Anda di halaman 1dari 30

CARA MENGHINDARI BERITA HOAKS DI MEDIA SOSIAL

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

oleh

Dwiky Hared Darmawan


16519028
Relieyan Ramadhan Hilman
16519196
Farhan Yusuf Akbar
16519238

SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2019
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara

Menghindari Berita Hoaks di Media Sosial”. Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas akhir semester I mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, kami mendapat banyak bantuan,

masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui

kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dra. Anniar Samanhudi, M. Hum., selaku dosen mata kuliah Tata Tulis

Karya Ilmiah(TTKI) kelas 20 yang telah memberikan banyak bantuan,

masukan, dan dukungan terkait penyusunan makalah ini.

2. Seluruh rekan sejawat STEI 2019 yang telah mendukung penyusunan

makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini pada masa yang akan datang.

Kami berharap semoga gagasan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, November 2019

Tim Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI

PRAKATA.........................................................................................................

ABSTRAK.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

DAFTAR TABEL.............................................................................................

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

DAFTAR DIAGRAM......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belajang Masalah................................................................

1.2 Rumusan Masalah......................................................................

1.3 Tujuan.......................................................................................

1.3.1 Tujuan Umum..................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................

1.4 Manfaat.....................................................................................

1.4.1 Bagi Tim Penulis...............................................................

1.4.2 Bagi Pembaca....................................................................

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya...............................................

1.5 Aspek yang Dikaji.....................................................................

1.6 Hipotesis...................................................................................

1.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data....................................


1.7.1 Metode Penelitian...........................................................

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................

1.8 Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Berita Hoaks..........................................................

2.2 Jenis-Jenis Berita Hoaks..........................................................

2.3 Media Penyebaran Berita Hoaks...............................................

2.4 Alasan Berita Hoaks Mudah Dipercaya....................................

2.5 Kalangan yang Percaya Berita Hoaks........................................

2.6 Berhati-hati Terhadap Berita Hoaks..........................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Penelitian.........................................................

3.2 Analisis Statistik Deskriptif...................................................

3.3 Pembahasan Penelitian..........................................................

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan............................................................................

4.2 Saran

4.2.1 Saran bagi pembaca.....................................................

4.2.2 Saran bagi Peneliti Selanjutnya.....................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

LAMPIRAN............................................................................................

RIWAYAT HIDUP...............................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Saran dari responden agar terhindar dari berita hoaks......................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Survei Hoaks Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL)


Tahun 2018.......................................................................................
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Persentase Responden yang Pernah Percaya Berita Hoaks............

Diagram 2 Persentase Sifat Responden dalam Melihat Kebenaran

Suatu Berita......................................................................................

Diagram 3 Persentase Responden yang Pernah Membagikan Suatu Berita

Hoaks.................................................................................................

Diagram 4 Persentase dan Jenis Media Sosial yang Digunakan Responden......

Diagram 5 Persentase dan Jenis Media Sosial yang Biasanya Menjadi

Media Berita Hoaks Menurut Responden .........................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring kemajuan zaman, kemajuan teknologi semakin pesat;tidak terkecuali

kemajuan teknologi informasi. Lalu lintas informasi begitu cepat. Setiap orang

dengan mudah memproduksi, menyampaikan dan menerima infomasi melalui media

sosial seperti Instagram, Whatsapp, Line, Facebook, dan Twitter. Tidak bisa

dipungkiri, kemajuan teknologi informasi memberikan dampak yang besar bagi

kehidupan manusia. Tidak hanya memberikan dampak yang positif tetapi juga

memberikan dampak yang negatif.

Informasi yang disebar melalui media sosial dapat memengaruhi emosi,

perasaan, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok. Sangat disayangkan

apabila informasi yang disampaikan tersebut adalah informasi yang tidak akurat.

Tidak jarang informasi yang disebarkan di media sosial adalah informasi bohong

atau yang kita kenal dengan istilah berita hoaks. Dengan judul yang sangat

provokatif, suatu berita hoaks dapat menggiring opini pembaca. Opini negatif, fitnah,

hate speech akan timbul dari suatu berita hoaks. Berita hoaks ini menyerang,

mengancam dan merugikan pihak yang diberitakan sehingga dapat merusak reputasi

dan menimbulkan kerugian materi.


Berdasarkan permasalahan tersebut, tim penulis ingin meneliti bagaimana

cara seseorang dapat menghindari berita hoaks di media sosial yang digunakan.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memaparkan dan merangkum penelitian

tersebut. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga

dapat terhindar dari dampak dari berita hoaks.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada karya tulis

ini adalah bagaimanakah cara menghindari berita hoaks di media sosial?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum disusunnya karya tulis ilmiah ini adalah untuk

memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI).

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus disusunnya karya tulis ilmiah ini adalah

memberitahukan kepada pembaca mengenai cara menghindari berita

hoaks di di media sosial.


1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Tim Penulis

Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi tim penulis adalah mengetahui

cara membuat karya tulis ilmiah yang baik dan benar seusai dengan

kaidah dan aturan yang berlaku.

1.4.2 Bagi Pembaca

Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pembaca adalah pembaca dapat

terhindar dari dampak berita hoaks di media sosial yang mereka

gunakan.

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar, pembanding dan

sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup yang

sama ataupun merubah variabel dan tempat penelitian.

1.5 Aspek yang Dikaji

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dipaparkan,

diperlukan adanya beberapa kajian pokok diantaranya mengenai orang-orang

yang mempercayai berita hoaks, media atau tempat penyebaran berita hoaks,

kalangan yang dituju dari berita hoaks tersebut serta kuantitas berita hoaks di

media sosial.
1.6 Hipotesis

Jika suatu berita sesuai dengan persepsi orang yang membacanya, maka

berita tersebut akan langsung dipercayai oleh pembacanya. Ketika berita

tersebut sudah sesuai dengan persepsi masyarakat, maka berita tersebut akan

langsung berterima. Akibatnya, masyarakat tidak akan mencari tahu

kebenaran berita tersebut. Dan kebanyakan kasus ini terjadi di kalangan orang

tua dan orang-orang yang kurang berpendidikan.

1.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.7.1 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu mendeskripsikan data

baik dari literatur ataupun sumber-sumber lain kemudian menganalisis data

yang didapat dari lapangan.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pengumpulan data berupa studi 6iterature, pengisian kuesioner, dan

observasi lapangan.
1.8 Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan, kajian

teori, pembahasan, serta simpulan dan saran. Bab satu membahas yang

melatarbelakangi pembuatan laporan penelitian seperti latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup kajian, anggapan

dasar, hipotesis, metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta sistematika

penulisan. Bab dua berisi tentang landasan-landasan ilmu yang berkaitan dengan

topik yang dipilih. Bab tiga menganalisis semua data yang didapatkan. Bab empat

berisi tentang simpulan dan saran dari tim penulis mengenai keseluruhan topik, baik

berdasarkan data yang didapat maupun berdasarkan analisis.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Berita Hoaks

Berita palsu atau berita hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak

benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor,

ilmu semu, maupun April Mop. Menurut KBBI, hoaks mengandung makna berita

bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan

rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi dijual sebagai

kebenaran. Menurut Werme (2016), berita hoaks merupakan berita palsu yang

mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda

politik tertentu. Informasi dalam berita hoaks juga tidak memiliki landasan

faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

2.2 Jenis-Jenis Berita Hoaks

1) Hoaks Virus

Hoaks jenis ini biasanya dikembangkan oleh hacker dan

melakukan penyebarannya lewat email atau aplikasi chatting. Hoaks jenis

ini biasanya berisi tentang adanya virus berbahaya di komputer atau

smartphone Anda yang sebenarnya tidak terinfeksi.


2) Hoaks Kirim Pesan Berantai

Pengguna aktif aplikasi chatting WhatsApp atau BBM, pasti sering

mendapat pesan untuk melanjutkan pesan ke beberapa teman lain dengan

berbagai alasan. Biasanya pesan tersebut tentang mendapat hadiah tertentu

atau mengalami hal buruk jika tidak mengirimkannya.

