Anda di halaman 1dari 14

JURNALISTIK DAN KOMUNIKASI OLAHRAGA

MELIPUT ,BAHAN DAN TULISAN

Dosen Pengampu:
Dr Palmizal A, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:
Nama : Irvan Kurniawan
Nim : K1A218065
Kelas : Kepelatihan C

PROGRAM STUDI KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2O20
A. MELIPUT

Makna meliput di KBBI adalah: membuat berita atau laporan secara terperinci tentang
suatu masalah atau peristiwa. Meliput yang dimaksud mencari suatu informasi yang konkrit
dan terperinci . Seorang peliput yang dinamakan adalah wartawan , wartawan ini bertugas
sebagai pewancara dimana di antaranya ada narasumber dan pewanacara .

Di dalam jurnalisme ada aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, cardinal rules,
termasuk, no news worth your life, tak ada berita yang nilainya sama dengan harga nyawamu.
Sebuah peringatan bagi wartawan yang bekerja dengan penuh dedikasi sehingga
mengabaikan atau tidak tahu tentang hak-hak mereka. Termasuk di sini hak jurnalis dan
kewajiban etis perusahan untuk memberikan pelatihan keselamatan kerja serta menyediakan
semua peralatan yang dibutuhkan ketika wartawan meliput di lingkungan berbahaya.

Meliput sangat butuh persiapan , peliput harus membutuhkan persiapan yaitu kita
harus mengetahui apa yang ingin diliput dan mempersiapkan pertanyaan yang diberikan
kepada narasumber. Sebagai peliput harus mengetahui latar belakang masalah agar berita
yang akan di sebarkan tidak hoax dan berita harus konkrit dan jelas .
Teknik Meliput Berita

Sebelum meliput berita ke obyek sasaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebagai bekal. Berikut beberapa tips sederhana berdasarkan pengalaman pribadi selama
menjadi wartawan.

1. Peralatan liputan seperti notes, tape recorder, pulpen dan kamera mesti disiapkan.
Perkembangan sekarang peralatan ini sudah bisa digantikan dengan satu unit
smartphone seperti blackberry.

2. Memahami isu yang berkembang. Manajemen redaksi dalam media yang sudah
mapan biasanya menyiapkan agenda setting atau risalah perencanaan pemberitaan
mingguan. Persiapan ini perlu dilakukan agar wartawan tidak gagap saat di lapangan.

3. Menyiapkan materi wawancara. Persiapan yang dilakukan meliputi materi-materi


pertanyaan yang hendak ditanyakan ke narasumber.

4. Memahami narasumber. Narasumber yang diwawancarai adalah orang yang


mempunyai kompetensi dibidangnya. Mengetahui jabatan dan latar belakang
akademis sumber berita sangat diperlukan.

5. Sumber Berita. Sebuah berita sumbernya bermacam-macam seperti pengalaman


langsung wartawan, pers release, konferensi pers, informasi dari media social seperti
facebook dan twitter, status di blackberry messenger, obervasi dan wawancara.

6. Kartu identitas. Kartu pers bisa berasal dari perusahaan, dari asosiasi wartawan seperti
PWI, AJI dan IJTI atau bisa berasal dari dewan pers.

7. Perhatikan jarak. Kemacaten arus lalu lintas memberikan pelajaran bagi jurnalis untuk
mengelola waktu sebaik mungkin.

8. Pos liputan atau wilayah. Pembagian pos liputan seperti Hankam, pendidikan,
ekonomi atau life style mempermudah redaksi agar wartawan bisa fokus ke bidang
tertentu. Demikian pula penempatan wartawan di daerah-daerah tertentu membantu
wartawan fokus di daerah tersebut.

9. Keterikatan waktu. Penulisan berita peristiwa tidak bisa ditunda keesokkan harinya
karena akan basi kecuali kalau tulisan tersebut berbentuk karangan khas.

10. Menjaga kontak. Menjaga hubungan baik dan memelihara jejaring dengan
narasumber perlu dilakukan karena ada kalanya mereka hanya memberikan informasi
pada wartawan tertentu.

11. Daerah Konflik. Peliputan di daerah konflik memiliki kiat-kiat tersendiri terkait
dengan keselamatan wartawan.

wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara.

Teknik Reportase

Dalam literatur jurnalistik, cara meliput peristiwa, mengumpulkan bahan berita, atau teknik
reportase meliputi tiga hal:

1. Observasi.

Wartawan langsung datang ke lokasi kejadian, mengamati, dan mengumpulkan data/fata


kejadian tersebut.

2. Wawancara

Wartawan bertanya untuk menggali informasi atau keterangan kepada narasumber pengamat,
pelaku, saksi, korban, dan siapa pun yang memiliki informasi.
3. Riset data

Disebut juga Studi Literatur dan Riset Dokumentasi, yaitu teknik reportase dengan cara
membuka-buka arsip, buku, atau referensi terkait dengan berita yang akan ditulisnya
Wawancara Tanpa Persiapan, Apa yang Sebaiknya yg dilakukan?

- Tetap Menyiapkan Penampilan Profesional

Momen wawancara kerja tanpa persiapan bukan berarti boleh membuatmu tampil
sembarangan. Kamu harus tetap tampil sopan dan rapi dengan dress code yang dekat
dengan budaya perusahaan. Jangan lupa merapikan baju, membetulkan posisi hijab,
menggunakan parfum, dan menata rambut supaya rapi. Penampilan yang rapi akan
membuat kamu percaya diri sehingga rasa gugup pun akan berkurang.
- Mencari Informasi dalam Waktu Singkat
Sebenarnya kamu tak perlu menghafalkan semua informasi yang sudah didapat karena
hal tersebut malah bisa membuat kewalahan. Pahami saja poin-poin penting tentang
tersebut. Maka wawancara akan berlangsung mulus karena kamu tidak terlalu buta
informasi.
- Fokus pada kemampuan sendiri
- Menampilkan Gestur yang Percaya Diri
- Jangan Lupa Mengajukan Pertanyaan

Peliputan adalah proses pengumpulan data dan informasi di lapangan yang dilakukan
wartawan atau jurnalis. Proses ini bisa berupa pemantauan langsung dan pencatatan suatu
peristiwa yang terjadi atau juga wawancara dengan sejumlah narasumber. Dalam peliputan
umumnya jurnalis melakukan perekaman baik suara maupun gambar dengan alat bantu
seperti perekam suara (tape recorder) atau kamera untuk memotret. Untuk berita penyiaran
televisi, peliputan umumnya dilakukan dengan kamera video yang merekam jalannya
peristiwa Sebaiknya hasil wawancara dicatat dan sekaligus direkam dengan alat perekam.
Rekaman dimaksudkan untuk melengkapi hasil catatan serta untuk bukti apabila ternyata
narasumber membantah hasil wawancaranya setelah dimuat media massa

B. Bahan Berita
Bahan tulisan bisa dikumpulkan sendiri secara langsung. Baik dengan cara
pengamatan, penelitian maupun keterlibatan. Kedua, melalui sumber indivudual. Baik
sumber primer (pelaku langsung) maupun sekunder (bukan pelaku langsung). Ketiga, melalui
institusi (lembaga). Baik lembaga pemerintah, militer, keagamaan, BUMN, swasta,
perguruan tinggi, media massa, LSM dll.
Pertama-tama kita perlu mempelajari bahan berita. Apa saja berita bahan-bahan itu?
Menurut Ermanto, bahan itu bisa berupa: (1) kejadian yang tak terduganya; (2) kasus-kasus;
(3) pendapat cendekiwan; (4) diskusi, seminar, lokakarya, pelatihan pejabat baru; (5) sisi-sisi
kehidupan yang merupakan kepentingan manusia .
1. Kejadian yang tidak terduga tidak terduga
Salah satu bentuk berita kejadian adalah kejadian-kejadian tidak terduga yang
timbulnya. Bahan ini pada umumnya berbentuk kejadian alam, kecelakaan yang terjadi tidak

