan sosial sebagai
wujud integritas membagun jati
diri. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sunarti, E. 2004. Mengasuh Dengan Hati.


Tantangan yang Menyenangkan.
Jakarta: Elex Media Komputindo.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter


Strategi Membangun Karakter
Bangsa Dan Peradaban.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

22

Anda mungkin juga menyukai