3) Hoaks Urban Legend

Banyak orang yang suka membuat hoaks soal cerita urban legend

seram tentang tempat, benda, atau kegiatan tertentu. Hoaks jenis ini

biasanya mengimbau netizen untuk tidak mengunjungi, membeli, atau

melakukan hal yang telah disebutkan pembuat si pembuat hoaks. Hoaks

jenis ini dapat berimbas negatif pada si objek kabar hoaks, seperti mulai

dijauhi sampai nilai ekonomisnya menurun.

4) Hoaks Hadiah Gratis

Hoaks jenis ini mirip dengan penipuan online. Oknum akan

mengirimkan pesan broadcast atau pop-up message berisikan

pengumuman pemberian hadiah gratis. Di sini memang korban jarang ada

yang mengalami kerugian uang, namun mereka tertipu dengan mengisi

survei-survei internet untuk iklan. Dampak negatif akan semakin besar

apabila si korban tidak sengaja menggunakan email kantor atau email


utama untuk mendaftarkan diri di survei tersebut. Jika terjadi, maka email-

email iklan dipastikan mengalir deras dan susah untuk dihentikan.

5) Hoaks Menggalang Sumbangan

Hoaks satu ini berupa surat yang berisikan tentang kabar dari

seseorang yang tengah sakit dan membutuhkan dana guna operasi atau

obat. Hoaks jenis ini biasanya menggunakan foto dari Google demi

mendapatkan simpati. Oknum dari penyebar hoaks ini turut menyertakan

nomor rekening agar korban yang tertipu bisa mengirimkan beberapa

jumlah uang.

6) Hoaks Pencemaran Nama

Sifat hoaks ini sangat berbahaya. Karena berita hoaks jenis ini bisa

dengan mudah tersebar di dunia maya dan mampu menghancurkan hidup

seseorang dalam sekejab.

7) Hoaks Politik

Jenis berita hoaks ini adalah jenis berita hoaks yang paling sering

terjadi di kalangan elit politik. Demi menjatuhkan satu sama lain agar

memenangkan kursi di lembaga tertentu, tak jarang fitnah satu sama lain

terjadi. Black Campaign adalah salah satu contoh berita hoaks jenis ini.
2.3 Media Penyebaran Berita Hoaks

Media penyebaran hoaks internet pertama yang diketahui adalah via e-

mail, biasanya berisi peringatan akan hal sebuah klaim palsu. Namun, dengan

semakin berkembangnya teknologi, media penyebaran berita hoaks di internet

semakin banyak dan berbahaya.

Kalau tidak hati-hati, pengguna dunia maya atau netizen dapat dengan

mudah termakan tipuan berita hoaks, bahkan ikut menyebarkan berita tersebut. Ini

tentunya akan sangat merugikan berbagai pihak. Media sosial dinilai menjadi

sarana penyebaran berita hoaks. Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur

VIVA Media Group Anindya Novyan Bakrie dalam forum Konvensi Nasional

Media Massa bertajuk Iklim Bermedia dan Seimbang: Mempertahankan

Eksistensi Media Massa Nasional dalam Lanskap Informasi Global di Padang.

Menurut survei Masyarakat Telematika Indonesia(MASTEL), persentase

penyebaran berita hoax di media sosial mencapai 92,40 persen, disusul aplikasi

percakapan (chatting) 62,80 persen, lalu situs web 34,90 persen. Sementara pada

televisi hanya 8,70 persen, media cetak 5 persen, email 3,10 persen, dan radio

1,20 persen. Data itu ialah hasil survei yang melibatkan 1.116 responden. Hampir

seluruh responden menyatakan terganggu dengan maraknya berita hoaks.


Gambar 1 Survei Hoaks Masyarakat Telematika

Indonesia (MASTEL) Tahun 2018

2.4 Alasan Berita Hoaks Mudah Dipercaya

Mengapa banyak orang yang mudah percaya dengan informasi-informasi

hoaks dan mengapa pula penyebarannya begitu masif meski kebenarannya belum

dapat dipastikan? Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang dapat

menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya pada hoaks. “Orang lebih

cenderung percaya hoaks jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang

dimiliki. Misal seseorang memang sudah tidak setuju terhadap kelompok tertentu,

produk, atau kebijakan tertentu. Ketika ada informasi yang dapat mengafirmasi

opini dan sikapnya tersebut, maka ia mudah percaya,” ujar Laras Sekarasih,

PhD., dosen Psikologi Media dari Universitas Indonesia. Hal tersebut, menurut

Laras, juga berlaku pada kondisi sebaliknya. Seseorang yang terlalu suka terhadap

kelompok, produk, dan kebijakan tertentu, jika menerima informasi yang sesuai

dengan apa yang ia percayai, maka keinginan untuk melakukan pengecekan


kebenaran terlebih dahulu menjadi berkurang. Secara natural, perasaan positif

akan timbul di dalam diri seseorang ketika ada yang mengafirmasi apa yang

dipercayai. Perasaan terafirmasi tersebut juga menjadi pemicu seseorang dengan

mudahnya meneruskan informasi hoaks ke pihak lain. Penyebaran hoaks, selain

karena adanya perasaan terafirmasi, juga dipengaruhi oleh anonimitas pesan hoaks

itu sendiri. “Sering kali ada awalan pesan ‘sekadar share dari grup sebelah’.

Anonimitas ini menimbulkan pemikiran bahwa jika informasinya salah, bukan

tanggung jawab saya. Saya sekadar share,” ujarnya lagi. Alasan kedua bagi

seseorang mudah percaya pada hoaks, lanjut Laras, bisa juga disebabkan

terbatasnya pengetahuan. “Tidak adanya prior knowledge tentang informasi yang

diterima bisa jadi memengaruhi seseorang untuk menjadi mudah percaya,”

katanya. Ia mencontohkan informasi yang ramai disebarkan melalui broadcast

message berisi ajakan untuk mengunduh aplikasi tertentu atau donasi melalui

perusahaan tertentu. Kepercayaan terhadap informasi-informasi tersebut bisa jadi

dikarenakan tidak ada pengetahuan sebelumnya mengenai aplikasi atau

perusahaan yang dimaksud.

Fakta menariknya, tidak ada satu pun orang yang benar-benar kebal

terhadap hoaks. Siapa saja bisa menjadi korban berita hoaks. “Ketika berbicara

soal media sosial, media digital, saya berpendapat, kita harus bedakan antara

kemampuan mengevaluasi informasi dengan kemampuan mengoperasikan gawai.

Seseorang yang tech savvy belum tentu information literate,” ujar Laras. Oleh

karena itu, secara teoretis, menurut Laras, rentan atau tidaknya seseorang terhadap

hoaks lebih tergantung pada kemampuan berpikir kritis, mengevaluasi informasi,


dan literasi media, bukan hanya kemahiran memanfaatkan teknologi informasi.

Hoaks memberi dampak psikologis. Secara umum hoaks memiliki daya untuk

mengubah dan memperkuat sikap atau persepsi yang dimiliki seseorang terhadap

suatu hal. Bisa jadi ketidaksetujuan terhadap kebijakan tertentu, orang tertentu,

kelompok tertentu, dan sebaliknya. Namun, khusus informasi-informasi hoaks

yang bersifat negatif dapat menyebabkan kecemasan berlebih. “Informasi hoaks

yang negatif menimbulkan rasa takut terhadap dunia luar, ada kecemasan

berlebih,” katanya.

Bias yang masuk dalam golongan information-processing errors ini adalah

kecenderungan pikiran manusia memahami suatu informasi berdasarkan cara

informasi tersebut disajikan. Suatu berita yang sama yang disajikan oleh dua

orang wartawan bisa saja dipahami dan ditanggapi secara berbeda oleh pembaca

yang sama, karena kedua wartawan tersebut menyampaikannya dengan cara yang

berbeda. Bias ini bisa dimainkan dalam membuat hoaks.

Contoh salah satu dari banyak hoaks yg terkenal adalah “bumi itu datar,

bukan bulat”. Di sini, bahkan suatu hal yang sudah merupakan fakta pun bisa

ditantang oleh hoaks. Pernyataan menggelikan dan irasional tersebut di-framing

sedemikian rupa sehingga kelihatan rasional dan meyakinkan bagi orang-orang

tertentu. Sebenarnya, jika dikaji secara mendalam pikiran yg teliti dan jeli dapat

melihat bahwa framing tersebut merupakan tipuan belaka.

