Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KOMUNIKASI MASSA
“Fenomena Media Online di Indonesia”

Dosen Pengampu:
Eneng Purwanti, M.A.
Disusun oleh:
Wahdah [191510032]
Sandi Rizki Almuharom [191510033]
Raihana Maulida [191510034]

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AJARAN 2020/2021
A). Pengertian Media Online

Media online merupakan media yang menggunakan internet, sepintas lalu orang akan
menilai media onlien merupakan media elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam
kelompok tersendiri. Alasannya media onlien menggunakan gabungan proses media cetak
dnegan menulis informasi yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga hubungan
dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan.1

Media online adalah media massa yang dapat kita temukan di internet. sebagai media
massa, media online juga menggunakan kaidah- kaidah jurnalistik dalam sistem kerja mereka.
Internet sebagai media onlien ialah sebagi media baru, internet memiliki beberapa karakteristik,
seperti media yang berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, potensi interaktif, berfungsi secara
privat dan publik, ,memiliki aturan yang rendah, dan berhubungan. Internet juga menciptakan
pintu gerbang baru bagi organisasi yang dapat diakses secara global dari berbagai penjuru dunia.
Karekteristik interaktif dari internet dapat menjadi sarana yangefektif untuk membangun dan
memelihara hubungan sayang saling menguntungkan jika web digunakan dengan benar.2

Menurut Ashadi Siregar sebagaimana dikutip oleh Agung Kurniawan, media online dapat
diartikan sebagai sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan
multimedia (komputer dan internet). Di dalamnya terdapat portal berita, website (situs web),
radio online, televisi online, pers online, dan lain sebagainya, dengan karakteristik masing-
masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan pengguna atau konsumen
memanfaatkannya.3

Keberadaan media online dapat memudahkan masyarakat menikmati suatu informasi


ataupun berita serta hiburan melalui internet. Internet merupakan jenis media massa baru dan
populer di Indonesia pada tahun 1996. Saat ini di Indonesia media cetak seperti koran telah
memiliki alamat website resmi sehingga memudahkan para pembaca untuk menikmati berita
yang tertulis di koran tanpa harus membeli koran. Alamat website bukan hanya dimiliki atau
dibuat oleh suatu lembaga yang bergerak di dalam penyiaran informasi melainkan dibuat juga
oleh orang perorang atau suatu lembaga lain yang membutuhkan website sebagai penyalur
1
Akbar.Ali S.T. Menguasai Internet Plus Pembuatan Web. Bandung: M2S. 2005. hal. 13
2
Maria Assumpte Rumanti, Dasar-dasar Public Relation:teori dan praktik, 2002. hal. 101
3
Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: Pembaruan, 2005). hal. 20
informasi mengenai lembaganya kepada publik, misalnya website suatu universitas, kantor
kementerian agama dan lain sebagainya.4

a)Karakteristik Media Online

Media online memiliki beberapa karakteristik yang dapat dijadikan pembanding dengan
media konvensional, diantaranya sebagai berikut:5

1. Kecepatan Informasi (Immediacy)

Jurnalisme yang menggunakan internet sebagai media, memiliki keunggulan dibanding


media tradisional, yakni lebih cepat dalam pendistribusian informasi. Umumnya, masyarakat
harus menunggu keesokan hari untuk mengetahui apa yang terjadi pada hari ini. Namun, melalui
media online, informasi dapat didistribusikan bersamaan dengan peristiwa atau isu yang terjadi
waktu itu juga. Meskipun kini laporan mengenai sebuah peristiwa melalui media elektronik juga
semakin cepat, aktualitas ini tidak akan bisa terjadi pada media cetak. Karena media online
mudah diakses, maka penyampaian informasi cenderung singkat dan padat. Hal ini juga
mendukung salah satu nilai berita, yaitu aktualitas.

2. Pembaruan Informasi (Updating)

Karakteristik internet yang tidak terbatas dan dapat diakses kapan dan di mana saja,
membuat media online dapat memperbarui informasi yang telah dipublikasikan sebelumnya
dengan informasi yang lebih lengkap. Pembaruan informasi dan publikasi tidak memiliki batas
waktu dan terus berlangsung selama masih relevan dengan informasi inti, berbeda dengan
penayangan program televisi pada saat prime time dan breaking news yang ada pada media
elektronik.

3. Timbal Balik (Interactivity)

Apabila dibandingkan dengan media cetak dan elektronik yang komunikasinya berjalan
satu arah, media online memberikan keleluasaan kepada komunikan untuk memberikan umpan
balik dengan waktu yang relatif singkat. Salah satu contoh media online yang memiliki tingkat
interaktivitas yang tinggi yaitu discussion group atau forum. Para pengguna internet dari

4
Ma’ruf Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 29
5
Suryawati, Jurnalistik., hal. 46.
berbagai wilayah dapat menuliskan pemikirannya mengenai sebuah topik yang didiskusikan.
Media online seperti portal berita juga selalu menyediakan kolom di bagian bawah berita untuk
komentar dari pembaca maupun keluhan untuk tim redaksi.

1. Personalisasi (Audience Control)

Pengguna media online memiliki self control, artinya komunikan diberikan kebebasan
untuk mengonsumsi informasi mana saja yang dianggap penting atau menarik. Hal ini berbeda
dengan media cetak terutama media elektronik, dimana semua informasi dijejalkan secara
langsung kepada masyarakat tanpa adanya kendali untuk memilih dan menyaring informasi.
Dalam media online, pengguna dapat mencari informasi yang diinginkan melalui mesin pencari
(search engine) yang selalu disediakan sebuah website. Sebab itu, banyak media online terutama
portal berita memberikan kategori terhadap berita yang mereka tayangkan.

