SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Paradigma Keilmuan & Teori Komunikasi
Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Paradigma Keilmuan &
Teori Komunikasi" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Sosiologi Komunikasi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang teori-teori dengan pareadigma pada Ilmu Komunikasi bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anna selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. 2
Namun setelah Habibie berkuasa, keran media massa dibuka lebar-lebar, sehingga
booming media terjadi sangat dahsyat Studi-studi komunikasi berkembang di berbagai
perguruan tinggi dengan berbagai perspektif keilmuan. Jumlah media terutama media
televisi, radio, dan media cetak berkembang sangat banyak di berbagai kota, terutama
media televisi kemudian dengan regulasi yang ada, dapat didirikan di berbagai kota kecil
di Indonesia. Basis sosial semacam ini melahirkan berbagai kajian dan perspektif
komunikasi sehingga mendesak teori-teori komunikasi konvensional. Jadi, arah
pengembangan teori banyak dipengaruhi oleh paradigma teknologi informasi ini,
sehingga perguruan tinggi ilmu komunikasi memandang perlu mengajarkan teori dan
sejarah teknologi komunikasi kepada mahasiswanya, sekaligus terus menjadikan
paradigma ini sebagai lahirnya perspektif baru dalam teori-teori komunikasi sebagai
metamorfosis dengan paradigma-paradigma lain.
Dari sisi lain, menurut Sendjaja (2005:11), bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya
merupakan salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bercirikan 'multi perspektif' dan
'multi paradigma'. Selanjutnya ia mengatakan, berdasarkan basis keilmuan, perspektif
dan paradigma yang diterapkan dalam ilmu komunikasi bermacam ragam. Paradigma
keilmuan dalam sosiologi komunikasi merujuk pada kerangka berpikir dan pendekatan
yang digunakan dalam memahami fenomena komunikasi sosial. Paradigma ini
memberikan panduan tentang bagaimana para peneliti dan ilmuwan sosial mendekati
studi tentang bagaimana komunikasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat dan
struktur sosial.
Perkembangan terakhir dunia komunikasi di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh tiga
paradigma besar. Pertama, paradigma teori konvensional, yaitu paradigma teori yang dianut
oleh para ilmuwan komunikasi yang secara keilmuannya mengembangkan teorinya secara
linier. Kedua, paradigma kritis dan perspektif komunikasi, yaitu paradigma komunikasi yang
dianut oleh para sarjana yang awalnya (terutama S1) belum mempelajari teori komunikasi,
kemudian secara serius mempelajari komunikasi secara kritis dan menurut perspektif
komunikasi yang dilihatnya. Ketiga, paradigma teknologi media. Para- digma ini lahir dari para
peminat teknologi telematika, terutama oleh para sarjana teknologi informasi.
Dari sisi lain, menurut Sendjaja (2005: 11), bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya
merupakan salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bercirikan 'multi perspektif' dan 'multi
paradigma'. Selanjutnya ia mengatakan, berdasarkan basis keilmuan, perspektif dan paradigma
yang diterapkan dalam ilmu komunikasi bermacam ragam. Terdapat 4 (empat) perspektif yang
mendasari teori dalam Ilmu Komunikasi. Keempat perspektif tersebut adalah covering lows,
rules, system, dan symbolic interactionism.
1. Pandangan Humanistik
Menurut Littejohn (1996: 11), tujuan humanitas adalah me- mahami respons subjektif
individual. Sains adalah suatu aktivitas "di luar sana" sedangkan humanitas menekankan "di
dalam sini".
1. Pendekatan Unscientific
Pada pendekatan Unscientific umumnya orang menjawab dorongan ingin tahu Dan mencari
kebeneran melalui:
a. Secara kebetulan
Cerita-cerita yang sungguh menarik tentang penemuan semacam itu adalah penemuan
obat malaria yang dapat menyelamatkan berjuta-juta umat manusia dari bahaya penyakit
tersebut. Kelemahan yang terkandung dalam penemuan-penemuan secara kebetulan ini,
bahwa orang akan bersikap pasif terhadap dorongan ingin tahunya karena semuanya
terjadi secara kebetulan, dan akibatnya pengetahuan berkembang sangat lambat.
b. Penemuan secara Trial n error
Suatu usaha trial and error tidak diawali dengan sebuah harapan, kendati tetap memiliki
tujuan yang tak menentu, bahkan sering kali orang memulai trial and error dengan
harapan yang hampa.
c. Melalui otoritas seseorang
Pendekatan otoritas hanya cocok untuk menemukan kebenaran dokmatis bagi
kepentingan tertentu, seperti dalam kehidupan beragama, upaya-upaya penyembuhan
penyakit, dan bentuk-bentuk kepatuhan lainnya dalam sistem kekerabatan dan monarki.
d. Wahyu
Melalui wahyu ini adalah bentuk penemuan kebenaran yang paling tradisional, namun
cara seperti ini tetap saja menjadi cara menemukan kebenaran yang sampai saat ini
digunakan.
2. Pendekatan Scientific
e. Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah adalah usaha yang paling maksimal yang dapat diterima akal sehat
sampai saat ini. Selain upaya ini disebut sebagai upaya maksimal manusia, penelitian
ilmiah juga adalah proses menemukan kebenaran yang dipercaya memiliki bobot ilmiah
yang tinggi.
Teori Komunikasi MassaTeori "desa global" yang pernah dilontarkan oleh Marshall
McLuhan beberapa waktu yanglalu menarik untuk disinggung kembali dalam bagian ini. Ia
mengatakan bahwa, kitasebenarnya hidup dalam suatu 'desa global'. Pernyataan McLuhan
ini mengacu padaperkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan
orang di seluruhdunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Hal ini
merupakantantangan baru bagi semua disiplin ilmu, karena komunikasi modem yang dibantu
oleh mediamassa mampu menciptakan dalam menata publik, menentukan isu, memberikan
kesamaankerangka pikir.Secara teori, pada satu sisi, konsep komunikasi massa
mengandung pengertian sebagaisuatu proses di mana institusi media massa memproduksi
dan menyebarkan pesan kepadapublik secara luas, namun pada sisi lain, komunikasi massa
merupakan proses di mana pesantersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience.
Fokus kajian dalam komunikasimassa adalah media massa. Media massa adalah institusi yang
menebarkan informasi berupapesan berita, peristiwa, atau produk budaya yang
memengaruhi dan merefleksikan suatumasyarakat. Sehubungan dengan itu, maka institusi
media massa juga adalah bagian darisistem kemasyarakatan dari suatu masyarakat dalam
konteks yang lebih luas.Kajian tentang media dapat dilakukan dari dua dimensi
komunikasi massa. Dimensipertama dapat menjelaskan hubungan antara media dengan
audience, andience dalampengertian individual maupun kelompok. Teori-teori mengenai
hubungan antara mediaandience, menekankan adanya komunikasi massa pada individu dan
kelompok sebagai hasilinteraksi dengan media. Dalam kajian pertama ini, disebut sebagai
kajian dimensi mikro dariteori komunikasi massa.Dimensi kedua disebut sebagai kajian dimensi
makro, di mana kajian ini memandang darisisi pengaruh media kepada masyarakat luas
beserta institusi-institusinya. Dimensi inimenjelaskan keterkaitan antara media dengan
berbagai institusi lain di masyarakat, sepertipolitik, budaya, sosial, ekonomi pendidikan,
agama, dan sebagainya. Teori-teori komunikasiyang menjelaskan keterkaitan tersebut,
mengkaji posisi atau kedudukan media dalammasyarakat, di mana keduanya saling
memengaruhi satu dengan lainnya.
Pribadi adalah individu yang berbeda satu dengan lainnya, perbedaan tersebut menyebabkan
orang mengenal individu secara khas dan membedakannya dengan individu lainnya. Kualitas
individu lain, dan kekhasan tersebut akan menentukan kualitas komunikasinya.
Langkah pertama dalam persepsi diri adalah menyadari diri kita sendiri, yaitu mengungkap
siapa dan apa kita ini, dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga persepsi diri.
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau
objek tertentu, proses ini dikenal sebagai persepsi. Dengan mengutip Cohen, Fisher (1987: 118,
Sendjaja, 2002:2.13) dikemukakan, bahwa persepsi didefiniskan sebagai interpretasi terhadap
berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah
pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita. Definisi ini melibatkan sejumlah
karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi.
Memahami tentang diri sendiri bagaikan kita berkacakan cermin, bahwa apa yang dilihat
adalah wajah kita sebenarnya. Ketika orang menyadari siapa dirinya sendiri. Dengan demikian,
idetintas diri adalah cara-cara yang digunakan orang untuk membedakan individu satu dengan
individu-individu lainnya. Karena itu, “diri” adalah suatu pengertian yang mengacu kepada
identitas spesifik dari seseorang.
Self disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan
teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita
kepada orang lain dan sebaliknya. Sidney Jourard (1971, Sendjaja, 2002:2.141) menandai sehat
atau tidaknya komunikasi pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi didalam komunikasi.
Mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan
yang ideal. Ahli lain, Joseph Luft (Reardon, 1987:163, Sendjaja, 2002), mengemukakan teori
self disclosure lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut Johari
Window. Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan
orang lain, dan tidak diketahui oleh siapa pun. Jika komunikasi antara dua orang berlangsung
dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-
masing ke dalam kuandran “terbuka”. Meskipun self disclosure mendorong adanya
keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasnya.
5) Social Exchange
Teori ini menelaah bagaimana konstribusi seseorang dalam suatu hubungan, di
mana hubungan itu memengaruhi kontribusi orang lain. Thibaut dan Kelley,
(Sendjaja, 2002:2.43) pencetus teori ini, mengemukakan bahwa orang
mengevaluasi hubungannya dengan orang lain dengan mempertimbangkan
konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan upaya yang
telah dilakukan, orang akan memutuskan untuk tetap tinggal dalam hubungan
tersebut atau pergi meninggalkannya.
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan
lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama lainnya, terutama
kelompok primer, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama yang
dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut. Kelompok memiliki tujuan dan aturan-
aturan yang dibuat sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi diantara mereka sehingga
mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada
kelompok itu. Dengan demikian, kelompok memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan masing-
masing pribadi dalam kelompok dan tujuan kelompok itu sendiri. Setiap tujuan individu harus
sejalan dengan tujuan kelompok, sedangkan tujuan kelompok harus memberi kepastian kepada
tercapainya tujuan-tujuan individu.
Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan
peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu
kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnys. Severin dan Tankard (2005:220,
Reno, Cialdini dan Kallgren, 1993) mengatakan, norma-norma sosial (sosial norm) terdiri dari
dua jenis, deskriptif dan perintah. Norma-norma deskriptif menentukan apa yang pada
umumnya dilakukan dalam sebuah konteks, sedangkan norma-norma perintah (injuctive norm)
menentukan apa yang pada umumnya disetujui oleh masyarakat. Norma oleh para sosiolog
disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang
pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Sedangkan peran adalah aspek
dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto, 2002:242). Peran dibagi
menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif, dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang
diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktivitas
kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang
diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi anggota
macam ini akan memberi sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri.
Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, di mana
anggota kelompok menahan diri agar memberi kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam
kelompok dapat berjalan dengan baik.
3. Fungsi Komunikasi Kelompok
a. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu
kelompok mampu memelihara dan menetapkan hubungan sosial di antara para
anggotanya.
b. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok
secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan
pengetahuan.
c. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya memersuasi anggota lainnya
supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
d. Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya
untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.
e. Fungsi terapi, kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena
kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu
setiap individu mencapai perubahan personalnya.
4. Tipe Kelompok
Soeryono Soekanto (2002: 118) menjelaskan, bahwa kelompok secara umum terdiri dari
beberapa rumpun; Pertama adalah kelompok teratur, yaitu kelompok yang dapat dijelaskan
strukturnya maupun norma dan perannya seperti ingroup dan outgrup, kelompok primer dan
kelompok sekunder, paguyuban dan patembayan, kelompok formal dan kelompok informal,
membership group dan reference group, kelompok okupasional dan volunteer. Kedua kelompok
yang tidak teratur yaitu kerumunan (crowd) dan publik. Ketiga, masyarakat (community)
perkotaan dan masyarakat pedesaan. Keempat, kelompok kecil (small group).
Ronald B. Adler dan George Rodman (Sendjaja, 2002: 3.14), membagi kelompok dalam tiga
tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan
kelompok pemecahan masalah (problem solving group) penjelasan ketiga tipe kelompok itu
adalah sebagai berikut:
Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang berhierarki secara jenjang
dan memiliki sistem pembagian tugas untuk mencapai tujuan tertentu. De Vito (1997: 337),
menjelaskan organisasi sebagai sebuah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai
tujuan tertentu. Jumlah anggota organisasi bervariasi dari tiga atau empat sampai dengan ribuan
anggota. Organisasi juga memiliki struktur formal maupun informal. Organisasi memiliki tujuan
umum untuk meningkatkan pendapatan, namun memilki tujuan-tujuan spesifik yang dimiliki
oleh orang-orang dalam organisasi itu.
Menurut Sendjaja (2002: 4.8), organisasi baik yang berorientasi untuk mencari
keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi organisasi, yaitu:
fungsi informatif, regulatif, persuatif, dan integratif. Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi (information-
processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan
manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan
regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk memersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan
dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi
formal, seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan
laporan kemajuan organisasi. Juga saluran komunikasi informal, seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan
darmawisata.
3. Pendekatan Hubungan Manusiawi (Human Relations)
Secara umum, dalam berbagai hal, pendekatan struktural dan fungsional mengenai
organisasi hanya menekankan pada produktivitas dan penyelesaian tugas-tugas
pekerjaan, sedangkan faktor manusia dipandang sebagai variabel dalam suatu pengertian
yang lebih luas. Menurut Chris Agrys, praktik organisasi yang demikian dipandang tidak
manusiawi, karena penyelesaian suatu pekerjaan lebih mengalahkan perkembangan
individu dan keadaan ini berlangsung secara berulang-ulang atau dalam bahasa Agrys,
ketika kompetensi teknis tinggi, maka kompetensi antarpribadi dikurangi.
1. Stimulus-Respons
Efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. seseorang dapat menjelaskan suatu
kaitan erat antara pesan media dan reaksi audiens. McQuail (1994: 234) menjelaskan elemen-
elemen utama dari teori ini yaitu:
a. pesan (stimulus)
b. seorang penerima atau receiver (organisme)
c. efek (respons)
Prinsip stimulus-respons merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik
mengenai proses terjadinya efek media mas-sa yang sangat berpengaruh.
Pada 1970, Melvin Defleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan
teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual
differences). Di sini diasumsikan, bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang
berinteraksi secara berbeda- beda dengan karakteristik pribadi dan para anggota audiens. Teori
DeFleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel variabel psikologis yang
berinterales dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek.
Lazarsfeld mengajukan gagasan mengenai komunikasi dua tahap (two step flow) dan
konsep pemuka pendapat. Secara garis besar, menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam
suatu situasi sosial yang pasif, tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan sosial
yang sangat kompleks, dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang lainnya.
