Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH LOGIKA KOMUNIKASI

DOSEN PENGAMPU:
Andika Sanjaya, S.Ikom, M.Si
Muhammad Muthahhari Ramadhani, S.Ikom, M.Ikom

DISUSUN OLEH:
Ade Fasya Rahmaniar 1810414220015
Jonathan Nicholas Tanjung 1810414110006
Leonaldi Virdaus 1810414310045
Morteza Zakaria 1810414310048
M. Yanuar Iqbal 1810414310001
M. Azmil Ridho Fasya 1810414310025
Muhammad Rifai 1810414210036
Muhammad Yanuar Azhar 1810414310037
Sehat Sholehah 1810414320040
Yunida Sari Ulpah 1810414320019
Zavita Dwi Humaira Azzahra 1810414320029

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
ridhonya sehingga penyusun merampungkan dan menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Makalah Logika Komunikasi” membahas tentang
penjelasan dan penalaran pada racangan pembelajaran Logika Komunikasi.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Logika
Komunikasi. Selanjutnya kami sebagai pembuat makalah mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini,sehingga menjadi landasan penyusun untuk membuat
makalah lain.
Akhirnya segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT semesta alam
semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mendapatkan rahmat dari Allah SWT
bagi kita semua. Aamin.

Banjarmasin, Febuari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Makalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Komunikasi dan Logika........................................................................ 3
a. Komunikasi dan logika................................................................... 3
b. Dari logika untuk komunikasi......................................................... 3

2
c. Manfaat logika komunikasi............................................................. 3
B. Bahasa dan logika, Penalaran, Penalaran Deduktif dan Induktif ......... 7
a. Bahasa dan Logika.......................................................................... 7
b. Penalaran / Argumen....................................................................... 8
c. Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.................................... 9
C. Klasifikasi, Divisi, Definisi.................................................................. 11
a. Klasifikasi....................................................................................... 11
b. Divisi............................................................................................... 12
c. Definisi............................................................................................ 15
D. Wacana dan Proposisi........................................................................... 16
a. Wacana............................................................................................ 16
b. Proposisi......................................................................................... 17
E. Oposisi dan Ekuivalensi....................................................................... 19
a. Oposisi............................................................................................ 19
b. Ekuivalensi .................................................................................... 21
Bab III Penutup................................................................................................. 25
A. Kesimpulan........................................................................................... 25
Daftar Pustaka ............................................i

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna dan manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna memiliki banyak kelebihan. Sebagai ciptaan Tuhan yang maha esa
manusia dibekali akal, perasaan dan pikiran untuk bisa dikembangkan dan
berbeda dengan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan.
Akal dan pikiran merupakan ungkapan paling sempurna yang
disematkan Tuhan kepada manusia. Manusia mempunyai kemampuan
menalar, artinya berfikir secara logis dan analistis (suhartono, 2005: 1),
kelebihan manusia dalam kemampuan menalar dan karena mempunyai
bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka
manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu
mengembangkannya. Dengan akal pikiran manusia dapat mengubah dan
mengembangkan taraf kehidupan agar lebih maju lagi. Dalam mengatasi
masalah yang timbul akibat keinginan untuk mempelajari apapun dalam
kehidupan ini, manusia mempunyai akal untuk berfikir secara benar dan
logis. Berfikir secara logis ialah berfikir tepat dan benar yang memerlukan
kerja akal sesuai dengan logika.
Berfikir secara logis juga berarti bahwa selain memikirkan diri kita
sendiri juga harus memperhatikan lingkungan, serta berfikir tentang akibat
yang ditimbulkan dari apa yang sedang dilakukan. Logika adalah pemikiran
dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, meyaring
dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan
mendapatkan kebenaran terlepas dari segala kepentingan dan keinginan
perorangan. Hingga akhirnya logika dipakai sebagai ilmu dan dipelajari
dipendidikan perguruan tinggi. Dan banyak terdapat cabang ilmu logika salah
satunya adalah logika komunikasi.

1
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang penalaran tentang ilmu
logika komunikasi sesuai dengan RPS yang telah ditentukan oleh perguruan
tinggi.

B. RUMUSAN MASALAH
Agar dalam pembuatan makalah ini tidak terlalu kompleks maka
dirumuskan masalah yaitu menjelaskan tentang materi logika komunikasi
sesuai RPS

C. TUJUAN PENULISAN
a. Dapat menjelaskan tentang komunikasi dan logika serta manfaatnya
b. Dapat menjelaskan tentang bahasa dan logika, penalaran/argumen, dan
penalaran deduktif dan penalaran induktif
c. Dapat membedakan tentang klasifikasi, divisi dan definisi
d. Dapat membedakan wacana dan proposisi
e. Dapat menjelaskan dan membedakan tentang oposisi dan ekuivalensi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI DAN LOGIKA


a. Komunikasi dan logika
Aliran behaviorisme yang memungkinkan keberadaan ilmu komunikasi. Ini
merupakan derivasi dari positivisme yang berupaya mengindependenkan ilmu-
ilmu dari filsafat dengan objek material atau objek formal masing-masing. Berkat
dukungan tersebut, komunikasi menjadi ilmu yang merdeka dari filsafat. Sebelum
komunikasi terlepas dari filsafat, para filsuf telah menyinggung hal-hal yang
kemudian menjadi bahasan komunikasi. Retorika adalah kemampuan meninjau
sarana yang dapat digunakan untuk membujuk dalam berbagai keadaan.
Kemampuan ini hadir terutama karena proses belajar yang disengaja. Aristoteles
menyimpulkan model-model bujukan bersifat teknis dan non-teknis.

b. Dari Logika untuk Komunikasi


Tak ada seorangpun dapat berbicara dengan tertib tanpa proses berpikir tertib
dan tak ada yang dapat menulis secara sistematis tanpa berpikir
demikian. Pemikiran sahih diidentifikasi dari sudut koherensinya meliputi
konsistensi antar unsur pembentuk. Pemikiran benar ditandai oleh
korespondensinya meliputi keselarasan pemikiran itu dengan fakta. Koherensi
mendorong pemikiran tidak bertolak belakang dengan unsur-unsur pembentuknya.
Korespondensi mengorientasikan pemikiran tidak berseberangan dengan
kenyataan yang diacu.

c. Manfaat Logika Komunikasi


1. Kegunaan dan Manfaat Logika
a. Kegunaan logika :
 Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir
secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.

3
 Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan
objektif.
 Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir
secara tajam dan mandiri.
 Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis
 Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-
kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
 Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
 Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
 Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan
analitis sebagaimana tersebut point 1 maka akan meningkatkan
citra diri seseorang.

b. Manfaat Logika :
Manfaat mempelajari logika, agar dapat berpikir lebih nalar, kritis,
tepat, runtut atau konsisten, mempelajari ilmu ini sungguh bermanfaat
sekali untuk hal-hal sebagai berikut:
 Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya.
 Mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya yang
sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan
penelitian-penelitian tentang cara berpikir.
 Studi Logika mendidik kita berpikir jernih dan kritis.
 Logika memungkinkan kita melaksanakan disiplin intelektual yang
diperlukan dalam menyimpulkan atau menarik kesimpulan.
 Logika membantu kita menginterpretasikan fakta dan pendapat
orang lain secara memadai.
 Logika melatih kita tentang teknik-teknik menetapkan asumsi dan
implikasi.

4
 Logika membantu kita mendeteksi penalaran-penalaran yang keliru
dan tidak jelas.
 Logika memancing pemikiran-pemikiran ilmiah dan reflektif.
 Mengenali dan menggunakan bentuk-bentuk umum tertentu dengan
cara penarikan konklusi yang benar dan menghindari kesalahan-
kesalahan yang bisa dijumpai.
 Dapat memperpanjang rangkaian penalaran itu untuk menyelesaikan
problem-problem yang lebih kompleks.
 Daya khayal semakin tinggi sehingga menjadi lebih kreatif.
Dengan membiasakan latihan berpikir, manusia akan mudah dan
cepat mengetahui di mana letak kesalahan yang menggelincirkannya
dalam usaha menuju hukum-hukum yang diperoleh dengan pikiran itu.
Jadi mempelajari ilmu logika itu sama dengan mempelajari Ilmu Pasti,
dalam arti sama-sama tidak langsung memperoleh manfaat dengan ilmu
itu sendiri, tapi ilmu-ilmu itu sebagai perantara yang merupakan suatu
jembatan untuk ilmu-ilmu yang lain juga untuk memimbang sampai di
mana kebenaran ilmu-ilmu itu. Dengan demikian maka ilmu logika juga
boleh di sebut ilmu pertimbangan atau ukuran; dalam bahasa Arab di
sebut ‘Ilmulmizan atau Mi’jarul’ulum.

2. Hubungan Logika dalam psikologi,


Berikut hubungan antara logika dengan psikoli, Dalam psikologi
membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses
subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, psikologi memberikan
keterangan mengenai sejarah perkembangn berpikir. Logika sebagai
cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berpikir (bagaimana
seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita terlebih
dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berpikir.

3. Hubungan Logika dalam Komunikasi

5
Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari
mempergunakan suatu teknik (logika), akan tergantung dari baik-buruknya
alat bahasa komunikasi yang digunakan. Penggunaan bahasa komunikasi
sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai
alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Kita ambil contoh dari
pernyataan “ Lukisan itu tidak jelek ”,
maka maksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, atau maksud
lukisan itu belum dapat dikatakan indah, namun belum tentu untuk
mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya dapat
memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara
seksama, tanpa suatu nilai perasaan.

4. Logika makna luas dan logika makna sempit.


Dalam arti sempit istilah tersebut dipakai searti dengan deduktif atau
logika formal. Sedangkan dalam arti yang lebih luas pemakaiannya
mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang
bagaimana sistem penjelasan di susun dalam ilmu alam serta meliputi pula
pembahasan mengenai logika itu sendiri.

5. Logika Deduktif dan Induktif


Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-
asas pelajaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang
menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya
sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Logika induktif
merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang
bersifat boleh jadi.

6. Logika Formal dan Material


Logika formal adalah mempelajari asas aturan atau hukum-hukum
berfikir yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan benar

6
mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan
akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan
kenyataan praktis sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-
sumber dan asalnya pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan dan
akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Dan sekarang, logika
formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah cara berfikir untuk
mencapai kebenaran.

7. Logika Murni dan Terapan


Logika murni adalah merupakan suatu pengetahuan mengenai asas
dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari
pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam
suatu cabang ilmu dari sitilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap
cabang ilmu bidang-bidang filsafat dan juga dalam pembicaraan yang
menggunakan bahasa sehari-hari.

8. Logika Falsafati dan Matematik


Logika falsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian
logika yang masih berhubungan sangat erat dengan pembahasan dalam
bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti
dengan metafisika. Adapun logika matematik serta bentuk lambang yang
khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan
yang terdapat dalam bahasa biasa.

B. BAHASA DAN LOGIKA, PENALARAN/ARGUMENT, PENALARAN


DEDUKTIF DAN PENALARAN INDUKTIF
a. Bahasa dan Logika
Logika ialah ilmu berpikir yang tepat, logika sekedar menunjukkan
adanya kekeliruan didalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu
dapat dielakkan, maka hakekat dari logika dapat pula disebut sebagai teknik

7
berpikir. Menurut Aristoteles, logika adalah ajaran tentang berpikir yang
secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-
hukum yang menguasai pikiran.
Bahasa merupakan alat dari proses pemikiran atau alat dari logika.
Menurut bill adams, bahasa adalah sebuah system pengembangan psikologi
individu dalam sebuah konteksinter-subjektif. Menurut plato, bahasa pada
dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin
dariide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
Hubungan Bahasa dan Logika dapat dijelaskan bahwa hasil yang
diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika), akan tergantung dari
baik-buruknya alat bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa sebagai alat
logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat logika dan
bahasa sebagai alat kesusasteraan.
Kaitan erat logika dan bahasa
1. Ada dua sapek penting dalam pemikiran, yaitu aspek kegiatan mental
(=bahwa penalaran itu berlangsung dalam batin) dan aspek ekspresi
verbal (=bahasa untuk menyatakan isi pemikiran)
2. Melalui bahsa dalap mengkomunikasikan penalaran kita, dan dengan
demikian dapat diuji tepat tidaknya
3. Penalaran yang baik menuntut kemampuan penggunaan bahasa yang baik
pula.

b. Penalaran / Argumen
Salah satu jenis pengembangan paragraf atau penulisan yang ditulis
dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca bahwa ide,
gagasan, atau pendapat, tersebut benar dan terbukti dengan penulisan
argumentasi berupa penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan objektif
dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat.
Dilihat dari struktur informasinya, dalam paragraf argumentasi akan
ditemukan:

8
a. Pendahuluan, bertujuan untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan
perhatian pembaca kepada argumen yang akan disampaikan, atau
menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi dikemukakan.
b. Tubuh argumen, bertujuan untuk membuktikan kebenaran yang akan
disampaikan dalam paragraf argumentasi sehingga kesimpulan yang akan
dicapai juga benar. Kebenaran yang disampaikan dalam tubuh argument
harus dianalisis, disusun, dan dikemukakan dengan mengadakan
observasi, eksperimen, penyusun fakta, dan jalan pikiran yang logis.
c. Kesimpulan atau ringkasan, bertujuan untuk membuktikan kepada
pembaca bahwa kebenaran yang ingin disampaikan melalui proses
penalaran memang dapat diterima sebagai sesuatu yang logis.
Syarat -syarat kebenaran dalam penalaran
a. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah
b. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah
premis. Jadi semua premis harus benar yaitu meliputi sesuatu yang benar
secara formal maupun material. Benar Yaitu bentuk yang tepat,
diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material
berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat

c. Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif


a. Penalaran deduktif
Penalaran yang bersifat umum dengan menyimpulkan pengetahuan
baru sehingga bersifat detail atau khusus, serta bersifat sigolisme yang
merupakan suatu argument yang terdiri dari proposisi yang dijadikan
dasar penyimpulan dan kesimpulan (konklusi).
Ciri penalaran deduktif :
a) Analitis, yaitu Kesimpulan yang ditarik hanya dengan menganalisa
proposisi atau premis yang sudah ada.
b) Tautologis, yaitu kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara
tersirat sudah terkandung dalam premis-premisnya.
c) A priori, yaitu kesimpulan yang ditarik tanpa pengamatan inderawi
atau observasi empiris.
d) Argumen deduktif selalu dapat dinilai sahih atau tidaknya.

9
*Contoh penalaran deduktif :
Semua mamalia punya sebuah jantung
Semua kuda adalah mamalia
= semua kuda punya sebuah jantung

b. Penalaran Induktif
Penalaran induktif alur pikirnya dimulai dari hal yang spesifik
(khusus) ke arah yang lebih umum. Dari yang khusus menghasilkan teori
baru secara umum. Kesimpulan yang ditarik bersifat induktif, meskipun
premis yang dipakainya adalah benar dan penalaran induktifnya adalah
sah, namun kesimpulan nya bisa saja salah. Selain itu, penalaran induktif
tidak memberikan kepastian namun sekadar tingkat peluang bahwa
premis-premis tertentu dapat ditarik.
Bahaya atau kekurangan menggunakan logika induktif yaitu terlalu
cepat menarik kesimpulan yang berlaku umum, sementara jumlah kasus
yang digunakan dalam premis yang memadai dan premis yang digunakan
kurang memenuhi kaedah ke-ilmiahan.
Terdapat beberapa tipe penalaran induktif , yaitu :
a) A strong inductive argument : suatu argumen dimana premis-
premisnya memberikan bukti yang kuat untuk mendukung
kesimpulan.
b) A weak inductive argument : suatu argumen dimana premis-
premisnya tidak memberikan bukti yang kuat untuk mendukung
kesimpulan.
c) A good inductive argument : suatu induktif argumen yang kuat
dengan premis-premis yang benar.

Ciri-ciri penalaran induktif :


a) Sintesis, yaitu kesimpulan ditarik dengan cara mensintesakan kasus-
kasus yang digunakan dalam premis-premis.

10
b) General, yaitu kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus
yang lebih banyak.
c) A posteriori : kasus-kasus yang dijadikan landasan argumen
merupakan hasil pengamatan inderawi.
d) Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak (ada
aspek probabilitas).
*Contoh penalaran induktif :
Kuda australia punya sebuah jantung
Kuda sumba punya sebuah jantung
Kuda amerika punya sebuah jantung
= semua kuda punya sebuah jantung

C. KLASIFIKASI, DIVISI DAN DEFINISI


a. Klasifikasi
Bentuk paling sederhana dari identifikasi kompleksitas dunia adalah
mengenali objek di dalam dunia itu (recognation). Objek dikenali lantaran
keseringan berinteraksi dengannya.Interaksi intensif itu awalnya membentuk
konsep, lambat laun mewujud term. Objek yang telah terkonsep dan
ditermkan itu kemudian dikaitkan dengan objek lain yang mirip dengannya
pada titik tertentu. Di momen pengkaitan itu klasifikasi sedang dilakukan.
Sellars menyatakan bahwa "classification ,unconscious or conscious, is
the only way in which we can handle our complex world of individual
things." klasifikasi adalah cara untukmengatasi kompleksitas dunia.
Lebih lanjut Profesor Universitas Michigan itu mendefinisikan klasifikasi
dengan "the process of grouping things together according to their possession
of certain selected common attributes." Mengklasifikasi adalah
menggabungkan berbagai hal berdasarkan atribut tertentu yang dimiliki
mereka bersama ,dimana atribut itu dianggap sebagai suatu kelas sedangkan
hal-hal yang memiliki atribut itu disebut sebagai anggota kelas.
Klasifikasi sebagai suatu entitas memiliki beberapa kelas. Kelas pertama
disebut denganklasifikasi alamiah (natural classification). Kelas kedua
disebut dengan klasifikasi buatan (artificial classification).

