Anda di halaman 1dari 7

Reportase:

Menggabungkan Pengetahuan, Daya Kritis, dan Keberanian

Apa itu berita?


Berita bisa bersifat informatif, argumentatif, dan persuasif. Berita bisa jadi hanya sekumpulan informasi yang
berguna bagi publik. Lebih dari itu, berita bisa jadi isu atau opini yang dapat mengarahkan pada perbaikan atau
penyelesaian masalah. Dilihat dari cara penyajian dan komposisinya, berita beda dengan informasi non-media,
naskah buku, makalah, dan karya tulis akademis lainnya meski substansi yang disampaikan sama. Berita
memiliki standar penulisan tersendiri sebagaimana dirumuskan para pakar komunikasi, jurnalistik, dan praktisi
media.

Memberitakan Peristiwa dan Masalah: Untuk Apa?


Dalam menyajikan berita selayaknya ada tujuan sebagaimana misi dan visi media massa maupun misi dan visi
sebuah institusi media. Berita yang diangkat selayaknya mengandung misi untuk perbaikan segala bidang
kehidupan. Berita tidak malah dijadikan alat propaganda untuk kepentingan pribadi dan kelompok yang bisa
merugikan kepentingan masyarakat. Pemberitaan dibutuhkan karena tidak semua hal bisa tersampaikan secara
kritis ke masyarakat.

Mencari dan Mengkritisi Fakta


Mengenali Realitas
Peristiwa dan masalah dipandang sebagai sebuah realitas yang terdiri dari beberapa fakta. Fakta dari sebuah
realitas tidak selalu statis, melainkan dinamis seiring dengan perubahan peristiwa itu sendiri. Fakta sendiri
belum tentu terkategori. Fakta suatu realitas bisa berserakan tanpa memperlihatkan hubungan satu sama lain,
baik hubungan dalam pengertian waktu, tempat, atau hubungan logis.

Suatu peristiwa atau masalah dapat diberitakan jika tersedia sejumlah fakta yang cukup tentang peristiwa atau
masalah itu. Laporan tentang peristiwa atau masalah disebut faktual jika fakta yang disajikan lewat
laporan/berita itu benar-benar ada dan dapat dibuktikan kebenarannya oleh siapa pun.

Mengumpulkan Fakta (Reportase)


Setidaknya ada tiga cara mengumpulkan fakta dalam proses peliputan diantaranya:
1. Pengamatan (observasi)
Observasi menggunakan panca indera penglihatan, perasa, pendengaran, peraba, dan penciuman. Setiap kali
reportase, jurnalis selayaknya jeli melihat atau mengamati obyek reportase. Misalnya ketika jurnalis
merasakan masakan, melihat monumen bersejarah, mengamati bekas kebakaran, dan sebagainya.

2. Wawancara
Yang harus disiapkan dan diperhatikan dalam wawancara:
- memilih narasumber yang sesuai dengan kompetensi isu berita yang akan diangkat.
- menyiapkan draft atau materi wawancara, alat tulis, dan alat perekam.
- sikap menghadapi narasumber menyesuaikan dengan kapasitas dan kondisi narasumber.
- mencatat segala atribut dan identitas yang melekat pada narasumber.
- bersikap kritis dan skeptis atas apa yang disampaikan narasumber.
- dan lain-lain.

3. Riset Dokumentasi
Riset dokumentasi dibutuhkan untuk mendukung fakta yang disampaikan dalam berita. Sumber riset
dokumentasi bisa dari buku, kamus, naskah kuno, media massa, data statistik (BPS), dan sebagainya. Sumber
data untuk bahan riset dokumentasi sekarang sangat mudah didapat di internet. Beberapa web menyajikan
kompilasi data yang bisa dijadikan referensi misalnya www.wikipedia.com. Buku, kamus, media massa yang
disajikan secara digital juga sudah bisa diakses melalui internet.

Mengidentifikasi Fakta
Identifikasi fakta maksudnya melihat berbagai hal yang terkandung dalam fakta mulai dari apa yang terjadi,
siapa yang terlibat didalamnya, mengapa itu terjadi, dimana dan bagaimana kejadiannya, serta kenapa itu
terjadi.

Kritis Terhadap Fakta


Tak hanya sekedar mengidentifikasi fakta, kita juga harus kritis memilah mana fakta yang layak jadi berita dan
tidak agar tidak terjebak dalam kepentingan pribadi dan politis orang atau kelompok yang memanfaatkannya.
Akan lebih baik jika kita menyikapinya secara obyektif sesuai dengan analisa kita.
Coba kritisi kasus korupsi yang terjadi. Apa motifnya kasus itu dimunculkan, berunsur politis kah? Atau
memang murni bermotif penegakan hukum. Tak jarang hukum diintervensi kepentingan politis pribadi dan
kelompok (partai). Maka dari itu diperlukan analisa yang berimbang dan tetap memihak pada kepentingan
orang banyak (masyarakat) dan hukum yang berlaku.

Suka Membaca dan Mendengarkan Sumber Informasi


Riwayat pendidikan formal maupun non formal yang pernah didapat wartawan akan sangat menentukan
kemampuan pengetahuan wartawan itu sendiri. Pengetahuan ini akan menunjang daya kritis wartawan dalam
menganalisa isu yang akan diberitakan. Maka diperlukan kesabaran dan ketelatenan dalam menggali informasi
sebanyak mungkin melalui berbagai sumber informasi.
Teknik Penulisan Berita

Jurnalistik (journalistic) berasal dari kata du jour atau journal (Perancis) yang artinya hari atau
catatan harian. Jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebaran informasi berupa berita,
feature, dan opini melalui media massa.
Informasi adalah keterangan, pesan, gagasan, atau pemberitahuan tentang suatu masalah atau
peristiwa. Dalam definisi jurnalistik yang dimaksud dengan informasi adalah news (berita),
views (pandangan atau opini), dan karangan khas yang disebut feature (berisikan fakta dan
opini).

Bahasa jurnalistik bersifat komunikatif dan spesifik. Karakteristik bahasa jurnalistik pada
umumnya antara lain:
1. Jelas; bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak menimbulkan makna ganda
(ambigu), serta tidak menggunakan bahasa kiasan.
2. Sederhana; menggunakan bahasa awam dan menghindari penggunaan kata dan istilah asing
yang terlalu teknis dan ilmiah. Jika harus digunakan, maka harus dijelaskan pengertiannya.
3. Hemat kata, misal: daripada menjadi dari ; kemudian – lalu; sekarang – kini; kurang lebih –
sekitar; terkejut – kaget; barangkali – mungkin; semakin – kian;
4. Menghindarkan penggunaan kata mubazir (kata yang bisa dihilangkan) dan kata jenuh
(ungkapan klise).
5. Singkat.
6. Dinamis dan tidak monoton, terutama dalam menyebutkan nama tokoh atau tempat secara
berulang.
7. Membatasi diri dalam singkatan atau akronim, kalau perlu dipakai maka pada awal tulisan
harus dijelaskan kepanjangannya.
8. Penulisan kalimat lead dan isi tetap menaati kaidah bahasa.
9. Menulis dengan teratur serta lengkap.
10. Satu gagasan satu kalimat dan semaksimal mungkin menghindari penulisan anak kalimat
yang mengandung banyak kata atau kalimat.
11. Mendisiplinkan pikiran. Jangan mencampurkan bentuk kalimat pasif dengan kalimat aktif.
Sebaiknya menggunakan kalimat aktif untuk memunculkan kesan hidup dan kuat.

Berita
Tidak ada definisi baku yang menjelaskan tentang definisi berita. Menurut Mitchel V. Charnley,
berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan
menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.
Dari definisi tersebut ada empat unsur yang haus dipenuhi oleh sebuah peristiwa sehingga layak
menjadi berita. Unsur tersebut adalah:
1. Aktual, artinya terkini, terbaru, terhangat (up to date), baru saja atau bahkan sedang terjadi.
Pengertian terbaru bisa merupakan fakta terbaru yang ditemukan dari suatu peristiwa lama.
2. Faktual, artinya kejadiannya benar-benar merupakan suatu kenyataan (fact) bukan fiksi
(rekaan, hayalan, dan karangan). Fakta muncul dari sebuah kejadian nyata (real even),
pendapat (opinion), dan pernyataan (statement).
3. Penting, ada dua hal suatu berita dinilai penting. Pertama, tokoh yang terlibat dalam
pemberitaan adalah tokoh penting. Kedua, materi berita menyangkut kepentingan orang
banyak dan mempengaruhi masyarakat.
4. Menarik, artinya menimbulkan rasa ingin tahu dan ketertarikan untuk menyimak isi berita.
Peristiwa yang menarik selain ketiga hal diatas biasanya bersifat menghibur, mengandung
keganjilan, memiliki unsur kedekatan, mengandung human interest, mengandung unsur seks,
kriminalitas, konflik, dan sebagainya.

Nilai kelayakan suatu peristiwa menjadi sebuah berita tidak berlaku secara universal. Suatu
peristiwa dipandang bernilai berita oleh suatu media namun tidak bernilai berita oleh media lain.
Ada beberapa jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik, yaitu:
1. Berita Langsung (straight news) yaitu jenis berita yang ditulis singkat, padat, lugas, dan apa
adanya. Penulisannya menggunakan gaya pemaparan, yakni memaparkan peristiwa apa
adanya tanpa disertai penjelasan apalagi interpretasi. Struktur penulisannya mengacu pada
struktur piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu diawali dengan mengemukakan hal-hal
paling penting, diikuti bagian yang dainggap agak penting, tidak penting, dan seterusnya.
Bagian penting dituangkan pada alinea pertama (lead), setelah judul berita (headlines) dan
baris tanggal (dateline).

2. Berita Opini (opinion news) yaitu berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan
seseorang. Biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh masyarakat, ahli, atau pejabat
mengenai suatu masalah atau peristiwa. Penulisannya dimulai dengan teras pernyatan
(statement lead) atau teras kutipan (quotation lead) yakni mengedepankan ucapan yang
isinya dianggap paling penting atau paling menarik. Sebagai penanda bahwa itu berita opini ,
biasanya pada judul dicantumkan nama narasumber, diikuti titik dua, lalu kutipan pernyataan
atau kesimpulan pernyataan yang paling menarik.

3. Berita Interpretatif (interpretative news) adalah berita yang dikembangkan dengan


komentar atau penilaian wartawan atau narasumber yang kompeten atas berita yang muncul
sebelumnya, sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi.

4. Berita Mendalam (depth news) yaitu berita yang merupakan pengembangan dari berita yang
sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Pendalaman
dilakukan denga mencari informasi tambahan dari narasumber atau berita terkait.

5. Berita Penjelasan (explanatory news) yaitu berita yang sifatnya menjelaskan dengan
menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap penuh data. Fakta dijelaska secara rinci dengan
beberapa argumentasi atau pendapat penulisnya. Berita jenis ini biasanya panjang lebar
sehingga harus disajikan secara bersambung atau berseri.

6. Berita Penyelidikan (investigative news) yaitu berita yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan penelitian aau penyelidikan dari berbagai sumber. Disebut juga berita
penggalian karena wartawan menggali informasi dari berbagai pihak

Sebuah berita harus mencakup fakta dan data sebuah peristiwa yang mengandung enam unsur
yang menjadi rumus umum penulisan berita, yakni 5W (What, Who, When, Where, Why) + 1H
(How).
Dari segi isi beita umumnya penulisan berita mengacu pada struktur penulisan berita piramida
terbalik. Bagian paling penting dituangkan pada lead.

Komposisi Tulisan
Susunan berita umumnya terdiri dari empat bagian:
1. Headline, kepala berita atau judul berita.
2. Dateline, yaitu waktu dan nama tempat berita dibuat atau diperoleh.
3. Lead atau teras berita.
4. News Body, yakni tubuh atau isi berita.
Kadang-kadang dimasukan satu bagian lagi, ditempatkan dibawah judul, yakni eye catcher atau
eye catching (penarik minat mata pembaca untuk membaca). Biasanya berupa kutipan dari isi
berita atau kutipan isi pembicaraan nara sumber yang paling menarik.

Menentukan Sudut Pandang (angle of the view)


Penentuan sudut pandang suatu peristiwa memudahkan dalam pembuatan teras dan judul berita.
Sudut pandang yang dimaksud adalah menentukan fakta mana yang paling penting dan paling
menarik. Fakta itulah yang kemudian dikemukakan terlebih dahulu.

Menulis Judul Berita (headline)


Judul mencerminkan isi berita, lebih khusus lagi memadatkan teras berita. Gaya penulisannya
kadang tidak mengikuti kaidah bahasa, misalnya dengan menggunakan kata dasar tanpa imbuhan
dalam pemadatan isi berita.

Menulis Teras Berita (Lead)


Teras berita adalah bagian berita yang terletak di alinea atau paragraf pertama, setelah head dan
dateline sebelum badan atau isi berita.
Biasanya berisi fakta paling penting dengan mengedepankan unsur 5W+1H (what, who, when,
where, why, dan how).

Menulis Tubuh berita (News Body)


Tubuh berita berisi penjelasan atau uraian rinci unsur 5W+1H, baik yang sudah dikemukakan
dalam teras maupun yang belum diungkapkan. Penulisan tubuh berita relatif tidak sesulit menulis
lead. Penulisan Tubuh berita hanya melanjutkan apa yang sudah tertuang dalam teras yang
mencerminkan pokok-pokok terpenting isi berita.

KEPALA BERITA (LEAD) SANGAT PENTING

TUBUH BERITA PENTING

PENUTUP KURANG
PENTING
Dari Eksistensi Hingga Mengembangkan Potensi
(Selayang Pandang Soal Manajemen Organisasi Penerbitan)

Motivasi Berorganisasi
Sebuah komunitas khususnya organisasi tak lepas dari motivasi individu didalamnya. Visi dan
misi organisasi hanya tinggal jargon jika tak ditopang dengan motivasi individu didalamnya.
Begitu juga organisasi yang mengelola media jurnalistik di sekolah.

Dinamika pasang surut organisasi itu sudah biasa. Yang penting menjaga stabilitas organisasi.
Apa dan bagaimana yang harus dilakukan ketika organisasi lagi lesu dan bagaimana mengelola
ketika organisasi sedang greng-grengnya.

Apa motivasi anda tergabung dalam organisasi penerbit media jurnalistik? Menurut penulis,
motivasi dasar ikut organisasi itu adalah untuk mengembangkan diri dan mengasah potensi.
Terserah kita nanti jadi apa dan bagaimana prosesnya. Di organisasi, kita akan bersentuhan
dengan beragam individu dengan sifat dan karakter yang berbeda. Dari sinilah daya kritis dan
kontrol kita terasah.

Dalam dunia jurnalistik, kita akan menikmati menu-menu makanan seputar jurnalistik. Tak
hanya seputar jurnalisme, jiwa kepemimpinan dan kreativitas juga diasah sedemikian rupa.
Maka, tatalah motivasimu sekarang juga!!! Tak penting apakah anda ingin jadi wartawan,
aktivis, atau penulis. Asah kreativitasmu menurut potensi dan kemampuanmu. Anda akan
menuai hasilnya ketika terjun dalam dunia masyarakat yang lebih luas. Mereka yang konsisten
akan menuai manfaatnya di kemudian hari. Sebaliknya, mereka yang lesu darah akan menderita.
Intinya, gali potensi dan kembangkan kreativitasmu. Itu motivasinya.

Ragam Bentuk Organisasi Penerbitan


Secara garis besar, ada dua bentuk atau ragam struktur organisasi penerbitan media jurnalistik di
sekolah maupun universitas. Ada yang murni jadi Lembaga Penerbitan dan ada juga yang
membuat dobel gardan dengan memposisikan Lembaga Penerbitan dibawah Lembaga Pers
Sekolah. Subtansi kegiatan didalamnya sebenarnya sama. Ada pengelolaan lembaga atau
organisasi dan pengelolaan dapur redaksi.

MODEL I Pimpinan Redaksi

Sekretaris Redaksi Bendahara Redaksi

Redaksi:
- Dewan Redaksi
- Reporter

Ketua Umum
MODEL II

Sekretaris Bendahara

Litbang Penerbitan Usaha/Dana

Redaksi:
- Dewan Redaksi
- Reporter
Hanya saja, ada keuntungan tersendiri ketika kegiatan jurnalistik diwadahi dalam sebuah
lembaga yang berdimensi keorganisasian dan aktivitas jurnalistik. Jika medianya dibredel, maka
institusi lembaga tetap berdiri. Sebaliknya jika murni hanya sebuah lembaga penerbitan, ketika
media dibredel, besar kemungkinan lembaganya juga tutup buku.

Pada model I, organisasi penerbitan langsung dipimpin Pimpinan Redaksi (Pimred). Pimred
bertugas mengarahkan redaksi dalam merancang penerbitan media sekolah. Pimred bertanggung
jawab atas kinerja organisasi penerbitan dan isi dari media penerbitan. Sekretaris Redaksi
bertugas mencatat segala hal yang berhubungan dengan administrasi kesekretariatan mulai dari
surat menyurat hingga catatan rapat redaksi. Bendahara Redaksi bertugas mencatat laporan
keuangan redaksi baik pengeluaran dan pemasukan.

Sementara itu, Dewan Redaksi merupakan wadah yang berisi sejumlah orang penting dan punya
kewenangan penuh dalam mengarahkan dan memberi masukan pada kualitas isi media
jurnalistik. Sedangkan reporter adalah orang-orang yang ditugaskan mencari bahan berita di
lapangan.

Pada model II, diatas lembaga penerbitan, ada struktur organisasi lain yang membawahinya.
Model ini bukan model lembaga penerbitan yang murni tapi masih ada struktur lain yang
membawahi.

Strategi Manajerial dalam Organisasi


Dalam organisasi ada aturan main yang disusun berdasarkan filosofi dan kebutuhan serta tujuan.
Sebuah organisasi selayaknya memiliki Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART),
dan berbagai macam aturan teknis yang biasa disebut Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis).

AD dan ART jadi acuan utama setiap kegiatan termasuk visi dan misi didalamnya. Untuk hal
yang lebih teknis, diatur dalam Juklak dan Juknis, misal Juklak dan Juknis untuk
Kesekretariatan, Pengelolaan Keuangan/Dana, Penerbitan, hingga Penelitian dan Pengembangan
SDM (Rekrutmen dan Kaderisasi).
AD

ART

Juklak dan Juknis

AD/ART mencakup visi, misi, tujuan, sejarah kelembagaan, identitas lembaga, aturan
keanggotaan, hirarki wewenang pengurus, ruang lingkup rapat-rapat, dan sebagainya. Sementara
Juklak dan Juknis mengatur secara detil tentang cara dan perangkat realisasi kegiatannya.
AD/ART disusun atau direvisi setiap masa periode kepengurusan tertentu menyesuaikan kondisi
dan kebutuhan organisasi. Setiap rapat resmi penting dipatuhi untuk membahas segala macam
usulan hingga membuat keputusan. Rapat atau musyawarah besar mutlak digelar dalam masa
transisi pergantian kepemimpinan.

Tak kalah pentingnya adalah mentradisikan kelompok-kelompok diskusi formal maupun non
formal. Melalui aktivitas non formal inilah biasanya inspirasi lebih mudah muncul karena batin
kita bisa lepas, tidak terkungkung dalam suasana formal seperti rapat. Kegiatan refreshing
lainnya cukup jitu untuk mensiasati kelesuan dan kepenatan.

Anda mungkin juga menyukai