Menurut Sendjaja (2002: 5.16) teori komunikasi dua tahap dan konsep pemuka pendapat
memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi anggota dari kelompok social
b. Respons dan reaksi terhadap pesan dari media tidak terjadi secara langsung dan segera,
tetapi melalui perantaraan
c. Ada dua proses yang berlangsung, yang pertama mengenai penerimaan dan perhatian
d. Individu tidak bersikap sama terhadap pesan media, melainkan memiliki berbagai pesan
yang berbeda
e. Individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat)
3. Difusi Inovasi
Salah satu persoalan empiris komunikasi massa adalah berkaitan dengan proses adopsi
inovasi. Hal ini relevan untuk masyarakat yang sedang berkembang maupun masyarakat maju,
karena terdapat kebutuhan yang terus-menerus dalam perubahan sosial dan teknologi, untuk
mengganti cara-cara lama dengan teknik-teknik baru.
Everett M. Rogers (1983: 165) mengatakan ada 5 tahap dalam suatu proses difusi inovasi, yaitu:
(a) pengetahuan
(b) persuasi
(c) keputusan
(d) pelaksanaan
(e) konfirmasi
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan D.L. Shaw dalam Public Opinion
Quarterly (1972), berjudul The Agenda-Setting Function of Mass Media. Asumsi dasar teori
agenda setting yaitu jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa. maka media itu akan
memengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting bagi
media, maka penting juga bagi masyarakat.
Teori yang dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L DeFleur (1976,
Sendjaja, 2002: 5, 26) memfokuskan perhatiannya pada kondisi struktural suatu masyarakat
yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Pemikiran terpenting dari
teori ini adalah bahwa dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media
massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan tentang, dan orientasi kepada, apa yang
terjadi dalam masyarakatnya.
6. Teori of Silence
Dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth Noelle Neuman, sosiolog Jerman, pada 1974,
teori ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling
memengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi individu atas
pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat. Teori
ini mendasarkan asumsinya pada pemikiran sosial-psikologis tahun 30-an yang menyatakan
bahwa pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang dipikirkan oleh orang lain, atau atas
apa yang orang rasakan sebagai pendapat dari orang lain.
7. Information Gaps
Dalam membahas efek jangka panjang komunikasi massa, tam paknya penting untuk
dikemukakan suatu pokok bahasan yang di sebut sebagai celah informasi atau celah
pengetahuan (information atau knowledge gaps). Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh
arus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Dalam
hal seperti ini information gaps akan terjadi dan terus meningkat sehingga menimbulkan jarak
antara kelompok sosial yang satu dan yang lain dalam hal pengetahuan mengenai suatu topik
tertentu.
Kati (Effendy, 2000: 290) menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai uses
and gratifications:
Menurut (Sendjaja, 2002: 5.41), teori uses and effect pertama kali dikemukakan oleh
Sven Windahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori
tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting
atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media yang
menyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu
proses komunikasi massa.
Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan-
gagasan konstruktif kognitif. Menurut von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul
pada abad ini. "teori konstruksi sosial media massa" adalah pada sirkulasi informasi yang cepat
dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata.
Realitas sosial yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori
dan opini massa cenderung sinis.
Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi sosial media massa
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Scorang ahli ilmu politik Amerilka Serikat pada tahun 1948 mengemukakan suatu
ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan yang
merupakancara sederhana untuk memahami proses komunikasi massa adalah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut. siapa (who); berkata apa (says what); melalui saluran apa (in which
channel); kepada siapa (to whom). dengan efek apa? (with what effect ?)
Dalam Four Theories of the Press (Siebert, Peterson, dan Schramm, 1956, Severin
danTankard, Jr. 2005: 373), membagi pers di dunia dalam 4 kategori: otoriter, liberal,
tanggungjawab sosial, dan totaliter-Soviet. Namun kesemuanya merupakan "Teori Normative"
yangberasal dari pengamatan, bukan dari hasil uji dan pembuatan hipotesis dengan
menggunakanmetode ilmu sosial.
