Anda di halaman 1dari 23

Ciri-ciri Jurnalisme

1. Skeptis: Sikap untuk selalu mempertanyakan


segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan
mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah
ditipu. (Tom Friedman, editor New York Time).
Lawan skeptis adalah sinis: orang sinis selalu
merasa bahwa dia sudah mempunyai jawaban
mengenai seseorang atau peristiwa yang
dihadapinya.
1. Skeptis

• Orang skeptis akan berkata: “Saya kira itu tidak benar,


saya akan mengeceknya.”
• Orang sinis akan berkata: “Saya yakin itu tidak benar.
Itu tidak mungkin. Saya akan menolaknya.”
Intinya: skeptis itu adalah sebuah keraguan, sedang sinis
adalah ketidakpercayaan.
1. Skeptis

• Oscar Wilde (sastrawan): sifat skeptis adalah awal dari


kepercayaan, sedangkan seorang yang sinis menganggap
dirinya mengetahui nilai dari segala sesuatu, tetapi
sesungguhnya ia samasekali tidak mengetahuinya.
• Vartan Gregorian (Brown University): sikap sinis adalah
kegagalan manusia yang paling korosif karena menyebar
kecurigaan dan ketidakpercayaan, mengecilkan arti harapan,
dan merendahkan nilai idealisme.
1. Skeptis

• HL Mencken (mantan editor Baltimore Evening Herald dan Baltimore


Sun): Orang sinis adalah orang yang ketika mencium keharuman
sekuntum bunga, justru melihat ke sekelilingnya mencari peti mati.

Sikap skeptis harus dimiliki oleh sebuah media dan seluruh wartawannya.
Hanya dengan bersikap seperti inilah media dapat “hidup”. Namun
kenyataannya banyak media yang tak mampu bersikap skeptis. Banyak
media hanya menjadi pemandu sorak yang akut (cheerleader complex),
berhura-hura, mengikuti arus yang ada, hanya puas dengan permukaan
suatu berita, enggan menghingatkan kekurangan yang ada dalam
masyarakat.
1. Skeptis

Joseph Pulitzer: surat kabar tidak akan pernah menjadi besar


dengan hanya sekadar mencetak selebaran yang disiarkan
oleh pengusaha maupun tokoh politik dan meringkas tentang
apa yang terjadi setiap hari.
Wartawan harus terjun ke lapangan, berjuang, dan menggali
hal-hal yang eksklusif. Ketidaktahuan membuka kesempatan
korup, sedangkan pengungkapan mendorong perubahan.
Masyarakat yang mendapat informasi yang lengkap akan
menuntut perbaikan dan reformasi.
2. Bertindak

2. Bertindak. Bertindak (action) adalah corak kerja seorang


wartawan. Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu
muncul, tetapi ia harus mencari dan mengamati dengan
ketajaman nalurinya. Tempat yang baik bagi seorang
wartawan adalah di lapangan, bukan di belakang meja. Ia
harus terjun langsung ke tempat kejadian sebagai pengamat
pertama. Pengamatan di lapangan, itulah yang penting, itulah
yang dimaksud tindakan.
2. Bertindak

Betrand Russell (filsuf Inggris): Lakukanlah pengamatan


sendiri. Aristoteles akan bisa menghindari kekeliruan
tentang perkiraannya bahwa wanita mempunyai gigi
lebih sedikit dari pria kalau saja ia mau meminta istrinya
untuk membuka mulutnya dan menghitungnya sendiri.
Menganggap kita tahu, padahal tidak, adalah kesalahan
fatal yang cenderung kita lakukan.
3. Berubah

3. Berubah. Jurnalisme itu mendorong perubahan.


Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme.
Debra Gersh Hernandez: Satu-satunya yang pasti dan
tidak berubah yang dihadapi industri pers/surat kabar
masa depan adalah justru ketidakpastian dan perubahan.
Surat kabar akan selalu mendapat dampak dari
perubahan yang terjadi di masyarakat dan dalam
teknologi.
3. Berubah

Theodore Jay Gordon: Ada 4 daya atau kekuatan yang


mengubah nunia jurnalistik pasca-industrialisasi: 1.
Munculnya abad komputer dan dominasi elektronik. 2.
Globalisasi komunikasi yang membuat geografi menjadi
kurang kurang penting. 3. Perubahan demografi,
terutama pertambahan jumlah orang-orang yang
berumur di atas 40 tahun. 4. Perkembangan teknologi
informasi yang begitu cepat.
3. Berubah

Tom Rosentiel (pakar media): Kehadiran teknologi baru


harus dianggap bukan sebagai ancaman bagi surat kabar
tetapi justru merupakan sebuah peluang. Pesatnya
kemajuan teknologi mengakibatkan berbagai macam
informasi deras mengalir masuk yang memungkinkan
garis-garis antara berita, hiburan, iklan, propaganda dan
lain-lain menjadi kabur. Yang terjadi, siapa itu wartawan
dan apa itu berita menjadi sulit didefinisikan.
3. Berubah

Media dituntut punya peran baru. Jika sebelumnya


hanya menjadi penyalur informasi, kini ia harus bisa
menjadi fasilitator, penyaring, dan pemberi makna dari
informasi. Media harus membawa audien
(pendengar/pembaca/pemirsa) masuk dalam dunia
makna yang lebih luas, tidak terbatas pada tempat dan
waktu kejadian sebuah peristiwa.
3. Berubah

Tugas media menjadi lebih berat karena berita berubah


sangat cepat. Cara pengumpulan berita berubah. Perubahan
teknologi yang cepat membuat pasar media menurun dan
menyempit, padahal tekanan untuk menjalankan operasi
media secara efisien justru semakin kuat. Yang terjadi,
banyak media yang putus asa dalam membaca pasarnya yang
membuatnya bergerak pada berita sensasi, hiburan, dan
opini. Akibatnya, etika pers dilanggar, merosotnya audien,
juga kepercayaan masyarakat.
3. Berubah

Upaya apa yang harus dilakukan media supaya bertahan dan


berkembang pada kondisi seperti ini? Mereka harus
melakukan riset sendiri, memiliki standar internal yang
berbeda dengan yang lain (style atau identitas sendiri), dan
mempunyai penilaian sendiri mengenai apa yang benar dan
apa yang relevan. Media dituntut lebih hati-hati, akurasinya
terpercaya tapi tetap memiliki kecepatan yang tak basi, lebih
mendalam menggali berita, dan memiliki interpretasi (bukan
opini) terhadap kejadian yang bermutu tinggi.
4. Seni dan Profesi

Jurnalisme itu bukan mesin. Jurnalisme adalah seni dan profesi dengan
tanggung jawab profesional, yang mensyaratkan wartawan melihat
dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-
aspek yang unik, memiliki satu fokus, menunjuk ke arah yang wajar.
Dave Barry, seorang kolumnis, pernah merasa dirinya seorang penulis
yang baik yang mengira itu sudah cukup untuk menjadikannya wartawan.
Ternyata itu keliru. Jurnalisme bukan hanya tentang menulis. Dalam
jurnalis, kita harus belajar tentang “apa sesungguhnya mencari itu dan
apa sebenarnya bertanya mengenai hal-hal pelik dengan gigih.”
Jurnalisme juga sangat perlu kecerdasan.
5. Peran/Fungsi Pers

Menurut Bernard C Cohen dalam buku Advanced


Newsgathering karya Bryce T McIntyre, pers punya peran
yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Antara lain:
a. Sebagai Pelapor (informer). Di sini pers bertindah
sebagai mata dan telinga masyarakat/publik, melaporkan
peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan masyarakat
dengan netral dan tanpa prasangka.
5. Peran/Fungsi Pers

b. Sebagai Wakil Publik (representative of the public).


Pers berperan menyuarakan suara masyarakat tentang apa-
apa yang terjadi dalam masyarakat, termasuk reaksi
masyarakat tentang sebuah kebijakan pemerintah/negara,
keinginan-keingan masyarakat, dan sebagainya.
5. Peran/Fungsi Pers

c. Sebagai Interpreter. Pers harus mampu


memberikan penafsiran atau arti pada suatu peristiwa.
Selain melaporkan peristiwa, pers menambah bahan
dalam usaha menjelaskan artinya, baik berupa analisis
berita atau komentar berita. Biasanya pers
menuliskannya dalam tajuk rencana, opini, atau esai-esai
yang memungkinkan masyarakat memahami lebih
mendalam tentang sebuah kejadian.
5. Peran/Fungsi Pers