apat ditentukan dan tidak direncanakan, dan kriminalitas. Contohnya kasus gempa bumi 27
Mei di Yogya, dan Jawa Tengah.
2. Kasus-kasus kehidupan
Bahan berita yang menarik adalah kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Masalah berupa permasalahan atau kasus yang merugikan masyarakat. Seperti
kasus lumpur panas di Sidoarjo karena pengeboran yang dilakukan PT. Lapindo Brantas,
yang menyebabkan warga 7 kecamatan terancam kehilangan rumah.
3. Pendapat cendekiawan
Pendapat cendekiawan, pakar, ahli merupakan bahan berita yang dapat dijadikan
berita yang menarik oleh wartawan. Bahan berita seperti ini akan dapat ditemukan,
melaporkan pernyataan mereka dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang
dikembangkan dari permasalahan kehidupan masyarakat tentu akan menjadi bahan berita
yang menarik. Contohnya ketika terbongkarnya pemakaian formalin pembuatan tahu,
masyarakat yang ingin melihat analisis pakar kesehatan tentang dampak formalin bagi
manusia.
4. Kegiatan diskusi, seminar, lokakarya, peresmian, pelantikan, dll
Diskusi, lokakarya, peresmian, pelantikan, dan sebagainya, dapat dijadikan berita.
Disini ketepatan pemilihan masalah yang diambil dari kegiatan tersebut, sangat menentukan
dalam berita. Wartawan yang mampu menemukan inti permasalahan yang memiliki
kebaruan, akan menghasilkan berita yang menarik.

5. Persoalan-persoalan-persoalan hidup yang kepentingan manusia


Jika seorang wartawan memiliki kejelian, maka akan menemukan banyak masalah
hidup yang bisa diangkat menjadi berita yang menarik. Persoalan hidup yang memiliki daya
tarik manusiawi adalah bahan yang sangat tepat dijadikan berita yang menarik.
Berita kelima bahan ini patut mendapat perhatian dalam berita perencanaan. Beranjak
dari lima bahan berita tersebut wartawan dalam rapat redaksi dapat menentukan bahan apa
yang akan diliput, ditulis dan akhirnya dimuat dalam medianya.

Sumber Bahan Berita


Yang disebut sebagai sumber bahan adalah alam (batu-batuan, bukit, gunung, sungai,
rawa, danau, laut, salju, kawah gunung api, langit, awan, bulan, bintang, matahari dll);
makhluk hidup (tumbuhan, binatang dan manusia dengan berbagai peralatannya); dan dunia
spiritual/supranatural (Tuhan, malaikat, setan, jin, hantu, kuntilanak, drakula, vampir, kolor
ijo dll).
Ermanto dalam buku berjudul Menjadi Wartawan Handal dan Profesional
berpendapat bahwa, kerja wartawan yang paling penting dan paling penting terletak pada
berita, tetapi dalam hal data dan fakta. Wartawan harus dicari data-data dan fakta-fakta dan
kumpulkan sebagai modal dasar untuk menjadi berita.
Bahan tulisan bisa dikumpulkan dengan pengamatan, penelitian dan keterlibatan
langsung terhadap obyek. Bisa pula dengan mewawancarai sumber bahan, meminta secara
gratis, bekerjasama (nama sumber ikut dicantumkan, honornya dibagi dua), membeli (baik
cash maupun kredit) dan investigasi.

M. Eko Supriyono, dalam buku Ermanto tersebut menulis bahwa selain data yang dilihat
wartawan sendiri, setidaknya ada tiga sumber bahan berita, yakni:
(1) pengamatan langsung wartawan,
(2) informasi lisan dari orang-orang,
(3) informasi tertulis / bahan-bahan tertulis.

1. Pengamatan langsung wartawan


Pengamatan langsung wartawan suatu peristiwa merupakan salah satu sumber bahan
berita yang mampu menghasilkan data / fakta. Untuk membuat suatu berita yang menarik,
akurat, dan benar wartawan selalu dituntut untuk terjun ke tempat kejadian. Melalui
pengamatan langsung, wartawan dituntut untuk bekerja dengan teliti, tepat dan tepat dalam
mengumpulkan data dan fakta. Pengamatan langsung ini disebut juga reportase atau
observasi.
2. Informasi lisan dari orang-orang
Wartawan perlu melengkapi data dan fakta melalui informasi lisan dari orang-orang yang
memiliki keterkaitan langsung dengan peristiwa yang diliput. Narasumber yang dilihat benar-
benar peristiwa / kejadian yang diliput, jika informasi yang diperoleh wartawan dalam
pengamatan langsung. Untuk memperoleh data ini diperlukan keterampilan wawancara yang
baik.

3. Informasi tertulis / bahan-bahan tertulis


Informasi tertulis adalah sumber bahan berita yang akan melengkapi data dan fakta
kejadian kejadian. Informasi tertulis ini biasanya dapat diperoleh dari orang yang berada di
atas kejadian tersebut. Instance instansi resmi dan perusahaan mengeluarakan pers realese
untuk menjelaskan permasalahan atau peristiwa yang terjadi di instansi atau perusahaannya.
Informasi tertulis dapat diambil dari buku-buku, kamus, ensiklopedia, surat kabar, majalah,
dokumen-dokumen tertulis, dll. Kegiatan memanfaatkan informasi tertulis ini disebut juga
sebagai riset pustaka.
Kegiatan ketiga tersebut perlu dikuasai ketika melaksanakan tugas peliputan berita.
Saat perencanaan berita, wartawan menentukan teknik peliputan. Wartawan merencanakan
strategi peliputan, memilih narasumber untuk wawancara, dan mengadakan riset pustaka
untuk melengkapi data.

Bangun Berita
Sebelum melaksanakan pemberitaan ada yang baik kamu memahami dulu bangun
berita. Pemahaman ini penting agar kamu memiliki gambaran berita yang akan kamu susun.
Sebuah berita yang dibuat wartawan perlu memiliki persyaratan-persyaratan tertentu agar
termasuk dalam berita yang baik. Menurut A. Pasni Sata ada beberapa persyaratan bangunan
berita, yaitu:
1. memenuhi persyaratan teknis,
2. memenuhi persyaratan materi,
3. memenuhi persyaratan bentuk, dan
4. memenuhi persyaratan kebahasaan.

Persyaratan itu harus kamu tanggapi jika ingin menjadi wartawan profesional.
1. Persyaratan teknis

Secara teknis, sebuah berita harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan rumus
5W + 1H. Luwi Ishwara memberikan pegangan dasar dalam menggunakan unsur 5W + 1H
ini:
Sebuah. Siapa ( siapa ): Siapa yang diberitakan dalam berita?
Dapatkanlah nama lengkap dari orang-orang yang terlibat dan selalu memastikan ejaannya
untuk ketelitian.
b. Apa ( what ): Apa permasalahan / kejadian yang terdapat dalam berita?
Dapatkan cerita tentang apa yang terjadi. Dalam beberapa berita, seperti berita polisi, Anda
mungkin ingin tahu urutan kejadiannya. Anda tidak perlu menulis secara kronologis, tetapi
Anda perlu mengerti jalan ceritanya.

c. Kapan ( when ): Kapan kejadiannya?


Catatlah hari dan waktu dari peristiwa itu
d. Di mana ( dimana ): Di mana lokasinya?
Dapatkan lokasi kejadian dan digambarkanlah.
e. Mengapa ( mengapa ): Mengapa peristiwa peristiwa itu?
Mengerti apa yang menjadi peristiwa peristiwa itu. Apa yang menyebabkan konflik dan bila
ada bagaimana mengelolanya.
f. Bagaimana ( bagaimana ): Bagaimana berlangsungnya peristiwa itu?
Cari lebih banyak informasi tentang peristiwa itu. Bagaimana itu bisa terjadi?

Berita yang tidak memenuhi persyaratan akan memberikan penilaian, karena tidak tersaji
dengan lengkap. Jadi, kelengkapan data dalam sebuah berita dapat diperiksa dengan
mengajukan enam pertanyaan dari rumusan 5W + 1H, sebagai persyaratan teknis.

Contoh Lead 5 W 1H:


Nabire, MAJALAH SELANGKAH - Sepuluh orang meninggal akibat mobil yang
mereka tumpangi ditabrak truk di Jalan Merdeka Nabire, depan SMA YPPK Adhi Luhur,
Kamis, (25/8). Kejadian itu pukul 16.00 WIB. Sore itu, kijang Manseren DS 2128 DF yang
dikendarai Oshin melaju di Jalan Merdeka menuju Oyehe. Tiba-tiba truk Anigou DS 3535
DG dalam kecepatan yang tinggi menabrak kijang itu. Kijang terseret 50 meter dari lokasi
kejadian. Hingga berita ini ditulis, identitas sopir truk belum diketahui.

Siapa: sepuluh orang, Oshin, dan sopir truk Anigou


Apa: bunuh (sepuluh orang tewas)
Di mana: di jalan merdeka Nabire
Kapan: Kamis, 25/8), pukul 16.00 WIT
Mengapa: mobil yang ditumpangi ditabrak truk
Bagaimana: Sore itu, kijang Manseren Ds 2128 DF yang dikendarai Oshin melaju…. dstnya.

2. Persyaratan materi
Ermanto memaparkan bahwa sebuah berita dari sudut materi harus memenuhi
kebenaran dan kelengkapan fakta. Wartawan harus melakukan cek dan recek terhadap data-
data atau fakta-fakta yang sudah terkumpul, kesalahan agar tidak terjadi kesalahan berita.
Berita harus menyajikan data faktual, aktual dan akurat. Data yang faktual berarti data
tersebut sesuai dengan fakta, tidak dilebihkan dan tidak pula dikurangi. Data aktual tidak
hanya berarti data yang baru, tetapi juga relevan dengan pembacanya. Data yang akurat
berarti data-data yang sebenarnya terjadi.

3. Persyaratan bentuk
Berita juga memperhatikan persyaratan bentuk. Dari sudut persyaratan bentuk, yang
paling umum digunakan dalam surat kabar adalah bentuk piramida terbalik. Berita yang
memenuhi persyaratan bentuk piramida membantu kita menemukan unsur-unsur yang ada
dalam berita. Kalau dilihat dari berita anatomi, akan ditemukan bagian-bagian penting yang
mesti ada dalam berita. Bagian-bagian penting dalam berita, yaitu: (1) judul berita ( head line
), (2) baris tempat peristiwa ( date line ), seperti: New York, Kompas; DIY, Bernas. (3) berita
teras ( lead / intro ), dan (4) berita tubuh ( body ).
Bentuk berita piramida terbalik banyak orang di media massa, tetapi untuk massa media
mingguan, bahkan bulanan lebih banyak ke bentuk tulisan reportase dan fitur yang berbeda
dengan bentuk piramida terbalik berita langsung. Reportase dan feature mengutamakan alur
cerita yang menarik perhatian dan informasi penting terutama 5W + 1H tidak berada di teras
berita. Semua bagian dalam tulisan atau reportase dan feature lalu menjadi penting, dan tak
bisa dipenggal sembarangan.
Untuk memudahkan pembaca menikmati menu bacaan, pelaku media biasanya
membagi media, dalam beberapa rubrik. Topik rubrik biasanya ditulis di atas judul. Seperti
Majalah Tempo edisi 8-14 Mei 2006, jika diurutkan abjad rubriknya terdiri dari: album,
bahasa, buku, catatan pinggir, etalase, film, ilmu dan teknologi, inovasi, kesehatan,
lingkungan, luar negeri, nasional, olahraga, opini, pendidikan , peristiwa, pokok dan tokoh,

Informasi, wawancara. Sementara majalah Gatra , no.09 tahun XII. Membagi rubriknya
berikut ini: dari pembaca, ekonomi, esai, film, gatrasiana, hukum, ilmu dan teknologi,
internasional, intrik, kolom, kriminalitas, meskipun tetapi, rona niaga, seni, techie, dan
teropong. Judul rubrik di dua majalah tersebut diambil dari topik berita yang diangkat.

4. Persyaratan kebahasaan
Bahasa yang digunakan dalam berita acara harus memenuhi ketentuan bahasa
jurnalistik. Bahasa Jurnalistik atau bahasa pers menurut H. Rosihan Anwar dalam buku
Bahasa Jurnalistik dan Komposisi , adalah salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik
memiliki sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.
Ermanto indikator bahwa sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia, bahasa
jurnalistik itu harus mengacu dan mengikuti bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam
penggunaannya, bahasa jurnalistik lebih tepat disebut dengan bahasa Indonesia khas
jurnalistik. Artinya, selain mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, struktur
bahasa Indonesia yang benar, serta kosakata yang benar, bahasa jurnalistik juga memiliki
kekhasan dalam penggunaannya.

Kekhasan bahasa jurnalistik ini dirangkum oleh Patmono SK, dalam buku Teknik Jurnalistik
dalam tiga ketentuan:
1. Kalimat pendek
Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan utama. Hal ini
peringatan agar pokok masalah dapat dengan mudah diakses oleh pembaca. Dalam tulisan
jurnalistik satu kalimat berisi satu ide.
Contoh 1
Penyanyi Ari Lasso (33) tak pernah lepas dari buku. Mantan vokalis Dewa 19 yang
kini bersolo karier itu selalu membawa buku kemana pun pergi. Buku itu dibaca Ari ketika
ada waktu luang di antara kegiatannya. Maksud hati mengisi waktu luang, namun Ari justru
mendapat banyak hal dari buku-buku yang dibacanya. Salah satunya, mendapat inspirasi
untuk membuat lirik lagu.
2. Kalimat aktif
Agar suatu tulisan dapat menarik perhatian, wartawan harus mampu menghidupkan
kalimat yang ditulisnya. Pengunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang perlu dipatuhi.
Ketentuan penggunaan kalimat aktif ini memang tidak mutlak, ada kalanya kalimat pasif
digunakan untuk memberikan tekanan pada objeknya. Intinya wartawan harus dapat
menyampaikan berita agar jadi hidup.