11
Klasifikasi alamiah diterapkan untuk menata sesuatu berdasarkan sifat
dasarnya. Klasifikasi buatan tak seilmiah klasifikasi alamiah.Klasifikasi
buatan diarahkan untuk memungkinkan kita menangani kompleksitas sesuatu
di kondisi tertentu secepat dan semudah mungkin. Klasifikasi buatan punya 2
bentuk :klasifikasi indeks dan klasifikasi diagnostik.Klasifikasi indeks
merupakan pengelompokan sesuatu berdasarkan atribut eksternal sesuatu
itu,sedangkan klasifikasi diagnostik adalah klasifikasi yang ditujukan untuk
mengidentifikasi objek.
Bagaimana cara memisahkan suatu genus menjadi spesies ? Bagaimana
pula membuat spesies-spesies bagi semua hal yang dicampur oleh genus ?
Menurut Jevons,"All these difficulties are avoided in the perfect logical
method of dividing each genus into two species and not more than two, so
that one species possesses a particular quality , and the other does not." Cara
untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan memisahkan satu genus
menjadi hanya dua spesies berdasarkan satu prinsip. Seandainya pakaian
merupakan genus yang hendak dicarikan spesiesnya, maka carilah satu
prinsip yang bisa membelah genus untuk menjadi dua, misalnya atas atau
bawah, luar atau dalam, formal atau nonformal, dan lain sebagainya.
Pembelahan genus menjadi beberapa spesies itu disebut dengan divisi.

b. Divisi
Divisi berbeda dari klasifikasi. Meski tak serupa, divisi terkait erat
dengan klasifikasi. Pasalnya, divisi merupakan subklasifikasi, bahkan metode
untuk menguji keabsahan klasifikasi.
Tujuan dari penyusunan divisi ini adalah untuk memperkaya kosa kata,
membatasi ambiguitas atau kerancuan makna, memberikan penjelasan
teoritis, mempengaruhi perilaku, dan menghilangkan makna yang kering
Genus disebut juga dengan tatum divisum (entitas yang dipecah),
contohnya komunikasi. Pecahan dari genus itu disebut dengan spesies yang
merupakan membra divedentia (anggota yang memisah), contohnya:
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Adapun atribut pembeda

12
spesies disebut diferensia yang merupakan fundementum divisions (basis
divisi), contohnya verbalitas komunikasi.
Diferensia disebut sebagai basis divisi karena dengannyalah divisi
memungkinkan untuk dibuat. Divisi memecah genus menjadi beberapa
spesies. Sesuatu yang memungkinkan pencacahan itu adalah diferensia.
Karena diferensia disebut sebagai fundementum divisions.
Dengan diferensia, muncullah beberapa bentuk divisi, antara lain divisi
fisik, divisi metafisik, divisi verbal, divisi logis, divisi dikotomis dan divisi
klasifikatif.
Divisi fisik adalah pembagian sesuatu yang fisik dari keseluruhannya
menuju bagian-bagiannya. Di divisi fisik ada dua bagian penting, yaitu bagian
esensial dan bagian aksidental. Bagian esensial adalah bagian yang jika tidak
ada bagian tersebut, maka sesuatu yang didivisikan akan runtuh atau hilang,
sedangkan bagian aksidential adalah bagian yang jika tidak ada bagian
tersebut maka tidak akan membuat sesuatu yang didivisikan runtuh, namun
tetap merupakan bagian penting dari sesuatu tersebut.
Divisi metafisik adalah pemecahan suatu hal menjadi beberapa bagian
tidak secara kasat mata, melainkan secara rasional. Tidak ada sesuatu di dunia
riilyang disebut sebagai yang esensial dan aksidental. Keduanya merupakan
atribut metafisik bagi sesuatu yang tidak dapat ditunjukkan secara indrawi,
tapi dapat dipikirkan dan dikatakan.
Divisi verbal adalah pemecahan term ambigu menjadi berbagai
pemaknaan. Misalnya term esensi, maknanya cukup rumit dijelaskan. Meski
begitu, term yang tidak jelas itu masih mungkin untuk dijelaskan.
Divisi logis adalah divisi atas universalia menjadi berbagai
kelas/individu. Universalia adalah istilah lain dari genus, yaitu term umum
yang dapat dispesifikasi pada kelas yang lebih rendah dan individu yang lebih
spesifik. Spefisikasi sedemikian rupa itu disebut sebagai divisi logis.
Divisi dikotomis adalah pemisahan genus, berdasarkan satu prinsip,
menjadi dua spesies: yang satu afirmatif, yang lain negative. Namun, divisi
dikotomis tak selalu memuaskan meski memudahkan pembagian. Dalam hal

13
agama di Indonesia, misalnya, rekan penulis yang beragama Kristen tidak
suka disebut sebagai non-muslim. Dia lebih suka disebut dengan orang
Kristen. Karena disadari atau tidak, identifikasi non-Muslim yang dihasilkan
oleh divisi dikotomis Muslim dan non-Muslim, terlalu mengagungkan orang
Islam, dan menafikan orang Kristen. Perlu pendivisian lebih lanjut yang lebih
berimbang, salah satunya adalah divisi klasifikatif.
Divisi klasifikatif sangan mirip dengan klasifikasi. Hanya saja klasifikasi
mencari dasar dari sesuatu, sedangkan divisi klasifikatif mencari cabang bagi
sesuatu. Dalam menganalisis sekaligus mencari cabang dari sesuatu itu, divisi
klasifikatif tak selalu mendikotomikan sesuatu. Karena ada beberapa hal yang
justru tidak jelas sekiranya hanya didikotomikan. Misalnya benda, minimal
ada tiga turunan baginya yaitu: padat, cair, dan gas. Jika benda hanya
didivisikan secara dikotomis menjadi padat dan tidak padat, seseorang akan
bingung mengidentifikasi benda yang tidak padat itu, Karena ada
kemungkinan baginya untuk berbentuk cair atau gas.
Ada berbagai macam pendapat tentang banyaknya syarat bagi divisi yang
tepat. Karena itu, penulis menggabungkannya menjadi 11 syarat sebagai
berikut:
1. Divisi harus komplet
2. Spesies-spesies yang dipisahkan dari genus tidak boleh tumpang tindih
3. Masing-masing baagian divisi langsung ditempatkan di kelasnya
berdasarkan prinsip pembagian, tanpa kelas perantara
4. Setiap anggota divisi haruslah term umum
5. Setiap bagian yang memisah (spesies) harus lebih rendah dan dekat
maknanya daripada sesuatu yang dipisah (genus)
6. Akumulasi dari semua unsure yang memisah (spesies) sama dengan hal
yang dipisah (genus)
7. Tidak ada satupun dari bagian (spesies) yang tidak tercakup oleh
keseluruhan (genus)
8. Yang dipecah harus dapat dipredikati oleh hal yang memecah
9. Basis untuk memisahkan sesuatu harus satu, supaya tidak terjadi
kekacauan divisi
10. Basis pemisah harus dapat memisahkan genus, suoaya terdapat hal yang
dipisahkan

14
11. Prinsip yang memisahkan genus harus actual, simple, mempunyai tujuan,
dan merupakan karakter utama
Dengan mengikuti sebelas prinsip tersebut, divisi yang sempurna dapat
dilakukan. Divisi sedemikian rupa merupakan kelanjutan dari klasifikasi.
Sementara gabungan dari klasifikasi dan divisi pada taraf selanjutnya
mengerucut menjadi definisi.

c. Definisi
Menurut Y. P. hayon, definisi adalah penentuan batas pengertian sebuah
istilah atau konsep secara singkat, tepat, jelas, padat, dan lengkap, sehingga
istilah yang hendak dirumuskan itu dapat dimengerti secara jelas dan dapat
dibedakan dari istilah-istilah lain.
Definisi harus memilikisifat jami’, mani’, clear, dan distint untuk
menghilangkan ambiguitas, menjernihkan arti, dan memengaruhi sikap.
Definisi yang jami’, mani’, clear, dan distint dapat menambah
perbendaharaan kata dan dapat menjelaskan sesuatu secara teoritis. Untuk
membuat definisi semacam itu terdapat dua cara. Pertama, memahami unsure-
unsur definisi. Kedua, mengetahui beberapa teknik membuat definisi.
Unsur definisi ada dua, yaitu istilah yang hendak dijelaskan dan
penjelasan atas istilah tersebut. Menurut Irving M. Copi dan Carl Cohen,
sedikitnya ada Sembilan macam teknik mendefinisikan definiendum:
Teknik definisi tradisional mengaruh pada hal yang sudah ada dan baku,
serta menuntut pada ketepatan. Definisi ostentif, definisi sinonim, definisi
leksikal, definisi presisi, definisi teoritis, definisi operasional, dan definisi
analitis adalah ragam definisi yang termasuk dalam teknik definisi tradisional.
Teknik definisi kreatif mendorong ke arah kebaruan. Dari Sembilan teknik
di atas, hanya dua teknik definisi yang menjadi bagian dari teknik definisi
kreatif, yaitu teknik definisi stipulatif dan definisi persuasuif. Tak ada
tuntutan untuk tepat dan benar pada dua jenis teknik definisi itu. Ketepatan
dan kebenaran adalah tujuan logika. Tapi komunikasi memerlukan kebaruan

15
dan kreativitas. Karena itu, teknik definisi kreatif juga diberi temoat dalam
buku ini.
Definisi spekulatif adalah definisi yang muncul dari penempatan makna
secara ssengaja pada suatu term. Dalam definisi spekulatif, pemaknaan baru
pada suatu term diberlakukan. Makna baru itu belum ada presedennya.
Definisi persuasive adalah definisi yang juga menghadirkan makna baru
namun definisi ini bertujuan untukmembujuk mengatasi perdebatan dengan
memengaruhi pelaku dan mengendalikan emosi. Definisi ini seringkali
digunakan dalam propaganda.
Definisi ostensive disebut juga dengan definisi demonstratif. Ia
merupakan definisi tentang sesuatu melalui contoh. Yang dinyatakan saat
menjelaskan suatu term bukan pengertian term itu, melainkan benda yang
dapat diacu oleh term itu. Misalnya anda ingin mendefinisikan pulpen, maka
anda hanya perlu menunjukkan pulpen tersebut.

D. WACANA DAN PROPOSISI


a. Wacana
Wacana adalah rangkaian dari konsep, sementara proposisi adalah rangkaian
dari term. Wacana, sebagaimana konsep, bersifat laten di dalam pikiran.
Adapun proposisi, seperti term, bercorak manifest. Karena yang laten lebih
dahulu muncul ketimbang yang manifest, maka wacana didahulukan
pembahasannya.
1. Wacana
Wacana mewakili tiga kata bahasa Inggris sekaligus, yaitu discourse,
judgement, assertion. Sejatinya, hanya discourse yang berarti wacana. Namun
di ranah logika, keputusan dan pernyataan punya pengertian yang sama
dengan wacana, yaitu untaian konsep di dalam pikiran. Wacana dipilih karena
lebih mengandaikan posisinya masih berada dalam rasio. Sementara
keputusan dan pernyataan cenderung mengesankan kemunculan di dunia riil.
Sedikitnya ada tiga tahap membuat wacana. Pertama, pahami dua objek
pikiran secara terpisah. Kedua, bandingkanlah dua objek pikiran yang sudah