Anda dapat melihat sendiri di YouTube bagaimana hoaks tersebut di-

framing. Dan bukan hanya memanfaatkan framing bias, hoaks tersebut juga

memanfaatkan confirmation bias. Dengan mengutip ayat-ayat dari kepercayaan


tertentu si pencipta hoaks berusaha membuat orang-orang bisa menerimanya,

seolah-olah hoaks tersebut sesuai dengan kepercayaan atau agama tertentu.

Namun, pemikiran yang jeli dan teliti bisa membedakannya.

2.5 Kalangan yang Percaya Berita Hoaks

Studi yang dilakukan oleh peneliti di Princeston dan New York University

mendapati penyebaran hoaks melalui unggahan Facebook tak terkait latar

belakang pendidikan, jenis kelamin, dan pandangan politik. Faktor usia justru

menjadi faktor utama penyebaran hoaks.

Riset yang melibatkan 3.500 responden pengguna Facebook di Amerika

Serikat mendapati 11 persen pengguna berusia 65 tahun ke atas berbagi hoaks.

Sedangkan 3 persen pengguna berusia 18-29 tahun menyebarkan informasi palsu.

Pengguna Facebook dari kalangan tua diketahui berbagi hoaks lebih dari dua kali

lipat dari kelompok usia 45-65 tahun. Dibandingkan kelompok usia termuda 18-

29 tahun, perbedaannya bisa mencapai tujuh kali lipat.

Studi yang dipublikasikan oleh Science Advances mencatat dari semua

kategori usia, hanya 8,5 persen pengguna yang berbagi setidaknya satu tautan

berita hoaks. “Ketika kami mengemukakan temuan usia, banyak orang

mengatakan, 'oh iya, itu sudah jelas'," jelas penulis studi, Andrew Guess.

Menurutnya, fakta tersebut menunjukkan hubungan adanya kemampuan kalangan

tua dalam mengontrol ideologi politiknya. Terlepas dari semua fakta,

menunrutnya orang tua yang lebih konservatif lebih mudah mempercayai dan
membagikan kembali berita yang dibacanya.Studi ini tidak menarik kesimpulan

soal alasan orang lebih tua lebih mudah berbagi berita hoaks.

Peneliti hanya menunjukkan adanya dua teori, pertama orang tua yang

menggunakan internet tidak memiliki literasi digital dibandingkan anak muda.

Yang kedua, orang tua mengalami penurunan kognitif seiring dengan

bertambahnya usia sehingga lebih mudah percaya dengan apa yang mereka lihat.

Data yang dihimpun tercatat jelang dan usai Pilpres AS 2016 lalu yang

kemudian dimenangkan oleh Donald Trump atas rivalnya Hillary Clinton.

Responden yang terlibat diminta memasang aplikais khusus untuk memantau

kebiasan mereka dalam berinteraksi di media sosial.

2.6 Berhati-hati terhadap Hoaks dan Bias

Harus disadari bahwa bias pikiran menyebabkan otak tidak berpikir

rasional sehingga dengan mudah mempercayai hoaks. Juga ada baiknya kita

mengkaji kembali apa yang sudah ada dalam pikiran kita yang kita yakini sebagai

berita atau informasi yang benar. Siapa tahu itu merupakan hoaks yang terlanjur

masuk kedalam pikiran kita.

Tidak ada orang yang kebal terhadap bias pikiran dan hoaks. Tiap orang

dengan karakteristik berbeda mempunyai kecenderungan rentan terhadap bias

yang berbeda. Karena itu jangan heran jika seorang ahli agama sekaligus

akademisi tingkat tinggi bergelar profesor doktor pun bisa tertipu oleh hoaks yang
tidak masuk akal. Jadi ada baiknya kita membiasakan diri berfikir kritis dan

jangan langsung mempercayai mentah-mentah tanpa tahu lebih dalam.

Kenalilah perbedaan kebenaran dan hoaks. Kebenaran kadang terasa pahit

karena bertentangan dengan apa yang sudah kita yakini. Sebaliknya hoax sering

terasa manis karena sesuai atau mendukung apa yang kita percayai, sadar atau

tidak sadar. Namun hoaks pada umumnya menimbulkan perpecahan, kecurigaan,

kebencian dan lainnya.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Penelitian

Pada penelitian kali ini peneliti akan menyajikan data yang diperoleh

dengan lengkap dan terperinci dari hasil kuesioner yang telah disebarkan.