d. Sebagai Kontrol atau Peran Jaga (watchdog). Pers


harus masuk di balik panggung kejadian untuk menyelidiki
dan memahami pekerjaan pemerintah atau korporat yang
berhubungan langsung dengan masyarakat. Pers harus
memberitakan apa yang sudah berjalan dengan semestinya,
atau tidak berjalan dengan baik, terjadinya manipulasi,
korupsi, dan yang lainnya yang efeknya bisa negatif bagi
masyarakat. Sebagai “anjing penjaga” bagi masyarakat, pers
harus lebih aktif melakukan kontrol sosial dibanding
kelompok masyarakat lainnya dengan prioritas kepentingan
masyarakat umum terjamin oleh negara maupun korporat.
5. Peran/Fungsi Pers

e. Mendidik (education). Peran ini harus diambil oleh pers untuk


membantu masyarakat memahami hal-hal yang tak dipahaminya.
Mungkin peran ini sudah diambil oleh lembaga atau kelompok masyarakat
lainnya, tetapi pers harus ikut memacu berkembangnya pendidikan dan
tingkat pemahaman warganya. Pers harus memberitakan hal-hal yang
diperlukan, termasuk menulis tentang ensiklopedia berbagai bidang,
menanamkan nilai-nilai kebaikan, membantu pehaman tentang
prularisme baik dalam bidang agama maupun kebudayaan dalam arti luas,
menulis tentang pentingnya memahami sejarah bangsanya termasuk
proses regenerasi yang terjadi agar generasi di masa lalu, masa kini, dan
masa datang tetap terhubung .
5. Peran/Fungsi Pers
f. Peran Advokasi. Dalam peran ini, pers harus menjadi pengawal hak-
hak warga negara, terutama hak pribadi dan kalangan minoritas. Pers
harus mampu membantu menjaga agar kalangan mayoritas, tidak
menguasai atau menekan kalangan minoritas dengan alasan dan dalil
apapun, meski tujuannya adalah kebaikan. Misalnya, massa yang
melakukan demonstrasi harus tetap dikritik ketika mereka melakukan
perusakan terhadap fasilitas publik atau fasilitas pribadi. Penekanan
agama mayoritas terhadap yang minoritas, penekanan budaya/etnis
mayoritas terhadap minoritas, penekanan pemilik modal terhadap kaum
miskin, dan sebagainya, harus menjadi perhatian pers. Jika tak bisa
menuliskannya dalam bentuk berita, media bisa menulisnya dalam tajuk
atau artikel lainnya.
5. Peran/Fungsi Pers

g. Peran Ekonomi. Pers dalam hal ini diharapkan memiliki


peran ekonomi yang dignifikan dalam membantu menaikkan
taraf hidup masyarakat melalui pemberitaan. Ini dilakukan,
misalnya, dengan mengingatkan permerintah agar meratakan
pembangunan dengan membangun jembatan bagi
masyarakat di pedalaman agar mereka bisa melakukan
proses ekonomi dengan baik. Atau mengingatkan
korporat/perusahaan tentang pentingnya CSR bagi
masyarakat sekitar. Pers juga memberikan ruang untuk iklan
(ini justru menjadi sumber pendapatan terbesar dalam pers
industri) untuk “mempertemukan” penjual dan pembeli.
5. Peran/Fungsi Pers

h. Sebagai Hiburan. Media memberitakan hal-hal


yang menghibur bagi masyarakat, misalnya tentang film,
musik, drama, humor-humor, kisah-kisah dalam bidang
olahraga dan sebagainya. Tujuannya adalah membantu
masyarakat yang jenuh dengan hal-hal serius untuk
sejenak istirahat dan menikmati hiburan.
5. Peran/Fungsi Pers

i. Peran Swadaya. Peran ini lebih ke dalam, yakni dalam


lembaga/institusi media itu sendiri. Media harus tumbuh secara
ekonomi dan bisa menghidupi diri sendiri lewat pengelolaan
perusahaan yang sehat. Ini harus dilakukan karena jika sebuah
media mengalami masalah dalam bidang keuangan, maka dia akan
rentan terhadap tekanan-tekanan dari kepentingan atau
menempatkan dirinya berada di bawah kehendak siapa pun yang
mampu membayarnya sebagai imbalan atau balas jasa. Jika itu
terjadi, maka media tersebut sudah kehilangan “jiwa”-nya, karena
sudah kehilangan kebebasan dirinya sebagai media “milik” publik.

Anda mungkin juga menyukai