Anda di halaman 1dari 44

JURNALISME BARU

KARATERISTIK PERS

1) Periodesitas
2) Publisitas
3) Aktualitas
4) Universalitas
5) Objektivitas
TIPOLOGI PERS

1)Pers Berkualitas (quality


newspaper)
2)Pers Populer (popular
newspaper)
3)Pers Kuning (yellow
newspaper)
JURNALISME PRESISI
• Diperkenalkan oleh Philip Meyer pada 1969-
1970.
• Jurnalisme presisi adalah aplikasi penelitian
ilmu sosial dalam jurnalistik.
• Jurnalisme presisi adalah kegiatan jurnalistik
yang menekankan ketepatan (presisi) dengan
menggunakan pendekatan ilmu sosial dalam
proses kerjanya.
• Proses kerja jurnalisme presisi selalu
berdasarkan pada riset, survei dan polling.
• Jurnalisme presisi bekerja hampir sama
dengan ilmuwan.
• Jurnalisme presisi banyak mendapat kritik,
karena: seharusnya wartawan menunggu fakta
terjadi, bukan membuat fakta (survei) untuk
diberitakan.
Hitung Cepat
JURNALISME DAMAI
• Jurnalisme damai hadir sebagai jawaban atas
jurnalisme perang.
• Jurnalisme damai diperkenalkan oleh Johan
Galtung, Direktur Transcent Peace and
Development Network pada 1970.
• Galtung merasa “miris” melihat pemberitaan
pers yang mendasarkan kerja jurnalistiknya
secara hitam putih: kalah-menang.
• Jurnalisme perang lebih tertarik pada konflik,
kekerasan, korban yang tewas, dan kerusakan
material.
• Jurnalisme perang enggan menggali asal-usul
konflik, mencari alternatif-alternatif
penyelesaian, berempati pada akibat-akibat
kemanusiaan yang ditimbulkannya.
• Jurnalisme perang Jurnalisme damai
• Pola Jurnalisme Perang juga banyak dianut
infotaiment, yang lebih suka mendasarkan
kerjanya pada konflik rumah tangga selebritis.
• Galtung yang kemudian diikuti Annabel
McGoldricik dan Jake Lynch yang mendorong
pers mengubah teori klasik jurnalisme perang
menjadi jurnalisme damai.
• Pers harus mengambil peran memprovokasi
pihak-pihak bertikai menemukan jalan keluar.
• Pers harus melakukan pendekatan menang-
menang dan memperbanyak alternatif
penyelesaian konflik.
Bentrok Warga
• Jurnalisme damai dalam upaya menyampaikan fokus
beritanya lebih pada efek kekerasan yang tidak
tampak (invisible effect of violence), seperti
kerusakan sosial, kerusakan budaya moral, hancurnya
masa depan, maupun trauma pihak yang menjadi
korban, bukan produk fisik dari konflik dan kekerasan
semata, seperti potongan mayat, rumah ibadah yang
hangus, wanita dan anak terlantar.
• Jurnalisme damai bertujuan untuk menarik empati
audience, bahwa konflik yang disertai kekerasan hanya
mendatangkan kerugian.
• Di samping itu aspek keseimbangan pemberitaan
(cover both side) tidak hanya pada sisi materinya saja,
akan tetapi juga sumber berita.
• Suara korban seperti orang tua, wanita dan anak-anak
harus mendapat tempat lebih banyak dalam
pemberitaan dibanding porsi para elit yang bertikai.
Korban Kerusuhan
Konsep dalam Jurnalisme Damai
• Hindari penggambaran konflik hanya terdiri
dari dua pihak yang bertikai atas satu isu
tertentu.
• Hindari penerimaan perbedaan tajam antara
“aku” dan “yang lain”.
• Hindari memperlakukan konflik seolah-olah
hanya terjadi pada saat dan tempat kekerasan
terjadi.
• Hindari pemberian penghargaan kepada
tindakan ataupun kebijakan dengan
menggunakan kekerasan hanya karena
dampak yang terlihat.
• Hindari pengidentifikasian suatu kelompok
hanya dengan mengulang ucapan para
pemimpin mereka ataupun tuntutan yang
dikemukakan.
• Hindari pemusatan perhatian hanya pada pihak-
pihak yang bertikai, hanya mencari perbedaan
dari ucapan-ucapan kedua belah pihak tentang
apa yang mereka inginkan.
• Hindari pelaporan yang hanya menonjolkan
unsur kekerasan dan mendeskripsikan tentang
“horor”.
• Hindari menyalahkan salah satu pihak karena
dianggap memulai perselisihan.
• Hindari laporan yang hanya berfokus pada
penderitaan. Ketakutan, dan keluhan hanya
dari satu sisi.
• Hindari penggunaan bahasa-bahasa yang
menonjolkan sosok korban seperti kata
“miskin”, “hancur”, “tak berdaya”, “memelas”,
“tragedi”, yang semuanya hanya menunjukkan
hal apa yang telah dan mungkin dilakukan
untuk kelompok ini.
• Hindari penggunaan kata-kata emosional yang
tidak tepat. Contoh: Genosida, pembersihan,
tragedi, asasination, pembataian, sistematis.
• Hindari penggunaan kata sifat seperti “brutal”,
“kejam” dan “barbar”.
• Hindari penggunaan label antara lain; “teroris”,
“ekstrimis”, “kelompok fanatik”,
“fundamentalis”.
• Hindari pembentukan opini atau klaim yang
seolah-olah sudah pasti.
• Hindari pujian atas perjanjian damai yang
dilakukan oleh para pemimpin politik, yang
hanya membawa kemenangan kepada militer
atau gencatan senjata. Seolah-olah terjadi
perdamaian.
Jurnalisme Pluralisme
• Jurnalismen pluralisme atau jurnalisme keberagaman
dapat didefinisi sebagai jurnalisme yang memiliki
komitmen pada perbedaan dan keragaman.
• Karakteristik jurnalisme keberagaman adalah:
1.berpihak pada keragaman dan perbedaan,
2.berpihak pada korban,
3.berpihak pada minoritas,
4.sensitif gender,
5.menjunjung HAM,
6.berperspektif jurnalisme damai.
• Jurnalisme keberagaman mengedepankan
inklusivisme, pluralisme dan
multikulturalisme.
• Jurnalisme keberagaman menolak diskriminasi
etnis, ras dan agama serta melawan
radikalisme, intoleransi dan eksklusivisme.
Tarik Menarik Kepentingan