16
dipahami. Ketiga, persepsikan adanya kesepakatan atau ketidaksepakatan
antara objek yang diperbandingkan.
Subjek pewacana bisa memunculkan wacana bijak, wacana lalai, wacana
yakin, dan wacana ragu. Secara objektif, wacana sebagai wacana
menghasilkan wacana langsung, wacana berperantara, wacana a priori,
wacana a posteriori, wacana sempurna, dan tak sempurna.
2. Wacana Subjektif
Wacana bijak adalah wacana yang dihasilkan oleh pikiran tenang, cermat,
dan penuh kehati-hatian. Sebaliknya, wacana yang dihasilkan oleh pikiran
kacau dan terburu-buru disebut wacana lalai.
3. Wacana Objektif
Pertama, wacana langsung, yaitu pengertian tentang keterhubungan atau
ketidakhubungan antara dua objek yang diperbandingkan melalui
pengetahuan tentang kodrat objek-objek itu atau melalui pengalaman.

b. Proposisi
Proposisi merupakan manifestasi dari wacana dalam mengaitkan
beberapa entitas secara afirmatif atau negatif. Entitas yang dimaksud adalah
Term. Apakah term yang satu diakui atau justru ditolak oleh term lain.
1. Proposisi Kategoris
Kalimat berita yang terdiri dari dua term yaitu term subjek dan predikat.
Dalam proposisi kategoris, term predikat kadang diakui atau diingkari oleh
term subjek secara mutlak. Ketika pengakuan terjadi, kata adalah secara
eksplisit atau implisit dipakai. Ketika pengingkaran yang dilakukan, kata
bukan yang digunakan baik secara langsung maupun tidak. Pengakuan
disebut afirmasi, sedangkan pengingkaran disebut negasi. Piranti pengakuan
dan pengingkaran disebut Kopula.
2. Proposisi Hipotesis
Karena ketiadaan syarat tertentu untuk mengafirmasi atau menegasikan
sesuatu, proposisi kategoris disebut sebagai proposisi independen. Proposisi
ini adalah perpaduan antara dua proposisi kategoris dengan perangkat

17
tertentu, yang mengakibatkan proposisi yang satu bergantung pada proposisi
yang lain. Proposisi ini pun dibagi menjadi tiga yaitu, proposisi kondisional,
disjungtif, dan konjungtif.
3. Proposisi Kondisional
Dua proposisi digabungkan oleh “jika…maka…” hingga membentuk
proposisi kondisional. Di proposisi ini konsekuen harus mengikuti anteseden
supaya menghasilkan proposisi kondisional yang benar.
4. Proposisi Disjungtif
Merupakan proposisi hipotesis yang menggabungkan dua proposisi
kategoris dengan perangkat “atau”. Ini terdiri dari proposisi inklusif dan
eksklusif.
5. Proposisi Konjugtif
Merupakan proposisi hipotesis yang terdiri dari dua proposisi kategoris
yang dihubungkan oleh perangkat dari dua proposisi kategoris yang
dihubungkan oleh perangkat “…tidak mungkin sekaligus… dan …”
Proposisi tak lain dari kalimat berita yang menginformasikan tentang
sesuatu baik secara afirmatif maupun secara negatif.
Dengan mengetahui berbagai ragam proposisi dan parameter benar-
salahnya, komunikator yang mempelajari logika dapat terhindar dari proposisi
keliru dan dapat berkreasi dengan proposisi. Di situlah letak penting proposisi
dan tentu saja wacana selaku pembentuknya bagi komunikasi.

E. OPOSISI DAN EKUIVALENSI


a. Oposisi
Oposisi yang berupa hubungan logis antara dua pernyataan tunggal atas
dasar term yang sama. Tetapi perbedaan dalam kualitas dan kuantitas. Term
satu-satunya disini merupakan predikat.
Contoh :
- Semuanya adalah korupsi
- Ada sebagian yang tidak korupsi

18
Kata korupsi sebagai predikat yang tidak mempunyai term sebagai
subyek yang saling dihubungkan secara logis dengan bentuk pernyataan yang
berbeda. Namun berbeda kualitas dan kuantitas. Kemudian dalam oposisi
sederhana dibedakan menjadi empat macam, yaitu : oposisi kontraris, oposisi
sub kontraris, oposisi kontradiktoris, dan oposisi subalternasi.
a. Oposisi kontraris yaitu pertentangan antara dua pernyataan universal atas
dasar satu term yang sama, tetapi berbeda dalam kualitasnya.
Hukumnya :
1. Bila pernyataan yang satu benar, yang lain pasti salah
2. Bila pernyataan yang satu salah, maka yang lain dapat juga benar
dapat juga salah.
Contoh :
- Semuanya adalah korupsi
- Semuanya tidak ada yang korupsi
b. Oposisi subkontraris yaitu pertentangan antara dua pernyataan particular
atas dasar satu term yang sama, tetapi berbeda dalam kualitasnya.
Hukumnya :
1. Bila pernyataan yang satu salah maka yang lain dapatdiakui benar.
2. Bila pernyataan yang satu benar maka yang lain dapat benar dan dapat
juga salah.
Contoh :
- Sebagian adalah sarjana Hukum
- Sebagian bukan sarjana Hukum
c. Oposisi kontradiktoris yaitu dimana yang satu menyangkal apa yang
diakui oleh yang lain.
Contoh:
- Semua manusia terpelajar
- Beberapa manusia tidak terpelajar.
Proposisi yang satu memakai “semua” yang lain memakai “beberapa”
dan memakai “ada” yang lain “tidak ada” karena itu dalam kontradiktoris

19
yang berbeda ada pada kuantitas (semua, beberapa) dan dalam kualitas
(ada, tidak ada).
Dalam oposisi ini mempunyai tabiat bila satu salah, yang lain harus
benar. Dan bila yang satu benar yang lain harus salah, tidak mungkin
benar keduanya atau salah keduanya.
d. Oposisi Subalternasi merupakan pertentangan antara dua pernyataan atas
dasar satu term yang sama dan berkualitas sama tapi berbeda dalam
kuantitasnya. Subalternasi ini dibagi dua yaitu :
1. Sub implikasi, yaitu hubungan logis pernyataan particular terhadap
pernyataan universal atas dasar term yang sama serta kualitas sama.
Hukumnya :
1. Bila pernyataan particular salah, maka pernyataan universal pasti
salah.
2. Bila pernyataan particular benar, maka yang universal tidak dapat
diketahui benar
3. Bila pernyataan universal benar, maka yang particular pasti benar
4. Bila pernyataan universal salah, maka yang particular tidak dapat
diketahiu benar atau salah.
Contoh :
- Semua adalah pemberontak
- Ada sebagian yang memberontak

b. Ekuivalensi
a) Konversi yaitu pengungkapan kembali makna yang terkandung pada
sebuah proposisi dengan cara menukar tempat term subjek dengan term
predikatnya tanpa ada mengubah kualitas dari proposisinya. Proses
perubahan posisi itu membuat subjek proposisi asal menjadi predikat
proposisi yang baru, Dan predikat asal menjadi subjek proposisi yang baru.
Contoh :

20
konversi dari semua kuda adalah hewan adalah beberapa hewan adalah
kuda.konversi dari tidak ada anjing adalah kucing adalah tidak ada kucing
adalah anjing.
Ada dua macam konversi, yaitu:
1. konversi simple (konversi seluruhnya)
Dalam konversi simpel, kualitas term subjek dan preikat yang diubah
posisinya tidak berubah. Hany proposisi E dan I yang dapat
dikoversikan secara simpel.
2. konversi aksidental (konversi sebagian)
Dalam konversi aksidental term subjek dan predikat yang
dikonversikan mengalami perubahan kuantitas. Ini terjadi ketika A
dikonversikan menjadi I, dan E dikonversikan menjadi O.
Contoh:
konversi dari semua ahli hukum adalah profesional adalah beberapa
profesianal adalah ahli hukum.
Hukumnya:
1) Ubah posisi subjek dari proposisi asal menjadi predikat konversi,
dan sebaliknya.
2) Pertahankan kualitas proposisi asal, jika proposisi asalnya adalah
afirmatif maka konversinya tetap afirmatif.
3) Jangan memperluas term. Jika suatu term dipakai hanya dalam term
partikular dalam proposisi asal, hendaknya term itu tidak dipakai
sebagai term universal dalam konversi.
b) Obversi menurut (Rapar, Jan Hendrik: 1996: 42), adalah penalaran
langsung yang konklusinya menunjukkan perubahan kualitas proposisi
kendatipun maknanya tetap dan tidak boleh berubah. Adapun kuantitas
obvertend (proposisi yang menjadi premis) dan obverse (proposisi yang
menjadi konklusi) juga harus tetap sama. Proses yang ditempuh untuk
melakukan obversi adalah sebagai berikut:
1) Jika proposisi premis afirmatif, ubahlah menjadi negatif, dan jika
proposisi premis negatif, ubahlah menjadi afirmatif.

21
2) Negasikanlah term predikatnya.
Oleh karena proses yang ditempuh melalui dua kali negasi, prinsip
penarikan konklusi ini disebut prinsip negasi ganda (double negation).
Oleh karena itu proposisi alfirmatif diubah menjadi negatif, dan
proposisi negatif menjadi afirmatif, maka:
- ika proposisi A diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi E
- Jika proposisi E diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi A
- Jika proposisi I diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi O
- Jika proposisi diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi I
Contoh- contoh:
1. Obversi Proposisi A
- Premis : Semua presiden adalah manusia. (A)
- Konklusi : Semua presiden bukan manusia. (E)
2. Obversi Proposisi E
- Premis : Semua srigala bukan manusia. (E)
- Konklusi : Semua srigala adalah bukan manusia. (A)
3. Obversi Proposisi I
- Premis : Sebagian manusia adalah pemikir. (I)
- Konklusi : Sebagian manusia bukan pemikir. (O)
4. Obversi Proposisi O
- Premis : Sebagian manusia bukan pelawak. (O)
- Konklusi : Sebagianmanusia adalah bukan pelawak. (I)
Sedangkan obversi menurut Sumaryono. E, (1999: 86), adalah
sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah proposisi
penyimpula alfirmatif dinyatakan secara negatif. Dan sebaliknya
proposisi negatif dinyatakan secara alfirmatif. Tujuan pola pikir obversi
adalah: menegaskan proposisi yang asli dengan menambah proposisi
lainya yang setara (ekuivalen) dan menjadi proposisi yang kedua
tersebut mempunyai makna persis sebagaimana yang dimaksud pada
proposisi yang pertama. Jika proposisi yang pertama sudah dinyatakan,
maka proposisi yang kedua tidak mungkin diingkari sebab kedua

22
proposisi tersebut sebenarnya identik satu sama lain walaupun berbeda
bentuknya.
Contoh 1:
- A: Semua proses berjalan sebagaimana direncanakan. (Alfarmatif)
- E: Tidak ada proses yang tidak berjalan sebagaimana direncanakan.
(Negatif)
Contoh 2:
- A: Ini semua dapat terjadi. (Alfirmatif)
- E: ini semua tidak mustahil.( Negatif)
Ada beberapa aturan dalam pikir obversi sebagai berikut:
i. subjek pada proposisi asli (yang menggandung gagasan pokok)
tidak boleh mengalami perubahan.
ii. Kualitas proposisi asli diubah dari nafirmatif menjadi negatif atau
sebaliknya dari negatif menjadi alfirmatif
iii. Kualitas pada proposisi asli tidak boleh berubah: artinya, jika
proposisi tersebut adalah partikular/ universal, maka obversinya
juga partikular/ universal.
iv. Prediket pada kedua proposisi harus dijadikan kontradiktif
artinya, jadikanlah negatif jika prediket itu afirmatif.

c) Kontaposisi adalah penarikan konklusi secara langsung dengan jalan


menukar posisi subjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih
dahulu. Proposisi konklusinya disebut kontrapositif. Dalam
kontraposisi, jelas terlihat bahwa sesungguhnya arti atau makna
proposisi kontrapositif tetap ekuivalen dengan arti atau makna proposisi
premis. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam proses
kontraposisi adalah sebagai berikut:
1. Negasikanlah term subjek dan term predikatnya.
2. Konversikanlah term subjek dan term predikat yang telah
dinegasikan itu.

23
Dengan kontraposisi, hanya ada dua proposisi premis yang memiliki
kontrapositif. Dengan kata lain, hanya ada dua jenis proposisi yang
dapat dikontraposisikan.
- Proposisi A dapat dikontraposisikan.
- Proposisi E tidak dapat dikontraposisikan.
- Proposisi I tidak dapat dikontraposisikan.
- Proposisi O dapat dikontraposisikan.
Contoh- contoh
1. Kontraposisi Proposisi A
- Premis : Semua filsaf adalah manusia.
- Konklusi : Semua bukan manusia adalah bukan filsuf
2. Kontraposisi Proposisi E
- Tidak dapat dikontraposisikan
3. Kontraposisi Proposisi I
- Tidak dapat dikontraposisikan
4. Kontraposisi Proposisi O
- Premis : Sebagian demonstran bukan mahasiswa
- Konklusi : Sebagian bukan mahasiswa bukan demonstran.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hubungan logika dalam komunikasi dapat dijelaskan bahwa hasil yang
diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika), akan tergantung dari
baik-buruknya alat bahasa komunikasi yang digunakan. Penggunaan bahasa
komunikasi sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa
sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan.
Bahasa merupakan alat dari proses pemikiran atau alat dari logika, pada
dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin
dariide seseorang dalam arus udara lewat mulut. Penalaran adalah salah satu
jenis pengembangan paragraf atau penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk
meyakinkan atau membujuk pembaca bahwa ide, gagasan, atau pendapat,
tersebut benar dan terbukti dengan penulisan argumentasi berupa penjelasan,
pembuktian, alasan, maupun ulasan objektif dimana disertakan contoh,
analogi, dan sebab akibat. Ada penalaran deduktif yaitu bersifst umum dan
penalaran induktif dan bersifat terperinci.
Klasifikasi, divisi, dan definisi adalah metode untuk mengidentifikasi
term. Kata atau frasa sangat mungkin untuk dipahami. Klasifikasi dapat
membantu pemahaman atas suatu term dengan menelusuri “asal-usul” yang
lebih umum darinya. Divisi berkontribusi bagi rekognisi lebih lanjut atas
suatu term dengan memecah term itu menjadi bercabang-cabang. Definisi
bergerak menyerap makna term itu dengan beragam tekniknya. Dengan
definisi dan dua metode awalannya itu pemahaman tentang suatu term
menjadi lebih baik, bahkan lebih dalam dan lebih luas.
Wacana adalah rangkaian dari konsep, sementara proposisi adalah
rangkaian dari term. Wacana, sebagaimana konsep, bersifat laten di dalam
pikiran. Adapun proposisi, seperti term, bercorak manifest. Karena yang laten
lebih dahulu muncul ketimbang yang manifest, maka wacana didahulukan

25
pembahasannya. Proposisi tak lain dari kalimat berita yang
menginformasikan tentang sesuatu baik secara afirmatif maupun secara
negatif. Dengan mengetahui berbagai ragam proposisi dan parameter benar-
salahnya, komunikator yang mempelajari logika dapat terhindar dari proposisi
keliru dan dapat berkreasi dengan proposisi. Di situlah letak penting proposisi
dan tentu saja wacana selaku pembentuknya bagi komunikasi.
Konversi merupakan sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana
subjek dan prediket sebuah proposisi ditukar atau di balik tempatnya sehingga
yang semula subjek menjadi prediket dan semula prediket menjadi subjek,
tanpa mengubah kualitas dan kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Obversi adalah sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah
proposisi penyimpula alfirmatif dinyatakan secara negatif. Dan sebaliknya
proposisi negatif dinyatakan secara alfirmatif. Tujuan pola pikir obversi
adalah menegaskan proposisi yang asli dengan menambah proposisi lainya
yang setara (ekuivalen) dan menjadi proposisi yang kedua tersebut
mempunyai makna persis sebagaimana yang dimaksud pada proposisi yang
pertama. Jika proposisi yang pertama sudah dinyatakan, maka proposisi yang
kedua tidak mungkin diingkari sebab kedua proposisi tersebut sebenarnya
identik satu sama lain walaupun berbeda bentuknya. Sedangkan obversi
penalaran langsung yang konklusinya menunjukkan perubahan kualitas
proposisi kendatipun maknanya tetap dan tidak boleh berubah. Adapun
kuantitas obvertend (proposisi yang menjadi premis) dan obverse (proposisi
yang menjadi konklusi) juga harus tetap sama.
Kontraposisi adalah penarikan konklusi secara langsung dengan jalan
menukar posisi subjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu.
Dalam kontraposisi, jelas terlihat bahwa sesungguhnya arti atau makna
proposisi kontrapositif tetap ekuivalen dengan arti atau makna proposisi

26
DAFTAR PUSTAKA

Maarif, Zainul. 2015. Logika Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada
http://boestan86.blogspot.com/2010/12/makalah-makalah.html
http://makalahuniversitas.blogspot.com/.2016/06/oposisi.html?
m=1
http://www.catatanrobert.com/penalaran-deduktif-dan-induktif/
https://id.wikipedia.org/wiki/Argumentasi
https://www.academia.edu/8496383/BAHASA_DAN_LOGIKA_DALAM_LOGI
KA
http://www.langkahpembelajaran.com/2015/02/pengertian-logika-menurut-para-
ahli.html
https://www.academia.edu/17274799/Penalaran_dan_Logika
http://ddl-d2.blogspot.com/2015/10/bab-3-klasifikasi-divisi-dan-definisi.html
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-divisi/
http://ddld6.blogspot.com/2015/10/bab-3-klasifikasi-divisi-dan-definisi_28.html

Anda mungkin juga menyukai