Anda di halaman 1dari 13

KEBENARAN DALAM ILMU KOMUNIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Filsafat Komunikasi”

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Husni Ritonga, M.A

Disusun Oleh : Kelompok 3

Taufik Hidayat (0105192008)


Muhammad Al Fayyad (0105192018)
Mutiara Azhari (0105192030)
Miranda Gultom (0105192039)

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Komunukasi yang berjudul “Kebenaran Dalam Ilmu Komunikasi”. Selain itu,
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan
tentang filsafat komunikasi secara meluas. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada bapak Muhammad Husni Ritonga selaku dosen mata kuliah Filsafat
Komunikasi yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan meskipun kami sudah berusaha memberikan yang terbaik kepada para
pembaca. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari para pembaca agar
penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 02 Mei 2021

Penulis,

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Pengertian Kebenaran...................................................................................................3

2.2 Pengetahuan Ilmiah dan Kebenaran Ilmu...................................................................3

2.3 Hakikat Ilmu Komunikasi.............................................................................................5

2.4 Hakikat Kebenaran........................................................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................8

3.2 Saran...............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam hidupnya senantiasa berusaha mencari dan menemukan
kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang bersifat eksistensial. Hal ini berarti bahwa
kebenaran adalah sesuatu yang ada dan tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia.
Yang menjadi persoalan adalah apakah kebenaran itu memang ada? Dan kalau ada,
apakah kebenaran itu? Bagaimana manusia memperolehnya? Bagaimanakah sifat dari
kebenaran itu sendiri? Namun pada dasarnya, kebenaran adalah hal yang senantiasa
dicari dan dipersoalkan.

Berkenaan dengan kebenaran, akan terlihat bagaimana gambaran perkembangan


sejarah ilmu pengetahuan berkenaan dengan kebenaran, yaitu apakah ia merupakan
kelanjutan dari pemikiran terdahulunya yang terus berkembang maju, ataukah
merupakan suatu dialekta pemikiran, atau merupakan suatu pemikiran yang
mengulang pemikiran yang telah berlalu dengan melakukan beberapa modifikasi.

Oleh karena itu, berkenaan dengan kebenaran kami berusaha membahas secara
sistematis mengenai pengertian kebenaran, pengetahuan ilmiah dan kebenaran ilmu,
hakikat ilmu komunikasi, serta hakikat kebenaran.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah Dalam Penulisan Ini adalah :
1. Apa Pengertian Kebenaran ?
2. Bagaimana Pengetahuan Ilmiah dan Kebenaran Ilmu ?
3. Bagaimana Hakikat Ilmu Komunikasi ?
4. Bagaimana Hakikat Kebenaran ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Dalam Penulisan Ini Adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Kebenaran.
2. Untuk mengetahui Pengetahuan Ilmiah dan Kebenaran Ilmu.
3. Untuk mengetahui Hakikat Ilmu Komunikasi.
4. Untuk mengetahui Hakikat Kebenaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebenaran


Secara etimologi, dengan merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) teori semantik (pernyataan - pernyataan tentang kebenaran berada dalam
suatu meta bahasa dan mengena pada pernyataan - pernyataan dalam bahasa dasar).
Teori ferpormatif (pernyataan kebenaran merupakan persetujuan yang diberikan
terhadap pernyataan tertentu). Sementara itu, Noeng Muhadjir (1998) mengatakan
bahwa selain kebenaran korespondensi, kebenaran koherensi, kebenaran performatif,
dan kebenaran ilmiah sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Loren Bagus, adalah
kebenaran proposisi dan kebenaran struktural paradigmatik. Adapun mengenai ukuran
kebenaran itu berdasarkan paham keherensi, paham korespondensi, paham empiris,
dan pragmatisme.
Selanjutnya mengenai kebenaran, Lorens Bagus (1996) menambahkan dengan
menuliskan beberapa kriteria kebenaran yaitu, kriteria kebenaran adalah tanda - tanda
yang memungkinkan kita mengetahui suatu kebenaran. Koherensi dan kepraktisan
merupakan contoh kriteria semacam ini. Ada kalanya consensus gentium (kesepakatan
umat manusia) dianggap sebagai salah satu kriteria kebenaran.

2.2 Pengetahuan Ilmiah dan Kebenaran Ilmu


Untuk memahami sesuatu yang baik maka kita perlu mengenal hakikat objek
tersebut dengan sebaik - baiknya. Juga untuk memahami ilmu dalam rangka
memperoleh kebenaran. Sering kita terlena dengan menggumuli berbagai aspek teknis
dari pengetahuan ilmiah tanpa menyadari dengan benar apa yang kita gumuli itu
sebenarnya. Keadaan ini menyebabkan berbagai ketimpangan dalam usaha kita
menguasai ilmu dengan sedalam - dalamnya. Sering kali kita gagal mempersatukan
bagian - bagian studi ilmu, seperti menyimpulkan hasil analisis statistik sebagai kata
akhir dari upaya keilmuan untuk menemukan kebenaran. Statistika yang dikuasai

3
secara teknis tetapi tidak dikenal dari hakikat statistika itu yang sebenarnya, lalu
ditempatkan sebagai pengetahuan yang menentukan “tujuan akhir” dari proses
kegiatan keilmuan dan bukan lagi sebagai “alat” yang membantu peneliti untuk
menemukan kebenaran ilmiah secara kritis.

Kesalahan ini kalau kita telusuri lebih jauh, terletak pada kurang dikuasainya
pengetahuan tentang metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Syarat - syarat yang harus dipenuhi
agar sesuatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan
dengan metode ilmiah. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah - langkah sistematis. Metode ilmiah dalam
membangun pengetahuan menggunakan cara berfikir deduktif dan induktif.

Cara berfikir akan memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Pengetahuan ilmiah disusun sedikit demi sedikit dengan menyusun argumentasi
mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Sementara cara
berfikir induktif yang didasarkan kebenaran korespondensi sangat diperlukan untuk
menutup kekurangan cara berfikir deduktif. Teori korespondensi menyebutkan bahwa
suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam
pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi) dengan objek faktual yang dituju oleh
pernyataan tersebut.

Berkaitan dengan ilmu komunikasi yang pada dasarnya merupakan fenomena


empiris maka dalam rangka mencari jawaban terhadap persoalan sisi ilmiah dan
kebenaran tidak lepas dari fakta. Jika kita telusuri perkembangan ilmu komunikasi
yang dimulai dengan adanya acta diurna pada zaman Romawi, yang kemudian
berkembang menjadi Zeitungwissenschaft atau ilmu persurat kabaran yang diajarkan
di Perguruan Tinggi seperti di Universitas Bazel tahun 1884, yang dirintis oleh Prof.
Karl Bucher dan di Universitas Leipzig tahun 1892. Usaha yang telah dilakukan
Prof. Karl Bucher membawa manfaat dalam hal:

4
1. Pada penyelidikan historisnya di lapangan persurat kabaran.
2. Pada usaha akademisnya sebagai pencipta kuliah - kuliah persurat kabaran
secara modern, sebagai pendiri lembaga persurat kabaran dan sebagai pembela
pendidikan akademis bagi para wartawan.

2.3 Hakikat Ilmu Komunikasi


Komunikasi sebagai ilmu merupakan kenyataan yang tidak bisa di pungkiri, hal
ini karena komunikasi telah memenuhi persyaratan sebagai ilmu, yaitu:

a. Rasional
Bidang kajian ilmu komunikasi pada dasarnya bisa diamati dari unsur - unsur
yang terdapat dalam proses komunikasi yang meliputi berbagai aspek seperti
dinyatakan Lasswell : Who, Say What, Through With Channel, To Whom, With
What Effect, sehingga fokus dari ilmu komunikasi merupakan hal - hal yang
rasional dan bisa dibuktikan secara jelas dalam kehidupan sehari - hari.

b. Empiris
Ilmu komunikasi merupakan salah satu ilmu sosial yang memfokuskan
kajiannya pada realitas yang terdapat dalam kehidupan sehari - hari. Hal ini bisa
kita cermati dari berbagai pendapat yang ada tentang pengertian ilmu
komunikasi, salah satu diantaranya adalah pendapat Carl I. Hovland ilmu
komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas -
asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Dari
pendapat tersebut nampak jika ilmu komunikasi memfokuskan pada objek
empiris sebagai bidang kajiannya.

c. Umum
Jika kita mengamati perkembangan ilmu komunikasi sampai sekarang ternyata
ilmu komunikasi menarik perhatian dan minat ahli - ahli dari berbagai disiplin
ilmu yang kemudian banyak berperan dalam memajukan ilmu komunikasi seperti
5
sekarang ini. Hal ini bisa kita lihat dari perkembangan ilmu persurat kabaran
yang dikembangkan di Jerman oleh ahli - ahli sosiologi.

d. Akumulatif
Perkembangan komunikasi tidak terlepas dari perkembangan teknologi, jika
dahulu objek kajian hanya pada media cetak, dengan kemajuan teknologi
informasi membuat kajian ilmu komunikasi semakin meluas. Kesemuanya akan
memperkaya ilmu komunikasi sehingga bisa membawa manfaat positif dalam
masyarakat.

Keempat komponen diatas menjadi dasar pengetahuan ilmiah dari komunikasi.


Jika kita bicara lebih dalam lagi sampai kepada hakikat ilmu terutama ilmu
komunikasi maka tidak bisa lepas dari sifat - sifat analitis, kritis dan sintesis. Kajian
secara analitis merupakan upaya untuk mengenal ciri, sifat, dan fungsi dari komponen
- komponen keilmuan. Analitis ini diarahkan untuk mengenal esensi yang bersifat
mendasar yang bersifat kompromi dari berbagai pemikiran yang ada. Penekanan agar
analisis tidak terlepas dari konteks secara keseluruhan membawa kita kepada cara
berfikir yang sintesis dimana setiap komponen yang terpisah disusun menjadi
keseluruhan yang menyatu. Berfikir secara analitis dan sintesis ini memungkinkan
kita mengungkapkan hakikat sesuatu tanpa melepaskannya dari konteks secara
keseluruhan. Disamping analisis dan sintesis maka pengkajian keilmuan juga harus
bersifat kritis, pemikiran yang kritis merupakan proses kegiatan berfikir yang bersifat
evaluatif dan dalam menarik kesimpulan terhadap sesuatu setelah mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan objek pikir tersebut. Pengkajian hakikat keilmuan baik
secara analitis maupun sintesis harus didasari oleh sifat berfikir kritis ini.

2.4 Hakikat Kebenaran


Hal yang relevan perlu lebih dulu di kemukakan adalah arti kebenaran. Dalam
sejarah filsafat, paling tidak sampai sekarang ada empat teori yang menjawab

6
pertanyaan tersebut secara filosofis, yaitu: 1. Teori kebenaran sebagai persesuaian. 2.
Teori kebenaran sebagai keteguhan. 3. Teori pragmatis tentang kebenaran dan 4. Teori
performative tentang kebenaran.

1. Teori kebenaran sebagai persesuaian


Teori ini pertama kali dimunculkan oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles
kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang di klaim sebagai diketahui sebagai
kenyataan sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai atau tidaknya apa yang di
katakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian
antara subjek dan objek dan apa yang di ketahui subjek dan realitas sebagaimana
adanya. Kebenaran persesuaian ini sering juga disebut kebenaran empiris atau
kebenaran korespondensi.

2. Teori kebenaran sebagai keteguhan


Teori ini dianut oleh kaum rasionalitas seperti Leibniz, Spinoza, Descartes,
Heggel dan lain - lain. Kebenaran di temukan dalam relasi antara proposisi yang baru
dengan proposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau
hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau
hipotesis lainnya, yaitu kalo proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi
sebelumnya yang dianggap benar. Kebenaran ini sering pula disebut kebenaran
koherensi atau kebenaran logis atau kebenaran rasionalisme.

3. Teori pragmatis tentang kebenaran


Teori ini dikembangkan oleh filsuf pragmatis dari Amerika Serikat seperti
Charles SP dan William James. Bagi kaum pragmatis kebenaran adalah sama artinya
dengan kegunaan. Ide, konsep, pengetahuan, atau hipotesis yang benar adalah ide
yang berguna. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan
seseorang (berdasarkan ide itu) melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat
guna. Berhasil dan berguna adalah kriteria utama untuk menentukan apakah suatu ide
itu benar atau tidak.
7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara etimologi, dengan merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kebenaran adalah pernyataan - pernyataan dalam bahasa dasar.
Pengetahuan ilmiah dan kebenaran ilmu untuk memahami pengetahuan ilmiah
dan kebenaran ilmu kita perlu mengenal hakikat objek tersebut dengan sebaik -
baiknya. Juga untuk memperoleh ilmu dalam rangka mencari kebenaran. Hakikat
Ilmu Komunikasi adalah : Rasional, empiris, umum, dan akumulatif.
Hakikat Kebenaran adalah : 1. Teori kebenaran sebagai persesuaian. 2. Teori
kebenaran sebagai keteguhan. 3. Teori pragmatis tentang kebenaran.

3.2 Saran
Untuk mencari tahu tentang kebenaran apalagi di dalam ilmu komunikasi
dibutuhkan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat mendukung kebenaran tersebut.
Berkaitan dengan ilmu komunikasi pada dasarnya merupakan fenomena empiris maka
dalam rangka mencari kebenaran, kebenaran tidak pernah terlepas dari adanya fakta.
Untuk itu, sudah seharusnya manusia bisa memilih dengan baik mana kebenaran yang
sesuai fakta dan mana yang tidak.

8
DAFTAR PUSTAKA

C, Verhaak & Imam Haryono R. 1991. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara

Kerja Ilmu - Ilmu. Jakarta: Gramedia.

Effendy, Onong U. 1986. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remadja

Karya

Hardono, Hadi. 1991. Epistemologi: Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.

Lorens, Bagus. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mulkhan, Abdul Munir. 1994. Pengembangan Tradisi Intelektual Dalam Pendidikan

Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Sumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.

Wibisono, Koento. 1997. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Sketsa Umum Mengenai

Kelahiran dan Perkembangannya Untuk Memahami Filsafat Ilmu Dalam

LP3, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Intan Pariwara.

Anda mungkin juga menyukai