1) Teori OtoriterPenemuan alat cetak pers dan pelat huruf yang mudah
dipindah terjadi saat dunia dibawah kekuasaan otoriter sistem kerajaan
dengan kekuasaan absolutnya. Ketika dasar danteori pers pertama (teori
otoriter) mendukung dan menjadi kepanjangan tangan kebijakanpemerintah
yang sedang berkuasa dan melayani negara. Mesin cetak harus memiliki izin
dan, dalam beberapa kondisi, harus mendapat hak pemakaian khusus dari
kerajaan ataupemerintah agar bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui
penerapan hak khusus, lisensi,sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan
sendiri dalam tubuh serikat pemilik mesincetak, individu dijauhkan dari
kemungkinan mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalamsistem imun
demikian, tetap dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan
pemerintah(Severin dan Tankard, Jr.2005:373)
2) Teori Liberal Teori Liberal pers berkembang sebagai dampak dari masa
pencerahan dan teori umumtentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan
berusaha melawan pandangan yang otoriter.Dari tulisan Milton, Locke, dan
Mill dapat dimunculkan pemahaman bahwa pers harusmendukung fungsi
membantu menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah
sekaligussebagai media yang memberikan informasi, menghibur, dan mencari
keuntungan. Di bawahteori liberal pers bersifat swasta, dan siapa pun yang
mempunyai uang yang cukup dapatmenerbitkan media. Media dikontrol dalam
dua cara. Dengan beragamnya pendapat, "prosespembuktian kebenaran" dalam
"pasar bebas gagasan" akan memungkinkan individumembedakan mana yang
benar atau salah. Demikian pula dengan sistem hukum yang memilikiketentuan
untuk menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan
hasutandalam masa peperangan. Teori liberal pers berkembang di Inggris
selama abad ke-18 tetapitidak diperbolehkan dijalankan dikoloni Inggris di
Amerika Utara sampai putusnya hubungandengan negara induk tersebut.
Setelah tahun 1776, teori ini diimplementasikan di seluruhwilayah yang
lepas dari pemerintahan kolonial dan secara resmi diadopsi dengan
adanyaAmandemen Pertama pada Piagam Hak Asasi Manusia baru yang
ditambahkan ke dalamUndang- Undang Dasar (Severin dan Tankard, Jr. 2005:
378).
3) Teori Tanggung Jawab SosialDi abad kedua puluh di Amerika Serikat, ada
gagasan yang berkembang, bahwa mediasatu-satunya industri yang dilindungi
Piagam Hak Asasi Manusia, harus memenuhi tanggungjawab sosial. Teori
tanggung jawab sosial, yang merupakan evolusi gagasan praktisi media,Undang-
Undang Media, dan hasil kerja Komisi Kebebasan Pers (Commission on
Freedom ofthe Press), berpendapat bahwa selain betujuan untuk memberikan
informasi, menghibur,mencari untung (seperti hal teori liberal), juga bertujuan
untuk membawa konflik ke dalamarena diskusi. Teori tanggung jawab sosial
mengatakan bahwa, setiap orang yang memilikisesuatu yang penting untuk
dikemukakan harus diberikan hak dalam forum, dan jika mediadianggap tidak
memenuhi kewajibannya, maka ada pihak yang harus memaksanya. Di
bawahteori ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen,
kode etik profesional,dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur
mengingat keterbatasan teknis padajumlah saluran frekuensi yang tersedia
(Effendy, 2000: 272).
4) Teori Komunis SovietTeori otoriter pers di banyak negara berubah menjadi
teori Totaliter-Soviet. Sovietberpandangan, bahwa tujuan utama media adalah
membantu keberhasilan dan kelangsungansistem Soviet. Media dikontrol oleh
tindakan ekonomi dan politik dari pemerintah dan badanpengawas dan hanya
anggota partai yang loyal dan anggota partai ortodoks saja yang
bisamenggunakan media secara regular. Media dalam sistem Soviet dimiliki dan
dikontrol olehnegara dan ada hanya sebagai kepanjangan tangan negara. Sejak
Four Theories ofthe Press (Siebert, Peterson, dan Scharamm, 1956, Severin
danTankard, Jr. 2005: 380) ditulis, telah ada banyak perubahan di negara-negara
sosialis. Tahun1980-an, di negara Cina, kepemilikan surat kabar secara pribadi
diperbolehkan dalam skalatertentu. Semua kritikan dapat ditoleransi, khususnya
jika itu merupakan kritikan pada individuatau kebijakan lokal yang dapat
merongrong tujuan program negara "4 modernisasi".Pada salah satu tindakan
pelarangan penerimaan saluran televisi asing. Di akhir musimpanas tahun 1999,
polisi Cina mulai merampas satelit, antena penerima, dan dekoder. Tahun
itumerupakan saat yang sangat sensitif bagi pemerintahan Cina, dengan
adanya tiga peristiwapenting, hari peringatan demonstrasi Tiananmen
kesepuluh, perayaan ulang tahun RepublikCina kelima puluh, dan perayaan
gerakan Empat Mei yang kedelapan puluh, saat para pelajarmemrotes perlakuan
kekuatan Barat terhadap Cina. Pemerintah memperingatkan operator TVkabel
untuk tidak menayangkan program TV asing. Beberapa pakar percaya
pemerintah inginmemblokir saluran akhir yang mungkin menyiarkan berita
tentang Tianannmen (Landler,1999, Severin dan Tankard, Jr. 2005:
80).Schramm mengatakan bahwa, sumbangan besar dari Marx adalah
menjungkirbalikandialektika Hegel dengan membuat dialektika realistis
sebagai kebalikan dari idealistis. Iamengatakan bahwa, kondisi hidup yang
bersifat materialistis, terutama cara manusiamengelola hidupnya dan jenis
kehidupan yang ia kelola nenentukan ide manusia. Dengan katalain, kondisi
ekonomi, sistem produksi, dan hubungan produktif menjadi faktor sentral
bagikehidupan manusia. Sehubungan dengan pandangan ini, maka Schramm
berpendapatpengawasan terhadap media massa harus berpijak pada mereka yang
memiliki fasilitas, saranapercetakan, stasiun siaran, dan lain-lain. Selama kelas
kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini,kelas buruh tidak akan mempunyai akses
pada saluran-saluran komunikasi. Kelas buruh harusmempunyai sarana
komunikasi sendiri dan kebebasan pers hanya ada pada masyarakat tanpakelas
(Effendy, 2000: 271).
Pada bagian lain dalam buku ini telah dijelaskan mengenai persoalan virtual
reality,realitas maya, cybercommunity, sebagai akibat langsung dari perkembangan
teknologitelematika yang semakin pesat. Sehingga oleh banyak cabang ilmu sosial mulai
melihat ma-salah cyber Community ini sebagai sebuah arena kajian yang menarik sebuah
sosiologikehidupan baru yang menarik dikaji.Walaupun wilayah kajian ini masih prematur
disebut telah melahirkan sebuah teori, namunbisa jadi teori yang lahir dari kajian masyarakat
maya (cybercommunity) ini, menjadi sebuahteori paling akhir dalam kajian komunikasi atau
sosiologi komunikasi, karena seperti yangdijelaskan pada bagian tentang masyarakat cyber,
telah lahir sebuah kajian ilmiah mengenai cyber community, di mana cybercommunity ini
memiliki struktur yang menyerupai kehidupansosial masyarakat nyata, sehingga dapat
dikatakan sebagai sebuah teori cybercommunity.Tankard (2005), dalam bukunya tentang teori
komunikasi, menjelaskan tentang teorikomunikasi dunia maya, di mana yang dimaksud oleh
Severin dan Tankard sebagai dunia mayaadalah cybercommunity itu. Walaupun unsur-unsur
dunia maya tidak dijelaskan secara detailoleh keduanya dalam buku tersebut, sebagaimana
konsep teori cybercommunity dalam bukuini, namun keduanya mengajukan beberapa
bagian-bagian penting dalam teori komunikasidunia maya, yaitu;
KESIMPULAN
Bugin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana prenada media group