Anda di halaman 1dari 48

+

MERENCANAKAN &
MELIPUT BERITA
6
Dari Belakang Meja
ke lapangan
+
Rapat Perencanaan :
Menyusun Strategi Perang

 Liputan yang baik tidak bisa terlaksana, tidak akan


menghasilkan berita yg baik, tanpa perencanaan yang baik
pula.

 Kerja ini meliputi kegiatan memilih bahan liputan, angle, dan


narasumber hingga memilih reporter.

 Perencanaan liputan dilakukan dalam rapat.

 “Rapat perencanaan” dihadiri reporter, redaktur, redpel,


pemred, bagian iklan dan promosi, hingga bagian distribusi.
+

 Dlm rapat itu, masing-masing redaktur bidang, akan akan


mengajukan rencana liputan di bidangnya.

 Pembahasannya, layak tidaknya suatu berita.

 Perdebatannya bisa seru dan bertele-tele.

 Rapat semacam ini paling lama dua jam


+

 Khusus untuk berita utama, sering kali pertimbangan


penting, juga dimintakan dari bagian promosi.

 Seringkali suara bagian promosi mengalahkan suara para


redaktur.

 Seorang redaktur akan diserahi sebagai PO (project officer)


berita utama.

 Untuk mengecek perkembangan liputan, ada lagi rapat


checking.
+
Penugasan:
Antara Keketatan & Improvisasi

 Penugasan dibuat redaktur untuk membantu reporter, juga


fotografer.

 Penugasan dirumuskan sejumlah unsur penting dalam


liputan.

 Mulai dari deskripsi latar belakang, segi berita, sumber yg


harus diwawancarai, hingga foto yang diinginkan redaktur.
+

 Rapat perencanaan harian, berbeda dg rapat perencanaan


mingguan.

 SKM, penugasan menjadi keharusan.

 Penugasan ikut menentukan bagus tidaknya pencarian


bahan berita.

 Berita mingguan merupakan follow up dari berita harian.

 Jika ada penugasan tak jelas, ditanyakan langsung ke


redaktur.
+
Struktur Penugasan

 Spesifikasi
 Bagian ini menyediakan informasi buat reporter mulai dari:
Rubrik, Masalah, Tanggal Penugasan, Deadline.

 Latar belakang
 Bagian ini memaparkan masalah, biasanya ditulis 2 – 4 alinea.

 Angle
 Mempertajam sudut pengambilan berita
 Tuntutannya: eksklusif.
+

 Narasumber
 Terdiri atas narasumber dan pertanyaan.
 Pemilihan narsum haruslah memperhatikan aspek cover both
sides.

 Foto/Ilustrasi
 Biasanya kebutuhan foto dijelaskan dengan rinci, seperti
narasumber yang harus dipotret lengkap dengan fosenya.

 TOR atau Outline


+
Inisiatif Tunggal:
Kejelian di Lapangan

 Aneka Ragam Liputan.

 Meliput Kecelakaan dan Kebakaran.


+
Detail-Detail yang Perlu
Ditekankan
 Human interest.

 Khusus.

 Keunikan.

 Unsur penyebab.

 Sumber-sumber utama
 Polisi
 Pelayanan ambulance
 Rumah sakit
 Petugas Pemadam Kebakaran
 Saksi mata/korban yg selamat.
 Para pemilik yang dirugikan
+
Meliput Demonstrasi

 Demonstrasi menyita banyak perhatian.

 Demonstrasi mempunyai banyak tujuan.

 Hampir setiap demonstran terjadi kekerasan.


 Peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti
 Penembakan mahasiswa Atmajaya
 Tragedi Semanggi I (13 Nov 1998)
 Tragedi Semanggi II (23-24 Sept 1999)
+
Petunjuk Liputan
Demonstran
 Catat banyaknya yg terlibat / Catat organisasinya / jangan
terlampau percaya info dari pendemo

 Catat pula tuntutan mereka / pihak yang dituntut / terkadang


salah alamat

 Jika dilakukan pawai, jangan lupa catat rute / perhatikan reaksi


org di jalan

 Teriakan dan slogan

 Tokoh-tokoh yang ikut

 Tanggapan hadirin seperti aplaus.

 Selalu waspada krn setiap saat bisa bentrok


+

 Di luar demonstrasi, ada juga pertemuan umum yg


melibatkan banyak orang.

 Seperti Istighosah, doa bersama, kebulatan tekad, renungan


bersama dll.
+
Berita Human Interest

 Human interest mendominasi setiap bidang atau rubrik


dalam pers.

 Lebih-lebih dalam pers segmen khusus, majalah atau tabloid


wanita dan hiburan.

 Meski demikian, gambaran elitis tetap melekat dlm berita


human interest.

 Selebihnya, berkembang pula unsur-unsur demokratis yg


signifikan, drama, harapan, ketakutan, dan tragedi orang-
orang “biasa”.
+
Seks dalam Berita
Human Interest

 Seks pasti laku dijual, dan para pengelola media di mana


pun tahu itu.

 Dan pembaca ada yg senang secara terang-terangan, atau


malu mengakui.

 Tengoklah cerita di bawah ini: perselingkuhan di luar nikah,


pelacur, rahasia di tempat tidur, skandal dll.

 Tapi di Indonesia, berita seks msh dilihat sbg selera libidinal


pembaca.

 Media ini menjamur saat kran penerbitan dibuka.


+
Meliput Politik:
Nasional dan Daerah
 Berita politik merupakan salah satu komoditas yg nilai jual
tinggi.

 Dalam MBM, politik merupakan rubrik tetap, bahkan menjadi


laput.

 Dalam sejarah, pembredelan pers di Indonesia, terkait


masalah politik.

 Contoh: Tempo, Editor, Detik, pada 1994.


+

 Di era reformasi, kondisi ini sedikit berbeda. Media latah dg


dihapusnya SIUPP.

 Masing-masing media beradu vokal dan adu nyali


menyebarkan berita politik.

 Isu politik menarik sebab bukan hanya pembaca butuh


pendidikan politik, tapi ada yg berubah dg permainan
kekuasaan di Indonesia.
+

 Kondisi ini tidak serta-merta membuat berita politik tidak


diacuhkan.

 Hanya ada paradoks (K. Newton, “Mass Media” dalam


H. Drucker et.al.,Development in British Politics,
London: Macmillan, 1986).
 Media massa menyampaikan informasi lebih cepat tapi
sedikit sekali nilai pengetahuan yg ada dlm tabloid umum.

 Kebanyakan berita hanya meliput kisah pribadi dan


sensasional.
+

 Akibatnya, mayoritas pembaca hanya mendapatkan


informasi kontemporer yang terbatas.

 Perbedaan tingkat kemampuan membaca antara masyarakat


awam dan masyarakat yg memiliki pengetahuan politik (C.
Seymour-Ure, The Political Impact of the Mass
Media, Constable: London, 1974).
+
Wilayah Liputan

 Wilayah liputan politik terbilang amat luas.

 Partai Politik

 Pemilihan Umum

 Parlemen

 Kantor Kementerian

 Istana Presiden
+
Politik Daerah

 Politik daerah, wilayah geraknya lebih sempit dibandingkan


politik nasional.

 Lembaga politiknya terbatas.

 Elite-elite politiknya bisa dihitung jari.

 Namun, soal politiknya bisa berskala nasional.

 Lihat kasus Aceh, Ambon, dan Posso, awalnya konflik lokal,


berubah menjadi nasional, dan butuh perhatian PBB dan
negara donor lainnya.
+

 Kantor Kepala Daerah


 Gubernur, bupati & walikota, dg kebijakan.
 Peran Humas.

 Kantor DPRD
 Lembaga ini merupakan pengimbang kekuasaan eksekutif lokal.
 Proses sidang penetapan anggaran.

 Kantor Militer
 Penguasa militer lokal, merupakan figur terpandang menjaga
stabilitas keamanan.
+

 Penerapan UU Otda, menambah pentingnya liputan politik lokal.

 Drs. C.S.T. kansil, SH., Sistim Pemerintahan Indonesia,


Jakarta, Bumi Aksara, cetakan kedelapan, 1995.
 Dalam buku Menjadi Wartawan Lokal (Hanif Suranto & Dicky Lopulalan,
Jakarta, LSPP 2000 – bbrp tips liputan politik lokal.
 Kecerdikan memandang dimensi peristiwa;
 Pahami sistim pemerintahan daerah;
 Kenali hubungan kerja antarlembaga;
 Cari oposan kritis di luar sistem pemerintahan;
 Buka jaringan informasi ke semua pihak;
 Telusuri sampai di bawah
+
Meliput Pertemuan

 Berapa pertemuan seperti DPR, DPRD dan komisinya,


dilaksanakan secara rutin.

 Selalu siap sedia


 Perlu siapkan kliping.
 Kuasai latar belakang pembicara.

 Setelah pertemuan
 Banyak pertemuan tidak dihadiri reporter.
 Dikembangkan setelah dimuat koran harian.
 “Jurnalisme telepon” dan “jumpa tape”.
+

 Strategi Menghadiri Pertemuan


 Strategi peliputan tergantung panjang dan kualitas berita dari
peristiwa tersebut.
 Jangan pernah merasa berkewajiban untuk meliput semua
pembicara.
 Jangan juga merasa wajib meliput para pembicara secara
kronologis.
 Jangan merasa berkewajiban menerbitkan prioritas-prioritas
pihak pembicara.
+

 Strategi Menghadiri Pertemuan


 Nilai berita bisa saja muncul dari peserta dan bukan pembicara.
 Yang paling sulit diliput, ketika pertemuan diisi dengan pidato yg
sangat lucu.
 Tanggapan hadirin juga penting dicatat –aplaus, olok2
 “Membosankan” merupakan pandangan yg subjektif.
 Pertemuan membosankan dpt berguna bagi reporter.
 Kebanyakan pertemuan publik, mengandung diskusi informal.
+
Meliput Konferensi Pers

 Konferensi Pers sangat berguna bagi penyelenggara maupun


wartawan.

 Bagi penyelenggara, upaya mempengaruhi agenda berita.

 Bagi wartawan, memberikan landasan untuk pelaporan


berita.

 Pengundang bisa mengirim siaran pers.

 Dilaksanakan sebelum deadline.

 Penyelenggara sering menyediakan fotokopi pidato.


+

 Tiba di tempat konferensi, catat nama-nama yg hadir,


kedudukan & status mrk.

 Jangan terlambat.

 Jika lebih awal datang, lakukan wawancara kecil dg


penyelenggara.

 Jika tdk berminat siapkan buku bacaan.


+

 Masalah Pertanyaan
 Dalam banyak kesempatan, bagian terpenting konpers,
mengajukan pertanyaan.
 Bisa melakukan wwc eksklusif di sela-sela
 Jangan merasa malu ajukan pertanyaan untuk memperoleh
klarifikasi bagi masalah yang sulit.
 Lebih baik mendapatkan informasi yg benar daripada merusak
diri sendiri.
 Gagasan untuk berita berikutnya bisa muncul dalam pertemuan
informal.
 Lingkungan yang berbeda, akanmenuntut strategi dalam
penggunaan buku catatan.
 Lakukan wawancara rilkes, setelah itu dicatat.
+

 Manajemen Panggung & Manipulasi


 Setiap konferensi pers, harus diperlakukan dengan hati-hati.
 Para ahli sosiologi menyebutnya sbg pola peristiwa pemberitaan
semu : (Daniel Boorstin, The Image – or What happened to
the American Dream, New York, Harper & Row, 1962).
 Konferensi Pers bukanlah peristiwa “nyata”
seperti kecelakaam mobil dll.
 Konferensi pers direncanakan dengan tujuan
mendptkan publisitas, agar memperoleh liputan
media.
+

 Untuk tujuan tersebut, berbagai cara dilakukan; makan dan


minum.

 Wartawan akan dijadikan alat. Padahal konferensi pers, suatu


kegiatan yang ditata untuk pemberitaan,

 Konferensi pers merupakan kegiatan yg diatur, sebaiknya


bertanya pada diri sendiri.

 Apa yang ingin mereka katakan.

 Apa yang ingin mereka hindarkan.


+

 Pengalaman koresponden perang Wilfred Burchett


 Ben Kierman, Burchett: Reporting the Other Side
of the World, London: Quartet, 1986).
 Pada akhir PD II setelah Hiroshima & Nagasaki
dibom.
 Sekitar 600 wartawan diundang meliput
menyerahnya Jepang di kapal perang Missouri.
 Hanya Burchett yang ke Hiroshima.
 Dari sana dia menulis berita yang terkenal “The
atomic plague: I write this as a warning to the
world”.
+
Meliput Laporan

 Laporan menjadi sumber penting bagi penulisan berita dan


feature.

 Juga dpt diterbitkan dalam bentuk buku, siaran pers, dlm


artikel jurnal khusus.

 Laporan lembaga seperti Econit, CSIS, LIPI, peneliti di


kampus.

 Pandangan yang menonjol dpt dijadikan kalimat langsung.

 Pandangan detail lainnya yang penting, dapat diringkas dlm


kalimat tidak langsung.
+
Meliput Pidato

 Pidatodpt menjadi peristiwa sempurna bg liputan


berita karena memiliki awal, pertengahan dan
penutup.

 Kebanyakan pidato yg diberitakan, tdk dihadiri


wartawan.

 Wartawan yg hadir, biasanya akan memasukkan


bbrp laporan “saksi mata” untuk menunjukkan
kehadiran wartawan

 Tanggapan khalayak / suasana hati pembicara.

 Seperti halnya berita konvensional, penting


+
Liputan “Saksi Mata”

 Wartawan adalah pengamat sejarah.

 Runtuhnya Tembok Berlin dan jajak pendapat Timor Timur.

 Lebih biasa lagi, wartawan Angkringan di Sewon, Bantul,


Yogyakarta, meliput pertandingan sepak bola antar
kampung

 Dimensi “saksi mata” dikenal sebagai observasi langsung.

 Saat reporter hadir, unsur “saksi mata” dapat digunakan


untuk menghasilkan efek dramatis yg memberikan unsur
kekinian.
+

 Laporan dramatis, sangat membutuhkan laporan “saksi mata”.

 Laporan pertandingan sepakbola, sidang pengadilan, pidato,


profil, perjalanan, kebakaran dll.

 Intinya, laporan “saksi mata” membantu reporter melukiskan


aspek dramatis.

 Daripada melukiskan reaksi masyarakat atas ditemukannya


mayat terpotong tujuh, lebih baik mengutip komentar langsung
& ekspresi orang-orang di sekeliling mayat.
+
Meliput Pengadilan

 Pengadilan mempunyai nilai berita atau news value – Rosihan


Anwar, Harian Pedoman edisi 20 Februari 1971.

 Pengadilan, sumber cerita ttg kejahatan yang menarik


perhatian banyak orang.

 Menarik krn sering terselip prilaku yang tidak wajar.

 Seperti kasus korupsi, pembunuhan, pembalakan liar dll.


+

 Apa yang Harus Disiapkan


 Meliput pengadilan tidak ada bedanga dg meliput di tempat lain.
 Dasar-dasar peliputan harus dikuasai seperti akurasi nama,
penulisan pasal KUHP dan KUHAP, penulisan hari dan tanggal.
 Bekali diri dengan pengetahuan hukum pidana dan perdata
 Lengkapi diri dg peralatan peliputan seperti notebook, perekam,
dan alat tulis lainnya.
 Buku tlp dan alamat yg lengkap.
+

 Mencari Kasus
 Ada dua cara yg bisa dilakukan meliput di pengadilan.
 Pertama: membuat rencana liputan.
 Kedua: lagsung datang ke pengadilan.
 Juga bisa menghubungi humas pengadilan.
+

 Siapa yang harus dihubungi


 Kelompok pertama yg harus dikenal dengan baik, para hakim,
jaksa, dan pengacara.
 Hubungan yg baik menyebabkan tak ada jarak.
 Bersikap mengambil jarak diperlukan, agar pemberitaan tidak
memihak / kepentingan.
 Jika ini terjadi, dituding melakukan trial by the press.
 Hrs dilakukan krn banyak “mafia peradilan”
+

 Siapa yang harus dibubunhi


 Kelompok kedua yang harus diakrabi, polisi.
 Polisi bisa menjadi sumber utama, dalam kasus pidana.
 Wartawan bisa melihat BAP tapi blm cukup dalam kasus-kasus yg
masih kabur.
+

 Menghadiri Persidangan
 Liputan pengadilan hal tdk menyenangkan dan membosankan.
 Tapi bagi wartawan berpengalaman, bukan penghalang krn bisa
banyak bercerita.
 Bagian-bagian terpenting biasanya muncul pada awal dan akhir
persidangan.
 Tapi wartawan yg jeli, tdk hanya mengikuti awal dan akhir
persidangan.
 Sesuatu yg tak terduga bisa dtg dari pengunjung.
 Liputan persidangan, butuh ketelatenan dan kesabaran.
+

 Tips bagi wartawan pengadilan


 Buatlah catatan yg lengkap mengenai jalannya persidangan, khusus
menyangkut fakta-fakta kunci.
 Selama meliput persidangan, usahakan konsentrasi tetap dijaga.
 Catat segala sesuatu yg mungkin bisa dijadikan kutipan.
 Buat catatan jika ada komentar-komentar.
 Cek kembali setiap fakta yg muncul.
 Hindari penggunaan jargon-jargon hukum berasal dari istilah asing.
+

 Tips bagi wartawan pengadilan


 Segera susunlah kembali catatan setelah liputan di pengadilan.
 Buatlah berita secepatnya.
 Tetaplah monitor persidangan jika kasusnya belum selesai.
 Simpan catatan dan rekaman, krn suatu saat bisa dibutuhkan.
 Perhatikan keberimbangan berita.
+
Setelah Kasus Selesai

 Wawancara dg seseorg yg dibebaskan pengadilan.

 Atau dg keluarga korban yg tak puas dengan putusan hakim

 Beda halnya dg kasus yg masih berjalan krn akan


mempengaruhi opini publik dan bisa terjebak pada
contempt of court.
+
Susunan dan Kekuasaan Pengadilan di
Indonesia

 Sipil
 Umum
 Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung
 Khusus
 Pengadilan Agama, Adat, PTUN, Niaga
 Penyelesaian Sengketa Informasi

 Militer
 Pengadilan Militer, PM Tinggi, PM Agung
+
Daftar perundang-undangan berkaitan
dg liputan pengadilan
 KUH Pidana

 KUH Perdata

 KUHA Pidana

 KUHA Perdata

 UU RI No. 14 Tahun 1985 tentang MA

 UU RI No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum

 UU RI No. 5 Tahun 1986 Tentang PTUN

 UU RI No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

 UU RI No. 5 Tahun 1991 Tentang Kejaksaan

 UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan


+

 UU RI No. 3 Tahun 1997 Ttg Peradilan Anak

 UU RI No. 25 Tahun 1997 Ttg Ketenagakerjaan

 UU RI No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

 UU RI No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

 UU RI No. 28 Tahun 1997 Tentang Polri

 UU RI No. 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer

 UU RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

 UU RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

 UU RI No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM

 UU RI No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Anda mungkin juga menyukai