2. Kapasitas Tidak Terbatas (Storage and Retrieval)

Karakteristik unggulan media online adalah tidak ada batasan kapasitas untuk
memproduksi dan mendistribusikan sebuah informasi. Media online umumnya memiliki data
bank atau data base (pangkalan data) yang mampu menampung berbagai macam informasi dalam
jumlah masif, sehingga audiens dapat mengakses informasi yang sudah lama sekalipun.

3. Pranala (Hyperlink)

Informasi yang dipublikasikan melalui media online dapat terhubung dengan informasi
terkait lainnya baik dalam situs yang sama atau berbeda sekalipun. Seperti halnya suatu kutipan
di dalam literatur.

4. Multimedia Capabillity

Media online memungkinkan bagi komunikator untuk menyertakan teks, suara, gambar,
bahkan video dan komponen lainnya yang berbasis multimedia di dalam laman berita yang
disajikan.

1. Karakter media online yang menjadi kekurangan atau kelemahannya, di antaranya:6

6
Romli, Jurnalistik Online., hal. 34.
1. Ketergantungan terhadap perangkat komputer dan koneksi internet. Jika tidak ada aliran
listrik, baterai habis dan tidak ada koneksi internet, juga tidak ada browser, maka media
online tidak bisa diakses.

2. Bisa dimiliki dan dioperasikan oleh sembarang orang. Mereka yang tidak memiliki
keterampilan menulis sekalipun dapat menjadi pemilik media online dengan isi berupa
“copy-paste” dari informasi situs lain.

3. Adanya kecenderungan mata “mudah lelah” saat membaca informasi media online,
khususnya naskah yang panjang.

4. Akurasi sering terabaikan karena mengutamakan kecepatan, berita yang dimuat di media
online biasanya tidak seakurat media cetak, utamanya dalam penulisan kata (salah tulis).

5. Karena merupakan sebuah teknologi yang memanfaatkan internet, maka media online
rentan terhadap serangan hacker (orang yang menerobos jaringan). Sehingga bisa dengan
mudah diretas oleh pihak-pihak yang menguasai teknologi, terutama teknologi informatika
dan jaringan komputer.

B. Perkembangan Media Online

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat dewasa ini, telah
membuat dunia terasa makin luas dan ruang seolah menjadi tak berjarak lagi. Perubahan
informasi kini tidak lagi dalam jangka minggu ataupun hari bahkan jam sudah mulai terkalahkan
dengan waktu tiap detik. Istilah ‘media baru’ (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an
mencakup seperangkat teknologi komunikasi yang semakin berkembang dan beragam. Dalam
bukunya Teori Komunikasi Massa, McQuail menjelaskan bahwa “Media Baru atau New Media
adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain
baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi
sebagai alat komunikasi”. Menurut Denis McQuail ciri utama media baru adalah adanya saling
keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan,
interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada
di mana-mana.
Klaim status paling utama sebagai media baru dan mungkin juga sebagai media massa
adalah internet. Meskipun demikian, ciri-ciri massal bukanlah karasteristik utamanya. Castells
berpendapat bahwa pada awalnya, internet dimulai sebagai alat komunikasi nonkomersial dan
pertukaran data antara profesioanal, tetapi perkembangan selanjutnya adalah internet sebagai
penyedia barang dan jasa, dan sebagai alat komunikasi pribadi dan antarpribadi. 7 Teori difusi dan
inovasi, Everett M. Rogers, seperti yang dikutip oleh Nurudin, dikatakan bahwa “Komunikator
yang mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat untuk mempengaruhi orang – orang.
Dengan demikian inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi) melalui media massa akan kuat
mempengaruhi massa untuk mengikutinya.”8

Penjelasan diatas dapat dilihat bagaimana media memiliki pengaruh yang sangat kuat
untuk membentuk opini publik. Masyarakat akan diarahkan pada sebuah isu atau pemberitaan
yang dibawa oleh media massa. Dalam menyampaikan suatu pesan kepada khalayak tentu
seorang komunikator membutuhkan media dalam menyampaikannya. Banyak sekali media atau
jenis komunikasi massa yang digunakan dan dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan.
Perkembangan zaman juga mempengaruhi jenis komunikasi massa yang ada. Di era digital
seperti ini ada beragam pilihan media yang bisa digunakan seperti televisi, media cetak bahkan
media online. Kebutuhan akan informasi pada saat ini, membuat manusia lebih memilih media
yang mudah dan cepat diakses untuk mendapatkan informasi. Bahkan pada faktanya saat ini
hampir semua manusia atau masyarakat yang hidup di era digital seperti memiliki alat atau Teori
konvergensi seperti yang dikutip Septiawan dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme
Kontemporer, menyatakan bahwa “Berbagai perkembangan bentuk media massa terus merentang
dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap model media terbaru tersebut cenderung merupakan
perpanjangan, atau evolusi dari model-model terdahulu. Dalam konteks ini, internet bukanlah
suatu pengecualian”.9

Menurut Romli online media (media online) disebut juga cybermedia (media siber),
internet media (media internet), dan new media (media baru) dapat diartikan sebagai media yang
tersaji secara online di situs web (website) internet. Secara teknis atau fisik, media online adalah
media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori
7
McQuail, Denis. Teori komunikasi massa. (Jakarta: Salemba Humanika. 2011). hal. 43
8
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007). hal. 188.
9
Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005). hal. 135
media online adalah portal, website (situs web, termasuk blog dan media sosial seperti facebook
dan twitter), radio online, TV online, dan email. 10 Menurut Septiawan Internet adalah medium
terbaru yang mengkonvergesikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena itu,
apa yang berubah bukanlah substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya.11

Inilah keajaiban teknologi informasi terkini. Komuterisasi, menurut Bittner, membuat


pemberitaan dapat dikirim, disebar, dan diterima dalam kepingan data-data. Kecepatan ruang-
waktu elektronika dipakai untuk mengantarkan pesan bergambar dan bersuara (multimedia).
Teknologi digitalisasi membuat informasi dapat diakses siapa pun dan dimana pun secara privat.
Publik dewasa ini tak hanya mengenal surat kabar, majalah, radio, atau televisi sebagai media
massa, tetapi juga situs-situs berita di dalam ruang cyber. Media massa bertambah anggota
dengan kelahiran situs-situs berita di ruang cyber dalam kategori yang disebut dengan Portal
Berita. Portal berita terdiri dari dua kata, yaitu portal dan berita. Portal memiliki pengertian
sebagai situs atau halaman web, sedangkan berita dapat didefinisikan sebagai informasi terbaru
mengenai sesuatu yang sedang terjadi. Jadi, secara umum portal berita dapat diartikan sebagai
situs atau halaman web yang berisi mengenai berbagai jenis berita.

Kehadiran media online memunculkan generasi baru jurnalistik yakni jurnalistik online.
Jurnalistik online (online journalism) disebut juga cyber jounalism, jurnalistik internet, dan
jurnalistik web (web journalism) merupakan “generasi baru” jurnalistik setelah jurnalistik
konvensional (jurnalistik media cetak, seperti surat kabar) dan jurnalistik penyiaran (broadcast
journalism – radio dan televisi). Dalam jurnalistik online ini, proses penyampaian informasi
dilakukan dengan menggunakan media internet. Perkembangan internet yang pesat saat ini telah
melahirkan beragam bentuk media online seperti contohnya website dan portal yang digunakan
sebagai media untuk menyebarkan berita dan informasi.

Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah
menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstansinya. Jurnalisme online tidak akan
menghapuskan jurnalisme tradisional, namun meningkatkan intensitasnya dengan
menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional. Di dalam media
online, teknologi menjadi faktor penentu. Beda wartawan online dengan wartawan lainnya
10
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Online. Panduan Praktis Mengelola. Media Online. (Bandung: Nuansa Cendikia. 2012).
hal. 30.
11
Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer. hal. 135
adalah pada tantangan berita cyber yang begitu cepat, hampir tiap menit perubahannya, dan
ruang pemberitaan yang sebatas layar monitor. Pemberitaannya bisa ditanggapi langsung
khalayak, dan dapat terhubungkan dengan berbagai berita, arsip, dan sumber lain, melalui format
hyperlinks. Pavlik menyebut jurnalisme ini sebagai contextualized journalism, dikarenakan
kemampuannya dalam menggabungkan kemampuan multimedia digital, interaksi online, dan tata
rupa fiturnya. Perbedaan utama jurnalistik online dengan jurnalistik tradisional (cetak, radio, TV)
adalah kecepatan, kemudahan akses, bisa di-update dan dihapus kapan saja, dan interaksi dengan
pembaca atau pengguna (user).12

Dimensi online memiliki kekuasaan lain, pengelola ditantang untuk menciptakan sarana
yang lebih jauh dan lebih inovatif untuk mengirimkan berita. Biggs merujuk ucapan perancang
data ulung Edward Tufte, bahwa ―Dunia online bersifat kompleks, dinamis, dan multidimendi,
sementara surat kabar bersifat statis dan datar. Media internet membuka perluasan informasi
berdasarkan jaringan yang multidimensi.13

Adapun media online internet di Indonesia bermula pada tahun 1990-an. Awalnya adalah
proyek hobi dari sejumlah orang yang tertarik membangun jaringan komputer. Rahmat M.
Samik-Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu Surya, Firman
Siregar, Adi Indrayanto, Onno W. Purbo adalah nama-nama yang kerap disebut di awal sejarah
internet di negeri ini.14

Wabah internet mulai mengemuka di publik saat jasa layanan internet komersil pertama
yaitu Indonet berdiri pada 1994. Selanjutnya, tidak ada catatan yang akurat sejauh ini mengenai
situs pertama Indonesia yang tayang di dunia maya. Catatan tentang media pertama yang hadir di
internet jauh lebih pasti yaitu Republika Online (www.republika.co.id) yang tayang perdana pada
17 Agustus 1994, satu tahun setelah Harian Republika terbit. Berikutnya, pada 1996 awak tempo
yang “menganggur” karena majalah mereka dibredel rezim orde baru pada 1994 mendirikan
tempointeraktif. com (sekarang www.tempo.co). Bisnis Indonesia juga meluncurkan situsnya
pada 2 September 1996. Selanjutnya, jauh dari Jakarta, pada 11 Juli 1997, Harian Waspada di
12
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Online. Panduan Praktis Mengelola. Media Online. (Bandung: Nuansa Cendikia. 2012).
hal. 14.
13
Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer. hal. 140
14
Heru. J. Margianto. Syaefullah Asep. Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika. (Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen “AJI”
Indonesia. 2012) hal. 15
Sumatera Utara meluncurkan Waspada Online (www.waspada.co.id). Tak lama setelah Waspada
Online, muncul Kompas Online (www. kompas.com) pada 22 Agustus 1997.15

Merekalah generasi pertama media online di Indonesia. Kontennya hanya memindahkan


halaman edisi cetak ke internet, kecuali tempointeraktif yang tidak lagi memiliki edisi cetak.
Pada tahun-tahun ini berita-berita yang tayang di situs-situs media online itu bersifat statis.
Internet pun belum begitu populer di tanah air. Selain itu, situs-situs berita itu belum berorientasi
bisnis. Sejumlah petinggi media tersebut yang dihubungi AJI Indonesia bercerita tentang konsep
awal mereka terjun ke online. Edi Taslim, Vice Director PT Kompas Cyber Media,
menceritakan, konsep awal Kompas Online hanya memindahkan konten Harian Kompas ke
internet. Redaktur tempo.co (nama baru tempointeraktif. com), Widiarsi Agustina,
mengemukakan tempointeraktif. com bukan merupakan versi online dari Majalah Tempo yang
dibredel tahun 1994. Namun, seperti halnya majalah, tempointeraktif.com di-update mingguan.
Daru Priyambodo, Pemimpin Redaksi tempo.co, mengemukakan hal yang sama. Media-media
online yang muncul pada tahun-tahun pertama ini sebenarnya hanya salinan dari versi cetak.
Mereka belum memiliki model bisnis yang dirancang untuk menghasilkan laba karena media ini
dilahirkan sebagai simbol prestise. Berikut penjelasan mengenai media online yang ada di
Indonesia.

a). Detik.com

Khasanah media online yang statis berubah sejak detik.com muncul. Digagas oleh empat
sekawan yaitu Budiono Darsono, Yayan Sopyan, Abdul Rahman dan Didi Nugrahadi,
www.detik.com diunggah pertamakali pada 9 Juli 1998.16 Tidak ada media cetak yang
mengindukinya. Detik muncul sebagai media online otonom. Meski menyandang nama Detik,
tidak ada hubungan apapun antara detikcom dengan Tabloid Detik dan Detak kecuali bahwa
Budiono dan Yayan pernah menjadi editor di Tabloid Detik.

Sapto Anggoro, jurnalis awal detik.com, menceritakan dalam buku “Detikcom: Legenda
Media Online” Budiono sebenarnya sempat menganggur sebagai “jurnalis” selama beberapa
tahun selepas dari tabloid Detik. Ia sibuk mengurus Agrakom, bisnis web developer yang ia
dirikan bersama rekannya. Momen perubahan sosial politik di tahun 1998 menggerakkan
15
Heru. J. Margianto. Syaefullah Asep Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika. hal. 16
16
Anggoro. Sapto. Detikcom Legenda Media Online. (Yogyakarta: Moco Media. 2012) hal. 17
Budiono untuk membuat sebuah media baru yang tidak mudah dibredel dan mampu memberikan
informasi secepat mungkin tanpa harus menunggu dicetak besok pagi. Budiono sempat
menawarkan konsep media online itu kepada Harian Kompas yang merupakan klien perusahaan
Agrakom. Tawaran itu tak bersambut. Budiono tak patah arang. Bersama tiga rekannya, ia
meluncurkan detik.com dengan modal awal Rp 40 juta.

Tanpa dukungan media cetak, seperti media online generasi pertama, www.detik.com
mengenalkan langgam berita baru: ringkas to the point. Kerap, atas nama kecepatan, berita
detik.com tidak selalu lengkap dengan unsur 5W + 1H layaknya pakem baku jurnalistik.
Budiono mengenalkan langgam running news, yakni sebuah penyajian berita serial yang meniru
cara breaking news stasiun berita CNN atau yang biasa juga diterapkan pada kantor-kantor berita
asing seperti AP, AFP, atau Reuters. Konsep ini mendapat tempat di hati pembaca di tengah
penetrasi internet yang sangat rendah dan berbiaya mahal.

b). Booming.com

Akhir 1990-an, dunia dilanda booming dotcom. Indonesia tak lepas dari pengaruh
gelombang baru ini. Situs-situs lokal bermunculan satu per satu, termasuk situs-situ berita.
Beberapa situs berita yang lahir pada era ini antara lain astaga.com, satunet.com, lippostar.com,
kopitime.com dan berpolitik.com. Mereka yang terjun ke situs-situs berita ini adalah para
pemodal berkantong tebal. Astaga dan Satunet dimodali investor asing, sementara Lippostar
adalah besutan Grup Lippo, perusahaan papan atas di Indonesia. Kopitime.com juga menorehkan
sejarah di era ini sebagai media online pertama yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Di luar
namanama itu, satu persatu media online terus bermunculan. Euforia online di tanah air tidak
bertahan lama. Kegairahan media-media online baru dengan kucuran dana besar dari para
investornya rupanya tidak diimbangi dengan pertumbuhan bisnis yang baik.