Contoh 2
Meski kadang menyebalkan dan kalau kadang menggigit suka bikin gatal, semut
memiliki perilaku yang bisa ditiru. Kehidupan mereka dalam koloni yang mengutamakan
persatuan, kesatuan, dan kerja sama, menjadi inspirasi pengarang fabel sejak lama.
3. Bahasa positif
Suatu laporan akan menarik minat ditulis dengan bahasa positif. Wartawan yang baik,
menyampaikan berita dalam bahasa yang positif, tidak dengan pengungkapan yang negatif.
Dengan bahasa yang positif, berita akan menjadi tegas. Contohnya, dalam pemberitaan
olahraga, penulis menulis, “ Italia mengalahkan Perancis dalam final Piala Dunia 2006 ”
berita ini tegas, dan langsung dapat menunjukkan dukungan, dibandingkan tulisan “ Perancis
tidak berhasil mengalahkan Italia dalam Piala Dunia 2006 ”. Kata tidak merupakan kata
negatif. Walaupun memiliki makna yang sama namun pemakaian bahasa negatif di atas
membuat berita kurang tegas dan jelas.

Berita Aspek Penentu Nilai

Wartawan juga harus mempertimbangkan apakah berita yang akan dimuat itu menarik
perhatian pembaca? Apakah peristiwa itu pantas diberitakan di media massa? Pertimbangan
untuk menentukan layak atau tidaknya sebuah kejadian / kegiatan diberitakan perlu dilakukan
wartawan sebelum mengumpulkan data / fakta. Sehingga, kegiatan ini masuk dalam
perencanaan berita.

Kejadian yang layak diberitakan berarti memiliki nilai berita. Ermanto menulis ada
delapan aspek penentu nilai berita, yaitu: (1) aspek waktu, (2) aspek jarak, (3) aspek penting /
ternama, (4) aspek akibat / dampak, (5) aspek keluarbiasaan, (6) aspek pertentangan / konflik,
(7) aspek kemajuan / kebaruan, (8) aspek kepentingan manusia .
1. Aspek waktu
Waktu peristiwa peristiwa / kegiatan sangat menentukan pantas tidaknya untuk
diberitakan. Hal ini sering disebut dengan kelayakan berita. Wartawan harus tahu bahwa
peristiwa atau kegiatan yang layak untuk diberitakan adalah yang relatif baru.
2. Aspek jarak
Jarak antara peristiwa peristiwa dengan pembaca, ikut menentukan layak suatu berita.
Peristiwa / kegiatan itu akan layak diberitakan adalah yang jaraknya relatif dekat dengan

pembaca. Kedekatan yang terjadi dengan pembaca, baik secara emosional maupun
emosional.

3. Aspek penting / ternama


Sebuah peristiwa juga memiliki berita info oleh orang penting atau terkenal. Sisi
kehidupan yang biasa saja tidak akan menjadi berita yang bernilai "" be to be '' oleh orang-
orang biasa saja. Namun, akan menjadi berita yang bernilai demi kebaikan orang yang
terkenal.

4. Aspek dampak / dampak


Peristiwa yang berdampak pada dampak atau akibat yang besar bagi masyarakat juga
menentukan nilai atau tidaknya sebuah berita. Peristiwa yang memiliki dampak luas dan
besar terhadap kehidupan masyarakat, perlu menjadi perhatian para wartawan untuk
memberitakannya
5. Aspek keluarbiasaan
Aspek keluarbiasaan yang.lihat atau ditemui manusia dalam kehidupan juga
menentukan kelayakan untuk menjadi berita; peristiwa atau hal yang luar biasa dapat menjadi
berita yang muat untuk media massa. Hal yang luar biasa, biasanya akan menarik perhatian
banyak pembaca.

6. Aspek pertentangan / konflik


Aspek pertentangan atau konflik yang terdapat dalam suatu peristiwa ikut menentukan
layak tidaknya untuk diberitakan. Masalah yang mengandung konflik biasanya mengundang

perhatian masyarakat. Aspek pertentang itu misalnya: peperangan, perkelahian, pertarungan,


pertandingan, dan pertikaian. Semua itu memiliki berita nilai.

7. Aspek kemajuan / kebaruan


Sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi kehidupan manusia adalah hal yang sangat
layak untuk diberitakan. Hasil pemikiran, penemuan, penemuan, keterampilan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang bisa menjadi berita.

8. Aspek human interest


Peristiwa kehidupan manusia yang memiliki daya tarik manusiawi ( human interest )
juga akan memiliki nilai berita. Hal ini akan menjadi lubuk hati manusia, mungkin berupa
kekaguman, iba, ketakjuban, atau mungkin haru.

Teknik Penulisan Berita


Setelah mendapatkan materi berita langkah selanjutnya untuk pembuatan berita
adalah menulis berita. Berita pada umumnya dikategorikan menjadi dua jenis yakni berita
lempang (straight news) dan karangan khas (features). Teknik penulisan kedua kategori berita
tersebut berbeda. Berita lempang dibatasi waktu, sedangkan karangan khas tenggat waktunya
lebih longgar.
Berita lempang digunakan dalam penulisan berita peristiwa sehari-hari. Dalam
perkembangannya ada juga berita lempang yang ditulis secara bercerita. Pembuatan pers rilis
yang dilakukan instansi-instansi umumnya menggunakan berita lempang dengan dilampiri
foto pendukung.
Teknik penulisan berita lempang yang sederhana adalah menggunakan piramida
terbalik . Pembuatan berita diawali dengan gagasan utama dalam lead. Pembuatan lead ini
mesti menjawab pertanyaan 5W dan 1H. Setelah itu baru diikuti gagasan pendukung dan
detail yang ada dalam tubuh berita.
Penulisan berita dengan model piramida terbalik dilatarbelakangi oleh keinginan
untuk menyampaikan inti gagasan secepat mungkin kepada pembaca. Dalam era digital yang
demikian cepat orang cenderung membaca lead dahulu baru kemudian melanjutkan secara
lengkap kalau tidak sibuk.
Bahkan dalam sistem penulisan di LKBN Antara orang diharapkan faham hanya
dengan membaca judulnya. Kalau penulisan lead menggunakan pola Subyek + Predikat +
Obyek + Keterangan (S P O K), maka penulisan judul berita tidak boleh lebih dari tujuh kata.
Selain tentang metode penulisan diatas ada pendapat dari Dahlan Iskan tentang rukun
iman berita yang tidak boleh ditinggalkan sebagaimana rukun iman bagi umat Islam.
Sebagaimana ditulis dalam buku Akal Sehat Dahlan Iskan karangan Joko Intarto. Rukun
iman berita adalah tokoh, besar, dekat, yang pertama, human interest, bermisi, unik, ekslusif,
trend dan prestasi
1. Tokoh. Semua peristiwa yang menyangkut tokoh layak diberitakan. Misal Gubernur Jatim
masuk rumah sakit karena demam berdarah.
2. Besar. Semua peristiwa yang besar layak diberitakan. Misal, gempa bumi dengan kerugian
banyak
3. Dekat. Peristiwa kecil yang dekat kita layak diberitakan daripada peristiwa yang sama
tetapi jauh. Misal, gempa di Jember korbannya 10 orang di Meksiko 100 orang.

4. Yang pertama. Peristiwa yang pertama kali terjadi layak diberitakan.


5. Human Interest. Semua peristiwa yang menyentuh kemanusiaan layak diberitakan.
6. Bermisi. Setiap berita harus memiliki tujuan misalnya mencerdaskan, mendidik,
memotifasi
7. Unik. Setiap peristiwa yang unik layak untuk diberitakan.
8. Eksklusif. Semua berita eksklusif layak diberitakan missal berita investigasi.
9. Trend, trend gaya hidup atau perilaku.
10.Prestasi. Kisah-kisah keberhasilan seseorang.

Manfaat Mempelajari Teknik Penulisan Berita

Mempelajari teknik penulisan berita tentunya memberikan manfaat bagi siapa saja
yang tertarik atau telah berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Berbagai manfaat yang
dapat kita peroleh adalah :

a. Memahami pengertian berita.


b. Memahami formula berita.
c. Memahami tata cara penulisan teras berita.
d. Memahami tata cara penulisan kepala berita.

Anda mungkin juga menyukai