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa ITB yang memiliki rentang usia

15-20 tahun. Kuesioner dibuat menggunakan Google Form dan waktu penelitian

dilaksanakan pada tanggal 15 - 17 November.

3.2 Analisis Statistik Deskriptif

Pertanyaan 1 : Pernahkah Anda menemukan sebuah berita di media sosial

dan Anda mempercayai berita itu, namun di kemudian hari anda menemukan

bahwa berita itu adalah berita hoaks?


Diagram 1 Persentase Responden yang Pernah

Percaya Berita Hoaks.

Dari diagram di atas, 65% responden pernah terjebak dan percaya dengan

suatu berita hoaks dan 35% responden tidak pernah terjebak oleh berita tersebut.

Pertanyaan 2 : Apakah Anda tipe orang yang mempercayai suatu berita

tanpa menyelidiki kebenaran berita itu?

Diagram 2 Persentase Sifat Responden dalam Melihat

Kebenaran Suatu Berita.

Dari diagram di atas, 100% responden tidak mempercayai suatu berita

tanpa menyelidiki kebenaran berita tersebut.

Pertanyaan 3 : Apakah Anda pernah tidak sengaja membagikan berita

yang ternyata terkonfirmasi salah?


Diagram 3 Persentase Responden yang Pernah

Membagikan Suatu Berita Hoaks

Dari diagram di atas, 30% responden pernah membagikan suatu berita

hoaks dan 70% sisanya tidak pernah membagikan berita tersebut.

Pertanyaan 4 : Apa saja media sosial yang Anda gunakan?

Diagram 4 Persentase dan Jenis Media Sosial yang

Digunakan Responden

Dari diagram di atas 50% responden menggunakan Facebook, 45%

menggunakan Twitter, 95% menggunakan Instagram, 95% menggunakan

Whatsapp dan 100% Menggunakan Line.


Pertanyaan 5 : Dari media sosial mana saja Anda biasanya menemukan

berita hoaks?

Diagram 5 Persentase dan Jenis Media Sosial yang Biasanya

Menjadi Media Berita Hoaks Menurut Responden

Dari diagram di atas 50% responden menemukan berita hoaks di

Facebook, 10% di Twitter, 50% di Instagram, 60% di Whatsapp dan 35% di Line.

Pertanyaan 6 : Apakah saran yang bisa Anda berikan untuk menghindari

berita hoaks.

Tabel 1 Saran dari responden agar terhindar dari berita hoaks.

No. Saran

1 Selidiki dulu kebenarannya dari berbagai sumber. Jangan langsung

percaya dengan satu sumber.

2 Crosscheck dengan kondisi di lapangan

3 Lebih banyak baca literatur di berbagai media dan jadikan itu kebiasaan.

4 Cek kebenaran suatu berita pada media yang terpercaya.


5 Membaca keseluruhan isi berita, jangan membaca judulnya saja.

6. Lebih kritis dalam menanggapi suatu berita.

7 Memvalidasi suatu berita terlebih dahulu sebelum menyebarkannya.

8 Bersikap selektif dalam menerima berita.

9 Menggunakan pendeteksi hoaks yang disediakan oleh kominfo.

3.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan bahwa

responden cukup mengerti dan aware terhadap bahaya berita hoaks. Ini

ditunjukkan oleh pertanyaan 2 kuesioner yang menunjukkan bahwa 100%

responden tidak mempercayai suatu berita tanpa terlebih dahulu menyelidikinya.

Hal ini bisa terjadi karena populasi dari penelitian pada makalah ini adalah

generasi muda yang mengenyam pendidikan yang baik sehingga mampu bersikap

selektif terhadap berita yang mereka terima

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 100% responden menggunakan

media sosial. Dari media sosial yang dijadikan sebagai parameter penelitian,

ditunjukkan bahwa Whatsapp adalah media sosial yang paling rentan menjadi

media penyebaran berita hoaks, disusul oleh Facebook dan Instagram.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai