Anda di halaman 1dari 43

NON VIOLENT COMMUNICATION (NVC)

Dari Dialog Martin Buber Sampai


Non Violent Communication
Marshall Rosenberg

Pertemuan 11
KULIAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Kamis, 09 April 2020
Dosen: Monika Wutun,S.Sos.,M.I.Kom
Sumber Utama Materi Kuliah:

Liliweri, A. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba


Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Martin Buber
Begegnung

Dialog =
Memahami
Monolog =
Menghakimi
Vergegnung
Mengenal pemikiran Martin Buber
 Pemikiran pokok Martin Buber dipengaruhi oleh
Yudaisme, Hasidisme, Immanuel Kant, Frederich
Nietzsche, Frans Rosenzweig dan juga Schiller.
 Buber gemar membaca buku filsafat,kemudian membaca
buku Prolegomena karya Imanuel Kant dan Thus Spake
Zarathustra karya Frederich Niestzsche.
 Buber bisa berbicara dan membaca dalam 9 bahasa, yaitu
ibrani,Yiddish (bahasa yang digunakan orang yahudi di
eropa tengah dan timur sebelum Holocaust. Awalnya dialek
jerman dengan kata bahasa ibrani dan beberapa bahasa
modern dan saat ini digunakan di AS, Israel dan Rusia),
polandia, jerman, yunani, latin, perancis, italia dan inggris.
Pemikiran Buber dimulai dengan pola
I AND THOU – ada juga konsep Eternal Thou
 Realitas Manusia dan Proses Pengetahuannya
1. Manusia selalu berhubungan dengan tiga pihak dalam dunia ini:
2. Manusia berhubungan dengan alam
3. Manusia berhubungan dengan manusia lain
4. Manusia berhubungan dengan Yang Absolut kaum beragama
menyebutnya dengan TUhan.
 Realitas menurut Buber adalah „ruang antara‟ (in between) yang
terbuka ketika manusia berhubungan dengan alam, sesama dan
Tuhan dan dibangun atas dasar hubungan timbal balik.
 Buber menyebutnya sebagai “aktualitas” - suatu kehidupan yang
sesungguhnya yang dibangun oleh individu.
 Individu yang “berpikir” menurut Buber memiliki
perangkat filosofi yang memampukan pikiran untuk
memahami dan mempersepsikan setiap hal yang dijumpai,
sehingga memiliki pengetahuan.
 Pengetahuan tentang alam, sesama dan Tuhan yang dimiliki
oleh individu berdasarkan perjumpaan yang melaluinya
ada kesatuan, memampukannya untuk memikirkan
hubungan yang konkret dengan semuanya itu.
Pengetahuan dapat diperoleh individu melalui proses.
 Ada dua macam proses pengetahuan menurut Buber.
 Pertama, proses yang berlangsung antara subjek dengan objek.
 Kedua, proses yang berlangsung antara subjek dan subjek.
 Proses antara subjek dengan objek memberikan dampak bagi
individu untuk mengembangkan pengetahuannya terhadap
sesuatu. Objek pengetahuan yang sekaligus merupakan objek
pengalaman dan objek penggunaan memberi dampak positif bagi
subjek karena “mengalami” dan “menggunakan” objek
pengetahuan. Sebaliknya, objek akan tetap menjadi objek yang
“dialami” dan “digunakan,” proses ini berlaku sepihak.
 Subyek memperoleh pengetahuan dari subjek yang lain, tidak
ada lagi objek yang “dialami” atau “digunakan.”
 Objek berubah menjadi subjek, dikarenakan adanya perjumpaan.
 Buber melihat proses kedua ini sebagai proses religius, karena
melalui proses pengetahuan yang berlangsung antar subjek
dengan subjek, menghadirkan realitas.
MANUSIA SEBAGAI PRIBADI
 Individu hidup di dalam dua kutub, ego dan pribadi. Individu yang
menyadari bahwa dirinya adalah subjek yang “mengalami” dan
“menggunakan”, memisahkan diri dari hubungannya dengan yang lain,
itulah ego. Ego menjadikan dirinya sebagai pusat dan melihat segala
sesuatu dari sudut pandangnya.
 Sebaliknya, pribadi adalah kesadaran individu akan subjektivitasnya
yang menjalani hubungan dengan yang lain. Aktualisasi individu
ditentukan melalui partisipasinya dengan orang lain yang terbangun
dalam sebuah interaksi
 Aspek penting dalam sebuah interaksi adalah dialog. Perjumpaan
individu dengan yang lain, memungkinkan adanya dialog di antara
keduanya.
RELASI I–IT DAN I–THOU

1) Relasi I–It
1. Relasi I–It
 Hubungan yang sepihak dan bersifat posesif tergambar dalam
relasi I–It. Buber melihat relasi I–It tidak memperlihatkan
sebuah hubungan yang sangat mendasar. It tidak memberikan
pengaruh kepada I, dan I tidak membiarkan It untuk
memengaruhinya, adanya pemisahaan antara I dan It, subjek
dan objek. Di dalam relasi I–It tidak ada perjumpaan.
 Perjumpaan tidak terjadi dalam hubungan I–It, I menutup diri
dari It, tidak membiarkan It ada pada dirinya sendiri tetapi ada
menurut pikiran I. It adalah dunia pengalaman (Erfahrung),
“pengalaman” yang dimaksud oleh Buber adalah segala sesuatu
yang digunakan demi kepentingan I.
1. Relasi I–It
 I hadir sebagai diri yang menampilkan ego, mengobjektivitasi
yang lain demi kepentingannya. Individu yang melakukan pola
hubungan I–It, menurut Buber bukanlah manusia, karena baginya
relasi I–It mengakibatkan individu keluar dari komunitas dan
sekaligus jauh dari sesamanya.
 Relasi I–It membuat individu hidup terasing, padahal jati dirinya
sebagai “ada” (being) yang hanya dapat diwujudkan bila berada
dalam perjumpaan (encounter).
 Di zaman modern, individu hidup dari satu keterasingan
keterasingan yang lain, pola relasi I–It meningkat secara
progresif yang berdampak pada kehidupan individu yang
kehilangan perjumpaan dengan sesama.
RELASI I–IT DAN I–THOU

2. Relasi I-Thou
2. Relasi I-Thou
 Pola relasi I–Thou, menurut Buber adalah hubungan timbal balik,
membentuk dunia interaksi.
 Relasi I–Thou merupakan peningkatan progresif dari hubungan I–
It. Thou dapat membalas apa yang I sampaikan dan hanya Thou
yang dapat memberi masukkan kepada I, sehingga dapat
mengembangkan diri, hal semacam ini yang tidak ada dalam relasi I–
It.
 “Kehidupan roh” (progressive development of the life of the spirit)
ditandai dengan adanya pengembangan progresif dalam diri individu
yang terus menerus. Kehidupan roh ada di “ruang antara” (in
between) I and Thou, bagi Buber kehidupan roh tidak terdapat di
dalam I, tetapi berada di dalam perjumpaan antara I dengan Thou.
2. Relasi I-Thou
 In between menyadarkan keduanya akan adanya subjektivitas
pada diri masing-masing dan sekaligus sadar akan subjektivitas
pada yang lain.
 Kehidupan komunitas terbentuk dari relasi I–Thou. Setiap
individu membutuhkan tempat berpijak untuk hidup dalam
hubungan timbal balik yang setara. Menurut Buber komunitas
dibangun berdasarkan dua hal;
1. Interaksi yang dijalankan atas dasar satu “pusat
kehidupan.”
2. Komunitas dibangun berdasarkan interaksi. Dialog menjadi
dasar agar kedua hal tersebut dapat dijalankan.
2. Relasi I-Thou
 Relasi I–Thou memiliki aspek cinta yang memungkinkan seseorang
bertanggung jawab kepada yang lain – relasinya mampu mencintai.
Cinta merupakan bentuk tanggung jawab I terhadap Thou yang tidak
terdapat dalam pola hubungan I–It.
 Relasi I–Thou tidak hanya memiliki aspek cinta, tetapi juga ada aspek
kebebasan. I menanggapi Thou berdasarkan atas keputusan bebas I
untuk mengadakan relasi dengan Thou.
 Buber menyebutkan bahwa individu yang bebas adalah individu yang
berkehendak tanpa selalu berubah pikiran dengan tiba-tiba dan alasan
yang tidak jelas. Kehendak dalam diri individu bukanlah kehendak
untuk berkuasa, melainkan kehendak untuk merealisasikan kehidupan
yang mendorong manusia untuk mengadakan perjumpaan dengan
orang lain.
RELASI I–IT DAN I–THOU

3. Eternal Thou
3. Eternal Thou
 Relasi individu dengan Tuhan tidak mungkin dilakukan
dengan pola I–It.
 Tuhan sebagai Pribadi tidak mungkin dijadikan It oleh
individu. Oleh karena itu relasi individu dengan Tuhan
memakai pola I–Thou.
 Tuhan adalah Pribadi yang sempurna, Pribadi yang mutlak
atau Absolut - karena IA tidak dapat dibatasi. Buber
menggunakan istilah Eternal Thou untuk menunjuk ke
Pribadi Tuhan yang Absolut.
 Individu dapat merasakan kehadiran Tuhan sebagai Pribadi
hanya dengan menjalankan hubungan I–Thou.
3. Eternal Thou
 Kehendak adalah keputusan atau tanggapan individu
terhadap “anugerah” yang dialirkan Tuhan.
 Keputusan (Entsheidung) menjadi suatu aspek penting
ketika individu membentuk diri dalam relasi I–Thou.
 Individu secara sadar memilih apa yang dianggap baik dan
apa yang tidak melalui keputusannya.
 Eternal Thou hadir dalam hubungan dengan seseorang
sekaligus memberikan “jalan” kepada seseorang dalam
mengambil keputusan. Relasi I–Eternal Thou, perjumpaan
manusia dengan Tuhan, juga terjadi dalam interaksi dengan
sesama, I–Thou.
Martin Buber’s Philosophy of Dialogue
(Jewish Philosopher, 1878-1965) (e)

1. Authenticity

2. Inclusion

3. Confirmation

4. Presentness

5. Spirit of Mutual Equality

6. Supportive Climate
Dialogical Perspective
--Assumptions-- (E)
 Authenticity:
Not seeming to be an “other” or playing a role.

 Inclusion:
Willing to do more than “tolerate” the
other – affirm the other as a worthy
dialogic partner.
Dialogical Perspective
--Assumptions-- (E)
 Confirmation:
Without giving up one‟s own conviction,
willingness to [listen to / understand] the
perspective of others.

 Presentness:
Willingness to become fully involved in the
communicative act (risking attachment).
Dialogical Perspective
--Assumptions-- (E)
 Spirit of Mutual Equality:
Diminish unequal status or accomplishment.

 Supportive Climate:
Encourage the other to communicate /
facilitate their communication.
Buber - three kinds of dialogue:
1. There is genuine dialogue - no matter whether spoken or
silent - where each of the participants really has in mind the
other or others in their present and particular being and
turns to them with the intention of establishing a living
mutual relation between himself and them.
2. There is technical dialogue, which is prompted solely by the
need of objective understanding.
3. And there is monologue disguised as dialogue, in which two
or men, meeting in space, speak each with himself in strangely
tortuous and circuitous ways and yet imagine they have
escaped the torment of being thrown back on their own
resources (Buber 1947: 19)
Non Violent Communication
(NVC)
Marshall Rosenberg
Berkenalan dengan Marshall Rosenberg
 Non Violent Communication (NVC) merupakan evolutionary imperative of
human communication yang diperkenalkan oleh Marshall Rosenberg.
 Marshall Rosenberg lahir di Canfon, Ohio/AS pada 6 Oktober 1934.
Rosenberg dikenal sebagai seorang ahli psikologi ternama di Amerika yang
merintis Non Violent Communication (NVC).
 Non Violent Communication yakni komunikasi yang berfungsi membantu para
pihak membangun resolusi konflik bagi terciptanya perdamaian. Rosenberg
mengabdikan hidupnya dengan mendirikan Educational Services for the Center
for Non Violent Communication yang merupakan lembaga nonprofit
internasional.
 Rosenberg mendalami resolusi konflik di antara pelbagai individu dan
kelompok yang berbeda-beda etnik, budaya, ras, kelompok mayoritas dengan
minoritas, antara yang memerintah dan yang diperintah.
 Inspirasinya lahir dari latar belakang orang tuanya yang
adalah Yahudi dengan obsesi sejarah kejahatan, kekejaman,
kekerasan NAZI di Jerman, apalagi dirinya menyaksikan
kerusuhan di Amerika.
 Rosenberg memilih terminologi nonviolent untuk model
komunikasi yang dia bangun sebagai kenangan terhadap ahimsa
filosofi Mahatma Gandhi yang mengajarkan melawan kekerasan
dengan nonviolence.
 Rosenberg menganjurkan tindakan perlindungan bagi orang-
orang yang mengalami luka batin mereka agar tidak mengungkit
semua keburukan di masa lalu.
HAKIKAT & MANFAAT
NON VIOLENT COMMUNICATION
 Pada November 2004, Rosenberg memberikan kuliah umum di
Lausanne / Switzerland. Dia mendefenisikan Non Violent
Communication sebagai keterampilan berkomunikasi yang
ditampilkan dalam cara membahasakan maksud, pikiran,
perasaan yang dapat mempengaruhi orang lain.
 Manfaat Non Violent Communication:
1. Non Violent Communication membuat anda membebaskan diri dari
cultural learning (pembelajaran budaya) terhadap perilaku orang lain
yang bertentangan dengan keinginan anda yang menjalani kehidupan
ini.
2. Non Violent Communication memberdayakan anda sehingga dapat
berhubungan dengan orang lain berlandaskan kasih secara alami.
3. Non Violent Communication memberdayakan anda sehingga dapat
menciptakan struktur komunikasi yang berbasis pada kasih.
Fokus Non Violent Communication

2. Kebutuhan
(needs)
1. Kualitas
hubungan dan 3. Kebutuhan
komunikasi dan Strategi
antarpersonal

4.
Melayani
Kehidupan
Fokus proses Non Violent
Communication tertuju pada:
1. Self-empathy – pernyataan diri sendiri yang dapat
menghasilkan energy untuk membangun empati kepada
orang lain.
2. Honest self-expression – pernyataan diri secara jujur,
jadi jujur terhadap diri sendiri sebelum jujur kepada
orang lain.
3. Empathy for others – berempati kepada orang lain
karena sebelumnya telah berempati terhadap diri
sendiri.
Model Preses Non Violent
Communication (OFNR)
Fokus proses Non Violent
Communication tertuju pada:
 Model dasar dari Non Violent Communication terletak pada empathic
connection yang dikembangkan sebagai keterampilan melalui empat
konsep kunci yaitu: Observation, Feelings, Needs & Request.
1. Observation – mengamati tanpa evaluasi, penilaian atau analisis.
2. Feelings – mengekspresikan perasaan yang dapat membangkitkan
pengamatan tersebut.
3. Needs – bagaimana mengungkapkan kebutuhan yang berhubungan
dengan perasaan.
4. Request – bagaimana meminta bantuan dari orang lain untuk
memenuhi kebutuhan kita, atau membuat orang lain merasakan
hidup yang sejahtera. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa
orang lain juga harus dibiarkan bebasa untuk menghormati atau
menolak permintaan.
Ada dua mode penggunaan model
Non Violent Communication sbb:

 Empathy – termasuk self empathy, empati


terhadpa diri sendiri dan setelah itu empati
terhadap orang lain.
 Honest self-expression – menyatakan
kejujuran terhadap diri sendiri termasuk
menyenangkan (permintaan) dan terima kasih
(ucapan syukur) kepada orang lain.
Non Violent Communication
 Non Violent Communication merupakan instrument untuk menciptakan
kualitas komunikasi, yang hidup, komunikasi yang luar biasa.
 Sayangnya sejak kecil kita sering dididik untuk berkomunikasi dalam
persaingan dan konflik, berkomunikasi dalam prasangka,
bekromunikasi seperti seorang hakim yang selalu mengatakan benar
– salah.
 Cara berkomunikasi seperti ini telah menimbulkan kesalahpahaman,
miskomunikasi, menghambat komunikasi, bahkan menampilkan
kekerasan komunikasi yang dapat menimbulkan perasaan kecewa,
sakit hati, rasa malu dan rasa takut, frustrasi, menutup diri atau
mengasingkan diri, menarik diri dari komunikasi.
 Tujuan Non Violent Communication atau komunikasi tanpa kekerasan atau
disebut Liliweri (2011) sebagai berkomunikasi dengan kasih adalah utuk
menciptakan suatu situasi di mana orang-orang yang berkomunikasi
dapat mempertemukan setiap kebutuhan mereka. Artinya dari sinilah
mereka dengan tulus hati membangun semacam strategi baru untuk
memenuhi kebutuhan di antara mereka.
 Non Violent Communication digambarkan sebagai language of compassion
yaitu bahasa sebagai alat komunikasi sosial yang positif dan praktis untuk
mengubah kehidupan spiritual seseorang pad akhususnya perubahan
sosial umumnya.
 Model komunikasi ini mengajarkan kita agar semakin sadar memahami
pelbagai faktor pencetus perilaku manusia, bagaimana kita bertanggung
jawab terhadap pelbagai raksi terhadap komunikasi, bagaimana
memperdalam hubungan dengan diri sendiri yang pada gilirannya sebagai
dasar untuk memperdalam hubungan dengan orang lain.
Non Violent Communication

 Belajar tentang Non Violent Communication, sebenarnya


sama dengan belajar tentang berbahasa atau
keterampilan komunikasi baru.
 Bahasa Non Violent Communication meliputi dua bagian
utama:
1. kejujuran mengekspresikan diri kepada orang lain
(honestly expressing ourselves to others);
2. bersikap empati ketka mendengarkan orang lain.
MODEL
NON
VIOLENT
COMMUNI
CATION
Secara prosedur dan formal, Non Violent
Communication menganjurkan cara mengeskpresikan
diri dalam empat langkah sebagai berikut:

1. Mengamati orang lain secara netral, jadi harus menghidari


diri dari interpretasi / evaluasi terhadap orang lain.
2. Mengungkapkan perasaan emosi secara netral, artinya
memisahkan antara pernyataan emosi dan penafsiran
terhadap orang lain.
3. Mengungkapkan motif terhadap suatu kebutuhan tertentu.
4. Menyampaikan permintaan secara jelas dan konkret
sebagaimana layaknya (eksplisit) sekalian menghindari
permintaan secara emplisit.
Apa yang membuat Non Violent Communication
Unik?

Lebih dari
Keunikan
Sederhana sekedar model
asumsi
komunikasi

Broad Results are


Application substantial
Bagaimana Non 1. Develop Our
Violent Communication Emotional
Vocabulary
membantu
mengurangi konflik
dalam hidup anda?
2. Stay
5. Get to the
Connected to
heart of
your feelings
conflict quality
and needs

3. Break
4. Hear the
negative,
needs behind
habitual
all behavior
patterns
Bagaimana Non
Violent 1. Make
2. Find
Communication clear,
greater
dapat „double‟
intimacy
meningkatkan requests
kualitas individu
dalam 4. Stay
menciptakan 3. Listen
connected
hubungan more
to your
antarpersonal dan effectively
values
professional?
10 Hal Yang Kita Bisa Lakukan Untuk Kontribusi Atas
Perdamaian Internal, Interpersonal, Dan Organisasi:
6. Daripada mengatakan seseorang untuk menjadi apa
1. Luangkan
waktu setiap hari dengan tenang
yang kita inginkan, katakan tindakan apa yang kita
merefleksikan bagaimana kita ingin inginkan untuk dia lakukan sehingga membantu orang
berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. tersebut agar menjadi seperti itu.
2. Ingatlah
bahwa semua manusia memiliki 7. Sebelum menyetujui atau atau tidak menyetujui
kebutuhan yang sama. pendapat siapapun, cobalah untuk mencocokkan
dengan apa yang dirasakan dan dibutuhkan orang
3. Periksa
niat kita untuk melihat apabila tersebut.
ketertarikan yang ada pada orang lain sesuai
8. Ketika ingin menolak sesuatu, jangan menggunakan
dengan yang kita miliki kata "Tidak". Gunakanlah kalimat-kalimat yang
4. Ketika
meminta seseorang untuk melakukan diperlukan untuk mencegah kita dalam berkata “Ya”
sesuatu, cek terlebih dahulu untuk melihat 9. Jika kita merasa marah, pikirkan tentang kebutuhan
apakah kita membuat permintaan (request) kita yang tidak terpenuhi, dan apa yang bisa kita
atau penuntutan (demand). lakukan untuk memenuhi kebutuhan itu, daripada
berpikir tentang apa yang salah dengan orang lain atau
5. Alih-alih
mengatakan kita TIDAK ingin diri kita sendiri.
seseorang melakukan sesuatu, lebih baik kita
10. Daripada memuji seseorang yang melakukan sesuatu
mengatakan apa yang kita inginkan untuk yang kita sukai, tunjukkan perasaan bersyukur kita
dilakukan orang tersebut. dengan memberitahu orang tersebut kebutuhan kita
yang terpenuhi melalui tindakannya itu.

Anda mungkin juga menyukai