Memasuki tahun 2002, satu per satu media berguguran, tak mampu mengongkosi biaya
operasional. Kopitime pun tak lama menikmati lantai bursa. Pada 2003 saham Kopitime
disuspensi di harga Rp 5 per lembar. Meski dilanda krisis, detik.com tetap bertahan meski harus
melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawannya.17 Dua media online lain
yang juga bertahan dari krisis adalah kompas.com dan tempointeraktif.com. Dua terakhir ini
tidak gugur karena ditopang kokoh oleh media induknya yang berbasis cetak. Namun, prahara
17
Heru. J. Margianto. Syaefullah Asep Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika. hal. 19
dotcom kala itu belumlah dianggap sebagai kiamat. Masih ada sebersit optimisme dari para
pelaku media cetak untuk mempertahankan bahkan memunculkan versi online mereka.
Kompas.com yang kala itu di-branding sebagai Kompas Cyber Media atau KCM terus
dipertahankan meski roda bisnis terasa berat berputar. Republika.co.id juga bertahan bahkan
memperbaiki penampilannya pada 2003. Meski belum memiliki prospek bisnis, sejumlah media
cetak pun masih mempertahankan situs mereka seperti suarapembaruan. com,
mediaindonesia.com, dan bisnis.com.

c). Kapanlagi.com, Merdeka.com dan lain-lain

Prahara di sepanjang 2002 dan 2003 tak mengikis semangat juang para pemilik modal.
Awal 2003, muncul www.kapanlagi.com. Adalah Steve Christian bersama seorang rekannya
yang baru pulang kuliah dari Australia mengonsep sebuah situs hiburan yang tujuh tahun
kemudian berkembang menjadi media hiburan terpopuler di jagat internet Indonesia. “Kami tahu
bahwa jika kami melakukannya dengan benar dan fokus pada pengalaman pengguna, kami bisa
menjadi pemain utama dalam pasar,” kata Steve. Ia mengakui, kue peruntungan yang didapat
dari bisnis ini memang belum sebesar yang didapat cetak, namun angkanya semakin tahun terus
membaik. Tahun 2012 ini Steve mencoba peruntungan baru dengan membangun situs berita
yang lebih “serius” www. merdeka.com. Menjelang tahun 2004, prahara yang nyaris
meluluhlantakkan bisnis dotcom di tanah air seperti terlupakan.

Memasuki tahun 2006, grup PT Media Nusantara Citra (MNC) yang memiliki tiga
stasiun televisi yaitu RCTI, Global TV, dan TPI yang kemudian berubah menjadi MNC
menyiapkan situs www.okezone. com. “Secara resmi diluncurkan (commercial launch) pada 1
Maret 2007,” kata Pemimpin Redaksi okezone. com, M Budi Santosa. Okezone menjadi penanda
bangkitnya lagi kegairahan pada media online di Indonesia. Tak lama setelah okezone. com,
Grup Bakrie yang sedang mengonsolidasikan dua stasiun televisinya dalam anak grup Visi
Media Asia (VIVA) juga tertarik ikut bermain di media online. Mei 2008, empat wartawan
Tempo, dua di antaranya baru saja usai sekolah di Amerika Serikat dan Inggris, menawarkan
sebuah konsep media online baru. Sebelumnya, mereka menawarkan konsep ini kepada Tempo,
tapi tak mendapat respons memadai. Patria, satu dari empat orang itu, menceritakan, Anindya
Bakrie yang merupakan pemuncak Grup Bakrie tertarik dan memandang konsep media baru ini
memiliki masa depan. “Kebetulan dia punya bisnis infrastruktur di bawah Grup B-Tel,” kata
Nezar yang kini Redaktur Pelaksana VIVAnews.com itu. Desember 2008, vivanews. com pun
diluncurkan.18

Melihat persaingan yang makin ketat, kompas. com pun melakukan perubahan besar pada
situsnya. Edi Taslim menyebut, Grup Kompas Gramedia menggelontorkan Rp 11 miliar untuk
“reborn” kompas. com pada 2008. Situs yang dulu hadir dengan nama Kompas Cyber Media
atau KCM lahir baru dengan branding Kompas.com. Perubahan signifikan dari “media baru” ini
adalah mempraktikkan langkah sinergi dengan mengkonvergensikan sejumlah media di bawah
grup Kompas Gramedia ke dalam kompas.com. ”Kompas. com juga men-deliver konten melalui
augmented reality. Beberapa laporan Harian Kompas yang notabene cetak juga dimultimediakan,
seperti laporan ‘Ekspedisi Cincin Api’ dan ‘Ekspedisi Citarum’ yang memenangkan
penghargaan tingkat Asia,” kata Edi Taslim. Grup Tempo yang memiliki tempointeraktif.com
juga melihat kegairahan baru ini. Sejak 2008, Tempointeraktif mulai digarap serius: staf
ditambah, format baru dicari. Widiarsi menyebut, salah satu kendalanya ternyata persoalan
teknis: nama situs. Tempo.com sudah ada yang punya. Di sinilah ihwal munculnya peralihan dari
www.tempointeraktif.com menjadi www.tempo.co. “Alhamdulilah, sejak November 2011
diluncurkan, dari ranking 1.530 Indonesia di Alexa, belasan ribu di dunia, hanya waktu dua
bulan, kami sudah naik jadi nomor 40 di Alexa. Dan kami ranking 5 untuk portal berita se-
Indonesia,” kata Niniel, panggilan akrab Widiarsi Agustina. Selepas 2003, situs-situs berita yang
mewarnai jagad maya tanah air tampil lebih atraktif. Seiring perkembangan teknologi internet
yang hadir dengan web 2.0-nya, situs-situs itu mulai membuka ruang terjadinya interaksi antar
pembaca di situs mereka. Pembaca dapat memberikan komentar pada berita. Disediakan pula
ruang diskusi dalam forum. Partisipasi pembaca diberi ruang lebih luas dalam layanan blogging.
Detik. com menyediakan detikblog, sementara Kompas.com membuka Kompasiana.

C) ASPEK HUKUM MEDIA ONLINE


a). Ketentuan Hukum Mengenai Internet

Dalam era teknologi informasi, keberadaan suatu teknologi informasi mempunyai


peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan, serta merupakan suatu kebutuhan
hidup bagi semua orang baik secara individual maupun secara organisasional, sehingga dapat
dikatakan berfungsi sebagaimana layaknya suatu aliran darah pada tubuh manusia. Karena

18
Heru. J. Margianto. Syaefullah Asep Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika. hal. 21
menyandang tujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan secara konkret dalam
masyarakat, maka dalam hukum terkandung baik kecenderungan konservatif (mempertahankan
dan memelihara apa yang sudah tercapai) maupun kecenderungan moderenisme (membawa,
mengkanalisasi dan mengarahkan perubahan), dalam posisi yang demikian ada tiga
kemungkinan yang akan timbul, yakni, pertama, hukum akan dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi, kedua, hukum akan mempengaruhi perkembangan teknologi, dan ketiga, hukum dan
teknologi akan saling mempengaruhi (bersinergi).19

Proses pembangunan hampir dipastikan akan membawa dampak yang meluas pada
berbagai aspek kehidupan manusia, seperti dikemukakan oleh Soerjono Soekamto bahwa
pembangunan merupakan perubahan terencana dan teratur yang antara lain mencakup aspek-
aspek politik, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi. 20 Berkaitan
dengan pembangunan di bidang teknologi, pada massa ini peradaban manusia dihadirkan dengan
adanya fenomena baru yang mampu mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia, yaitu
perkembangan teknologi informasi melalui internet (Interconnection Network).

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik (ITE) menyebutkan bahwa, saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru
yang dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika. Hukum siber atau cyber law, secara
internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan dari
konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Istilah lain yang
juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of information technology), hukum dunia
maya (virtual world law), dan hukum mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan
yang dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup
lokal maupun global (Internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem
komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Permasalahan
hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi,
komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang

19
Budi Agus Riswandi, Hukum dan Internet di Indonesia, Yogyakarta, UII Press, 2003, hlm 58-59
20
Dikdik M. Arief Mansur, Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung, Refika Aditama, 2005,
hlm 84
terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik. Yang dimaksud
dengan sistem elektronik adalah sistem komputer dalam arti luas, yang tidak hanya mencakup
perangkat keras dan perangkat lunak komputer, tetapi juga mencakup jaringan telekomunikasi
dan sistem komunikasi elektronik.

Sistem elektronik juga digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem informasi yang
merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan telekomunikasi dan media
elektronik, yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, menampilkan, dan
mengirimkan atau menyebarkan informasi elektronik. Sistem informasi secara teknis dan
manajemen sebenarnya adalah perwujudan penerapan produk teknologi informasi ke dalam suatu
bentuk organisasi dan manajemen sesuai dengan karakteristik kebutuhan pada organisasi tersebut
dan sesuai dengan tujuan peruntukannya. Pada sisi yang lain, sistem informasi secara teknis dan
fungsional adalah keterpaduan sistem antara manusia dan mesin yang mencakup komponen
perangkat keras, perangkat lunak, prosedur,sumber daya manusia, dan substansi informasi yang
dalam pemanfaatannya mencakup fungsi input, process, output, storage, dan communication. 21

Pemerintah dalam melindungi masyarakatnya untuk setiap kegiatan atau perbuatan


hukum yang menyangkut internet telah menetapkan sebuah peraturan perundang-undangan, yaitu
dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE), dimana dalam undang-undang tersebut mengatur segala bentuk kegiatan atau
perbuatan hukum yang dilakukan melalui internet, baik itu mengenai ketentuan hukum pidana
maupun ketentuan hukum perdata. Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) tidak dapat menjangkau semua aspek hukum
dalam kegiatan atau perbuatan hukum yang dilakukan dalam internet, tetapi dapat didukung oleh
peraturan perundang-undangan lainnya sehingga tidak akan terjadi kekosongan hukum dalam
setiap peristiwa hukum yang terjadi sebagai jalan keluar dalam penegakan hukumnya.
Selanjutnya di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) disebutkan bahwa kegiatan melalui media sistem elektronik, yang

21
Ibid, hlm 26-27
disebut juga ruang siber (cyber space), meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai
tindakan atau perbuatan hukum yang nyata.

Dalam kegiatan e-commerce antara lain dikenal adanya dokumen elektronik yang
kedudukannya disetarakan dengan dokumen yang dibuat di atas kertas. Berkaitan dengan hal itu,
perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi,
media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, terdapat tiga
pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan aspek hukum, aspek
teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan keamanan dalam
penyelenggaraan sistem secara elektronik, pendekatan hukum bersifat mutlak karena tanpa
kepastian hukum, persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal. Secara
yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran dan kualifikasi hukum
konvensional saja sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang
lolos dari pemberlakuan hukum.

Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata
meskipun alat buktinya bersifat elektronik. Dengan demikian, subjek pelakunya harus
dikualifikasikan pula sebagai Orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata. Oleh
karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan
aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan
keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik, pendekatan hukum bersifat mutlak
karena tanpa kepastian hukum, persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak
optimal.

Teknologi informasi berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun


2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan
menyebarkan informasi. Salah satu hasil teknologi informasi adalah internet, dimana setiap
orang dapat melakukan akses internet untuk mendapatkan informasi secara elektronik. Informasi
elektronik berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Internet saat ini telah menghubungkan
jaringan komputer lebih dari tiga ratus ribu jumlahnya (networks of networks) yang menjangkau
sekitar lebih dari seratus negara di dunia. Dalam setiap hitungan menit muncul jaringan
tambahan lagi, ratusan halaman informasi (web pages) yang baru tersajikan setiap menitnya
sehingga memperkaya khazanah yang telah ada. Seiring dengan perkembangan komputer ini,
internet juga telah menawarkan sejumlah layanan bagi kehidupan manusia mulai dari kegiatan
kesehatan (e-medicine), bisnis (e-bisnis), pendidikan (e-education), pemerintahan (e-goverment),
dan lain sebagainya. Internet sebagai sarana informasi memiliki asas dan tujuan dalam
pemanfaatannya sebagai mana disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) asasnya yaitu Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat,
kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi. Asas kepastian
hukum berarti landasan hukum bagi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
serta segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya yang mendapatkan pengakuan hukum
di dalam dan di luar pengadilan. Asas manfaat berarti asas bagi pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Asas kehati-hatian berarti landasan bagi pihak
yang bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek yang ada.

Asas itikad baik berarti asas yang digunakan para pihak dalam melakukan Transaksi
Elektronik tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakibatkan kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut. Asas
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi berarti asas pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Transaksi Elektronik tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga dapat
mengikuti perkembangan pada masa yang akan datang. Sedangkan tujuan pemanfaatan Internet
sebagai sarana teknologi informasi berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), yaitu: “Pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk”:

a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia.


b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.

d. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan
kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin
dan bertanggung jawab. Dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi
pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

Pembahasan aspek hukum di internet harus dimulai dengan pembagian internet sebagai22 :

1. Aspek Hukum Internet sebagai Media Massa

Perkembangan teknologi yang saat mempengaruhi kehidupan masyarakat global adalah


teknologi informasi, yang salah satu hasilnya adalah internet. Internet pada mulanya hanya
dikembangkan untuk kepentingan militer, riset dan pendidikan terus berkembang memasuki
seluruh aspek kehidupan umat manusia. Internet telah membentuk masyarakat dengan
kebudayaan baru. Masyarakat tidak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial, masyarakat dapat
dengan bebas beraktivitas dan berkreasi melalui internet. Internet juga melahirkan keresahan-
keresahan baru, diantaranya muncul kejahatan yang lebih canggih dalam bentuk cyber crime,
salah satu contohnya adalah pembobolan akses internet.

Internet mempunyai kemampuan dalam mengkonvergensikan ke empat media di atas


dalam sebuah media yang disebut global network, oleh karena itu internet dapat berfungsi
sebagai media komunikasi dan sekaligus pula sebagai media massa. Hukum untuk sekian kalinya
dijadikan alasan sebagai penghalang laju perkembangan teknologi, karena hukum selalu
terlambat dibandingkan perkembangan teknologi yang dinamis. Sistem hukum dianggap tidak
mampu mendorong arus perubahan masyarakat global yang diyakini telah beralih memasuki
abad informasi.

Dalam aspek hukum media di internet, kajian tentang hukum dapat menggunakan aturan
hukum yang berlaku saat ini, salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), selain Undang-Undang Nomor 40 Tahun
1999 Tentang Pers, dengan tidak menutup kemungkinan ada pembentukan hukum baru.
22
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Jakarta, Raja Grapindo Persada, 2004, hlm 198
Berkembangnya media massa di internet, yang lebih dikenal dengan media online seperti
www.detik.com, www.hukumonline.com dan lain sebagainya. Begitu juga dengan konsep
broadcasting online yang dikembangkan oleh PT. Surya Citra Televisi (SCTV), dengan situs
www.liputan6.com sebagai media online, dapat digunakan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
1999 Tentang Pers 23, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang
Pers disebutkan bahwa perusahaan

2. Aspek Hukum Internet Sebagai Media komunikasi

Dengan memegang basic value, yaitu kebebasan berpendapat dan kebebasan


memperoleh informasi. Selain berfungsi sebagai media massa, salah satu kekuatan internet
adalah fungsinya sebagai media komunikasi. Sebagai media komunikasi internet dapat
digunakan sebagai pengantar komunikasi surat berbentuk elektronik atau e-mail, fasilitas telepon
melalui internet atau yang lebih dikenal dengan VoIP (Voice over Internet Protocol), chatting,
atau hanya sebagai papan elektronik untuk berbagai produk, reklame, atau pengumuman, yang
semuanya dapat dilakukan dengan pembuatan website dan berbagai fungsi lainnya.

Perkataan melanggar atau melawan dalam rangkaian kata-kata perbuatan melanggar atau
melawan hukum, ada kata-kata yang lebih tepat misalnya perbuatan menyalahi hukum atau
perbuatan bertentangan dengan hukum, akan tetapi oleh karena hal yang dimaksud di sini adalah
bersifat aktif, maka perkataan melanggar atau melawan adalah paling tepat. 24 Dengan adanya
perbuatan melawan hukum atas pembobolan akses internet, merupakan suatu perbuatan
pelanggaran hak orang lain sehingga menimbulkan kerugian kepada orang lain sehingga dapat
melakukan tindakan hukum kepada pelaku pelanggaran tersebut seperti tercantum dalam Pasal
30 ayat (3), Pasal 36, Pasal 38 ayat (1) dan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), adapun isinya dari Pasal 30 ayat (3)
adalah: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau
menjebol sistem pengamanan”
23
Ibid, hlm 198
24
Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang Dari Sudut Hukum Perdata, Bandung, Mandar Maju, 2000,
hlm 2
Yang di maksud dengan sistem pengamanan menurut penjelasan Pasal 30 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), yaitu
Sistem pengamanan adalah sistem yang membatasi akses komputer atau melarang akses ke
dalam komputer dengan berdasarkan kategorisasi atau klasifikasi pengguna beserta tingkatan
kewenangan yang ditentukan. Sedangkan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) berisi: “Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain ”Atas perbuatan yang
dilakukan oleh pelaku, maka pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan tindakan hukum
dengan cara melakukan gugatan sebagaimana Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), yang berisi: “Setiap Orang dapat
mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem Elektronik dan
menggunakan Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian ”Adapun gugatan yang dapat
dilakukan dengan mengajukan gugatan perdata atau melakukan penyelesaian secara arbitrase
atau penyelesaian alternatif lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sebagaimana
Pasal 39 yang berisi:

1) Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pada kenyataannya, dalam suatu peristiwa hukum termasuk pembobolan akses internet
tidak terlepas dari kemungkinan timbulnya pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu atau
kedua pihak, dan pelanggaran hukum tersebut mungkin saja dapat dikategorikan sebagai
perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad) sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1365
KUH Perdata yang menyatakan bahwa : “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian
itu, mengganti kerugian tersebut. ”Seseorang yang dianggap telah melakukan perbuatan melawan
hukum dapat dikenakan sanksi dengan mengganti kerugian yang diderita korban akibat
kesalahannya itu, melalui tuntutan yang diajukan kepada lembaga peradilan maupun lembaga
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Namun demikian harus dapat dibuktikan dan
dipertanggungjawabkan kebenaran adanya perbuatan melawan hukum termaksud melalui
pembuktian unsur-unsur dari perbuatan melawan hukum ini, yang terdiri dari:

1. ada perbuatan melawan hukumnya


2. ada kesalahannya

3. ada kerugiannya, dan

4. Adanya hubungan timbal balik antara perbuatan melawan hukum yang dilakukan, kesalahan
serta kerugian yang timbul. Suatu perbuatan melawan hukum mungkin dapat terjadi dalam
pembobolan akses internet, asalkan harus dapat dibuktikan unsur-unsurnya tersebut di atas.
Apabila perbuatan melawan hukum ini, sehingga dapat ditentukan ganti kerugian yang seadil-
adilnya.25 Apabila unsur kesalahan dalam suatu perbuatan dapat dibuktikan maka ia bertanggung
jawab atas kerugian yang disebabkan perbuatannya tersebut, namun seseorang tidak hanya
bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan kesalahannya sendiri, tetapi juga karena
perbuatan yang mengandung kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi
tanggungannya, barang-barang yang berada di bawah pengawasannya serta binatang-binatang
peliharaannya, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1366 sampai dengan Pasal 1369 KUH
Perdata.26 Kerugian yang disebabkan perbuatan melawan hukum dapat berupa kerugian materiil
dan atau kerugian immateriil. Kerugian materiil dapat terdiri kerugian nyata yang diderita dan
keuntungan yang diharapkan. Berdasarkan yurisprudensi, ketentuan ganti kerugian karena
wanprestasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1243 sampai Pasal 1248 KUH Perdata
diterapkan secara analogis terhadap ganti kerugian yang disebabkan perbuatan melawan hukum.
Kerugian immateriil adalah kerugian berupa pengurangan kenyamanan hidup seseorang,
misalnya karena penghinaan, cacat badan dan sebagainya, namun seseorang yang melakukan
perbuatan melawan hukum tidak selalu harus memberikan ganti kerugian atas kerugian
immateril tersebut.27 Untuk dapat menuntut ganti kerugian terhadap orang yang melakukan
perbuatan melawan hukum, selain harus adanya kesalahan, Pasal 1365 KUH Perdata juga
mensyaratkan adanya hubungan sebab akibat atau hubungan kausal antara perbuatan melawan
hukum, kesalahan dan kerugian yang ada, dengan demikian kerugian yang dapat dituntut
penggantiannya hanyalah kerugian yang memang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum
tersebut.

25
Ibid

26
http://hk.unikom.ac.id/download/Tinjauan Hukum Mengenai Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Jual Beli Melalui
Internet (E-Commerce) Dihubungkan Dengan Buku III KUH Perdata.doc, diakses pada hari Kamis 05 Maret 2009, Pukul 13.25
27
Ibid
Perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata ini dapat
pula digunakan sebagai dasar untuk mengajukan ganti kerugian atas Ketentuan hukum yang
dapat diterapkan atas perbuatan melawan hukum mengenai pembobolan akses internet selain
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),
dapat juga diterapkan adalah ketentuan hukum yang termuat dalam KUH Perdata, antara lain
Pasal 1365 KUH Perdata. Penerapan ketentuan pasal 1365 termaksud dilakukan dengan cara
melakukan penafsiran hukum ekstensif yaitu memperluas arti kata perbuatan melawan hukum itu
sendiri, tidak hanya yang terjadi dalam dunia nyata, tetapi juga dimungkinkan perbuatan
melawan hukum yang terjadi di dunia maya, dalam hal ini pada pembobolan akses internet.

Selain itu, dapat pula diterapkan Pasal 1365 KUH Perdata dengan melakukan konstruksi hukum
analogi yakni dengan cara membandingkan antara perbuatan melawan hukum yang dilakukan di
dunia nyata dengan dunia maya, sehingga pada akhirnya unsur-unsur perbuatan melawan hukum
sebagaimana disyaratkan tetap dapat terpenuhi. Walaupun pada prakteknya muncul kesulitan-
kesulitan dalam penerapannya, namun tetap diharapkan perbuatan melawan hukum yang terjadi
harus tetap mendapat sanksi secara hukum sehingga tidak ada kekosongan hukum.28

28
Ibid

Anda mungkin juga menyukai