NEGARA

MASYARAKAT PASAR
Kondisi Sosial Politik

Negara Gagal

Politisasi Agama

Menguatnya Identitas Kelompok

Menguatnya Intoleransi

Menguatnya Radikalisme
Menguatnya identitas kelompok Menguatnya intoleransi
Tantangan Jurnalisme Keberagaman

①Tantangan pasar.
②Tantangan Dominasi Kelompok Mayoritas.
③Akses ke sumber informasi.
④Pemahaman jurnalis terhadap keberagaman.
JURNALISME SASTRAWI
• Jurnalisme sastrawi adalah bentuk reportase yang
dikerjakan dengan mendalam, penulisan dilakukan dengan
gaya sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca.
• Jurnalisme sastrawi diperkenalkan oleh Tom Wolve dan E.W.
Johson, wartawan mantan novelis di Amerika Serikat pada
1973. Nama yang diperkenalkan adalah Jurnalisme Baru.
• Model penulisan jurnalisme baru lebih dalam daripada in-
depth reporting. Tidak saja melaporkan seseorang
melakukan apa. Tapi masuk ke dalam psikologi yang
bersangkutan dan menerangkan mengapa ia melakukan hal
itu.
• Jurnalisme sastrawi dalam bertutur ia menggunakan
adegan demi adegan (scene by scene construction),
reportase yang menyeluruh (immersion reporting),
menggunakan sudut pandang orang ketiga (third
person point of view), serta penuh dengan detil.
• Dalam laporannya terdapat karakter, drama, babak,
adegan, dan konflik.
• Jurnalisme sastrawi dikenal juga dengan nama
“narrative reporting”, “passionate journalism”,
“explorative journalism”
Verifikasi

Fakta Objektivitas

Narasi
Jurnalisme Warga/Publik

• Citizen Journalism
• Civic Journalism
• Citizen Journalism: Keterlibatan warga dalam
memberitakan sesuatu. Seseorang tanpa
memandang latar belakang pendidikan,
keahlian dapat merencanakan, menggali,
mencari, mengolah, melaporkan informasi
(tulisan, gambar, foto, tuturan, video) kepada
orang lain. (Karsten, 2004 dalam Nuruddin 2009)
• Civic Journalism: mengangkat derajat warga
menjadi pemegang peran potensial dalam masalah
publik dan bukan sebagai korban, menggerakkan
orang-orang sebagai warga suatu negara agar
dapat meningkatkan diskusi publik, membantu
komunitas menyelesaikan masalah, dan
membantu negara dalam mencari orang-orang
yang produktif sehingga kegiatan politik dan
kemasyarakatan dapat berjalan dengan baik.
(Karsten, 2004 dalam Nuruddin 2009)
CITIZEN JOURNALISM CIVIC JOURNALISM
Penulis Semua orang Wartawan Profesional
Media Internet (blog) Media Utama (koran, majalah,
TV, Radio)
Tujuan Memberikan informasi kepada Memberi penyadaran kepada
orang lain masyarakat terhadap suatu
persoalan yang dihadapi
Aturan Bebas Tunduk pada media dimana
dia bekerja
Isi Bermacam-macam Tergantung media
(pemberdayaan masyarakat)
Posisi Individu Subjek dan Objek Objek
Motivasi menulis Independen Penugasan
Bentuk-bentuk Citizen Journalism
• Partisipasi audiens.
• Berita Independen dan informasi yang ditulis
dalam website.
• Partisipasi di berita situs.
• Tulisan ringan seperti dalam milis dan e-mail
. (D.
Lasica,On Line Journalism Review, 2003)
Kelebihan Citizen Journalism
• Mendorong terciptanya iklim demokratisasi.
• Memupuk budaya tulis dan membaca
masyarakat.
• Mematangkan terciptanya public sphere
(ruang publik) dimasyarakat.
• Manifestasi fungsi kontrol sosial
(wacth dog) media.
Persoalan Citizen Journalism
• Masalah profesionalisme.
• Kesenjangan kemampuan, perlu pelatihan.
• Kesenjangan sistem.
• Penggunaan anonimitas.
• Kesenjangan kualitas isi.
• Kesenjangan hukum.
PUSTAKA
• JURNALISME BARU. Nuruddin.
• JURNALISME KEBERAGAMAN, SEBUAH
PANDUAN PELIPUTAN. Hivos dan Sejuk Press.
• JURNALISME SASTRAWI, ANTOLOGI LIPUTAN
MENDALAM DAN MEMIKAT. Andreas Harsono.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai